KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI"

Transkripsi

1 KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kebiasaan Makan dan Persepsi Body Image Pada Siswa SMP Berstatus Gizi Lebih dan Normal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 1 Wahyu Dewanti Lestari NIM I1119

3

4 KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL (Food Habit and Body Image Perceptions of Overweight and Normal Nutritional Status Pre-Adolescent Boys) Wahyu Dewanti Lestari 1, Cesilia Meti Dwiriani 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor wahyudewanti.13@yahoo.com Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 166 Abstract The purpose of this study was to analyze the differences between food habits and body image perception and the correlation between the two variables observed in overweight and normal nutritional status of junior high school boys students. This research used cross sectional design involved 1 students, 5 overweight and 5 normal status from two schools in Bogor. The data consist of individual and family characteristic, food habits, nutritional knowledge, body image perceptions, and healthy status. Most of the subject of 1 years old, with family members in the middle category, dan almost all parents are college graduates. Subjects have middle category of nutritional knowledge, and topic about healthy and safe food is answered correctly only by one third of the subjects.. The result found no difference in food habit (p>.5), but significant difference (p=.) in body image perception. Was found no correlation (p>.5) was between food habits and body image perception, but was found significant correlation exist (p=.7) between nutritional knowledge and body image perception. Keyword: food habit, body image, adolescent, boys. Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perbedaan kebiasaan makan dan persepsi body image dan hubungan antar keduanya pada siswa SMP berstatus gizi lebih dan normal. Penelitian menggunakan desain cross sectional study melibatkan 1 siswa, terdiri dari 5 siswa gizi lebih dan 5 siswa gizi normal dari dua SMP di Kota Bogor. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik individu dan keluarga, kebiasaan makan, pengetahuan gizi, persepsi body image, dan status kesehatan. Contoh umumnya berusia 1 tahun, dengan jumlah anggota keluarga pada kategori sedang, dan hampir seluruh orang tua merupakan lulusan perguruan tinggi. Contoh memiliki pengetahuan gizi kategori sedang, dan topik pertanyaan makanan yang sehat dan aman hanya mampu dijawab dengan benar oleh sepertia contoh. Hasil analysis menunjukkan tidak terdapat perbedaan kebiasaan makan (p>.5), namun terdapat perbedaan signifikan (p=.) pada persepsi body image. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan terhadap persepsi body image (p>.5), namun terdapat hubungan signifikan (p=.7) antara pengetahuan gizi terhadap persepsi body image contoh. Kata kunci: kebiasaan makan, body image, remaja, laki-laki

5

6 KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 13 adalah Kebiasaan Makan dan Persepsi Body Image Pada Siswa SMP Berstatus Gizi Lebih dan Normal. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyempatkan waktu luang untuk memberikan ide dan saran bagi penulis. Leily Amalia Furkon, S.TP, M.Si selaku dosen penguji skripsi 3. Kedua orang tua, kakak dan adik penulis yang telah memberikan doa, dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Ayu Helmi, Riska Tri, Ali Mahdi, Fajar, Ilyatun, serta teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 6 yang telah membantu dalam pengumpulan data penelitian. 5. Teman-teman Alih Jenis Gizi angkatan 5, atas dukungan dan kerjasamanya. 6. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan diatas. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan Bogor,Juni 1 Wahyu Dewanti Lestari

9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR ii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Hipotesis Kegunaan Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 7 Definisi Operasional 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Keadaan Umum Lokasi Penelitian 11 Karakteristik Contoh 1 Karakteristik Keluarga Contoh 1 Pengetahuan Gizi 1 Kebiasaan Makan 15 Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 1 Persepsi Body Image 19 Status Kesehatan 1 Hubungan Antar Variabel SIMPULAN DAN SARAN 3 Simpulan 3 Saran DAFTAR PUSTAKA

10 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data 6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik siswa SMP 1 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga siswa SMP gizi normal dan gizi lebih 13 Jumlah dan persentase contoh yang menjawab benar 1 5 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan 15 6 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan (lanjutan) 16 7 Rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh 1 Tingkat kecukupan zat gizi contoh 1 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi 19 1 Sebaran contoh berdasarkan persepsi body image 11 Sebaran contoh bentuk tubuh aktual dan ideal 1 Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan 1 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori status kesehatan 1 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 3 Proses penarikan contoh 5 3 Diagram IMT menurut umur untuk laki-laki 5-19 tahun (WHO, 7) Persepsi body image pada pra remaja usia 1-1 tahun (Collins, 199) 9 5 Persepsi body image pada dewasa usia >1 tahun (Collins, 199) 1 6 Tingkat pengetahuan gizi contoh 15 7 Persentase tingkat kebiasaan makan contoh 17 Sakit yang diderita contoh

