PERSEPSI BODY IMAGE, HEALTHY EATING INDEX DAN STATUS GIZI MAHASISWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT IPB RINA BUDIARTI SUMARSONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI BODY IMAGE, HEALTHY EATING INDEX DAN STATUS GIZI MAHASISWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT IPB RINA BUDIARTI SUMARSONO"

Transkripsi

1 PERSEPSI BODY IMAGE, HEALTHY EATING INDEX DAN STATUS GIZI MAHASISWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT IPB RINA BUDIARTI SUMARSONO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul persepsi body image, healthy eating index, dan status gizi mahasiwi Departemen Gizi Masyarakat IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Rina Budiarti Sumarsono NIM I

4 ABSTRAK RINA BUDIARTI S. Persepsi Body Image,Healthy Eating Index, dan Status Gizi Mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat IPB. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN. Penelitian ini bertujuan membedakan tiga metode pengukuran body image, menganalisis hubungan konsumsi pangan secara kualitatif (healthy eating index) dan kuantitatif, serta kebiasaan makan dengan status gizi mahasiswi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Juni Contoh dalam penelitian ini berjumlah 82 orang yang merupakan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat IPB. Hasil uji beda Kruskal Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada ketiga metode body image (FRS, MBSRQ-AS, dan BIQ) terhadap status gizi wanita (p>0.05). Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara healthy eating index dengan persepsi body image metode FRS (p<0.05). Namun, tidak terdapat hubungan antara kualitas konsumsi HEI dengan status gizi (p>0.05). Hasil deskriptif memperlihatkan bahwa kualitas konsumsi pangan contoh berdasarkan skor HEI masih membutuhkan perbaikan (90.2%). Terdapat hubungan signifikan antara kuantitas asupan energi dengan status gizi (p<0.05). Selain itu, kebiasaan konsumsi fast food mempunyai hubungan signifikan dengan status gizi (p<0.05). Kata Kunci: body image, HEI, kebiasaan makan, mahasiswi, status gizi. ABSTRACT RINA BUDIARTI S. Perception of Body Image, Healthy Eating Index, and Nutritional Status of Female Students in Department of Community Nutrition, IPB. Supervised by ALI KHOMSAN. The aim of the study was to compare three methods of body image, analyze correlation between consumption quality based on healthy eating index, consumption quantity, food habits, with nutritional status of female students. Design of this study was cross sectional and data was collected from April until June Total subjects were 82 of female students in Department of Community Nutrition IPB. Result of Kruskal Wallis Test showed that there were no difference on three methods of body image (FRS, MBSRQ-AS, and BIQ) to nutritional status (p>0.05). Rank Spearman Analysis showed that there was significant correlation between healthy eating index (HEI) with perception of body image. On the other hand, there was not significant correlation between consumption quality based on HEI with nutritional status (p>0.05). The result showed that all of subjects had low consumption quality based on HEI score still needed improvement (90.2%). There was significant correlation between energy intake with nutritional status (p<0.005). Furthermore, spearman analysis showed that habits of eating fast food gave significant correlation with nutritional status (p<0.05). Keywords: body image, female students, food habits, HEI, nutritional status.

5 PERSEPSI BODY IMAGE, HEALTHY EATING INDEX DAN STATUS GIZI MAHASISWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT IPB RINA BUDIARTI SUMARSONO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7 PRAKATA Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Penulis panjatkan syukur sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah bersedia memberikan waktu, ilmu, arahan, dan masukan selama bimbingan. 2. Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran. 3. Ayahanda (Bapak Sumarsono) dan Ibunda (Ibu Sri Sartini) yang tak kenal lelah mendukung penulis, serta kakak (Widi Yuniarto Utomo, ST, MT.) atas segala kebaikan dan dukungan yang tak terhingga dan tak tergantikan. 4. Teman-teman Alih Jenis Gizi 2014 Angkatan 8, khususnya Putri, Solfa, Ahmad, Akrim (teman terdekat selama di IPB), Kak Ferawati (teman payungan dalam mengambil data penelitian), Riska, Wulan, Latifah, Aliffia, Celline, Ika (enumerator), dan seluruh teman-teman sekelas yang telah memberikan goresan tawa, keceriaan, motivasi, dan dukungan, serta Dany (teman terdekat) yang selalu memberi semangat. 5. Seluruh civitas akademika Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian studi ini. Sekian yang penulis sampaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, maka dengan kerendahan hati penulis mengarapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2016 Rina Budiarti Sumarsono

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i DAFTAR GAMBAR ii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis Penelitian 3 Manfaat 3 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 5 Desain, Tempat, dan Waktu 5 Jumlah dan Teknik Penarikan Responden 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 Definisi Operasional 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Karakteristik Responden 11 Body Image 13 Healthy Eating Index 19 Asupan Gizi 20 Kebiasaan Makan 21 Status Gizi 24 Hubungan Healthy Eating Index dengan Status Gizi 25 Hubungan Healthy Eating Index dengan Body Image 26 Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi 27 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi 28 SIMPULAN DAN SARAN 30 DAFTAR PUSTAKA 31 LAMPIRAN 35 RIWAYAT HIDUP 50

9 DAFTAR TABEL 1 Variabel, alat, dan cara pengumpulan data 6 2 Perbedaan interpretasi body image menurut tiga metode 8 3 Komponen dan skor Indonesian Healthy Eating Index (HEI) 8 4 Variabel, data yang dibutuhkan, dan kategori 10 5 Sebaran responden berdasarkan karakteristik dan sosiodemografi 12 6 Sebaran responden berdasarkan penilaian body image metode FRS 13 7 Sebaran persepsi body image menurut metode FRS 14 8 Sebaran responden berstatus gizi normal yang mengalami misperception 14 9 Sebaran persepsi body image menurut metode MBSRQ-AS Sebaran responden berdasarkan penilaian body image metode BIQ Sebaran persepsi body image menurut metode BIQ Sebaran responden berdasarkan perbedaan ketiga metode body image Perbedaan tiga metode body image terhadap status gizi Rerata konsumsi pangan responden dalam satuan porsi berdasarkan HEI Sebaran kualitas konsumsi pangan responden berdasarkan HEI Sebaran tingkat kecukupan gizi responden Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan gizi Sebaran responden berdasarkan frekuensi rerata konsumsi jenis pangan Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan Sebaran responden berdasarkan frekuensi kebiasaan makan Sebaran responden berdasarkan rerata frekuensi kebiasaan makan Sebaran responden berdasarkan status gizi Hubungan healthy eating index (HEI) dengan status gizi Hubungan healthy eating index (HEI) dengan body image Hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi 28 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Persepsi body image usia >18tahun 7 2 Persepsi body image usia >18tahun. 13

10

11 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara berkembang berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya bagi mahasiswa (Aunurrahman 2009). Mahasiswa adalah generasi muda yang diharapkan ikut berperan dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya sehingga dapat bertanggung jawab dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Usia mahasiswa tergolong remaja akhir yang memasuki masa dewasa, serta memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda (Slameto 2010). Secara nasional, data survei diet total (SDT) tahun 2014 menunjukkan bahwa proporsi remaja dengan tingkat kecukupan energi kurang sebanyak 52.5%, lebih tinggi dibanding kelompok umur lainnya. Asupan yang kurang berhubungan dengan menurunnya status gizi. Merurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi remaja dengan gizi kurang meningkat 0.4% dari tahun 2007, dengan prevalensi kurus di Provinsi Jawa Barat 7.7% dan Kota Bogor memiliki prevalensi yang lebih tinggi, yaitu 10.2%. Oleh karena itu, upaya pencegahan masalah gizi perlu dilakukan (Arisman 2010). Salah satu strategi pengendalian berkembangnya masalah gizi adalah melalui promosi gizi dan kesehatan. Indonesia telah mengembangkan pedoman gizi seimbang (PGS) untuk menggiring masyarakat dengan konsumsi makanan bergizi, berimbang, dan beraneka ragam. Instrumen penilaian kualitas konsumsi pangan adalah healthy eating index (HEI). HEI adalah alat ukur yang pertama dikembangkan oleh Center for Nutrition Policy and Promotion USDA (Kennedy et al. 2008). HEI telah dikembangkan di Amerika, Australia, Thailand, dan Kanada (Woodruff dan Hanning 2010). HEI dirancang untuk menilai kepatuhan makan berdasarkan pedoman gizi yang telah di tetapkan di setiap negara (McCullough dan Willet 2006). HEI dikembangkan untuk mengukur kualitas konsumsi makanan (Gunther 2008). Penelitian Amrin et al. (2013) menunjukkan metode healthy eating index merupakan alat ukur yang sesuai untuk menilai mutu gizi konsumsi pangan. Terdapat hubungan positif antara pengukuran kualitas makan menggunakan metode HEI dengan status gizi (Azkia 2014). Kualitas makan anak dan remaja masih membutuhkan perbaikan yang ditunjukkan dengan skor healthy eating index yang masih rendah (Nurdiani 2011; Prasetyo 2013; Hardiansyah 2015; dan Maya 2015). Selain secara kualitatif, asupan makan dapat diukur secara kuantitatif. Penelitian Panasea (2011) menunjukkan bahwa 29.1% mahasiswi memiliki tingkat kecukupan enegi defisit berat, karena sebagian memilih untuk melewatkan makan, salah satunya melewatkan sarapan. Penelitian Ghosh et al. (2013) di Tripura, salah satu negara bagian di India menyatakan bahwa mahasiswi yang memiliki akses pangan rendah akan memiliki indeks massa tubuh (IMT) rendah. Lien (2007) menunjukkan bahwa diet dengan pengurangan asupan makan dilakukan tanpa memperdulikan zat gizi yang diperlukan tubuh. Hal ini terjadi ketika seorang remaja memiliki pikiran dan persepsi bentuk tubuh/body image bahwa dirinya tidak memiliki tubuh yang proporsional. Remaja putri memiliki lebih banyak merasa kurang puas dengan keadaan tubuhnya (Khan et al. 2011).

12 2 Menurut Suryanie (2005) pada umumnya body image berhubungan dengan remaja wanita daripada remaja pria. Hal ini didukung oleh Grogan (2008) yang menyatakan bahwa metode figure rating scale (FRS), multidimensional body-self relations questionnaire-appearance scale (MBSRQ-AS), dan body image ideals questionnaire (BIQ) merupakan metode penentuan persepsi body image pada wanita. The 1995 National Health Survey menemukan hampir 40% wanita usia muda tahun merasa lebih berat dibandingkan IMT normal dan lebih dari 27% dari responden yang memiliki berat badan kurang menyatakan memiliki berat badan normal (Riyadi 2006). Penelitian Siswanti (2007) menunjukkan 60% remaja putri memiliki persepsi body image negatif, artinya merasa bentuk tubuhnya belum ideal. Pola konsumsi yang kurang baik di masa muda perlu menjadi perhatian khusus. Mahasiswi mempunyai beragam kegiatan, sehingga diduga memiliki pola makan kurang beragam dan bergizi. Hal ini menyebabkan adanya penyimpangan persepsi body image dan konsumsi makan. Masih jarang penelitian yang dilakukan pada mahasiswi gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis persepsi body image, kualitas konsumsi healthy eating index dan status gizi pada mahasiswi. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan body image menurut metode FRS, MBSRQ-AS, dan BIQ dengan status gizi? 2. Bagaimana hubungan healthy eating index (HEI) dengan status gizi dan body image, serta hubungan asupan energi, protein, dan kebiasaan makan dengan status gizi? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis persepsi body image, Healthy Eating Index (HEI), dan status gizi mahasiwi. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perbedaan body image menurut metode FRS, MBSRQ-AS, dan BIQ dengan status gizi. 2. Menganalisis hubungan HEI dengan status gizi. 3. Menganalisis hubungan HEI dengan body image 4. Menganalisis hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi. 5. Menganalisis hubungan kebiasaan makan dengan status gizi.

13 3 Hipotesis Penelitian 1. Adanya perbedaan pengukuran tiga metode body image terhadap status gizi. 2. Adanya hubungan positif antara kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, serta kebiasaan makan dengan status gizi. Manfaat Penelitian Mengingat Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan mutu pendidikan, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang faktor yang berhubungan dengan status gizi mahasiswi, sehingga dapat meningkatkan kepedulian sejak dini guna terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, serta menjadi masukan untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi mahasiswi pada beragam tingkat pendidikan. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dan informasi bahwa status gizi dapat berdampak pada peningkatan sumber daya manusia serta menjadi perhatian baik di kalangan masyarakat maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan. KERANGKA PEMIKIRAN Mahasiswa adalah generasi muda yang diharapkan ikut berperan dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Pada periode ini, seseorang menjadi rentan gizi karena berbagai hal. Pedoman gizi seimbang (PGS) menggiring untuk konsumsi makanan bergizi, berimbang, dan beraneka ragam (Kennedy et al.2008).instrumen asupan makan dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian kualitas konsumsi pangan adalah healthy eating index (HEI), sedangkan pengukuran secara kuantitatif salah satunya dengan mengukur kebiasaan makan. HEI dikembangkan untuk mengukur kualitas konsumsi makanan. Body image mempunyai pengaruh terhadap kebiasaan makan (Riyadi 2006). Remaja putri memiliki lebih banyak persepsi tubuh yang negatif (Khan et al. 2011). Penelitian Kakekshita et al (2008) menunjukkan bahwa body image merupakan faktor penting yang berhubungan dengan status gizi dan wanita cenderung terlalu melebihlebihkan ukuran tubuhnya. Apabila seseorang mempunyai persepsi tubuh dan kualitas makan yang baik, serta didukung kebiasaan makan yang baik, akan berdampak pada status gizinya. Kerangka pemikiran mengenai persepsi body image, healthy eating index, dan status gizi pada mahasiwi Departemen Gizi Masyarakat IPB disajikan sebagai berikut:

14 4 Persepsi body image healthy eating index (HEI) Faktor Internal Pemilihan makan Status kesehatan Status Gizi Mahasiswi Faktor Eksternal Lingkungan rumah/asrama Lingkungan kampus Karakteristik Sampel Usia Suku/Asal daerah IPK Uang saku Asupan makan Kebiasaan makan Kebiasaan sarapan Gambar 1 Kerangka Pemikiran Persepsi Body Image, Healthy Eating Index dan Status Gizi Mahasiwi Departemen Gizi Masyarakat IPB. Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

15 5 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dengan lokasi di Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan peneliti dapat mengamati persepsi body image, healthy eating index, dan status gizi mahasiswi. Penelitian dilakukan bulan April hingga Juni Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat IPB. Pengambilan sampel dipilih secara purposive berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria inklusi pada penelitian ini terdiri dari: a. Sampel adalah mahasiswi yang berasal dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB b. Sampel dalam keadaan sehat c. Bersedia untuk terlibat menjadi sampel dalam penelitian. Rumus perhitungan sampel (Siregar 2013) : N n = 1+(N x d 2 ) Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi (jumlah mahasiswi gizi di IPB tahun 2016 = 431) d = koreksi kesalahan (10%) Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh besar sampel minimal adalah 81.2 = 82 mahasiswi. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi mahasiswi sedangkan variabel independennya adalah persepsi body image, kualiatas konsumsi healthy eating index, asupan energi dan protein, serta kebiasaan makan. Data primer yang dikumpulkan adalah data karakteristik sampel, persepsi body image, healthy eating index, kebiasaan makan, asupan makan dan status gizi. Data karakteristik sampel, persepsi body image, healthy eating index, kebiasaan makan, dan asupan makan didapat melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data karakteristik sampel meliputi usia, suku/asal daerah, indeks prestasi kumulatif (IPK),

16 6 dan uang saku. Data asupan makan dan kualitas konsumsi healthy eating index didapat dengan menggunakan form recall 2x24 jam. Data status gizi didapat melalui pengukuran antropometri kemudian dihitung nilai indeks massa tubuh (IMT) untuk mendapatkan hasil status gizi sampel. Data kebiasaan makan didapat melalui pengisian form food frequency quetionaire (FFQ) dan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data gambaran umum mahasiswi. Tabel 1 Variabel, alat, dan cara pengumpulan data No Variabel Cara pengumpulan Alat 1. Karakteristik responden Usia Suku/Asal daerah Pengisian kuesioner Kuesioner IPK Uang saku 2. Persepsi body image Pengisian kuesioner Kuesioner 3. Healthy eating index Pengisian form recall 2x24 jam, lalu Kuesioner dianalisis 4. Asupan makan (energi dan Pengisian form recall protein) 2x24 jam Kuesioner 5. Kebiasaan makan Pengisian form food frequency quetionaire (FFQ) dan pengisian Kuesioner kuesioner 6. Status gizi Pengukuran Timbangan berat antropometri dan badan dan mikrotoa perhitungan IMT Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan inferensia menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS version 16.0 for windows. Data diolah berupa entry, coding, editting, dan cleaning kemudian data dianalisis. Usia sampel digolongkan menjadi 2, diberi skor 1 untuk usia <21 tahun dan skor 2 untuk usia 21 tahun. Karakteristik sampel usia menggunakan satuan tahun. Prestasi akademik didapat melalui wawancara pada sampel untuk mengetahui nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) sampel sebai dampak tak langsung. Skor 1 dikategorikan sangat baik apabila nilai IPK sampel 3.50, skor 2 tergolong baik bila IPK sampel dan skor 3 tergolong kurang bila nilai IPK sampel <3.00. Suku/Asal daerah responden digolongkan menjadi 4, yaitu Suku Jawa, Sunda, Minang, dan lain-lain. Uang saku dinyatakan dalam satuan rupiah per bulan dan dikelompokkan menjadi 3, yaitu <Rp , Rp , dan Rp

17 7 Persepsi body image diukur dengan kuesioner menggunakan tiga metode yaitu figure rating scale (FRS), multidimensional body-self relations questionnaireappearance scale (MBSRQ-AS), dan body image ideals questionnaire (BIQ). FRS dikembangkan oleh Stunkard et al. (1983). Persepsi body image menggunakan kuesioner mengenai bentuk tubuhnya. Persepsi ini dibandingkan dengan status gizi aktual. Persepsi tubuh positif menandakan bahwa persepsi yang sejalan dengan status gizi sampel, apabila berbeda, tergolong sebagai persepsi tubuh negatif. Gambar pemilihan persepsi body image adalah sebagai berikut: Gambar 2 Persepsi body image usia >18tahun (Collins 1990) Metode kedua dalam persepsi body image adalah MBSRQ-AS yang dikembangkan oleh Cash & Pruzinsky (1990) dengan penilaian menggunakan skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengungkap lima dimensi, yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh. Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah butir dimana dari setiap butir akan diperoleh skor total. Kemudian skor total tersebut dikategorikan menjadi 3, yaitu negatif, normal dan positif. Metode ini sangat berkaitan dengan rasa percaya diri. Hasil persepsi normal menunjukkan merasa cukup percaya diri dan tidak berlebihan. Persepsi positif menunjukkan sangat percaya diri akan tubuhnya, sebaliknya bagi penilaian hasil persepsi negatif. Metode selanjutnya yang digunakan pada penilaian persepsi body image pada wanita adalah BIQ yang dikembangkan oleh Cash & Szmanski (1995). Metode BIQ terdiri dari 22 butir pertanyaan dan dikembangkan untuk menyediakan suatu penilaian evaluatif persepsi tubuh. instrumen BIQ terdiri dari 10 karakteristik fisik, yaitu tinggi badan, warna kulit, tekstur rambut, proporsi wajah, tampilan otot, proporsi tubuh, berat badan, ukuran dada, kekuatan fisik tubuh, koordinasi tubuh, dan keseluruhan penampilan. Metode ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian A dan B. Pertama pada Bagian A digunakan untuk menilai sejauh mana mereka menyerupai atau cocok terhadap ideal fisik pribadi dengan skala respon 0=tepat seperti saya; 1=hampir seperti saya; 2=cukup seperti saya; 3=sangat tidak seperti saya. Kemudian pada Bagian B digunakan untuk menunjukkan betapa pentingnya untuk mewujudkan ideal fisik masing-masing, dengan skala respon 0=tidak penting; 1=agak penting; 2=cukup penting; 3=sangat penting. Data pada discrepancy rating (Part A) di kode ulang (recode) dari 0 menjadi -1. Total skor diperoleh dari pengolahan 22 butir pernyataan dengan cara mengalikan rata-rata (mean) dari setiap butir discrepancy rating (Part A) X important ratings (Part B), kemudian skor total tersebut dikategorikan menjadi 3, yaitu negatif (Mean-SD), normal dan positif (Mean+SD).

18 8 Perbedaan Interpretasi body image menurut metode FRS, MBSRQ-AS, dan BIQ disajikan pada tabel berikut. Tabel 2 Perbedaan interpretasi body image menurut tiga metode Metode Kategori Interpretasi FRS Positif Negatif Aspek gambaran tubuh sesuai dengan status gizi Aspek gambaran tubuh tidak dengan status gizi MBSRQ- AS Positif Normal Sangat percaya diri akan tubuhnya Merasa cukup percaya diri dan tidak berlebihan BIQ Negatif Positif Normal Negatif Merasa tidak puas, kurang percaya diri, belum sesuai harapan Merasa terlalu puas Ciri-ciri fisik aktual sesuai dengan harapan Belum merasa puas Kualitas konsumsi makan diolah dan dianalisis menggunakan instrumen healthy eating index (HEI). Skor HEI didapat melalui pengisian form recall 24 jam (Tande et al. 2009). Tabel 3 Komponen dan skor Indonesian Healthy Eating Index (HEI) Komponen Skor Konsumsi karbohidrat <3 porsi 3-4 porsi 5 porsi Konsumsi sayuran <1 porsi 1-3 porsi 3 porsi Konsumsi buah <0.5 porsi porsi 2 porsi Konsumsi lauk hewani <1.5 porsi porsi 4 porsi Konsumsi nabati <1 porsi 1-3 porsi 3 porsi Asupan lemak total >30% TKE atau 20-30% TKE 10-20% TKE >10% TKE Konsumsi gula tambahan >20% TKE 5-20% TKE <5% TKE Fe/zat besi <10mg mg 26 mg Garam >10 g >3 g 6 g Keragaman <3 jenis 3-5 jenis 8 jenis Keterangan : TKE : tingkat kecukupan energi Sumber: modifikasi Kemenkes (2015), Maya (2015), Nurdiani (2011) dan Amrin et al.(2013) Pemberian skor 10 menunjukkan skor maksimum dan skor 0 menunjukkan skor minimum. Penentuan kategori skor HEI yaitu buruk apabila skor 50, dikategorikan membutuhkan perbaikan pada jumlah skor 51-80, dan dikategorikan baik pada jumlah skor >80. Skor maksimum (10), skor 5, dan skor minimum (0) didasarkan pada modifikasi Kennedy et al. (2011); Nurdiani (2011); dan Maya (2015). HEI dikelompokkan menjadi 10 komponen, 5 kelompok pertama berdasarkan piramida makanan yaitu nasi/pengganti, sayuran, buah-buahan, lauk hewani, dan lauk nabati. Komponen ke-6 hingga 10 berdasarkan aspek pedoman gizi seimbang (PGS), yaitu :

19 9 1. Makanlah aneka ragam makanan, yaitu makanan sumber zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), serta zat pengatur (vitamin dan mineral). 2. Konsumsi gula sebaiknya dibatasi 5% dari jumlah kecukupan energi atau 3-4 sendok perhari. 3. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. 4. Dianjurkan untuk mengonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1sdt) perhari 5. Makanlah makanan sumber zat besi untuk mencegah anemia. Sumber yang baik adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur, dan daging. Data asupan zat gizi berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram atau URT diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel Jumlah makanan dalam bentuk gram atau URT kemudian dikonversi menjadi energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Ada pun rumus umum yang dikonsumsi adalah : Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan: Kgij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj = Persen bahan makanan-j yang dapat dimakan (%BDD) Selanjutnya asupan makan responden secara kuantitatif pun diukur menggunakan Recall 2x24 jam. Asupan energi dan protein diukur tingkat kecukupannya, lalu dikategorikan. Kategori kurang apabila <80% AKG, baik jika % AKG, dan lebih untuk asupan yang melebihi dari 110% AKG (Sukirman et al. 2004). Asupan kebiasaan makan sampel yang dikonsumsi oleh mahasiswa melalui pengisian kuesioner dan FFQ. Kebiasaan makan yang diukur berupa kebiasaan sarapan, konsumsi camilan/snack, fast food, dan soft drink lalu dikategorikan menjadi tidak pernah, kadang-kadang, dan sering. Status gizi dilakukan pengukuran meliputi pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Kemudian data TB dan BB dihitung untuk mendapatkan indeks massa tubuh (IMT). IMT memiliki satuan Kg/m 2. Nilai IMT digolongkan berdasarkan WHO (2010), yaitu skor 1 untuk IMT <17 (sangat kurus), skor 2 untuk IMT <18 (underweight), skor 3 untuk IMT (normal), skor 4 untuk IMT 25 (overweight) dan 25 (obese) untuk skor 5. Hasil perhitungan data yang didapat dianalisis uji beda Kruskal Wallis dan uji korelasi Rank Spearman dengan variabel yang diteliti adalah sebagai berikut: 1. Perbedaan metode FRS, MBSRQ-AS, BIQ terhadap status gizi. 2. Hubungan healthy eating index (HEI) dengan status gizi. 3. Hubungan healthy eating index (HEI) dengan body image. 4. Hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi. 5. Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi.

20 10 Tabel 4 Variabel, data yang dibutuhkan, dan kategori Karakteristik responden Data pimer Variabel Data yang dibutuhkan Kategori Usia Suku Usia responden Suku / Asal daerah responden Prestasi akademik Indeks prestasi kumulatif responden Uang saku Persepsi body image Uang saku responden dalam satu bulan Persepsi bentuk tubuh sampel Healthy Eating Kualitas konsumsi Index pangan sampel (HEI) Asupan Makan Asupan energi dan protein responden Kebiasaan makan Status gizi Kebiasaan sarapan, konsumsi camilan/snack, fast food, dan soft drink Keadaan status gizi sampel 1. <21 tahun tahun Sumber: ketentuan peneliti 1. Jawa 2. Sunda 3. Minang 4. Lain-lain Sumber: ketentuan peneliti 1. Sangat baik: Baik: Kurang: <3.00 Sumber: ketentuan peneliti 1. < Rp Rp Rp Sumber: ketentuan peneliti Metode FRS 1. Positif 2. Normal 3. Negatif Sumber: Stunkard et al Cash 1. Baik 2. Need Improvement: 4. Kurang: Sumber: Kennedy Kurang: <80% AKG 2. Baik: % AKG 3. Lebih: 110% AKG Sumber: Sukirman et al Tidak Pernah 2. Kadang 3. Sering Sumber: ketentuan peneliti 1. Sangat kurus: <17 2. Underweight: < Normal : Overweight: Obese: 30.0 Sumber: WHO 2010

21 11 Definisi Operasional Karakteristik sampel adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh mahasiwi gizi IPB yang men jadi sampel, yaitu: umur, pekerjaan dan pendapatan. Umur adalah lamanya sampel mahasiwi gizi IPB hidup yang dinyatakan dalam tahun. Suku/Asal daerah adalah suku/asal daerah dari mana mahasiwi gizi IPB berasal. IPK adalah nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) melalui jalur akademisi yang mahasiwi gizi IPB dapatkan selama masa kuliah. Uang saku adalah jumlah uang yang didapatkan sampel mahasiwi gizi IPB per bulan yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Persepsi body image adalah persepsi yang miliki oleh sampel mahasiwi gizi IPB.yang didapatkan datanya melalui pengisian kuesioner. Healthy eating index adalah kualitas konsumsi pangan sampel mahasiwi gizi IPB yang didapat melalui pengisian recall 2x24 jam. Kebiasaan sarapan adalah kebiasaan konsumsi makan pagi sampel mahasiwi gizi IPB yang didapat melalui pengisian kuesioner. Kebiasaan konsumsi camilan/snack adalah kebiasaan konsumsi camilan/snack sampel mahasiwi gizi IPB secara kuantitatif yang didapat melalui pengisian kuesioner. Kebiasaan konsumsi fast food adalah kebiasaan konsumsi fast food sampel mahasiwi gizi IPB secara kuantitatif yang didapat melalui pengisian kuesioner. Kebiasaan konsumsi soft drink adalah kebiasaan konsumsi soft drink sampel mahasiwi gizi IPB secara kuantitatif yang didapat melalui pengisian kuesioner. Status gizi adalah indikator yang menggambarkan status gizi sampel mahasiwi gizi IPB. Data didapat melalui pengukuran antropometri kemudian dihitung nilai indeks massa tubuh (IMT) untuk mendapatkan hasil status gizi sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Menurut data Jawa Barat dalam angka badan pusat statistik (BPS 2015), jumlah mahasiswa IPB adalah Jumlah mahasiswa aktif di Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2016 adalah 509 mahasiswa dan 431 di antaranya tergolong mahasiswa putri (mahasiswi). Responden penelitian ini

22 12 merupakan mahasiswi Jurusan Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor yang berasal dari angkatan 49, 50, 51, dan Alih Jenis yang bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Karakteristik dan sosiodemografi responden disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan karakteristik dan sosiodemografi Karakteristik dan sosiodemografi n % Umur responden (tahun) (20.7 ± 1.48) < Total Suku/ Asal daerah responden Jawa Sunda Minang Lain-lain Total Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) responden (3.36 ± 0.33) < Total Uang saku responden (000) (1 259 ± 361) < Rp Rp1 000 Rp Rp Total Berdasarkan tabel di atas, 82 mahasiswi memiliki kisaran umur 19 hingga 24 tahun dengan rerata mendekati 21 tahun. Apabila dilihat dari suku/asal daerah responden, lebih dari setengah responden (52.4%) dari suku jawa. Walaupun IPB berada di Provinsi Jawa Barat yang mayoritas penduduknya adalah suku sunda, namun suku jawa lebih mendominasi. Suku jawa lebih mendominasi dibanding suku lainnya, seperti sunda, minang, batak, betawi, chinese, dan suku lainnya. Sebanyak 87.8% responden mempunyai indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih dari 3.00, 40.2% di antaranya memiliki IPK responden memiliki uang saku yang beragam, yaitu Rp , dengan rataan sekitar Rp

