BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan
|
|
- Yohanes Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri Umur Umur subjek yang terlibat dalam penelitian ini antara tahun dengan rerata 38,56 ± 3,58 tahun. Rentang umur tersebut masih tergolong produktif. Menurut Manuaba (1998), menyatakan kekuatan otot mencerminkan tingkat kapasitas kerja fisik seseorang berbanding langsung sampai batas tertentu dengan umur, dan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun. Sedangkan Nala (1994) mengatakan bahwa pengaruh kemampuan fisiologis otot berada pada rentang umur 20 sampai dengan 30 tahun. Berdasarkan kedua pernyataan tersebut di atas baik mengenai kapasitas fisik maupun kemampuan fisiologis otot yang mensyaratkan bahwa umur produktif mencapai kondisi optimal pada umur 25 tahun, maka umur subjek dalam penelitian ini tidak terlalu jauh dari syarat tersebut. Rentang umur ini adalah rentang umur yang produktif, dimana subjek melakukan aktivitas dengan kekuatan fisik yang optimal. Kondisi yang sama dapat dilihat dari penelitian Artayasa (2000) terhadap petani yang pekerjaannya melampit di Dusun Semaja Antosari Tabanan dengan rerata umur 33,33 ± 4,83 tahun, Demikian juga hasil penelitian Surata (2011) tentang redesain alat pengering dan sistem kerja pada petani rumpud laut di desa 86
2 87 Ped Nusa Penida rerata umurnya 39,70 ± 7,12. Menurut Pheasant (1991), menyatakan bahwa kekuatan fisik mulai menurun pada umur 39 tahun dan pada rentangan umur tahun kekuatan otot hanya mencapai 75-85% dibandingkan dengan orang yang berumur tahun. Oleh karena itu, para penyapu jalan di Niti Mandala Renon masih cukup mampu untuk melakukan aktivitas secara maksimal Berat dan Tinggi Badan Berat badan subjek penelitian berkisar antara kg dengan rerata 60,06 ± 6,61 kg dan tinggi badan berkisar cm dengan rerata 156,00 ± 5,73 cm. Berat badan dan tinggi badan merupakan salah satu aspek antropometri yang sangat penting berkaitan dengan kapasitasnya untuk melakukan kegiatan. Dalam NIOSH dalam Suputra (2003) menyatakan bahwa tinggi badan, berat badan dan indeks masa tubuh mempunyai korelasi kuat terhadap resiko terjadinya gangguan otot skeletal. Jika dilakukan perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan, maka rerata subjek penelitian berada dalam katagori berat badan ideal. Seseorang dengan indeks masa tubuh lebih besar dari 29 kg/m 2 (gemuk) mempunyai resiko terkena gangguan muskuloskeletal 250% lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang mempunya indeks masa tubuh lebih kecil dari 20 kg/m 2 (kurus). Berat badan ideal dapat dihitung dengan rumus tinggi badan (cm) dikurangi l00, hasilnya dikurangi (10% x hasil) (Aryatmo, 1981 dalam Santosa, 2013). Dengan berat badan ideal, penyapu dapat melakukan aktivitas secara optimal, terutama aktivitas fisik.