11

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan teknologi seperti transportasi dan alat bantu komunikasi berkontribusi pada meningkatnya prevalensi kegemukan. Tersedianya sarana transportasi membuat orang lebih memilih naik kendaraan daripada berjalan kaki walaupun pada jarak yang tidak jauh. Orang lebih memilih naik eskalator atau lift daripada naik tangga. Selain itu, diciptakannya mesin-mesin yang dapat menggantikan tugas manusia semakin membuat orang manja, serta membuat enggan mengeluarkan tenaganya. Akibatnya aktivitas fisik menurun, yang berarti makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak energi yang ditimbun (Rimbawan dan Siagian, ). Masa remaja merupakan periode antara kehidupan anak dan dewasa yang berawal pada usia 9-1 tahun dan berakhir di usia 1 tahun. Pada masa ini remaja mengalami pubertas dan perkembangan tubuh atau perubahan fisik yang drastis. Salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik di masa pubertas adalah remaja, menjadi amat memperhatikan tubuhnya. Remaja membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka (body image) dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (Arisman, ). Marasabessy (6) dalam penelitiannya pada mahasiswa putra dan putri, menyatakan bahwa sebagian besar (66.% remaja putra dan 7.5% remaja putri) tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Abramson (5), menyatakan bahwa tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh tidak dihubungkan dengan besarnya kelebihan berat badan. Hal ini berarti bahwa ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh tidak hanya terjadi pada individu yang memiliki kelebihan berat badan, namun juga dapat terjadi pada individu yang tidak memiliki kelebihan berat badan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 1, menunjukkan secara nasional masalah kegemukan pada anak 6-1 tahun relatif tinggi yaitu 9.% atau sudah di atas 5%. Prevalensi kegemukan pada anak laki-laki 6-1 tahun lebih tinggi dari prevalensi anak perempuan, berturut-turut sebesar 1.7% dan 7.7%. Kegemukan pada usia tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kegemukan ketika dewasa. Pada tingkat nasional prevalensi kegemukan pada anak umur tahun adalah.5%, sama dengan persentase kegemukan di Jawa Barat. Seperti halnya dengan anak 6-1 tahun, kegemukan pada kelompok anak tahun juga memiliki ciri prevalensi yang lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan, yaitu.9% dan %. Banyak hal yang dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan pada remaja, yaitu kurangnya olahraga, atau kebiasaan makan yang tidak sehat, asupan tinggi lemak dan karbohidrat, dan rendah serat. Rendahnya konsumsi serat kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya serat dalam menjaga kesehatan. Menurut Soekatri et al (11), pada usia remaja, kebiasaan makan dipengaruhi oleh lingkungan, teman sebaya, kehidupan sosial, dan kegiatan yang dilakukannya di luar rumah. Remaja mempunyai kebiasaan makan di antara waktu makan, berupa jajanan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pilihan jenis makanan yang dilakukan lebih penting daripada tempat atau waktu makan. Remaja umumnya mengkonsumsi junk food sehingga asupan karbohidrat, lemak, gula, garam (Na), dan protein lebih besar daripada yang diperlukan.

13 Maloney, McGuire, Daniels, dan Specker (199) dalam Collins (1991), mengungkapkan bahwa 5% anak laki-laki dan perempuan kelas tiga sampai enam sekolah dasar yang disurvei ingin menjadi lebih kurus, sebanyak 33.7% mencoba untuk menurunkan berat badan dan 6.9% diantaranya menderita anorexia nervosa. McCreary (11) dalam penelitiannya pada laki-laki remaja dan dewasa, menyatakan bahwa laki-laki cenderung memiliki persepsi tubuh yang positif, namun sebagian laki-laki yang memiliki gangguan makan melaporkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya, mereka berkeinginan untuk menjadi lebih berotot dan tidak ingin disebut berlemak, walaupun mereka sebenarnya kelebihan berat badan. Sztainer (11) dalam penelitiannya pada remaja laki-laki dan perempuan, menyatakan bahwa perhatian terhadap body image lebih tinggi dikalangan remaja yang memiliki kelebihan berat badan. Hubungan antara berat badan dan body image cenderung terjadi tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan ras. Body image dapat diukur menggunakan metode figure rating scale (FRS), yang dikembangkan Stunkard et al (193), yang memiliki skema gambar dewasa. Collins (1991), mengembangkan metode stunkard tersebut untuk anak pra-remaja yang terdiri dari tujuh skema gambar. Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan kebiasaan makan dikalangan remaja dan para remaja laki-laki pun mulai memperhatikan bentuk tubuhnya. Penelitian ini ingin mengkaji kebiasaan makan dan persepsi body image dari remaja laki-laki yang memiliki status gizi normal dan lebih. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan dan hubungan kebiasaan makan dan persepsi body image pada siswa SMP yang berstatus gizi lebih dan normal. Tujuan Khusus 1. Mempelajari karakteristik individu dan keluarga siswa SMP gizi lebih dan normal. Mempelajari kebiasaan makan, pengetahuan gizi, persepsi body image, dan status kesehatan. 3. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi, persepsi body image dan kebiasaan makan siswa SMP.. Menganalisis hubungan kebiasaan makan dan status gizi siswa SMP. Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan persepsi body image dan kebiasaan makan siswa SMP gizi lebih dan normal.. Terdapat hubungan antara kebiasaan makan dengan persepsi body image dan status gizi siswa SMP gizi lebih dan normal. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi bagi peneliti mengenai kebiasaan makan dan persepsi body image dikalangan siswa SMP. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi para ibu untuk lebih memperhatikan kebiasaan makan anak, guna mencegah terjadinya gizi lebih pada anak. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan informasi bahwa

14 3 kejadian gizi lebih dikalangan siswa SMP sebaiknya menjadi perhatian baik dikalangan pemerintah selaku pembuat kebijakan, swasta dan masyarakat. KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan status kesehatannya. Kebiasaan makan yang tidak baik dapat menyebabkan anak menjadi gemuk dan obesitas. Hal tersebut dapat disebabkan anak banyak makan, namun kurang beraktivitas, ditambah lagi dengan banyaknya mengkonsumsi fast food dan junk food dan sangat sedikit mengkonsumsi sayuran. Status gizi overweight dan obese dapat memicu terjadinya masalah kesehatan, tidak hanya itu status kesehatannya di usia kanak-kanak dapat berdampak bagi status gizinya disaat remaja. Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya. Kebiasaan makan dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu dan keluarganya. Banyaknya anggota keluarga dan pengetahuan orang tua yang dilatarbelakangi tingkat pendidikan dapat menentukan baik dan buruknya kebiasaan makan yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Besarnya pendapatan orang tua mempengaruhi besarnya uang jajan yang diterima oleh remaja, hal tersebut dapat memicu terjadinya kebiasaan makan yang baik atau buruk di luar rumah. Kebiasaan makan dapat pula dipengaruhi oleh persepsi body image. Remaja merupakan golongan umur yang paling sensitif dalam memperhatikan bentuk tubuh, remaja yang merasa dirinya gemuk seringkali memiliki rasa percaya diri yang kurang, sehingg cenderung melakukan berbagai cara untuk memperoleh penampilan fisik yang menarik. Persepsi body image yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan remaja menjadi buruk. Pengetahuan gizi memberikan bekal kepada remaja dalam menentukan persepsi terhadap bentuk tubuhnya. Remaja yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mempunyai persepsi yang benar tentang tubuhnya. Gambar 1.Kerangka pemikiran penelitian Karakteristik individu: Umur Berat Badan Tinggi Badan Uang jajan Karakteristik keluarga: Jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga Pendidikan orang tua Kebiasaan makan dan asupan zat gizi Persepsi body image Status gizi Status kesehatan: Jenis penyakit Frekuensi sakit Lama sakit Pengetahuan gizi

15 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian yang digunakan ini adalah cross sectional study, yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel faktor resiko dan variabel-variabel efek diobservasi sekaligus di waktu yang sama (Notoatmodjo, 5). Tempat pengambilan data dilakukan di SMP Negeri 1 Kota Bogor dan SMP Bosowa Bina Insani Bogor, tempat pengambilan data dilakukan secara purposive dengan pertimbangan populasi siswanya memiliki status ekonomi menengah hingga menengah ke atas dengan dugaan terdapat siswa yang memiliki status gizi lebih, dan kemudahan akses bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Pemilihan pada siswa laki-laki didasarkan data Riskesdas 1, yang menunjukkan prevalensi kegemukan berdasarkan IMT/U banyak terjadi pada laki-laki (.9%) di daerah perkotaan (3.%) dibandingkan prevalensi kegemukan pada perempuan (%). Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan November - Desember 13. Cara Pengambilan Contoh Dalam penelitian ini contoh yang digunakan adalah siswa laki-laki usia tahun, yang memiliki status gizi lebih dan normal berdasarkan Indeks Massa Tubuh (WHO, ). Pemilihan contoh diambil berdasarkan kriteria contoh yaitu siswa laki-laki yang memiliki IMT gizi lebih dan siswa laki-laki yang memiliki IMT normal, dengan keadaan perekonomian keluarga berada pada kategori menengah hingga menengah ke atas. Setelah di dapatkan siswa laki-laki dengan kriteria yang diinginkan, maka jumlah contoh ditentukan menggunakan rumus estimasi proporsi sebagai berikut : Keterangan : n : jumlah contoh Z 1-α/ : tingkat kepercayaan 95% (1,96) p : prevalensi kegemukan pada pra-remaja laki-laki di Jawa Barat q : 1 - p d : presisi (penyimpangan sampel terhadap populasi) Berdasarkan jumlah contoh minimal di atas, maka jumlah contoh yang diteliti adalah sebanyak 5 orang siswa berstatus gizi lebih dan 5 orang siswa berstatus gizi normal. Sebelum melakukan pengambilan contoh, peneliti melakukan screening terlebih dahulu terhadap siswa laki-laki kelas 7 dan. Screening dilakukan terhadap 116 orang siswa SMP Negeri 1 Bogor, dan 135 orang siswa SMP Bosowa Bina Insani Bogor dengan menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) siswa, hasil screening disajikan pada Gambar.

16 5 Berdasarkan hasil screening di SMP Negeri 1 Bogor, terdapat 31% contoh beratatus gizi kurang, 35.3% berstatus gizi normal, 1.1% berstatus overweight, dan 15.5% berstatus obesitas, di SMP Bosowa Bina Insani Bogor terdapat % contoh berstatus gizi kurang, 6.6% berstatus gizi normal,.9% berstatus overweight, dan 1.% berstatus obesitas. Contoh dipilih secara purposive berdasarkan criteria inklusi yaitu siswa kelas 7 memiliki status gizi lebih atau normal, sehingga diperoleh 5 siswa dengan status gizi normal dan 5 siswa dengan status gizi lebih dari masing-masing sekolah, dengan nilai rata-rata Z-skor kelompok gizi normal.±.6 dan rata-rata Z-skor kelompok gizi lebih.±.73. SMP N 1 Bogor SMP B.Bina Insani Siswa laki-laki kelas 7& (116 orang) Siswa laki-laki kelas 7& (135 orang) Screening Gizi Kurang (36 orang) Gizi Normal (1 orang) Gizi Lebih (39 orang) Gizi Kurang (7 orang) Gizi Normal (63 orang) Gizi Lebih (5 orang) Purposive 5 status gizi normal 5 status gizi lebih 5 status gizi normal 5 status gizi lebih 5 siswa laki-laki status gizi normal 5 siswa laki-laki status gizi lebih Gambar. Proses penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik individu, karakteristik keluarga, status gizi, kebiasaan makan, pengetahuan gizi, persepsi body image,dan status kesehatan, diperoleh melalui wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian yang didapatkan dari pihak sekolah. Data karakteristik individu meliputi data umur berdasarkan tanggal lahir, berat badan, tinggi badan, dan besarnya uang saku, data tersebut diperoleh menggunakan alat bantu kuesioner, timbangan berat badan dan microtoise, dari data tersebut dapat diperoleh data status gizi contoh berdasarkan IMT menurut umur dan besarnya uang saku yang didapatkan per hari. Data karakteristik keluarga meliputi jumlah anggota keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua per bulan, data tersebut diperoleh menggunakan

17 6 kuesioner dengan wawancara secara langsung dan membedakan pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan antara ayah dan ibu. Data kebiasaan makan contoh diperoleh melalui wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner yang terdiri dari 1 pertanyaan, dengan pilihan jawaban. Kuesioner frekuensi makan sehari dengan data yang terdiri dari jenis pangan yang dikonsumsi dan frekuensi konsumsi jenis pangan tersebut, kuesioner food recall x jam yaitu 1 kali waktu hari libur dan 1 kali waktu hari sekolah dengan data yang terdiri dari waktu makan, menu makanan, bahan makanan, dan jumlah bahan makanan tersebut dengan cara pengisian kuesioner yang langsung ditanyakan oleh peneliti kepada siswa dengan cara wawancara. Data pengetahuan gizi, diberikan kuesioner yang berisikan pertanyaan pilihan berganda kepada setiap siswa, dengan pemberian skor 1 untuk setiap pilihan jawaban yang benar. Pertanyaan mengenai pengetahuan gizi terdiri dari 5 soal pengetahuan gizi secara umum yang terdiri dari 3 pertanyaan jenis dan sumber zat gizi dan pertanyaan mengenai fungsi zat gizi, 5 soal mengenai pemilihan makanan yang sehat dan aman, 5 soal mengenai hubungan gizi dan penyakit, serta 5 soal mengenai kebiasaan makan dan gaya hidup yang tidak baik. Data status kesehatan contoh diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data status kesehatan terdiri dari sakit yang sedang diderita, frekuensi sakit, dan lama sakit yang dialami dalam 1 bulan terakhir. Data sakit yang sedang diderita terdiri dari flu, batuk, susah buang air besar, susah buang air kecil, dan sakit kepala. Data persepsi body image contoh diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner figure rating scale (FRS). Kuesioner diberikan dengan menggunakan gambar tujuh anak laki-laki, siswa diharapkan dapat menggambarkan bentuk tubuh aktualnya dengan memilih 1 dari 7 gambar yang diberikan. Selain diharapkan dapat menggambarkan bentuk tubuh aktualnya, siswa juga diharapkan dapat menggambarkan bentuk tubuh ideal yang mereka inginkan saat ini dan dewasa nanti. Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Cara Pengambilan Data Jenis Data 1 Karakteristik individu: Umur Berat badan Tinggi badan Uang jajan Wawancara menggunakan kuesioner Primer Karakteristik keluarga: Jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga Pendidikan orang tua 3 Kebiasaan makan 1 pertanyaan mengenai kebiasaan makan Food recall x jam Status Kesehatan: Jenis penyakit Kejadian sakit Frekuensi sakit Lama sakit Wawancara menggunakan kuesioner Wawancara menggunakan kuesioner Wawancara menggunakan kuesioner Primer Primer Primer

18 7 Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data (lanjutan) No Variabel Cara Pengambilan Data Jenis Data 5 Antropometri Pengukuran berat badan dan Primer tinggi badan menggunakan timbangan berat badan dan microtoise untuk pengukuran tinggi badan 6 Pengetahuan gizi Wawancara menggunakan Primer kuesioner 7 Persepsi body image Wawancara menggunakan kuesioner Primer Gambaran umum lokasi Data dari pihak sekolah Sekunder pengambilan data Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh diolah dengan proses coding, entry, editing dan cleaning, dan dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan Microsoft Excel 7. Penggunaan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan variabel yang diteliti, berdasarkan nilai rataan, minimal,maksimal, standar deviasi dan persentase yang terdapat dalam tabel kuesioner. Pengolahan data uji hubungan dan beda menggunakan aplikasi Statistical Program for Social Science (SPSS) for Windows 16.. Uji hubungan yang digunakan adalah pearson dan chi-square, sedangkan uji beda yang digunakan adalah independent sample t-test dan mannwhitney. Karakteristik individu, meliputi usia, berat badan, tinggi badan, dan uang saku per hari. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, dan dilakukan pengelompokkan berdasarkan status gizi normal dan lebih. Dilakukan uji beda pada data uang jajan contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih menggunakan uji independent sample t-test. Karakteristik keluarga, meliputi jumlah anggota keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua per bulan. Data tersebut dianalisis secara deskriptif. Dilakukan uji beda menggunakan uji independent sample t-test pada data jumlah keluarga dan pendidikan orang tua contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih. Dilakukan uji beda pada pendapatan orang tua contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih menggunakan uji mann-whitney. Pengetahuan gizi, diukur dengan pertanyaan tentang gizi. Penilaian pengetahuan gizi dilakukan dengan memberi skor. Bila menjawab salah diberi skor, sedangkan untuk jawaban benar diberi skor 1, sehingga skor total minimum dan maksimum adalah. Kategori pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kategori pengetahuan gizi tingkat kurang bila skor <6.%, sedang bila skor 6.-.%, dan baik bila skor >.% dari skor maksimal (1%) (Khomsan ). Data pengetahuan gizi dianalisis secara deskriptif, lalu dilakukan uji beda menggunakan uji independent sample t-test apakah terdapat perbedaan pengetahuan gizi antara contoh berstatus gizi normal dan lebih, dan dilakukan uji hubungan menggunakan uji korelasi pearson dan uji chi-square apakah pengetahuan gizi memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, yaitu; variabel kebiasaan makan, dan persepsi body image.

19 Kebiasaan makan, diukur dengan menggunakan 1 pertanyaan terdiri dari 1 pertanyaan tertutup, dan pertanyaan terbuka. Alternatif jawaban pertanyaan tertutup dengan pemberian skor sebagai berikut: tidak pernah diberi skor, kadang-kadang diberi skor 1, sering diberi skor, dan selalu diberi skor 3. Total skor minimum adalah dan maksimum 3. Skor tersebut diklasifikasikan menjadi kategori baik bila skor >%, sedang bila skor 6-%, dan rendah bila skor <6% dari nilai maksimal. Empat jawaban isian dari kebiasaan makan remaja digunakan untuk mendeskripsikan kebiasaan makan remaja. Skor jawaban dianalisis secara deskriptif. Dilakukan uji hubungan menggunakan uji korelasi pearson untuk melihat hubungan kebiasaan makan dengan variabel yang lainnya, yaitu; pengetahuan gizi, persepsi body image, dan status kesehatan, dan uji beda pada kebiasaan makan contoh berstatus gizi normal dan lebih menggunakan uji independent sample t-test. Tingkat kecukupan zat gizi, didapat dari data konsumsi pangan untuk menghitung asupan zat gizi contoh. Menurut WHO (7), penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan diagram IMT menurut umur. Caranya, dengan menentukan terlebih dahulu IMT anak dengan rumus sebagai berikut: IMT = berat badan (kg)/ tinggi badan (meter ) Gambar 3. Diagram IMT menurut umur untuk laki-laki 5-19 tahun (WHO, 7) Keterangan diagram, perhatikan Z-skor pada diagram: Sangat kurus < - 3 SD Kurus 3 SD sampai dengan < - SD Normal SD sampai dengan 1 SD Gemuk > 1 SD sampai dengan SD Obesitas > SD Contoh yang memiliki status gizi lebih menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) menggunakan AKG 13 berdasarkan usia dan jenis kelamin, sedangkan pada contoh status gizi normal, AKG yang digunakan adalah AKG berdasarkan berat badan aktual. Cara menentukan AKG aktual yang akan digunakan sebagai berikut: AKG Aktual = (BB aktual/bb ideal) x AKG ideal

20 9 Keterangan: BB aktual = berat badan berdasarkan hasil pengukuran BB ideal 13 = berat badan ideal menurut umur berdasarkan AKG tahun 13 AKG ideal = angka kecukupan gizi menurut umur berdasarkan AKG tahun 13 Asupan zat gizi contoh diolah menggunakan Microsoft Excel 7, untuk melihat nilai rataan, dan standar deviasi. Ada pun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah : KGij = (Bj/1) x Gij x (BDDj/1) Keterangan: KGij = penjumlahan zat gizi-i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi Bj = berat bahan makanan j (gram) Gij = kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = persen bahan makanan j yang dapat dimakan Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Menurut Supariasa et al (), tingkat kecukupan gizi contoh dihitung dengan rumus sebagai berikut : TKGI = (Ki/AKGI) x 1% Keterangan : TKGI = tingkat kecukupan energi atau zat gizi contoh Ki = konsumsi energi atau zat gizi contoh AKGI = angka kecukupan energi atau zat gizi contoh Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes (1996), yaitu defisit tingkat berat (<7%), defisit tingkat sedang (7-79%), defisit tingkat ringan (-9%), normal (9-119%), dan lebih (>=1%). Tingkat kecukupan zat gizi yang telah diperoleh dibandingkan antara kelompok contoh berstatus gizi normal dan kelompok contoh berstatus gizi lebih, menggunakan uji beda independent sample t-test. Persepsi body image menggunakan metode FRS Stunkard yang dikembangkan oleh Collins (1991), yang terdiri dari tujuh gambar anak pra remaja dan dewasa dengan status gizi pada gambar dari gizi kurang hingga gizi lebih. Gambar nomor 1 sampai 3 memiliki status gizi sangat kurang, nomor sampai 5 status gizi normal, dan gambar 6 sampai 7 status gizi lebih. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar dan Gambar. Persepsi body image pada pra remaja usia 1-1 tahun (Collins, 199)

21 1 Gambar empat merupakan gambar persepsi bentuk tubuh untuk usia pra remaja laki-laki. Gambar tersebut digunakan untuk menanyakan bentuk tubuh mereka saat ini, dan bentuk tubuh ideal berdasarkan umur mereka Gambar 5. Persepsi body image pada dewasa usia >1 tahun (Collins, 199) Gambar lima merupakan gambar persepsi bentuk tubuh untuk dewasa. Gambar tersebut digunakan untuk memilih tubuh ideal seperti apakah yang mereka inginkan ketika dewasa. Hasil penelitian Dewi (1), menyatakan bahwa FRS merupakan metode pengukuran persepsi tubuh yang lebih efektif dibandingkan alat ukur lain (Body Shape Questionair), bila dilihat dari kemudahan contoh dalam memahami pertanyaan, tingkat kesulitan menjawab pertanyaan, dan tidak menggunakan waktu yang lama. Persepsi body image menggunakan kuesioner yang terdiri pertanyaan mengenai bentuk tubuhnya, bentuk tubuh ideal, dan bentuk tubuh yang diinginkannya ketika dewasa. Pertanyaan tersebut kemudian dideskripsikan satu per satu sesuai dengan jawaban contoh. Jenis persepsi contoh diukur dengan membandingkan status gizi aktual terhadap persepsi bentuk tubuh aktualnya. Apabila persepsi contoh terhadap bentuk tubuh aktualnya berbeda dengan status gizi aktualnya, maka hal ini dapat dikatakan sebagai persepsi tubuh negatif. Sebaliknya, apabila persepsi contoh terhadap bentuk tubuh aktualnya sama dengan status gizi aktualnya, maka hal ini dapat dikatakan sebagai persepsi tubuh positif. Hasil persepsi body image baik negatif atau positif antara anak gizi lebih dan normal tersebut diolah secara deskriptif dengan melihat rataan, sehingga didapatkan hasil secara umum mengenai persepsi body image. Persepsi body image positif diberikan skor 1 dan negatif diberikan skor, yang kemudian diolah secara deskriptif. Dilakukan uji hubungan antara persepsi body image dengan variabel lainnya, yaitu kebiasaan makan dan pengetahuan gizi dengan menggunakan uji chi-square. Uji beda juga dilakukan antara persepsi body image contoh berstatus gizi normal dan lebih menggunakan uji beda mann whitney. Status kesehatan, diukur dari kejadian sakit sejak satu bulan terakhir yang meliputi jenis penyakit, frekuensi sakit, dan lama sakit. Pengujian statistik status kesehatan menggunakan skor yang diperoleh dengan mengalikan frekuensi sakit dan lama sakit untuk setiap jenis penyakit. Skor kesehatan dikatakan tinggi apabila -, sedang 5-9, dan rendah 1-1 (Sugiyono, 9). Status kesehatan diolah secara deskriptif. Dilakukan uji beda antara status kesehatan contoh berstatus gizi normal dan lebih menggunakan uji independent sample t-test.

22 11 Definisi Operasional Kebiasaan Makan adalah cara contoh dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya, meliputi; frekuensi makan sehari, konsumsi pangan, kebiasaan membawa bekal, dan kebiasaan jajan. Frekuensi Makan adalah seberapa sering dan seberapa banyak contoh mengkonsumsi suatu jenis makanan, data diperoleh dengan menggunakan food frequency. Konsumsi Pangan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dikonsumsi oleh contoh selama dua hari, yaitu pada hari sekolah dan hari libur, yang diperoleh melalui metode recall x jam. Persepsi Body Image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri; gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaannya tentang bentuk tubuhnya serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkannya. Persepsi body image positif adalah suatu persepsi dimana penilaian terhadap bentuk tubuh aktualnya sesuai dengan status gizinya. Persepsi body image negatif adalah suatu persepsi dimana penilaian terhadap bentuk tubuh aktualnya tidak sesuai dengan status gizinya. Karakteristik Individu adalah hal-hal yang diukur dari contoh yang meliputi umur, berat badan, tinggi badan, dan pendapatan yang dibutuhkan dalam penelitian. Karakteristik Keluarga adalah faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kebiasaan makan dan persepsi body image pada contoh. Status Gizi adalah keadaan gizi contoh yang diukur secara antropometri berdasarkan indikator berat badan, tinggi badan, dan umur dengan ambang batas yang digunakan untuk Indonesia. Gizi Lebih keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan. Pengetahuan Gizi adalah pemahaman contoh terkait dengan gizi secara umum, status gizi, dan persepsi body image Status Kesehatan adalah kondisi kesehatan yang dimiliki oleh contoh meliputi kejadian sakit, frekuensi sakit, dan lama sakit yang diderita. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Sekolah yang menjadi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Bogor yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 16 dan Sekolah Menengah Pertama Bosowa Bina Insani (Reguler) Bogor yang terletak di Jl. KH. Soleh Iskandar Kampung Serempet Kelurahan Sukadamai. SMP Negeri 1 Bogor telah diseleksi oleh Direktorat Pembinaan SMP Dirjen Manajemen Dikdasmen Depdiknas sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). SMP Negeri 1 Kota Bogor merupakan SMP tertua di wilayah Bogor. Luas tanah dan bangunan ± 393m. Lokasi sekolah ini sangat strategis karena tepat berada di jantung kota di depan Istana Bogor, dan bersebelahan dengan SMA Negeri 1 Bogor.

23 1 SMP Bosowa Bina Insani (Reguler) Bogor, berdiri sejak tahun 1995, dan sebagai salah satu sekolah unggulan di Kota Bogor. Sekolah ini dahulunya bernama Sekolah Bina Insani, kini menjadi Sekolah Bosowa Bina Insani yang merupakan sekolah pertama yang dikembangkan oleh Bosowa Foundation. Bosowa Bina Insani, terdiri dari kelas regular, international class, dan boarding school. SMP Bosowa Bina Insani, berbasis pendidikan Islam, dengan fasilitas yang terdiri dari ruang kelas sebanyak 16 kelas yang dilengkapi dengan screen dan AC, setiap siswa mendapat fasilitas loker, ruang multimedia, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, aula, masjid, taman sekolah, dan lapangan upacara. Karakteristik Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah siswa SMP usia tahun, dengan rata-rata umur 1.19±.. Menurut Departemen Kesehatan RI () rentang usia tersebut termasuk ke dalam masa remaja awal (1-13 tahun). Karakteristik contoh dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik siswa SMP Karakteristik Normal Gizi Lebih Total Anak n % n % n % Usia : 11 tahun tahun tahun 1 16 Rata-rata umur 1.6±.5 1.1±. 1.19±.6 Uang per hari saku : <Rp Rp 1 -Rp > Rata-rata uang saku 1 ±1 9 19± ± Hasil penelitian berdasarkan Tabel, sebanyak 6% contoh mendapatkan uang saku dengan kisaran Rp 1 Rp 3, dan 7% contoh mendapatkan uang saku lebih dari Rp 3 per hari nya. Minimal uang saku per hari adalah Rp 5 dan maksimal Rp 5. Berdasarkan uji beda independent sample t- test tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>.5) antara uang saku contoh berstatus gizi normal dan lebih. Karakteristik Keluarga Contoh Sebanyak 5% contoh termasuk kategori keluarga sedang (5-7 orang), sebanyak 1% contoh termasuk kategori keluarga kecil ( orang), dan sebanyak 5% contoh termasuk kategori keluarga besar (>7 orang) dengan rata-rata jumlah anggota keluarga 5.±1.7. Menurut BKKBN (199) besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Keluarga adalah sekelompok orang yang tinggal atau hidup bersama dalam satu rumah dan ada ikatan darah (Khomsan, 7). Berdasarkan hasil uji independent sample t-test tidak terdapat perbedaan signifikan (p>,5) antara jumlah anggota keluarga contoh berstatus gizi normal dan lebih. Selain jumlah anggota keluarga, karakteristik keluarga lainnya seperti pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua dapat dilihat dalam Tabel 3.

24 13 Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga siswa SMP gizi normal dan gizi lebih Karakteristik Keluarga Jumlah anggota Keluarga Keterangan Normal Gizi Lebih Total n % n % n % Kecil ( orang) Sedang (5-7 orang) Besar (>7 orang) Rata-rata±SD 5.6±1.7.7± ±1.7 Pekerjaan ayah PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Polisi/TNI/ABRI Tidak bekerja Pekerjaan ibu PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Polisi/TNI/ABRI 1 1 Ibu Rumah Tangga Pendidikan ayah SMA PT Pendidikan ibu SMP SMA PT 1 1 Pendapatan ayah per bulan Pendapatan per bulan ibu <Rp 1 1 Rp 1 -Rp Rp 3 1 -Rp >Rp Tidak berpenghasilan <Rp Rp 1 -Rp Rp 3 1 -Rp >Rp Tidak berpenghasilan Secara umum (%) ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta, pada contoh berstatus gizi normal sebanyak 3% ayah bekerja sebagai pegawai swasta dan 11% bekerja sebagai wiraswasta, berbeda dengan contoh berstatus gizi lebih, sebanyak.% ayah bekerja sebagai PNS dan 3.% bekerja sebagai pegawai swasta. Pekerjaan ibu secara umum (9%) adalah ibu rumah tangga, 5% pada ibu contoh berstatus gizi normal dan % pada ibu contoh berstatus gizi lebih. Pendidikan orang tua dikategorikan menjadi empat bagian yaitu, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat Perguruan Tinggi (PT). Hasil penelitian berdasarkan Tabel 3 sebanyak 95% ayah tamat Perguruan Tinggi, dan 5% tamat SMA. Tingkat pendidikan ibu tidak jauh berbeda dengan tingkat pendidikan ayah, sebanyak % ibu tamat Perguruan Tinggi, sebanyak 17% ibu contoh tamat SMA, dan 1% tamat SMP. Berdasarkan hasil uji mann-whitney tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>.5) pada pendidikan orang tua contoh berstatus gizi normal dan lebih, baik pada pendidikan ayah maupun ibu. Menurut Suhardjo et al (19), tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh. Pendapatan orang tua merupakan jumlah penghasilan kedua orang tua yaitu ayah dan ibu selama 1 bulan. Sebesar 6% ayah berpenghasilan Rp 5 per bulan, berpenghasilan Rp dan tidak berpenghasilan, masingmasing memiliki persentase %. Sebesar 1% ibu contoh tidak memiliki penghasilan, hal tersebut sejalan dengan pekerjaan ibu contoh yang sebagian besar

25 1 merupakan ibu rumah tangga. Sebanyak 19% ibu berpenghasilan pada rentang Rp 1 Rp 3. Berdasarkan hasil uji beda mann-whitney tidak terdapat perbedaan signifikan (p>.5) pada pendapatan orang tua contoh berstatus gizi normal dan lebih baik pada pendapatan ayah maupun ibu. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi, diukur dengan pertanyaan tentang gizi. Pertanyaan meliputi topik: gizi secara umum (5 soal), kebiasaan makan yang sehat dan aman (5 soal), hubungan zat gizi dan penyakit (5 soal), serta kebiassaan makan dan gaya hidup yang tidak baik (5 soal). Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba (Notoatmodjo 7). Tabel merupakan penyajian pengetahuan gizi berdasarkan jawaban yang salah. Tabel. Jumlah dan persentase contoh yang menjawab benar Pertanyaan 1. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pangan sumber protein 3. Makanan sumber tenaga. Pemenuhan kebutuhan energi 5. Makanan sumber vit.d 6. Makanan sedikit serat 7. Karbohidrat yang membantu pencernaan. Jenis makanan sehat 9. Jenis minuman sehat 1. Zat pewarna terlarang pada makanan Normal (n=5) Gizi Lebih (n=5) Total (n=1) n % n % n % Rata-rata ± SD.± Rata-rata ± SD 31± Konsumsi lemak dan minyak untuk remaja 1. Akibat konsumsi lemak hewan berlebih 13. Akibat konsumsi KH, P, L berlebihan 1. Akibat kekurangan zat besi Rata-rata ± SD 35± Akibat rendah konsumsi kalsium 16. Kandungan gizi fast food 17. Akibat konsumsi (fast food) setiap hari 1. Waktu olahraga yang baik 19. Manfaat olahraga. Aktifitas fisik yang sehat Rata-rata ± SD 3.3±19. Hasil penelitian pada pengetahuan gizi berdasarkan Tabel, dapat dilihat bahwa pertanyaan pada topik kebiasaan makan yang sehat dan aman merupakan pertanyaan yang paling tidak diketahui oleh contoh, hal tersebut ditunjukkan sedikitnya contoh yang menjawab dengan benar yaitu rata-rata <5%. Terdapat beberapa pertanyaan yang tidak diketahui oleh contoh seperti, jenis minuman yang sehat, akibat rendah mengkonsumsi kalsium, kandungan gizi fast food, dan manfaat olahraga, contoh yang menjawab dengan benar pertanyaan tersebut <%. Pertanyaan mengenai topik gizi secara umum dapat dijawab dengan cukup baik oleh contoh, hal tersebut terlihat bahwa lebih dari 5% contoh mampu menjawab pertanyaan dengan benar

26 15 Gambar 6. Kategori pengetahuan gizi contoh Kategori pengetahuan gizi contoh berdasarkan Gambar 6, diketahui bahwa secara umum contoh memiliki tingkat pengetahuan yang sedang. Contoh berstatus gizi normal sebanyak % memiliki tingkat pengetahuan gizi kurang, 6% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan % memiliki tingkat pengetahuan gizi baik. Contoh berstatus gizi lebih sebanyak 3% memiliki tingkat pengetahuan gizi kurang, 5% memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang, dan 15% memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik. Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test tidak terdapat perbedaan yang siginifikan (p>.5) pada pengetahuan gizi contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih. Hal ini sejalan dengan penelitian Lingga (11) pada remaja putri, menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan (p>.5) pada pengetahuan gizi remaja putri normal dan gemuk. Kebiasaan Makan Kebiasaan makan diukur menggunakan beberapa pertanyaan yang mampu menggambarkan kebiasaan makan contoh sehari-hari, tidak hanya kebiasaan makan di dalam rumah seperti kebiasaan sarapan dan makan malam, namun termasuk kebiasaan makan di luar rumah seperti jajan di sekolah dan kebiasan makan fast food. Khumaidi (199) dalam Sukandar (), kebiasaan makan ialah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Dari segi gizi, kebiasaan makan ada yang baik dan ada yang buruk. Kebiasaan makan yang baik adalah yang dapat menunjang terpenuhinya kebutuhan gizi, sedangkan kebiasaan makan yang buruk adalah kebiasaan yang dapat menghambat terpenuhinya kecukupan zat gizi, seperti adanya pantangan atau tabu yang berlawanan dengan konsep gizi. Tabel5 merupakan penyajian kebiasaan makan contoh gizi normal dan gizi lebih. Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan Kebiasaan makan 1. Kebiasaan sarapan Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu Normal Gizi lebih Total n % n % n %

27 16 Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan (lanjutan) Kebiasaan makan. Bawa bekal makanan Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu 3. Bawa bekal minuman Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu. Jajan di sekolah Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu 5. Kebiasaan makan malam Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu 6. Kebiasaan makan fast food Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu 7. Kebiasaan mimun soft drink Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu. Kebiasaan makan buah Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu 9. Kebiasaan makan lauk pauk Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu 1. Kebiasaan makan sayur Tidak pernah Kadang-kadang Sering Selalu Normal Gizi lebih Total n % n % n % Berdasarkan Tabel 5 dikatakan selalu apabila contoh mengkonsumsi 5-7 kali/minggu, sering 3-5 kali/minggu, kadang-kadang 1- kali/minggu, dan tidak pernah kali/minggu. Sekitar separuh contoh memiliki kebiasaan makan pagi yang baik dengan selalu sarapan, dan kadang-kadang membawa bekal makanan dan minuman ke sekolah. Hampir separuh contoh berstatus gizi normal (6%) memiliki kebiasaan yang tidak baik dengan sering jajan disekolah, sedangkan contoh berstatus gizi lebih (%) sudah cukup baik dengan kadang-kadang jajan

28 17 di sekolah. Lebih dari separuh contoh berstatus gizi normal dan lebih memiliki kebiasaan makan yang cukup baik dengan kadang-kadang melakukan makan malam (51%), kadang-kadang mengkonsumsi fast food (7%), dan kadangkadang mengkonsumsi soft drink (7%). Sebagian besar contoh memiliki kebiasaan makan yang baik dengan sering makan buah (3%) dan lauk-pauk (51%). Kebiasaan makan sayur lebih sering dilakukan oleh contoh berstatus gizi lebih ( %) daripada contoh berstatus gizi normal yang kadang-kadang makan sayur (3%).Rata-rata skor kebiasaan makan contoh berstatus gizi normal (6.67±11.5) dan contoh berstatus gizi lebih (5.9±1.57). Rata-rata skor kebiasaan makan contoh berstatus gizi normal tergolong sedang (6-%) sedangkan pada contoh berstatus gizi lebih tergolong rendah (<6%), hasil tersebut sejalan dengan penelitian Lingga (11) pada remaja putri yang menyatakan bahwa, sebagian besar (7%) remaja putri memiliki skor kebiasaan makan yang rendah dengan rata-rata skor keseluruhan 51.7±1.. Gambar 7. Kategori kebiasaan makan contoh Kebiasaan makan contoh berdasarkan Gambar 7, secara umum memiliki kategori kebiasaan makan yang kurang baik. Contoh berstatus gizi normal sebanyak % memiliki kategori kebiasaan makan yang kurang baik, dan 5% kategori sedang. Contoh berstatus gizi lebih sebanyak 66% memiliki kategori kebiasaan makan yang kurang baik, dan 6% kategori sedang. Berdasarkan uji beda independent sample t-test tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>.5) pada kebiasaan makan contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih. Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan (lanjutan) Normal Gizi lebih Total Kebiasaan makan n % n % n % 1. Tempat sarapan Rumah Perjalanan/mobil Sekolah. Jenis makanan sarapan Roti Mie Susu Nasi dan lauk pauk.3. Pemilihan jajanan Murah Enak Menarik Mengenyangkan

29 1 Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan (lanjutan) Kebiasaan makan. Makanan yang dimakan di sekolah Nasi dan lauk Ciki Gorengan Batagor Minuman Mi ayam Siomai Bubur Normal Gizi lebih Total n % n % n % Hasil kebiasaan makan berdasarkan Tabel 5 secara umum contoh sarapan di rumah (%), mengkonsumsi nasi dan lauk pauk sebagai menu sarapan (61%), memilih jajanan yang enak (5%) saat jajan di sekolah, dan mengkonsumsi nasi putih dan lauk (3%) sebagai menu makan di sekolah Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang diteliti terdiri dari energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dalam asupan energi dan zat gizi contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan aktifitas. Untuk melakukan aktifitas itu kita memerlukan energi. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok senyawa utama kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak (Poedjiadi A, 6). Tabel 7. Rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Asupan energi dan zat gizi Gizi Normal Gizi Lebih 17 ± ± ± ± ± ± ± ± 5. Berdasarkan Tabel 6, rata-rata asupan zat gizi berupa energi, protein, dan lemak pada contoh berstatus gizi normal, lebih rendah bila dibandingkan dengan contoh berstatus gizi lebih. Asupan karbohidrat pada contoh berstatus gizi normal lebih tinggi bila dibandingkan contoh berstatus gizi lebih yaitu sebesar 359 ± 3.9 g, sedangkan pada contoh berstatus gizi lebih sebesar 33 ± 5. g. Tabel. Tingkat kecukupan zat gizi contoh Energi (kkal)* Protein (g)* Lemak (g)* Karbohidrat (g) Tingkat kecukupan zat gizi Normal Gizi Lebih 51 ± ± ±.3 6 ± ±.6 5 ±. 15 ± ± 7.3 *Sig (p<.5) Berdasarkan Tabel 7, rata-rata tingkat kecukupan zat gizi berupa energi, protein, lemak dan karbohidrat contoh berstatus gizi normal, lebih rendah bila dibandingkan dengan contoh berstatus gizi lebih. Berdasarkan uji beda independent sample t-test terdapat perbedaan yang signifikan (p<.) antara tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak pada contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih. Pada tingkat kecukupan karbohidrat tidak terdapat

30 19 perbedaan yang signifikan (p>.5) pada contoh berstatus gizi normal dan contoh berstatus gizi lebih. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati (13) yang menyebutkan bahwa, berdasarkan hasil uji beda mannwhitney terhadap tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>.5) pada contoh dengan status gizi normal dan gizi lebih. Tabel 9. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi Tingkat Kecukupan Energi Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Lebih Protein Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Lebih Lemak Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Lebih Karbohidrat Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Lebih Normal Gizi Lebih Total n % n % n % Hasil tingkat kecukupan zat gizi contoh berstatus gizi normal dan gemuk berdasarkan Tabel secara umum pada tingkat kecukupan zat gizi mengalami defisit tingkat berat. Defisit tingkat berat pada tingkat kecukupan energi sebesar 6%, protein sebesar 5%, dan karbohidrat sebesar 3%, tingkat kecukupan lemak termasuk defisit tingkat ringan yaitu 9%. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan (Almatsier ) Persepsi Body Image Persepsi bentuk tubuh aktual merupakan gambaran contoh dalam menilai bentuk tubuhnya sendiri. Penilaian terhadap bentuk tubuh tersebut terbagi dalam tiga kategori, yaitu kurus, normal, dan gemuk. Persepsi tubuh merupakan penilaian seseorang terhadap aspek fisik dari tubuh mereka. Pada kondisi yang ekstrim, seseorang dengan persepsi terhadap tubuh aktual yang tidak baik akan mengalami distorsi dalam menilai realitas (Wirakusumah, 199)

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK (Nutrition Knowledge, Physical Activity, Snack Consumption and

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT) 22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMA PADANG MICHEL ERISON

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMA PADANG MICHEL ERISON HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMA PADANG MICHEL ERISON DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG 12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Melihat tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan faktor-faktor lainnya dengan status lemak tubuh pada pramusaji di Pelayanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )² BAB 4 METODOLOGI PENELITIP AN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnyaa dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, dimana dinamika korelasi antara faktor faktor resiko dengan

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci