PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA"

Transkripsi

1 PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Tata Kerja Bagian Kupas-Periksa pada Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih Estetika Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr Ir Sam Herodian, MS selaku pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Norisa Adhi Tina NIM F

4 ABSTRAK NORISA ADHI TINA. Perancangan Tata Kerja Bagian Kupas-Periksa pada Proses Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih Estetika Indonesia. Dibimbing oleh SAM HERODIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja pada tingkat usia pekerja yang berbeda, mengetahui pengaruh penggunaan alat/sarana kerja pengupasan ubi jalar terhadap kelelahan kerja serta memberikan rekomendasi tata kerja yang optimal berkaitan dengan penggunaan alat/sarana kerja serta penjadwalan kerja proses pengolahan ubi jalar melalui pendekatan ergonomi. Subjek penelitian berjumlah 12 orang pada golongan usia tua, usia menengah dan usia muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsumsi energi saat melakukan kerja terbesar pada subjek golongan usia tua. Sehingga shift kerja pagi lebih baik dikerjakan oleh usia tua dibantu usia menengah dan usia muda, sedangkan shift sore dan malam sebaiknya dikerjakan oleh usia menengah dan usia muda. Produktivitas tertinggi dicapai oleh subjek golongan usia menengah yang konstan pada setiap shift kerja. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa beban kerja subjek berada pada kategori beban kerja sedang, namun sarana kerja subjek berada pada kategori sangat tidak nyaman untuk penggunaan sarana/alat kerja yang telah ada sehingga diperlukan perbaikan sesuai dengan dimensi antropometri pekerja. Kata kunci : beban kerja, pengolahan ubi jalar, perancangan tata kerja, sarana/alat kerja ABSTRACT NORISA ADHI TINA. Work System Design of Sweet Potato Peeling-Checking Process in PT Galih Estetika Indonesia. Supervised by SAM HERODIAN. The objective of the research were to examine the workload for several age levels of workers, to observe the tools and equipments utilization effect to fatigue, and also to recommend an optimal work system that related with tools/equipment utilization and work scheduling through ergonomic approach of sweet potato processing. The subjects employed in this research were 12 employees that divided based on age level into young, middle, and old age. The results of this research showed that the highest energy consumption when doing a work is on subject in old age group. Therefore, the morning shift is preferable to be taken by the old age workers with assistance from young and middle age workers, whereas afternoon and night shift were preferable for middle and young age. The highest productivity was coming from the middle age group that was constant in every work shift. The questionnaire results indicated that the workload of subjects on medium workload category, but in case of working equipment, subjects were situated in very uncomfortable category for using working tools and equipment, so the repairments based on anthropometric dimensions are required in order to fit the workers to the task. Keywords : sweet potato processing, workload, work system design, work tools/equipment

5 PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta hidayah-nya sehingga penelitian dengan judul Perancangan Tata Kerja Bagian Kupas-Periksa pada Proses Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih Estetika Indonesia dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang telah direncanakan. Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Wiwik Utami, perempuan hebat yang mampu mengantarkan kedua putrinya hingga menjadi sarjana, yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayang yang berlimpah sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kakak perempuan Ariska Duti Lina yang selalu memberi dukungan dan doa terbaik. 2. Dr Ir Sam Herodian, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, saran yang membangun, pendampingan selama proses penyelesaian skripsi ini. 3. Dr Ir I Wayan Astika, M Si dan Dr Lenny Saulia, STP, M Si selaku dosen penguji yang telah memberikan ilmu serta saran yang membangun bagi penulis. 4. Pihak PT Galih Estetika Indonesia yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat melaksanakan penelitian, serta seluruh subjek penelitian yang telah membantu lancarnya proses penelitian. Keluarga Bapak Edi Akhmad yang telah membantu penulis dalam penyediaan tempat tinggal selama proses penelitian. 5. Beasiswa Bidikmisi sebagai pemberi dana pendidikan untuk penulis selama proses perkuliahan. 6. Rekan-rekan TMB angkatan 48 (Regenboog) yang selalu membanggakan, penuh semangat serta memberikan banyak cerita kebersamaan selama 3 tahun menuntut ilmu bersama. Partner dan sahabat hebat yang selalu memberikan dukungan, nasehat, dan saran untuk penulis Taufik Nugraha, Rosari Prabawati, Abi Rafdi Aziz, Anggun Puspita Anggoro, Riendy Puspitasari dan lainnya. 7. Teman-teman Wisma Fauziah yang menjadi pengganti peran keluarga dirumah, penyemangat serta menjadi keluarga baru di tanah rantau. 8. Teman-teman Sarjana Pendamping Demfarm Optimasi IPB 3S Karawang yang telah memberikan semangat untuk penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Agustus 2015 Norisa Adhi Tina

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODOLOGI 2 Waktu dan Tempat 2 Peralatan dan Subjek Penelitian 2 Tahapan Penelitian 3 Tahapan Pendahuluan 4 Tahapan Pengambilan Data 5 Tahapan Pengolahan Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Kegiatan Kupas-Periksa Ubi Pasta 9 Beban Kerja Proses Pengolahan Ubi Jalar 11 Kalibrasi Metode Step test 11 Beban Kerja Kuantitatif 16 Kelelahan Kerja 24 Analisis Perancangan Sarana Kerja 26 Beban Kerja Kualitatif 34 Rekomendasi Perancangan Tata Kerja 36 SIMPULAN DAN SARAN 38 Simpulan 38 Saran 39 DAFTAR PUSTAKA 39 LAMPIRAN 41 RIWAYAT HIDUP 60

10 DAFTAR TABEL 1 Karakteristik subjek penelitian 3 2 Konversi BME ekuivalem VO 2 berdasarkan luas permukaan tubuh 5 3 Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR 6 4 Macam persentil dan cara perhitungannya 8 5 Kegiatan kerja pada bagian kupas-periksa 10 6 Nilai perhitungan BME subjek penelitian 12 7 Nilai IRHRst pada setiap frekuensi langkah step test 14 8 Nilai IRHRst dan WECst 15 9 Persamaan linear dan koefisien korelasi antara WECst dengan IRHRst Hasil perhitungan TEC dan produktifitas kerja pengolahan ubi jalar Kategori beban kerja Data antropometri posisi duduk Hasil pengolahan data antropometri subjek Kategori beban kerja kuesioner Kategori sarana/alat kerja kuesioner 35 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir tahap penelitian 4 2 Grafik denyut jantung step test Subjek Grafik denyut jantung step test Subjek Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek Grafik rata-rata HR shift pagi 17 7 Grafik rata-rata HR shift sore 18 8 Grafik rata-rata HR shift malam 18 9 Grafik denyut jantung subjek 4 pada shift pagi selama melakukan kerja Grafik denyut jantung subjek 11 pada shift sore selama melakukan kerja Grafik denyut jantung subjek 7 pada shift malam selama melakukan kerja Grafik persentase kelelahan usia Grafik persentase kelelahan usia Grafik persentase kelelahan usia Data antropometri posisi duduk Posisi sarana kerja yang telah ada Dimensi sandaran punggung dan kemiringan sadaran punggung Bentuk fisik kursi kerja beserta dimensinya Posisi pekerja saat meraih ubi dari dalam loyang Sudut bentukan tempat duduk dan sandaran duduk Tata letak sarana kerja yang ada Tata letak sarana kerja rekomendasi Posisi kerja pengolahan ubi Pisau kerja pengolahan ubi jalar Rekomendasi tata letak sarana kerja 38

11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner penelitian 41 2 Lembar Checklist kelelahan kerja 44 3 Contoh Perhitungan Nilai BME (Basal Metabolic Energy) 45 4 Perhitungan WECstep test 45 5 Perhitungan IRHRwork 46 6 Analisis antropometri sarana kerja proses kupas-periksa ubi jalar 47 7 Hasil skor kuesioner dan perhitungan skala interval 49 8 Tabel uji validitas kuisioner 50 9 Tabel uji reliabilitas kuesioner Tabel nilai r-product moment Penentuan jumlah subjek 56

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang PT. Galih Estetika Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi jalar yang merambah pada pemasaran ekspor. Perkembangan industri pengolahan ubi jalar ini memberikan dampak positif kepada masyarakat karena penyediaan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat dengan penerapan sistem kerja padat karya, sehingga dapat menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses produksi dilakukan secara manual oleh pekerja karena perusahaan menerapkan sistem kerja padat karya pada sebagian besar proses produksi. Oleh karena itu kajian mengenai ergonomika menjadi bahasan yang penting antara interaksi manusia dengan lingkungan kerja. Ergonomika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala pertimbangan manusia (membahas kelebihan dan keterbatasan manusia), dan secara sistematis manfaat tersebut untuk tujuan perancangan teknik (desain bendabenda), fasilitas sehingga dapat tercipta sistem lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Desain suatu kerja harus menjadikan manusia sebagai pusat dalam perancangannya, hal tersebut mengartikan bahwa segala sesuatu yang dirancang seperti metode kerja, peralatan, lingkungan fisik kerja dan bahkan organisasi kerja harus dapat mengakomodasi kemampuan dan keterbatasan manusia agar manusia dapat melakukan pekerjaannya dengan efektif dan efisien. Beban kerja harus dianalisa dan disesuaikan dengan kemampuan pekerja untuk dapat mengetahui tata kerja yang sesuai untuk dibebankan pada tenaga kerja. Beban kerja atau workload merupakan usaha yang dikeluarkan pekerja untuk memenuhi permintaan dari pekerjaan. Kapasitas kerja adalah kemampuan pekerja yang dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental seorang pekerja (Napitupulu 2009). Interaksi antara manusia dengan lingkungan kerja merupakan aspek penting yang perlu dipelajari lebih mendalam dan diharapkan hubungan yang ada dapat menjadikan pekerja/pelaku produksi dapat bekerja dengan nyaman, aman, dan sehat. Tingkat beban kerja yang dialami pekerja merupakan salah satu aspek yang penting untuk mengetahui kesesuaian penempatan shift kerja berdasarkan usia para pekerja serta untuk mengetahui tingkat kenyaman pekerja pada saat menggunakan alat dan sarana kerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan maksimal dan produktivitas pekerja dapat berada pada tingkat optimum untuk dapat memenuhi permintaan produksi perusahaan. Perumusan Masalah Kelelahan kerja terjadi karena beban kerja yang cenderung statis ataupun monoton, hal tersebut terjadi pada perusahaan yang belum menerapkan sistem dan metode kerja yang efektif. Keluhan yang dirasakan pekerja menjadi dasar pengkajian yang lebih dalam mengenai tata kerja yang berlaku pada pekerjaan, sehingga perlu dilakukannya perancangan tata kerja yang sesuai pada kegiatan

14 2 pengolahan ubi jalar, khususnya pada proses kupas-periksa ubi jalar untuk produk pasta ubi jalar beku. Perancangan tata kerja dilakukan pada tingkat beban kerja yang diterima pekerja untuk menyusun penjadwalan kerja serta kenyamanan pekerja dalam penggunaan alat/sarana kerja. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja pekerja pada tingkat usia pekerja yang berbeda, mengetahui pengaruh penggunaan alat dan sarana kerja pengupasan ubi jalar terhadap kelelahan kerja serta memberikan rekomendasi tata kerja yang optimal yang berkaitan dengan penggunaan alat dan sarana kerja serta penjadwalan kerja melalui pendekatan ergonomi. Ruang Lingkup Penelitian Perhatian dalam memecahan masalah agar dapat terpusat, maka perlu dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas yaitu : 1. Penelitian dilakukan pada proses pengolahan ubi jalar, khususnya pada proses kupas-periksa ubi jalar untuk produk ubi pasta. 2. Tingkat beban kerja, kelelahan kerja penggunaan alat dan sarana kerja. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan Mei Penelitian dilaksanakan di PT Galih Estetika Indonesia, Kuningan sebagai tempat pengamatan dan pengambilan data secara langsung dan Laboratorium Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB Peralatan dan Subjek Penelitian Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stopwatch, heart rate monitor, digital metronome, bangku step test, timbangan badan, lembar pengamatan dan kuisioner, pita ukur, dan perangkat komputer dengan dilengkapi software pendukung serta program pengolahan data statistika.

15 3 Subjek Penelitian Perancangan tata kerja didasarkan pada beberapa pengkuran yang dilakukan terhadap subjek pekerja pada bagian pengecekan ubi pasta. Pengukuran dilakukan pada 12 orang pekerja periksa ubi pasta yang terbagi dalam tiga kategori usia, yaitu usia 1 (< 20 tahun), usia 2 (20 40 tahun) dan usia 3 (> 40 tahun). Penentuan jumlah subjek yang diambil berdasarkan pada rumus Slovin yang terdapat pada Lampiran 11. Data mengenai karakteristik masing-masing subjek ditampilkan pada Tabel 1. Kategori Usia > 40 tahun tahun < 20 tahun Subjek Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian Usia Pendidikan Lama Bekerja (tahun) Terakhir pada Bagian Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Kupas-periksa 1 52 SMA 20 tahun SD 19 tahun SMP 18 tahun SD 18 tahun SMP 1 tahun SMP 2 tahun SMA 1 tahun SMP 2 tahun SMP 2 bulan SMP 3 bulan SMP 2 bulan SMP 2 bulan Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, tahap pertama yaitu tahap pendahuluan, kedua adalah tahap pengambilan data. Tahap ketiga adalah tahap pengolahan data, pada tahap ini data yang telah diambil baik data kuantitatif maupun data kualitatif akan dianalisis dengan menggunakan metode yang ditentukan peneliti. Tahap yang terakhir adalah tahap perbaikan, pada tahap ini data yang telah dianalisis akan dilakukan proses optimasi untuk menghasilkan output rekomendasi untuk perusahaan. Tahap-tahap penelitian disajikan pada diagram alir pada Gambar 1.

16 4 Mulai Tahapan Pendahuluan 1. Pengamatan umum 2. Pemilihan, pendataan subjek penelitian Tahapan Pengambilan Data 1. Denyut jantung step test 2. Denyut jantung aktivitas kerja 3. Data antropometri posisi kerja 4. Data kelelahan pekerja 5. Data produktivitas kerja Tahapan Pengolahan Data Beban Kerja Kuesioner beban kerja Tingkat beban kerja Kelelahan Kerja Checklist kelelahan kerja Kuesioner alat/sarana kerja Dimensi sarana kerja Tahapan Perancangan Tata Kerja Rekomendasi Selesai Gambar 1 Diagram alir tahap penelitian Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan adalah tahap observasi awal mengenai lingkungan, budaya dan kondisi kerja tempat penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui kegiatan serta dapat menyesuaikan proses pengambilan data dengan sistem kerja yang berlaku di perusahaan. Pengambilan data dilakukan saat mulai kerja hingga berakhirnya jam kerja. Pengambilan data terhadap subjek akan dilakukan pada tiga jadwal kerja (shift kerja) yang telah berlaku di PT Galih Estetika Indonesia dengan pembagian jam kerja sebagai berikut:

17 5 a. shift pagi : WIB b. shift sore : WIB c. shift malam : WIB Tahap Pengambilan Data Data yang diambil pada penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan data step test 2. Pengambilan data denyut jantung selama bekerja 3. Pengambilan data hasil kerja kupas ubi 4. Pengambilan data kuesioner dengan format kuisioner pada Lampiran 1 5. Pengambilan data antropometri subjek penelitian serta dimensi alat/sarana kerja Tahap Pengolahan Data Perhitungan kelelahan kerja berdasarkan denyut jantung (heart rate), secara umum setiap individu memiliki karakteristik fisik dan fisiologi yang berbeda dan spesifik, termasuk di dalamnya Nilai Basal Metabolic Energy (BME). Nilai BME dipengaruhi oleh berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, dan usia. Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengetahui nilai BME adalah dengan menghitung dimensi tubuh, ditentukan oleh perhitungan luasan tubuh yang kemudian dapat dikonversi ke dalam volume oksigen (VO 2 ). Luas permukaan dapat dihitung dengan persamaan Du Bois yang tertera pada persamaan 1 (Syuaib dalam Lovita 2009): (1) Keterangan : A = Luas permukaan tubuh (m 2 ) H W = Tinggi badan (cm) = Berat badan (kg) Berdasarkan perhitungan luasan tubuh dengan menggunakan persamaan tersebut, BME (ekuivalen terhadap VO 2 ) bisa ditentukan dengan menggunakan tabel konversi yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Konversi BME ekivalen VO 2 berdasarkan luas permukaan tubuh 1/ m Sumber : Nurmanjiru (1969) dalam Syuaib (2003)

18 6 Menurut Sanders dan McCormick (1993), secara umum konsumsi 1 liter oksigen ekuivalen dengan konsumsi tenaga sebesar 5 kkal. BME dapat dihitung menggunakan persamaan 2: Keterangan: BME = Basal metabolic energy (kkal/menit) VO 2 = Konversi nilai VO 2 dari luas permukaan tubuh (l/min) e = Konsumsi 1 liter O 2 ekuivalen dengan energi sebesar 5 kkal k = Koefisien gender ( k=1 untuk pria, k=0.95 untuk wanita) Subjektivitas nilai Heart Rate (HR) yang umumnya dipengaruhi faktorfaktor personal, psikologis dan lingkungan perlu dihindari sehingga perhitungan nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif (Syuaib 2003). Normalisasi nilai HR dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat bekerja terhadap nilai HR saat istirahat. Perbandingan tersebut dinamakan IRHR (Increase Ratio of Heart Rate). IRHR dapat dirumuskan dengan persamaan 3. Keterangan : HRwork = Denyut jantung saat melakukan pekerjaan (watt) HRrest = Denyut jantung saat istirahat (watt) Nilai IRHR dapat menunjukkan kategori dari jenis pekerjaan untuk masingmasing pekerja (Syuaib 2003). Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR Kategori Nilai IRHR Ringan 1.00 < IRHR < 1.25 Sedang 1.25 < IRHR < 1.50 Berat 1.50 < IRHR < 1.75 Sangat Berat 1.75 < IRHR < 2.00 Tetapi sebelumnya dilakukan pengkalibrasian dalam pengukuran dengan menggunakan metode step test. Menurut Herodian et al (1997), tenaga yang dibutuhkan pada saat step test dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4. Keterangan : WEC = Work energy cost (kkal/menit) m = Massa (kg) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) h = Tinggi bangku step test (m) f = Frekuensi step test (siklus/menit) Nilai IRHR yang didapatkan dari HRrest dan HRwork pada saat melakukan step test dihubungkan dengan besarnya daya yang digunakan saat step test tersebut dan dapat diketahui persamaan garis lininernya dengan menggunakan persamaan 5 (Herodian et al 1997).

19 7 Keterangan : Y = IRHR X = WEC (kkal/menit) Setiap subjek mempunyai persamaan yang berbeda-beda. Persamaan inilah yang digunakan untuk menduga nilai daya pada saat bekerja untuk masing-masing subjek. Pengukuran beban kerja saat aktivitas kupas-periksa ubi menghasilkan nilai denyut jantung saat istirahat dan denyut jantung selama kerja. Selanjutnya, energi yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan dapat dihitung menggunakan data BME (Basal Metabolic Energy) dan WEC (Work Energy Cost) dengan menggunakan persamaan 6. Keterangan : TEC = Total energy cost (kkal/menit) WEC = Work energy cost (kkal/menit) BME = Basal metabolic energy (kkal/menit) Terminologi kebutuhan energi kerja menyatakan bahwa terdapat istilah Total Energy Cost per Weight (TEC ). TEC merupakan nilai dari TEC yang dinormalisasi untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC perlu dihitung untuk mengetahui nilai TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Nilai TEC dapat dihitung dengan persamaan 7. Keterangan : TEC = TEC ternormalisasi (kkal/kg.menit) TEC = Total energy cost (kkal/menit) w = Berat badan (kg) Identifikasi kelelahan kerja dilakukan dengan melakukan pengisian checklist keluhan yang dirasakan pekerja pada bagian tubuh subjek seperti pada Lampiran 2. Dalam pengisian checklist ini mereka diharapkan memberikan tanda check ( ) terhadap setiap bagian tubuh, dimana ada empat pilihan keluhan yang dirasakan yaitu: 1. Tidak ada keluhan (dengan skor 0), hal ini apabila pekerja tidak merasakan keluhan yang berarti terhadap bagian tubuh. 2. Rasa kesemutan (dengan skor 1), hal ini bila pekerja hanya merasakan rasa nyeri sesekali saja. 3. Rasa pegal (dengan skor 2), hal ini bila pekerja sering merasakan rasa nyeri terhadap bagian tubuh mereka. 4. Rasa sakit (dengan skor 3), hal ini bila pekerja mengalami rasa pegal dan nyeri yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai/sudah sampai dirumah). Data antropometri yang telah didapatkan akan ditentukan persentil. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri adalah seperti Tabel 4 serta persamaan untuk mendapatkan nilai standar deviasi terdapat pada persamaan 10.

20 8 Tabel 4 Macam Persentil dan Cara Perhitungan Persentil Perhitungan 1 st X th X th X 95 th X th X Sumber : Husein dan Sarsono (2009) Keterangan : X = Rata rata pengukuran = Simpangan baku (Standard Deviation) n = Jumlah sampel Pengolahan data antropometri dipergunakan untuk merancang sarana kerja yang berkenaan langsung pada proses pengupasan dan pengecekan ubi jalar yaitu perancangan sarana duduk pekerja yang disesuaikan dengan dimensi pekerja. Data kuisioner merupakan data kualitatif yang dilalukan dengan memberikan pertanyan-pertanyaan tertutup dengan lima pilihan jawaban dalam skala Likert. Skala Likert dapat dipergunakan untuk mengetahui sikap, pendapat serta presepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai hal sosial sehingga dapat menunjukkan respon tertentu (Sugiyono dalam Mardika 2015). Respon yang muncul merupakan tingkatan persetujuan dari subjek dengan tingkatan nilai positif hingga negatif. Total respon yang didapat kemudian dibandingkan dengan skala interval untuk dapat menginterpretasikan data kuisoner yang telah diambil. Data kuesioner yang telah didapat kemudian dianalisis dengan melakukan uji validitas dan uji realibilitas. Usman dan Akbar (2003) menyatakan bahwa validitas adalah mengukur apa yang ingin diukur, sedangkan reliabilitas adalah mengukur instrumen terhadap ketepatan (kekonsistenan). Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya butir kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika butir pertanyaan kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten. Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan software pengolahan data statistik menggunakan analisis korelasi bivariat. Nilai koefisien korelasi yang ada di Tabel nilai-nilai r product moment ditampilkan pada Lampiran 10 digunakan menjadi acuan atau pembanding untuk nilai koefisien korelasi (r) yang didapat dari hasil analisis korelasi. Uji validitas dilakukan secara dua arah (two-tailed) antara item kuesioner dengan taraf signifikan sebesar 5% dan jumlah subjek 12 orang. Kuisioner yang diberikan pada subjek penelitian merupakan kuisioner yang berkaitan dengan beban kerja yang dialami pekerja serta mengenai penggunaan alat dan sarana kerja pada proses pengolahan ubi jalar.

21 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Kupas-Periksa Ubi Pasta Kegiatan produksi pada PT Galih Estetika Indonesia salah satunya adalah proses pengolahan ubi jalar menjadi produk setengah jadi berupa ubi pasta beku. Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat memproduksi produk tersebut salah satunya adalah kegiatan kupas dan pengecekan kembali kualitas hasil kupasan ubi jalar yang telah dimatangkan sebelumnya. Proses kupas-periksa ubi jalar dilakukan oleh orang pegawai wanita di dalam suatu ruangan khusus yang steril. Proses pengupasan dilakukan secara manual dengan anggapan bahwa pengupasan secara manual dapat mengurangi tingkat kehilangan karena pengupasan manual dapat dikontrol oleh masing-masing pegawai kupas ubi. Proses pengecekan ubi untuk menjaga kualitas ubi yang akan dijadikan produk unggulan perusahaan. Ubi diperiksa kembali warna dagingnya, tekstur ubi, kematangan ubi dan titik hitam busuk atau lanas yang dapat merusak rasa ubi saat dikonsumsi. Ubi yang telah diperiksa adalah ubi yang dipastikan bersih dan memiliki warna yang seragam. Kegiatan kerja yang dilakukan pada bagian kupas-periksa dimulai dengan mempersiapkan diri pekerja seperti rangkaian sanitasi diri pekerja. Pekerja memulai pekerjaan dengan mengupas ubi jalar yang telah matang bakar, kemudian proses pengecekan dilakukan dengan beberapa kriteria pengecekan yang harus dipenuhi. Kriteria pengecekan yang harus dipenuhi adalah blackspot pada daging ubi, sisa kulit ubi yang masih menempel, daging ubi yang gosong serta pekerja harus mengecek aroma daging ubi apakah beraroma baik atau tidak. Kegiatan kerja pada bagian kupas-periksa dapat dibagi menjadi empat kegiatan utama selama kerja pada bagian kupas-periksa yaitu persiapan kerja, kerja awal sebelum istirahat, istirahat dan kerja akhir setelah istirahat hingga jam kerja berakhir. Penjelasan setiap kegiatan kerja terdapat pada Tabel 5.