3 Antropometri Subjek Pada pengukuran antropometri, tinggi siku berdiri dan diameter genggam tangan dipakai untuk menentukan desain tangkai sapu lidi yang baru. Dalam penelitian ini ditetapkan pada persentil 95. Berdasarkan pengukuran, maka desain tinggi sapu lidi yang baru diambil dari dimensi tinggi siku berdiri 106 cm pada persentil 95 dan handelnya diambil dari dimensi genggaman tangan pada persentil 95 yaitu 3,5 cm. Hal ini sangat terkait dengan kapasitas kerja secara berkelompok yang mengharapkan sebagian besar subjek dapat melakukan pekerjaannya secara nyaman, aman dan dapat mengoptimalkan produktivitasnya. Menurut Grandjean (2000), untuk pekerjaan halus tinggi bidang kerja 5-10 cm di atas tinggi siku, untuk pekerjaan manual tinggi bidang kerja yang sesuai ada1ah cm di bawah tinggi siku, dan untuk pekerjaan yang memerlukan banyak usaha dan menggunakan berat badan bagian atas, diperlukan permukaan kerja cm lebih rendah dari tinggi siku berdiri. Berdasarkan pengamatan dan analisis terhadap pekerjaan penyapuan jalan baik dengan menggunakan sapu yang lama maupun menggunakan sapu yang sudah diredesain, anggota gerak yang paling banyak digunakan adalah bagian tubuh atas berfungsi untuk mengayun dan menarik sapu lidi bertangkai sehingga tinggi bidang kerja yaitu tinggi posisi pegangan tangkai sapu lidi dirancang 18 cm di atas tinggi siku berdiri dengan asumsi untuk mendapatkan titik ayunan gaya bagi penyapu jalan saat menyapu. Penelitian yang melibatkan tinggi siku berdiri pekerja dalam merancang alat kerja, dapat dilihat dari hasil penelitian Artayasa (2000) yang melaporkan tinggi
4 89 siku petani lampit di Dusun Semaja Antosari Tabanan reratanya 100,83 ± 3,39 cm, dan Santosa (2013) melaporkan tinggi siku pada wanita pengaduk dodol di Desa Penglatan reratanya 105,75 ± 1,48 cm. Dengan demikian rentang tinggi siku berdiri subjek penelitian hampir sama dengan tinggi siku berdiri pekerja di tempat lainnya di Bali. Menurut Pheasant (1991) mensyaratkan ukuran handel 3,5 cm dan Helander (1995) menganjurkan tebal grip 5-6 cm dengan panjang 12,5 cm. Hasil ini juga sama dengan handel yang digunakan dalam tulud dengan reratanya 3,46 ± 0,11 (Santiana, 2004). Berdasarkan wawancara mengenai pemakaian sapu lidi bertangkai desain yang baru didapatkan bahwa para penyapu jalan merasakan kenyamanan dalam pengoperasiannya. 6.2 Kondisi Lingkungan Lokasi penelitian terletak di jalan Niti Mandala Renon Kota Denpasar. Periode I dengan rerata suhu kering 28,71± 1,68 C, rerata suhu basah 26,19 ± 0,81 C, rerata kelembaban relatif 78,74 ± 1,69 % dan kecepatan angin 1,05 ± 0,37. Untuk periode II rerata suhu kering 28,74± 1,77 C, rerata suhu basah 26,21 ± 0,77 C, rerata kelembaban relatif 78,74 ± 1,79 % dan kecepatan angin 1,05 ± 0,36. Manuaba (1992a) menyatakan batas kenyamanan lingkungan kerja untuk di luar ruang suhu antara 22 C -28 C dengan kelembaban relatif antara %. Demikian pula halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutjana (1998) yang berlokasi di Subak Yeh Ge Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan dimana suhu keringnya berkisar antara C. sedangkan Manuaba 1992a) mengemukakan bahwa suhu pada musim kering meningkat C di tempat yang teduh dan
5 90 sampai 36 C di bawah sinar matahari langsung. Berdasarkan kondisi lingkungan pada saat penelitian, kondisi lingkungan tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh Sutjana (1998) maupun Santiana (2004). Hasil ini juga sesuai dengan batasan yang disampaikan oleh Manuaba (1992a). Dengan suhu lingkungan yang semakin meninggi dari pukul sampai pukul 15.00, akan mempengaruhi kondisi kerja penyapu jalan, terutama denyut nadi kerja yang semakin meningkat dan produktivitasnya semakin menurun. 6.3 Beban Kerja Beban kerja dinilai dari peningkatan denyut nadi kerja. Denyut jantung/nadi per menit (dpm) dapat menggambarkan proses aktivitas dalam sel tubuh. Bila tubuh dalam keadaan aktif maka denyut jantung meningkat, atau tubuh dalam keadaan emosi dan ketakutan maka denyut jantung juga meningkat. Berdasarkan frekuensi denyut nadi tersebut dapat diketahui kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan tuntutan tugas pekerjaan yang dilakukan serta tingkat keselarasan yang mempengaruhi nilai produktivitasnya. Denyut nadi istirahat (DNI) merupakan indikator kesesehatan manusia. Denyut nadi istirahat orang dewasa adalah dpm yang diukur saat bangun pagi atau sebelum melakukan aktivitas apapun. Denyut nadi istirahat bisa lebih tinggi jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolahraga dan demam (Nursingbegin, 2011). Denyut nadi saat kerja menggunakan sapu lidi lama reratanya 118,96 ± 2,26 denyut per menit dan dengan penggunaan sapu lidi desain baru reratanya 98,49 denyut per menit. Dengan menggunakan sapu lidi desain baru terjadi penurunan
6 91 denyut nadi kerja. Hasil analisis menunjukkan setelah penggantian alat kerja terjadi penurunan denyut nadi kerja sebesar 20,47 denyut per menit atau 17,21%, penurunannya bermakna (p<0,05). Jadi denyut nadi kerja dengan menggunakan sapu lidi desain lama termasuk dalam kategori beban kerja sedang sedangkan denyut nadi kerja penyapuan jalan dengan menggunakan sapu lidi desain baru termasuk dalam katagori beban kerja ringan. Dengan demikian dikatakan bahwa dengan penggunaan sapu lidi desain baru yang mengacu aspek antropometri pekerja penyapu jalan dapat bekerja lebih lama dan aman dengan alokasi waktu 75% kerja dan 25 % istirahat setiap satu jam. Hal ini dikarenakan sikap kerja yang tidak alamiah (paksa) saat menyapu jalan mengolah tanah dengan menggunakan sapu lidi lama dapat dikurangi dengan penggunaan sapu lidi desain baru. Berarti dengan penggantian alat tersebut dapat mengurangi beban kardiovaskuler sebagai indikator beban kerja. Menurut Kogi (1995) bahwa perbaikan alat kerja dengan perbaikan sikap kerja akan menurunkan beban kerja secara langsung berkonstribusi terhadap peningkatan produktivitas kerja. Dalam penelitian Sutajaya (1998) dilaporkan bahwa perbaikan kondisi kerja yang berimplikasi terhadap perbaikan sikap kerja pematung menurunkan beban kerja sebesar 24,86%. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2013) pada perajin dodol di desa Penglatan Buleleng yang menyebutkan bahwa denyut nadi kerja pada kelompok kontrol didapatkan rerata sebesar 132,35 ± 2,83 dpm, Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan sebesar 109,71 ± 4,45 dpm.
7 92 Penelitian hampir sama juga dilakukan Putra (2004) bahwa dengan perbaikan sikap kerja dan penambahan spon pada gagang gergaji kayu menurunkan beban kerja secara bermakna menjadi 11,26 denyut atau sebesar 25,37%. Sedangkan Adnyana (2001) mengatakan penggunaan penggilingan kopi dengan modifikasi pada pegangan dan penambahan bantalan pada porosnya dapat menurunkan beban kerja sebesar 15,92%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai yang mengacu pada aspek antropometri dan penambahan spoon pada tangkai terbukti mengurangi beban kerja secara bermakna. 6.4 Keluhan Muskuloskeletal Keluhan otot skeletal yang dialami pekerja dengan menggunakan sapu desain lama terjadi pada bagian leher atas 63% dan leher bawah 72%, punggung 76%, pinggang 89%, lengan atas 68 % dan bawah 74%, telapak tangan 84%, serta kedua lutut 64% dan betis 67%. Hal ini disebabkan gerakan elementer dari sikap kerja dengan menggunakan sapu desain lama, yaitu mengayun, menekan, menarik dan serta sikap tubuh membungkuk dapat menyebabkan keluhan. Sedangkan keluhan otot skeletal yang dialami pekerja dengan menggunakan sapu lidi desain yang baru terjadi pada lengan atas, bahu, serta kedua lutut dan betis. Sikap kerja yang tidak alamiah (sikap paksa) dan tidak efesien menyebabkan terjadinya reaksi berupa keluhan pada sistem otot skeletal (Manuaba, 1992b). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa rerata keluhan muskuloskeletal pada kelompok perlakuan I (sapu desain lama) 91,63±2,70 sedangkan pada kelompok perlakuan II (sapu desain baru) rerata keluhan muskuloskeletal 63,56±2,73. Besarnya keluhan
8 93 muskuloskeletal pada kelompok perlakuan I disebabkan oleh pembebanan pada otot terutama pada pergelangan tangan, lengan atas dan bawah, pinggang, bahu dan leher karena posisi menyapu jalan adalah dengan sikap berdiri, badan membungkuk, kepala menunduk dan kedua lengan menekan, mengayun, mengerakkan dan menarik sapu lidi bertangkai dalam bekerja sehingga mempengaruhi otot-otot lengan dan bahu yang pada akhirnya menimbulkan kelelahan otot. Hal ini juga disebabkan oleh adanya sikap paksa saat bekerja dan berlangsung lama yang dapat menyebabkan adanya beban pada sistem muskuloskeletal. Hal ini didukung oleh pendapatnya Manuaba (1992a) yang menyatakan bahwa sikap paksa pada saat bekerja dan berlangsung lama menyebabkan adanya beban pada sistem muskuloskeletal dan efek negatif pada kesehatan. Pendapat lain dari Pheasant (1991) mengatakan bahwa pembebanan statis dan paksa dapat menyebabkan aliran darah terhambat sehingga suplai oksigen ke bagian otot tidak cukup. Keadaan tersebut menyebabkan akumulasi dan timbunan asam laktat dan panas tubuh yang pada akhirnya memyebabkan kelelahan pada otot skeletal yang dirasakan sebagai bentuk kenyerian otot oleh pekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Surata (2011) yang meyatakan bahwa redesain alat dan sistem kerja menurunkan keluhan muskuloskeletal sebesar 56,15%. Demikian juga pada penelitian Adiatmika (2007) yang menyebutkan bahwa perbaikan kondisi kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal sebesar 5,24% pada perajin pengecatan logam di Kediri Tabanan.
9 94 Sundari (2008) mengatakan bahwa intervensi ergonomi pada proses pengolahan tanah bahan keramik dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal sebesar 60,96%. Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis menunjukkan setelah meredesain alat kerja terjadi penurunan keluhan otot skeletal sebesar 30,63%, dan perbedaannya bermakna (p<0,05). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai yang mengacu pada aspek antropometri dan penambahan spoon pada tangkai terbukti mengurangi keluhan otot skeletal dan sikap kerja menjadi lebih alamiah. 6.5 Kelelahan Kelelahan merupakan suatu keadaan sementara yang ditimbulkan oleh aktivitas yang berlebihan atau berkepanjangan yang dimanifestasikan sebagai penurunan fungsi aktivitas, fungsi kapasitas organ, baik pada organ itu sendiri atau seluruh tubuh dan dirasakan secara spesifik sebagai kelelahan umum. Kelelahan adalah salah satu cara dari tubuh mengingatkan bahwa ada persoalan dalam tubuh kita yaitu ketika badan terasa lelah barulah disadari bahwa ada penyebab yang harus dihilangkan. Kelelahan harus ditangani dengan baik, karena kelelahan yang berkepanjangan akan dapat menurunkan produktivitas kerja. Kelelahan pada penyapu jalan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti (1) task yaitu penggunaan alat tradisional; (2) organisasi kerja, yaitu waktu kerja dalam sehari, rotasi antar pekerja dan waktu kerja dalam seminggu; (3) lingkungan kerja yang panas; (4) faktor gizi; (5) kondisi kesehatan dari subjek sendiri. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa rerata kelelahan sebelum
10 95 perlakuan pada kelompok perlakuan I adalah 77,69 ± 2,96 dan pada kelompok perlakuan II adalah 57,56±2,94. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa kedua kelompok sesudah bekerja atau menyapu jalan, rerata kelelahannya berbeda secara bermakna (p<0,05). Terjadinya peningkatan kelelahan pada kelompok perlakuan I kemungkinan disebabkan karena beberapa faktor yaitu keluarnya energi selama bekerja dan juga adanya pengaruh lingkungan seperti temperatut, kelembaban, gerakan udara dan kontaminasi atmosfir. Seseorang memerlukan energi tertentu untuk menjaga fungsi tubuh dan ketika bekerja fisik kebutuhan energi meningkat. Sedangkan penurunan skor kelelahan disebabkan oleh implementasi ergonomi yang diterapkan pada kelompok perlakuan II. Implementasi tersebut yaitu desain sapu lidi bertangkai yang telah disesuaikan dengan antropometri penyapu jalan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Santosa (2013) terhadap pemakaian alat pengaduk dodol yang ergonomis pada perajin dodol wanita di desa Penglatan Buleleng bahwa terjadi penurunan tingkat kelelahan sebesar 22,09 %. Penelitian ini didukung juga oleh temuan Adiatmika (2007) yang mengatakan bahwa kondisi kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat menurunkan kelelahan 6,79%. Penelitian hampir sama juga dilakukan oleh Sundari (2008) mengatakan bahwa intervensi ergonomi pada proses pengolahan tanah bahan keramik dapat mengurangi kelelahan sebesar 60,98% Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis menunjukkan setelah meredesain alat kerja terjadi penurunan kelelahan sebesar 25,91%, dan perbedaannya bermakna (p<0,05). Hal ini disebabkan karena sapu lidi desain yang baru ini dapat
11 96 memberikan kenyamanan dalam bekerja sehingga tidak ada sikap paksa atau tidak fisiologis disaat bekerja sehingga dapat mengurangi energi yang keluar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai yang mengacu pada aspek antropometri dan penambahan spoon pada tangkai terbukti mengurangi kelelahan.
BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai
81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan
BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek Kondisi subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi karakteristik subjek dan antropometri subjek. Analisis kemaknaan terhadap karakteristik subjek dilakukan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan
BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian tentang Pengaruh Dua Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan secara umum dan Kenyamanan memandang dari Pengunjung
Lebih terperinciSARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI
1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
70 BAB V HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing
Lebih terperinciSIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK Pendahuluan Komang Nelly
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. aktif berumur antara tahun dengan rerata 19,47 ± 0,91 tahun yang semuanya
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek 6.1.1 Umur Adapun subjek yang terlibat dalam penelitian ini merupakan mahasiswa aktif berumur antara 19 23 tahun dengan rerata 19,47 ± 0,91 tahun yang semuanya sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perkuliahan memiliki berbagai macam sistem yang disesuaikan dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di Universitas Udayana sendiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama
Lebih terperinciANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK
ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,
Lebih terperinciSurat Persetujuan. Lampiran 1.1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, yaitu : Nama : Umur :. tahun. Alamat :..
104 Lampiran 1.1 Surat Persetujuan Saya yang bertanda tangan dibawah ini, yaitu : Nama : Umur :. tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Telp./HP :... Alamat :.. Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bersedia
Lebih terperincibasah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain
100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama
Lebih terperinciERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR
ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu isu ergonomi kesehatan semakin banyak diminati, mengingat setiap aktivitas kehidupan, mulai dari bangun tidur hingga istirahat pada semua orang akan melibatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, menggunakan rancangan silang
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, menggunakan rancangan silang (two-period cross over design) (Bakta, 1997; Pocock, 2008;). Rancangan silang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama ini dilakukan
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Proses produksi kain endek tiga tahun belakangan ini mengalami kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
Lebih terperinciMODIFIKASI GEBOTAN BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PETANI WANITA PERONTOK PADI DI SUBAK MARGAYA DESA PEMECUTAN KELOD KODYA DENPASAR
MODIFIKASI GEBOTAN BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PETANI WANITA PERONTOK PADI DI SUBAK MARGAYA DESA PEMECUTAN KELOD KODYA DENPASAR I Made Rasna¹; Ketut Tirtayasa²; I Made Sutajaya³ imaderasna@yahoo.com¹
Lebih terperinciANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA
60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
Lebih terperinciERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak
ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER
LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.
Lebih terperinciPenempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I
Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Aplikasi Ergonomi di Sektor Jasa Konstruksi
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aplikasi Ergonomi di Sektor Jasa Konstruksi Selain bekerja di sektor pertanian dan perdagangan masyarakat yang tinggal di Bali juga bekerja di sektor konstruksi, ini perlu mendapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi merupakan integrasi dari tenaga kerja, material, metode kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perabot kelas merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas seperti membaca, menggambar, menulis dan kegiatan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. variabel umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh disajikan pada. Tabel 5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek 5.1.1 Analisis Karakteristik Fisik Subjek Hasil analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek yang meliputi variabel umur, berat badan, tinggi badan,
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi
Lebih terperinciTEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK
TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK OLEH WAHYU PURWANTO LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
Lebih terperinciMUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc
MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi kerja duduk adalah salah satu sikap kerja yang paling sering dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di mana badan
Lebih terperinciKata Kunci : Alas Mesin, Peregangan Dinamis, Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal, Produktivitas
PENAMBAHAN ALAS MESIN DAN PEMBERIAN PEREGANGAN DINAMIS DI BAGIAN PROSES PEMOTONGAN SINGKONG MENURUNKAN BEBAN KERJA, KELUHAN MUSKULOSKELETAL, DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA INDUSTRI KERIPIK SINGKONG
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adiputra, I.N Denyut Nadi dan Kegunaannya Dalam Ergonomi. Jurnal Ergonomi Indonesia. Vol. 3. No. 16:
DAFTAR PUSTAKA Adiputra, I.N. 2002. Denyut Nadi dan Kegunaannya Dalam Ergonomi. Jurnal Ergonomi Indonesia. Vol. 3. No. 16: 22-26. Adiputra, I.N. 2003. Kapasitas Kerja Fisik Orang Bali. Majalah Kedokteran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. rancangan sama subjek ( treatment by subject design) (Hadi,1995; Bakta, 2000).
47 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan menggunakan rancangan sama subjek ( treatment by subject design) (Hadi,1995; Bakta, 2000).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan
Lebih terperinciterjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami. pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi internasional. Industri seperti ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri mebel yang memiliki pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan
Lebih terperinciAnalisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe
Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan
Lebih terperinciOleh: DWI APRILIYANI ( )
ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih
Lebih terperinciANALISIS BEBAN KERJA PENGGUNAAN MESIN GERINDA PADA PERAJIN BATU PERMATA DI KARANGASEM
ANALISIS BEBAN KERJA PENGGUNAAN MESIN GERINDA PADA PERAJIN BATU PERMATA DI KARANGASEM M. Yusuf Staf Pengajar Politeknik Negeri Bali (Mahasiswa Program Pascasarjana Ergonomi-Fisiologi Kerja, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengacu kepada undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a, yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN
IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena tenaga kerja merupakan pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan tersebut, maka diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pekerjaan yang sering dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja di industri atau pabrik adalah pekerjaan mengangkat beban atau sering disebut dengan manual
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan
Lebih terperinciMitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama
Lebih terperinciPenilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load
hal II - 81 Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan Cardiovasculair Load Risma Adelina Simanjuntak 1 Jurusan Teknik Industri,
Lebih terperinciANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI
ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk
Lebih terperinciII B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia
II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia Sistem komunikasi utama dalam tubuh manusia: Sistem Syaraf Perangkat Penunjang: Otot Perangkat sensor tubuh (panca indera) Berfungsi mengontrol keseimbangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Ergonomi 2... Definisi Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan
Lebih terperinciMETODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI
METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. subjek yang terlibat dalam penelitian ini mempunyai nilai rerata 46,90 ± 4,701
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subjek Penelitian Pada penelitian ini, semua subjek berjenis kelamin perempuan. Umur subjek yang terlibat dalam penelitian ini mempunyai nilai rerata 46,90 ± 4,701 tahun.
Lebih terperinciASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.
ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan
Lebih terperinciSURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.
Lebih terperinciANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION
TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION (OCRA) (Studi Kasus : PT. SAMIDI GLASS AND CRAFT, BAKI, SUKOHARJO) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL
C.13. Beban Kerja dan Keluhan Sistem Musculoskeletal pada Pembatik Tulis... (Siswiyanti) BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL Siswiyanti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
Lebih terperincitenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja
Lebih terperinciGAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013
GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013 Nyoman Virna Uginiari 1, I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti 2 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinci