IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Beban Kerja Pengukuran beban kerja meliputi dua hal yaitu beban kerja kuatitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif diperlukan untuk mengetahui berapa besar energi (energy cost) yang diperlukan oleh subjek sebagai operator tajak dalam bekerja. Tahap pengukuran dimulai dengan menghitung metabolisme basal (BME), IRHR, WEC, TEC Kerja dan TEC. Sedangkan beban kerja kualitatif di perlukan untuk mengetahui tingkat beban kerja (kejerihan) relatif terhadap kondisi fisiologis subjek Pengukuran Metabolisme Basal (BME) Pengukuran BME merupakan langkah pertama dalam menghitung beban kerja, karena akan diketahui konsumsi energi yang diperlukan subjek untuk menjalankan fungsi minimal fisiologisnya. Adapun parameter fisik yang diukur dari subjek dalam hal ini adalah tinggi badan dan berat badan. Dengan pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi BME ekivalen VO 2 berdasarkan luas permukaan tubuh (Tabel 1). Berikut adalah contoh perhitungan nilai BME subjek dari data antropometri : Contoh perhitungan untuk subjek P1 : H = 160 cm W = 53.1 kg A = H x W x = {(160) x (53.1) x } = m 2 VO 2 = 192 [tabel 2] BME = (192 x 5 x 1) / 1000 [konversi nilai BME dari VO 2 ] = 0.96 kkal/menit

2 Berikut disajikan hasil pengukuran dimensi tubuh dan BME masingmasing subjek: Tabel 7 Karakteristik antropometri dan nilai BME masing-masing subjek Subjek Jenis Kelamin Usia (tahun) Berat (kg) Tinggi (m 2 ) A (m 2 ) BME (kkal/menit) P1 Laki-laki P2 Laki-laki P3 Laki-laki P4 Laki-laki Hasil menunjukkan, terdapat korelasi postif antara dimensi tubuh terhadap BME. Tabel 7 menunjukkan, Subyek P4 memiliki dimensi tubuh 1.52 sehingga BME nya 0.9imensi tubuh yang lebih luas, yaitu 1.72 m 2 sehingga BME nya 1.07 kkal/menit. Hal ini menunjukkan, semakin luas dimensi seseorang maka semakin besar energi yang dbutuhkan untuk menjalankan fungsi-fungsi organ tubuh Pengukuran IRHR ST, WEC ST, IRHR Kerja dan WEC Kerja Kalibrasi Step Test (KST) dilakukan untuk mengetahui korelasi antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja. Setiap subjek memiliki karakteristik yang berbeda (usia, pengalaman) dan kemampuan fisiologis (kemampuan cardio-vaskuler dan serat otot) yang berbeda-beda. Sehingga setiap grafik pengukuran denyut jantung juga berbeda. Gambar 24 memberikan gambaran salah satu hasil pengukuran KST. Hasil pengukuran lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Denyut Jantung (Denyut/Menit) HR KST Subyek P1 R ST1 R2 ST2 R3 ST Waktu (Menit) Gambar 24 Hasil pengukuran denyut jantung KST Subjek P1

3 Hasil pengukuran denyut jantung KST menunjukkan ada pola umum grafik, yaitu terjadi peningkatan denyut jantung sering dengan meningkatnya tingkat beban yang di berikan berupa frekuensi step test. Pada frekuensi 20 siklus/menit menunjukkan grafik denyut jantung terrendah dan frekuensi 30 siklus/menit grafik denyut jantung tertinggi. Hasil pengukuran KST dapat dilihat pada Tabel 8. Dari hasil pengukuran tersebut, nilai HR saat step test dibandingkan dengan nilai HR saat istirahat untuk memperoleh nilai IRHR step test. SUBJEK Tabel 8 IRHR subyek pada KST ST IRHR R1 ST1 ST2 ST3 IRHR ST1 IRHR ST2 IRHR ST3 P P P P Nilai WEC ST, yang merupakan nilai konsumsi energi subjek untuk proses metabolisme tubuh dan melakukan kerja perlu dihitung untuk membuat grafik dan persamaan daya dengan nilai IRHR. Nilai WEC ST dapat dihitung dengan pendekatan prinsip tenaga. Diasumsikan, pada saat melakukan step test subjek sedang berjalan menaiki tangga dengan membawa beban sejumlah berat tubuhnya sendiri. Contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai WEC ST pada Subjek P1 adalah sebagai berikut : w = 53.1 kg g = 9.81 m 2 / detik h = 0.30 m f ST1 = 20 siklus / menit f ST2 = 25 siklus / menit f ST3 = 30 siklus / menit Faktor Kalibrasi (J kalori) = 4.2 WEC ST n w g 2 f h = 53.1 x 9.81 x 40 x x 10 3 WEC ST1 WEC ST2 WEC ST3 = 1.49 kkal/menit = 1.86 kkal/menit = kkal/menit

4 Subjek Tabel 9 Nilai IRHR dan WECST subjek pada KST ST1 (20 siklus / menit ) ST2 (25 siklus / menit ) ST3 (30 siklus / menit ) IRHR WEC ST (kkal/min) IRHR WEC ST (kkal/min) IRHR WEC ST (kkal/min) P P P P Hubungan antara WEC ST dan IRHR kemudian diplot dalam grafik. Setiap subjek memiliki kemiringan grafik tersendiri yang merepresentasikan kenaikan IRHR terhadap kenaikan nilai WEC ST. Gambar 25 menunjukkan grafik hubungan antara WEC ST dan IRHR setiap subjek. IRHR ST Korelasi WEC ST dan IRHR ST Subyek P y = x R 2 = WEC ST IRHR ST Korelasi WEC ST dan IRHR ST Subjek P2 y = 0.86x R 2 = WEC ST IRHR ST Korelasi WEC ST dan IRHR ST Subjek P y = 0.263x R 2 = WEC ST IRHR ST Korelasi WEC ST dan IRHR ST Subjek P4 y = x R 2 = WEC ST Gambar 25 Grafik korelasi WEC ST dan IRHR ST Subjek Dari grafik, dapat dilihat bahwa semakin curam kemiringan garisnya, maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap perubahan tingkat beban kerja. Grafik tersebut memiliki batas maksimal untuk nilai IRHR dan WEC. Batas maksimal tersebut tergantung dari kapasitas jantung maksimal masing-masing subjek. Persamaan kalibrasi WEC ST dan IRHR ST dapat dilihat pada Tabel 10.

5 Sedangkan IRHR kerja diukur dari denyut jantung subjek pada saat menajak dengan metode perhitungan yang sama dengan IRHR pada saat step test. IRHR kerja digunakan untuk menghitung besarnya Work Energy Cost pada aktivitas menajak dengan memasukkan nilai IRHR kerja ke dalam persamaan kalibrasi (Tabel 10). Gambar 26 menyajikan grafik pengukuran IRHR kerja terhadap salah satu subjek. IRHR Kerja Subjek P1 Ulangan Ke R1 ST R2 Work Denyut Jantung (Denyut/Menit) Waktu (Menit) Gambar 26 Grafik IRHR Kerja Subjek P1 Ulangan Ke-1 Untuk mengetahui energi kerja yang dikeluarkan subjek (WEC) pada aktivitas penyiapan lahan menggunakan tajak dilakukan dengan menginput nilai IRHR pada aktivitas tersebut ke dalam persamaan korelasi IRHR dan WEC ST (Tabel 10). Tabel 10 Persamaan kalibrasi dan WEC pada saat menajak Subjek Persamaan Kalibrasi (y = IRHR; x = WEC) IRHR Kerja WEC Kerja (kkal/min) P1 y = x P2 y = x P3 y = 0.263x P4 y = x Hasil pengukuran denyut jantung pada saat menajak (IRHR Kerja) adalah denyut/menit, sehingga dengan memasukkan nilai tersebut kedalam persamaan (sebagai y), didapatkan energi yang dikeluarkan subjek pada saat bekerja (menajak) adalah kkal/menit.

6 4.1.3 Beban Kerja Kualitatif dan Kuantitatif Analisis beban kerja kualitatif dilakukan untuk melihat tingkat tingkat beban kerja (kejerihan) relatif terhadap kondisi fisiologis subjek. Sedangkan beban kerja kuantitatif untuk melihat besarnya energi yang dikeluarkan subjek pada saat bekerja. Tabel 11 menunjukkan hasil analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap 4 orang subjek pada aktivitas menajak. Subjek Tabel 11 Beban kerja kualitatif dan kuantitatif aktivitas menajak Berat Bdn (kg) IRHR Kerja (denyut/min) Beban Kerja BME (kkal/min) WEC (kkal/min) TEC (kkal/min) TEC (kkal/kg.jam) P Luar Biasa Berat P Berat P Sangat Berat P Luar Biasa Berat Rerata Sangat Berat Total energi yang harus dikeluarkan subjek (TEC) pada aktivitas menajak merupakan penjumlahan energi yang harus dikeluarkan untuk aktivitas kerja (menajak) itu sendiri (WEC) dengan energi untuk aktivitas metabolisme tubuh (BME). Sehingga berdasarkan hasil perhitungan didapatkan TEC adalah kkal/menit. Karena berat badan menjadi beban tambahan yang harus dikeluarkan subjek ketika bekerja, maka untuk mengetahui energi sebenarnya (TEC ) yang dikeluarkan setiap subjek pada aktivitas menajak yaitu dengan membagi TEC dengan berat badan. Hasil analisis kualitatif menunjukkan rerata IRHR kerja antara 1,78-2,47 denyut/menit, sehingga dengan mengacu pada Tabel 3, beban kerja pada aktivitas menajak adalah Berat - Luar Biasa Berat dengan rerata kerja Sangat Berat. Sedangkan total energi kerja perberat badan (TEC ) kkal/kg.jam dan rerata 5.36 kkal/kg.jam. Jika dibandingkan penelitian Soleh (2011) pada kegiatan pengolahan tanah sawah menggunakan traktor tangan memerlukan denyut jantung denyut/menit dengan tingkat beban kerja Berat. Subjek P1 dan P4 memiliki tingkat beban kerja kualitatif yang sama (Luar Biasa Berat), namun secara kuantitatif memiliki TEC berbeda, dimana subjek P1 memiliki TEC 6.33kkal/kg.Jam sedangkan P4 lebih rendah yaitu 5.37kkal/kg.Jam. Perbedaan ini dapat dijelaskan dengan analisis gerak (motion analysis) pada pembahasan berikutnya.

7 4.2 Analisis Gerak (Motion Analysis) dan Dimensi Tajak Analisis gerak (motion analysis) dapat membantu menjelaskan pola gerak yang dilakukan setiap subjek terhadap beban kerja yang dikeluarkannya. Pengamatan terhadap pola gerak pengoperasian tajak dapat dilihat melalui sequence-sequence gambar hasil perekaman. Gambar 27 dapat memberikan informasi karakteristik kerja subjek. Gambar 27 Karakteristik kerja subjek Umumnya terdapat kesamaan pola gerakan dalam menggunakan tajak dari posisi awal hingga posisi akhir dimana tajak menebas gulma. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan setiap subjek memiliki karakteristik menajak berbeda, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaian tiap petak ulangan, banyaknya ayunan tiap menit, sudut maksimum ayunan, kecepatan ayunan dan tinggi angkat (elevasi) tajak (Tabel 12). Tabel 12 Intensitas ayunan, sudut maksimum, dan tinggi angkat tajak Subjek Waktu per Ulangan (menit/ulangan) Σ Ayunan (ayunan/menit) Sudut Ayunan Max ( ) Kecepatan Ayunan ( /det) Tinggi Angkat (cm) IRHR Kerja (denyut/min) TEC (kkal/kg.jam) P P P P Rerata

8 Tabel 12 menunjukkan Subjek P1 memiliki waktu penyelesaian yang cepat (7.5 menit/ulangan), ayunan tajak terbanyak (27 ayunan/menit), sudut ayunan maksimum tertinggi ( ) yang mencapai maksimum jangkauan tangannya, tinggi angkat (elevasi) tajak cm, IRHR Kerja 2.27 dan energi kerja 6.33 kkal/kg.jam. Menurut Sanders dan Mc. Cormicks (1987) diantara variabel yang mempengaruhi besarnya tekanan pada tubuh selama mengangkat beban adalah tinggi dan range angkat. Mengangkat benda dibedakan atas tiga kategori yaitu dari lantai ke genggaman tangan, genggaman tangan ke bahu, dan bahu sampai jangkauan tangan. Range angkat dari bahu sampai jangkauan tangan tidak diinginkan oleh operator. Tinggi angkat yang paling efisien adalah pada range antara cm. Sehingga melalui analisis gerak (motion analysis) dapat dijelaskan bahwa intensitas kerja, tinggi serta range angkat yang mencapai jangkauan maksimum tangan, menyebabkan subjek P1 memiliki beban kerja kuantitatif lebih besar dibandingkan dengan subjek P3. Selain itu tingginya intensitas ayunan dan elevasi angkat tajak akan berpengaruh terhadap besarnya energi mekanik dan potensial yang terjadi sehingga berpengaruh terhadap denyut jantung (IRHR Kerja) dan besarnya energi (TEC ) yang harus dikeluarkan subjek. Analisis dimensi tajak yang dipergunakan subjek perlu dilakukan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan dimensi alat yang digunakan. Hasil pengukuran terhadap dimensi tajak masing-masing subjek dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Dimensi tajak yang dipergunakan subjek Operator Dimensi Tajak P1 P2 P3 P4 Jenis Bedandan Bedandan Bedandan Surung Berat (kg) Diameter gagang/hulu (cm) Panjang gagang/hulu (cm) Panjang tangkai (cm) Pajang gagang sd tangkai (cm) Panjang mata (cm) Lebar mata (cm) Sudut kemiringan tangkai ( )

9 Hasil menunjukkan subjek P1-P3 mempergunakan jenis tajak yang sama yaitu tajak bedandan, sedangkan subjek P4 menggunakan tajak surung. Perbedaan mendasar dari kedua jenis tajak ini adalah pada bentuk mata tajak. Tajak surung memiliki mata yang lurus, sedangkan tajak bedandan memiliki mata yang sedikit bengkok. Dengan intensitas ayunan yang sama, mata datar akan menyebabkan luasan tebas yang lebih besar dari pada mata yang bengkok. Namun jika dilihat pada lamanya waktu penyelesaian per ulangan, subjek P4 yang menggunakan tajak surung memiliki waktu penyelesaian lebih lama dibandingkan dengan subjek P1 dan P2, meskipun lebih cepat daripada subjek P3. Sehingga disimpulkan, dengan ukuran dimensi yang relatif sama namun jenis mata tajak yang berbeda tidak mempengaruhi terhadap beban kerja. 4.3 Analisis Antropometri Analisis Antropometri Petani Pengguna Tajak Dalam melakukan pekerjaan menajak tentunya petani melakukan gerakangerakan, namun dari gerakan-gerakan tersebut manusia sebenarnya memiliki selang alami gerakan tubuh. Menurut Openshaw (2006), tubuh manusia memiliki suatu selang alami gerakan (SAG). Gerakan dalam SAG yang baik memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibilitas sehingga dapat mencapai gerakan yang lebih nyaman dan produktivitas yang lebih tinggi. Meskipun syarat untuk mencapai gerakan tersebut pengguna sebaiknya mencoba untuk menghindari gerakan berulang dan ekstrim dalam SAG nya selama periode waktu yang lama. Analisis gerakan pada aktivitas menajak dapat dipelajari pada Gambar 28, yang diperoleh dari pengolahan data video yang diambil dari lapangan dengan menggunakan software Studio Plus. Dari video yang diambil, tiap detik video mempunyai 30 frame gambar, lalu dari banyaknya frame gambar yang didapat dicari gambar-gambar yang menunjukkan satu siklus gerakan menajak dari seorang petani dan gerakan menajak masih dalam Zona 0 dan 1 SAG. Dari Gambar 28, dengan menggunakan software Autocad 2008 dapat diperoleh sudut-sudut yang diinginkan seperti yang terlihat pada gambar

10 3 4 5 Gambar 28 Petani dalam melakukan gerakan menajak Dari Gambar 28, gambar urutan 1 adalah gerakan tinggi angkat tajak, gambar urutan kedua adalah gambar pada saat sedang berlangsung pemukulan tajak ke tanah, gambar urutan ketiga adalah gerakan saat tajak masuk penuh ke dalam tanah, diasumsikan kedalaman tajak setinggi lutut dikurangi dengan 10 cm, gambar urutan keempat adalah gerakan menarik hasil menajak, gambar urutan kelima adalah gerakan membuang/melempar hasil menajak. Dari gambar juga terlihat bahwa semua gerakan menajak menunjukkan terjadinya gerakan membungkuk (dengan menggunakan tulang belakang) dan gerakan punggung masih dalam cakupan SAG Zona 0 dan 1. Begitu juga untuk pergelangan tangan, masih berada pada SAG Zona 0 dan 1. Dari semua gerakan tersebut terdapat beberapa parameter antropometri yang terkait dengan desain tangkai tajak yaitu sebagai berikut : Tabel 14 Parameter antropometri yang terkait dengan gerakan menajak Keterangan Persentil Persentil Persentil ke-5 ke-50 ke-95 Parameter tinggi siku kaki (cm) Parameter tinggi pinggul (cm) Parameter tinggi bahu (cm) Parameter tinggi badan (cm) Parameter panjang lengan (cm) Parameter panjang lengan atas (cm)

11 Parameter panjang telapak tangan (cm) Parameter diameter genggaman tangan (cm) Analisis Panjang Tangkai Tajak Analisis panjang tangkai tajak penting dilakukan untuk mendapatkan panjang tangkai yang sesuai dengan antropometri tubuh petani serta sehingga aman dan nyaman ketika digunakan. Petani pengguna tajak umumnya hanya membeli mata tajak saja. Sedangkan panjang tangkai, panjang gagang serta diameter gagang diukur kemudian dengan memperhatikan kenyamanan yang setiap individu berbeda-beda. Panjang tangkai tajak yang diinginkan petani adalah yang yang tidak terlalu pendek sehingga menyebabkan badan terlalu membungkuk ketika menggunakan, dan tidak terlalu panjang. Jika memperhatikan slow motion dari gerakan menajak maka dapat terlihat pada Gambar 21 awalan serta akhiran dari gerakan menajak. Dari gambar ini dapat kita lihat bahwa ukuran panjang tajak yang sesuai dengan antropometri penggunanya akan terasa nyaman dan aman, dalam gambar ini dimanifestasikan dengan posisi tajak yang tidak telalu dekat dengan posisi tubuh namun tetap nyaman ketika diayun, serta tulang belakang tidak terlalu membungkuk (zona SAG yang aman). Karena gerakan menajak ini cukup berbahaya, cepat dan terjadi berulang-ulang, maka hulu (gagang) harus nyaman dan aman ketika digenggam serta membantu mendukung dihasilkannya tenaga yang besar. Sehingga parameter diameter genggaman tangan juga berperan untuk menetukan hulu (gagang) yang sesuai. Sehingga berdasarkan hasil analisa ini, parameter yang sangat berperan di dalam menentukan kesesuaian antara antropometri dan dimensi tajak adalah tinggi bahu, panjang lengan, tinggi pinggang, dan diameter genggaman tangan. Untuk menentukan panjang tangkai tajak yang ideal bagi subjek pengguna, dimulai dengan pengamatan terhadap Gambar 28 tepatnya pada urutan gerakan ke-3 terlihat bahwa mata berada pada posisi tepat menebas gulma (masuk penuh ke dalam air) maka dari posisi tersebut dapat dianalisis bahwa panjang tangkai tajak dapat ditentukan. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Gambar 29.

12 Gambar 29 Posisi mata tajak saat tepat menebas gulma Dengan menggunakan software Autocad 2008 maka dapat diolah gambar yang diambil dari lapangan tersebut sehingga dapat diperoleh sudut lengan bawah tangan terhadap posisi vertikal sebesar 40. Selain itu, sudut membungkuknya tulang belakang secara fleksi (flexion) juga dapat diperoleh yaitu sebesar 13 dan tergolong dalam zona selang gerakan Zona 1 (11-25 ) yang masih tergolong nyaman. Tidak hanya pada Gambar 15 urutan ke-3, keumuman gerakan membungkuk subjek tersebut secara kasat mata rata-rata membentuk sudut ± 13. Dari Gambar 16 terlihat pula posisi genggaman tangan kanan berada pada ujung tangkai tajak. Jika Jika digambarkan dengan menggunakan data antropometri yang telah diperoleh dengan software Autocad 2008 yaitu bagaimana posisi petani pada posisi saat berdiri normal dan saat menajak dengan mata tajak yang masuk penuh ke dalam air (Gambar 30 dan 31). Gambar 30 Subjek saat berdiri normal pada selang persentil berbeda Gambar 30 merupakan gambar subjek berdiri normal yang kemudian diilustrasikan pada selang persentil yang berbeda berdasarkan hasil pengukuran terhadap 60 subjek petani pengguna tajak di Kecamatan Martapura Barat. Selanjutnya dipelajari posisi subjek saat menajak dimana posisi tajak masuk penuh ke dalam air untuk mulai

13 menebas gulma pada selang persentil yang berbeda. Secara umum terlihat sudut membungkuknya tulang belakang secara fleksi (flexion) sebesar 13 dan sudut antara lengan dan tangkai tajak terhadap garis normal adalah 40. Gambar 31 Subjek pada posisi mata tajak tepat menebas gulma Untuk mengetahui panjang tangkai tajak yaitu dengaan memperhatikan sudut 40 yang terbentuk dari titik sendi lengan tangan (Gambar 32). Keterangan: Gambar 32 Ilustrasi analisis panjang tangkai tajak

14 AB AD AI IL CL JEH GH EH CDL JEF : Panjang lengan bawah : Panjang lengan : Panjang telapak tangan : Panjang tangkai ketika posisi tepat menebas : Tinggi tangkai ketika posisi tepat menebas terhadap tinggi bahu : Tinggi badan : Tinggi siku kaki (lutut) : Tinggi pinggul : Sudut tangan dan gagang terhadap garis vertikal : Sudut kemiringan tulang belakang terhadap garis vertikal Dari Gambar 31, sudut JEF (sebesar 13 ) adalah sudut yang terbentuk ketika petani mencangkul pada saat mata tajak tepat menebas gulma, yaitu sudut membungkuk petani terhadap garis vertikal ke atas dengan pinggul sebagai porosnya. Sedangkan sudut CDL (sebesar 40 ) adalah sudut yang terbentuk ketika petani menajak pada saat mata tajak masuk penuh ke dalam tanah yaitu sudut lengan terhadap garis vertikal ke bawah dengan sendi bahu tangan sebagai porosnya. Jika kedua sudut itu diasumsikan terjadi pada tiga jenis postur tubuh manusia yaitu persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 maka dapat diketahui panjang tajak tiap persentilnya pada posisi saat tajak masuk tepat menebas gulma. Dari Gambar 32 selanjutnya diidentifikasi ukuran parameter antropometrinya dengan menggunakan data antropometri 60 petani pengguna tajak di Kecamatan martapura Barat. Identifikasi dapat dilihat Tabel 15. Tabel 15 Penjelasan Gambar 32 Keterangan Parameter Persentil Persentil Persentil ke-5 ke-50 ke-95 Panjang GH (cm) Tinggi siku kaki Panjang EH (cm) Tinggi pinggul Panjang DEH (cm) Tinggi bahu Panjang JEH (cm) Tinggi badan Panjang DE Panjang DEH dikurangi EH Panjang DBA Panjang lengan Panjang DB Panjang lengan atas Panjang AI Panjang telapak tangan Panjang BA Panjang lengan bawah Sudut Sudut JEF ( ) Sudut kemiringan tulang belakang (13 )

15 Sudut CDL terhadap garis vertikal Sudut tangan dan gagang terhadap garis vertikal (40 ) Untuk mendapatkan nilai panjang tajak dapat diperoleh dari trigonometri sudut DCL dan telah diketahui besar sudutnya yaitu 40 namun belum diketahui panjang DC. Untuk itu, diperlukan tinggi titik D. Tinggi titik D dapat ditentukan dari trigonometri sudut DEF. Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut: Panjang tangkai tajak = Panjang DL Panjang DBA Panjang tangkai tajak dirumuskan sebagai berikut: Panjang DC Panjang DBA Cos DCL Panjang DC = Tinggi titik D Tinggi titik C Tinggi titik C = Tinggi lutut 10 cm Untuk mencari titik D dapat dihitung dengan menggunakan trigonometri pada posisi petani membungkuk 13 (Gambar 32). Gambar 33 Ilustrasi perhitungan tinggi titik D Untuk mendapatkan nilai tinggi D dapat dirumuskan sebagai berikut : EK = DE x Cos DEK KD = D E EK Tinggi D = Tinggi D KD Tinggi D = Tinggi D [D E x (DE x Cos DEK)] Dengan menggunakan rumus-rumus di atas dan data antropometri 60 petani pengguna tajak, maka dapat dilakukan perhitungan perhitungan panjang tangkai tajak (Tabel 16). Tabel 16 Perhitungan panjang tangkai tajak No. Keterangan Persentil ke-5 Persentil Ke-50 Persentil ke-95

16 1 Nilai Cos DCL (cos 13 ) Panjang DE (dalam cm) Panjang EG (dalam cm) Panjang ED' (dalam cm) Panjang GD' (dalam cm) Tinggi D' (dalam cm) Tinggi D (dalam cm) Tinggi C (dalam cm) Panjang DC (dalam cm) Nilai Cos ABC (cos 40 ) Panjang DL (dalam cm) Panjang DBA (dalam cm) Panjang Tangkai tajak (dalam cm) Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan panjang tangkai untuk persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 adalah cm, 65.7cm dan cm. Namun masing-masing harus ditambah 10 cm karena tangkai harus ditambah dengan panjang sudut belokan yang terbentuk antara tangkai dengan mata yang diasumsikan 10 cm. Sehingga, panjang tangkai tajak untuk persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 adalah berturut-turut cm, cm, dan cm. Panjang tangkai tajak yang akan didesain menggunakan data antropometri persentil ke-50 yaitu cm agar orang yang memiliki lengan atas dan bawah yang panjang ataupun pendek tetap dapat menggunakannya. 4.4 Efektifitas Kerja Tajak Efektifitas Kerja Tajak terhadap Parameter Terangkatnya Gulma Pengukuran efektifitas tajak dengan parameter gulma yang terangkat perlu dilakukan untuk melihat kinerja alat tajak sebagai alat penyiapan lahan yang selama ini digunakan oleh masyarakat suku Banjar selama turun temurun di lahan rawa. Pengukuran dilakukan terhadap 5 petak pengukuran berukuran 1m x 1m. Sebelum ditajak gulma dipetak pengukuran dicabut, dicuci bersih dan dihitung. Cara yang sama dilakukan untuk menghitung jumlah gulma setelah 1 bulan ditajak. Berdasarkan hasil sampling gulma terdapat beberapa jenis gulma di lahan percobaan. Berdasarkan hasil identifikasi gulma pada literatur (Soerjadi dkk 1986), gulma dominan yang terdapat pada lahan percobaan adalah purun tikus (Eleocharis dulcis), dan hanya terdapat sedikit genus lain seperti Banta (Leersia

17 hexandra swartz), rumput liar (Cyperus sp)., Scirpus sp., dan Eriocaulon sp. Gambar 34 Gulma di lahan percobaan Contoh perhitungan: Efektifitas menajak terhadap jumlah gulma pada petak 1 dihitung Jumlah Gulma Sebelum Ditajak - Jumlah Gulma Setelah Ditajak Jumlah Gulma Sebelum Ditajak 100% = x 100% 362 = % Tabel 17 Efektifitas tajak terhadap pertumbuhan gulma Petak Sebelum Ditajak Jumlah Gulma Sesudah Ditajak Efektititas Tajak (%) Rerata Hasil perhitungan didapatkan efektifitas tajak terhadap gulma yang terangkat cukup tinggi berkisar 87.05% %. Hal ini menunjukkan bahwa tajak sebagai alat penyiapan lahan pertanaman padi di lahan rawa sangat sesuai, karena membersihkan gulma adalah tujuan utama dalam kegiatan pertanian di lahan rawa, yang terkenal dengan pengolahan tanah minimum (minimum tillage)

18 Berbeda dengan kegiatan penyiapan lahan pertanian di Pulau Jawa, yang bertujuan mengolah tanah Kebutuhan JOK pada Penyiapan Lahan Menggunakan Tajak Kebutuhan jam orang kerja (JOK) adalah waktu kerja individu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Nilai JOK tiap individu berbeda bergantung atas kemampuan kerja, pengalaman kerja dan kondisi aktual yang ada. Pada penelitian ini, JOK dihitung dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan menajak, adapun alat ukur yang digunakan adalah stopwatch. Bersamaan dengan pengukuran denyut jantung kerja, JOK diukur dan dicatat ke dalam Time Study Sheet. Pengukuran JOK dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan subjek untuk melakukan pekerjaan untuk tiap ulangan percobaan. Dengan mengetahui rerata waktu penyelesaian aktivitas menajak perulangan pada lahan percobaan, maka dapat diketahui JOK/ha masing-masing subjek (Tabel 18). Tabel 18 Kebutuhan jam orang kerja pada aktivitas menajak Subjek Rerata P1 Rerata P2 Rerata P3 Rerata P4 Rerata Waktu Kerja*(menit/ulangan) Jam Orang Kerja(jam/ha) * Untuk ukuran petak perulangan 5m x 5m Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 18) didapatkan kebutuhan JOK pada aktivitas menajak berkisar antara jam/ha jam/ha dengan rerata jam/ha. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Soleh (2011) pada JOK pengolahan tanah menggunakan traktor tangan dengan implemen bajak singkal pada lahan sawah di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mendapatkan JOK jam/ha-30.83jam/ha dengan rerata jam/ha, pekerjaan menajak memerlukan waktu kerja 2x lipat lebih lama dari penggunaan tenaga mekanis traktor tangan Konsumsi Energi Kerja pada Aktivitas Menajak Konsumsi energi yang dikeluarkan subjek pada aktivitas menajak dihitung dengan mengalikan Total Energi Cost ternormalisasi (TEC ) dengan kebutuhan Jam Orang Kerja (JOK) per hektar (Tabel 19). Tabel 19 Konsumsi energi kerja pada aktivitas menajak

19 Subjek Rerata P1 Rerata P2 Rerata P3 Rerata P4 Rerata Total TEC' (kkal/kg.jam) JOK (jam/ha) TEC'/ha (kkal/kg.ha) Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 19) menunjukkan konsumsi energi kerja pada aktivitas menajak di lahan rawa lebak kkal/kg.ha kkal/kg.ha dengan rerata kkal/kg.ha. Jika dibandingkan dengan kegiatan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan dengan implemen bajak singkal pada lahan sawah di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang hanya membutuhkan energi kkal/kg.ha (Soleh 2011), maka konsumsi energi pada aktivitas menajak di lahan rawa lebak jauh lebih tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas perbandingan JOK dan konsumsi energi pada pengoperasionalan tajak sebagai alat penyiapan lahan pertanamanan padi secara tradisional di lahan rawa lebak Kabupaten Banjar Kalimantan, terhadap penelitian yang dilakukan Soleh (2011) pada kegiatan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan dengan implemen bajak singkal pada lahan sawah di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perbandingan IRHR Kerja, TEC, JOK dan TEC /ha Parameter Pengukuran Jenis Alat/Mesin Tajak Traktor Tangan IRHR Kerja TEC' (kkal/kg.jam) JOK (jam/ha) TEC'/ha (kkal/kg.ha) Berdasarkan Tabel 20 dapat disimpulkan kegiatan penyiapan lahan menggunakan tajak secara umum membutuhkan kinerja jantung yang lebih tinggi (2.14), waktu penyelesaian yang lebih lama (61.07 jam/ha) dan konsumsi energi yang lebih besar ( kkal/kg.jam) dibandingkan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan dengan implemen bajak singkal yaitu IRHR Kerja 1.58, JOK jam/ha dan TEC /ha kkal/kg.ha. Dengan operator manusia

20 yang memiliki keterbatasan fisik, penyiapan lahan secara tradisional menggunakan tajak akan menyebabkan terbatasnya luasan lahan yang diolah, lamanya waktu penyelesaian, dan banyaknya kebutuhan tenaga kerja. Disisi lain, minat generasi muda terhadap bidang pertanian semakin menurun, yang berdampak sulitnya mencari tenaga kerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, tajak sebagai alat penyiapan lahan yang tepat dan telah digunakan selama ratusan tahun oleh masyarakat suku Banjar, kedepan perlu terus diteliti dan dikembangkan lebih lanjut menjadi alat yang modern dan mekanis serta mampu bekerja dilahan rawa, sehingga optimalisasi lahan rawa sebagai alternatif lahan pertanian dapat terwujud. V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Tingkat beban kerja kualitatif dan kuantitatif terhadap empat operator pada pengolahan tanah secara manual menggunakan alat tradisional tajak di lahan rawa Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan adalah Berat - Luar Biasa Berat dengan tingkat konsumsi energi perberat badan kkal/kg.jam 2. Tingkat beban kualitatif dan kuantitatif dipengaruhi oleh intensitas kerja, besarnya sudut, serta tinggi angkat maksimum tajak. 3. Kesesuaian dimensi tajak terhadap antropometri subjek didasarkan pada tinggi bahu, panjang lengan, tinggi pinggang, dan diameter genggaman tangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu data denyut jantung pada saat kalibrasi, denyut jantung pada saat bekerja, dan output kerja. Semuanya akan dibahas pada sub bab-sub

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA Dalam suatu pengambilan data antropometri pada suatu populasi yaitu pada Kecamatan Dramaga terdapat perbedaan dengan populasi

Lebih terperinci

Studi Ergonomi Pada Penyiapan Lahan Sawah Lebak Menggunakan Alat Tradisional Tajak di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

Studi Ergonomi Pada Penyiapan Lahan Sawah Lebak Menggunakan Alat Tradisional Tajak di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Technical Paper Studi Ergonomi Pada Penyiapan Lahan Sawah Lebak Menggunakan Alat Tradisional Tajak di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Ergonomics Analysis on Land Preparation of Marshland Field Using

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN Sumber : Openshaw (2006) dalam Rahmawan (2011) Gambar 12 Macam-macam selang gerakan pada saat menajak III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan rawa lebak Desa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2010 yang berlokasi di areal persawahan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di lahan kering Leuwikopo, Bogor. Pengambilan data penelitian dimulai tanggal 29 April 2009 sampai 10 Juni 2009. B. Peralatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 di Areal Pesawahan di Desa Cibeureum, Kecamatan Darmaga,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Cultivator Mesin pertanian yang digunakan adalah cultivator Yanmar tipe Te 550 n. Daya rata - rata motor penggerak bensin pada cultivator ini sebesar 3.5 hp (putaran

Lebih terperinci

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun IV. METODOLOGI 4.1 Deskripsi Kegiatan Kegiatan magang dilakukan di PT. TMMIN selama 4 bulan, dimulai dari tanggal 21 Maret 2011 sampai dengan 20 Juli 2010. Waktu pelaksanaannya mengikuti jam kerja karyawan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011 di Bengkel Daud Teknik, Cibereum, Bogor. B. Tahapan Penelitian

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA

. II. TINJAUAN PUSTAKA . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Kondisi Lingkungan Wilayah Kecamatan Bogor Barat Kelurahan Situ Gede memiliki kondisi geografis yang berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan

Lebih terperinci

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar 1) Atiqotun Fitriyah, 2) Sam Herodian 1), 2) Laboratorium Ergonomika, Departeman Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HAIL DAN PEMBAHAAN 4. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mengamati kegiatan-kegiatan dan pola kerja dari aktivitas pemetikan teh. Penelitian pendahuluan ini bertujuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SPESIFIKASI MESIN PELUBANG TANAH Sebelum menguji kinerja mesin pelubang tanah ini, perlu diketahui spesifikasi dan detail dari mesin. Mesin pelubang tanah untuk menanam sengon

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilakukan mulai Juli-September 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. B. ALAT DAN BAHAN 1. Peralatan yang digunakan a. Meteran

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 70 BAB V HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING SKRIPSI ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING (Studi Kasus : Analisis Komparatif Kerja Manual dengan Cangkul dan Mekanis dengan Walking-type Cultivator) Oleh : LOVITA F14052709 2009

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PENYIAPAN LAHAN SAWAH LEBAK MENGGUNAKAN ALAT TRADISIONAL TAJAK DI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN INDYA DEWI

ANALISIS ERGONOMI PADA PENYIAPAN LAHAN SAWAH LEBAK MENGGUNAKAN ALAT TRADISIONAL TAJAK DI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN INDYA DEWI ANALISIS ERGONOMI PADA PENYIAPAN LAHAN SAWAH LEBAK MENGGUNAKAN ALAT TRADISIONAL TAJAK DI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN INDYA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Rawa 2.2 Tipologi Lahan Rawa

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Rawa 2.2 Tipologi Lahan Rawa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Rawa Rawa adalah wilayah sepanjang pantai, aliran sungai, danau atau lebak yang masuk ke pedalaman atau sejauh dirasakan pengaruh gerakan pasang, sehingga rawa dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Otong Andi Juhandi (30402785) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Kontak Person : Otong Andi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI Agung Kristanto 1, Slamet Cahyo Widodo 2 Abstract: Salah satu tahapan dalam proses panen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANTROPOMETRI Hasil pengolahan data yang akan disajikan dalam tabel-tabel pada bab pembahasan ini merupakan ringkasan data yang menunjukkan nilai rata-rata, simpangan baku, sebaran

Lebih terperinci

Mitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05 PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) 1. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan display! (min 6) 2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari analog display dan digital display! 3. Apa yang

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun 2014 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Kabupaten Pati, untuk wilayah dataran rendah berada di Kecamatan Jakenan dan Winong sedangkan untuk wilayah

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi merupakan keilmuan multidisiplin yang mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek Kondisi subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi karakteristik subjek dan antropometri subjek. Analisis kemaknaan terhadap karakteristik subjek dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret Juni 2009 di lahan petani, Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Peralatan dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK OLEH WAHYU PURWANTO LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PENGEPRASAN TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L.) LAHAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN ABSTRACT

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PENGEPRASAN TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L.) LAHAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN ABSTRACT ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PENGEPRASAN TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L.) LAHAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN Andriani Lubis 1), Syafriandi 1), dan Tinton Tonika 2) 1) Prodi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan model faktor ergonomi terhadap produktivitas kerja pengolahan tanah pertama di areal padi sawah dibangun menggunakan bahasa pemrograman Delphi-5 dengan batasan model sebagai

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan LAMPIRAN 7 Prosedur Pelaksanaan Tes 1. Tes Daya Tahan (Endurance) menggunakan Balke Test Prosedur tes : a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar berdasarkan data antropometri, data pengukuran kursi kantor di bagian Main Office khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB 9. 2D BIOMECHANICS BAB 9. 2D BIOMECHANICS Tool ini digunakan untuk memperkirakan kompresi pada low back spinal (jajaran tulang belakang), shear force (gaya geser), momen pada lengan, bahu, L5/ S1, lutut, pergelangan kaki,

Lebih terperinci

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN. Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN. Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT Disusun oleh: ANISA RATNA N P.17424213046 INTAN NUR FATIMAH P.17424213068 RETNO FITRIYANI

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

5 EFEK GETARAN MEKANIK DAN ARAH GETARAN TERHADAP MANUSIA

5 EFEK GETARAN MEKANIK DAN ARAH GETARAN TERHADAP MANUSIA 41 5 EFEK GETARAN MEKANIK DAN ARAH GETARAN TERHADAP MANUSIA Pengaruh getaran terhadap manusia diteliti pada empat variabel yaitu kelelahan, energi kerja, waktu respon, dan ketidaknyamanan. Untuk pengolahan

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA

PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai 81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

Lampiran Standart Nordic Questionnaire

Lampiran Standart Nordic Questionnaire L-1 Lampiran Standart Nordic Questionnaire Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tugas : No Lokasi / Bagian A B C D 0 Sakit pada leher bagian atas 1 Sakit pada leher bagian bawah 2 Sakit pada bahu kiri 3 Sakit

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID06

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID06 PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) 1. Jelaskan pengertian dari symbolic display! 2. Jelaskan tipe display berdasarkan panca indera! 3. Apa yang dimaksud dengan poster? Jelaskan! 4. Jelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap BAB V PEMBAHASAN Karakteristik responden meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, merokok dan trauma. Di mana untuk karakteristik jenis kelamin semua responden adalah perempuan, tidak merokok dan tidak

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia Sistem komunikasi utama dalam tubuh manusia: Sistem Syaraf Perangkat Penunjang: Otot Perangkat sensor tubuh (panca indera) Berfungsi mengontrol keseimbangan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI

ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA 55 LAMPIRAN TEKNIK PELAKSANAAN LATIHAN HATHA YOGA PERSIAPAN LATIHAN Partisipan menggunakan pakaian yang bersih dan longgar. Partisipan tidak memakai alas kaki selama latihan. Karena latihan yoga harus

Lebih terperinci

Studi Awal Interaksi Man-Machine Pada Mesin Cetak Genteng Sistem Banting

Studi Awal Interaksi Man-Machine Pada Mesin Cetak Genteng Sistem Banting Studi Awal Interaksi Man-Machine Pada Mesin Cetak Genteng Sistem Banting Suryadiwansa Harun, Achmad Yahya, dan Arinal Hamni Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung Jln.Prof,

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membuktikan sesuatu atau untuk mencari sebuah jawaban.

BAB III METODE PENELITIAN. membuktikan sesuatu atau untuk mencari sebuah jawaban. 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah salah satu cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan untuk membuktikan sesuatu

Lebih terperinci