HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANTROPOMETRI Hasil pengolahan data yang akan disajikan dalam tabel-tabel pada bab pembahasan ini merupakan ringkasan data yang menunjukkan nilai rata-rata, simpangan baku, sebaran persentil ke-5, ke-50 dan ke-95 serta nilai standard error of mean ( SEM) dan coefficient of variation (CV) untuk masing-masing parameter pengukuran antropometri petani. Sebagaimana telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka, data dasar yang harus ada pada pengukuran antropometri adalah nilai rata-rata atau mean yang disimbolkan m serta simpangan baku populasi yang dinotasikan dengan S. Dari data dasar tersebut kemudian dapat diperoleh nilai persentil yang merupakan data utama yang dicari untuk setiap variabel pengukuran yang akan digunakan dalam analisis kesesuaian desain. Mulai Parameter-parameter pengukuran antropometri m, S, P 5, P 50, P 95, SEM, CV, RSH, IBW Database antropometri Stop Gambar 7. Flowchart pengolahan data antropometri Umumnya nilai persentil yang digunakan dalam perencanaan desain ergonomis adalah persentil 5, yang mewakili pengguna dengan dimensi tubuh kecil; persentil 50, yang mewakili pengguna dimensi tubuh sedang atau rata-rata; dan persentil 95, yang mewakili pengguna dengan dimensi tubuh besar. Dalam ilmu statistik, pengertian dari persentil sendiri adalah nilai-nilai yang membagi segugus pengamatan menjadi 100 bagian yang sama. Nilai-nilai itu dilambangkan dengan P 1, P 2,... hingga P 99. Makna dari nilai persentil tersebut dapat dijelaskan bahwa n% dari seluruh data terletak di bawah P n, dimana n memiliki range 1 sampai 100. SEM atau galat baku rerata juga menjadi bahasan pada penelitian data antropometri. Nilai SEM digunakan untuk mengetahui simpangan galat yang terjadi pada pengukuran data antropometri. Jadi, bila telah diketahui mean dan simpangan baku dari distribusi sampel, maka akan dapat diketahui apakah suatu rerata sampel diperoleh dari populasi atau bukan dari populasi yang menjadi obyek penelitian. Layaknya suatu distribusi normal, hampir 68% rata-rata sampel berada pada +1 SEM dan 26

2 -1 SEM, hampir 95% berada diantara +2 SEM dan -2 SEM, serta lebih dari 99% berada diantara +3 SEM dan -3 SEM. SEM juga dapat digunakan untuk menunjukkan batas atau limit dimana terdapat rerata populasi. Batas atau limit ini disebut dengan interval kepercayaan. Interval kepercayaan yang akan dibuktikan pada data ini sebesar 95% (±2 SEM). Sebagai ilustrasi distribusi sampling rerata dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 8. Distribusi sampling rerata Pada penelitian ini terdapat banyak peubah atau variabel yang diidefinisikan sebagai parameter pengukuran. Tentunya pada setiap variabel memiliki kecenderungan nilai rata-rata masing-masing. Untuk menjalankan fungsi yang sama, dalam ilmu statistika, selisih galat baku rerata (SEM) diantara rerata-rerata variabel sampel disebut dengan SED (standard error of the difference), yang merupakan akar kuadrat dari hasil penjumlahan kuadrat SEM untuk masing-masing parameter pengukuran. Pembahasan pada penelitian ini tidak menghitung dan membahas SED, karena pada umumnya perbedaan diantara rerata sampel juga cenderung berdistribusi normal, sehingga bisa dikatakan SED cenderung sebanding dengan SEM baik nilai maupun kisarannya. Simpangan baku yang dinyatakan dalam satuan yang sama dengan data aslinya, hanya dapat digunakan untuk melihat penyimpangan nilai yang terdapat pada suatu kumpulan data. Bukan merupakan ukuran penyimpangan (variasi) yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa kumpulan data. Hal ini akan menyulitkan bila yang dibutuhkan adalah membandingkan dua kelompok data antropometri yang memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk itu digunakan analisis variasi relatif atau coefficient of variation (CV). Nilai CV menggambarkan sebaran data dari nilai tengah berdasarkan pengukuran relatif. Hal ini memberikan pengertian bahwa CV menunjukkan besarnya keragaman dalam hubungannya dengan nilai rata-rata dari parameter-parameter yang diteliti. Pada penelitian ini, penulis melakukan pengukuran antropometri petani dengan subyek petani pria dan wanita yang ada di 15 desa di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Ukuran sampel petani pria yang diambil adalah 69 orang, sedangkan pada petani wanita sebanyak 62 orang. Metode pengambilan sampel adalah proportional random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak berdasarkan ukuran proporsi sampel di masing-masing desa (cara menentukan ukuran sampel dapat di lihat kembali di bab Metodologi subbab B.1). Acak (random) yang dimaksud disini adalah penentuan sampel pengukuran hanya melihat profesi subyek, yakni sebagai petani penggarap di desadesa tersebut, dengan tetap memperhatikan kedekatan hubungan, artinya sampel tidak terpusat pada satu anggota keluarga petani. Hal ini dimaksudkan agar ukuran sampel benar-benar mewakili antropometri petani secara keseluruhan di Kecamatan Wedung. Usia merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan subyek pengukuran. Karena fokus penelitian adalah antropometri petani, maka subyek yang diteliti harus memiliki kisaran usia yang matang secara morfologis. Matang secara morfologis disini maksudnya antropometri subyek sudah melewati masa pertumbuhan akhir (fase dewasa) dan belum mengalami kecenderungan penurunan antropometri (fase manula). Penurunan antropometri dapat diindikasikan dengan berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) ataupun karena berkurangnya dinamika gerakan 27

