HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO
|
|
- Hendri Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Healthy Eating Index Remaja di Kota Yogyakarta dan Padang adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftra Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Yoga Hendriyanto NIM I
4
5 ABSTRAK YOGA HENDRIYANTO. Healthy Eating Index Remaja di Kota Yogyakarta dan Padang. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH dan CESILIA METI DWIRIANI. Remaja rentan terhadap masalah kekurangan maupun kelebihan gizi. Salah satu faktor penyebab masalah tersebut adalah kualitas konsumsi pangan yang dapat diukur dengan healthy eating index (HEI) dan mean adequacy ratio (MAR). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan kualitas konsumsi pangan remaja di Yogyakarta dan Padang. Data konsumsi diperoleh dari recall 1x24 jam. Skor MAR termasuk kategori kurang (61.8 %), sedang (21.1 %), dan baik (17.1 %). Skor HEI konsumsi contoh termasuk kategori buruk (77.9 %). Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara pendidikan ayah dan ibu dengan skor HEI dan MAR (p<0.05), hubungan signifikan positif antara pendidikan ayah dan ibu (p<0.05), dan hubungan signifikan antara sumber karbohidrat dengan status gizi IMT/U (p<0.05). Kata kunci: healthy eating index, kualitas konsumsi, mean adequacy ratio. ABSTRACT YOGA HENDRIYANTO. Healthy Eating Index of Adolescent in Yogyakarta and Padang. Supervised by LILIK KUSTIYAH and CESILIA METI DWIRIANI. Adolescent can result about nutrition problem over or low. The direct cause of problem was dietary intake. There are several indicators of consumption quality, two of them are healthy eating index (HEI) and mean adequacy ratio (MAR). The purpose of this study was to determine the relationship between consumption quality (HEI and MAR) and nutritional status of adolescent in Yogyakarta and Padang. Food consumption data were collected by 24 h recall. Based on mean adequacy ratio (MAR) showed that 61.8 %, 21.1 %, and 17.1 % subjects were categorized as poor, medium, and good, respectively. HEI score category were poor (77.9 %). There were significant correlation between father's and mother s education and score of HEI and MAR, father s education and mother s education (p<0.05), and source of carbohydrate and nutritional status (BMI/A) (p<0.05). Key words: consumption quality, healthy eating index, mean adequacy ratio.
6
7 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
8
9 HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
10
11 Judul Nama NIM : Healthy Eating Index Remaja di Kota Yogyakarta dan Padang : Yoga Hendriyanto : I Disetujui oleh Dr Ir Lilik Kustiyah MSi Pembimbing I Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus :
12
13 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Agustus 2014 ini ialah kualitas konsumsi pangan dengan judul Healthy Eating Index Remaja di Kota Yogyakarta dan Padang. Ucapan terima kasih penulis aturkan kepada: 1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si dan Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani,M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan membantu penulis. 2. Program Beasiswa Bidik Misi DIKTI, Kemendikbud tahun 2010 sehingga penulis dapat menempuh Prodi Ilmu Gizi (S1) IPB. 3. Seluruh pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan dan pembuatan skripsi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2014 Yoga Hendriyanto
14
15 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan 2 Manfaat 3 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 5 Desain, Lokasi dan Waktu 5 Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh 5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Karakteristik Individu dan Sosial Ekonomi Keluarga 9 Konsumsi Pangan dan Intake Energi dan Zat Gizi 13 Kualitas Konsumsi Pangan (MAR dan HEI) 19 Hubungan antara Karakteristik Contoh dan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kualitas Konsumsi 23 SIMPULAN DAN SARAN 25 Simpulan 25 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 30 RIWAYAT HIDUP 41 xvi xvii xvii
16 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data 6 2 Komponen Indonesia Healthy Eating Index 8 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan asal SMA 10 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan asal SMA 11 5 Sebaran contoh berdasarkan sosial ekonomi keluarga dan asal SMA 12 6 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua dan asal SMA 14 7 Rata-rata konsumsi pangan dan intake energi dan zat gizi contoh di SMA Yogyakarta (orang/hari) 15 8 Rata-rata konsumsi pangan dan intake energi dan zat gizi contoh di SMA Padang (orang/hari) 16 9 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta asal SMA Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupam energi dan zat gizi makro serta asal SMA Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan zat gizi mikro dan asal SMA Sebaran contoh berdasarkan skor MAR dan asal SMA Sebaran contoh berdasarkan kategori skor MAR dan asal SMA Skor healthy eating index dalam satuan porsi berdasarkan komponen Sebaran contoh berdasarkan kategori skor healthy eating index dan asal SMA Sebaran contoh berdasarkan konsumsi yang berlebih dan kurang dari anjuran HEI dan asal SMA Korelasi antara skor HEI dengan MAR Sebaran contoh berdasarkan skor HEI dan MAR dengan status gizi serta asal SMA DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran healthy eating index remaja di Yogyakarta dan Padang 4 DAFTAR LAMPIRAN 1 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang antara karakteristik contoh dan skor HEI serta asal SMA 30 2 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi karakteristik contoh dan besar MAR serta asal SMA 31 3 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang sosial ekonomi keluarga dan skor HEI di SMA Yogyakarta 32 4 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi silang sosial ekonomi keluarga dan skor HEI di SMA Padang 33
17 5 Sebaran contoh berdasarkan sosial ekonomi keluarga dan MAR di SMA Yogyakarta 34 6 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi sosial ekonomi keluarga dan skor MAR di SMA Padang 35 7 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi status gizi dan skor HEI serta asal SMA 36 8 Sebaran contoh berdasarkan tabulasi status gizi dan skor MAR serta asal SMA 37 9 Uji hubungan Kelompok sumber bahan pangan komponen healthy eating index 40
18
19 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus yang akan menentukan kualitas bangsa di masa depan. Pada masa remaja terjadi perubahan, yaitu pubertas dan perkembangan tubuh atau perubahan fisik misalnya perubahan ukuran berat badan dan tinggi badan (Arisman 2009). Perubahan fisik tersebut menyebabkan remaja membutuhkan asupan zat gizi yang baik. Konsumsi pangan yang berkualitas dapat menyebabkan asupan zat gizi terpenuhi sehingga menjadikan remaja mendapatkan status gizi yang normal. Permasalahan gizi yang dialami oleh remaja usia sekolah di negara maju dan berkembang adalah status gizi lebih dan status gizi kurang. Indonesia merupakan negara berkembang dan saat ini mengalami double burden malnutrition yaitu status gizi lebih dan masih terdapat masalah gizi kurang terjadi secara bersamaan. Keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pemenuhan kecukupan energy dan zat gizi, kebiasaan makan, aktivitas fisik, pendidikan dan pengetahuan tentang gizi, dan riwayat penyakit yang pernah diderita. Menurut Arisman (2009) faktor yang memengaruhi konsumsi pangan yang berdampak pada status gizi pada usia remaja adalah lingkungan, sosial-budaya, dan aktivitas fisik. Hasil Riskesdas (2010) status gizi kurang dan lebih pada remaja usia tahun adalah 31.2 % pendek, 8.9 % kurus, dan 1.4 % gizi lebih (Depkes 2010). Status gizi lebih dan kurang dapat menimbulkan berbagai konsekuensi kesehatan, sosial, dan ekonomi apabila tidak dapat ditangani dengan baik oleh pemerintah. Status gizi kurang dapat berdampak pada kurangnya kualitas sumber daya manusia yang ada sehingga berdampak pada mundurnya pembangunan. Jørgensen et al. (2006) menyebutkan kejadian kegemukan berhubungan dengan peningkatan kardio vaskuler dan metabolisme. Dari segi sosial, kegemukan akan berdampak terhadap perasaan rendah diri, kelambanan bergerak, dan malu bergaul. Upaya untuk mencapai status gizi yang normal dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengatur pola makanan yang dikonsumsi dengan menu yang sehat dan seimbang. Pengaturan dan pemenuhan pola konsumsi pangan yang baik dan sesuai anjuran atau yang berkualitas dapat menjadikan status gizi normal (Lee et al. 2012). Indikator penilaian kualitas konsumsi pangan yang baik dapat dinilai dari healty eating index dan mean adequacy ratio. Penilaian konsumsi pangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetauhi derajat kesehatan suatu komunitas atau kelompok tertentu dengan baik, memperbaiki status gizi, dan dalam jangka panjang dapat mencegah mortalitas (Akbaraly et al. 2011). Yogyakarta dan Padang merupakan dua kota besar dan memiliki karakteristik permasalahan gizi pada remaja yang berbeda. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti kualitas konsumsi pangan remaja yang diukur dengan MAR dan HEI serta keterkaitannya pada remaja sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta dan Padang.
20 2 Perumusan Masalah Gizi makro dan mikro merupakan kompenen yang sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan, aktivitas, dan daya tahan tubuh, termasuk bagi anak-anak dan remaja. Siklus kehidupan manusia pada masa anak dan remaja merupakan masa yang relatif pendek tetapi sarat dengan proses pertumbuhan dan perkembangan sehingga menempati posisi yang penting. Baik buruknya pemenuhan gizi pada masa anak-anak dan remaja dapat menentukan banyak faktor seperti tingkat kesehatan, prestasi di sekolah, intelektualitas, dan produktivitas kerja. Salah satu indikasi kejadian kurang gizi pada anak-anak dan remaja adalah akumulasi keadaan gizi yang diberikan sejak balita atau pola makan yang tidak sesuai anjuran. Status gizi kurang adalah salah satu penyebab menurunnya IQ (Coly et al. 2006) sedangkan usia remaja apabila terjadi kualitas pola makan yang berlebihan (ad libitum) yang tidak diimbangi aktivitas fisik secara teratur maka akan terjadi kelebihan berat badan atau obesitas (Hoffman et al. 2000). Kejadian kelebihan berat badan atau obesitas pada remaja sekolah menengah atas disebabkan oleh berbagai faktor yang lebih kompleks dibandingkan pada anak-anak. Hal ini terutama disebabkan remaja merupakan salah satu kelompok yang sudah banyak dipengaruhi oleh faktor luar yang memengaruhi kecukupan gizinya misalnya lingkungan (perkotaan, desa, kemajuan zaman, dan lainnya) dan gaya hidup (makanan fast food, body image, kurangnya makan sayur dan buah). Healthy Eating Index dapat memberikan gambaran seberapa baik pengonsumsian pangan yang dilakukan oleh remaja, yaitu semakin beragam pangan yang dikonsumsinya skor HEI (Healthy Eating Index) akan semakin tinggi (sesuai dengan anjuran PUGS) dan apabila skor HEI (Healthy Eating Index) terlalu rendah maka kualitas konsumsinya akan sangat buruk. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan skor Healthy Eating Index dengan risiko obesitas pada remaja Sekolah Menengah Atas pada dua kota yang berbeda yaitu Yogyakarta dan Padang. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan kualitas konsumsi pangan (Healthy Eating Index) dengan status gizi pada remaja di Kota Yogyakarta dan Padang. Tujuan Khusus 1. Mengkaji karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, besar uang jajan, dan status gizi) dan sosial ekonomi keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, dan pekerjaan orangtua). 2. Menganalisis konsumsi pangan, intake energi dan zat gizi contoh. 3. Menganalisis MAR dan HEI serta keterkaitannya.
21 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga dengan kualitas konsumsi (MAR dan HEI). Manfaat 3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan tambahan pengetahuan dan informasi mengenai kualitas konsumsi pangan pada remaja. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi atau masukan untuk mengambil kebijakan. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan menjadi landasan bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis. KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan pada remaja selain memerhatikan jumlah yang dikonsumsi harus dilihat juga kualitas atau keragaman konsumsi pangannya. Pola konsumsi pangan yang baik menghasilkan status gizi yang normal. Kualitas konsumsi pangan dapat diukur dengan mean adequacy ratio (MAR) dan healthy eating index (HEI). Kualitas konsumsi pangan diduga dipengaruhi oleh karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, besar uang jajan, dan status gizi) dan keadaan sosial ekonomi keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, dan pekerjaan orangtua). Semakin baik karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga maka dapat diduga semakin baik skor kualitas konsumsi pangannya. Penelitian ini ingin melihat healthy eating index remaja di SMA Yogyakarta dan SMA Padang. Berdasarkan paparan diatas maka dapat dibuat kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 1.
22 4 Karakteristik contoh: Umur Jenis kelamin Besar uang jajan Status gizi (IMT/U dan TB/U) Sosial ekonomi keluarga: Besar keluarga Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Konsumsi pangan Intake energi dan zat gizi Kualitas konsumsi pangan Mean adequacy ratio (MAR) Healthy eating index (HEI) Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang dianalisis = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Kerangka pemikiran healthy eating index remaja di SMA Yogyakarta dan Padang
23 5 METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu sebagian data dari penelitian Pengembangan Model Pendidikan Gizi Berbasis Web (Dwiriani et al. 2013). Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta dan Padang masingmasing pada empat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari dua SMA Negeri dan dua SMA Swasta di Kota Yogyakarta dan Padang. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan Agustus Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Contoh ditentukan secara purposive sampling. Contoh merupakan siswa aktif yang terdaftar dalam kelas X. Masing-masing SMA diambil kurang lebih 50 contoh sehingga contoh di Yogyakarta adalah 208 orang (laki-laki sebanyak 106 orang dan perempuan 102 orang) sedangkan di SMA Padang adalah 203 orang (laki-laki sebanyak 102 orang dan perempuan 101 orang). Total contoh sebanyak 411 orang. Data konsumsi pangan diambil dari separuh total contoh sehingga diperoleh 98 orang (lakilaki 48 orang dan perempuan 50 orang) di SMA Yogyakarta sedangkan di Padang adalah 101 orang (laki-laki 49 orang dan perempuan 52 orang). Contoh yang dipilih adalah yang rekomendasikan oleh pihak sekolah dan bersedia untuk diukur berat badan, tinggi badan, dan dilakukan wawancara terkait konsumsi pangannya. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwiriani et al. (2013). Jenis data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, besar uang jajan, dan status gizi IMT/U dan TB/U), sosial ekonomi keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, dan pekerjaan orangtua), dan kualitas konsumsi pangan (HEI dan MAR). Data karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada siswa sedangkan data konsumsi pangan dilakukan dengan cara recall selama 1x24 jam pada hari aktif sekolah. Kualitas konsumsi pangan akan didekati dengan cara mementukan skor MAR dan HEI. Data antropometri remaja meliputi berat badan dan tinggi badan yang diperoleh melalui pengukuran secara langsung. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan yaitu timbangan injak yang memiliki kapasitas 200 kg dengan ketelitian 0.1 kg dan alat ukur tinggi badan yaitu microtoise yang memiliki kapasitas 200 cm dengan ketelitian 0.1 cm. Status gizi remaja ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh
24 6 berdasarkan umur (IMT/U) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Jenis dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No. Jenis data Cara pengumpulan Alat pengumpulan 1. Karakteristik contoh Pengisian Kuesioner Umur kuesioner Jenis kelamin Besar uang jajan Status gizi Pengukuran Berat badan Timbangan injak (kapasitas 200 kg dengan ketelitian 0.1 kg) Tinggi badan Microtoise (kapasitas 200 cm dengan ketelitian 2. Sosial ekonomi keluarga Besar keluarga Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua 4. Konsumsi pangan Jumlah konsumsi pangan Jenis makanan Pengisian kuesioner Wawancara siswa (recall 1x24 jam) Pengolahan dan Analisis Data 0.1 cm) Kuesioner Kuesioner Data yang telah didapat dan dikumpulkan melalui kuesioner diolah dan dianalisis secara statistik analisis dan deskriptif. Proses yang dilakukan dalam pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data dianalisis dengan menggunakan program komputer WHO Anthro Plus, Microsoft Excell 2010 dan SPSS versi 16.0 for windows. Data jenis kelamin siswa kelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan, kemudian dihitung presentase keduanya. Umur dalam tahun dikelompokkan menjadi 14, 15, 16, 17, dan 18 tahun kemudian dilihat persentase masing-masing terhadap kelompok umur. Besar uang jajan contoh dihitung berdasarkan rata-rata dengan selang standar deviasinya untuk menentukan kelompok besaran uang saku yaitu (< Rp dan Rp ). Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah, atau hidup dari satu sumber penghasilan yang sama. Kategori besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar ( 7 orang) (BKKBN 1989). Pendidikan orangtua adalah adalah jenjang pendidikan formal yang telah
25 diselesaikan oleh orangtua contoh yang dikategorikan menjadi kurang dari SMA, SMA, dan Perguruan Tinggi (PT). Pekerjaan orangtua adalah jenis pekerjaan yang dilakukan ayah dan ibu contoh, meliputi tidak bekerja, buruh, jasa, PNS/ABRI/Polisi, karyawan swasta, profesi (dokter, dosen), wirausaha, dan lainnya. Data konsumsi pangan diperoleh dengan cara recall pada satu hari aktif sekolah (recall 1x24 jam) dikonversi beratnya dalam bentuk energi (Kal) dan zat gizi lainnya (gram) dengan menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM). Apabila makanan yang dikonsumsi adalah makanan siap saji maka digunakan nutrition fact dari makanan yang dikonsumsi tersebut. Konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij = kandungan zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B gram Bj = berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram) Gij = kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (% BDD) Tingkat kecukupan gizi (TKG) atau nutrient adequacy ratio (NAR) pada remaja yang mempunyai status gizi normal dihitung dengan rumus: 7 TKG = Konsumsi zat gizi aktual Angka kecukupan gizi x 100 % Rumus perhitungan angka kecukupan gizi memakai AKG anjuran WNPG (2013) individu dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap berat badan yaitu berat badan yang tidak normal atau sesuai anjuran pada contoh dikoreksi dengan berat badan sehat yang terdapat pada AKG. Berdasarkan pada acuan dari Departemen Kesehatan RI (2003) tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu defisit tingkat (< 89% AKG), cukup atau normal (90% - 119% AKG), dan kelebihan (>120% AKG). Tingkat kecukupan kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, dan vitamin C dikelompokkan menjadi cukup ( 77 % AKG) dan kurang (< 77 % AKG) (Gibson 2005). Nilai rata-rata tingkat konsumsi gizi (MAR) dalam penelitian ini diperoleh dari perbandingan jumlah tingkat kecukupan gizi (TKG) atau nutrient adequacy ratio (NAR) dengan jumlah jenis zat gizi yang dihitung. Rumus perhitunggannya menurut Gibson (1990) adalah: MAR = NAR untuk semua zat gizi Jenis zat gizi yang dihitung Menurut Gibson (1990) nilai MAR maksimal adalah 100 sehingga apabila ditemukan nilai MAR di atas 100 maka dianggap 100. Penentuan
26 8 kategori skor MAR mengacu pada Hardinsyah (1996) yaitu sangat kurang apabila skor < 55 %, kurang apabila skor %, cukup apabila skor % dan baik apabila skor 85 %. Healthy eating index diolah dan dianalisis dengan menggunakan PUGS (2012) yang diadaptasikan ke dalam kompenennya. Healthy eating index Indonesia disusun berdasarkan healthy eating index dari USDA (1995) dengan menggunakan pendekatan piramida makanan. Piramida makanan Indonesia kompenen seimbang dengan tiga guna makanan dan fungsi lainnya makanan. Beberapa uraian pesan dari PUGS yaitu: 1. Makanlah aneka ragam makanan, yaitu makanan sumber karbohidrat, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. 2. Konsumsi gula sebaiknya dibatasi 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok per hari. 3. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai 25% dari kecukupan energi. 4. Dianjurkan untuk mengonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) atau kurang dalam per hari. Kennedy (2008) menyebutkan komponen pangan yang dapat dihitung porsinya dalam penentuan HEI yaitu konsumsi grain, sayuran, buah-buahan, susu, daging, intake lemak, intake lemak jenuh, intake kolesterol, intake garam, dan keragamannya. Modifikasi dalam penelitian ini menggunakan komponen sumber karbohidrat, sayuran, buah-buahan, protein hewani, protein nabati, total lemak, dan keragamannya dalam perhitungan HEI. Perhitungan skor HEI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1. Pengelompokan pangan ke dalam golongan pangan sesuai dengan komponen pada sesuai pada Tabel Perhitungan jumlah porsi makan per hari untuk setiap golongan pangan. 3. Keragaman dihitung berdasarkan jumlah jenis makanan yang dikonsumsi dalam satu hari (jenis makanan yang sama dihitung 1 kali). 4. Perhitungan skor HEI dari penjumlahan total pada setiap kompenen dengan ketentuan setiap komponen HEI memiliki nilai minimal 0 dan maksimal 10. Skor 0 diberikan jika konsumsi kurang dari batas minimal atau lebih dari batas maksimal dan skor 10 jika konsumsi sesuai anjuran. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pemberian nilai skor dengan cara pembobotan jika konsumsi berada kisaran yang ditetapkan. 5. Skor tertinggi HEI adalah 70. Penentuan kategori skor healthy eating index yaitu buruk (poor) apabila skor kurang dari 35 (<50 %), dikategorikan membutuhkan sedang (medium) apabila skor (50-80) dan dikategorikan baik (good) apabila skor lebih dari 57 (> 80 %). Berdasarkan komponen di atas disusunlah HEI untuk Indonesia. Berikut disajikan Tabel 2 tentang komponen Healty Eating Index Indonesia.
27 Tabel 2 Komponen Indonesia Healthy Eating Index Komponen Skor Kriteria Porsi Kriteria Skor Sumber Karbohidrat porsi 0 dan >9 porsi Sayuran porsi 0 Buah-buahan porsi 0 Protein Hewani porsi 0 dan >3 porsi Protein Nabati porsi 0 dan >3 porsi Total Lemak % dari total energi > 35 % dari total energi Keragamannya 0-10 Lebih dari 8 jenis pangan 3 jenis pangan Sumber : Kennedy (2008) dengan modifikasi Pengukuran status gizi melalui indeks IMT/U dan TB/U. Kategori status gizi IMT/U dibagi dalam sangat kurus, kurus, normal, overweight, dan obesitas sedangkan status gizi TB/U dibagai menjadi severe stunting, stunting, dan normal (WHO 2007). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 for Windows. Analisis deskriptif yang dilakukan meliputi: Karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, dan besar uang jajan, status gizi IMTU dan TB/U), keadaan sosial ekonomi keluarga (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan besar keluarga), konsumsi pangan, intake energi dan zat gizi, dan kualitas konsumsi (MAR dan HEI). Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat untuk membuat deskripsi setiap variabel yaitu karakteristik contoh, sosial ekonomi keluarga, HEI, MAR, dan status gizi IMT/U. Analisis bivariat yang digunakan yaitu: 1) Korelasi Spearman untuk menganalisis hubungan antara HEI dan MAR dengan umur, besar uang jajan, besar keluarga, pendidikan ayah, dan pendidikan ibu, dan uji hubungan antara besar uang jajan dengan besar keluarga, 2) Korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara HEI dan MAR dengan status gizi IMT/U, 3) Chi-square test digunakan untuk menguji hubungan antara besar uang jajan dengan pendidikan ayah dan ibu serta konsumsi yang tidak sesuai anjuran HEI dengan status gizi 4) Uji Mann Whitney untuk uji beda umur, besar keluarga, dan uang jajan antar SMA Yogyakarta dan Padang, 5) Uji t-test digunakan untuk uji beda skor total HEI, MAR, dan status gizi IMT/U antar SMA Yogyakarta dan Padang. 9
28 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu dan Sosial Ekonomi Keluarga Umur Penelitian ini menggunakan contoh dari penelitian Dwiriani et al. (2013). Umur contoh dalam penelitian ini antara tahun sehingga termasuk ke dalam rentang usia remaja. Umur contoh di SMA Yogyakarta tidak ada yang 17 tahun sedangkan di SMA Padang terdapat contoh yang berumur 17 tahun (2.0 %). Sebaran contoh berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3. Usia remaja awal yaitu tahun, usia remaja pertengahan yaitu tahun, dan usia remaja akhir yaitu tahun (Hurlock 2004). Pada Tabel 3 tentang sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan asal SMA. Jenis Kelamin Proporsi antara laki-laki dan perempuan di kedua SMA sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3. Hal ini terjadi karena menggunakan data penelitian Dwiriani et al. (2013) yang mengusahakan proporsional pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan di masing-masing SMA. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan asal SMA Karakteristik Individu Umur (Tahun) SMA Yogyakarta SMA Padang Total n % n % n % Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Uang Jajan (Rp) < Total Uang jajan Secara keseluruhan, uang jajan contoh per hari berkisar antara Rp Rp dengan median Rp Contoh di SMA Yogyakarta dan Padang masing-masing berkisar antara Rp Rp dan Rp Rp dengan median berturut-turut Rp dan Rp Rata-rata uang saku lebih dari Rp pada contoh di SMA Padang lebih banyak daripada di Yogyakarta. Kelompok contoh tersebut adalah berbeda nyata (p<0.05). Uang jajan pada kedua kelompok contoh yang lebih besar daripada Rp kebanyakan memiliki ayah yang bekerja sebagai
29 PNS/ABRI/Polisi, karyawan swasta, dan profesi. Contoh di SMA Yogyakarta dan Padang yang memiliki uang jajan yang besar dapat diduga bahwa contoh menghabiskan uang jajan tersebut untuk membeli makanan yang lebih banyak misalnya karena kesibukkan orangtua. Status Gizi Status gizi merupakan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi zat gizi makanan yang dapat diukur secara langsung ataupun tidak langsung (Gibson 2005). Pengukuran nilai z-score IMT/U dan TB/U dilakukan pada contoh dengan rentang usia 5-19 tahun berdasarkan standar WHO (2007). Sebaran contoh berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi status gizi dan asal SMA Status gizi SMA Yogyakarta SMA Padang Total p IMT/U Laki-Laki n % n % n % Sangat Kurus Kurus Normal Overweight Obesitas Total Perempuan Sangat Kurus Kurus Normal Overweight Obesitas Total TB/U Laki-laki Severe stunting Stunting Normal Total Perempuan Severe stunting Stunting Normal Total Konsumsi pangan merupakan faktor langsung yang dapat memengaruhi status gizi sehingga semakin baik kualitas konsumsi pangan maka status gizi contoh akan semakin normal (Lee et al. 2012). Tabel 14 menunjukkan bahwa presentase contoh overweight dan obesitas di Padang 11
30 kali lebih banyak dari Yogyakarta serta persentase contoh kurus dan sangat kurus di Padang 3.6 kali lebih banyak dari Yogyakarta. Persentase contoh severe stunting dan stunting di Padang 1.48 kali lebih sedikit dari Yogyakarta. Status gizi overweight contoh diduga diakibatkan dari konsumsi pangan yang berlebih. Hal ini sejalan dengan Hoffman et al. (2000) bahwa keadaan konsumsi pangan secara ad libitum dapat mengakibatkan keadaan status gizi lebih. Keadaan status gizi kurang yaitu kurus pada contoh di SMA Yogyakarta dan Padang adalah keadaan yang dapat diduga oleh beberapa penyabab yang tampak yaitu kurangnya energi, zat gizi mikro, dan makro akan tetapi keadaan tersebut merupakan akumulasi dalam kurun waktu beberapa lama sehingga tidak bisa jika disimpulkan secara langsung (Fernald & Neufeld 2007). Besar Keluarga Besar keluarga adalah besar anggota dalam rumah tangga yang tinggal dalam satu lingkup rumah terdiri dari ayah, ibu, anak, dan kerabat lainnya yang hidup dari sumber penghasilan yang sama. Kisaran besar keluarga contoh di Yogyakarta adalah 3-8 orang dengan median 4 orang sedangkan besar keluarga contoh di Padang adalah 2-10 orang dengan median 5 orang (Tabel 4). Contoh di SMA Yogyakarta mempunyai besar keluarga lebih kecil daripada contoh di SMA Padang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam satu tempat tinggal maka dapat disimpulkan kebutuhan pangan yang harus dicukupinya semakin meningkat sehingga biaya yang diperlukan untuk memenuhinya semakin besar (Arisman 2009). Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan asal SMA disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan sosial ekonomi keluarga dan asal SMA Sosial ekonomi Keluarga Besar Keluarga SMA Yogyakarta SMA Padang Total p n % n % n % Kecil ( 4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar ( 8 orang) Total Pendidikan Ayah < SMA SMA PT Total Pendidikan Ibu < SMA SMA PT Total
31 Pendidikan Orangtua Pendidikan orangtua contoh pada penelitian ini memiliki rentang antara Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Pendidikan ayah contoh di SMA Yogyakarta (74.5 %)yang menamatkan Perguruan Tinggi lebih besar daripada di Padang (52.4 %). Pendidikan orangtua ayah pada kedua kelompok contoh adalah nyata berbeda (p<0.05). Pendidikan orangtua ibu pada kedua kelompok contoh tidak berbeda nyata (p>0.05) tetapi pendidikan ibu contoh di SMA Yogyakarta (69.4) yang menamatkan Perguruan Tinggi lebih tinggi daripada di Padang (58.4). Pendidikan orangtua yang semakin tinggi dapat diduga akan menghasilkan pendapatan yang tinggi dan pengetahuan gizi yang bagus. Hurley et al. (2009) menyebutkan bahwa pendapatan yang rendah akan berakibat menurunnya skor HEI sehingga dapat diartikan bahwa skor HEI yang tinggi dapat berhubungan dengan pendapatan (Dubois et al. 2011). Pekerjaan Orangtua Pekerjaan orangtua adalah jenis pekerjaan utama ayah dan ibu untuk mendapatkan penghasilan bulanan. Pekerjaan yang baik akan mendapatkan penghasilan yang baik untuk memenuhi konsumsi pangan keluarganya. Pekerjaan ayah di SMA Yogyakarta sebagian besar adalah karyawan swasta sedangkan di SMA Padang sebagian besar adalah PNS/ABRI/Polisi. Sebagian besar contoh di SMA Yogyakarta (45.9 %) dan SMA Padang (46.5 %) memiliki ibu yang tidak bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga. Contoh di SMA Yogyakarta dan Padang memiliki ibu yang bekerja sebagai PNS/ABRI/Polisi. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua dan asal SMA dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua dan asal SMA Pekerjaan orangtua SMA Yogyakarta SMA Padang Total Pekerjaan Ayah 13 n % n % n % Tidak bekerja Buruh & Jasa PNS/ABRI/Polisi Karyawan Swasta Profesi (dokter, dosen) Wirausaha & Lainnya Total Pekerjaan Ibu Ibu rumah tangga Buruh & Jasa PNS/ABRI/Polisi Karyawan swasta Profesi (Dokter, dosen) Wirausaha & Lainnya Total
32 14 Konsumsi Pangan, Intake Energi dan Zat Gizi Konsumsi Pangan Konsumsi pangan yang dihitung adalah konsumsi pangan aktual berdasarkan data recall 1x24 jam. Hoffman et al. (2010) menyebutkan bahwa konsumsi pangan yang baik adalah konsumsi pangan yang sesuai anjuran sehingga akan menyebabkan status gizi normal sebaliknya apabila konsumsi selalu di atas angka anjuran maka status gizi akan cenderung berlebih. Tabel 6 menunjukkan bahwa konsumsi nasi contoh di SMA Yogyakarta menyumbang energi yang sangat besar, sedangkan untuk protein banyak disumbang dari konsumsi daging sapi dan olahannya, daging ayam, telur, dan makanan lainnya. Konsumsi nasi contoh di SMA Padang (Tabel 7) juga menyumbang energi yang paling besar, sedangkan untuk konsumsi sumber protein yang paling tinggi didapatkan dari makanan lainnya. Kedua kelompok contoh kurang mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yaitu terlihat dari jumlah berat (gram) yang ada pada kedua tabel. Konsumsi yang paling banyak yang merupakan bahan makanan lainnya adalah minuman bersoda, sprite, cola, dan lainnya. Sebaran rata-rata konsumsi pangan dan intake zat gizi contoh di SMA Yogyakarta (g/orang/hari) dapat dilihat pada Tabel 7 dan rata-rata konsumsi pangan dan intake zat gizi contoh di SMA Padang (g/orang/hari) dapat dilihat pada Tabel 8.
33 Tabel 7 Rata-rata konsumsi pangan dan intake energi dan zat gizi contoh di SMA Yogyakarta (orang/hari) Bahan Berat Energi Protein Lemak KH Ca Fo Fe Vit A Vit C Makanan (gram) (Kal) (g) (g) (g) (mg) (mg) (mg) (RE) (mg) Nasi Mie Roti Wafer dan biscuit Kerupuk Kentang Kacang-kacangan Tempe dan Tahu Daging sapi dan olahannya Daging ayam dan olahannya Telur Ikan Sayuran Buah-buahan Gula Susu Santan Minyak Mentega dan olahannya Lainnya Total
34 Tabel 8 Rata-rata konsumsi pangan dan intake energi dan zat gizi contoh di SMA Padang (orang/hari) Bahan Berat Energi Protein Lemak KH Ca Fo Fe Vit A Vit C Makanan (gram) (Kal) (g) (g) (g) (mg) (mg) (mg) (RE) (mg) Nasi Mie Roti Wafer dan biscuit Kerupuk Kentang Kacang-kacangan Tempe dan Tahu Daging sapi dan olahannya Daging ayam dan olahannya Telur Ikan Sayuran Buah-buahan Gula Susu Santan Minyak Mentega dan olahannya Lainnya Total
35 Intake Energi dan Zat Gizi Tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah zat gizi aktual yang dikonsumsi oleh seseorang yang dibandingkan dengan kecukupan gizinya dalam keadaan sehat. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi (TKG) dapat menggambarkan kuantitas konsumsi pada seseorang yang dapat dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, aktivitas, tinggi badan, berat badan, hamil, dan menyusui (Gibson 2005). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dari hasil recall responden yang dibandingkan dengan AKG. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta asal SMA dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta asal SMA Energi dan zat gizi SMA Yogyakarta SMA Padang intake TKG (%) intake TKG (%) Energi 2049±890a 88.1± ±840b 70.0±36 Protein 83.6 (14.0, 71.0 (13.9, 243)a (20.2,337) 57.3 (9.6,186)b 258) Lemak 53.6±35.1a 68.8± ±27b 56.8±35 Karbohidrat 84.7 (11.5, (91.9, 785)a (31.5, 269) (39.1, 788)b 228.5) Kalsium 903.1(14.8,5022)a 75.3(1.2,419) 894.7(31.6,4245)a 74.6(2.6,354) Fosfor 831.6(127,2962)a 69.3(10.6,247) 755.6(82,2463)a 63.0(7,205) Zat Besi 21.5(2.6,87)a 105.5(10,464) 17.0(1.2,71)b 81.5(4.7,375) Vitamin A 755.2(23.7,3801)a 125.9(3.9,634) 482.0(4.1,2268)b 80.3(0.7,378) Vitamin C 38.6(0,236.3)a 53.5(0,364) 26.1(0,167)b 36.1(0,199,7) a Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang beda adalah berbeda nyata (p<0.05) Contoh di SMA Yogyakarta memiliki intake energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, vitamin A, dan vitamin C nyata relatif lebih tinggi daripada contoh di Padang (p<0.05). Intake vitamin A kelompok contoh diduga banyak berasal dari makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak goreng kelapa sawit. Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa tingkat rata-rata kecukupan energi usia tahun di DIY dan Padang memiliki rata-rata sebesar 71.3 % dan 77.8 % dengan konsumsi kurang dari 70 % sebesar 59.2 % dan 46.3 %. Rata-rata tingkat kecukupan protein usia tahun di DIY dan Padang memiliki rata-rata sebesar 95.7 % dan 49.4 % dengan konsumsi kurang dari 80 % sebesar 38.4 % dan 35.5 %. Hasil penelitian ini munjukkan hasil yang tinggi pada tingkat kecukupan energi di DIY daripada hasil Riskesdas sedangkat tingkat kecukupan energi di Padang menunjukkan hasil lebih yang lebih rendah sedangkan presentase tingkat kecukupan protein di DIY dan Padang menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada hasil Riskesdas (2010). Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa tingkat rata-rata kecukupan energi usia tahun di DIY dan Padang memiliki rata-rata sebesar 73.8 % dan 76.4 % dengan konsumsi kurang dari 70 % sebesar 60.7 % dan 47.1 %. Rata-rata tingkat kecukupan protein usia tahun di DIY dan Padang memiliki rata-rata 96.4 % dan % dengan konsumsi kurang dari 80 % sebesar 45.1 % dan 55.4 %. Hasil tingkat kecukupan protein di 17
36 18 DIY pada penelitian ini lebih tinggi sedangkan di Padang menunjukkan hasil yang lebih rendah. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro serta asal SMA Kategori tingkat SMA Yogyakarta SMA Padang Total kecukupan energi dan zat n % n % n % gizi makro Energi Defisit Normal Kelebihan Total Protein Defisit Normal Kelebihan Total Lemak Defisit Normal Kelebihan Total Karbohidrat Defisit Normal Kelebihan Total Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa kedua kelompok contoh > 65 % defisit energi, > 55 % defisit protein, > 80 % defisit lemak, dan > 40 % defisit karbohidrat. Keadaan defisit energi, protein, dan karbohidrat contoh di SMA Yogyakarta lebih rendah daripada di Padang sedangkan lemak relatif proporsional. Kelebihan karbohidrat di SMA yogyakarta lebih tinggi daripada di Padang. Keadaan tersebut dapat diduga sebagai pemicu obesitas. Keadaan defisit energi dan zat gizi diduga dapat terjadi karena kurangnya konsumsi pangan daripada aktivitas yang dilakukan. Oleh karena itu diperlukannya konsumsi pangan yang cukup baik kualitas dan kuantitasnya, beragam, dan bergizi. Kekurangan energi dan zat gizi makro tingkat berat dapat mengakibatkan pertumbuhan remaja terganggu. Terganggunya pertumbuhan tersebut karena apabila dibiarkan tanpa adanya perbaikkan pola konsumsi maka energi dan zat gizi makro cadangan dalam tubuh dipakai tubuh untuk bermetabolisme. Kekurangan tersebut diduga dapat terjadi karena kurangnya konsumsi pangan daripada aktivitas yang dilakukan. Akibat serius dari keadaan ini adalah tubuh akan mengalami keseimbangan energi dan zat gizi makro yang negatif yang berefek pada penurunan berat badan, tinggi badan, dan gangguan pembentukkan jaringan tubuh. Oleh karena itu diperlukannya konsumsi pangan yang cukup baik kualitas dan kuantitasnya, beragam, dan bergizi. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan zat gizi mikro dan asal SMA dapat dilihat pada Tabel 11.
37 Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan zat gizi mikro dan asal SMA Kategori tingkat kecukupan zat gizi mikro SMA Yogyakarta SMA Padang Total n % n % n % Kalsium Kurang Cukup Total Fosfor Kurang Cukup Total Besi Kurang Cukup Total Vitamin A Kurang Cukup Total Vitamin C Kurang Cukup Total Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa pada kedua kelompok contoh > 60 kurang kalsium, > 60 % kurang fosfor, > 60 % kurang zat besi, dan > 65 % kurang vitamin C sedangkan contoh di Yogyakarta sebanyak 51 % cukup vitamin A. Kekurangan zat gizi mikro pada contoh diduga karena pangan yang dikonsumsi contoh kurang mengandung sumber kalsium, fosfor, dan zat besi. Sedangkan kekurangan vitamin C dapat diduga karena kurangnya konsumsi buah-buahan dan sayuran. Oleh karena itu kelompok contoh dianjurkan untuk memilih menu hewani sumber kalsium, fosfor, dan zat besi serta menu sayuran dan buah-buahan yang merupakan sumber vitamin. Kualitas Konsumsi Pangan Mean Adequacy Ratio (MAR) Mean adequacy ratio adalah hasil dari pembagian tingkat kecukupan energi dan zat gizi atau NAR (Nutrient Adequacy Ratio) dengan jumlah jenis zat gizi yang dihitung (Gibson 1990). Nilai MAR maksimal adalah 100 sehinga apabila ada nilai lebih dari 100 maka akan dibulatkan menjadi 100. Skor MAR yang mendekati 100 berarti bahwa kualitas konsumsi pangan yang baik. Dalam penelitian ini membagi skor MAR ke dalam tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Sebaran contoh berdasarkan skor MAR di SMA Yogyakarta dan Padang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan skor MAR dan asal SMA Skor SMA Yogyakarta SMA Padang Rata-rata MAR 64.3 ± 19.7a 56.2 ± 24.9b 60.2 ± 22.8 a Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang beda adalah berbeda nyata (p<0.05) 19
38 20 Skor MAR di SMA Yogyakarta nyata lebih tinggi (p<0.05) daripada di Padang. Hal ini mengidentifikasikan bahwa konsumsi pangan contoh di SMA Yogyakarta lebih beragam dalam menyumbang zat gizi daripada contoh di Padang. Hasil penelitian Lativa (2013) menyebutkan bahwa rata-rata skor MAR remaja usia tahun di Bogor adalah 62.0 ± Skor MAR di SMA Yogyakarta lebih tinggi daripada hasil tersebut sedangkan skor MAR di Padang lebih rendah. Dapat diduga faktor yang dapat memengaruhi kualitas konsumsi pangan adalah kesadaran akan pemilihan pangan yang akan dikonsumsinya (Manjiang et al. 2003; Arisman 2009). Nilai MAR yang melebihi 100 dibulatkan ke 100 karena supaya zat gizinya saling menggantikan nilai NAR zat gizi yang di bawah 100 (Gibson 1990). Penelitian ini mengkatagorikan skor MAR dalam tiga kategori yaitu kurang, sedang, dan baik. Sebaran contoh berdasarkan kategori MAR di SMA Yogyakarta dan Padang. Sebaran contoh berdasarkan kategori MAR dan asal SMA disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor MAR dan asal SMA Kategori SMA Yogyakarta SMA Padang Total MAR n % n % n % Sangat kurang Kurang Sedang Baik Total Tabel 13 menunjukkan bahwa persentase kategori skor MAR yang sangat kurang dan kurang di SMA Yogyakarta (57.1 %) lebih sedikit daripada di Padang (66.4 %). Kategori baik di SMA Yogyakarta (19.4 %) lebih tinggi dariapada Padang (14.9 %). Hal ini dapat menjadi gambaran bahwa kualitas konsumsi pangan di SMA Yogyakarta lebih baik daripada di Padang. Secara keseluruhan skor MAR yang tergolong buruk adalah hampir dari setengah total contoh pada kedua kelompok. Lee et al. (2012) menyatakan bahwa kualitas konsumsi pangan pada contoh yang baik akan memengaruhi status gizi. Healthy Eating Index (HEI) Status gizi dapat dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi pangan dan infeksi. Konsumsi dapat diukur secara kuantitas dan kualitas. Healthy eating index merupakan salah satu alat ukur kualitas konsumsi pangan dapat digunakan dengan menghitung porsi makanan yang dikonsumsi (Kennedy 2008). Pengembangan HEI berpedoman pada dietary guidelines pada setiap negara seperti Amerika, Australia, dan Thailand. Penyusunan HEI Indonesia adalah penjabaran dari Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang ada. Prinsip penyusunan HEI Indonesia adalah pembuatan kriteria porsi pada setiap kompenen makanan yang sesuai dengan PUGS yang mengacu pada Kennedy (2008) dengan modifikasi.
39 Healthy eating index (HEI) adalah skor kualitas pangan yang dikonsumsi seseorang yang menggambarkan seberapa baik konsumsi pangannya dan berpengaruh pada status gizi (USDA 1995; Kennedy 2008). Kompenen dari healthy eating index terdiri dari sepuluh kompenen yang akan diolah menjadi skor yang menghasilkan kualitas konsumsi pangan contoh. Penilaian dari setiap komponen yang sesuai anjuran diberikan skor 10 sedangkan yang tidak sesuai anjuran bernilai nol (0) hal dapat berarti bahwa konsumsi pangan contoh melebihi batas anjuran ataupun contoh tidak mengonsumsi makanan tersebut namun pada penelitian ini dilakukan modifikasi dalam system skoring yaitu pada kriteria porsi berada pada kisaran tertinggi maka diberi skor 10. Hal ini berlaku juga pada kriteria porsi terendah (pembobotan porsi). Terdapat perbedaan konsumsi antara contoh di SMA Yogyakarta dan Padang yaitu pada kompenen sayuran, protein nabati, dan keragamannya yang menunjukkan nilai lebih besar contoh di SMA Yogyakarta daripada Padang. kelompok contoh tersebut adalah terdapat hasil nyata berbeda pada kualitas konsumsi kompenen sayuran, protein nabati, dan keragamannya di SMA Yogyakarta dan Padang sedangkan untuk kompenen lainnya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0.05). Total HEI contoh di SMA Yogyakarta lebih besar yaitu 31.3±7.9 daripada contoh di SMA Padang yaitu 27.9±8.5. Total skor HEI kedua kelompok contoh tersebut adalah nyata berbeda (p<0.05). Skor HEI dalam satuan porsi berdasarkan kompenen dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Skor healthy eating index dalam satuan porsi berdasarkan kompenen Kompenen SMA Yogyakarta SMA Padang Sumber KH 5.8 (0.0, 10.0)a 5.1±2.9a Sayuran 1.3 (0.0, 10.0)a 0.7 (0.0, 7.3)b Buah-buahan 0.0 (0.0, 5.8)a 0.0 (0.0, 9.6)a Protein Hewani 4.6 (0.0, 10.0)a 4.8 (0.0, 10.0)a Protein Nabati 1.7 (0.0, 10.0)a 0.0 (0.0, 10.0)b Total Lemak 9.7 (0.0, 10.0)a 7.1 (0.0, 10.0)a Keragaman 10.0 (5.0, 10.0)a 10.0 (5.0, 10.0)b Total 31.3±7.9a 27.9±8.5b a Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang beda adalah beda nyata (p<0.05) Keragaman konsumsi contoh di SMA Yogyakarta dan Padang adalah nyata berbeda dibuktikan dengan skor rata-rata HEI dikedua kelompok contoh. Total skor HEI kedua kelompok contoh di SMA Yogyakarta nyata lebih besar daripada Padang (p<0.05). Konsumsi Sayuran dan buah-buahan contoh di SMA Yogyakarta dan Padang adalah kurang beragam sehingga harus ditingkatkan lagi. Konsumsi sayuran dan buahbuahan merupakan hal yang sangat penting karena sumber vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsi-fungsi fisiologis (Ritchie et al. 2010). Konsumsi protein nabati pada kedua kelompok contoh juga tergolong kurang beragam yaitu di Yogyakarta nyata lebih tinggi daripada Padang (p<0.05). 21
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =
17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan
Lebih terperinciMETODE. n = Z 2 P (1- P)
18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh
Lebih terperinciMETODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11
METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat
METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat
Lebih terperinciMETODE. Zα 2 x p x (1-p)
16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program
Lebih terperinciGambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita
22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel
15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan
Lebih terperinciKonsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi
KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku
126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,
Lebih terperinciKarakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi
20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan
Lebih terperinciAdequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan
Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan
Lebih terperinciMETODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 1 N
32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen
Lebih terperinciANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI
ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciGambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti
KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain
Lebih terperinciMETODE. Gambar 7 Kerangka pemilihan lokasi penelitian. Sekolah Dasar di Kota Bogor. SAB SDIT Insantama SDN Polisi 4 SDN Sukadamai 3
23 METODE Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain case study yang dilaksanakan di sekolah dasar negeri dan swasta di Kota Bogor. Pemilihan sekolah yang menjadi lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1
20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT
Lebih terperinciMETODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data
15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40
15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel
18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.
Lebih terperinciKONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI
1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan
Lebih terperinciGambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil
13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk
Lebih terperinciMETODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa
METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data
Lebih terperinciMETODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh
Lebih terperinciKUALITAS KONSUMSI PANGAN DAN PRESTASI BELAJAR REMAJA STUNTED DAN NORMAL DI SMAN 1 DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR ELDA VEDLINA
i KUALITAS KONSUMSI PANGAN DAN PRESTASI BELAJAR REMAJA STUNTED DAN NORMAL DI SMAN 1 DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR ELDA VEDLINA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciMETODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY
HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Lebih terperinciKarakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan
KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan
Lebih terperinciMETODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek
METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)
17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)
22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)
Lebih terperinciGambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita
17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.
Lebih terperinciPENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu
Lebih terperinciGAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR
GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,
Lebih terperinciHUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTED PADA REMAJA SOFIATUL ANDARIAH
HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTED PADA REMAJA SOFIATUL ANDARIAH DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN
Lebih terperinciPENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK
i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT
Lebih terperinciMETODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2
17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.
Lebih terperinciBagan Kerangka Pemikiran "##
KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan
Lebih terperinciPola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi
KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman
Lebih terperinciASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR DIAN TIRTA ANNISA
ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR DIAN TIRTA ANNISA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciANALISIS DENSITAS ASUPAN ZAT GIZI DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR AHMAD FAUZI
ANALISIS DENSITAS ASUPAN ZAT GIZI DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR AHMAD FAUZI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciGambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.
102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari,
Lebih terperinciKonsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol
15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan
Lebih terperinciMETODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n =
24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross
Lebih terperinci