BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran dimensi tubuh manusia yang diperlukan untuk mendesain kursi yang baru Data anthropometri diambil secara random/acak dengan cara melakukan pengukuran langsung sebanyak 50 sampel dari mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik industri universitas Mercu Buana. 4.. Ukuran Kursi Lama Untuk dapat melalukan analisa pembanding antara hasil desain kursi teras/taman yang baru maka diperlukan data dari ukuran dan model dari kursi teras/taman yang lama sebagai pembanding desain yang baru. Untuk ukuran dari kursi teras/taman yang lama dapat dilihat pada table

2 44 Tabel.4.1. Ukuran Kursi Lama KOMPONEN DIMENSI UKURAN (mm) Tinggi 410 Alas kursi Panjang 490 lebar 430 Tinggi (dari alas duduk) 460 Sandaran punggung Lebar 490 Sudut 90 0 Sandaran tangan Tinggi (dari alas duduk) 50 Panjang 560 Jarak antar sandaran Pengumpulan Data Anthropometri Data anthropometri yang dikumpulkan dan diolah adalah data yang berhubungan dengan perancangan kursi teras. Pengukuran data anthropometri dilakukan dengan bantuan kursi anthropometer. Data anthropometri diambil secara random/acak dengan cara melakukan pengukuran langsung sebanyak 50 sampel dari mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik industri universitas Mercubuana. Untuk kepentingan perancangan produk, diperlukan data ukuran tubuh manusia (anthropometri) dari segmen konsumen yang diharapkan. Adapun data anthropometri yang relevan dengan rancangan kursi adalah tinggi bahu duduk (TBD), tinggi siku duduk (TSD), tinggi popliteal (TP), jarak pantat popliteal/panjang popliteal (PP), siku ke tangan (ST), rentang bahu (LB), rentang pinggul (LP), dan rentang antar siku (RAS). Selanjutnya untuk memperoleh data biomekanika yang berkaitan dengan perhitungan gaya dan momen yang terjadi pada bagian tubuh, dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan responden. Agar diperoleh data yang representatif untuk tahap pembahasan, maka perlu dilakukan

3 45 pengujian data. Pengujian dilakukan agar data yang akan digunakan merupakan data yang valid atau layak untuk digunakan sebagai sarana menganalis permasalahan, seperti uji keseragaman, dan kecukupan data. Tabel.4.. Hasil Pengukuran Data Anthropometri (Satuan dalam Cm) N Tinggi Popliteal (PP) Tinggi Bahu Duduk (TBD) Panjang Popliteal (PP) Tinggi Siku Duduk (TSD) Rentang Antar Siku (RAS) Rentang Pinggul (LP) Siku ke Tangan (ST) Rentang Bahu (LB)

4 46 Kemudian data anthropometri yang telah dikumpulkan sesuai dengan kelompok dimensi tubuh, selanjutnya akan dilakukan beberapa pengujian data terhadap data anthropometri yang telah dikumpulkan pengujian data itu meliputi: 1. Uji kecukupan data. Uji keseragaman data 3. Perhitungan mean dan standar deviasi 4. Perhitungan persentil 4.4. Pengolahan Data Anthropometri Untuk menghasilkan perancangan yang baik maka data anthropometri yang sudah diambil harus diuji secara statistik untuk menunjukan bahwa data anthropometri tersebut merupakan data yang valid atau layak untuk digunakan sebagai sarana menganalis permasalahan Uji Kecukupan Data Anthropometri Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data terlebih dahulu menentukan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 yang menunjukkan penyimpangan maksimum. Selain itu juga ditentukan tingkat kepercayaan 95% dengan k = yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data Antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil pengukuran diperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya. Rumus uji kecukupan data, yaitu:

5 47 kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX...1 Keterangan: k = tingkat kepercayaan s = derajat ketelitian Xi = data ke-i N = jumlah data pengamatan N = jumlah data teoritis Data dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N <N, dengan kata lain jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan Uji Kecukupan Data Tinggi Politeal (TP) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi popliteal (TP) dapat dilihat pada lampiran 1 tabel 4.3. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX

6 48 NN = (89444 ) (106) 106 N = 13,33 Oleh karena N <N data pengamatan untuk tinggi popliteal (TP) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan Uji Kecukupan Data Panjang Politeal (PP) Untuk pengambilan data pengukuran panjang popliteal (PP) dapat dilihat pada lampiran tabel 4.4. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = (84150) (03) 03 N = 30,40 Oleh karena N <N data pengamatan untuk panjang popliteal (PP) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan.

7 Uji Kecukupan Data Rentang Bahu (LB) Untuk pengambilan data pengukuran rentang bahu (LB) dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 4.5. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = (99944) (3) 3 N = 4,93 Oleh karena N <N data pengamatan untuk rentang bahu (LB) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan Uji Kecukupan Data Tinggi Bahu Duduk (TBD) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi bahu duduk (TBD) dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 4.6. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut:

8 50 kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = ( ) (711) 711 N = 7,40 Oleh karena N <N data pengamatan untuk tinggi bahu duduk (TBD) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan Uji Kecukupan Data Tinggi Siku Duduk (TSD) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi siku duduk (TSD) dapat dilihat pada lampiran 5 tabel 4.7. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = (31110) (14) 14 N = 13,41

9 51 Oleh karena N <N data pengamatan untuk tinggi siku duduk (TSD) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan Uji Kecukupan Data Rentang Antar Siku (RAS) Untuk pengambilan data pengukuran rentang antar siku (RAS) dapat dilihat pada lampiran 6 tabel 4.8. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = ( ) (88) 88 N = 3,68 Oleh karena N <N data pengamatan untuk rentang antar siku (RAS) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan Uji Kecukupan Data Rentang Pinggul (LP) Untuk pengambilan data pengukuran rentang pinggul (LP) dapat dilihat pada lampiran 7 tabel 4.9. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

10 5 sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = N = 6,80 50 (66603 ) (181 ) Oleh karena N <N data pengamatan untuk rentang pinggul (LP) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan Uji Kecukupan Data Siku ke Tangan (ST) Untuk pengambilan data pengukuran siku ke tangan (ST) dapat dilihat pada lampiran 8 tabel Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = (709 ) (1889) 1889 N = 18,89

11 53 Oleh karena N <N data pengamatan untuk siku ke tangan (ST) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. Tabel Hasil Perhitungan Uji Kecukupan Data Dimensi Tubuh N Xi Xi N Keterangan Tinggi popliteal (TP) ,33 Data dukup Panjang poplitel (PP) ,40 Data dukup Lebar bahu (LB) ,93 Data dukup Tinggi bahu duduk (TBD) ,40 Data dukup Tinggi siku duduk (TSD) ,41 Data dukup Rentang antar siku (RAS) ,68 Data dukup Rentang pinggul (LP) ,80 Data dukup Siku ke tangan (ST) ,89 Data dukup Pada tabel terlihat semua data pengamatan setiap segmen tubuh telah mencukupi dimana nilai N <N, jumlah data secara teotitis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan Uji keseragaman Data Anthropometri Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Rumus yang digunakan dalam uji ini yaitu: x = x1+x..+xn nn = XXXX nn

12 SSSS = (xxxx xx ) nn BKA = x + k SD BKB = x k SD Keterangan: SD Xi x k = standar deviasi = data ke-i = mean data = tingkat kepercayaan BKA = batas kendali atas BKB = batas kendali bawah Untuk melakukan uji keseragaman data maka terlebih dahulu harus diketahui nilai Mean (rata-rata) dan nilai standar deviasi dari masing masing data anthropometri yang sudah dikumpulkan. Untuk perhitungan nilai nilai Mean (ratarata) dan nilai standar deviasi dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel. Dengan terlebih dahulu data tersebut diurutkan dari nilai terkecil ke nilai yang terbesar dan disajikan dalam bentuk tabulasi tabel untuk data tersebut dapat dilihat pada lampiran 9.

13 55 Tabel 4.1. Perhitungan Nilai Mean (rata-rata) dan Standar Deviasi (TP) (PP) (LB) (TBD) (TSD) (RAS) (LP) (ST) Mean SD Uji Keseragaman Data Tinggi Popliteal (TP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data tinggi popliteal (TP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 4,1 +.(3,88) = 49,88 BKB = 4,1.(3,88) = 34,36 Ukuran(Cm) MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan Gambar.4.1.Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Popliteal (TP)

14 56 Pada gambar 4.1 terlihat semua data tinggi popliteal (TP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam Uji Keseragaman Data Panjang Popliteal (PP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Panjang popliteal (PP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 40,64 +.(5,65) = 51,49 BKB = 40,64.(5,65) = 9,34 Ukuran(Cm) MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan Gambar.4.. Peta Kontrol Untuk Dimensi Panjang Popliteal (PP)

15 57 Pada gambar 4. terlihat semua data panjang popliteal (PP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam Uji Keseragaman Data Rentang Bahu (LB) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data rentang Bahu (LB) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 44,64 +.(,50) = 49,64 BKB = 44,64.(,50) = 39,64 Ukuran(Cm) MEAN BKA BKB N 0 Jumlah pengamatan Gambar.4.3. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang bahu (LB)

16 58 Pada gambar 4.3 terlihat semua data rentang bahu (LB) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam Uji Keseragaman Data Tinggi Bahu Duduk (TBD) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data tinggi bahu duduk (TBD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 54, +.(3,7) = 61,66 BKB = 54,.(3,7) = 46,78 Ukuran(Cm) MEAN BKA BKB N 0 Jumlah pengamatan Gambar.4.4. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Bahu Duduk (TBD)

17 59 Pada gambar 4.4 terlihat semua data tinggi bahu duduk (TBD) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam Uji Keseragaman Data Tinggi Siku Duduk (TSD) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Tinggi siku duduk (TSD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 4,84 +.(,9) = 9,4 BKB = 4,84.(,9) = 0,6 Ukuran(Cm) MEAN 0 BKA BKB N 0 Jumlah pengamatan Gambar.4.5. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Siku Duduk (TSD)

18 60 Pada gambar 4.5 terlihat semua data tinggi siku duduk (TSD) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam Uji keseragaman Data Rentang Antar Siku (RAS) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Rentang antar siku (RAS) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu : BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 45,76 +.(,1) = 50,18 BKB = 45,76.(,1) = 41,34 Ukuran(Cm) MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan Gambar.4.6. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang Antar Siku (RAS)

19 61 Pada gambar 4.6 terlihat semua data rentang antar siku (RAS) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam Uji Keseragaman data Rentang Pinggul (LP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Rentang Pinggul (LP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 36,4 +.(,39) = 41, BKB = 36,4.(,39) = 31,64 Ukuran(Cm) MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan Gambar.4.7. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang Pinggul (LP)

20 6 Pada gambar 4.7 terlihat semua data rentang pinggul (LP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam Uji Keseragaman Data Siku Ke Tangan (ST) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Siku Ke tangan (ST) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 37,78 +.(4,14) = 46,06 BKB = 37,78.(4,14) = 9,5 Ukuran(Cm) MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan Gambar.4.8. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Siku Ke Tangan (ST)

21 63 Pada gambar 4.8 terlihat semua data tinggi siku ke tangan (ST) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. Hasil uji keseragaman data dari setiap data anthropometri dimensi tubuh yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabulasi tabel sebagai berikut: Tabel Hasil Perhitungan Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh BKA BKB XMin XMaks Keterangan Tinggi popliteal (TP) 49,88 34, Data seragam Panjang poplitel (PP) 51,49 9, Data seragam Lebar bahu (LB) 49,64 39, Data seragam Tinggi bahu duduk (TBD) 61,66 46, Data seragam Tinggi siku duduk (TSD) 9,4 0,6 1 9 Data seragam Rentang antar siku (RAS) 50,18 41, Data seragam Rentang pinggul (LB) 41, 31, Data seragam Siku ke tangan (ST) 46,14 9, Data seragam Pada tabel 4.1 terlihat semua data pengamatan setiap segmen tubuh telah berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam Perhitungan Persentil Data anthropometri yang sudah diperoleh selanjutnya ditentukan nilai persentilnya. Dalam pengukuran data anthropometri ini digunakan 50 sample data. Data yang diperoleh telah mencukupi dan seragam sehingga ditentukanlah data yang mewakili perancangan produk kursi berdasarkan

22 64 nilai persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan jika nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) sudah ketahui. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan berdasarkan table probabilitas distribusi normal sehingga perhitungan nilai persentil dapat dilihat pada gambar Perhitungan Persentil Tinggi politeal (TP) Untuk perhitungan nilai persentil segmen tubuh tinggi politeal (TP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 4,1 SD = 3,88 P5 th = x 1,645 SD = 4,1 1,645 (3,88) = 35,75 P50 th = x = 4,1 P95 th = x + 1,645 SD = 4,1 + 1,645 (3,88) = 48, Perhitungan Persentil Panjang Popliteal (PP) Untuk perhitungan persentil panjang politeal (PP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 40,64 SD = 5,65

23 65 P5 th = X 1,645 SD = 40,64 1,645 (5,65) = 31,38 P50 th = X = 40,64 P95 th = X + 1,645 SD = 40,64 + 1,645 (5,65) = 49, Perhitungan Persentil Rentang Bahu (LB) Untuk perhitungan persentil lebar bahu (LB) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 44,64 SD =,50 P5 th = x 1,645 σx = 44,64 1,645 (,50) = 40,5 P50 th = x = 44,64 P95 th = x + 1,645 σx = 44,64+ 1,645 (,50) = 48, Perhitungan Persentil Tinggi Bahu Duduk (TBD) Untuk perhitungan persentil tinggi bahu duduk (TBD) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 54, SD = 3,7 P5 th = x 1,645 SD = 54, 1,645 (3,7) = 48,10 P50 th = x = 54, P95 th = x + 1,645 SD = 54,+ 1,645 (3,7) = 60,33

24 Perhitungan Persentil Tinggi Siku Duduk (TSD) Untuk perhitungan persentil tinggi siku duduk (TSD) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 4,84 SD =,9 P5 th = x 1,645 SD = 4,84 1,645 (,9) = 1,07 P50 th = x = 4,84 P95 th = x + 1,645 SD = 4,84 + 1,645 (,9) = 8, Perhitungan Persentil Rentang Antar Siku (RAS) Untuk perhitungan persentil rentang antar siku (RAS) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 45,76 SD =,1 P5 th = x 1,645 SD = 45,76 1,645 (,1) = 4,1 P50 th = x = 45,76 P95 th = x + 1,645 SD = 45,76 + 1,645 (,1) = 49,39

25 Perhitungan Persentil Rentang Pinggul (LP) Untuk perhitungan persentil rentang pinggul (LP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut : Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 36,4 SD =,39 P5 th = x 1,645 SD = 36,4 1,645 (,39) = 3,48 P50 th = x = 36,4 P95 th = x + 1,645 SD = 36,4 + 1,645 (,39) = 40, Perhitungan Persentil Panjang Siku Ke Tangan (ST) Untuk perhitungan persentil panjang siku ke tangan (ST) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 37,78 SD = 4,14 P5 th = x 1,645 SD = 37,78 1,645 (4,14) = 30,96 P50 th = x = 37,78 P95 th = x + 1,645 SD = 37,78+ 1,645 (4,14) = 44,59 Hasil dari perhitungan persentil dari setiap data anthropometri dimensi tubuh yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabulasi tabel sebagai berikut:

26 68 Tabel Hasil Perhitungan Nilai Persentil Hasil Perhitungan (Cm) Dimensi Tubuh P5 th P50 th P95 th Tinggi popliteal (TP) 35,75 4,1 48,48 Panjang poplitel (PP) 31,38 40,64 49,93 Rentang bahu (LB) 40,5 44,64 48,75 Tinggi bahu duduk (TBD) 48,10 54, 60,33 Tinggi siku duduk (TSD) 1,07 4,84 8,61 Rentang antar siku (RAS) 4,1 45,76 49,39 Rentang pinggul (LP) 3,48 36,4 40,36 Siku ke tangan (ST) 30,96 37,78 44, Perancangan Ukuran Dan Bentuk Kursi Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam merancang kursi: 1. Sudut yang terbentuk antara paha dan punggung harus tidak boleh kurang dari Apabila kurang dari akan menyebabkan ketidak nyamanan.. Hasil perancangan harus dapat membuat pemakainya dapat mengganti sikap badannya dengan mudah, misalnya untuk duduk dan berdiri. 3. Permukaan kursi sedapat mungkin dibuat membentuk sudut kemiringan untuk mencegah agar badan tidak condong kedepan. 4. Apabila sudut antar sandaran dan garis vertikal melebihi sudut 30 0, maka sangat mutlak di perlukan sandaran kepala. 5. Sandaran lengan harus di buat horisontal sesuai dengan permukaan kursi.

27 Alas Duduk Ketinggian Alas Duduk Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kursi adalah ketinggian dari kursi yaitu jarak dari permukaan kursi ke lantai. Tinggi kursi yang tidak sesuai akan mempengaruhi kenyamanan pemakainya. Jika permukaan dari kursi terlalu tinggi akan menyebabkan penekanan pada daerah paha dan menyebabkan terjadinya penekanan yang berlebihan pada daerah otot kaki. Gambar.4.9. Akibat Alas Duduk yang Terlalu Tinggi Selain itu jika tinggi permukaan kursi tidak menyebabkan terjadinya kontak antar kaki dengan permukaan lantai akan menyebabkan stabilitas tubuh berkurang. Permukaan duduk yang terlalu rendah akan menyebabkan kaki melonjor kedepan, serta cenderung untuk menarik tubuh kedepan. Keadaan ini akan mengurangi kemampuan kaki untuk memberi kesetabilan pada tubuh. Namun demikian, umumnya seseorang yang tinggi akan merasa duduk pada kursi yang pendek dari pada orang yang pendek duduk di kursi yang tinggi.

28 70 Gambar Akibat Alas Duduk Yang Terlalu Rendah Gambar Dimensi Tubuh Untuk Tinggi Alas Duduk Perhitungan tinggi alas kursi adalah sebagai berikut : Dimensi tubuh : Tinggi Popliteal (TP) Persentil : 5 th Keterangan : dalam menetukan tinggi tempat duduk, data persentil ke 5 yang harus digunakan. Tinggi tempat duduk yang dapat mengakomodasi pemakai dengan tinggi popliteal terkecil juga dapat membuat nyaman pengguna yang memiliki tinggi popliteal yang lebih besar.

29 71 Tabel Perhitungan Tinggi Alas kursi Tinggi popliteal Tinggi alas kursi persentil (cm) (cm) 5 35,75 35,75 36 Tinggi alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 35,75 cm dibulatkan menjadi 36 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi alas kursi adalah 36 cm Panjang Alas Kursi Panjang alas kursi yang terlalu kecil akan menyebabkan pantat tidak terakomodasi dengan baik. Apabila panjang alas kursi terlalu besar tidak akan memberikan pengaruh pada kenyamanan. Gambar.4.1. Dimensi Tubuh Untuk Panjang Alas Duduk. Perhitungan panjang alas duduk adalah sebagai berikut: Dimensi tubuh : Lebar pinggul (LP) Persentil Keterangan : 95 th : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku, dengan memperhitungkan 95 persentil diharapkan semua

30 7 pengguna dapat dengan mudah mengubah posisi tubuhnya baik pada saat hendak duduk maupun berdiri. Tabel Perhitungan Panjang Alas Kursi Lebar pinggul (LP) Panjang alas kursi persentil (cm) (cm) 95 40,36 40,36 41 Panjang alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 40,36 cm dibulatkan menjadi 41 cm. Jadi dalam perancangan ini panjang alas kursi adalah 41 cm Lebar Alas Kursi Lebar alas Kursi adalah jarak dari belakang pantat sampa politeal. Jika kursi terlalu lebar maka permukaan atau ujung dari alas kursi akan menekan daerah belakang lutut. Penekanan dari jaringan otot tersebut akan menyebabkan terjadinya pengumpulan darah jika pemakai kursi tersebut tidak merubah posisi duduknya. Untuk mengurangi ketidaknyamanan pada kaki, pemakai kursi akan memajukan pantatnya ke depan yang menyebabkan punggung tidak tersangga sehingga stabilitas tubuh berkurang dan memerlukan kerja otot yang lebih besar untuk mempertahankan keseimbangan. Gambar.4.13.Akibat Alas Duduk yang Terlalu Lebar

31 73 Alas duduk yang terlalu pendek pun akan menyebabkan reaksi pada pemakai yaitu adanya kecenderungan tubuh untuk maju atau jatuh kedepan. Selain itu alas duduk yang terlalu pendek akan menyebabkan paha tidak memperoleh sanggahan. Menurut Grandjean dkk, merekomendasikan untuk kedalaman kursi tidak melebihi 16,8 inci atau 43 cm dan untuk lebar permukaan kursi tidak kurang dari 15,7 inci atau 40 cm. berdasarkan referensi tersebut penentuan nilai persentil yang sesuai bagi para pemakainya dimana tidak akan terjadi penggumpalan darah akibat popliteal yang tertekan dan menyebabkan paha tidak memperoleh sanggahan adalah 50 persentil dimana menurut hasil perhitungan adalah sebesar 40,64. data ini akan mengakomodasi jumlah terbesar para pemakainya, sehingga mereka dapat duduk lebih nyaman. Gambar.4.14.Akibat Alas Duduk yang Terlalu Pendek Gambar Dimensi Tubuh Untuk Lebar Alas Kursi.

32 74 Perhitungan lebar alas kursi adalah sebagai berikut: Dimensi tubuh : jarak pantat popliteal/panjang popliteal (PP) Persentil Keterangan : 50 th : dengan memperhitungkan 50 persentil diharapkan semua pengguna tidak akan mengalami politeal yang tertekan dan paha tidak memperoleh sanggahan dan data ini akan mengakomodasi jumlah terbesar para pemakainya, sehingga mereka dapat duduk lebih nyaman. Tabel Perhitungan Lebar Alas Kursi Panjang Popliteal (PP) Lebar alas Kursi persentil (cm) (cm) 50 40,64 40,64 41 Lebar alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 40,64 cm dibulatkan menjadi 41 cm. Jadi dalam perancangan ini lebar alas kursi adalah 41 cm Sandaran Punggung Pembuatan sandaran punggung baik ukuran, bentuk, maupun letaknya merupakan hal yang paling penting yang harus di perhatikan untuk memastiakan ukuran yang tepat antara kursi dan pemakainya. Fungsi utama dari sandaran punggung adalah menyediakan penyangga untuk daerah lumbar sehingga sandaran punggung harus cukup lebar supaya daerah punggung terutama daerah lumbar dapat terakomodasi dengan baik. Penentuan besarnya sudut kemiringan sandaran punggung akan menentukan kenyamanan yang akan diperoleh. Kenyamanan akan diperoleh

33 75 apabila sudut yang terbentuk antara alas duduk dan sandaran punggung sebesar Meskipun demikian ada beberapa pendapat lain yang mengatakan kenyamanan masih dapat dicapai meskipun memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil. Menurut Croney, kenyamanan dapat dicapai apabila sudut kemiringan minimum terhadap permukaan kursi. Sedangkan menurut Panero-Zelnik sudut dari sandaran punggung sebaiknya antara Dalam perancangan ini sudut sandaran punggung ditentukan Tinggi Sandaran Punggung Kursi taman yang dirancang ini diharapkan dapat digunakan untuk berelaksasi. Dalam perancangan ini ditentukan bahwa sandaran punggung tidak harus sampai pada daerah kepala dengan alasan untuk kursi taman sandaran punggung tidak perlu sampai dikepala tetapi cukup sampai dibahu, dengan demikian proses relaksasi pada otot-otot bahu tetap dapat berlangsung dengan baik. Gambar Dimensi Tubuh Untuk Tinggi Sandaran Punggung

34 76 Perhitungan tinggi sandaran punggung adalahsebagai berikut: Dimensi tubuh : Tinggi bahu duduk (TBD) Persentil Keterangan : 95 th : dengan memperhitungkan 95 persentil diharapkan bahu dapat terakomodasi dengan baik Tabel Perhitungan Tinggi Sandaran Punggung Tinggi bahu duduk (TBD) Tinggi sandaran punggung persentil (cm) (cm) 95 60,33 60,33 61 Tinggi sandaran punggung berdasarkan perhitungan persentil adalah 60,33 cm dibulatkan menjadi 61 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran punggung adalah 61 cm Lebar Sandaran Punggung Yang dimaksud dengan lebar sandaran punggung adalah jarak dari bahu kiri sampai bahu kanan. Jarak ini haruslah cukup lebar supaya punggung dapat terakomodasi dengan baik. Perhitungan lebar sandaran punggung dalah sebagai berikut: Gambar Dimensi Tubuh Untuk Lebar Sandaran Punggung.

35 77 Dimensi tubuh : Lebar bahu duduk (LB) Persentil Keterangan : 95 th : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku maka data 95 persentil yang harus digunakan, diharapkan kenyamanan dapat lebih tercapai. Tabel Perhitungan Lebar Sandaran Punggung Lebar bahu (LB) Lebar sandaran punggung persentil (cm) (cm) 95 48,75 48,75 49 Lebar sandaran punggung berdasarkan perhitungan persentil adalah 48,75 cm dibulatkan menjadi 49 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran punggung adalah 61 cm Sandaran Tangan Tinggi Sandaran Tangan Sandaran tangan memiliki beberapa fungsi. Sandaran tangan dapat digunakan untuk memudahkan seseorang bangkit dari tempat duduk dan juga membantu memudahkan seseorang saat akan duduk. Selain itu juga berfungsi sebagai alat bantu tubuh untuk menjaga kestabilan duduk. Tanpa sandaran tangan, kelelahan akan mudah terjadi pada otot bahu serta lengan bagian atas. Meskipun demikian, jika penggunaan sandaran tangan ternyata tidak sesuai tingginya justru akan menyebabkan

36 78 kelelahan serta rasa pegal pada otot sekitar tulang belikat, bahu, serta lengan bagian atas. Perhitungan tinggi sandaran tangan adlah sebagai berikut: Gambar Dimensi tubuh Untuk Tinggi Sandaran Tangan. Dimensi tubuh : tinggi siku duduk (TSD) Persentil Keterangan : 50 th : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku maka data 50 persentil yang harus digunakan, agar lengan dapat berada dalam posisi istirahat yang nyaman pada suatu permukaan data persentil 50 merupakan pilihan yang tepat akan sesuai bagi banyak pemakainya. Tabel 4.0. Perhitungan Tinggi Sandaran Tangan Tinggi siku duduk (TSD) Tinggi sandaran tangan persentil (cm) (cm) 50 4,84 4,84 5

37 79 Tinggi sandaran tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 4,84 cm dibulatkan menjadi 5 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran tangan adalah 5 cm Panjang Sandaran Tangan Yang dimaksud dengan Panjang sandaran tangan merupakan jarak dari siku sampai ujung jari tengah tangan. Jarak ini haruslah cukup panjang supaya lengan bawah dapat terakomodasi dengan baik dan dapat menjaga kesetabilan duduk. Perhitungan panjang sandaran lengan adalah sebagai berikut: Gambar Dimensi Tubuh Untuk Panjang Sandaran Tangan. Dimensi tubuh : panjang siku ke tangan (ST) Persentil Keterangan : 5 th : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku maka data 5 persentil yang harus digunakan, agar lengan dapat berada dalam posisi istirahat yang nyaman pada suatu permukaan data persentil 5 merupakan pilihan yang tepat akan sesuai bagi banyak pemakainya.

38 80 Tabel 4.1. Perhitungan Panjang Sandaran Tangan Panjang siku ke tangan (ST) panjang sandaran tangan persentil (cm) (cm) 5 30,96 30,96 31 Panjang sandaran Tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 30,96 cm dibulatkan menjadi 31 cm. Jadi dalam perancangan ini panjang sandaran tangan adalah 31 cm Jarak Antara Sandaran Tangan Jarak ini tidak boleh terlalu kecil sehingga mempersulit orang bila duduk maupun bangkit dari duduknya. Jarak ini juga tidak boleh terlalu lebar karena akan menyebabkan tangan tidak dapat tersangga dengan baik. Gambar.4.0. Dimensi Tubuh Untuk Jarak Antara Sandaran Tangan. Perhitungan jarak antara sandaran tangan adalah sebagai berikut: Dimensi tubuh : Rentang antar siku (RAS) Persentil : 95 th

39 81 Keterangan : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku maka data 95 persentil yang harus digunakan, diharapkan tidak mempersulit pengguna bila hendak duduk maupun berdiri. Tabel 4.. Perhitungan Jarak Antara Sandaran Tangan Rentang antar siku (RAS) Jarak antar sandaran tangan persentil (cm) (cm) 95 49,39 49,39 50 Jarak antara sandaran tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 49,39 cm dibulatkan menjadi 50 cm. Jadi dalam perancangan ini jarak antara sandaran tangan adalah 50 cm. Berdasarkan perhitungan nilai persentil yang sudah di tetapkan, secara keseluruhan hasil perancangan sementara kursi teras yang baru adalah sebagai berikut: Tabel.4.3. Dimensi dan Ukuran Kursi Hasil Perhitungan KOMPONEN DIMENSI UKURAN (cm) Tinggi 36 Alas kursi Panjang 41 lebar 41 Tinggi (dari alas duduk) 61 Sandaran punggung Lebar 49 Sudut Tinggi (dari alas duduk) 5 Sandaran tangan Panjang 31 Jarak antar sandaran 50 Berpedoman pada pedoman penentuan dimensi kursi tersebut di atas maka dapat dibuat gambar dimensi kursi tersebut.

RANCANG ULANG KURSI TAMAN DENGAN EVALUASI ERGONOMI - ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK

RANCANG ULANG KURSI TAMAN DENGAN EVALUASI ERGONOMI - ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK RANCANG ULANG KURSI TAMAN DENGAN EVALUASI ERGONOMI - ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK Aifrid Agustina 1, Indra Maulana 2 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN PRODUK KURSI DENGAN EVALUASI ERGONOMI ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK

TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN PRODUK KURSI DENGAN EVALUASI ERGONOMI ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN PRODUK KURSI DENGAN EVALUASI ERGONOMI ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif observasional. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain studi cross sectional (potonglintang)

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 i ii DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No. (015) 17-3 ISSN 30 934X Ergonomic and Work System Perancangan Kursi yang Ergonomis sebagai Alat Bantu di Stasiun Kerja Produksi Air Galon ( Studi Kasus

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja

Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja Performa (013) Vol. 1, No.: 105-114 Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja Lobes Herdiman, Taufiq Rochman *), dan Agus Budi Susilo Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar berdasarkan data antropometri, data pengukuran kursi kantor di bagian Main Office khususnya

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

BAB III MOTODE PENELITIAN

BAB III MOTODE PENELITIAN 31 BAB III MOTODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah kerangka penelitian yang memuat langkahlangkah yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Langkah-langkah dalam perancangan meja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK MATA KULIAH : DESAIN MEBEL I KODE : DI2313 SKS : 3 SKS SEMESTER : III / Ganjil TAHUN AJARAN : 2015/2016 KOORDINATOR : Rangga Firmansyah

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA-KURSI YANG ADJUSTABLE BAGI ANAK SEKOLAH DASAR

PERANCANGAN MEJA-KURSI YANG ADJUSTABLE BAGI ANAK SEKOLAH DASAR PERANCANGAN MEJA-KURSI YANG ADJUSTABLE BAGI ANAK SEKOLAH DASAR Suprapto Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jalan Letjend. Sujono Humardani No.1 Kampus Jombor

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN MEJA DAN KURSI YANG ERGONOMIS UNTUK MURID TAMAN KANAK-KANAK (STUDI KASUS : TK ISLAM SILMI SAMARINDA) Lina Dianati Fathimahhayati 1, Dutho Suh Utomo 2, Mifta Khurrohmah Mustari 3 Program Studi

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Rancangan Meja dan Kursi Sekarang Penulis dalam melakukan penelitian ini melihat dan mengamati model meja dan kuesi warnet yang sekarang digunakan. Adapun rancangan meja dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK Ada dua macam jenis layar komputer yang dikenal saat ini yaitu layar CRT dan LCD. Semua laboratorium komputer di Lantai 9 Grha Widya Maranatha masih menggunakan jenis layar CRT. Mahasiswa banyak

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan

Lebih terperinci

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan Grace Mulyono Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Email: gracem@petra.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi atau ergonomics berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi yang dimaksud disini

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data

BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan Pembahasan membahas tentang perancangan rak sepatu berdasarkan data yang telah didapatkan dari populasi kelas 3ID02. Beberapa hal yang dibahas yaitu pengumpulan data dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG Nofirza 1 dan Zul Infi 2 Abstrak:

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG Nama : Dimas Triyadi Wahyu P NPM : 32410051 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ir. Asep

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA Skripsi Satya Budi Darmawan I 030596 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

Gambar. Postur Batang Tubuh REBA Tabel. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1

Gambar. Postur Batang Tubuh REBA Tabel. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1 Lampiran 1. Form penilaian metode REBA Grup A: b.batang tubuh (trunk) Gambar. Postur Batang Tubuh REBA Tabel. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1 0-20 0 (ke depan dan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini ditujukan kepada pengguna kursi roda yang mengendarai mobil dalam kegiatan sehari-hari. Kesulitan para pengguna kursi roda yang mengendarai mobil adalah melipat, memindahkan, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Fasilitas Ruang Pembelajaran Teori Berdasarkan ketentuan dalam Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Tinggi, Program Pasca Sarjana dan Pendidikan Profesi (2011)

Lebih terperinci

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

BAB 4. Pengolahan Data dan Perancangan Produk

BAB 4. Pengolahan Data dan Perancangan Produk BAB 4 Pengolahan Data dan Perancangan Produk 4. 1 Perancangan Meja dan Kursi yang Ergonomis. Meja dan kursi adalah salah satu alat yang sering kita gunakan setiap hari, baik untuk bekerja maupun bersantai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran proses yang saling berkaitan mulai dari identifikasi masalah sampai kesimpulan yang diambil dari sebuah penelitian. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Flowchart Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur dimensi tubuh manusia dalam keadaan diam. Pengukuran dimensi tubuh dilakukan dalam dua posisi, yaitu

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA KURSI ERGONOMIS PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

PERANCANGAN MEJA KURSI ERGONOMIS PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL PERANCANGAN MEJA KURSI ERGONOMIS PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL Siswiyanti 1 Abstract: The aim of this research is to design the alternative table - chair to paint batik by

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) Sri Rahayuningsih 1,*, Sanny Andjar Sari 2 1 Universitas Kadiri, 2 Institut Teknologi Nasional Malang Kontak

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI Bambang Suhardi 1, Rahmaniyah D.A 2, M. Ivan Agung Saputra 2 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Desain Kursi Kerja Ergonomis bagi Perajin Karawo

Desain Kursi Kerja Ergonomis bagi Perajin Karawo Petunjuk Sitasi: Lahay, I. H., Hasanuddin, & Junus, S. (2017). Desain Kursi Kerja Ergonomis bagi Perajin Karawo. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B154-160). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE KANSEI ENGINEERING DAN ANTHROPOMETRI PADA PEMILIHAN DESAIN FASILITAS RUANGAN WARNET

PENERAPAN METODE KANSEI ENGINEERING DAN ANTHROPOMETRI PADA PEMILIHAN DESAIN FASILITAS RUANGAN WARNET PENERAPAN METODE KANSEI ENGINEERING DAN ANTHROPOMETRI PADA PEMILIHAN DESAIN FASILITAS RUANGAN WARNET vi Marlyana 1, Nurwidiana 2, Taufiq A. R. 3 1,2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH Nama : Usia : Jenis Kelamin : Suku Bangsa : Berat Badan : No. Data yang diukur Simbol Keterangan Hasil Tinggi Pegangan Tangan Ukur jarak vertikal pegangan tangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA Fadilatus Sukma Ika Noviarmi 1, Martina Kusuma Ningtiyas 1 1 Universitas Airlangga fadilasukma@gmail.com Abstrak Stasiun kerja dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SANDAL BAKIAK REFLEKSI YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SANDAL BAKIAK REFLEKSI YANG ERGONOMIS PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SANDAL BAKIAK REFLEKSI YANG ERGONOMIS Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) putu_hrs@yahoo.com ABSTRAK Cara kerja saraf

Lebih terperinci

Perancangan Meja Laboratorium Analisis Perancangan Kerja (APK) yang Ergonomis di Program Studi Teknik Industri Univet Bantara Sukoharjo

Perancangan Meja Laboratorium Analisis Perancangan Kerja (APK) yang Ergonomis di Program Studi Teknik Industri Univet Bantara Sukoharjo Perancangan Meja Laboratorium Analisis Perancangan Kerja (APK) yang Ergonomis di Program Studi Teknik Industri Univet Bantara Sukoharjo Suprapto Prodi Teknik Industri Fakultas Teknik Univet Bantara Sukoharjo.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MEJA DAN KURSI WARNET ERGONOMIS BERDASARKAN DATA ANTHROPOMETRI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MEJA DAN KURSI WARNET ERGONOMIS BERDASARKAN DATA ANTHROPOMETRI TUGAS AKHIR PERANCANGAN MEJA DAN KURSI WARNET ERGONOMIS BERDASARKAN DATA ANTHROPOMETRI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program strata (S-1) Disusun oleh : Nama : Zulham Boby Sahputra

Lebih terperinci

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA Kode/Rumpun: 163/Teknologi Pertanian HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PERANCANGAN MEJA DAN KURSI YANG ERGONOMIS PADA BAGIAN PRODUKSI KERUPUK SAMILER DALAM RANGKA PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS

PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Des 2012 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS Agung Kristanto 1 dan Yusuf Arifin 2 Abstrak: Jamboel Kipas adalah UKM yang memproduksi

Lebih terperinci

KAJIAN ERGONOMI PADA FASILITAS DUDUK UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

KAJIAN ERGONOMI PADA FASILITAS DUDUK UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA KAJIAN ERGONOMI PADA FASILITAS DUDUK UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA Grace Mulyono Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya e-mail: gracem@petra.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meja merupakan salah satu fasilitas sekolah berupa permukaan datar yang disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah sebuah fasilitas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK

RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK Irsyad Abinowo Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

PENGUKURAN ANTROPOMETRI MURID TAMAN KANAK- KANAK SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN KURSI ANAK YANG ERGONOMIS STUDI KASUS DI TAMAN KANAK- KANAK SWASTA X

PENGUKURAN ANTROPOMETRI MURID TAMAN KANAK- KANAK SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN KURSI ANAK YANG ERGONOMIS STUDI KASUS DI TAMAN KANAK- KANAK SWASTA X PENGUKURAN ANTROPOMETRI MURID TAMAN KANAK KANAK SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN KURSI ANAK YANG ERGONOMIS STUDI KASUS DI TAMAN KANAK KANAK SWASTA X Pengukuran Antropometri Murid Taman KanakKanak Sebagai Acuan

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin Ergo, yang berarti kerja dan Nomos, artinya aturan/hukum alam, dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Flowchart Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan pengambilan data dapat digambarkan dengan menggunakan flowchart. Berikut ini adalah tahapantahapan

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55

ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55 ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55 (Analize Ergonomic of Controlling Room for Four-Wheel Tractor KINTA SB55) Robi Salim Rambe 1,2), Achwil Putra Munir 1, Saipul

Lebih terperinci