3 tangan dan kaki. Secara teori usia matang morfologis berkisar antara 19 hingga 65 tahun (Pheasant, 1982). Berikut disajikan ringkasan data sampel petani berdasarkan kriteria usia. Tabel 6. Ringkasan data sampel petani berdasarkan usia (satuan tahun) No Kriteria Subyek Petani m S PERSENTIL CV SEM (%) I. Pria (n=69) Usia II. Wanita (n=62) Tabel di atas menunjukkan range usia sampel untuk masing-masing subyek yang diteliti. Pada penelitian ini, masing-masing subyek memilliki kisaran usia 21 hingga 75 tahun untuk subyek petani pria dan 20 hingga 65 tahun untuk subyek petani wanita. Nilai SEM yang didapatkan adalah terletak antara -2 SEM dan 2 SEM, artinya hampir 95% rata-rata populasi (sampel yang diambil) terletak pada 46±1.96(1.43) = 46±2.80= ke ~ 43 sampai 49 tahun pada subyek petani pria dan 41±1.96(1.18)= 41±2.31= ke ~ 39 sampai 43 tahun pada subyek petani wanita. Hasil perhitungan ini juga bisa diredaksikan bahwa 95% interval kepercayaan terletak diantara usia 43 hingga 49 tahun untuk subyek petani pria dan 39 sampai 43 tahun pada subyek petani wanita. Range usia ini tergolong usia produktif petani secara umum. Nilai CV untuk kriteria usia yang didapatkan pada penelitian ini memiliki persentase yang cukup besar yaitu lebih dari 20%, artinya kriteria usia memiliki keragaman cukup tinggi, bahkan terrtinggi bila dibandingkan dengan parameter-parameter pengukuran lainnya. Dalam penelitian ini, batas akhir usia subyek merupakan faktor non teknis yang sulit dikondisikan karena secara fisik petani telah memenuhi kriteria umum serta kriteria utama untuk diambil sebagai subyek yang dijadikan sampel pengukuran. Selain itu, subyek petani yang diambil tidak memperlihatkan penurunan antropometri. Ringkasan hasil pengolahan data antropometri petani pria dan wanita menggunakan software spread-sheet dengan 50 parameter pengukuran dari 15 desa di Kecamatan Wedung dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Hasil pengolahan data antropometri sampel petani pria (n=69) No Parameter Pengukuran a m S A. Berdiri PERSENTIL SEM 1 Berat badan Tinggi badan Tinggi mata Tinggi bahu , Tinggi siku tangan Tinggi pinggang Tinggi pinggul Tinggi genggaman tangan Tinggi ujung tangan CV (%) 28

4 Lanjutan Tabel 7 No Parameter Pengukuran a m S PERSENTIL CV SEM (%) 10 J. tangan keatas terbuka J. tangan keatas menggenggam J. tangan kedepan terbuka J. tangan kedepan menggenggam J. 2 tangan kesamping terbuka J. 2 tangan kesamping tergenggam Jengkal 2 siku Panjang telapak kaki Lebar telapak kaki B. Duduk 19 Lebar telapak tangan Diameter genggaman tangan Panjang telapak tangan Keliling genggaman tangan Panjang ibu jari Panjang jari telunjuk Panjang jari tengah Panjang jari manis Panjang jari kelingking Panjang jengkal tangan Tinggi duduk Tinggi mata Tinggi bahu Tinggi siku tangan J. tangan keatas terbuka J. tangan keatas menggenggam Tinggi lutut Tinggi popliteal J. tangan ke bawah terbuka J. tangan ke bawah tergenggam Panjang lengan atas Panjang lengan bawah terbuka Panjang lengan bawah tergenggam Jarak pantat-lutut Jarak pantat-popliteal

5 Lanjutan Tabel 7 No Parameter Pengukuran a m S PERSENTIL CV SEM (%) 44 Panjang kepala Lebar kepala Lebar bahu (biacromial) Lebar bahu (bideltoid) Lebar pinggul Tebal dada Tinggi dudukan paha a semua dimensi dalam cm, kecuali berat badan dalam kg. Tabel 8. Hasil pengolahan data antropometri sampel petani wanita (n=62) No Parameter Pengukuran a m S PERSENTIL CV SEM (%) A. Berdiri 1 Berat badan Tinggi badan Tinggi mata Tinggi bahu Tinggi siku tangan Tinggi pinggang Tinggi pinggul Tinggi genggaman tangan Tinggi ujung tangan J. tangan keatas terbuka J. tangan keatas menggenggam J. tangan kedepan terbuka J. tangan kedepan menggenggam J. 2 tangan kesamping terbuka J. 2 tangan kesamping tergenggam Jengkal 2 siku Panjang telapak kaki Lebar telapak kaki B. Duduk 19 Lebar telapak tangan Diameter genggaman tangan

6 Lanjutan Tabel 8 No Parameter Pengukuran a m S PERSENTIL CV SEM (%) 21 Panjang telapak tangan Keliling genggaman tangan Panjang ibu jari Panjang jari telunjuk Panjang jari tengah Panjang jari manis Panjang jari kelingking Panjang jengkal tangan Tinggi duduk Tinggi mata Tinggi bahu Tinggi siku tangan J. tangan keatas terbuka J. tangan keatas menggenggam Tinggi lutut Tinggi popliteal J. tangan kebawah terbuka J. tangan kebawah tergenggam Panjang lengan atas Panjang lengan bawah terbuka Panjang lengan bawah tergenggam Jarak pantat-lutut Jarak pantat-popliteal Panjang kepala Lebar kepala Lebar bahu (biacromial) Lebar bahu (bideltoid) Lebar pinggul Tebal dada Tinggi dudukan paha a semua dimensi dalam cm, kecuali berat badan dalam kg. Pada Tabel 7, hasil perhitungan SEM menunjukkan bahwa semua parameter pengukuran memiliki kecenderungan nilai SEM kecil, yaitu Hasil ini mengindikasikan bahwa penyebaran dimensi-dimensi tubuh subyek sampel petani pria di Kecamatan Wedung memiliki rataan 31

7 dimensi yang relatif sama dengan antropometri populasi petani di Kecamatan Wedung pada umumnya, dengan interval kepercayaan 95%. Pada tabel yang sama, terdapat beberapa parameter yang memiliki nilai SEM yang relatif lebih tinggi dibandingkan nilai SEM pada parameter-parameter lainnya. Nilai-nilai itu terletak pada parameter pengukuran antropometri berat badan, serta jangkauan tangan ke atas ketika berdiri baik terbuka ataupun menggenggam, yaitu SEM lebih dari 1. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam desain ataupun re-desain suatu peralatan maupun ruang kerja dengan parameter-parameter tersebut perlu lebih berhati-hati. Untuk hasil perhitungan CV, dapat dilihat bahwa nilai CV terbesar, yaitu berdasarkan range relatif dengan CV 10%, terletak pada parameter pengukuran antropometri berat badan, diameter genggaman tangan, tinggi siku tangan, tebal dada, dan tinggi dudukan paha. Berdasarkan hasil perhitungan CV tersebut dapat dilihat bahwa nilai CV yang tinggi umumnya didominasi oleh parameter-parameter antropometri pada dimensi muscle, yaitu terkait tebal otot. Tabel 8 merupakan ringkasan pengolahan antropometri petani wanita. Sama halnya dengan subyek petani pria, secara umum nilai SEM pada subyek petani wanita juga cenderung kecil, yaitu Ini mengindikasikan bahwa 95% penyebaran dimensi-dimensi tubuh subyek sampel petani wanita di Kecamatan Wedung relatif sama dengan antropometri populasi petani wanita di Kecamatan Wedung pada umumnya. Parameter dengan nilai SEM tertinggi pada subyek petani wanita adalah pada parameter tinggi badan, dengan nilai SEM sebesar Hal ini berarti dalam kasus perancangan alat ataupun ruang kerja yang baik dengan keterkaitan parameter tinggi badan petani wanita, hendaknya lebih hati-hati. Pada perhitungan CV, terdapat enam parameter pengukuran antropometri subyek petani wanita yang memiliki nilai keragaman tinggi (CV 10%). Parameter-parameter tersebut diantaranya berat badan, diameter genggaman tangan, tinggi siku tangan, lebar pinggul, tebal dada, dan tinggi dudukan paha. Sama halnya pada subyek petani pria, parameter-parameter dengan nilai CV yang tinggi pada subyek petani wanita pada umumnya masih didominasi oleh segmen-segmen tubuh terkait dimensi muscular. Dari kedua tabel ringkasan pengolahan data antropometri untuk masing-masing subyek, jelas sekali terlihat perbedaan karakteristik keragaman relatif antar subyek. Parameter-parameter dengan nilai CV tinggi antar subyek, nilai CV petani wanita umumnya lebih tinggi, banyak, dan beragam dibanding nilai CV pada sampel subyek petani pria. Untuk parameter diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan jari tengah), nilai CV pada subyek pria lebih tinggi daripada subyek wanita. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada diameter muscular antara petani pria dan wanita terkait segmen tubuh untuk perencanaan desain dengan fungsi menggenggam. Nilai SEM antar subyek dapat digolongkan kecil dan tidak berbeda jauh. Range relatif ratarata SEM antar subyek adalah , atau terletak antara -2 SEM dan +2 SEM. Ini membuktikan bahwa antropometri sampel dapat mewakili antropometri populasi di Kecamatan Wedung dengan interval kepercayaan 95%. Namun dalam upaya perencanaan desain atau re-desain tetap diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan parameter-parameter pengukuran dengan nilai SEM yang cenderung tinggi (SEM 1). Sebagaimana hasil perhitungan pada Tabel 7 dan Tabel 8, parameterparameter itu diantaranya adalah berat badan, tinggi badan serta jangkauan tangan keatas ketika berdiri (baik terbuka atau menggenggam). RSH atau Relative Sitting Height merupakan rasio relatif antara tinggi badan subyek ketika duduk dengan tinggi badan ketika berdiri. Nilai RSH akan menunjukkan karakteristik tungkai dari subyek hingga akhirnya bisa digunakan untuk mereprentatifkan karakteristik panjang tungkai kaki secara umum dari populasi yang diteliti. Pengolahan data antropometri juga dapat mencari nilai Ideal 32

8 Body Weight (IBW) atau dalam istilah gizi medis biasa dikenal dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai IBW merupakan rasio relatif antara berat badan (dalam kilogram) dengan akar kuadrat dari tinggi badan (dalam meter). Rataan IBW menunjukkan karakteristik massa tubuh dari populasi yang diteliti, hal ini akan menunjukkan status gizi dari sampel. Berikut disajikan tabel hasil pengukuran rasio RSH dan IBW dari sampel petani di Kecamatan Wedung. Tabel 9. Ringkasan data sampel petani berdasarkan pengukuran RSH dan IBW No Subyek Petani Perhitungan m S PERSENTIL SEM CV (%) I. Pria RSH (n=69) IBW II. Wanita RSH (n=62) IBW Pada perhitungan RSH dan IBW, nilai SEM tergolong kecil, yaitu terletak pada -1 SEM, hal ini berarti interval kepercayaan terletak pada batas 68%. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan ukuran sampel subyek untuk mengetahui secara lebih mendalam terkait karakteristik RSH dan IBW. Nilai CV pada perhitungan rasio IBW subyek petani di Kecamatan Wedung adalah lebih tinggi dibandingkan nilai CV RSHnya. Artinya, karakteristik dimensi muscular petani Wedung lebih beragam dibanding dimensi skeletalnya. Serta nilai CV RSH dan IBW pada subyek petani wanita lebih tinggi dibanding nilai CV RSH dan IBW pada subyek petani pria. Artinya, karakteristik antropometri petani wanita lebih beragam dibanding petani pria. Standar IBW yang digunakan adalah standar IBW orang Asia. Secara umum, rasio RSH dan IBW pada subyek petani baik pria dan wanita di Kecamatan Wedung memiliki kecenderungan karakteristik relatif sama. Berikut disajikan diagram subyek petani berdasarkan klasifikasi RSH. 12% 6% 32% ~ % ~ % ~ % ~0.55 (a) (b) Gambar 9. Diagram persentase sampel berdasarkan golongan RSH (a) subyek petani pria, (b) subyek petani wanita Klasifikasi range rasio RSH merujuk pada Pheasant (1997) dalam jurnal internasional ergonomika industri. Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa, ketika rasio RSH besar (~0.55) maka sampel digolongkan sebagai tungkai pendek (short-legged). Jika rasio RSH kecil (~0.50), populasi sampel memiliki karakteristik tungkai panjang (long-legged). Sedangkan range tergolong karakteristik tungkai sedang (rasio tungkai tidak panjang atau tidak pendek), sebagaimana pada karakteristik bangsa Eropa dan Indo-Mediteranian. Berdasarkan analisis RSH diketahui bahwa sebagian besar populasi sampel petani memiliki karakteristik panjang tungkai sedang. 33

9 Berikut disajikan diagram persentase subyek petani berdasarkan klasifikasi IBW. Klasifikasi didasarkan pada range indeks massa tubuh yang lazim digunakan di bidang kesehatan termasuk oleh World Health Organization (2008). 19% 10% <18.5 8% 36% < % >25 56% >25 (a) (b) Gambar 10. Diagram persentase sampel berdasarkan golongan IBW (a) subyek petani pria, (b) subyek petani wanita Perhitungan IBW menunjukkan bahwa lebih dari 50% sampel petani memiliki IBW normal. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik umum dari sampel petani di Kecamatan Wedung adalah berbadan sedang, yaitu tidak kurus atau tidak gemuk. Menurut Garrow dan Webster (1985), hasil IBW dapat menjadi indikator obesitas yang mudah digunakan dan dapat dipercaya (reliable). Pengukuran dimensi tubuh secara langsung bertujuan untuk mendapatkan hasil ukuran tubuh yang valid sebagaimana dimensi obyek yang diukur. Pada penelitian ini, sedapat mungkin penulis melakukan pengukuran antropometri secara langsung untuk setiap parameter yang berkaitan erat dengan desain mesin, alat atau perkakas pertanian, terutama knapsack sprayer. Pada kondisi dengan keterbatasan waktu, alat maupun tenaga kerja pengukur, tidak jarang terdapat dimensi tubuh obyek yang tidak dapat diukur langsung. Untuk mendapatkan estimasi ukuran yang mendekati ukuran segmen tubuh obyek yang sesungguhnya, dapat dilakukan dengan menghitung secara teliti dari dimensi tubuh segmen lain yang telah diketahui. Metode yang benar untuk melakukan estimasi ini adalah dengan cara memperkirakan simpangan baku dari dimensi yang dicari kemudian menghitung persentilnya sebagai selisih dari dua persentil yang diketahui diantara dimensi yang dicari. Adapun nilai simpangan baku dapat diperkirakan dengan menggunakan koefisien keragaman (CV) yang telah diperkirakan relatif terhadap sejumlah dimensi yang lain. Sebagai ilustrasi subyek petani beserta parameter-parameter pengukuran antropometri dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Pada pengukuran parameter ketinggian ketika duduk (tinggi duduk, tinggi mata, tinggi bahu, dan tinggi siku tangan), perhitungan dimensi tinggi dimulai dari alas duduk hingga ke parameter yang diinginkan (ujung kepala, mata, bahu, atau siku tangan). Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada penelitian ini ketinggian tempat duduk (kursi) untuk pengukuran antropometri petani terkadang tidak sama, sehingga untuk mengkalibrasi hasil pengukuran pada posisi duduk, alas duduk dijadikan titik acuan pengukuran. 34