22 10 Kegiatan Produksi Tabel 5 Kegiatan Kerja pada Bagian Kupas-Periksa Kegiatan Kerja Uraian Kegiatan Kerja Persiapan pakaian kerja Memakai pakaian kerja berwarna putih Memakai pakaian pendukung seperti celemek dan masker Mencuci tangan dengan sabun, menyikat kuku Persiapan Sanitasi diri Membersihkan permukaan badan dengan blower atas Membersihkan mata dengan blower mata Merendam tangan ke dalam antiseptic untuk membunuh kuman di tangan Membersihkan pakaian yang dikenakan dengan perekat debu, rambut dan benang kecil (contaminant trapper) Kerja awal sebelum istirahat Persiapan alat pendukung kerja Pengupasan dan pengecekan ubi jalar Memotong ubi Sterilisasi pisau kerja Mempersiapkan loyang dan baki yang akan digunakan Pengupasan ubi dilakukan oleh petugas kupas dan pengecekan dilakukan oleh petugas pengecekan dengan kriteria pengecekan tertentu menggunakan pisau Memotong ubi menjadi potongan yang lebih kecil untuk memudahkan proses penggilingan ubi

23 11 Kegiatan Produksi Istirahat Kerja akhir setelah istirahat Tabel 5 Kegiatan Kerja pada Bagian Kupas-Periksa (lanjutan) Kegiatan Kerja Uraian Kegiatan Kerja Kegiatan istirahat Pengupasan dan pengecekan ubi jalar Memotong ubi Merapikan ruang kerja Berganti pakaian Kegiatan di kamar mandi Beribadah Tidur Mengkonsumsi makanan dan minuman Bersosialisasi (mengobrol, bergurau dll) Kegiatan jual beli Pengupasan ubi dilakukan oleh petugas kupas dan pengecekan dilakukan oleh petugas pengecekan dengan kriteria pengecekan tertentu menggunakan pisau Memotong ubi menjadi potongan yang lebih kecil untuk memudahkan proses penggilingan ubi Membersihkan meja kerja Membersihkan dan merapikan loyang dan baki habis pakai Mengembalikan posisi ruang kerja sama seperti sebelum kerja dimulai PT Galih Estetika Indonesia menerapkan sistem shift kerja guna menjaga stabilitas produksi. Sistem shift kerja yang diterapkan pada PT Galih Estetika Indonesia memiliki pembagian waktu kerja pagi selama 8 jam dan waktu kerja sore dan malam selama 7 jam dengan waktu istirahat pada setiap shift kerja selama 1 jam. Pembagian waktu kerja tersebut berlaku selama 5 hari dalam seminggu yaitu pada hari Senin hingga hari Jumat, untuk pembagian waktu kerja pada hari Sabtu diterapkan sistem kerja setengah hari yaitu bekerja selama 5 jam tanpa istirahat pada semua shift kerja. Pembagian jadwal shift kerja dilakukan dengan membagi tim kerja, apabila ketiga shift kerja sedang berjalan maka tim kerja dibagi menjadi tiga dengan masing-masing tim memiliki seorang pengawas. Beban Kerja Proses Pengolahan Ubi Jalar Beban kerja merupakan beban seseorang ketika melakukan suatu pekerjaan. Beban ini akan diketahui pada saat operator maupun pekerja menanggapi kerja dengan memberikan respon seperti halnya denyut jantung yang tinggi atau keringat yang keluar (Rasyani 2001). Kapasitas kerja yang dimiliki manusia dibatasi dan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk menyediakan oksigen dan makanan yang cukup. Metode denyut jantung memiliki kelemahan karena hubungan yang tidak mantap antara hasil pengukuran dengan pengeluaran energi. Kalibrasi Metode Step test Metode step test perlu dilakukan untuk mengkalibrasi denyut jantung yang berbeda-beda pada suatu waktu dan dipengaruhi oleh kondisi individu, serta selain pengaruh kerja fisik denyut jantung juga dipengaruhi oleh beban mental setiap individu (Kastaman dan Herodian 1998). Kalibrasi dengan metode step test

24 12 memerlukan beberapa parameter pendukung untuk dapat mengetahui beban kerja subjek. BME didapatkan dengan proses perhitungan sesuai karakteristik masingmasing subjek. Nilai hasil perhitungan BME dapat dilihat pada Tabel 6. Golongan usia Usia tua Usia menengah Usia muda Tabel 6 Nilai Perhitungan BME Subjek Penelitian Berat Tinggi Luas Usia VO Subjek badan badan permukaan 2 (tahun) (kg) (cm) tubuh (m 2 (liter) ) BME (kkal/ menit) Nilai perhitungan BME menunjukkan bahwa semakin besar dimensi tubuh subjek maka nilai BME semakin besar, pada subjek 6 memiliki nilai BME yang paling besar karena dipengaruhi dimensi tubuh yang besar pula. Nilai BME terkecil pada subjek 10 dan subjek 12, pada kedua subjek tersebut memiliki perbedaan ukuran tinggi badan serta berat namun perbedaan tersebut kecil sehingga saat dihitung nilai konsumsi VO 2 akan menghasilkan nilai yang sama yaitu 158 liter dan nilai BME yang didapat pun akan sama yaitu 0.75 kkal/menit. Setelah penentuan nilai BME, nilai denyut jantung saat melakukan kegiatan step test diperlukan untuk kalibrasi nilai denyut jantung kerja setiap subjek. Grafik denyut jantung step test dapat dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan grafik step test yang dilakukan subjek 2 dengan 3 frekuensi langkah serta Gambar 3 yang menunjukkan grafik step test yang dilakukan subjek 4 dengan 4 frekuensi langkah.

25 13 Heart Rate (pulse/menit) Rest 1 ST1 Rest 2 ST2 Rest 3 ST3 Rest 4 0:05:46 0:14:24 0:23:02 0:31:41 0:40:19 0:48:58 0:57:36 Waktu Gambar 2 Grafik denyut jantung step test Subjek Heart Rate(pulse/menit) Rest 1 ST1 Rest 2 ST2 Rest 3 Rest 4 ST4 Rest 5 0 0:00:00 0:14:24 0:28:48 0:43:12 0:57:36 1:12:00 Waktu Gambar 3 Grafik denyut jantung step test Subjek 4 Grafik denyut jantung step test tersebut menunjukkan bahwa kondisi istirahat memiliki nilai denyut jantung yang rendah dan kemudian akan meningkat pada saat kegiatan step test dimulai. Kegiatan step test dilakukan pada 4 frekuensi step test, 15 siklus/menit, 20 siklus/menit, 25 siklus/menit dan 30 siklus/menit. Namun tidak semua subjek mampu melakukan step test hingga frekuensi langkah ke 4, seperti pada subjek 2 sehingga nilai denyut jantung yang terekam hanya sampai 3 siklus. Denyut jantung saat kegiatan step test diperlukan untuk mendapatkan perbandingan HR kerja dengan HR istirahat. Sebelumnya perlu dilakukan perhitungan WEC (Work Energy Cost) pada setiap frekuensi langkah step test yang telah dilakukan. Setiap subjek melakukan step test pada tangga ST3

26 14 ataupun bangku dengan tinggi 30 cm. Perbandingan HR kerja dengan HR istirahat akan didapatkan IRHR step test yang kemudian dipergunakan untuk mendapatkan persamaan garis kalibrasi denyut jantung setiap subjek. Tabel 7 menunjukkan nilai HRst serta HRrest setiap subjek pada masing-masing frekuensi langkah step test yang telah dilakukan. Sedangkan Tabel 8 menunjukkan WECst dan IRHRst pada setiap frekuensi langkah step test yang dilakukan. Subjek Tabel 7 Nilai IRHRst pada setiap frekuensi langkah step test HR rest HR HR HR IRHR IRHR IRHR (pulse/ HRst 1 st 2 st 3 st 4 st 1 st 2 st 3 menit) IRHR st Nilai IRHRst didapatkan dengan membandingkan nilai HRrest yaitu nilai denyut jantung subjek yang terendah selama istirahat saat melakukan rangkaian kegiatan step test dengan nilai denyut jantung subjek yang tertinggi pada setiap frekuensi langkah selama rangkaian kegiatan step test. Tabel 7 menunjukkan bahwa semakin meningkat frekuensi langkah step test maka semakin meningkat pula nilai denyut jantung step test yang terekam oleh HRmonitor. Semakin meningkat frekuensi langkah yang dilakukan maka nilai beban kerja yang harus ditanggung subjek akan meningkat pada ketinggian bangku step test yang sama. Besaran denyut jantung akan meningkat sesuai dengan meningkatnya frekuensi langkah step test yang dilakukan karena beban kerja semakin berat sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk dapat mempertahankan aktivitas yang dilakukan (Himawan dan Herodian 2000).

27 15 Sub jek Berat badan (kg) Tabel 8 Nilai IRHRst dan WECst 15 siklus/mnt 20 siklus/mnt 25 siklus/mnt 30 siklus/mnt WEC WEC WEC WEC IRHR (kkal/ IRHR (kkal/ IRHR (kkal/ IRHR (kkal/ menit) menit) menit) menit) Nilai WECst merupakan besaran energi yang dikeluarkan subjek untuk melakukan kegiatan step test dengan ketinggian bangku step test tertentu pada setiap tingkatan frekuensi langkah. Semakin tinggi frekuensi langkah dan dimensi tubuh subjek maka nilai WECst yang didapatkan juga semakin tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin besar energi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan step test. Nilai WECst dan IRHRst diplotkan kedalam grafik sehingga membentuk persamaan linear dapat dilihat pada Tabel 9, selain itu grafik hubungan antara WECst dengan IRHRst ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5. Tabel 9 Persamaan linear dan koefisien korelasi antara WECst dengan IRHRst Subjek Persamaan Linier Koefisien Korelasi (R 2 ) 1 y = x y = x y = x y = x y = x y = 0.239x y = x y = x y = x y = x y = x y = x

28 IRHRst y = x + 1 R² = WECst (kkal/menit) Gambar 4 Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek IRHRst y = x R² = WECst(kkal/menit) Gambar 5 Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 4 Beban Kerja Kuantitatif Pengukuran denyut jantung dilakukan pada saat subjek memulai pekerjaan hingga jam kerja berakhir pada setiap shift kerja yang diterapkan pada perusahaan untuk mengetahui tingkat beban kerja yang diterima subjek pada golongan usia yang berbeda di setiap shift kerja. Data denyut jantung dipergunakan untuk menghitung nilai energi yang dikonsumsi oleh subjek selama melakukan kerja (Mardika 2015). Kegiatan pertama yang dilakukan subjek adalah persiapan, kegiatan tersebut mencatatkan nilai denyut jantung yang memiliki rata-rata paling tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya karena kegiatan persiapan memerlukan gerakan aktif subjek. Kegiatan persiapan dilakukan selama lebih kurang menit yang kemudian langsung dilanjutkan dengan kegiatan kerja awal. Kegiatan kerja awal menunjukkan nilai denyut jantung yang cenderung rendah karena kegiatan saat kerja awal merupakan kegiatan monoton dengan posisi kerja duduk lalu membersihkan ubi serta melakukan pengecekan ubi dengan alat kerja berupa pisau, sekali waktu subjek harus berdiri kemudian

29 17 berjalan menuju wastafel untuk membersihkan sarung tangan untuk menjaga kebersihan produk. Beberapa subjek memperlihatkan bahwa sesaat sebelum istirahat terjadi peningkatan nilai denyut jantung yang disebabkan oleh aktivitas aktif subjek untuk merapikan serta membersihkan ruang kerja sebelum istirahat. Kegiatan membersihkan ruang kerja dilakukan secara berkelompok dan diarahkan oleh pengawas kerja sesuai dengan jadwal piket kebersihan ruang kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan istirahat yang dilakukan subjek menunjukkan peningkatan denyut jantung karena pada saat istirahat subjek lebih banyak melakukan aktivitas yang beragam selama isirahat, sehingga memicu peningkatan denyut jantung subjek selama istirahat. Namun pada shift kerja malam terdapat perbedaan yang siginifikan pada hasil denyut jantung direkam karena pada saat istirahat istiaraht shift malam subjek cenderung lelah sehingga memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan semaksimal mungkin, penurunan denyut jantung saat istirahat shift malam disebabkan subjek mempergunakan sebagian waktu istirahat untuk tidur. Penggunaan waktu istirahat yang baik adalah untuk menghilangkan kelelahan dengan mengembalikan tubuh pada kondisi stabil dan tenang sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan dapat mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Rangkaian kegiatan kerja yang terakhir adalah kerja akhir setelah istirahat, pada bagian kerja akhir sebagian besar subjek mengalami peningkatan denyut jantung yang disebabkan oleh terakumulasinya kelelahan kerja yang telah diterima dari awal kerja hingga istirahat yang seharusnya dipergunakan sebagai waktu recovery tubuh namun tidak dipergunakan dengan baik waktu istirahat tersebut.gambar 6, 7 dan 8 akan memperlihatkan perbandingan rata-rata denyut jantung subjek pada setiap shift kerja NIlai Rata-rata HR Usia Tua Usia Sedang Usia Muda Persiapan Kerja Awal istirahat Kerja Akhir Gambar 6 Grafik rata-rata HR shift pagi

30 NIlai Rata-rata HR Usia Tua Usia Sedang Usia Muda Persiapan Kerja Awal istirahat Kerja Akhir Gambar 7 Grafik rata-rata HR shift sore NIlai Rata-rata HR Usia Tua Usia Sedang Usia Muda Persiapan Kerja Awal istirahat Kerja Akhir Gambar 8 Grafik rata-rata HR shift malam Shift kerja yang berbeda akan menimbulkan respon yang berbeda pula pada setiap subjek. Rata-rata nilai HR kerja stabil saat proses kerja dilakukan karena telah memiliki keterampilan yang baik serta telah terbiasa dalam menjalankan pekerjaan pengolahan ubi jalar. Namun pada bagian istirahat dan kerja akhir, pada golongan usia muda menunjukkan peningkatan karena aktivitas yang lebih aktif

31 dan juga karena belum terbiasa bekerja pada bagian pengolahan ubi sehingga beban kerja yang diterima lebih tinggi daripada golongan kerja lain. Usia muda menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kegiatan istirahat hingga kerja akhir dan tidak memanfaatkan waktu istirahat namun lebih digunakan sebagai waktu beraktivitas lainnya sehingga kelelahan kerja terkumulasi sehingga HR yang terekam masih dalam nilai yang cukup tinggi. Usia tua memiliki rata-rata HR yang tinggi pada sesi persiapan dan mengalami penurunan pada kegiatan kerja selanjutnya. HR saat awal kerja merupakan respon tubuh yang terkejut karena setelah istirahat panjang (tidur) kemudian bekerja selama 6 jam kedepan pada shift malam. Namun nilai HR pada semua golongan usia cenderung stabil menunjukkan bahwa tubuh telah mampu beradaptasi dengan kondisi kerja pada malam hari yang seharusnya merupakan waktu istirahat panjang. Rata-rata HR yang diperoleh kemudian dipergunakan untuk mengetahui beban kerja yang diterima subjek secara kuantitas. Berdasarkan denyut jantung yang telah diukur selama kerja dilakukan oleh subjek, didapatkan nilai IRHRwork. Gambar 9, 10, 11 menunjukkan grafik denyut jantung selama kerja. Tabel 10 menunjukkan hasil perhitungan TEC (Total Energy Cost). Tabel 11 menunjukkan kategori IRHR kerja. TEC yang didapatkan merupakan TEC masing-masing subjek pada setiap shift kerja yang telah dilakukan. TEC merupakan nilai beban kerja kuantitatif yang menyatakan nilai beban kerja yang diterima subjek pada setiap shift kerja yang kemudian dibandingkan dengan jumlah produktivitas kerja yang dihasilkan setiap subjek. 19

32 20 Tabel 10 Hasil perhitungan TEC dan produktifitas kerja pengolahan ubi jalar Rata-rata Produkti Rata-rata TEC TEC' Produktivitas (kg/jam) vitas (kg/kkal) (kkal/ (kkal/ (kg/kkal) mnt) kg.mnt) Sub jek Shift pagi Lo yang kg/ jam Per usia Per shift Shift sore Shift malam Per usia Per shift

33 :00: :00: Heart Rate Persiapan Persiapan Heart Rate :24:00 3:36:00 Waktu 4:48:00 Istirahat 6:00:00 Kerja akhir 2:24:00 Istirahat 3:36:00 Waktu 4:48:00 Kerja akhir 6:00:00 7:12:00 Gambar 10 Grafik denyut jantung subjek 11 pada shift sore (B) selama melakukan kerja 1:12:00 Kerja awal 11B Gambar 9 Grafik denyut jantung subjek 4 pada shift pagi (A) selama melakukan kerja 1:12:00 Kerja awal 4A 7:12:00 8:24:00 21

34 C 100 Heart Rate Kerja awal Istirahat Kerja akhir 0 0:00:00 1:12:00 2:24:00 3:36:00 Waktu 4:48:00 6:00:00 7:12:00 Persiapan Gambar 11 Grafik denyut jantung subjek 7 pada shift malam (C) selama melakukan kerja 22

35 Tabel 11 Kategori beban kerja Subjek IRHR work Kategori Beban Kerja Shift pagi Sangat berat Berat Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Berat Berat Sedang Sangat berat Shift sore Berat Sedang Sedang Sedang Sedang Berat Berat Berat Berat Sedang Sedang Sedang Shift malam Berat Berat Berat Sedang Berat Sedang Berat Berat Sedang Berat Berat Sedang 23

36 24 Hasil pengukuran beban kerja menunjukkan nilai TEC paling besar oleh subjek pada golongan usia 3 (usia tua). Hasil produktivitas kerja rata-rata terbanyak pada setiap shift kerja dihasilkan olah golongan usia 2. Nilai TEC menunjukkan bahwa semakin muda usia pekerja maka semakin rendah TEC yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut Masloch (1982) dalam Tuti (2003), pekerja yang lebih muda cenderung rendah pengalaman kerjanya jika dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Nilai TEC yang lebih rendah dimiliki oleh subjek golongan usia 2 dibandingkan golongan usia 1 pada setiap shift kerja. Namun kategori IRHR menunjukkan bahwa pada shift sore pada golongan usia 2 memiliki kategori berat dibandingkan golongan usia lainnya, namun pada golongan usia 2 mampu menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi. Kategori beban kerja yang didapatkan berdasarkan nilai IRHRwork menunjukkan bahwa pada golongan usia 1 memiliki kategori beban kerja sedang hingga berat namun nilai TEC menunjukkan nominal yang rendah serta angka produktivitas kerja yang dihasilkan golongan usia 1 cukup kecil. Hal tersebut terjadi karena pada golongan usia 1 merupakan pekerja yang belum memiliki pengalaman kerja yang lama sehingga tingkat terampil kerja serta keterbiasaan kerja masih kurang. Hal tersebut didukung oleh Simanjuntak (1985) yang menyatakan bahwa Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) mula-mula meningkat sesuai dengan pertambahan umur, kemudian menurun kembali menjelang usia pensiun atau umur tua. Pada saat usia seseorang mencapai tua maka TPK akan mengalami penurunan, karena pada usia tersebut akan banyak tenaga kerja yang mengalami masa pensiun. Shift kerja sore dan shift kerja malam menunjukkan produktivitas kerja golongan usia 2 lebih tinggi daripada golongan usia 1 dan golongan usia 3. Golongan usia 2 mampu menyelesaikan pengolahan kg/jam dengan lama kerja selama 6-7 jam kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa golongan usia 2 merupakan golongan usia yang optimal dalam berpartisipasi kerja dengan tingkat beban kerja yang cukup dan mampu untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi sehingga mampu menjalankan pekerjaan dengan baik serta menghasilkan prestasi kerja yang optimal pada setiap shift kerja. Kelelahan Kerja Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Sedangkan kelelahan umum ditandai hilangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan karena monotoni atau pekerjaan dengan intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean 1997). Identifikasi kelelahan kerja dilakukan dengan melakukan pengisian checklist keluhan yang dirasakan pekerja sebagai wujud kelelahan kerja yang dialami pekerja. Hasil checklist kelelahan kerja ditampilkan pada Gambar 12, 13 dan 14.

37 % Shift Pagi Shift Sore Shift Malam 10.00% 5.00% 0.00% Gambar 12 Grafik persentase kelelahan usia tua 20.00% 15.00% Shift Pagi Shift Sore Shift Malam 10.00% 5.00% 0.00% Gambar 13 Grafik persentase kelelahan usia menengah 20.00% 15.00% Shift Pagi Shift Sore Shift Malam 10.00% 5.00% 0.00% Gambar 14 Grafik persentase kelelahan usia muda Persentase kelelahan fisik selama kerja yang dirasakan oleh subjek direkam dengan sistem checklist. Gambar 12 merupakan hasil persentase kelelahan fisik yang dirasakan usia 3 yang menunjukkan bahwa kelelahan yang dirasakan pada bagian punggung, leher, pinggan serta lengan. Golongan usia 3 merasakan kelelahan hampir pada seluruh bagian tubuh dengan nilai persentase yang kecil pada paha, pantat serta siku. Golongan usia 2 banyak mengeluhkan kelelahan pada bagian punggung dengan persentase tertinggi namun kelelahan tidak merata pada semua bagian tubuh sedangkan pada golongan usia 1 keluhan yang memiliki

38 26 persentase tinggi pada punggung, pinggang, bahu, leher serta lengan. Keluhan tersebut dapat disebabkan dari sarana kerja statis yang menopang tubuh pekerja selama kerja dirasakan kurang sesuai sehingga menimbulkan kelelahan fisik. Selain itu proses kerja yang cenderung monoton dapat menyebabkan keluhan fisik seperti pegal serta kesemutan dibagian tubuh tertentu. Analisis Perancangan Sarana Kerja Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Nurmianto (2004) menyatakan bahwa antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri digunakan untuk menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan peralatan yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan peralatan tersebut. Pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja kupas-periksa dengan posisi duduk sehingga dalam perancangan peralatan yang digunakan sebagai acuan adalah data antropometri pekerja dalam posisi duduk. Untuk lebih menjelaskan data anthropometri yang akan digunakan dalam perancangan ini dapat dilihat pada Gambar 15. Sumber : Husein dan Sarsono (2009) Gambar 15 Data antropometri posisi duduk Keterangan : A = Tinggi tubuh B = Tinggi bahu C = Lebar bahu D = Lebar Pinggul E = Tinggi punggung F = Jangkauan tangan G = Jarak dari siku ke ujung jari

39 27 H I J K = Tinggi siku = Tinggi popliteal/lipat lutut = Jarak popliteal ke pantat = Tinggi lutut Data antropometri posisi duduk dibutuhkan untuk proses analisis rancangan sarana kerja pengolahan ubi jalar yaitu kursi kerja dan meja kerja beserta perangkat pendukungnya. Data antropometri posisi duduk subjek ditampilkan pada Tabel 12 sedangkan data standar deviasi serta persentil ditampilkan pada Tabel 13. Oleh karena itu perlu diketahui dimensi sarana kerja yang telah ada sebelumnya sebagai pembanding dan data antropometri duduk pekerja sebagai acuan rancangan dimensi sarana kerja sehingga dapat memberikan kenyamanan pekerja saat mempergunakan sarana kerja. Gambar 16 memperlihatkan posisi sarana kerja yang telah diterapkan. Dimensi kursi dan meja kerja yang dipergunakan pada ruang produksi proses kupas-periksa. 1. Tinggi kursi = 720 mm 2. Pijakan kursi = 240 mm 3. Panjang kursi = 2000 mm 4. Kedalaman kursi = 250 mm 5. Tinggi meja = 860 mm 6. Lebar meja = 750 mm 7. Panjang meja = 2000 mm 8. Pijakan kaki meja = 300 mm Dimensi sarana pelengkap kerja pada proses kupas-periksa yaitu loyang dan baki penampung ubi. 1. Diameter bibir = 400 mm 2. Diameter dasar = 300 mm 3. Tinggi loyang = 130 mm 4. Panjang baki = 350 mm 5. Lebar baki = 200 mm 6. Tinggi baki = 50 mm Gambar 16 Posisi sarana kerja yang telah ada

40 28 Bagian Tubuh (mm) Tinggi Tubuh Tinggi Bahu Lebar Bahu Lebar Pinggul Tinggi Punggung Jangkauan tangan Jarak Siku ke Ujung Jari Tinggi Siku Tinggi Lipat Lutut Jarak Popliteal ke Pantat Tinggi Lutut Tabel 12 Data antropometri posisi duduk Subjek Penelitian Tabel 13 Hasil pengolahan data antropometri subjek Bagian Tubuh SD per 5(mm) per 50(mm) per 95(mm) Tinggi Tubuh Tinggi Bahu Lebar Bahu Lebar Pinggul Tinggi Punggung Jangkauan tangan Jarak Siku ke Ujung Jari Tinggi Siku Tinggi Lipat Lutut Jarak Popliteal ke Pantat Tinggi Lutut Analisis dimensi sarana kerja dilakukan dengan mengkaji ulang dimensi sarana kerja yang telah ada dengan mempertimbangkan dimensi tubuh subjek kerja yang menjadi sampel dari populasi. Analisis dilakukan dengan menjadikan meja kerja serta sarana pelengkap kerja seperti baki dan loyang sebagai acuan dimensi yang tidak akan dirubah kembali, sehingga penyesuaian perancangan sarana kerja difokuskan pada dimensi kursi kerja. Perancangan dilakukan untuk mendapatkan dimensi optimal yang sesuai dengan ukuran antropometri pekerja

41 29 guna mendapatkan sarana kerja yang nyaman serta mampu menunjang kerja secara ergonomis untuk dipergunakan selama bekerja. 1. Tinggi kursi kerja Prinsip sikap duduk menunjukkan bahwa ketinggian tempat kerja berada pada ketinggian siku (sejajar tinggi siku) atau dapat menggunakan ukuran 50 mm dibawah tinggi siku saat posisi duduk. Ukuran tinggi siku yang dipergunakan merupakan tinggi siku pada persentil 5, hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin pekerja dengan dimensi tubuh yang kecil dapat menjangkau area kerja dengan baik. Penentuan tinggi tempat duduk didasarkan pada ukuran tinggi meja kerja, tinggi baki sebagai sarana pelengkap kerja serta tinggi siku sebagai acuan ketinggian area kerja yang optimum sehingga pekerja akan nyaman melakukan kerja. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tinggi tempat duduk 720 mm. 2. Tinggi pijakan kaki Pijakan kaki (footrest) diperlukan untuk menopang kaki sehingga posisi duduk pekerja dalam kondisi yang normal sehingga dapat menyamankan pekerja selama bekerja. Ukuran tinggi pijakan bergantung pada tinggi lipat lutut, untuk dapat menjamin pekerja dengan tubuh kecil dapat berpijak dengan baik pada pijakan kaki, maka dipergunakan ukuran tinggi lipat lutut pada persentil 5. Hasil perhitungan tinggi pijakan kaki yang sesuai dengan data antropometri subjek adalah 320 mm dari lantai. 3. Kedalaman duduk kursi Kedalaman duduk kursi dibutuhkan untuk menopang beban duduk yang terpusat pada daerah pantat dan tersebar hingga sepanjang area bawah paha. Menurut Sanders dan McCormick (1982) bahwa beban seharusnya didistribusikan pada area yang datar diseluruh area pantat (buttock area) tetapi tetap dalam kondisi pembebanan minimum pada area bawah paha. Oleh karena itu untuk menentukan kedalaman duduk kursi dapat merujuk pada dimensi jarak popliteal ke pantat pada persentil 5, karena menurut Sanders dan McCormick (1982) kedalaman kursi seharusnya diatur sedemikian rupa agar cocok untuk pekerja dengan badan yang kecil untuk menyediakan jarak bagi betis kaki dan untuk meminimalkan tekanan pada paha. Kedalaman duduk kursi yang telah ada memiliki dimensi 250 mm, sedangkan ukuran jarak popliteal ke pantat pada persentil 5 sepanjang 351 mm. selisih yang bernilai -101 mm tersebut memperlihatkan bahwa kedalaman kursi yang ada saat ini belum cukup untuk menopang beban tubuh pekerja, oleh karena itu kedalaman duduk dianjurkan untuk menggunakan ukuran jarak popliteal ke pantat yaitu sepanjang 350 mm. 4. Tinggi dan kemiringan sandaran punggung Tempat duduk sebaiknya menunjang posisi lekukan dari lumbro-sacral yang benar pada bagian bawah tulang belakang untuk menjaga ruas tulang belakang tetap pada keadaan seimbang. Sandaran punggung sebaiknya membentuk sudut antara 95 o -105 o dengan tempat duduk (Sanders dan McCormick 1982). Dimensi sandaran punggung didapat dengan merujuk pada ukuran tinggi punggung. Ukuran tinggi punggung yang digunakan pada persentil 95 agar

42 30 pekerja dengan tubuh yang besar dan tinggi masih dapat bersandar dengan nyaman yaitu 429 mm atau 430 mm. Tinggi sandaran punggung yang dipergunakan adalah setengah dari tinggi punggung yaitu 215 mm agar bahu dan lengan subjek dapat bergerak bebas serta membantu merenggangkan punggung disela waktu kerja. Kemiringan sandaran punggung diatur sedemikian rupa sehingga memiliki sudut 95 o dari tempat duduk. Penggunaan jenis kursi perseorangan akan mempermudah mobilitas pekerja dan penambahan roda pada kaki kursi akan mempermudah pekerja saat menggeser kursi untuk memberikan ruang gerak ketika hendak berdiri dan berpindah tempat untuk melakukan aktivitas lain selain kerja utama. Gambar 17 menunjukkan tinggi dan kemiringan sandaran punggung. Gambar 17 Dimensi sandaran punggung dan kemiringan sadaran punggung 5. Bentuk fisik kursi kerja Desain kursi kerja yang telah ada memiliki panjang 2000 mm. Kursi tersebut ditempati oleh 6-7 orang pekerja. Kecukupan kursi untuk menampung duduk pekerja secara nyaman seharusnya merujuk pada ukuran lebar bahu pekerja karena lebar bahu merupakan dimensi terlebar yang dimiliki manusia. Ukuran lebar bahu yang digunakan pada persentil 95 agar semua pekerja dapat menempati kursi kerja dengan sesuai dan nyaman. Ukuran lebar bahu subjek 400 mm, maka setiap kursi panjang mampu menampung duduk 5 orang pekerja. Kursi kerja dirancang untuk digunakan perseorangan, perlu diketahui lebar kursi serta lebar sandaran punggung kursi. Lebar kursi dapat dirancang dengan merujuk pada ukuran lebar pinggul pada persentil 95 yaitu 390 mm serta lebar sandaran kursi merujuk pada lebar bahu pada persentil 95 yaitu 400 mm. Kursi kerja merupakan sarana kerja yang berpengaruh pada kenyamanan pekerja, oleh karena itu diperlukan desain kursi yang memiliki dudukan busa untuk menghindarkan

43 31 kontak langsung paha bawah sebagai penopang tubuh dengan material kursi yang padat dan keras. Busa kursi dapat dilapisi dengan bahan yang tidak mudah tumbuh jamur pada kondisi ruangan yang lembab seperti bahan plastik dan mudah untuk dibersihkan kembali apabila kotor. Gambar 18 menunjukkan bentuk fisik kursi kerja beserta dimensinya. Gambar 18 Bentuk fisik kursi kerja beserta dimensinya 6. Tinggi jangkauan tangan Tinggi jangkauan tangan secara horizontal diperlukan untuk mengetahui kesesuaian tinggi area kerja yang perlu dijangkau. Ukuran tinggi bahu menjadi acuan untuk menentukan tinggi jangkauan tangan. Nilai tinggi bahu pada persentil 5 dipergunakan agar pekerja dengan badan yang kecil masih mampu mencukupi tinggi area kerja yang dibutuhkan. Analisis dilakukan dengan melakukan pengecekan kecukupan tinggi jangkauan tangan secara horizontal berdasarkan dimensi tinggi meja, tinggi loyang, tinggi kursi dan tinggi bahu. Posisi tangan terentang kedepan secara horizontal berada pada 198 mm di atas loyang ubi, hal ini memudahkan pekerja untuk mengambil ubi dari dalam loyang. 7. Jarak total jangkauan tangan Jarak total jangkauan tangan diperlukan untuk menentukan jarak total bahu subjek dengan tepi loyang penampung ubi jalar yang akan di check (diperiksa ulang). Ubi jalar yang ada didalam loyang perlu untuk dijangkau dengan mudah agar mengurangi perubahan posisi saat akan mengambil ubi di dalam loyang. Pada penerapannya proses pengambilan ubi jalar dari dalam loyang dilakukan dengan membungkuk untuk dapat meraih ubi seperti pada Gambar 19.

44 32 Gambar 19 Posisi pekerja saat meraih ubi dari dalam loyang Oleh karena itu, perlu diketahui jarak total jangkauan tangan pekerja pada persentil 5 yang dapat menjamin pekerja dengan badan kecil dapat menjangkau ubi dari dalam loyang. Jarak jangkauan tangan harus melebihi jarak tepi kursi belakang ke tepi loyang. Jarak tepi kursi belakang ke tepi loyang adalah penjumlahan dari jarak akibat sudut sandaran pada Gambar 20 jarak kedalaman duduk, jarak trapesium kaki kursi, jarak kaki kursi ke kaki meja, serta panjang baki yang diletkkan di atas meja. 215 mm 95 o L Gambar 20 Sudut bentukan tempat duduk dan sandaran duduk Nilai L yang didapat dari perhitungan diperlukan untuk mengetahui jarak tepi kursi belakang (letak bahu) ke tepi loyang jangkau. Jarak bahu ke tepi loyang terbentuk dari jarak L, kedalaman duduk, jarak trapesium kaki kursi, jarak kaki kursi ke kaki meja serta panjang baki yang berjumlah 840 mm. Sedangkan jarak jangkau subjek persentil 5 adalah 570 mm. Sehingga diperlukan penyesuaian jarak agar ubi di dalam loyang dapat terjangkau. Penyesuaian jarak bahu dengan tepi loyang harus sama atau kurang dari jarak jangkauan tangan. Selisih dapat diperkecil dengan memperkecil jarak kaki kursi dengan kaki meja serta memutar sisi panjang baki dengan sisi lebar baki, dan mendekatkan

45 33 letak baki dengan loyang untuk meminimalkan jarak antara bahu ke loyang. Sehingga jarak yang dapat dikurangi sebesar 250 mm. Jarak sisa selisih menunjukkan bahwa jangkau tangan belum mencapai pinggir/tepi loyang sepanjang 20 mm sehingga pekerja harus menyesuaikan posisi duduk untuk dapat meraih ubi yang ada didalam loyang. Gambar 21 menunjukkan tata letak meja kursi kerja beserta alat pelengkap kerja yang telah ada. Sedangkan Gambar 22 menunjukkan tata letak sarana kerja rekomendasi. Gambar 21 Tata letak sarana kerja yang ada Gambar 22 Tata letak sarana kerja rekomendasi 8. Jarak kerja di atas baki penampung Penentuan jarak bahu dengan tepi baki penampungan sampah ubi diperlukan untuk memperkirakan kesesuaian lokasi diletakkannya baki penampung sampah ubi agar memudahkan pekerja selama bekerja seperti pada Gambar 23. Area kerja yang baik harus dapat dengan mudah dijangkau oleh pekerja. Proses kerja yang dilakukan adalah kupas-periksa ubi yang dilakukan dengan cara mengambil ubi

46 34 dari loyang kemudian diperiksa pada seluruh permukaan ubi dan sampah ubi ditampung pada baki. Perhitungan jarak bahu ke baki berdasarkan kedalaman duduk serta jarak trapesium kaki kursi yang bernilai 370 mm, sedangkan jarak siku ke jari pada persentil 5 sebesar 360 mm. Selisih tersebut bernilai positif menunjukkan bahwa siku tangan ke jari belum menucukupi untuk menggapai tepi baki. Sehingga pada saat proses pengecekan ubi diperlukan sedikit penyesuaian posisi duduk untuk dapat bekerja dengan baik pada posisi tangan di atas baki penampungan sampah ubi jalar. Gambar 23 Posisi kerja pengolahan ubi 9. Kesesuaian tinggi kolong meja Posisi duduk yang nyaman juga harus ditentukan dengan tinggi kolong meja agar tidak menyulitkan pekerja selama bekerja. Kecukupan tinggi kolong meja harus disesuaikan dengan tinggi letak lutut saat kaki menjejak pada pijakan kaki (footrest) pada persentil 95. Tinggi kolong meja dihitung berdasarkan tinggi meja yang dikurangi dengan tebal meja, sedangkan tinggi letak lutut didapatkan dari penjumlahan tinggi pijakan kaki dan tinggi lutut. Tinggi letak lutut dengan tinggi kolong meja memiliki selisih 10 mm, sehingga dapat diketahui bahwa masih terdapat jarak antara letak lutut dengan meja. Beban Kerja Kualitatif Data kualitatif diperoleh dengan metode kuesioner berupa item pertanyaan untuk mengungkapkan tanggapan subjek secara langsung. Hasil uji validitas dan uji reliabilitas ditampilkan pada Lampiran 8 dan 9. Kuesioner dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian beban kerja dan bagian sarana/alat kerja. Terdapat 3 item pertanyaan yang tidak valid dari total 10 item pertanyaan pada setiap bagian. Hal tersebut terjadi karena item pertanyaan yang tidak valid tersebut mengandung

47 35 pertanyaan yang memiliki jawaban yang luas dan beragam. Kuesioner dikatakan valid dan relibel apabila memiliki hasil nilai r hitung melebihi nilai r tabel pada tabel r product moment yang ditampilkan pada Lampiran 10. Nilai r product moment ditentukan berdasarkan jumlah subjek atau sampel yaitu sejumlah 12 orang. Nilai r hitung yang diperoleh adalah dan lebih besar daripada nilai r tabel. Nilai total skor kuesioner dipergunakan untuk menentukan nilai interval kategori pada setiap bagian kuesioner yang ditampilkan pada Tabel 14 dan Tabel 15. Sedangkan total skor hasil kuesioner ditampilkan pada Lampiran 7. Tabel 14 Kategori beban kerja kuesioner Nilai interval Usia Usia Usia Tua Menengah Muda Kategori Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat Tabel 15 Kategori sarana/alat kerja kuesioner Nilai interval Usia Usia Usia Tua Menengah Muda Kategori Sangat Nyaman Nyaman Cukup Nyaman Tidak Nyaman Sangat Tidak Nyaman Tabel 14 menunjukkan bahwa pada golongan usia tua 75% subjek masuk kategori sedang dan 25% pada kategori berat. Golongan usia menengah 100% subjek pada kategori sedang sedangkan golongan usia muda 25% pada kategori sedang, 50% pada kategori ringan dan 25% pada kategori sangat ringan. Kuesioner yang dipergunakan memiliki item pertanyaan yang berkenaan dengan proses kerja yang sehari-hari dilakukan subjek serta mengenai keberadaan dan kenyamanan penggunaan sarana/alat kerja yang telah ada. Tabel 15 menunjukkan bahwan pada golongan usia tua 50% subjek pada kategori tidak nyaman dan 50% lainnya pada kategori sangat tidak nyaman. Golongan usia menengah 25% subjek pada kategori tidak nyaman dan75% subjek pada kategori sedangkan pada golongan usia muda 50% pada kategori tidak nyaman dan 50% pada kategori sangat tidak nyaman. Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa sarana/alat kerja yang sudah ada belum memberikan kenyamanan kerja pada subjek. Item pertanyaan pada bagian sarana/alat kerja menggambarkan respon subjek mengenai alat kerja yang telah ada serta sarana kerja yang telah ada masih membutuhkan perbaikan dan penyesuaian untuk menyamankan kondisi kerja yang dilakukan oleh pekerja. Subjek memberikan respon bahwa dibutuhkan mesin ataupun alat kerja yang lebih baik untuk dapat meningkatkan kapasitas kerja serta kualitas produk kerja yang dihasilkan meskipun selama ini pekerja telah terbiasa dalam penggunaan alat kerja yang telah ada. Namun terdapat respon yang

48 36 menggambarkan bahwa penggunaan alat kerja yang berbasis mekanik atau biasa disebut dengan mesin akan dapat menggantikan posisi pekerjaan subjek sehingga subjek masih ragu akan penggunaan mesin pada proses pengolahan ubi jalar yang selama ini telah dilakukan dengan alat kerja yang sederhana berupa pisau. Rekomendasi Perancangan Tata Kerja Perancangan tata kerja pada proses pengolahan ubi jalar didasarkan pada pengamatan dengan pendekatan ergonomika kerja. Beban kerja merupakan salah satu aspek yang dipergunakan untuk menentukan kesesuaian pekerja dengan jadwal kerja yang dibebankan pada pekerja. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa golongan usia 2 dengan rentang usia tahun memiliki beban kerja yang cenderung sedang dengan tingkat produktivitas kerja yang optimal lebih dari golongan usia 1 dan 3. Hal tersebut didukung oleh hasil beban kerja kualitatif dengan pengamatan butir kuesioner yang mendukung pernyataan bahwa golongan usia 2 adalah golongan usia yang optimum dalam melakukan kerja dengan pengalaman kerja yang cukup serta tingkat produktivitas yang optimal dengan beban kerja yang cukup untuk dapat melakukan kerja dengan baik. Penjadwalan kerja berdasarkan aspek-aspek yang telah diamati menunjukkan bahwa golongan usia 3 cenderung nyaman bekerja pada shift kerja pagi meskipun jam kerja lebih panjang namun waktu kerja pagi merupakan waktu kerja yang optimal untuk semua pekerja karena waktu kerja pagi merupakan waktu kerja normal untuk melakukan aktivitas. Selain itu juga nilai produktivitas menunjukkan bahwa golongan usia 3 menghasilkan produktivitas kerja yang maksimal pada jam kerja pagi sedangkan jam kerja sore dan malam lebih sesuai diisi oleh pekerja dengan golongan usia 1 dan 2 karena jam kerja tersebut diluar jam kerja pada umumnya orang bekerja sehingga dibutuhkan kondisi fisik yang baik untuk mampu menanggung beban kerja pada saat jam kerja sore dan malam. Penurunan kemampuan sesuai peningkatan usia sesuai dengan pernyataan Simanjuntak (1985) bahwa partisipasi kerja seseorang akan meningkat seiring meningkatnya usia dan setelah melewati puncak partisipasi kerja untuk wanita pada usia tahun kemudian akan menurun kembali menjelang usia pensiun. Waktu istirahat selama satu jam dipergunakan untuk beraktivitas aktif diluar kerja, hal tersebut menyebabkan waktu istirahat tidak dipergunakan secara maksimal untuk membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah dipergunakan pada kerja awal. Sebaiknya waktu istirahat dipergunakan untuk berisitirahat sehingga dapat membantu recovery kondisi tubuh untuk dapat memulai perkerjaan kembali setelah waktu istirahat berakhir. Sarana dan alat kerja yang sesuai untuk pekerja akan memberikan kenyamanan pada pekerja selama proses bekerja. Sarana kerja utama yang berkenaan langsung pada proses pengolahan ubi jalar bagian pengecekan ubi adalah meja kerja, peralatan pendukung seperti baki serta loyang, kursi kerja yang diperlukan sebagai tempat duduk pekerja selama menjalankan proses kerja serta alat kerja utama berupa pisau potong ubi jalar yang dipergunakan untuk proses kupas juga untuk proses periksa ubi yang nampak pada Gambar 24.

49 37 Gambar 24 Pisau kerja pengolahan ubi jalar Sarana kerja yang berkaitan langsung dengan pekerja sebaiknya disesuaikan dengan dimensi antropometri pekerja. Hasil kuesioner menyatakan bahwa sarana kerja yang telah ada belum menyamankan pekerja sehingga perlu dirancang untuk disesuaikan dengan dimensi antropometri pekerja pada proses pengolahan ubi jalar bagian kupas-periksa yang cenderung memiliki sistem kerja monoton. Upaya untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kekelahan secara tidak langsung baik secara objekti maupun subjektif (Susetyo dkk 2012). Hasil analisis antropometri subjek yang disesuaikan dengan desain ukuran sarana kerja menghasilkan desain ukuran sarana kerja yang lebih sesuai dengan dimensi antropometri pekerja. Dimensi sarana kerja rekomendasi adalah dimensi sarana kerja kursi untuk menyamankan pekerja saat melakukan kerja. Hasil perancangan sarana kerja menghasilkan ukuran tinggi kursi 720 mm, tinggi pijakan kaki 320 mm, tinggi meja kerja 860 mm, tinggi sandaran punggung 215 mm dengan sudut sandaran punggung 95 o dari tempat duduk, kedalaman duduk 350 mm, lebar sandaran punggung 400 mm, lebar kursi 390 mm, dengan menyusun 4 kursi pada 1 meja kerja. Kursi disusun dengan jarak 67 mm antar kursi untuk mengoptimalkan gerakan subjek saat memutar kursi pada porosnya sehingga pekerja lebih bebas dalam bergerak saat kerja. Rekomendasi tata letak sarana kerja untuk mendukung proses kupas-periksa ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 25.

50 38 Gambar 25 Rekomendasi tata letak sarana kerja SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Nilai Total Energy Cost ternormalisasi (TEC ) terbesar pada saat shift pagi dengan nilai kkal/kg.menit yang kemudian diikuti shift malam dan yang terendah adalah shift sore. Nilai TEC pada jam kerja pagi memiliki nilai yang besar karena menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi. 2. Shift pagi lebih baik diisi oleh golongan usia tua karena memiliki beban kerja yang cenderung berat dan tingkat produktivitas kerja yang optimal pada shift pagi sedangkan shift sore dan malam lebih baik diisi oleh golongan usia menengah karena tingkat produktivitas yang cenderung stabil pada setiap shift kerja dan golongan usia muda karena kondisi fisik yang baik mampu menanggung beban kerja diluar jam kerja normal. 3. Persentase keluhan kelelahan kerja tertinggi terjadi pada usia tua hampir pada seluruh bagian tubuh, usia menengah pada bagian punggung, pingang dan bahu sedangkan usia muda kelelahan pada punggung, pinggang, bahu, leher dan lengan. Kelelahan tersebut terjadi pada kegiatan kupas-periksa ubi jalar dengan posisi kerja duduk. 4. Beban kerja golongan usia tua termasuk kategori sedang sebanyak 75% dan kategori berat 25%. Golongan usia menengah termasuk kategori sedang sebanyak 100% sedangkan golongan usia muda termasuk kategori sedang sebanyak 25%, kategori ringan 50% dan kategori sangat ringan 25%. 5. Kenyamanan penggunaan sarana/alat kerja golongan usia tua termasuk kategori tidak nyaman sebanyak 50% dan kategori sangat tidak nyaman sebanyak 50%. Golongan usia menengah termasuk kategori tidak nyaman sebanyak 25% dan kategori sangat tidak nyaman 75% sedangkan golongan

51 39 usia muda termasuk kategori tidak nyaman sebanyak 50% dan kategori sangat tidak nyaman sebanyak 50%. 6. Rancangan optimal tinggi kursi kerja adalah 720 mm, tinggi pijakan kaki 320 mm, tinggi meja kerja 860 mm, tinggi sandaran bahu 215 mm dengan sudut sandaran punggung 95 o dari tempat duduk, kedalaman duduk 350 mm, serta penggunaan kursi perorangan sebanyak 4 kursi untuk setiap meja dengan jarak 67 mm antar kursi. Desain kursi dibuat memiliki roda untuk memudahkan gerak pekerja dan kursi dengan bagian duduk yang empuk untuk menyamankan pekerja saat bekerja dengan posisi duduk dan gerak yang monoton. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Waktu istirahat yang ada supaya dipergunakan semaksimal mungkin untuk beristirahat sehingga dapat memberikan kesempatan tubuh untuk dapat melakukan proses recovery kondisi fisik sehingga setelah istirahat dapat bekerja kembali dengan maksimal. 2. Penjadwalan kerja disesuaikan dengan tingkat beban kerja yang diterima oleh pekerja dengan golongan usia tertentu. 3. Kelelahan kerja dapat ditanggulangi dengan menggunakan sarana kerja dan alat kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja. 4. Perancangan tata kerja yang mengacu pada dimensi tubuh pekerja untuk merancang dimensi dan tata letak dari alat/sarana kerja yang dipergunakan pekerja. DAFTAR PUSTAKA Grandjean Fitting the Task to the Human 4 th edition. London (GB): Taylor Francis Inc. Herodian S. Saulia L. Morgan K Pedoman Praktikum Ergonomika. Bogor (ID): JICA-DGHE/IPB Project/ ADAET. Himawan MB. Herodian S Studi karakteristik denyut jantung terhadap perlakuan step test. Seminar Nasional Teknik Pertanian-AE2000; Juli 11-12; IPB Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm: Husein T. Sarsono A Perancangan Sistem Kerja Ergonomis untuk Mengurangi Tingkat Kelelahan [internet]. [diunduh 2015 Januari 3]. Tersedia pada : journal.binus.ac.id/index.php/inasea/article/ view/101/98. Kastaman R. Herodian S Studi kalibrasi data pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode step test dan ergonometer. Buletin Keteknikan Pertanian. 12(1): Lovita Analisis beban kerja pada pembuatan guludan di lahan kering (Studi Kasus: Analisis komparatif kerja manual dengan cangkul dan mekanis dengan walking type cultivator [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

52 40 Mardika SC Analisis beban kerja pada lini produksi air minum dalam kemasan di PT Krakatau Daya Tirta, Cilegon [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Napitupulu N Gambaran penerapan ergonomi dalam penggunaan komputer pada pekerja di PT.X [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Nurmianto E Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya (ID): Prima Printing. Rasyani L Pengukuran beban kerja lokal pada otot lengan dengan menggunakan elektromiografi pada operator penggiling jagung semi mekanis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sanders MS. McCormick EJ Human Factors in Engineering and Design. 6th ed. New York (US): McGraw-Hill, Inc. Sanders MS. McCormick EJ Human Factors in Engineering and Design. 1st ed. New York (US): McGraw-Hill, Inc. Simanjuntak JP Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Depok (ID): Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Susetyo J dkk Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan karyawan dengan metode bourdon wiersma dan 30 items of rating scale. Jurnal Teknik Industri. 5(1995) Syuaib MF Ergonomic study on the proces of mastering tractor opertaion [disertasi]. Tokyo (JPN): Tokyo University of Agricultural and Technology. Tuti H Analisis faktor-faktor stres karyawan [tesis]. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Usman H dan Akbar RPS Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

53 41 Lampiran 1 Kuisioner penelitian No : PERANCANGAN TATA KERJA PADA PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA Terima Kasih atas partisipasi Anda untuk menjadi salah satu responden untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan instrument penelitian yang dilakukan oleh : Peneliti : Norisa Adhi Tina NRP : F Departemen : Teknik Mesin dan Biosistem Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor Yang akan digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana Teknik Mesin dan Biosistem. Saya sangat menghargai kejujuran anda dalam mengisi kuesioner ini dan akan menjamin kerahasiannya. Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam perbaikan sistem/metode kerja.atas kerjasama dan bantuan Anda, Saya ucapkan terima kasih. Petunjuk Pengisian : Isilah identitas responden dibawah ini. Nama : Usia : Tahun Berat Badan : kg Tinggi Badan : cm Identitas Responden Jawablah pertanyaan dengan cara memberi tanda silang (X) atau mengisi titik-titik pada tempat yang telah disediakan! 1. Sudah berapa lama bekerja pada bagian kupas ubi? a. < 1 tahun c tahun b. 1-5 tahun d. >10 tahun 2. Waktu kerja hari ini mulai Pukul...s/d Apakan Anda bekerja dengan sistem shift (kerja bergilir)? a. Ya b. Tidak

54 42 Petunjuk pengisian : Isilah dengan memberi tanda check list ( ) pada kolom dibawah ini. STS : Sangat Tidak Setuju (1) TS : Tidak Setuju (2) R : Ragu (3) S : Setuju (4) SS : Sangat Setuju (5) Beban Kerja No Pertanyaan STS TS R S SS 1 Saya merasa sakit atau keluhan nyeri selama bekerja(-) 2 Saya merasa pusing dan tidak nyaman dalam kondisi pandangan mata saat bekerja(-) 3 Saya merasa lebih cepat lelah dalam menjalankan pekerjaan pada shift pagi(-) 4 Saya merasa lebih cepat lelah dalam menjalankan pekerjaan pada shift sore(-) 5 Saya merasa lebih cepat lelah dalam menjalankan pekerjaan pada shift malam(-) 6 Pada saat jam istirahat saya juga mengerjakan pekerjaan saya(-) 7 Posisi kerja yang saya lakukan sudah nyaman 8 Saya dapat menikmati pekerjaan yang saya lakukan 9 Setelah istirahat, saya siap untuk melaksanakan kerja kembali 10 Berakhirnya jam kerja, merupakan waktu yang sangat ditunggu oleh saya(-)

55 43 Petunjuk pengisian : Isilah dengan memberi tanda check list ( ) pada kolom dibawah ini. STS : Sangat Tidak Setuju (1) TS : Tidak Setuju (2) R : Ragu (3) S : Setuju (4) SS : Sangat Setuju (5) Penggunaan Alat/ Sarana Kerja No Pertanyaan STS TS R S SS 1 Setelah menggunakan alat kerja, saya merasa letih dan pegal(-) 2 Saat menggunakan alat kerja, sesekali saya harus berhenti sejenak untuk merenggangkan otot-otot(-) 3 Saya memerlukan alat kerja lain yang lebih baik dari yang telah ada(-) 4 Saya merasa sarana kerja(kursi kerja) menyebabkan pegal-pegal (-) 5 Saya merasa kursi kerja yang ada saat ini belum nyaman untuk digunakan(-) 6 Saya merasa perlu ada perbaikan untuk sarana kerja yang telah ada(-) 7 Saya merasa memerlukan alat lain(selain pisau) untuk mendukung proses pengupasan ubi(-) 8 Alat atau mesin pengupas ubi diperlukan untuk mempercepat proses pengupasan(-) 9 Terkadang saya terluka karena menggunakan pisau kupas yang telah ada (-) 10 Alat kerja yang sudah ada belum cukup untuk membantu menyelesaikan pekerjaan(-)

56 44 Lampiran 2 Lembar Checklist kelelahan kerja Nama : Usia : Tahun Petunjuk pengisian, berilah tanda Checklist ( selama kerja! No : ) pada kondisi yang Anda alami Bagian Tubuh Leher Bahu Lengan Punggung Pinggang Pantat Siku Tangan Paha Lutut Kaki (Betis) Pergelangan Kaki Jenis Kelelahan Tidak ada Kesemutan Pegal Sakit

57 45 Lampiran 3 Contoh Perhitungan Nilai BME (Basal Metabolic Energy) Menghitung Luas permukaan tubuh Subjek 2 Mengitung nilai BME berdasarkan VO 2 (tabel 1) Subjek 2 Menghitung Luas permukaan tubuh Subjek 4 Mengitung nilai BME berdasarkan VO 2 (tabel 1) Subjek 4 Lampiran 4 Perhitungan WECstep test Perhitungan pada Subjek 2 Perhitungan pada Subjek 4

58 46 Lampiran 5 Perhitungan IRHRwork Perhitungan subjek 4A (shift pagi) Perhitungan subjek 11B (shift sore) Perhitungan subjek 7C (shift malam)

59 47 Lampiran 6 Analisis antropometri sarana kerja proses kupas-periksa ubi jalar Tinggi Tempat Duduk(Tinggi Kursi Kerja) Tinggi siku dari lantai(duduk)= (tinggi meja + tinggi baki) 50 mm = (860 mm + 50 mm) 50 mm = 860 mm Tinggi tempat duduk = tinggi siku dari lantai tinggi siku(per 5) = 860 mm 143 mm = 717 mm 720 mm Tinggi Pijakan Kaki Tinggi pijakan kaki = tinggi tempat duduk - tinggi lipat lutut = 720 mm 400 mm = 320 mm (jarak dari lantai) Kedalaman Duduk Kursi Selisih kedalaman duduk = kedalaman kursi jarak popliteal ke pantat = 250 mm 351 mm = -101 mm Tinggi Jangkauan Tangan Tinggi jangkauan tangan= (tinggi meja+tinggi loyang) - (tinggi kursi+tinggi bahu) = (860 mm mm) (720 mm mm) = 990 mm 1188 mm = -198 mm Jarak Total Jangkauan Tangan 215 mm 95 o L Jarak tepi kursi belakang ke tepi loyang = jarak akibat sudut sandaran+kedalaman duduk kursi+jarak trapesium kaki kursi+jarak kaki kursi ke kaki meja+panjang baki = 20 mm mm + 20 mm mm mm = 840 mm

60 48 Jarak jangkauan subjek pada persentil 5 = 568 mm 570 mm Selisih = 840 mm mm = 270 mm Pengurangan jarak = 50 mm + (350 mm mm) + 50 mm = 250 mm Sisa selisih = 270 mm mm = 20 mm Jarak Kerja di Atas Baki Penampung Jarak bahu ke baki = 350 mm + 20 mm = 370 mm Jarak siku ke jari (persentil 5) = 360 mm Selisih jarak siku-jari dengan jarak bahu ke baki = 370 mm 360 mm= 10 mm Kecukupan Kursi untuk Menampung Pekerja Ukuran lebar bahu = 401 mm 400 mm Kecukupan tamping kursi = = 5 Lebar kursi = ukuran lebar pinggul = 388 mm 390 mm Lebar sandaran kursi = ukuran lebar bahu = 401 mm 400 mm Kesesuaian Tinggi Kolong Meja dengan Posisi Duduk Tinggi kolong meja = tinggi meja tebal meja = 860 mm - 50 mm = 810 mm Tinggi letak lutut = pijakan kaki + tinggi lutut = 320 mm mm =795 mm 800 mm Jarak Antar Kursi C B A = 390 mm B = 350 mm Jarak putar kursi hingga 90 o rotasi A

61 49 Lampiran 7 Hasil skor kuesioner dan perhitungan skala interval Subjek Instrumen Beban Kerja P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Subjek Instrumen Sarana/alat Kerja P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Sub Perhitungan skala interval hasil kuisioner Perhitungan skala interval: m = 5 x 10 = 50 n = 1 x 10 = 10 Skala interval = (50 10)/5 = 8

62 Lampiran 8 Tabel uji validitas kuisioner P1 P2 P3 P4 P5 P6 Correlations Beban Kerja P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total Pearson ** Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson * * Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson *.739 ** Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson * Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

63 51 Lampiran 8 Tabel uji validitas kuisioner (lanjutan) P7 Pearson Correlation **.600 * * Sig. (2-tailed) N P8 Pearson Correlation ** ** ** Sig. (2-tailed) N P9 Pearson Correlation *.722 ** * Sig. (2-tailed) N P10 Pearson Correlation * * Sig. (2-tailed) N Total Pearson.785 **.616 *.739 ** *.718 **.590 *.622 * 1 Correlation Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

64 Lampiran 8 Tabel uji validitas kuisioner (lanjutan) P1 P2 P3 P4 P5 P6 Correlations Sarana/alat Kerja P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson *.736 **.612 * ** Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson **.671 * Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson ** * * Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson *.671 *.577 * * Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson ** * *.684 * Correlation Sig. (2-tailed) N

65 53 Lampiran 8 Tabel uji validitas kuisioner (lanjutan) P7 Pearson Correlation * * * * Sig. (2-tailed) N P8 Pearson Correlation * * * Sig. (2-tailed) N P9 Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) N P10 Pearson Correlation * ** Sig. (2-tailed) N Total Pearson ** *.603 *.684 *.697 *.606 * ** 1 Correlation Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

66 54 Lampiran 9 Tabel uji reliabilitas kuesioner Instrumen beban kerja Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted P P P P P P P P P P Instrumen sarana/alat kerja Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted P P P P P P P P P P

67 55 Lampiran 10 Tabel nilai r-product moment NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT N Taraf Signif Taraf Signif Taraf Signif N N 5% 1% 5% 1% 5% 1%

68 56 Lampiran 11 Penentuan jumlah subjek Rumus Slovin Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Galat pendugaan Ukuran populasi berkisar pada orang Galat pendugaan diharapkan tidak lebih besar dari 25% sehingga tingkat kepercayaan data 75%. N = 40 d = 0.25 N = 60 d = 0.25 Jumlah subjek yang diambil adalah 12 orang yang merupakan nilai rata-rata dari hasil perhitungan menurut Rumus Slovin.

69 57

70 Skala : 1:23 Keterangan DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Norisa Adhi Tina Taufik Nugraha Sam Herodian 02/07/15 Tanggal Paraf Material : No. Gambar Berat : Satuan : mm ASSEMBLY ALL PART Nama Bagian TATA LETAK KERJA BAGIAN KUPAS PERIKSA UBI JALAR Dirancang Digambar Diperiksa Disetujui Nama

71 Keterangan Skala : 1: Dirancang Digambar Diperiksa Disetujui Nama Norisa Adhi Tina Taufik Nugraha Sam Herodian Tanggal 2/07/15 Paraf Material : No. Gambar Berat : Satuan : mm ASSEMBLY ALL PART Nama Bagian REKOMENDASI TATA LETAK KERJA BAGIAN KUPAS PERIKSA UBI JALAR DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

72 60 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 13 Juni 1993 sebagai anak kedua dari pasangan keluarga Budi Hartoyo dan Wiwik Utami. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pare, Kabupaten Kediri dan pada tahun yang sama penulis berhasil lulus seleksi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Test tertulis SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan diterima di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dibeberapa kegiatan organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem (HIMATETA) periode sebagai sekretaris Divisi CSR (Campus Social Responsibility). Pada tahun 2013, penulis menjadi salah satu peserta IGTF (IPB Goes to Field) Pengembangan Tungku Sekam di Klaten, Jawa Tengah. Penulis berpartisipasi sebagai Sarjana Pendamping pada Program Optimasi Produksi Padi Varietas IPB 3S di Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat pada tahun Pada bulan Juni-Agustus 2014 penulis melakukan Praktik Lapangan di PT Galih Estetika Indonesia dengan judul : Aspek Ergonomika dan (K3) Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Proses Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih Estetika Indonesia, Kuningan, Jawa Barat.

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 di Areal Pesawahan di Desa Cibeureum, Kecamatan Darmaga,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di lahan kering Leuwikopo, Bogor. Pengambilan data penelitian dimulai tanggal 29 April 2009 sampai 10 Juni 2009. B. Peralatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2010 yang berlokasi di areal persawahan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011 di Bengkel Daud Teknik, Cibereum, Bogor. B. Tahapan Penelitian

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA

. II. TINJAUAN PUSTAKA . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar

Lebih terperinci

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun IV. METODOLOGI 4.1 Deskripsi Kegiatan Kegiatan magang dilakukan di PT. TMMIN selama 4 bulan, dimulai dari tanggal 21 Maret 2011 sampai dengan 20 Juli 2010. Waktu pelaksanaannya mengikuti jam kerja karyawan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu data denyut jantung pada saat kalibrasi, denyut jantung pada saat bekerja, dan output kerja. Semuanya akan dibahas pada sub bab-sub

Lebih terperinci

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar 1) Atiqotun Fitriyah, 2) Sam Herodian 1), 2) Laboratorium Ergonomika, Departeman Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN Sumber : Openshaw (2006) dalam Rahmawan (2011) Gambar 12 Macam-macam selang gerakan pada saat menajak III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan rawa lebak Desa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HAIL DAN PEMBAHAAN 4. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mengamati kegiatan-kegiatan dan pola kerja dari aktivitas pemetikan teh. Penelitian pendahuluan ini bertujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Cultivator Mesin pertanian yang digunakan adalah cultivator Yanmar tipe Te 550 n. Daya rata - rata motor penggerak bensin pada cultivator ini sebesar 3.5 hp (putaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluhan terbanyak dari mahasiswa Universitas Kristen Maranatha mengenai kursi kuliah yang digunakan saat ini adalah kurang memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING SKRIPSI ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING (Studi Kasus : Analisis Komparatif Kerja Manual dengan Cangkul dan Mekanis dengan Walking-type Cultivator) Oleh : LOVITA F14052709 2009

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PENGEPRASAN TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L.) LAHAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN ABSTRACT

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PENGEPRASAN TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L.) LAHAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN ABSTRACT ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PENGEPRASAN TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L.) LAHAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN Andriani Lubis 1), Syafriandi 1), dan Tinton Tonika 2) 1) Prodi Teknik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SPESIFIKASI MESIN PELUBANG TANAH Sebelum menguji kinerja mesin pelubang tanah ini, perlu diketahui spesifikasi dan detail dari mesin. Mesin pelubang tanah untuk menanam sengon

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU. ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU. Oleh : MUHAMMAD FAZRIANSYAH F14104106 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Beban Kerja Pengukuran beban kerja meliputi dua hal yaitu beban kerja kuatitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA Fadilatus Sukma Ika Noviarmi 1, Martina Kusuma Ningtiyas 1 1 Universitas Airlangga fadilasukma@gmail.com Abstrak Stasiun kerja dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI

Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI DAFTAR ISI ABSTRAK... i PEDOMAN TUGAS AKHIR... iii KATA PENGANTAR... iv AYAT AL-QURAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR SINGKATAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Anthropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Sedangkan menurut Nurmianto (1991) anthropometri adalah satu

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) Sri Rahayuningsih 1,*, Sanny Andjar Sari 2 1 Universitas Kadiri, 2 Institut Teknologi Nasional Malang Kontak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Toyota Business Practice (TBP)

TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Toyota Business Practice (TBP) III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Toyota Business Practice (TBP) Saat sekarang ini, anggota Toyota berasal dari seluruh dunia dengan perbedaan budaya, sehingga untuk menyatukan semua anggota dibuat Toyota Way.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi perkembangan teknologi semakin pesat maka dengan berkembangnya teknologi manusia berusaha untuk membuat peralatan yang bisa membantu pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI

ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU BAKU DAN BEBAN KERJA UNTUK OPTIMASI JUMLAH DAN DISTRIBUSI PEKERJA PADA PRODUKSI BUAH KALENG

ANALISIS WAKTU BAKU DAN BEBAN KERJA UNTUK OPTIMASI JUMLAH DAN DISTRIBUSI PEKERJA PADA PRODUKSI BUAH KALENG ANALISIS WAKTU BAKU DAN BEBAN KERJA UNTUK OPTIMASI JUMLAH DAN DISTRIBUSI PEKERJA PADA PRODUKSI BUAH KALENG (Studi Kasus : Produksi Nanas dan Tropical Fruit Salad Kaleng) ARNAL NOVISTIARA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

DI PG BUNGAMAYANG MILIK PTPN VII (PERSERO), LAMPUNG

DI PG BUNGAMAYANG MILIK PTPN VII (PERSERO), LAMPUNG ANALISIS BEBAN KERJA PADA KEGIATAN TEBANG DAN MUAT TEBU SECARA MANUAL DI PG BUNGAMAYANG MILIK PTPN VII (PERSERO), LAMPUNG LUDY CATUR IRAWAN P14104066 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki

Lebih terperinci

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S.

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S. Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan menginginkan produktivitas kerja karyawannya semakin meningkat, untuk mewujudkan hal itu di perlukan lingkungan kerja yang baik, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gerabah merupakan salah satu kerajinan tangan yang terkenal di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA Kode/Rumpun: 163/Teknologi Pertanian HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PERANCANGAN MEJA DAN KURSI YANG ERGONOMIS PADA BAGIAN PRODUKSI KERUPUK SAMILER DALAM RANGKA PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA)

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA) .~5."':!>.~~ Computer.BasedSystems GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA) Farry Firman H., Rina Prisilia Laboratorium Teknik Industri Menengah Jurusan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI Agung Kristanto 1, Slamet Cahyo Widodo 2 Abstract: Salah satu tahapan dalam proses panen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA PACKING DI PT.X DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ANTROPOMETRI UNTUK KENYAMANAN KERJA SKRIPSI

PERANCANGAN KURSI KERJA PACKING DI PT.X DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ANTROPOMETRI UNTUK KENYAMANAN KERJA SKRIPSI PERANCANGAN KURSI KERJA PACKING DI PT.X DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ANTROPOMETRI UNTUK KENYAMANAN KERJA SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Studi Strata Satu Dan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS DENGAN PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS DENGAN PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PERANCANGAN KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS DENGAN PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Satriardi *, Denny Astrie Anggraini, Yulnedi Mitra Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP LAMPUNG TENGAH MUHAMMAD RIZKI

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP LAMPUNG TENGAH MUHAMMAD RIZKI ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP LAMPUNG TENGAH MUHAMMAD RIZKI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05 PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) 1. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan display! (min 6) 2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari analog display dan digital display! 3. Apa yang

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar Kegiatan Belajar -6 Modul 4: Konsumsi Energi Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 I. PENDAHULUAN Modul-4, data M Arief Latar 2 Pengantar Jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR TUBUH DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI DIBAGIAN MESIN CNC PADA CV. PRIMA LESTARI

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR TUBUH DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI DIBAGIAN MESIN CNC PADA CV. PRIMA LESTARI TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR TUBUH DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI DIBAGIAN MESIN CNC PADA CV. PRIMA LESTARI Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

EFISIENSI LINTASAN PRODUKSI PADA STASIUN KERJA PENYABLONAN

EFISIENSI LINTASAN PRODUKSI PADA STASIUN KERJA PENYABLONAN EFISIENSI LINTASAN PRODUKSI PADA STASIUN KERJA PENYABLONAN Isana Arum Primasari *, Muhammad Hindarto Teknik Industri, Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta *email: i_prisa@yahoo.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Unisba.Repository.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian erat kaitannya dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang dipergunakan di dalam melaksanakan penelitian. Tahapan proses

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

JURNAL SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri JURNAL SKRIPSI MINIMASI TINGKAT KELUHAN OPERATOR PADA PENGGUNAAN FLOWRACK DENGAN MENGGUNAKAN DATA ANTROPOMETRI PADA BAGIAN PMC LOKAL R2 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTORS PLANT CAKUNG Diajukan Sebagai Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Menurut

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

Gambar 7 Langkah-langkah penelitian

Gambar 7 Langkah-langkah penelitian 24 3 METODE PENELITIAN Pada berbagai penelitian sudah ditemukan getaran berpengaruh terhadap performansi manusia, namun sejauh apa pengaruhnya belum diketahui. Penelitian ini menganalisa efek akselarasi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI ALMIZAN Program Studi Teknik Industri, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA YANG ERGONOMIS GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN SOUVENIR BERBAHAN LIMBAH LAMPU TL

PERANCANGAN STASIUN KERJA YANG ERGONOMIS GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN SOUVENIR BERBAHAN LIMBAH LAMPU TL PERANCANGAN STASIUN KERJA YANG ERGONOMIS GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN SOUVENIR BERBAHAN LIMBAH LAMPU TL Moch. Rofieq, Sugianto, dan Agus Suprapto Jurusan Teknik Industri Universitas Merdeka

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk 44 III. METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dengan mengoperasionalkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Alat Bantu Pemotong Tahu Yang Ergonomis Untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 70 BAB V HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan industri-industri semakin pesat, baik industri manufaktur maupun jasa. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengabaikan pentingnya kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja karyawan disamping sarana dan

Lebih terperinci