23 13 Body Image Body image yang diukur pada penelitian ini ditentukan dengan tiga metode yaitu figure rating scale (FRS), multidimensional body-self relations questionnaireappearance scale (MBSRQ-AS), dan body image ideals questionnaire (BIQ). Pengukuran metode FRS dikembangkan oleh Stunkard et al (1983) yang merupakan metode yang mengukur 11 pertanyaan yang terdiri dari beberapa aspek. Metode ini dilakukan dengan cara memilih gambar secara visualisasi. Gambar pemilihan persepsi body image adalah sebagai berikut: Gambar 3 Persepsi body image usia > 18tahun (Collins 1990) Metode FRS menggunakan skema gambar (siluet) yang memiliki interval dari sangat kurus (skor 1) sampai sangat gemuk (skor 9). Status gizi underweight tercermin pada gambar nomor 1 dan 2, gambar yang menunjukkan status gizi normal adalah 3 dan 4, status gizi overweight pada gambar 5, 6, 7, serta status gizi obese digambarkan oleh nomor 8 dan 9 (Nergiz-Unal et al. 2014). Persepsi tubuh ideal dianalisis dengan beberapa pertanyaan, meliputi: pemilihan tubuh aktual, tubuh kurus, tubuh gemuk, tubuh yang menarik, tubuh sehat, dan tubuh tidak sehat. Sebaran responden berdasarkan penilaian karakteristik persepsi body image menurut metode FRS disajikan pada tabel berikut. Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan penilaian karakteristik persepsi body image menurut metode FRS Penilaian body image FRS Aspek penilaian karakteristik Tepat Tidak Tepat Total % % % Bentuk tubuh kurus Bentuk tubuh gemuk Bentuk tubuh menarik Bentuk tubuh sehat Bentuk tubuh tidak sehat

24 14 Tabel 6 menunjukkan, mayoritas responden menjawab tepat pada pemilihan bentuk tubuh kurus, yaitu jawaban yang menunjukkan angka 1 dan 2 pada gambar (siluet) di metode FRS. Sebanyak 22% responden menjawab tidak tepat pada aspek penilaian karakteristik bentuk tubuh yang menarik. Hal ini diduga responden memiliki persepsi yang berlebih atau lebih rendah dari jawaban yang benar, yaitu jawaban pada angka 3 dan 4. Data di atas kemudian dianalisis persepsi body image untuk mengetahui persepsi bentuk tubuh saat ini dan bentuk tubuh ideal yang diinginkan. Berikut hasil persepsi body image responden yang diukur dengan metode figure rating scale pada aspek bentuk tubuh saat ini dan bentuk tubuh ideal yang diinginkan. Tabel 7 Sebaran persepsi body image menurut metode FRS Penilaian body image Aspek/dimensi gambaran tubuh Positif 1 Negatif 2 Total n % n % n % Bentuk tubuh saat ini Bentuk tubuh ideal yang diinginkan Keterangan: Positif 1 : aspek/dimensi pada gambaran tubuh sesuai dengan status gizi Negatif 2 : aspek/dimensi pada gambaran tubuh tidak dengan status gizi Berdasarkan tabel di atas, 67.1% responden memiliki persepsi positif terhadap tubuhnya. Artinya, 67.1% responden memiliki persepsi bentuk tubuh sesuai dengan status gizi aktual. Sebanyak 32.9% responden memiliki persepsi bentuk tubuh saat ini yang tidak dengan status gizi aktual dan 14 responden di antaranya (52%) yang berstatus gizi normal memiliki persepsi bahwa dirinya merasa gemuk, dan sisanya merasa kurus. Pada aspek bentuk tubuh ideal yang diinginkan, apabila responden menjawab angka 3 dan 4 pada gambar (siluet) menunjukkan persepsi positif, artinya aspek bentuk tubuh ideal yang diinginkan dengan status gizi ideal/ normal, namun apabila responden menjawab selain angka 3 dan 4 dikategorikan memiliki persepsi negatif. Sebanyak 62.2% responden memiliki persepsi positif, artinya persepsi bentuk tubuh ideal sesuai dengan status gizi normal, dan 37.8% lainnya memiliki persepsi bentuk tubuh ideal yang negatif. Sebanyak 65 responden mahasiswi memiliki status gizi normal, dan dari responden tersebut, terdapat misperception salah dan tidak sesuai, baik itu merasa dirinya gemuk, maupun merasa dirinya kurus. Sebaran responden berstatus gizi normal yang mengalami misperception disajikan pada tabel di bawah. Tabel 8 Sebaran responden berstatus gizi normal yang mengalami misperception Kategori misperception n % Merasa gemuk Merasa kurus Total

25 15 Berdasarkan tabel di atas, lebih dari setengah responden (58.3%) yang berstatus gizi normal mengalami misperception dan merasa dirinya lebih gemuk. Perbedaan persepsi yang menggambarkan kondisi tubuh aktual saat ini dapat mempengaruhi dalam pemilihan makan dan preferensi makan. Penelitian Kurniawan (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan persepsi body image pada 120 mahasiswa dengan gangguan asupan makan. Apabila persepsi atau penilaian diri menunjukkan hasil yang sesuai dengan kondisi aktual, seseorang tidak perlu merasa khawatir akan jenis makanan dan preferensi makan yang dikonsumsi. Metode lain selain FRS adalah MBSRQ-AS yang dikembangkan oleh Cash & Pruzinsky (1990). Pada metode ini, sangat berkaitan dengan rasa percaya diri yang diukur berdasarkan 5 jenis aspek, antara lain: evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh/bentuk tubuh saat ini. Berbeda dengan metode FRS yang menghasilkan 2 kategori (positif dan negatif), pada metode MBSRQ-AS, terdapat 3 kategori, yaitu positif, normal, dan negatif. Sebaran persepsi body image metode MBSRQ-AS disajikan pada tabel berikut. Tabel 9 Sebaran persepsi body image menurut metode MBSRQ-AS Penilaian body image Aspek/dimensi gambaran tubuh Positif 1 Normal 2 Negatif 3 Total N % n % n % n % Evaluasi penampilan Orientasi penampilan Kepuasan terhadap bagian tubuh Kecemasan menjadi gemuk Kategori ukuran tubuh Keterangan : Positif 1 : sangat percaya diri akan tubuhnya Normal 2 : merasa cukup percaya diri dan tidak berlebihan Negatif 3 : merasa tidak puas, kurang percaya diri, dan belum sesuai harapan Metode MBSRQ-AS mengukur berdasarkan persepsi rasa percaya diri. Aspek evaluasi penampilan menunjukkan kepuasan pada penampilan yang terlihat menarik dan memuaskan. Selanjutnya, pada aspek orientasi penampilan menunjukkan bagaimana responden terlihat, memperhatikan penampilan dan melakukan beberapa perawatan. Aspek/dimensi kepuasan bagian tubuh menunjukkan kepuasan pada sebagian besar bagian tubuh responden. Aspek kecemasan menjadi gemuk mengindikasikan adanya perasaan cemas/khawatir terhadap kegemukan, serta adanya kewaspadaan terhadap berat badan. Aspek yang terakhir pada metode MBSRQ-AS adalah aspek kategori ukuran tubuh, yaitu persepsi individu pada ukuran tubuh aktualnya. Aspek evaluasi penampilan memiliki persepsi normal tertinggi, yaitu 97.6%. Hal ini menunjukkan responden merasa cukup percaya diri akan penampilannya serta tidak berlebihan. Sedangkan aspek kepuasan terhadap bagian tubuh memiliki persepsi negatif tertinggi, artinya responden merasa rasa tidak puas dan belum sesuai dengan

26 16 harapan. Khan et al. (2011) menyatakan bahwa kebanyakan remaja putri merasa kurang puas dengan keadaan tubuhnya. Perempuan pun biasanya memiliki rasa percaya diri yang lebih rendah dan cenderung memiliki body image negatif (Brechan 2014). Metode ketiga adalah BIQ yang dikembangkan oleh Cash & Szymanski (1995). Metode BIQ menyediakan suatu penilaian evaluatif persepsi tubuh.. terdapat 11 karakteristik yang diukur, lalu dihitung dengan membandingkan kondisi fisik aktual dengan harapan setiap atribut diminta untuk memikirkan tentang keadaan mereka dan kemudian apa yang diharapkan, apakah tepat, hampir, cukup, atau tidak dengan ciri-ciri karakteristik tubuh aktual. Instrumen BIQ terdiri dari 11 karakteristik fisik, yaitu tinggi badan, warna kulit, tekstur rambut, proporsi wajah, tampilan otot, proporsi tubuh, berat badan, ukuran dada, kekuatan fisik tubuh, koordinasi tubuh, dan keseluruhan. Sebaran responden berdasarkan penilaian karakteristik persepsi body image pada 11 karakteristik menurut metode BIQ disajikan pada tabel berikut. Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan penilaian karakteristik persepsi body image menurut metode BIQ Penilaian body image Aspek penilaian Hampir Cukup Tidak Tepat karakteristik Sama n % n % n % n % Total (%) Tinggi badan Warna kulit Tekstur rambut Proporsi wajah Tampilan otot Proporsi tubuh Berat badan Ukuran dada Kekuatan fisik tubuh Koordinasi tubuh Keseluruhan Berdasarkan tabel di atas, 20.7% responden menyatakan bahwa aspek penilaian karakteristik warna kulit adalah yang paling tepat, namun 3.7% responden pada karakteristik proporsi tubuh menunjukkan presentase yang paling rendah. Selain itu, aspek penilaian karakteristik yang paling banyak tidak dengan kondisi aktual terdapat pada aspek proporsi tubuh, yaitu sebanyak 37.7%, artinya masih banyak responden yang menganggap proporsi tubuhnya belum tepat seperti kondisi saat ini. Selanjutnya, data dari 11 ciri-ciri fisik ini diakumulasi dan diinterpretasikan. Sebaran persepsi body image menurut metode BIQ dapat dilihat pada tabel berikut.

27 17 Tabel 11 Sebaran persepsi body image menurut metode BIQ Penilaian body image n % Positif Normal Negatif Total Keterangan : Positif 1 : merasa terlalu puas Normal 2 : ciri-ciri fisik aktual sesuai dengan harapan Negatif 3 : belum merasa puas Pada metode BIQ, body image negatif bermakna terdapat perbedaan bentuk karakteristik pada beberapa bagian tubuh aktual dengan harapan, belum merasa puas, dan makna yang sebaliknya bagi body image positif. Sedangkan body image normal menunjukkan ciri-ciri fisik aktual dengan harapan. Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden (67.1%) memiliki body image normal, artinya responden mempercayai bahwa ciri-ciri fisik yang dimiliki sudah sesuai dengan ciri-ciri fisik yang diinginkan. Setiap cotoh memiliki interpretasi yang tidak pada ketiga metode untuk menunjukkan gambaran persepsi body image. Perbedaan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan perbedaan ketiga metode body image Metode pengukuran body image Kategori status gizi FRS 1 MBSRQ-AS 2 BIQ n % n % n % Positif Normal Negatif Total Keterangan: FRS 1 : aspek bentuk tubuh saat ini menurut metode FRS MBSRQ-AS 2 : aspek kategori ukuran tubuh menurut metode MBSRQ Hasil menunjukkan bahwa keseluruhan responden memiliki proporsi persepsnormal yang pada metode BIQ dan FRS. Hal ini menunjukkan bahwa 67.1% responden memiliki persepsi body image yang sesuai dengan konsisi aktual pada pengukuran menggunakan metode BIQ dan FRS. Namun, hasil yang berbeda ditunjukkan pada metode MBSRQ-AS. Pada metode ini, proporsi responden yang memiliki persepsi normal lebih banyak dibandingkan dua metode lainnya, yaitu 76.1%. Umumnya, lebih dari setengah responden memiliki persepsi normal pada ketiga metode pengukuran body image. Perbedaan proporsi persepsi normal ini diduga karena pengukuran body image bersifat subjektif. Menurut Suryanie (2005)

28 18 pada umumnya body image berhubungan dengan remaja wanita dibandingkan remaja pria, remaja wanita cenderung untuk memperhatikan penampilan fisik perubahanperubahan fisik yang dialami oleh remaja wanita menghasilkan suatu persepsi yang berubah-ubah dalam citra raga dan secara khas menunjukkan kearah penolakan terhadap physical self. Persepsi citra diri/body image merupakan pemikiran atau konsep tentang fisik berupa penilaian diri yang subjektif. Perbedaan tiga metode body image terhadap status gizi disajikan pada tabel berikut. Tabel 13 Perbedaan tiga metode body image terhadap status gizi Metode pengukuran body image Kategori status gizi FRS 1 MBSRQ-AS 2 BIQ 3 n % n % n % Kurus Normal Gemuk Total Keterangan: FRS 1 : persepsi positif pada aspek bentuk tubuh saat ini menurut metode FRS MBSRQ-AS 2 : persepsi normal pada aspek kategori ukuran tubuh menurut metode MBSRQ BIQ 3 : persepsi normal menurut metode BIQ *Uji beda Kruskal Wallis: p-value= Konsep diri yang sehat merupakan tingkatan dari kestabilan seseorang (Honigman dan Castle 2006). Menurut Suryanie (2005) pada umumnya body image berhubungan dengan remaja wanita daripada remaja pria. Hal ini didukung oleh Grogan (2008) yang menyatakan bahwa metode FRS, MBSRQ-AS, dan BIQ merupakan metode penentuan persepsi body image pada wanita. Penelitian Kurniawan (2014) menyatakan bahwa ketiga metode ini cocok dengan karakteristik orang Indonesia. Selain itu, penelitian Kakekshita dan Almeida (2008) menunjukkan bahwa body image merupakan faktor penting yang berhubungan dengan status gizi dan wanita cenderung terlalu melebih-lebihkan ukuran tubuhnya. Berdasarkan tabel di atas, hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara metode FRS, MBSRQ-AS, dan BIQ terhadap status gizi (p>0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa salah satu metode dapat mewakili ketiga metode lainnya dalam pengukuran body image wanita terhadap status gizi. Metode figure rating scale (FRS) adalah metode yang paling mudah dilakukan dibanding metode MBSRQ-AS dan BIQ, karena menggunakan instrumen berupa gambar, sehingga memudahkan responden dalam penentuan persepsi body image. Cardinal et al. (2006) dan Lo et al. (2012) menyatakan bahwa FRS berguna untuk penentuan body image pada remaja. Menurut penelitian Dewi (2010). FRS merupakan metode pengukuran persepsi tubuh yang lebih efektif, mudah, dan lebih efisien. Battaglia et al. (2013) menyatakan bahwa kelebihan FRS yaitu menggunakan instrumen visual yang mudah dipahami.

29 19 Healthy Eating Index (HEI) HEI adalah alat ukur yang pertama dikembangkan oleh Center for Nutrition Policy and Promotion USDA (Kennedy et al. 2008). Tabel rerata konsumsi pangan responden berdasarkat komponen HEI disajikan sebagai berikut. Tabel 14 Rerata konsumsi pangan responden dalam satuan porsi berdasarkan komponen HEI Komponen Porsi anjuran Rerata porsi *Skor HEI Sumber KH 5 porsi 4.28 porsi 5 Sayuran 3 porsi 0.73 porsi 0 Buah-buahan 2 porsi 1.00 porsi 5 Protein Hewani 4 porsi 2.65 porsi 5 Protein Nabati 3 porsi 0.84 porsi 0 Lemak 30% TKE 42 g lemak 10 Gula <5% TKE 21 kkal 10 Fe 26 mg Fe 8.73 mg Fe 0 Garam 6 g 6 g 10 Keragaman 8 jenis 9.17 jenis 10 Keterangan : *Skor HEI : skor 10 untuk komponen yang sesuai anjuran ( 1 porsi anjuran) skor 5 untuk komponen yang memiliki porsi 0.5 porsi anjuran skor 0 untuk komponen yang memiliki porsi < 0.5 porsi anjuran HEI dirancang untuk menilai kepatuhan makan berdasarkan pedoman gizi yang di setiap negara (McCullough & Willet 2006). Berdasarkan tabel rerata konsumsi dalam satuan porsi berdasarkan komponen HEI di atas, kelompok bahan pangan yang sudah mencapai rerata skor maksimum (skor 10) berasal dari kelompok karbohidrat, lemak, gula, garam, dan keragaman, sedangkan rerata skor pada kelompok sayuran, nabati, dan Fe. Sayuran dan zat besi (Fe) adalah bahan pangan sumber mineral mikro yang diperlukan. Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia Akibat kekurangan asupan zat besi pada remaja dapat menurunkan kemampuan dan daya konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal, menurunkan kemampuan fisik dan menurunnya produktivitas kerja (Almatsier 2004). Skor HEI didapat melalui pengisian form recall 24 jam (Tande et al. 2009). HEI dikelompokkan menjadi 10 komponen, 5 kelompok pertama berdasarkan piramida makanan yaitu nasi/pengganti, sayuran, buah-buahan, lauk hewani, dan lauk nabati. Komponen ke-6 hingga 10 berdasarkan aspek pesan gizi seimbang (PGS). Tabel yang menunjukkan sebaran kualitas asupan pangan responden berdasarkan HEI dapat dilihat pada tabel berikut.

30 20 Tabel 15 Sebaran kualitas konsumsi pangan responden berdasarkan HEI Kategori HEI Skor n % Buruk Need improvement Baik > Total Rataan ± SD ± 9.03 HEI dikembangkan untuk mengukur kualitas konsumsi makanan baik dari pola makan tertentu, pengaturan makan, maupun menu makanan (Gunther 2008). Tabel 12 menunjukkan kategori kualitas konsumsi berdasarkan HEI, dengan 90.2% menunjukkan hasil need improvement. Tidak ada responden yang memiliki kualiatas baik. Hal ini disebabkan rendahnya skor pada kelompok sayuran, buah-buahan, dan nabati. Rerata responden mengonsumsi bahan pangan tersebut dalam jumlah yang kecil (lebih rendah dibanding anjuran makan dalam sehari). Asupan Gizi Status gizi seseorang dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan memelihara kesehatannya serta pola hidup yang biasa dilakukannya setiap hari (Supariasa 2012). Sebaran tingkat kecukupan gizi responden disajikan pada tabel berikut. Tabel 16 Sebaran tingkat kecukupan gizi responden Zat gizi Rataan konsumsi Anjuran AKG Tingkat kecukupan (%) Energi 1390 kkal 2250 kkal 61.8 Protein 42.1 g 56.0 g 75.2 Lemak 46.3 g 75.0 g 61.7 Karbohidrat 200 g 309 g 64.7 Kalsium 338 mg 800 mg 42.3 Zat Besi 8.7 mg 26.0 mg 33.6 Tabel 16 menunjukkan sebaran tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan zat besi responden. Apabila dilihat dari asupan energi, rerata responden memiliki asupan yang kurang, yaitu 61.8%. Energi dibutuhkan untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses pertumbuhan dan aktivitas harian. Tingkat kecukupan protein (TKP) rerata responden lebih tinggi dibandingkan tingkat kecukupan energi (TKE), namun - tergolong kurang, yaitu 75.2%. Tingkat kecukupan terendah yaitu zat besi, dengan rerata tingkat kecukupan 33.6%. Data yang diperoleh menurut asupan energi dan protein dilihat pada tabel berikut.

31 21 Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan gizi Zat gizi Kategori tingkat kecukupan Energi Protein n % n % Kurang (< 80% AKG) Baik (80% 110% AKG) Lebih (> 110% AKG) Total Berdasarkan tabel 17 yang didapat dari rerata asupan recall 2x24 jam diketahui bahwa dari 82 sampel, yang memiliki asupan energi kurang sebanyak 70 sampel (85.4%) dan asupan protein kurang sebanyak 49 sampel (59.8%) bila dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG). AKG (2013) untuk perempuan pada kelompok umur tahun adalah 2250 kkal dan 56 gram protein. Nilai energi bahan pangan diukur dan dinyatakan dalam satuan kilokalori dan protein dalam satuan gram. Rerata asupan energi responden adalah 1390 kkal dan 42.1 gram protein. Hal tersebut menunjukkan masih banyak mahasiswi yang asupan zat gizi energi dan proteinnya belum mencukupi AKG. Mencukupi kebutuhan dan kecukupan gizi harian dapat mempertahankan status gizi normal. Keseimbangan asupan yang dibutuhkan selama masa remaja dapat mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan pada remaja (Soetjiningsih 2010). Tingkat kecukupan zat gizi individu dapat diketahui dengan cara membandingkan kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi oleh individu dengan angka kecukupannya. Penelitian Panasea (2011) menunjukkan bahwa 29.1% mahasiswa putri tingkat persiapan ber (TPB) IPB memiliki tingkat kecukupan enegi defisit berat, karena sebagian mahasiswi memilih untuk melewatkan makan. Makan yang biasa dilewatkan oleh mahasiswi adalah sarapan. Gizi seimbang yang terpenuhi pada saat sarapan bertujuan memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi seimbang (Gibson & Gunn 2011). Kebiasaan Makan Selain dari segi asupan recall 2x24 jam, responden diidentifikasi frekuensi konsumsi jenis pangan menggunakan instrumen food frequency quetionnaire (FFQ). Keseluruhan reponden diidentifikasi kebiasaan makan yang biasa dikonsumsi menggunakan instrumen FFQ. Instrumen FFQ yang diambil dalam penelitian ini adalah frekuensi konsumsi pada satu bulan terakhir dengan menanyakan perjenis bahan makanan yang ada dalam 6 kelompok pangan, yaitu serealia dan umbi, protein hewani, protein nabati, sayuran, buah-buahan, dan lain-lain. Tabel sebaran rerata frekuensi konsumsi dalam satuan kali perbulan disajikan pada tabel berikut.

32 22 Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan frekuensi rerata konsumsi jenis pangan Jenis pangan Rerata frekuensi (kali/bulan) Serealia dan umbi Beras 80.2 Roti 7.5 Kentang 3.6 Protein hewani Ayam 15.2 Ikan 13.1 Telur ayam 14.7 Tongkol 6.3 Protein nabati Tahu 11.4 Tempe 15.0 Sayuran Kangkung 9.3 Bayam 5.9 Sawi 7.6 Wortel 11.6 Buah-buahan Pisang 7.9 Melon 7.2 Jeruk 5.1 Jambu biji 3.9 Lain-lain Kopi 4.0 Teh 5.7 Sirup 0.7 Minuman bersoda 2.0 Tabel 18 menunjukkan kosumsi rerata jenis pangan responden dari hasil perhitungan FFQ. Pada kelompok serealia dan umbi, bahan pangan yang mayoritas dikonsumsi adalah beras, yaitu 80.2 kali/bulan, artinya konsumsi beras/nasi responden sebanyak 2-3 kali perhari. Bahan pangan sumber protein (hewani dan nabati) yang paling banyak dikonsumsi responden adalah ayam, telur, ikan, tahu, dan tempe, mengingat bahan pangan ini mudah didapat dan dikonsumsi, dari segi harga pun tergolong mudah diakses oleh responden. Sayuran yang paling banyak dikonsumsi oleh rerata responden adalah wortel dengan frekuensi 11.6 kali/bulan dan buah-buahan yang paling sering adalah pisang dengan rerata frekuensi 7.9 kali/bulan. Selain itu, minuman yang sering dikonsumsi oleh responden adalah teh dengan rerata frekuensi 5.7 kali/bulan. Responden pun diamati kebiasaan makan melalui beberapa pertanyaan menggunakan kuesioner untuk menggali kebiasaan makan sayur dan

33 23 buah, kebiasaan mengonsumsi susu, serta kebiasaan konsumsi camilan, fast food, dan soft drink. Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan Aspek kebiasaan makan Terbiasa mengonsumsi setiap hari Ya Tidak Total n % n % n % Sayur Buah Susu Camilan/snack Fast food Soft drink Tabel di atas menunjukkan kebiasaan mengonsumsi sayur, buah, susu, camilan, fast food, dan soft drink. Sebanyak 70.7% responden rutin mengonsumsi sayur setiap harinya. Presentase ini lebih tinggi dibandingkan kebiasaan mengonsumsi buah (37.8%). Anjuran AKG (2013) dalam mengonsumsi serat adalah 38 g/hari atau sekitar 5 porsi buah dan sayur. Hal ini masih jauh dari porsi anjuran, karena tidak semua responden yang mengonsumsi buah dan sayur 2-3 porsi setiap hari. Rerata responden yang biasa mengonsumsi susu setiap hari sebanyak 84.2% dan 30% di antaranya menjadikan susu sebagai pengganti sarapan dengan dugaan tidak tersedianya waktu yang cukup untuk menyiapkan makan di pagi hari mengingat aktivitas sebagai mahasiswi yang cukup padat jadwalnya. Selain itu, kebiasaan konsumsi harian yang paling tinggi dan paling banyak dikonsumsi responden (92.7%) adalah konsumsi camilan/snack. Konsumsi camilan yang paling banyak dikonsumsi adalah camilan yang mudah dijangkau oleh kalangan mahasiswi, seperti biskuit, wafer, coklat, gorengan, dan beberapa jenis makanan camilan lain yang kaya kandungan karbohidrat dan lemak. Sebaran kebiasaan makan disajikan pada tabel berikut. Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan frekuensi kebiasaan makan Aspek kebiasaan makan Frekuensi kebiasaan Tidak Total Kadang Sering pernah n % n % n % n % Kebiasaan sarapan Konsumsi susu Konsumsi camilan/snack Konsumsi fast food Konsumsi soft drink

34 24 Tabel 20 menunjukkan sebaran frekuensi kebiasaan sarapan, mengonsumsi susu, camilan, fast food, dan soft drink. Sebanyak 46.3% responden menyatakan sering melakukan kebiasaan sarapan di pagi hari sebelum pukul Adapun energi sarapan pagi yang dianjurkan adalah 25% dari Angka Kecukupan Gizi (Sitorus 2009). Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran. Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas (Moehji 2009), sedangkan untuk kebiasaan mengonsumsi susu, lebih dari setengah responden (65.8%) menyatakan kadangkadang. Apabila dibandingkan antara kebiasaan mengonsumsi camilan, fast food, dan soft drink, kebiasaan mengonsumsi camilan lebih sering, yaitu 42.7% responden. Berdasarkan data tersebut, dilakukan analisis untuk mengetahui rerata frekuensi dalam satuan minggu. Sebaran rerata frekuensi kebiasaan sarapan, konsumsi susu, camilan, fast food, dan soft drink disajikan pada tabel berikut. Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan rerata frekuensi kebiasaan makan Aspek kebiasaan makan Rerata frekuensi (kali/minggu) Kebiasaan sarapan 3.8 Konsumsi susu 3.5 Konsumsi camilan/snack 3.2 Konsumsi fast food 1.1 Konsumsi soft drink 0.8 Berdasarkan rerata kebiasaan makan responden, kebiasaan sarapan responden 3.83 kali/minggu. Rerata responden mengonsumsi susu 3.5 kali/minggu. Selain itu, rerata konsumsi camilan/snack responden mempunyai frekuensi yang lebih banyak, yaitu 3.21 kali/minggu dibanding kebiasaan mengonsumsi fast food dan soft drink. Kebiasaan makan merupakan bentuk praktik dari perilaku makan. Perilaku makan termasuk ke dalam perilaku kesehatan yang terdiri dari tiga domain utama yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik. Perilaku makan seseorang tidak hanya terbentuk dari dorongan untuk mengatasi rasa lapar, akan tetapi di samping itu ada kebutuhan fisiologis dan psikologis yang ikut mempengaruhi (Notoatmodjo 2003). Status Gizi Status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. (Cazuza et al Sebaran status gizi pada responden disajikan pada tabel berikut.

35 25 Tabel 22 Sebaran responden berdasarkan status gizi Status Gizi IMT (Kg/m 2 ) n % Sangat Kurus < Underweight < Normal Overweight Obese Total Rataan ± SD 22.0 ± 2.7 Tabel di atas menunjukkan bahwa 79.3% responden memiliki status gizi normal, hanya 2.4% yang mempunyai status gizi sangat kurus, dan tidak ada responden yang mempunyai status gizi obese. Status gizi yang didapatkan dari pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan adalah indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh menggambarkan proposi antara tinggi badan dengan berat badan. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi serta pola hidup yang biasa dilakukannya setiap hari (Supariasa et al. 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah genetik, zat gizi, status kesehatan, suku bangsa, pengetahuan orang tua, jenis kelamin, usia, dan status infeksi. Asupan yang kurang berhubungan dengan menurunnya status gizi (Fauzi 2013). Secara umum gizi seimbang dijabarkan ke dalam 4 pilar yaitu makan makanan yang bervariasi, aktifitas fisik, pemantauan berat badan dan perilaku hidup bersih dan sehat (Boutelle 2011). Hubungan Healthy Eating Index (HEI) dengan Status Gizi Survei konsumsi adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi. Salah satu instrumen penilaian kualitas konsumsi pangan adalah healthy eating index (HEI). Berikut hasil uji statistik yang telah dilakukan. Tabel 23 Hubungan healthy eating index (HEI) dengan status gizi Status gizi (IMT) Buruk Kategori HEI Need Baik Total improvement n % n % n % n % Sangat kurus (< 17.0) Underweight (< 18.5) Normal ( ) Overweight ( 25.0) Obese ( 30.0) Total (r ; p-value) (0.025 ; 0.064)

36 26 Berdasarkan tabel di atas, tidak ada hubungan antara kualitas konsumsi healthy eating index (HEI) dengan status gizi dengan p-value > Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Maya (2015) dan Yasmin (2004) yang menyatakan ada hubungan kualitas asupan HEI dan status gizi. Hal tersebut diduga karena hampir keseluruhan responden mengalami skor HEI yang rendah. HEI merupakan sebuah alat pengukuran kualitas konsumsi pangan berdasarkan kepadatan zat gizi pangan tersebut dapat memfasilitasi pemilihan makanan dan pola makan yang sehat bagi individu atau kelompok (Kennedy 2008). Pada penelitian ini, rerata kualitas asupan responden masih dalam kategori need improvement, artinya perlu peningkatan dan perbaikan kualitas asupan sesuai anjuran kebutuhan gizi. Rendahnya kualitas asupan makan pada perempuan disebabkan adanya kecenderungan untuk menjaga pola makannya dibandingkan dengan laki-laki, karena wanita ingin terlihat kurus dan terhindar dari lemak (Cash et al. 2002). Kualitas makan anak dan remaja masih membutuhkan perbaikan yang ditunjukkan dengan skor Healthy Eating Index yang masih rendah (Nurdiani 2011; Prasetyo 2013; Hardiansyah 2015; dan Maya 2015). Hubungan Healthy Eating Index (HEI) dengan Body Image HEI sudah dikembangkan sejak pertengahan tahun 1990 untuk menyediakan suatu kesimpulan pengukuran kualitas konsumsi makanan. Amerika, Australia, dan Thailand juga mengembangkan HEI untuk mengukur kualitas konsumsi makanan yang terdiri dari 10 komponen. Amerika kemudian melakukan perbaikan HEI dalam The 2005 Dietary Guidelines for Americans dan dikembangkan lagi menjadi The 2010 Dietary Guidelines for Americans. Uji hubungan antara healthy eating index dengan persepsi body image menggunakan metode FRS disajikan pada tabel di bawah. Tabel 24 Hubungan healthy eating index (HEI) dengan body image metode FRS Kategori persepsi body image Buruk Kategori HEI Need Baik Total improvement n % n % n % n % Positif Negatif Total (r ; p-value) (0.243 ; 0.028) Hasil menunjukkan healthy eating index dalam kategori need improvement memiliki presentase yang tinggi, baik pada kategori persepsi body image positif maupun negatif. Healthy eating index dalam kategori buruk lebih tinggi presentasenya pada responden yang memiliki persepsi body image negatif, dibandingkan persepsi positif. Hal ini menunjukkan rerata responden yang memiliki persepsi body image negatif memiliki kualitas konsumsi yang lebih buruk dibanding

37 27 responden yang memiliki persepsi positif. Saat persepsi tidak sesuai dengan kondisi aktual, mahasiswi akan cenderung melakukan diet. Lien (2007) menunjukkan bahwa diet dengan pengurangan asupan makan dilakukan tanpa memperdulikan zat gizi yang diperlukan tubuh. Hal ini terjadi ketika seorang remaja memiliki pikiran dan persepsi bentuk tubuh/body image bahwa dirinya tidak memiliki tubuh yang proporsional. Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara healthy eating index (HEI) dan persepsi body image pada metode FRS (p<0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian Alipoor (2009) yang menunjukkan terdapat hubungan asupan makan dengan persepsi bentuk tubuh pelajar perempuan. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Zat gizi yang harus tersedia salah satunya energi. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Almatsier 2004). Analisis hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi disajikan pada tabel berikut. Tabel 25 Hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi Status gizi Kategori asupan makan Kurus Normal Gemuk n % n % n % Asupan Energi Kurang Baik Lebih (r ; p-value) (0.224 ; 0.043) Asupan Protein Kurang Baik Lebih (r ; p-value) (0.102 ; 0.363) Tabel di atas menunjukkan terdapat hubungan signifikan asupan antara energi dengan status gizi (p<0.05). Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal atau normal. Apabila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, maka akan terjadi kekurangan energi (Almatsier 2004). Gizi seimbang menurut Hardinsyah (2013) yaitu asupan sesuai kebutuhan dan pola konsumsi yang aman serta memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur.

38 28 Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman, tidak terdapat hubungan antara asupan protein dan status gizi (p>0.05). Asupan protein yang cukup diperlukan bagi tubuh, namun lebih dari setengah responden (49 responden) memiliki kategori asupan yang kurang. Protein memiliki fungsi yaitu untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi (Supariasa et al. 2012). Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Kebiasaan makan responden meliputi kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi camilan/snack, kebiasaan konsumsi fast food, dan kebiasaan konsumsi soft drink. Uji hubungan antara kebiasaan tersebut dengan status gizi disajikan pada tabel berikut. Tabel 26 Hubungan kebiasaan sarapan, konsumsi camilan/snack, fast food, dan soft drink dengan status gizi Status gizi Kategori asupan makan Kurus Normal Gemuk n % n % n % Kebiasaan Sarapan Tidak pernah Kadang-kadang Sering (r ; p-value) (0.056 ; 0.620) Kebiasaan Konsumsi Camilan/Snack Tidak pernah Kadang-kadang Sering (r ; p-value) (0.109 ; 0.329) Kebiasaan Konsumsi Fast Food Tidak pernah Kadang-kadang Sering (r ; p-value) (0.249 ; 0.024) Kebiasaan Konsumsi Soft Drink Tidak pernah Kadang-kadang Sering (r ; p-value) (0.077 ; 0.493) Waktu sarapan dimulai dari pukul pagi sampai dengan pukul pagi (Hardinsyah 2012). Gizi seimbang yang terpenuhi pada saat sarapan bertujuan

39 29 memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi seimbang Gibson & Gunn 2011). Tabel 22 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p<0.05). Penelitian berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2012), menunjukkan 26.1% anak remaja Indonesia hanya sarapan dengan minum air saja. Kecenderungan lain, sebanyak 44.6% orang mengkonsumsi sarapan tidak dengan asupan gizi yang baik dan cukup untuk tubuh. Hasil kajian terhadap data sarapan Riskesdas tahun 2010 menunjukkan 44.6% anak usia sekolah mengonsumsi sarapan dengan kualitas rendah, yaitu 15% kebutuhan harian. Uji korelasi Rank Spearman pada kebiasaan konsumsi camilan responden menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi camilan dengan status gizi, begitu pula dengan kebiasaan konsumsi soft drink. Penelitian Ifdal (2014) dan Rahmawati (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan konsumsi soft drink dan camilan dengan status gizi mahasiswa. Hubungan tidak signifikan ini diduga adanya hubungan yang lemah antara konsumsi soft drink dan camilan dengan berat badan, karena masih banyak sumber kalori lain dalam makanan yang dikonsumsi. Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh kebiasaan konsumsi fast food. Ada hubungan signifikan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan status gizi (p <0.05). Tiga jenis fast food yang paling banyak dikonsumsi adalah mie instant, fried chicken, dan sphagetti. Makanan tersebut mengandung energi, sehingga tanpa disadari intake energi ke dalam tubuh melebihi kebutuhan dan berdampak pada timbunan lemak pada tubuh. Fast food merupakan jenis makanan dengan kalori tinggi, namun rendah gizi terutama protein yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan (Aini 2008). Dampak kelebihan konsumsi fast food dapat mengakibatkan obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan beberapa penyakit degeneratif (Sayogo 2006).

40 30 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Responden dalam penelitian ini adalah 82 mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat IPB. Kisaran umur responden adalah 19 hingga 24 tahun dengan rerata usia responden adalah 21 tahun. Suku/asal daerah terbanyak adalah Suku Jawa. Indeks prestasi kumulatif (IPK) reratarata responden adalah 3.36 dengan rerata uang saku rupiah per bulan. Perbedaan menggunakan uji Kruskal Wallis pada pengukuran body image menurut metode FRS, MBSRQ-AS, dan BIQ terhadap status gizi menunjukkan tidak terdapat perbedaan (p>0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa salah satu metode dapat mewakili ketiga metode lainnya dalam pengukuran body image wanita terhadap status gizi dan metode FRS adalah metode yang paling mudah dilakukan. Terdapat hubungan signifikan antara persepsi body image dengan healthy eating index (p<0.05). Hasil deskriptif memperlihatkan bahwa kualitas konsumsi responden berdasarkan skor HEI masih membutuhkan perbaikan (90.2%). Uji hubungan dilakukan untuk menganalisis asupan secara kualitatif dan kuantitatif. Uji korelasi Rank Spearman antara healthy eating index (HEI) dalam penentuan kualitas konsumsi pangan dengan status gizi menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05). Secara kuantitatif, dilakukan uji korelasi hubungan asupan energi dan asupan protein dengan status gizi. Hasilnya, terdapat hubungan signifikan antara asupan energi dengan status gizi (p<0.05), dan hasil yang sebaliknya pada hubungan asupan protein dengan status gizi. Selain itu, uji hubungan pun dilakukan untuk menganalisis hubungan kebiasaan makan dengan status gizi. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan status gizi (p<0.05), namun tidak terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan, konsumsi camilan, dan konsumsi soft drink dengan status gizi (p>0.05). Saran Mengingat skor healthy eating index (HEI) keseluruhan mahasiswi masih tergolong kurang, perlu dilakukan peningkatan kualitas konsumsi pangan pada mahasiswi, di antaranya peningkatan konsumsi sumber pangan protein dan zat besi. Hal ini perlu diperhatikan oleh lembaga kesehatan maupun penentu kebijakan dalam mengantisipasi defisiensi anemia remaja. Sebaiknya, untuk penelitian lanjutan dilakukan pengamatan body image pada beragam tingkat pendidikan dan juga pada beberapa kelompok usia, baik pada perempuan maupun laki-laki.

41 31 DAFTAR PUSTAKA [RISKESDAS] Badan Litbang Depkes RI Riset Kesehatan Dasar Tahun [SDT] Studi Diet Total Survei konsumsi makanan individu indonesia Aini SN Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada remaja di perkotaan. Unnes J of Public Health. [diakses pada Juni 2016]. Alipoor S Analysis of the relationship between eating attitudes and body shape in female student. J of Applied Sciences. Vol 9 (10): Almatsier S Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Amrin AP et al Alternatif indeks gizi seimbang untuk penilaian mutu gii konsumsi pangan pria dewasa indonesia. JGP. Vol 8(3): Arisman MB Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta (ID): EGC. Aunurrahman Belajar dan pembelajaran. Bandung (ID): Alfabeta. Azkia FI Analisis Kualitas Makan Siswa Sekolah Dasar di Bogor serta Hubungannya dengan Status Gizi [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Battaglia B, Morroti E, Paradisi R, Persico N, Zampieri M, Ventoruli S Body mass index, stunkard figure rating scale, and sexuality in young italian women: a pilot study. J of Sexual Medicine. (3): 15. DOI: /jsm Boutelle K Mary story and simone a french fast food for family meals: relationship with parent and adolescent food intake, home food availability and weight status. Cambridge J Online. [diakses pada Februari 2016]. Cardinal, Tiffany M, Niko K, Julie CL The figure rating scale as an index of weight status of women on videotape. J of Obesity. Vol (14): Cash TF, Pruzinsky T Body image: a handbook of theory, research, and clinical practice. New York (US): The Guliford Press. Cazuza J, Lisandra MK, Valberio CA, Fabiana MR Sensitivity and specivity of criteria for classifying body mass index of in adolescents. Rev Saúde Pública. Vol 43(1). Chinyoka K Impact of poor nutrition on the academic performance of grade seven learners: a case of Zimbabwe. Int. J of Learning&Development. Vol 4(3): Erison M Hubungan antara body image dan kebiasaan makan dengan status gizi remaja di SMA Padang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

42 32 Fauzi FM Hubungan kecerdasan emosional dan status gizi dengan prestasi pada siswa SMP 22 Bandar Lampung [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung. Ghosh S, Rakshit S, Bhattacharya M Academic performance and nutritional status a case sudy on collage students in North Tripura. IOSR Journal of Research and Method in Education. Vol 1 (4): Gibson RS Principles of nutritional assessment. New York (US): Oxford University Press. Gibson SA and Gunn P. What s for breakfast? Nutritional implications of breakfast habits: insight from the NDNS dietary records. Nutrition Bulletin: 36, Grogan S Body image: understanding body dissatisfication in men, women, and children. New York (US): Routletge. Guenther PM, Reedy J, Krebs-Smith SM, Reeve BB Evaluation of the healthy eating index J Am Diet Assoc. Vol 108(11): Guenther PM, Casavele KO, Kirkpatrick KO, Reedy J, Hiza HA, Kuczynski KJ, Kahle LL, Krebs-Smith SM Update of the healthy eating index: HEI J of The Academy of Nutrition and Dietetics. Doi: / Hardinsyah Masalah dan pentingnya sarapan bagi anak. JGP. Vol 7(2): Hardiansyah A Alternatif indeks gizi seimbang untuk menilai kualitas konsumsi pangan anak usia 2-12 tahun di Indonesia [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Huffman PM, Casavale KO, Reedy J, Kirkpatrick SI, Hiza HA, Kuczynski KJ, Kahle LL, Krebs-Smith SM Healthy eating index and alternate healthy eating index among Haitian Americans and African Americans and without type 2 Diabetes. J Nutr Metab. 2011:3-10. Ifdal Kebiasaan sarapan pada mahasiswa TPB IPB dengan status gizi normal dan obes [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kakekshita IS and Almeida SS The relationship between body mass index and body image in Brazilian Adults. J psychology &Neuroscience. Vol 1 (2): Kennedy E Putting the pyramid into action: the healthy eating index and food quality score. Asia Pac J Clin Nutr. Vol 17: Kennedy G, Ballard T, Dop MC Guidelines for measuring household and individual dietary diversity. Roma (IT): FAO. Khan AN, Khalid S, Khan HI, Jabeen M Impact of today s media on university student s body image in Pakistan: a conservative, developing country s perspective. Pub Health Nutrition. Vol 11 (3):

43 33 Kurniawan MY Hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lazzeri G, Rossi S, PAmmolli A, Pilato V, Giachi MV Underweight and overweight among children and adolescents in Tuscany (Italy), prevalence and short-term trends. [diakses pada 10 Februari 2016]. Lien L Is breakfast consumption related to mental distress and academic performance in adolescents?. Public Health Nutrition. Vol 10 (4): Lo WS, Ho SH, Mak KK, Lam TH The use of stunkard s figure rating scale to identify underweight and overweight in Chinese Adolescents. Plos One. Vol (7) : Mahan LK and Escott-Stump S Krause s food & nutrition therapy. Canada (US): Saunders. Maya S Kualitas konsumsi pangan berdasarkan healthy eating index kaitannya dengan status gizi anak sekolah dasar di kabupaten kerinci jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. McCullough ML and Willet WC Evaluating adherence to recommended diets in adults : the alternate healthy eating index. Public Health Nutrition. Vol 9 (1A): Moehji S Ilmu gizi. Jakarta (ID): Papan Sinai. Nergiz-Unal R, Bilgiç P, Yabanci N High tendency to the substantial concern on body shape and eating disorders risk of the students majoring nutrition or sport sciences. Nutr Res Pract. 8(6): doi: /nrp Notoatmodjo S Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Nurdiani R Analisis penyelenggaraan makan di sekolah dan kualitas menu bagi siswa sekolah dasar di Bogor [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Panasea S Analisis hubungan persepsi kegemukan dengan pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik mahasiswi TPB IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahmawati AA Konsumsi pangan dan aktivitas fisik pada ssiwa SMAN 3 Bogor dengan status gizi normal dan lebih [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Riyadi H Gizi dan kesehatan keluarga. Jakarta (ID): Universitas terbuka. Sayogo S Gizi remaja puteri. Jakarta (ID): FK UI. Sitorus R Makanan sehat dan bergizi. Bandung (ID) : CV. Yrama Widya. Slameto Belajar dan faktor-faktor mempengaruhinya. Jakarta (ID): Rhineka Cipta.

44 34 Snetselaar L Are americans following us dietary guidelines? check the healthy eating index. J of the Academy of Nutrition and Dietetics dalam [diakses pada Februari 2016] Sukirman et al Ringkasan hasil rekomendasi ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi: widyakarya nasional pangan pan gizi VIII. Jakarta (ID): WNPG. Supariasa DN, Bakri B, Fajar, Ibnu Penilaian status gizi edisi revisi. Jakarta (ID) : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tande DL, Magel R, Strand BN Healthy eating index and abdominal obesity. Public Health Nutrition. Vol 13 (2): Woodruff SJ and Hanning RM Development and implications of revised canadian healthy eating index (HEIC-2009). Public Health Nutrition. Vol 13 (6):

45 35 Lampiran 1 Kuesioner KODE RESPONDEN: KUESIONER PENELITIAN PERSEPSI BODY IMAGE, HEALTHY EATING INDEX, DAN STATUS GIZI MAHASISWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, IPB Tanggal Wawancara :... Enumerator :... Nama responden :... Fakultas/Departemen :... No telp/hp :... DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

46 36 Nama NIM Judul KODE RESPONDEN : NASKAH PENJELASAN PENELITIAN PERSEPSI BODY IMAGE, HEALTHY EATING INDEX, DAN STATUS GIZI MAHASISWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, IPB Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh: : Rina Budiarti S : I : Persepsi body image, healthy eating index,dan status gizi mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat, IPB Saya, selaku peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB, sedang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data meliputi: 1. Identitas diri 2. Pengukuran berat badan 3. Pengukuran tinggi badan 4. Pengisian kuesioner body image 5. Wawancara kebiasaan makan (FFQ) dan asupan makan 2 hari terakhir (Recall 2x24jam) Saudara akan diberikan kuesioner. Pengisian kuesioner dan wawancara dilakukan menit. Saudara diberi kebebasan memilih untuk menolak atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa paksaan atau sanksi apapun. Jawaban saudara bersifat privasi dan akan terjaga kerahasiaannya yang hanya diketahui oleh peneliti. Peserta pada akhir kegiatan ini akan diberi souvenir sebagai ucapan terima kasih. Apabila terdapat pertanyaan mengenai penelitian ini, saudara dapat menghubungi Rina Budiarti S. (Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, No.HP: ). Atas kerja saudara, saya ucapkan terima kasih.

47 37 INFORM CONSENT KODE RESPONDEN : Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai penelitian Persepsi body image, healthy eating index, dan status gizi mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat, IPB, dengan ini saya: Nama : NIM : Fakultas/Departemen : No.HP : Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU* untuk ikut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini dengan memberikan informasi yang dibutuhkan penelitian sebagai berikut: 1. Identitas diri 2. Pengukuran berat badan 3. Pengukuran tinggi badan 4. Pengisian kuesioner body image 5. Wawancara kebiasaan makan (FFQ) dan asupan makan 2 hari terakhir (Recall 2x24jam) Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun untuk digunakan sebagai mana mestinya. Bogor, 2016 *coret yang tidak perlu ( )

48 38 KODE RESPONDEN : A. IDENTITAS DIRI 1. Nama lengkap : 2. NIM : 3. Fakultas/Dept : 4. Alamat domisili : 5. No.HP : 6. Usia : 7. IPK : 8. Uang saku (dalam bulan): B. STATUS GIZI (diisi oleh peneliti/enumerator) 1. Berat badan : Kg 2. Tinggi badan : cm 3. Indeks massa tubuh: Kg/m 2 4. Status gizi : <17.0 (sangat kurus) <18.5 (underweight) (normal) 25.0 (overweight) 30.0 (obese) C. BODY IMAGE FIGURE RATING SCALE Siluet bentuk tubuh metode Figure Rating Scale (FRS) PILIHLAH NOMOR PADA GAMBAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN ANDA UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN DI BAWAH INI. 1. Menurut anda, berdasarkan gambar di atas, bentuk tubuh nomor berapa yang mencerminkan bentuk tubuh anda saat ini?...

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO

HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI

KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

METODE. Gambar 7 Kerangka pemilihan lokasi penelitian. Sekolah Dasar di Kota Bogor. SAB SDIT Insantama SDN Polisi 4 SDN Sukadamai 3

METODE. Gambar 7 Kerangka pemilihan lokasi penelitian. Sekolah Dasar di Kota Bogor. SAB SDIT Insantama SDN Polisi 4 SDN Sukadamai 3 23 METODE Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain case study yang dilaksanakan di sekolah dasar negeri dan swasta di Kota Bogor. Pemilihan sekolah yang menjadi lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT) 22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan status kesehatannya. Melalui perbaikan gizi dan kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa, maka

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN INHIBITOR DAN ENHANCER Fe, BIOAVAILABILITAS Fe, STATUS GIZI DENGAN STATUS ANEMIA MAHASISWI IPB FERAWATI

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN INHIBITOR DAN ENHANCER Fe, BIOAVAILABILITAS Fe, STATUS GIZI DENGAN STATUS ANEMIA MAHASISWI IPB FERAWATI HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN INHIBITOR DAN ENHANCER Fe, BIOAVAILABILITAS Fe, STATUS GIZI DENGAN STATUS ANEMIA MAHASISWI IPB FERAWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung dari pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci