BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan
|
|
- Ridwan Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekul homogen (Martin dkk., 2009). Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan dalam formulasi suatu bahan obat menjadi sediaan farmasi karena kelarutan mempengaruhi laju disolusi obat dan menentukan ketersediaan hayati obat dalam tubuh. Untuk mencapai ketersediaan hayati yang optimal, obat harus melalui proses absorbsi dan pelarutan. Jika obat sudah berada dalam bentuk dispersi molekuler atau sudah terlarut, maka obat dapat melalui proses absorpsi sehingga pada akhirnya dapat memberikan efek farmakologi yang diinginkan dalam jangka waktu tertentu (Florence dan Attwood, 2006). Kelarutan perlu ditekankan untuk obat-obat yang termasuk dalam biopharmaceutical classification system (BCS) kelas 2 dan 4 yang mempunyai kelarutan rendah (poorly soluble drugs). Salah satu senyawa yang termasuk dalam BCS kelas 4 adalah senyawa pentagamavunon-0 (PGV-0). Senyawa dengan nama kimia 2,5-bis-(4 -hidroksi-3 - metoksibenzilidin)-siklopentanon ini merupakan senyawa hasil modifikasi kurkumin yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Molekul Nasional (MOLNAS) Fakultas Farmasi UGM bekerja sama dengan PT. Indofarma 1
2 2 Tbk. dan PT. Kalbe Farma Tbk. Senyawa PGV-0 sangat potensial untuk dikembangkan sebagai senyawa obat karena diketahui mempunyai aktivitas antioksidan (Da i, 1998), penghambatan enzim siklooksigenase (Nurrochmad, 1997), dan antiinflamasi (Sardjiman, 2000). Senyawa PGV-0 diketahui tidak menyebabkan ulkus pada tikus (Wahyuni, 1999), pada uji toksisitas akut dan sub kronis tidak menunjukan efek toksik pada kimia darah dan kimia urin (Donatus, 1994; Budisulistyo, 1999). Sementara itu, kendala utama dalam proses formulasi PGV-0 adalah bersifat praktis tidak larut dalam air. Maka dari itu, perlu dilakukan usaha peningkatan kelarutan PGV-0, salah satunya melalui penggunaan sistem hidrotropik. Sistem hidrotropik merupakan salah satu metode peningkat kelarutan senyawa dalam air yang sederhana, aman dan ekonomis yang baru-baru ini dikembangkan dalam bidang farmasi. Hidrotropik merujuk pada kemampuan agen hidrotrop yang sangat larut dalam air dan memiliki permukaan aktif yang dapat meningkatkan kelarutan obat kurang larut atau bahkan tidak larut dalam air (Dandeeker, 2008). Pada sistem hidrotropik, pelarut yang digunakan adalah larutan agen hidrotrop dalam medium air. Natrium sitrat sebagai salah satu agen hidrotrop telah dilaporkan dapat dengan nyata meningkatkan kelarutan obat griseofulfin (Shete dkk., 2010), halofantrin (Nwodo dkk., 2013) dan asam salisilat hingga lebih dari 85 kali (Aditya dkk., 2013). Peneliti berpendapat bahwa fenomena tersebut berkaitan dengan pembentukan kompleks yang meliputi suatu interaksi lemah antara natrium sitrat dan obat terlarut (Lestari, 2014).
3 3 Menurut studi literatur yang telah dilakukan, ditemukan publikasi ilmiah yang mempelajari kelarutan PGV-0. Beberapa metode peningkat kelarutan PGV-0 yang pernah dilakukan antara lain dengan menambahkan kosolven, mengatur ph larutan, memperkecil ukuran partikel bahan obat, menambah surfaktan, dan pembentukan kompleks. Akan tetapi, penelitian tersebut belum memperoleh hasil yang memuaskan dalam meningkatkan kelarutan PGV-0. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian kembali terhadap kelarutan PGV-0 dengan metode yang lain yang belum pernah digunakan seperti sistem hidrotropik. Dengan natrium sitrat sebagai agen hidrotrop dalam sistem hidrotropik diharapkan dapat mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pelarut larutan natrium sitrat dan peningkatan suhu percobaan terhadap profil kelarutan PGV-0. Nilai kelarutan PGV-0 yang akan diperoleh, diharapkan dapat menjadi data pendukung dalam proses preformulasi dan formulasi sediaan farmasi dengan bahan aktif PGV-0. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan beberapa masalah: 1. Bagaimanakah pengaruh sistem hidrotropik dengan natrium sitrat sebagai agen hidrotrop terhadap kelarutan PGV-0? 2. Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi pelarut larutan natrium sitrat pada sistem hidrotropik terhadap kelarutan PGV-0? 3. Bagaimanakah pengaruh variasi suhu percobaan pada sistem hidrotropik terhadap kelarutan PGV-0?
4 4 C. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengaruh sistem hidrotropik dengan menggunakan natrium sitrat sebagai agen hidrotrop terhadap kelarutan bahan obat pentagamavunon-0. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh sistem hidrotropik dengan natrium sitrat sebagai agen hidrotrop terhadap profil kelarutan PGV Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pelarut larutan natrium sitrat dalam sistem hidrotropik terhadap kelarutan PGV Mengetahui pengaruh variasi suhu percobaan dalam sistem hidrotropik terhadap kelarutan PGV-0. E. Tinjauan pustaka 1. Kelarutan Kelarutan merupakan salah satu karakteristik fisikokimia yang penting diketahui dalam penelitian preformulasi suatu obat. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekul homogen (Martin dkk.,
5 5 2009). Menurut Farmakope Indonesia jilid IV (1995), kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Untuk zat yang kelarutannya tidak diketahui pasti, harga kelarutannya digambarkan dalam kompedia farmasi dengan menggunakan istilah umum tertentu, seperti pada tabel I. Tabel I. Istilah umum perkiraan kelarutan (Martin dkk., 2009) Istilah Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk 1 bagian zat terlarut. Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian Mudah larut 1 sampai 10 bagian Larut 10 sampai 30 bagian Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian Sukar larut 100 sampai bagian Sangat sukar larut sampai bagian Praktis tidak larut Lebih dari bagian Proses pelarutan suatu bahan obat yang melibatkan interaksi solut-solut, solven-solven dan solut-solven dapat digambarkan menjadi tiga tahap (Martin dkk, 2009), tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: a. Tahap I : Pelepasan satu molekul dari fase terlarut Tahap pertama menyangkut pemindahan satu molekul dari fase terlarut pada temperatur tertentu. Proses pelepasan ini melibatkan energi sebesar 2W22 untuk memecah ikatan antar molekul yang berdekatan dalam kristal. Di mana angka 22 adalah interaksi antara molekul zat terlarut. Pada saat satu molekul melepaskan diri dari zat terlarut, lubang yang
6 6 ditinggalkannya tertutup dan setengah dari energi yang diterima kembali. Penerimaan energi potensial untuk proses ini adalah W22.. b. Tahap II: Pembentukan lubang dalam pelarut Tahap kedua menyangkut pembentukan lubang dalam pelarut yang cukup besar untuk menerima molekul zat terlarut. Energi yang dibutuhkan untuk tahap ini adalah W11 dimana angka tersebut adalah energi interaksi antara molekul pelarut. c. Tahap III: Penempatan molekul zat terlarut ke dalam lubang pelarut Molekul zat terlarut akhirnya ditempatkan dalam lubang dalam pelarut, dan pertambahan kerja atau penurunan energi potensial dalam langkah ini adalah W12. Lubang dalam pelarut yang terbentuk sekarang tertutup dan terjadi penurunan energi potensial sebesar W12. Sehingga tahap ketiga ini melibatkan energi sebesar 2W12. Angka 12 adalah energi interaksi zat terlarut dengan pelarut. Secara keseluruhan, energi (W) yang dibutuhkan untuk semua tahapan proses tersebut dapat dibuat persamaan (1) yaitu: W= W22 + W11 2W12...(1) dengan W22 adalah interaksi antara molekul zat terlarut, W11 adalah energi interaksi antara molekul pelarut dan W12 adalah energi interaksi zat terlarut dengan pelarut. Semakin besar W atau selisih energi yang dibutuhkan pada tahap I dan II dengan energi yang dilepaskan pada tahap III, maka akan semakin kecil kelarutan zat. Ketiga tahap proses tersebut secara sederhana dapat dilihat pada gambar 1.
7 7 Jika suatu solut dilarutkan dalam zat cair, ada dua kemungkinan larutan yang dapat terjadi, yaitu: larutan ideal dan non ideal. Larutan ideal adalah larutan yang interaksi solut-solut, solut-solven, dan solven-solven sama besar, sehingga pada proses pelarutannya tidak mengabsorbsi atau pun melepaskan energi yang berupa kalor. Sebaliknya larutan non ideal memerlukan dan menyerap energi kalor dari atau keluar sistem (Martin dkk., 2009). Tahap I: Pelepasan satu molekul dari fase terlarut Tahap II: Pembentukan lubang dalam pelarut Tahap III: Penempatan molekul zat terlarut kedalam lubang pelarut Gambar 1. Penggambaran sederhana tiga tahap proses yang terlibat dalam pelarutan (Martin dkk., 2009) antara lain: Jenis-jenis solven (pelarut) yang biasanya digunakan untuk melarutkan obat
8 8 a. Pelarut polar Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Hildebrand telah membuktikan bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan polaritas yang direfleksikan dalam dipol momen yang tinggi. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton, amina dan senyawa lain yang mengandung oksigen dan nitrogen, yang dapat membentuk ikatan hidrogen di dalam air. Perbedaan sifat keasaman dan kebasaan dari konstituen dalam hal donor akseptor elektron Lewis juga memberikan andil untuk interaksi spesifik dalam larutan (Martin dkk., 2009). b. Pelarut nonpolar Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik menerik antar ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut nonpolar termasuk dalam golongan pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar (Martin dkk., 2009).
9 9 c. Pelarut semi polar Pelarut semi polar seperti keton dan aklohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga dapat larut dalam alkohol. Kenyataannya, senyawa semi polar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non polar (Martin dkk., 2009). Kelarutan suatu obat pada umumnya dapat diperkirakan hanya dalam cara kualitatif, setelah mempertimbangkan hal-hal seperti polaritas, tetapan dielektrik, asosiasi, solvasi, tekanan dalam, reaksi asam basa, dan faktor-faktor lainnya. Singkatnya, kelarutan bergantung pada pengaruh kimia, listrik, struktur yang menyebabkan interaksi timbal balik antara zat terlarut dan pelarut. Peningkatan kelarutan senyawa yang sukar larut dapat dilakukan dengan penambahan kosolven, pengaturan ph larutan, pembentukan kompleks, modivikasi kristal, penambahan surfaktan dan pembentukan prodrug (Martin dkk., 2009). Sistem hidrotropik yang memiliki mekanisme mirip dengan surfaktan dan bahan pembentuk kompleks dapat digunakan untuk menurunkan W11 atau untuk meningkatkan W12 sehingga solut menjadi lebih mudah terlarut dalam solven (Yalkowsky, 1993). 2. Hidrotropik Hidrotropik merupakan metode pelarutan yang unik dimana senyawa kimia tertentu yang disebut sebagai agen hidrotrop digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat sukar larut dalam air. Mekanisme bagaimana terjadinya efek ini sampai saat ini belum terpecahkan sepenuhnya, bebarapa peneliti berpendapat
10 10 bahwa hidrotropik hanyalah tipe lain dari solubilisasi, dengan zat terlarut yang melarut dalam kumpulan-kumpulan terarah dari agen hidrotrop. Peneliti lain merasa bahwa fenomena ini berkaitan dengan pembentukan struktur molekul dalam bentuk kompleks yang didorong oleh interaksi lemah antara agen hidrotrop dan zat terlarut pada konsentrasi kritis (Dharmendira dkk., 2000). Sistem hidrotropik memiliki kelebihan dari teknik peningkatan kelarutan yang lainnya karena memiliki selektivitas tinggi dan tidak memerlukan modifikasi kimia obat hidrofobik. Sistem hidrotropik hanya membutuhkan pencampuran obat dengan agen hidrotrop dalam air dan tidak menggunakan pelarut organik. Dengan demikian sistem hidrotropik dapat menghindari masalah toksisitas residual, kesalahan karena volatilitas, polusi, biaya dan sebagainya (Jayakumar dkk., 2014). Berdasarkan penelitian terdahulu, beberapa senyawa yang telah ditingkatkan dengan sistem hidrotropik diantaranya: halofantrin (Nwodo dkk., 2013) griseovulfin (Shete dkk., 2010), asam salisilat (Aditya dkk., 2013) cefixime (Maheshwari, 2005), frusemide (Maheshwari, 2005), ketoprofen (Maheshwari, 2006). Belum ada penelitian tentang peningkatan kelarutan PGV-0 dengan menggunakan metode hidrotropik. 3. Agen hidrotrop Agen hidrotrop secara umum adalah senyawa larut dalam air yang biasanya berupa garam organik ampifilik. Komponen ampifilik pada agen hidrotrop berupa alkali rantai pendek yang larut dalam air, yang dihasilkan dari sulfonasi hidrokarbon aromatik. Agen hidrotrop memiliki dua gugus yakni gugus hidrofob
11 11 dan hidrofil. Bagian dari agen hidrotrop yang bersifat hidrofob adalah benzene tersubtitusi yang bersifat non polar. Sementara bagian hidrofil yang bersifat polar adalah gugus sulfonat anionik yang terikat pada ion-ion seperti natrium, amonium, kalsium dan kalium (Kurniasari, 2012). Agen hidrotrop telah banyak digunakan dalam solubilisasi obat, formulasi deterjen, perawatan kesehatan dan aplikasi rumah tangga serta menjadi agen ekstraksi untuk wewangian (Gaspar, 2000). Beberapa contoh agen hidrotrop yang sering digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dapat dilihat pada tabel II (Maheshwari, 2007). Agen hidrotrop dapat bekerja optimal ketika ditambahkan dalam konsentrasi kritis atau MHC (Minimum Hydrotrope Concentration). Konsentrasi kritis didefinisikan sebagai konsentrasi dimana molekul agen hidrotrop mulai beragregat, yaitu membentuk mikro baru peningkat kelarutan zat terlarut dalam air secara signifikan. Nilai MHC suatu agen hidrotrop diperkirakan sebesar 0,8-0,9 M (Jayakumar dkk., 2014). Tabel II. Daftar obat dan agen hidrotrop yang digunakan dalam meningkatkan kelarutan Obat Cefprozil Hydrochlorothiazide Paracetamol, Diclofenac sodium Theophyline Salicylic acid Furesamide Chlorpropamide, gatifloxacin Nifedipin Ketoprofen Cefadroxil Agen hidrotrop Potassium acetate, Potassium citrate, Sodium acetate, Sodium citrate, Urea Sodium acetate, Urea Urea Sodium salicylate Ibuprofen sodium, Sodium salicylate Ibuprofen sodium Ibuprofen sodium Sodium salicylate Urea, sodium citrate Urea
12 12 4. Natrium sitrat Gambar 2. Struktur kimia senyawa natrium sitrat (Depkes RI, 1995) Natrium sitrat atau trinatrium 2-hidroksipropanan-1,2,3-trikarboksilat merupakan suatu serbuk kristal putih, tidak berbau, atau tidak berwarna. Senyawa ini memiliki rumus molekul C6H5Na3O7 dan struktur kimia yang digambarkan pada gambar 2 dengan bobot molekul 294,10 g/mol (Rowe, 2009). Natrium sitrat larut dalam 1 : 1,5 air, 1 : 0,6 air panas, dan sukar larut dalam etanol 95%. Natrium sitrat merupakan suatu bahan pengkompleks untuk besi dan kalsium dalam makanan serta dapat mencegah pembekuan darah. Natrium sitrat juga merupakan salah satu agen hidrotrop dalam sistem hidrotropik yang telah dilaporkan dapat meningkatkan kelarutan obat sukar larut melalui reaksi kompleksasi dengan interaksi lemah antara natrium sitrat dan obat yang sukar larut. Penelitian terdahulu telah membuktikan keberhasilan natrium sitrat sebagai peningkatan kelarutan griseofulvin (Shete dkk., 2010) asam salisilat (Aditiya dkk., 2013) halofantrin (Nwodo dkk., 2013). Belum ditemukan penelitian pengaruh sistem hidrotropik terhadap PGV-0. Oleh karena itu, penggunaan natrium sitrat sebagai agen hidrotrop diharapkan dapat meningkatkan kelarutan PGV-0.
13 13 5. Pentagamavunon-0 (PGV-0) Pentagamavunon-0 (PGV-0) atau 2,5-bis-(4 -hidroksi-3 - metoksibenzilidin)-siklopentanon merupakan senyawa hasil modifikasi struktur kurkumin yang dilakukan untuk meningkatan efek farmakologinya serta menurunkan toksisitas dan efek sampingnya. Senyawa PGV-0 memiliki aktivitas antiinflamasi (telah dipatenkan oleh Fakultas Farmasi UGM, Nomor Paten: US B2) yang bersifat non ulserogenik. Selain itu, PGV-0 telah diketahui mempunyai aktivitas antioksidan, antifungi, antibakteri, antiinflamasi, aktivitas sitotoksik dan analgetik (Wahyuni, 1998). Gambar 3. Struktur kimia senyawa PGV-0 (Sardjiman, 2000). Senyawa PGV-0 dengan struktur kimia yang dapat dilihat pada gambar 3, telah berhasil disintesis dari vanillin dan siklopentanon dengan katalis asam sulfat dengan proses reaksi yang sederhana, murah, dan cepat pada kondisi ruangan. Senyawa PGV-0 memiliki BM 352,13 g/mol dengan jarak lebur C (Sardjiman, 2000). Senyawa PGV-0 larut dalam metanol, etanol, dimetil sulfoksida (DMSO) dan etil asetat namun praktis tidak larut dalam air. Upaya peningkatkan kelarutan PGV-0 telah dilakukan dengan beberapa cara seperti pengaruh solven dan variasi ph (Maria, 2004), penggunaan kosolven kombinasi etanol-peg 400 (Pratami, 2008), penambahan tween 80 (Tuloli, 2004), pembentukan kompleks
14 14 dengan maltodextrin (Siagian, 2008), β-siklodekstrin (Novidya, 2004), dan polivinilpirolidon (Fauzia, 2004) yang dapat meningkatkan kelarutan PGV-0. Belum ditemukan penelitian kelarutan PGV-0 dengan menggunakan sistem hidrotropik. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji kelarutan untuk mengetahui pengaruhnya. 6. Termodinamika Pengetahuan mengenai parameter termodinamika suatu proses pelarutan dapat membantu dalam memahami mekanisme interaksi yang terjadi pada proses tersebut (Bustamante dan Bustamante, 1996). Bila proses dalam kesetimbangan maka tetapan termodinamika dapat ditentukan (Suwaldi, 2016). Pelarutan PGV-0 merupakan proses kesetimbangan yang terjadi antara keadaan larut dan tidak larut, sehingga paremeter termodinamika proses pelarutan dapat dihitung. Penentuan parameter termodinamika beda energi bebas (ΔF) dari proses pelarutan dapat dihitung dengan persamaan (2) (Martin dkk., 2009): ΔF = RT ln X2...(2) dimana R, T dan X2 berturut-turut adalah tetapan gas yang besarnya 1,987 kal/mol derajat, suhu percobaan (K) dan fraksi mol solut. Beda entalpi (ΔH) dari proses pelarutan dapat dihitung dengan persamaan (3) (Martin dkk., 2009): Log X2 = ΔH 2,303 R x ( To T) To T...(3) dimana To adalah suhu mutlak (K). Beda entropi (ΔS) dari proses pelarutan dapat dihitung dengan persamaan (4) (Martin dkk., 2009): ΔS = ΔH ΔG T...(4)
15 15 F. Landasan Teori Senyawa PGV-0 merupakan bahan obat yang memiliki aktivitas antiinflamasi tetapi bersifat praktis tidak larut dalam air, sehingga mengakibatkan laju disolusi dan ketersediaan hayatinya rendah. Akibatnya tidak dapat memberikan efek farmakologis yang diinginkan. Untuk itu, penelitian peningkatan kelarutan PGV-0 perlu dilakukan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah sistem hidrotropik. Metode tersebut memiliki keuntungan: sederhana (tidak memerlukan modifikasi kimia obat hidrofobik), aman (tidak menggunakan pelarut organik sehingga lebih ramah lingkungan) dan ekonomis. Dengan menggunakan agen hidrotrop yang sangat larut dalam air, memiliki permukaan aktif yang dapat meningkatkan kelarutan obat kurang larut atau bahkan tidak larut dalam air. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian pengaruh sistem hidrotropik terhadap kelarutan PGV-0. Sistem hidrotropik dengan menggunakan natrium sitarat sebagai agen hidrotrop dapat meningkatkan kelarutan obat sukar larut dengan cara membentuk kompleks antara natrium sitrat dan obat sukar larut ketika ditambahkan agen hidrotrop pada konsentrasi kritis atau MHC (Minimum Hydrotrope Concentration). Konsentrasi kritis didefinisikan sebagai konsentrasi dimana molekul agen hidrotrop mulai beragregat, yaitu membentuk mikro baru peningkat kelarutan obat terlarut. Pada penambahan agen hidrotrop pada konsentrasi kritis dapat meningkatkan kelarutan obat sukar larut dalam air secara signifikan. Nilai konsentrasi kritis suatu agen hidrotrop diperkirakan sebesar 0,8-0,9 M. Maka dari itu, dilakukan uji kelarutan dengan menggunakan variasi konsentrasi pelarut larutan natrium sitrat
16 16 disekitar konsentrasi kritis tersebut untuk mampu meningkatkan kelarutan PGV-0 dalam air. Kelarutan juga dipengaruhi oleh suhu percobaan. Kenaikan suhu percobaan akan meningkatkan energi kinetik molekul obat dan tetapan difusi, sehingga dapat mempercepat reaksi pelarutan obat dan meningkatkan kelarutan obat. Peningkatan kelarutan PGV-0 ditandai dengan meningkatnya konsentrasi PGV-0 terlarut dalam berbagai pelarut pada suhu percobaan yang semakin meningkat. Oleh karena itu, akan diteiti juga pengaruh variasi suhu percobaan dalam sistem hidrotropik terhadap kelarutan PGV-0. G. Hipotesis Berdasarkan pada rumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji keluarannya yaitu: 1. Sistem hidrotropik dapat meningkatkan kelarutan PGV-0 (salting in) dengan natrium sitrat sebagai agen hidrotrop. 2. Penambahan berbagai konsentrasi pelarut larutan natrium sitrat dapat meningkatkan kelarutan PGV-0 dalam sistem hidrotropik. 3. Peningkatan suhu percobaan dapat meningkatkan kelarutan PGV-0 dalam sistem hidrotropik.
D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam
JURNAL KELARUTAN D. Tinjauan Pustaka 1. Kelarutan Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kelarutan adalah sifat instrinsik dari zat terlarut (solut) baik berupa padat, cair,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan adalah sifat instrinsik dari zat terlarut (solut) baik berupa padat, cair, atau gas untuk dapat terlarut di dalam pelarut (solven) dan membentuk larutan yang
Lebih terperinciKelarutan & Gejala Distribusi
PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu sifat fisika kimia yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan, terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air
Lebih terperinciDalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.
Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga
Lebih terperinciKELARUTAN DAN LARUTAN. Ivan Isroni, S.Si., Apt.
KELARUTAN DAN LARUTAN Ivan Isroni, S.Si., Apt. LARUTAN Merupakan suatu campuran dari dua atau lebih komponen yang membentuk suatu dispersi molekul yang homogen KOMPONEN LARUTAN Larutan terdiri dari komponen
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KOSOLVEN PROPILEN GLIKOL TERHADAP KELARUTAN ASAM MEFENAMAT SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN KOSOLVEN PROPILEN GLIKOL TERHADAP KELARUTAN ASAM MEFENAMAT SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYANINGSIH K.100.040.237 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009 1 BAB I
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentagamavunon-0 (PGV-0) atau 2,5-bis-(4ʹ hidroksi-3ʹ metoksibenzilidin) siklopentanon adalah salah satu senyawa analog kurkumin yang telah dikembangkan oleh
Lebih terperinciFarmasi fisika. Arif Budiman
Farmasi fisika Arif Budiman Larutan jenuh : zat terlarut (solut) berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (solut). Kelarutan : konsentrasi solut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu. Larutan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya menunjang upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Banyak bentuk sedian farmasi yang
Lebih terperinci11/10/2017 KELARUTAN CAIRAN DALAM CAIRAN. Larutan ideal dan larutan nyata
/0/207 Air dalam alkohol Minyak atsiri dalam air Minyak atsiri dalam alkohol Eter dan alkohol hidroalkohol air beraroma spirit dan eliksir collodion KELARUTAN CAIRAN DALAM CAIRAN Larutan ideal dan larutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk
Lebih terperinciKELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN
1. Pada Larutan Ideal KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN Oleh : Lusia Oktora Ruma Kumala Sari, S.F., M.Sc., Apt Faktor-faktor yang berpengaruh : - suhu percobaan (T) - ΔHf - titik lebur solut (T 0 ) Hildebrand
Lebih terperincikimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik
K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan
Lebih terperincic. Suhu atau Temperatur
Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi
Lebih terperinciSAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN
SAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN KATA PENGANTAR Satuan acara perkuliahan (SAP) atau garis besar program pembelajaran (GBPP)merupakan panduan bagi dosen dan
Lebih terperinciREAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PEMISAHAN OBAT. gugus C=O sekitar 20 cm (Rahardjo, 2007).
IDENTIFIKASI DAN PEMISAHAN OBAT A. TUJUAN Adapun tujuan dalam percobaan ini ialah untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan terhadap mahasiswa tentang cara identifikasi, pemurnian, dan pemisahan obat.
Lebih terperinciPERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.
PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi
Lebih terperinciOleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1
Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. daya larut dalam air untuk kemanjuran terapetiknya. Senyawa-senyawa yang
BAB I PENDAULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapetiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan
Lebih terperinciPATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013
1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme ibuprofen adalah menghambat isoenzim
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi nonsteroidal turunan asam propionat yang mempunyai aktivitas kerja menghambat enzim siklooksigenase
Lebih terperinciKELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt
KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt LARUTAN Larutan sejati didefinisikan sebagai suatu campuran dari dua atau lebih komponen yang membentuk suatu dispersi molekul yang homogen,
Lebih terperinciSAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. keefektifan. Bahan aktif dan inaktif harus aman bila digunakan seperti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Pertimbangan terpenting dalam merancang suatu sediaan adalah keamanan dan keefektifan. Bahan aktif dan inaktif harus aman bila digunakan seperti yang diharapkan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan penting dalam kehidupan
Lebih terperinciMAKALAH KIMIA ORGANIK FISIK GEJALA SOLVASI
MAKALAH KIMIA ORGANIK FISIK GEJALA SOLVASI Disusun Oleh: 1. Izzuddin Surya Nata (0621 14 028) 2. Elly Febriyanti (0621 16 707) 3. Fildzah Ahdiya (0621 16 701) 4. Faus Asyarafi Endyan (0621 16 703) 5. Karina
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)
Lebih terperinciPAKET UJIAN NASIONAL 14 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit
PAKET UJIAN NASINAL 14 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 1. Diketahui ion X 3+ mempunyai 10 elektron dan 14 neutron.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL 2015 2016 PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT Hari / Jam Praktikum : Selasa, Pukul 13.00 16.00 WIB Tanggal Praktikum : Selasa,
Lebih terperinciGLOSARIUM. A : penyerapan pada permukaan. Aerosol : sistem koloid yang medium pendispersinya gas (8, B)
A Adsorbsi : penyerapan pada permukaan KIMIA XI SMA 225 Aerosol : sistem koloid yang medium pendispersinya gas (8, B) Asam Arrhenius Asam Bronsted Lowry : donor proton (5, A) : senyawa yang menghasilkan
Lebih terperinciDisampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013
Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 PENGERTIAN Termokimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi dengan panas. HAL-HAL YANG DIPELAJARI Perubahan energi yang menyertai
Lebih terperinciPAKET UJIAN NASIONAL 17 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit
PAKET UJIAN NASIONAL 17 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 01. Diketahui ion X 3+ mempunyai 10 elektron dan 14 neutron.
Lebih terperincilarutan yang lebih pekat, hukum konservasi massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume dan teori
i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Kimia Dasar 1 yang diberi kode PEKI 4101 mempunyai bobot 3 SKS yang terdiri dari 9 modul. Dalam mata kuliah ini dibahas tentang dasar-dasar ilmu kimia, atom, molekul
Lebih terperinci),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan
BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang farmasi dan obat-obatan, menyebabkan perlunya pengembangan obat baru untuk memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu upaya
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL USBN
KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 4 3.4 Menganalisis hubungan konfigurasi elektron
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.
Lebih terperinciKomponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi
Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum
Lebih terperinciLEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!
LEMBARAN SOAL 5 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah
Lebih terperinciLarutan dan Konsentrasi
Larutan dan Konsentrasi Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami konsep larutan Mahasiswa memahami konsep perhitungan konsentrasi Pentingnya perhitungan konsentrasi Pentingnya memahami sifat larutan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian oral adalah rute terapi yang paling umum dan nyaman (Griffin, et al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah sediaan tablet.
Lebih terperinciD. 2 dan 3 E. 2 dan 5
1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN
Lebih terperinciLampiran 8. Dasar Pengembangan Kisi-Kisi Soal Kimia SwC Kelas XI
Lampiran 8 Dasar Pengembangan Kisi-Kisi Kimia SwC Kelas XI 50 DASAR PENGEMBANGAN KISI-KISI SOAL KIMIA SwC KELAS XI SK-KD dalam Standar Isi, Ujian Nasional Kimia (), SNMPTN (4), UM UGM (4), UMB UNDIP (),
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENURUNAN TEKANAN UAP Penurunan Tekanan Uap adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan. P = P - P P = Penurunan Tekanan Uap P = Tekanan
Lebih terperinciAir adalah wahana kehidupan
Air Air adalah wahana kehidupan Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem hidup dan mencakup 70% atau lebih dari bobot semua bentuk kehidupan Reaksi biokimia menggunakan media air karena
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada
Lebih terperinciPENETRASI PERKUTAN IN VITRO
PENETRASI PERKUTAN IN VITRO DISPERSI PADAT PENTAGAMAVUNON-0 (PGV-0) DENGAN PENGOMPLEKS POLIVINILPIROLIDON (PVP) DALAM SEDIAAN GEL HIDROKSIPROPIL METIL CELULOSA (HPMC) SKRIPSI Oleh: RATNA EKASARI K 100
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciStruktur atom, dan Tabel periodik unsur,
KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori
Lebih terperinciKETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013
KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 Rancangan formula R/ Ketokenazol PVP Amilum Sagu pregelatinasi Avicel ph 102 Tween 80 Magnesium Stearat Talk HOME 200 mg
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DEFINISI Sifat koligatif larutan : sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung pada banyakknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri
Lebih terperinciPokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman
Kesetimbangan Ionik Pokok Bahasan Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Teori tentang asam dan basa Arrhenius: Asam: zat yg
Lebih terperinciDifusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Contoh difusi : a. Difusi gas b. Difusi air Hukum I Ficks : Q = - D dc/dx Ket : D Q dc/dx = Koofisien
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan
Lebih terperinciparakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan
BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang farmasi dan obat-obatan, menyebabkan perlunya pengembangan obat baru untuk memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu upaya
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS I. Fakultas : Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi : Kimia Mata Kuliah : Kimia I Semester : 1 Dosen : Dini
Lebih terperinciKegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.
Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Subcapaian pembelajaran: 1. Menentukan sifat koligatif
Lebih terperinciIKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI
IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI Teori tentang ikatan kimia ini dipelopori oleh Kossel dan Lewis (1916) yang membagi ikatan kimia atas 2 (dua) bagian besar yakni: ikatan ionik atau ikatan
Lebih terperinciTINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit
OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas
Lebih terperinciKIMIA TERAPAN LARUTAN
KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau
Lebih terperinciSumber:
Sifat fisik dan kimia bahan 1. NaOH NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Disolusi Kadar obat dalam darah pada sediaan peroral dipengaruhi oleh proses absorpsi dan kadar obat dalam darah ini menentukan efek sistemiknya. Obat dalam bentuk sediaan padat
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Surfaktan Gemini 12-2-12 Sintesis surfaktan gemini dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan metode termal. Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi bimolekular
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang
Lebih terperinciI Sifat Koligatif Larutan
Bab I Sifat Koligatif Larutan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan dan membandingkan sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan elektrolit. Pernahkah
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciGambar Rangkaian Alat pengujian larutan
LARUTAN ELEKTROLIT DAN BUKAN ELEKTROLIT Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan
Lebih terperinciSOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT 1. Pernyataan yang benar tentang elektrolit adalah. A. Elektrolit adalah zat yang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI EKTRAKSI Ekstraksi tanaman obat merupakan suatu proses pemisahan bahan obat dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan
Lebih terperinciSulistyani M.Si
Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,
Lebih terperinciD. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8
1. Pada suatu suhu tertentu, kelarutan PbI 2 dalam air adalah 1,5 x 10-3 mol/liter. Berdasarkan itu maka Kp PbI 2 adalah... A. 4,50 x 10-9 B. 3,37 x 10-9 C. 6,75 x 10-8 S : PbI 2 = 1,5. 10-3 mol/liter
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal adalah material perekat berwarna coklat kehitam hitaman sampai hitam dengan unsur utama bitumen. Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun
Lebih terperinci1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia
Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PENGARUH ph MEDIUM TERHADAP
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang
Lebih terperinciPENETRASI PERKUTAN IN VITRO
0 PENETRASI PERKUTAN IN VITRO DISPERSI PADAT PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN PENGOMPLEKS HIDROKSIPROPIL BETA SIKLODEKSTRIN DALAM SEDIAAN GEL HIDROKSIPROPIL METIL SELULOSE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT
LAPRAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA RGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKL DAN ASAM BENZAT LABRATRIUM KIMIA RGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM UNIVERSITAS GADJA MADA YGYAKARTA 2005 SINTESIS BENZIL
Lebih terperinciSOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)
SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) Bagian I: Pilihan Ganda 1) Suatu atom yang mempunyai energi ionisasi pertama bernilai besar, memiliki sifat/kecenderungan : A. Afinitas elektron rendah
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014
JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 Oleh KIKI NELLASARI (1113016200043) BINA PUTRI PARISTU (1113016200045) RIZQULLAH ALHAQ F (1113016200047) LOLA MUSTAFALOKA (1113016200049) ISNY
Lebih terperinciI. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.
I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya
Lebih terperinciSILABUS. Alokasi Sumber. Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Teori. Tes tertulis 4 jp Buku-buku Atom
1.11 Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel periodik. SILABUS SATUAN PENDIDIKAN : SMA NEGERI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur
Lebih terperincisediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa
BAB I PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, sintesis obat dengan tingkat kelarutan rendah terus meningkat. Beberapa obat yang kelarutannya rendah seperti ibuprofen, piroxicam, carbamazepine, furosemid
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga
I. PENDAHULUAN Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari. Lambung merupakan tempat yang
Lebih terperinciMODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10
SMA IPA Kelas 10 Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih, larutan tersusun dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Berdasarkan keelektrolitannya,
Lebih terperinciMAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL
MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL Oleh : ZIADUL FAIEZ (133610516) PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2015 BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang
Lebih terperinci