10 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Keterangan : (1) Berat badan (2) Tinggi badan (3) Tinggi mata (4) Tinggi bahu (5) Tinggi siku tangan (6) Tinggi pinggang (7) Tinggi pinggul (8) Jangkauan tangan ke samping menggenggam (9) Jangkauan tangan ke depan terbuka Gambar 11. Pengukuran antropometri posisi berdiri 35

11 (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) Keterangan : (10) Lebar tangan (11) Panjang jari tengah (12) Tinggi duduk (13) Tinggi bahu (14) Panjang lengan bawah terbuka (15) Panjang lengan bawah tergenggam (16) Jarak pantat-lutut (17) Lebar bahu (bideltoid) (18) Lebar pinggul Gambar 12. Pengukuran antropometri posisi duduk 36

12 Terdapat 34 parameter utama pengukuran antropometri petani terkait penggunaan knapsack sprayer (Lampiran 2). Parameter-parameter utama terdiri atas 14 parameter pengukuran posisi berdiri dan 20 parameter pengukuran posisi duduk. Mengenai parameter-parameter utama beserta penjelasan keterkaitannya dengan desain knapsack sprayer dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Parameter pengukuran utama antropometri No Parameter Pengukuran Keterangan 1 Berat badan 2 Tinggi badan 3 Tinggi duduk 4 Tinggi bahu 5 Tinggi pinggang 6 Tinggi pinggul Mempengaruhi kapasitas (beban) yang dapat dibawa Mempengaruhi rancangan tinggi tangki 7 Tinggi siku tangan Pertimbangan panjang selang dan tinggi 8 Tinggi siku tangan (duduk) batang piston pompa 9 Tinggi genggaman tangan 10 Tinggi ujung tangan 11 J. tangan keatas terbuka 12 J. tangan keatas menggenggam 13 J. tangan kedepan terbuka 14 J. tangan kedepan menggenggam 15 J. tangan kesamping terbuka 16 J. tangan kesamping tergenggam 17 J. tangan kebawah terbuka 18 J. tangan kebawah tergenggam 19 J. tangan keatas terbuka (duduk) 20 J. tangan keatas menggenggam (duduk) Pertimbangan panjang selang Mempengaruhi jangkauan rentang tangan untuk memompa dan menyemprot, panjang selang dan pipa semprot serta grip 21 Lebar telapak tangan Mempengaruhi panjang grip pompa 22 Panjang telapak tangan Mempengaruhi panjang grip penyemprot 23 Keliling genggaman tangan Mempengaruhi lebar dan tebal grip pompa 24 Diameter genggaman tangan serta diameter grip penyemprot 25 Panjang jari telunjuk Pertimbangan akses switch on-off nosel 26 Panjang jari tengah (terutama untuk sprayer dengan sistem switch on-off nosel dengan menggeser) 27 Panjang lengan atas 28 Panjang lengan bawah terbuka 29 Panjang lengan bawah tergenggam Mempengaruhi panjang selang, pipa dan sudut pemompaan 30 Tinggi bahu (duduk) Pertimbangan batas tinggi tangki 31 Lebar bahu (biacromial) Mempengaruhi perancangan lebar tangki 32 Lebar bahu (bideltoid) (terutama bagian atas) 33 Lebar pinggul Mempengaruhi perancangan batas lebar tangki (terutama bagian bawah) 34 Lebar dada Pertimbangan panjang sabuk gendong 37

13 Hasil pengolahan data antropometri dengan parameter-parameter utama diatas dapat dilihat pada tabel ringkasan hasil pengolahan data antropometri secara umum pada setiap subyek petani pria maupun wanita di Kecamatan Wedung (Lampiran 3). Sebagaimana penjelasan karakteristik SEM dan CV secara umum pada 50 parameter pengukuran, secara khusus pada batasan data antropometri petani dengan parameter-parameter utama, nilai SEM terletak pada range untuk subyek petani pria dan untuk petani wanita. SEM terletak pada -2 SEM dan +2 SEM, artinya SEM memiliki interval kepercayaan 95%. Nilai CV untuk parameter-parameter utama, pada subyek pria memiliki nilai , sedangkan pada subyek petani wanita memiliki nilai Dari data tersebut terlihat bahwa nilai CV setiap parameter pengukuran utama memiliki interval cukup lebar, namun tidak berdistribusi normal. Faktor yang mempengaruhi distribusi CV yang tidak merata ini adalah acuan jenjang yang relatif berbeda antar parameter pengukuran, misalnya parameter berat dengan parameter tinggi, tebal maupun panjang. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan dan ketarkaitan antar parameterparameter pengukuran. Dari analisis ini akan diketahui variabel r yang menyimpan nilai hubungan keeratan dari dua variabel. Tabulasi koefisien korelasi parameter-parameter pengukuran antropometri secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan tabulasi koefisien korelasi dari 34 parameter utama pengukuran antropometri terhadap subyek petani pria dan wanita di Kecamatan Wedung dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut disajikan diagram hasil ringkasan data kuantitatif dari nilai r untuk 34 parameter pengukuran antropomentri petani terkait pengamatan desain ergonomis knapsack sprayer. r=0 0<r <r <r <r <r< pria Gambar 13. Data kuantitatif koefisien korelasi untuk setiap parameter pengukuran utama pada subyek petani Hasil analisis korelasi perlu memperhatikan tiga penafsiran korelasi, yaitu berdasarkan kekuatan hubungan, signifikansi hubungan, dan arah hubungan. Dengan penafsiran yang tepat dari nilai r, tentunya akan mempermudah dalam analisis data-data yang didapatkan. Berdasarkan analisis korelasi dari 34 parameter utama dengan 561 elemen data pengukuran utama didapatkan hasil bahwa persentase jumlah variabel r =0, yang berati tidak adanya korelasi antar dua parameter yang dibandingkan, untuk masing-masing subyek petani pria dan wanita adalah 0.53%. Untuk r yang mengindikasikan hubungan lemah pada masing-masing subyek petani pria dan wanita, yaitu 0<r 0.2 (lemah sekali) sebesar 25.67% dan 21.57%, serta 0.2<r 0.4 (lemah) sebesar 26.20% dan 34.22%. Sedangkan r yang berarti hubungan keeratan sedang, yaitu 0.4<r 0.7 sebesar 35.29% untuk subyek pria dan 36.01% untuk subyek wanita. Sisanya adalah r yang menunjukkan hubungan keeratan kuat pada masing-masing subyek petani pria dan wanita, yaitu 0.7<r 0.9 (kuat) sebesar 11.05% dan 6.60% serta 0.9<r<1 (sangat kuat) sebesar 1.25% dan 1.07%. 121 wanita 38

14 Parameter-parameter utama yang memiliki nilai r sangat kuat diantaranya tinggi bahu-tinggi badan, jangkauan tangan ke atas terbuka-tinggi badan, tinggi ujung tangan-tinggi genggaman tangan, serta parameter-parameter jangkauan, yaitu jangkauan tangan ke atas menggenggam-jangkauan tangan ke atas terbuka, jangkauan tangan ke depan menggenggam-jangkauan tangan ke depan terbuka, jangkauan tangan ke depan menggenggam-jangkauan tangan ke depan terbuka (posisi duduk), dan jangkauan tangan ke bawah terbuka-jangkauan tangan ke bawah tergenggam. B. KNAPSACK SPRAYER Spesifikasi knapsack sprayer yang banyak digunakan di Kecamatan Wedung sekaligus sebagai obyek penelitian adalah knapsack sprayer dengan tangki yang terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) dengan kapasitas 14 dan 17 liter. Gambar 14. Knapsack sprayer Pengukuran knapsack sprayer ini didasarkan pada hasil wawancara dengan petani pengguna knapsack sprayer di Kecamatan Wedung. Metodologi yang digunakan adalah wawancara langsung kepada petani yang khusus menggunakan knapsack sprayer sebagaimana yang dijadikan obyek penelitian, kemudian mengukur dimensi sekaligus mengamati desain knapsack sprayer. Mulai Kapasitas dan bobot knapsack sprayer, dimensi tangki, dimensi pegangan pompa, dimensi pegangan semprot, pipa semprot dan selang Dimensi knapsack sprayer Stop Gambar 15. Flowchart pengolahan dimensi knapsack sprayer Berikut disajikan hasil pengamatan dan pengukuran dimensi bagian-bagian knapsack sprayer di Kecamatan Wedung. 39

15 Tabel 11. Hasil pengukuran dimensi knapsack sprayer di Kecamatan Wedung Spesifikasi Satuan Kapasitas 14 L 17 L Pengisian liter Kosong kg 4 6 Bobot Terisi penuh kg Pengisian kg Panjang mm Tangki Lebar mm Tinggi mm Panjang mm Grip pompa Tebal mm Lebar mm Lengkung jari mm 2 5 Diameter atas mm Grip penyemprot Diameter bawah mm Panjang mm Pipa semprot Panjang mm Diameter mm Selang Panjang mm Diameter mm Pengambilan ukuran knapsack sprayer, penulis merujuk pada ISO 5681:1992 (E/F) (lihat bab Metodologi subbab B.2.b), dan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kapasitas tangki Pada pengukuran kapasitas tangki, penulis membandingkan antara kapasitas tangki pengamatan sebagaimana yang tertulis di badan tangki, dan kapasitas tangki pengisian yang umum digunakan oleh petani ketika bekerja. 2. Bobot Bobot yang diukur adalah bobot kosong, bobot terisi penuh, dan bobot pengisian dari spek knapsack sprayer yang umum digunakan oleh petani di Kecamatan Wedung. Pengukuran bobot dilakukan dengan timbangan. 3. Tangki Dimensi tangki yang diukur adalah dimensi panjang, lebar, dan tinggi. Pengukuran tangki dilakukan dengan meteran. 4. Grip pompa Dimensi yang diukur adalah panjang, tebal, dan lebar. Pengukuran grip pompa menggunakan meteran.terdapat dua pengukuran lebar, yaitu lebar maksimum dan lebar minimum. Definisi lebar disini adalah jarak antar dua sisi bidang horizontal yang sejajar, pengukuran dimulai dari sisi datar grip pompa menuju ke sisi yang beralur (lengkung jari). Lebar maksimum bila pengukuran berakhir pada titik terpanjang antar dua bidang horizontal tersebut, sedangkan 40

16 lebar minimun bila pengukuran berakhir pada titik tependek antar dua bidang horizontal tersebut. 5. Grip penyemprot Dimensi yang diukur adalah panjang dan diameter silinder pegangan pipa semprot. 6. Pipa semprot dan selang Dua komponen ini paling banyak memiliki variasi, terutama pada dimensi panjang. Pada pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing petani. Karena biasanya petani akan memodifikasi panjang pipa dan selang dari knapsack sprayer yang dimiliki. Dari hasil pengamatan, desain knapsack sprayer yang digunakan oleh petani relatif sama. Perbedaan yang cukup mencolok adalah pada desain grip pompa dan grip penyemprot. Grip pompa pada knapsack sprayer produksi terbaru, dengan umur alat 6 bulan, dalam gambar ditunjukkan pada grip pompa dengan warna hitam. Desain ini dinilai lebih ergonomis dibanding dengan desain grip pompa produksi lama (warna hijau) yang cenderung berbentuk balok tipis. Namun, dari hasil penelitian hanya sedikit petani yang memiliki knapsack sprayer dengan umur alat 6 bulan. Knapsack sprayer yang digunakan oleh petani pada umumnya adalah berumur lebih dari lima tahun. Sehingga desain grip pompa yang akan dianalisis adalah grip pompa produksi lama. Sedangkan desain grip penyemprot yang dianalisis adalah grip penyemprot dengan sistem switch on-off nosel dengan menggeser katup bukaan nosel (dapat dilihat pada Gambar 16.7), karena desain ini yang umum digunakan oleh petani lokal. Sebagai ilustrasi pengukuran dimensi knapsack sprayer dapat dilihat pada dokumentasi penelitian pada Gambar 16. (1) (2) (3) (4) (5) (6) 41

17 (7) (8) (9) Keterangan : (1) Kapasitas tangki (melihat label tangki) (2) Pengukuran bobot knapsack sprayer (3) Pengukuran tinggi tangki (4) Pengukuran panjang tangki (5) Pengukuran lebar tangki (6) Tuas pompa (7) Pengukuran panjang grip penyemprot (8) Pengukuran panjang grip pompa (9) Pengukuran lebar grip pompa Gambar 16. Pengukuran dimensi knapsack sprayer C. PERSEPSI SUBYEKTIF Koresponden yang menjadi subyek wawancara adalah petani pengguna knapsack sprayer. Tidak semua subyek petani yang diukur antropometrinya sekaligus menjadi koresponden wawancara. Hal ini dikarenakan terdapat petani subyek pengukuran antropometri yang tidak biasa melakukan penyemprotan menggunakan knapsack sprayer sebagaimana yang dijadikan obyek penelitian penulis. Keadaan ini terjadi pada subyek petani wanita, hanya ada beberapa petani wanita yang melakukan penyemprotan. Total koresponden yang menjadi subyek wawancara adalah 68 orang petani pria dan 40 orang petani wanita. Komposisi pertanyaan dalam wawancara ini meliputi waktu dan lama penyemprotan, luasan area penyemprotan, intensitas penyemprotan, kapasitas penyemprotan, pengoperasian knapsack sprayer, serta keluhan. Berdasarkan hasil wawancara, umumnya para petani melakukan penyemprotan di lahan pada pagi hari, yaitu dimulai pukul WIB dan berakhir pukul WIB. Waktu yang dibutuhkan oleh petani untuk menyemprot tanaman bergantung pada luasan lahan tanam serta dosis pestisida yang akan diaplikasikan ke tanaman budidaya. Luasan lahan tanam yang umum digunakan untuk setiap siklus luasan penyemprotan adalah 2700 m m 2. Lama penyemprotan rata-rata petani pada setiap luasan area lahan adalah 3-5 jam untuk petani pria dan 2-6 jam untuk petani wanita. Jangkauan lama penyemprotan yang biasa dilakukan oleh petani wanita lebih lebar dibandingkan petani pria. Petani wanita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan penyemprotan dalam setiap luasan area penyemprotan. Biasanya petani wanita melakukan penyemprotan dengan luasan yang lebih kecil dibandingkan luasan penyemprotan petani pria. Sebagaimana data wawancara, luasan rata-rata subyek petani wanita adalah m 2, sedangkan petani pria dengan memiliki range luasan rata-rata m 2. Hal ini memberi pengertian bahwa variabel lama penyemprotan tidak selalu berkorelasi kuat dengan variabel luasan area penyemprotan, terutama bila perbandingan ini diterapkan pada faktor yang berbeda. Proses wawancara dilakukan di rumah petani, di sawah dan di balai desa. Pada proses wawancara di lapangan (sawah) dilakukan ketika petani telah melakukan kegiatan penyemprotan. Hal 42

18 ini bertujuan agar hasil wawancara memberikan informasi persepsi subyektif yang sah dan terpercaya sebagaimana keadaan yang dirasakan oleh para petani terkait penggunaan knapsack sprayer. Keluhan yang ditanyakan dalam wawancara ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu keluhan khusus dalam hubungannya dengan sistem musculoskeletal terkait pemakaian knapsack sprayer (setelah penggunaan) dan keluhan umum dalam hubungannya dengan penyakit yang diderita oleh petani. Petani diperkenankan memberikan jawaban keluhan lebih dari satu. Berdasarkan pengolahan data keluhan, didapatkan grafik keluhan khusus dan keluhan umum yang biasa dirasakan oleh petani di Kecamatan Wedung sebagai berikut. 100% 66% 18% 28% 36% 22% pria wanita 6% 1% 3% 0% 4% 0% lengan bahu punggung pinggang kelelahan tidak ada keluhan Gambar 17. Grafik keluhan khusus pada penggunaan knapsack sprayer 32% 44% pria wanita 2% 0% 8% 11% 10% 11% leher kaki/lutut pusing lainnya keluhan Gambar 18. Grafik keluhan umum petani Sebagaimana grafik di atas, umumnya petani merasakan keluhan khusus berupa sakit otot pada bahu dan lengan serta kelelahan setelah melakukan pekerjaan penyemprotan. Sakit otot bagian bahu adalah keluhan khusus utama dalam pemakaian knapsack sprayer, yaitu bagi seluruh responden petani wanita dan sebagian besar responden petani pria. Keluhan otot bahu diindikasikan karena beban yang cukup berat, yang menekan bahu dengan intensitas waktu kerja yang relatif lama serta distribusi beban yang tidak merata pada bahu. Faktor utama yang menyebabkan keluhan pada bahu adalah berat knapsack sprayer serta lama penyemprotan. Keluhan lain yang paling banyak diderita oleh petani adalah kelelahan dan sakit otot lengan. Kelelahan diindikasikan merupakan akumulasi dari beban kerja petani pada penyemprotan terhadap lama waktu kerja. Sedangkan sakit otot pada bagian lengan yang dirasakan oleh petani adalah terjadi pada lengan tangan yang melakukan pemompaan. Hal ini diindikasikan karena gerakan naik-turun 43

19 secara berulang-ulang (repetitive). Dari hasil wawancara, tangan yang mengalami keluhan otot lengan adalah tangan kiri. Dalam kaitannya dengan prinsip ergonomi, sedapat mungkin menghindari keadaan pembebanan statis serta bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siklus aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi. Beban otot statis terjadi ketika otot dalam keadaan tegang (tension) tanpa menghasilkan gerakan tangan atau kaki. Beban otot statis (static muscle loading) terjadi ketika postur tubuh berada pada kondisi tidak natural, peralatan maupun material ditahan pada kondisi yang berlawanan dengan arah gravitasi. Kondisi ini bisa terjadi pada kegiatan penyemprotan. Pembebanan pada bahu bisa digolongkan ke dalam pembebanan otot statis, karena pada posisi ini, bahu menjadi tumpuan dari bobot knapsack sprayer. Posisi lengan yang berada relatif jauh di atas pusat tubuh juga dapat menjadi sumber dari keluhan otot dan kelelahan. Alternatif untuk mengurangi keluhan-keluhan tersebut diantaranya adalah dengan mengurangi beban otot statis pada bahu. Beban yang tidak perlu harus dikurangi dan sedapat mungkin dihilangkan. Hal tersebut perlu memperhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan petani pengguna. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan, maka gerakan tangan terkait jangkauan pemompaan harus dipertimbangkan serendah mungkin dari titik pusat tubuh. Menurut Ronald (2003), tumpuan pusat tubuh terletak antara 55-57% tinggi badan dan berbanding lurus dengan titik berat badan, atau bisa diasumsikan terletak di sekitar 1 inch dari pusar (untuk subyek wanita, sedikit lebih rendah dari posisi 1 inch dari pusarnya). Selain itu, terkait desain leher gagang, hendaknya disesuaikan dengan antropometri panjang lengan petani sehingga dapat meminimalisir kelelahan pada lengan. Alternatif lain untuk mencegah keluhan dan kelelahan umun yang diderita para petani, adalah memperhatikan jam kerja dan waktu istirahat. Panca indra dapat dijadikan alat kontrol, artinya tidak dianjurkan memaksakan bekerja ketika badan sudah susah atau lelah. Penglihatan dapat diarahkan dengan range sudut ke bawah, arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala pada waktu istirahat sehingga dapat dijadikan cara mengurangi kelelahan. D. SELANG ALAMI GERAKAN Salah satu fungsi dari analisis selang alami gerakan (SAG) adalah untuk mengetahui sikap kerja petani saat mengoperasikan alat atau mesin pertanian (alsintan). Dengan mengetahui kedudukankedudukan relatif dari setiap segmen tubuh yang bekerja secara berulang-ulang (repetitive) dalam pengoperasian alsintan tersebut, maka akan dapat diketahui kondisi dari segmen-segmen tubuh tersebut. Selain itu, akan diketahui juga karakter alami pengguna dalam penggunaan alsintan. Desain yang baik tidak hanya memperhatikan kondisi statis dari dimensi tubuh pengguna (user), namun juga harus memperhatikan gerakan-gerakan dinamis dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Salah satu tujuan utama dari desain alat ataupun mesin yang ergonomis adalah untuk meminimumkan kelelahan dan resiko rusaknya tulang dan otot terutama dalam kondisi kerja yang repetitif. Pada disiplin ilmu ergonomi, SAG terdapat pada analisa biomekanika. Biomekanika merupakan bagian dari ilmu ergonomi yang menganalisis sistem kerangka dan otot manusia yang dikaitkan dengan aplikasi terapan dari ilmu mekanika teknik. SAG dapat dijadikan penilaian kesesuaian alat kerja yang digunakan oleh petani dalam bekerja dengan ukuran antropometri petani pengguna sesungguhnya. Dengan mengetahui SAG petani pada kegiatan penyemprotan, akan diketahui zona gerakan petani ketika bekerja dengan knapsack sprayer. Kemudian dapat dianalisis kesesuaian desain alat yang digunakan dengan antropometri penggunanya. Dalam kaitannya dengan sikap kerja, SAG petani pengguna knapsack sprayer mengindikasikan sikap kerja tidak alamiah atau postur janggal. Hal ini dikarenakan sikap atau postur dalam kerja petani 44

20 terdapat gerakan yang tidak sesuai dengan anatomi tubuh. Sikap ini mengakibatkan terjadinya pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti bagian tendon dan tulang secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Keadaaan inilah yang menyebabkan keluhan musculoskeletal sebagaimana yang dialami oleh petani pengguna knapsack sprayer. Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang otot. Postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan dapat mempengaruhi posisi bahu sebagai penopang otot lengan. Sakit atau nyeri pada otot bisa digolongkan sebagai kelelahan otot. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan terjadinya keluhan pada bahu selain daripada faktor lain terkait pembebanan statis pada bahu yang telah dijelaskan sebelumnya (dapat dilihat kembali pembahasan subbab Persepsi Subyektif). Faktor penyebab dari kelelahan otot adalah kerja fisik atau kerja otot yang menjadi sebab gerakan-gerakan tubuh. Otot bekerja dengan jalan menegang atau mengkerut (kontraksi) serta melemas atau meregang (relaksasi). Kekuatan ditentukan oleh jumlah dan besar dari serat-serat otot, daya kontraksi serta cepat kontraksi. Sebelum kontraksi, darah diantara serat-serat otot dan diluar pembuluh darah terjepit, sehingga peredaran darah dan pertukaran zat terganggu, keadaan ini yang disebut dengan kelelahan otot. Kerutan otot yang selalu diiringi dengan pelemasan, disebut kontraksi dinamis dan keadaaan ini sangat tepat bagi kerja otot. Pengerutan otot kadang dapat membuat panjang otot menjadi setengah dari panjang semula, sehingga kemampuan kerja otot tergantung pada panjang otot. Kerja terus menerus dari otot walaupun bersifat dinamis selalu diikuti dengan kelelahan, sehingga istirahat dalam bekerja atau sesudah kerja adalah penting. Pada penelitian ini, fokus pengamatan SAG petani pada saat penyemprotan adalah pada gerakan punggung, tulang belakang, bahu, lengan atas, dan lengan bawah. Selain itu, SAG juga memperhatikan segmen-segmen tubuh yang lainnya seperti leher dan pergelangan tangan. Semuanya mengacu pada gerakan-gerakan berulang (repetitive) relatif yang tertangkap pada frame-frame gambar dari ekstraksi video pengamatan penyemprotan. Posisi pengamatan dibuat sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan segmen tubuh utama dalam pengoperasian knapsack sprayer pada penyemprotan dapat tertangkap oleh kamera video. Sebelum pendokumentasian pengamatan SAG, penulis telah melakukan pengamatan pendahuluan kegiatan penyemprotan petani untuk mengetahui karakteristik dari subyek yang diteliti, yaitu petani pria dan wanita. Dari pengamatan pendahuluan tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa karakteristik umum gerakan pengoperasian knapsack sprayer oleh petani ada dua jenis. Pertama, gerakan pemompaan dengan posisi lengan cenderung tegak lurus dengan bahu sehingga untuk mendapatkan sudut-sudut pada segmen tubuh lebih terlihat jelas pada pengambilan video dari samping petani (Gambar 19), gerakan ini umum dilakukan oleh subyek petani pria. Kedua, gerakan pemompaan dengan posisi lengan cenderung sejajar dengan bahu, sehingga pengambilan gambar untuk mendapatkan sudut-sudut hubungan relatif antar segmen tubuh bagian operasional knapsack sprayer lebih terlihat jelas dari arah depan petani, gerakan ini umum terlihat pada subyek petani wanita. Penyemprotan dapat digolongkan dalam MMH (Manual Material Handling). Definisi dari MMH adalah kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih yang meliputi kegiatan pengangkutan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut dan memindahkan barang (Suhardi, 2008). Penyemprotan termasuk dalam kegiatan utama pengangkutan (termasuk pendistribusian larutan pestisida), serta menarik dan menekan (kaitannya dengan pemompaan). Mengacu pada Occupational Safety and Handling Administration (OSHA), klasifikasi cakupan lain dari MMH pada kegiatan penyemprotan adalah memutar (twisting),yaitu gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada pada posisi tetap. Kondisi tersebut dapat diamati ketika petani memutarkan bagian tangan yang memegang pipa semprot 45

21 termasuk bagian badan di atas pinggang untuk mengaplikasikan larutan pestisida ke tanaman yang berada di sekitar petani. (1) (2) (3) (4) Keterangan gambar : (1) Gerakan mengangkat piston pompa (sudut maksimum) (2) Gerakan menekan piston pompa (normal) (3) Gerakan menekan piston pompa maksimum (sudut minimum) (4) Gerakan mengangkat piston pompa (normal) Gambar 19. Siklus gerakan penyemprotan Setiap siklus dalam kegiatan penyemprotan menggunakan knapsack sprayer, terdapat tiga frame gerakan utama, yaitu (1) gerakan mengangkat piston pompa, yaitu mengangkat gagang pompa ke atas pada jangkauan maksimum, (2) gerakan menekan piston pompa, yaitu menekan gagang pompa pada tarikan normal, (3) gerakan menekan piston pompa, dengan tarikan maksimum (titik terendah, sudut terkecil dari bidang vertikal tubuh). Untuk selanjutnya, penjelasan SAG, akan mengamati gerakan pemompaan pada 3 gerakan utama diatas. Hasil analisis dari SAG pada saat penyemprotan dapat dilihat pada Gambar 20 dan Gambar 21. Posisi lengan atas pada saat pemompaan adalah bergerak naik-turun,dengan posisi relatif sejajar ataupun tegak lurus dengan bidang horizontal bahu. Pada tahapan pertama dan kedua dari siklus pemompaan, sudut pengangkatan antara lengan atas dan lengan bawah petani pria lebih lebar dibandingkan petani wanita. Gerakan ini digolongkan dalam gerakan ekstensi. Begitu juga pada tahapan ketiga, yaitu penarikan maksimum piston pompa, sudut yang dibentuk oleh posisi relatif lengan atas dan lengan bawah, pada petani pria lebih besar dibanding dengan petani wanita. Hal ini 46

22 menunjukkan bahwa pada pekerjaan yang sama, kekuatan penekanan dan tenaga yang dikeluarkan oleh petani pria lebih besar dibanding petani wanita. Hal ini juga berlaku pada gerakan fleksi. Gambar 20. SAG petani dari arah samping Gambar 21. SAG petani dari arah depan Pada posisi lengan tangan yang memegang pipa semprot, posisi relatif antara bahu dengan lengan, pada petani pria memiliki sudut lebih besar dari petani wanita namun sama-sama mendekati siku (90 ). Hal ini mengindikasikan kelelahan lengan pada petani wanita bisa lebih besar dibanding petani pria. Faktor yang menyebabkan perbedaan mencolok antara pekerjaan penyemprotan pada petani pria dan wanita adalah faktor internal, diantaranya sikap kerja janggal sebagai akibat dari ketidaksesuaian antropometri petani dengan alat yang digunakan, kebiasaan petani, serta faktor eksternal yang dipengaruhi oleh kondisi area kerja. Pada penelitian ini, kondisi area kerja antara petani pria dan wanita sangat berbeda, pada petani pria area penyemprotan memiliki tinggi tanaman yang tidak terlalu tinggi, dan berkebalikan dengan area kerja pada petani wanita. Perbandingan terkait area kerja antara petani pria dan wanita yang tidak sepadan ini merupakan faktor non teknis, karena jarangnya menemukan petani wanita yang bekerja menyemprot sebagaimana pada pekerjaan menyemprot yang umum dilakukan oleh petani pria pada desa-desa di Kecamatan Wedung. Analisis SAG berdasarkan posisi bahu dan lengan pada jangkauan normal dari persambungan bahu, diketahui bahwa pada petani pria dan wanita, posisi bahu terhadap badan serta posisi lengan atas terhadap bahu pada bagian tangan yang memegang grip pompa cenderung normal, karena sudut yang terbentuk 20. Begitu juga pada posisi antara lengan atas dan lengan bawah, gerakan fleksi dan ekstensi yang ditimbulkan dari hubungan antar lengan, punggung, dan tulang belakang masih tergolong dalam jangkauan normal (zona aman 0 dan 1). Untuk mengetahui lebih jelas jangkauan normal dari gerakan tangan, dapat dilihat pada bab Tinjauan Pustaka subbab Selang Alami Gerakan serta Gambar 22, Gambar 23, dan Gambar

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN III. METODOLOGI A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data yang dilakukan di 15 desa di Kecamatan Wedung,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilakukan mulai Juli-September 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. B. ALAT DAN BAHAN 1. Peralatan yang digunakan a. Meteran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA Dalam suatu pengambilan data antropometri pada suatu populasi yaitu pada Kecamatan Dramaga terdapat perbedaan dengan populasi

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar berdasarkan data antropometri, data pengukuran kursi kantor di bagian Main Office khususnya

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi perkembangan teknologi semakin pesat maka dengan berkembangnya teknologi manusia berusaha untuk membuat peralatan yang bisa membantu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri)

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri) LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri) Data Rangkuman Antropometri Tubuh Data Antropometri Tubuh Data Antropometri Telapak Tangan Data Antropometri Kepala Data Antropometri Kaki No Tabel Rangkuman Antropometri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... i ii iii iv vi vii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...... I-1

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan PT.VIP (Visi Indah Prima) yang bergerak di bidang sarana kebugaran dan pembuatan alat olahraga. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang berkecimpung dalam bidang pembuatan alat olahraga

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA. (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS)

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA. (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS) TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS DENGAN PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS DENGAN PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PERANCANGAN KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS DENGAN PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Satriardi *, Denny Astrie Anggraini, Yulnedi Mitra Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH Nama : Usia : Jenis Kelamin : Suku Bangsa : Berat Badan : No. Data yang diukur Simbol Keterangan Hasil Tinggi Pegangan Tangan Ukur jarak vertikal pegangan tangan

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, yaitu studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT USULAN PERBAIKAN RANCANGAN TROLI TANGAN PT SEIKI MITRA TECH BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SOLID WORK Disusun Oleh: Nama : Ario Windarto NPM : 31410107 Jurusan Pembimbing

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Otong Andi Juhandi (30402785) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Kontak Person : Otong Andi

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap BAB V PEMBAHASAN Karakteristik responden meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, merokok dan trauma. Di mana untuk karakteristik jenis kelamin semua responden adalah perempuan, tidak merokok dan tidak

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

LOGO EKONOMI GERAKAN

LOGO EKONOMI GERAKAN LOGO EKONOMI GERAKAN PERENCANAAN SISTEM KERJA STUDI GERAKAN Faktor Sistem Kerja: EKONOMI GERAKAN Pekerja, Bahan, Mesin dan Perlatan, Lingkungan Perencanaan Sistem Kerja: Mendapatkan sistem kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) (Studi Kasus: Pabrik Roti CV. Aji Kurnia, Boyolali) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG Nama : Dimas Triyadi Wahyu P NPM : 32410051 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ir. Asep

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN 1. KElOMPOK DATA YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Data Aspek Fungsi Rancangan Primer(utama) Sekunder(penunjang Perancangan 1. Buku Tentang Desain

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan departemen water pump PT. X. Hasil analisa data meliputi gambaran tingkat pajanan ergonomi, keluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perabot kelas merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas seperti membaca, menggambar, menulis dan kegiatan

Lebih terperinci