ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI"

Transkripsi

1 ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN SUCI WULANDARI. D Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler di Wilayah Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, MSc. Agribisnis peternakan merupakan usaha yang sudah cukup lama berkembang di masyarakat. Usaha peternakan yang banyak diminati masyarakat adalah usaha ayam broiler. Ayam broiler di Indonesia memiliki populasi terbesar dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Populasi ayam broiler yang tinggi ini juga didukung oleh tingginya tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia yang sebagian besar didominasi oleh daging unggas, khususnya daging ayam broiler. Tingginya tingkat konsumsi daging ayam broiler juga didukung oleh banyaknya jumlah penduduk. Salah satu bagian dari provinsi DKI Jakarta dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Jakarta Timur. Pemasaran ayam broiler melibatkan berbagai macam lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran saling berhubungan membentuk suatu saluran pemasaran. Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran akan menciptakan nilai tambah yang menguntungkan. Oleh karena itu, nilai tambah tersebut perlu dianalisis untuk mengetahui potensi usaha pemasaran ayam broiler. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik pelaku pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur, mengidentifikasi pola pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur, menganalisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Kramat Jati, Pasar Cibubur, dan Pasar Jambul. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, mulai pada pertengahan bulan November 2007 hingga pertengahan bulan Januari Metode pengambilan sampel pasar dilakukan dengan metode purposive sampling, sedangkan pengambilan sampel pedagang pengecer dilakukan dengan metode accidental sampling. Pengambilan sampel di tingkat pedagang pemotong dan pedagang pengumpul dengan cara mengikuti rantai pemasaran. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami et al. (1987). Karakteristik responden pada lembaga pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yang merupakan pemula usaha dengan sedikit tenaga kerja yang dimiliki, berada pada usia produktif, dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur terdapat 8 macam saluran pemasaran. Saluran pemasaran terbesar yaitu saluran dari peternak ke pedagang pengumpul kemudian ke pedagang pengecer dengan input ayam hidup lalu ke konsumen lembaga menuju ke konsumen rumah tangga. Nilai tambah ayam broiler terbesar terdapat pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup. Pedagang pengecer dengan input ayam hidup mendapatkan nilai tambah terbesar dari proses pemotongan ayam yang dilakukan sendiri serta dari hati, ampela, dan usus yang dijual secara terpisah. Kata-kata kunci : ayam broiler, pemasaran, nilai tambah

3 ABSTRACT Added Value Analyses of Broiler Chicken s Marketing in East Jakarta Wulandari, S., S. Mulatsih and Sumiati The objectives of this study were : (1) to identify the characteristic of traders in broiler marketing, (2) to identify the patterns of broiler marketing distribution in East Jakarta, (3) to analyze the added value of broiler marketing activity in East Jakarta. This study was carried out from middle November, 2007 until middle Januari, 2008 in Pasar Kramat Jati, Pasar Cibubur, and Pasar Jambul, East Jakarta. The samples of retailers were taken by accidental sampling method, while the samples of slaughterers and collectors were obtained from the marketing chain. The data analyzed by descriptive analyses and added value analyses. The results of this study reveal that there were eight patterns of broiler marketing distribution. Based on total of broiler distribution activity in East Jakarta, the highest volume of broiler marketing activity was broiler farmers from the beginning to collectors, to retailers with life broiler input, to institution consumers then to the consumers. The highest added value was in the retailers with life broiler input level. Retailers with life broiler input level have more profit obtained from broiler that were slaughtered by trader him/herself, and due to the intestine and liver that were sold separately. Key words : broiler, marketing, added value.

4 ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SUCI WULANDARI D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR Oleh SUCI WULANDARI D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 8 Juli 2008 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr NIP Dr. Ir. Sumiati, MSc NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr NIP

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Agustus Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tumadi Sutadji dan Ibu Supiyah. Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun 1992 sampai tahun 1998 di SDN 05 Jakarta. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan lanjutan menengah pertama di SLTPN 233 Jakarta hingga tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN 39 Jakarta. Tahun 2004, penulis diterima sebagai Mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Penulis menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 sampai tahun 2006 sebagai staf minat dan enterpreneurship. Pada tahun 2006 sampai tahun 2007, penulis menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan sebagai staf olahraga dan budaya, Institut Pertanian Bogor.

7 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umatnya. Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler di Wilayah Jakarta Timur ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur serta menganalisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih belum sempurna baik dari segi penyajian materi dan tata bahasa. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 2 Kegunaan Penelitian... 3 KERANGKA PENELITIAN... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Ayam Broiler... 6 Pemasaran... 7 Saluran Pemasaran... 8 Marjin Pemasaran Nilai Tambah METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Populasi dan Sampel Desain Data dan Instrumentasi Pengumpulan Data Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Nilai Tambah Definisi Istilah KEADAAN UMUM LOKASI HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lembaga Pemasaran Jenis Kelamin Usia i ii iii iv v vii viii ix

9 Pendidikan Lama Usaha Tenaga Kerja Lembaga-Lembaga Pemasaran Pedagang Pengecer Pedagang Pemotong Pedagang Pengumpul Saluran Pemasaran Analisis Nilai Tambah Distribusi Nilai Tambah Terhadap Pendapatan Tenaga Kerja dan Keuntungan Distribusi Marjin Terhadap Pendapatan Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 46

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Persentase Karkas Ayam Broiler Marjin Pemasaran Ayam Broiler di Kecamatan Pancoranmas Kota Depok Faktor Konversi, Koefisien Tenaga Kerja dan Nilai Produk Pengolahan Ayam Berbumbu di Kota Jakarta Timur Rata-Rata Nilai Tambah Karkas Ayam Broiler Pada Pedagang Pemotong di Pasar Baru Bogor Rata-Rata Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Lembaga-Lembaga Pemasaran di Kota Jakarta Selatan Perhitungan Nilai Tambah Produk Luas Wilayah Menurut Administrasi Pemerintah Tahun Jumlah Kelurahan, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan Kepala Keluarga Menurut Kecamatan Tahun Distribusi Penduduk Menurut Pengeluaran Per Kapita Sebulan Tahun Jumlah Pasar Menurut Kecamatan Tahun Jenis Kelamin Responden Usia Responden Pendidikan Responden Lama Usaha Responden Tenaga Kerja Responden Perhitungan Rata-Rata Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Lembaga-Lembaga Pemasaran Distribusi Marjin Pemasaran Pada Lembaga-Lembaga Pemasaran Ayam Broiler... 39

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran di Wilayah Jakarta Timur Jalur Pemasaran Ayam Ras Pedaging di DKI Jakarta Saluran Pemasaran Daging Ayam Ras di Pasar-Pasar Tradisional Kota Bogor Saluran Pemasaran Ayam Broiler di Wilayah Jakarta Timur Distribusi Nilai Tambah Distribusi Nilai Tambah Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan Distribusi Marjin Pemasaran... 40

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Pedagang Pengecer Dengan Input Hidup Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Pedagang Pengecer Dengan Input Karkas Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Pedagang Pemotong Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Pedagang Pengumpul Populasi Unggas di Indonesia Tahun Konsumsi Daging di Indonesia Tahun Penduduk Jakarta Timur Menurut Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Tahun Peta Kota Jakarta Timur... 51

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Agribisnis peternakan merupakan usaha yang sudah cukup lama berkembang di masyarakat. Salah satu usaha peternakan yang banyak diminati masyarakat adalah usaha ayam broiler. Usaha ayam broiler banyak diminati karena sangat menguntungkan. Ayam broiler dapat menghasilkan daging dalam jumlah banyak dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat. Ayam broiler di Indonesia memiliki populasi terbesar dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Pada tahun 2005 populasi ayam broiler mencapai ekor atau sebesar 67 % dari total populasi unggas yang ada di Indonesia (Departemen Pertanian, 2006). Populasi ayam broiler yang tinggi ini juga didukung oleh tingginya tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia yang sebagian besar didominasi oleh daging unggas, khususnya daging ayam broiler. Pada tahun 2005, tingkat konsumsi daging tertinggi adalah daging ayam broiler sebesar 1,90 kg/kapita/tahun, sedangkan tingkat konsumsi daging sapi hanya sebesar 1,08 kg/kapita/tahun (Departemen Pertanian, 2006). Tingginya tingkat konsumsi daging ayam broiler juga didukung oleh banyaknya jumlah penduduk. DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Wilayah DKI Jakarta yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Jakarta Timur. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional tahun 2006, jumlah penduduk di wilayah Jakarta Timur mencapai jiwa dengan 47,24 % penduduknya memiliki rata-rata pengeluaran lebih dari lima ratus ribu rupiah per kapita per bulan (Badan Pusat Statistik, 2007). Hal ini menyebabkan ayam broiler memiliki potensi untuk terus dikembangkan, sehingga perlu adanya kegiatan pemasaran yang baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging ayam broiler di wilayah Jakarta Timur. Pemasaran ayam broiler melibatkan berbagai macam lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran saling berhubungan dalam melakukan aktivitas pemasaran ayam broiler, sehingga membentuk suatu saluran pemasaran. Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menyalurkan ayam broiler dari peternak hingga ke konsumen akhir akan menciptakan nilai tambah yang menguntungkan. Nilai tambah yang dihasilkan merupakan daya tarik tersendiri bagi

14 usaha pemasaran ayam broiler. Oleh karena itu, nilai tambah tersebut perlu dianalisis untuk mengetahui potensi usaha pemasaran ayam broiler. Perumusan Masalah Agribisnis ayam broiler adalah usaha yang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki potensi pasar yang baik. Salah satu wilayah yang memiliki potensi pasar yang baik adalah Jakarta Timur. Jumlah penduduk di wilayah Jakarta Timur paling tinggi dibandingkan dengan wilayah DKI Jakarta lainnya. Selain itu, penduduk terbanyak memiliki rata-rata pengeluaran lebih dari lima ratus ribu rupiah per kapita per bulan. Hal ini mendukung pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur. Pemasaran ayam broiler melibatkan lembaga-lembaga pemasaran. Proses penyaluran ayam broiler dari peternak sampai kepada konsumen akhir akan menciptakan nilai tambah. Nilai tambah yang tercipta sangat menguntungkan bagi lembaga pemasaran ayam broiler. Hal ini menjadikan usaha pemasaran ayam broiler memiliki peluang usaha yang baik, sehingga berbagai hal yang berhubungan dengan potensi usaha pemasaran ayam broiler perlu untuk diketahui. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik lembaga-lembaga pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur? 2. Bagaimana saluran pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur? 3. Berapa nilai tambah di lembaga-lembaga pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik lembaga-lembaga pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur 2. Mengidentifikasi saluran pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur 3. Menganalisis nilai tambah di lembaga-lembaga pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur 2

15 Kegunaan Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Sebagai bahan informasi bagi para pelaku bisnis mengenai pemasaran ayam broiler 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan usaha pemasaran ayam broiler 3. Menjadi literatur untuk kajian-kajian yang sejenis mengenai agribisnis peternakan 3

16 KERANGKA PEMIKIRAN Ayam broiler sebagai sumber protein hewani memiliki banyak kelebihan. Daging yang dihasilkan banyak dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat, rasa dagingnya yang khas dan enak, serta harganya yang terjangkau membuat ayam broiler memiliki potensi pasar yang baik untuk terus dikembangkan. Potensi pasar ini juga perlu didukung oleh sistem pemasaran yang baik agar penyaluran ayam broiler dapat berjalan lancar. Pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur melibatkan berbagai macam lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran ayam broiler yang terlibat meliputi pedagang pengecer, pedagang pemotong, dan pedagang pengumpul ayam broiler. Lembaga pemasaran ayam broiler ditelusuri mulai dari pedagang pengecer di Pasar Kramat Jati, Pasar Cibubur, dan Pasar Jambul, kemudian ke pedagang pemotong sampai kepada pedagang pengumpul ayam broiler yang berada di wilayah Jakarta Timur. Proses penyaluran ayam broiler agar dapat berjalan baik perlu diketahui karakteristik lembaga pemasaran, saluran pemasaran, dan nilai tambah di masingmasing lembaga pemasaran. Karakteristik lembaga pemasaran dan saluran pemasaran dijelaskan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan pelaku usaha pemasaran ayam broiler dan saluran pemasaran yang dilalui untuk menyalurkan ayam broiler, sedangkan nilai tambah dijelaskan dengan menggunakan metode Hayami et al. (1987) untuk mengetahui komponen dari nilai tambah. Nilai tambah yang dihasilkan selama proses pemasaran ayam broiler sangat menguntungkan bagi lembaga pemasaran. Hal ini menjadikan usaha pemasaran ayam broiler memiliki potensi usaha yang baik, sehingga perlu diketahui prospek usaha pemasaran ayam broiler berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis nilai tambah. Diagram alur kerangka pemikiran di wilayah Jakarta Timur disajikan pada Gambar 1.

17 Ayam Broiler Pemasaran Pedagang Pengumpul Pedagang Pemotong Pedagang Pengecer Karakteristik Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran Nilai Tambah Analisis Deskriptif Analisis Nilai Tambah Prospek Usaha Pemasaran Ayam Broiler Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran di Wilayah Jakarta Timur 5

18 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Hingga kini, ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan di berbagai wilayah Indonesia (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2007). Daging ayam yang dipasarkan terutama berasal dari ayam broiler. Ayam broiler yang dipasarkan berumur 6-7 minggu dengan bobot karkas antara 1,2-1,7 kg per ekor dan bobot hidup sekitar 2,3 kg per ekor. Ayam broiler terbagi menjadi golongan kecil sebesar 2 kg per ekor, golongan menengah antara 2-2,5 kg per ekor, dan golongan besar sebesar 2,5 kg per ekor (Ensminger, 2004). Ayam broiler sekarang ini kebanyakan tidak dipasarkan dalam bentuk utuh tetapi dalam bentuk yang telah dipotong-potong. Karkas yang berukuran kecil 0,8 1,0 kg dipasarkan utuh. Akan tetapi, konsumen di Indonesia lebih suka dapat memperolehnya dalam bentuk yang telah dipotong-potong. Selain dalam bentuk yang telah dipotong-potong, konsumen lokal lebih menyukai karkas segar karena diasosiasikan dengan nilai halal (Amrullah, 2004). Persentase karkas ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase Karkas Ayam Broiler Bobot Hidup Persentase dari bobot hidup (%) 1,52 65,5 1,77 67,2 1,89 66,7 1,97 70,1 2,12 72,1 2,29 71,4 2,42 73,4 Sumber : Bell dan Weaver, 2002

19 Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial yang mellibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain untuk mengembangkan hubungan pertukaran (Boyd, 2000). Menurut Assauri (2007), pemasaran dinyatakan sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Pemasaran dilihat dari penerapan teori pasar dan distribusi, sehingga menimbulkan pengkajian pemasaran dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan kelembagaan, pendekatan fungsi, dan pendekatan barang. Dari pendekatan kelembagaan, maka pemasaran dilihat dari berbagai mata rantai distibusi, seperti pedagang besar, pedagang perantara, pedagang pengecer, dan pedagang pengumpul. Pendekatan fungsi dalam fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fungsi distribusi fisik, dan fungsi penunjang. Dari pendekatan barang, pemasaran dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang terdapat dalam pemasaran berbagai jenis barang. Masing-masing jenis barang memerlukan penanganan dalam pemasaran yang berbeda. Pasar mempunyai makna tempat pertemuan antara pembeli dengan penjual. Makna yang lebih tepat lagi adalah tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran. Pasar berarti pertemuan antara permintaan daging atau telur ayam dengan penawaran dalam agribisnis ayam ras (Suharno, 2004). Pasar merupakan arena pertukaran potensial baik dalam bentuk fisik sebagai tempat berkumpul atau bertemunya para penjual dan pembeli, maupun yang tidak berbentuk fisik, yang memungkinkan terlaksananya pertukaran, karena dipenuhinya persyaratan pertukaran, yaitu minat dan citra serta daya beli (Assauri, 2007). Menurut Boyd (2000), pasar terdiri dari individu dan organisasi yang tertarik dan bersedia membeli produk tertentu untuk mendapatkan manfaat yang akan memuaskan kebutuhan atau keinginan tertentu, dan yang memiliki sumberdaya untuk terlibat dalam transaksi. Menurut Amir (2005), terdapat dua golongan utama pasar, yaitu : 1) pasar konsumen adalah mereka yang membeli untuk dikonsumsi langsung sebagai pengguna akhir. Konsumen sebagai individu, sebagai mahasiswa, ibu rumah tangga, 7

20 seorang ayah, dan seterusnya, 2) pasar bisnis adalah organisasi yang membeli barang untuk dikonsumsi dan/atau mengolah kembali (digunakan sebagai bahan dalam proses produksi) dan/atau menjual kembali. Konsumen berwujud pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembelian di sebuah organisasi. Meskipun yang bertindak individu, namun karena terikat dengan sistem di dalam organisasi, pasar ini mempunyai karakter tersendiri. Saluran Pemasaran Saluran distribusi adalah lembaga-lembaga yang memasarkan produk berupa barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Bentuk saluran pola distribusi dapat dibedakan atas saluran langsung dan saluran tidak langsung. Saluran langsung yaitu produsen ke konsumen, sedangkan saluran tidak langsung dapat berupa produsen ke pengecer ke konsumen, produsen ke pedagang besar/menengah ke pengecer ke konsumen, dan produsen ke pedagang besar ke pedagang menengah ke pengecer ke konsumen (Assauri, 2007). Menurut Priyatno (2003), dalam memasarkan hasil produksi usaha pemotongan ayam perlu memperhatikan hal-hal : 1) jarak antara tempat pemotongan ayam dengan pelanggan (customer) harus sesuai dengan karkas atau sampingan yang dikirim, 2) tipe pelanggan harus dikenali, yaitu : berdiri sendiri atau termasuk dalam grup perusahaan besar tertentu, permodalannya perlu diperhitungkan, termasuk perusahaan dengan modal yang kuat atau tidak, dan kegiatan perusahaan tersebut tergolong laris/ramai atau tidak, 3) sifat pelanggan perlu juga dikenali karena ada yang sering curang atau tidak jujur terhadap pemasok (supplier), 4) sistem pembayaran dapat dilakukan secara tunai (cash) atau memakai giro maupun dalam jangka waktu tertentu, 5) kondisi perusahaan pemotongan lain yang memasok pelanggan yang sama karena dapat menjadi saingan atau kompetitor. Jalur pemasaran ayam ras dari peternak biasanya tidak langsung ke konsumen, melainkan melalui beberapa tahap, yaitu pengumpul ayam, ke pangkalan ayam, dan baru kemudian ke konsumen melalui warung makan atau pedagang keliling (Suharno, 2003). Menurut Amir (2005), secara umum fungsi utama dari saluran pemasaran ada tiga, yakni berkaitan dengan waktu penyerahan, biaya serta kebutuhan akan tempat. Semuanya akan memberikan nilai tambah bagi sebuah produk. 8

21 Menurut Suharno (2004), jalur pemasaran ayam ras ada tiga macam yaitu : 1) konsumen langsung, telur atau daging ayam langsung dijual kepada konsumen atau langganan. Kondisi demikian bisa tercipta jika di daerah tersebut permintaan lebih besar dibanding dengan penawaran, 2) melalui pedagang pengumpul. Melalui perjanjian, pedagang pengumpul selalu datang membeli ayam hidup atau telur ayam, 3) melalui grosir atau pengecer di pasar, misalnya ke supermarket atau pedagangpedagang telur atau pemotongan ayam. Jalur pemasaran ayam ras pedaging di DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 2. Peternak Pemotongan Penyalur Pangkalan Fast food Pasar Swalayan Hotel Restoran Catering Food outlet Food industri Kelompok pemotong kecil (tukang sate, soto, bakmi) Penjaja keliling Restoran Catering Warung nasi Pasar umum Keterangan : ayam hidup ayam potong Gambar 2. Jalur Pemasaran Ayam Ras Pedaging di DKI Jakarta (Suharno, 2004) Menurut Assauri (2007), saluran pemasaran dibutuhkan terutama karena adanya kesenjangan (gap) diantara produksi dan konsumsi. Perbedaan jarak tersebut berupa perbedaan jarak geografis, waktu, jumlah, varietas dan kesenjangan informasi. Hasil penelitian Basuki (2005), tentang analisis struktur pasar, perilaku pasar, dan marjin pemasaran pedagang pengecer daging ayam ras di pasar-pasar tradisional Kota Bogor menunjukkan bahwa secara umum saluran pemasaran daging ayam ras di pasar-pasar tradisional Kota Bogor juga dikuasai oleh grosir dan RPA. Saluran 9

22 pemasaran daging ayam ras di pasar-pasar tradisional Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 3. 1 Pedagang grosir 1 Peternak/produsen 2 RPA 1 dan 2 Pedagang pengecer di pasar tradisional 3 Pedagang grosir 3 Gambar 3. Saluran Pemasaran Daging Ayam Ras di Pasar-Pasar Tradisional Kota Bogor (Basuki, 2005) Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui terdapat tiga saluran pemasaran. Pada saluran pertama (produsen, grosir, RPA, pengecer), pedagang pengecer di pasar tradisional membeli ayam dalam kondisi terpotong dari RPA dan RPA memperoleh ayam dari pedagang grosir. Pada saluran kedua (produsen, RPA, pengecer) pedagang pengecer di pasar tradisional membeli ayam dalam kondisi terpotong dari RPA dan RPA memperoleh ayam dari peternak/produsen, sedangkan pada saluran ketiga (produsen, grosir, pengecer) sebagian pedagang pengecer di pasar tradisional membeli ayam dalam kondisi hidup, sehingga pengecer juga berperan sebagai pemotong ayam. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer (konsumen) dengan harga yang diterima produsen (petani/nelayan/peternak). Dengan kata lain, marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat konsumen (Rahim dan Diah, 2007). Hasil penelitian Choer (2005), mengenai analisis nilai tambah pengolahan dan pemasaran ayam broiler di Kecamatan Pancoranmas Kota Depok, marjin pemasaran terbesar terdapat pada lembaga pemasaran berupa rumah makan yaitu sebesar Rp ,00 per ekor. Besar kecilnya marjin pemasaran dipengaruhi oleh harga output, sumbangan input lain, dan harga bahan baku. Analisis marjin 10

23 pemasaran bertujuan untuk melihat seberapa besar marjin pemasaran yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran. Marjin pemasaran ayam broiler di Kecamatan Pancoranmas Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Marjin Pemasaran Ayam Broiler di Kecamatan Pancoranmas Kota Depok Lembaga Pemasaran Nilai Output (Rp/ekor) Marjin (Rp/ekor) Pedagang Pengumpul (karkas) , ,67 17,14 Pedagang Pengumpul (ayam hidup) ,00 816,00 6,86 Pedagang Pemotong , ,88 12,64 Pedagang Pengecer , ,00 12,50 Pedagang Ayam Goreng Fast Food Kaki Lima % , ,00 41,67 Rumah Makan , ,00 65,97 Sumber : Choer, 2005 Nilai Tambah Untuk meningkatkan nilai tambah dari daging ayam, maka dapat dilakukan cara pengemasan yang baik. Pengemasan dapat dilakukan untuk satu ekor ayam tanpa jeroan (karkas), kemudian jeroan dikemas tersendiri, demikian juga kepala dan kaki. Di luar negeri bagian tubuh ayam yang dikonsumsi hanya karkas saja. Namun, di Indonesia masyarakat justru gemar mengkonsumsi jeroan, kaki dan kepala. Jadi, nilai tambah penjualan ayam yang sudah dipotong terletak pada penjualan bagian tubuh di luar karkas (Suharno, 2003). Komponen dari nilai tambah yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output per satuan input (Hayami et al., 1987). Penelitian Setianingsih (2004), tentang nilai tambah ayam berbumbu oleh Industri Rumah Tangga (IRT) di Kota Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 3. 11

24 Tabel 3. Faktor Konversi, Koefisien Tenaga Kerja dan Nilai Produk Pengolahan Ayam Berbumbu di Kota Jakarta Timur Variabel Industri Rumah Tangga Skala Kecil Skala Menengah Skala Besar Faktor Konversi 1,00 1,00 1,00 Koefisien Tenaga Kerja 0,06 0,04 0,02 Nilai Produk , , ,88 Sumber : Setianingsih, 2004 Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output yang dihasilkan dengan nilai input yang digunakan. Nilai faktor konversi pada IRT ayam berbumbu skala besar, skala menengah, dan skala kecil adalah satu. Artinya, dengan menggunakan satu kilogram bahan baku utama ayam ras pedaging menghasilkan sebanyak satu kilogram ayam berbumbu. Koefisien tenaga kerja sebesar 0,06 pada IRT skala kecil menunjukkan bahwa jumlah hari orang kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan satu kilogram bahan baku adalah 0,06 hari atau 28 menit 8 detik. Nilai koefisien tenaga kerja menunjukkan produktifitas tenaga kerja, yaitu tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja pada proses produksi pengolahan ayam pedaging menjadi ayam berbumbu. Harga output merupakan rata-rata penjualan ayam berbumbu selama satu periode. Harga output pada IRT skala kecil sebesar Rp ,88 per kg bahan baku, skala menengah sebesar Rp ,50 per kg bahan baku, dan skala besar sebesar Rp ,88 per kg bahan baku. Perbedaan harga output disebabkan perbedaan daerah tujuan pemasaran dan konsumen pelanggan ayam berbumbu. Penelitian Wiradisastra (2008), tentang analisis nilai tambah pemasaran ayam broiler (kasus pedagang pemotong di Pasar Baru Kota Bogor) dapat dilihat pada Tabel 4. 12

25 Tabel 4. Rata-Rata Nilai Tambah Karkas Ayam Broiler Pada Pedagang Pemotong di Pasar Baru Bogor Pedagang Pemotong Besar Nilai Tambah (Rp/hari) Pedagang Pemotong Kecil Nilai Tambah (Rp/hari) Pemotong Besar I 4.067,80 Pemotong Kecil I 7.583,81 Pemotong Besar II 9.881,00 Pemotong Kecil II 7.767,14 Pemotong Besar III 5.225,03 Pemotong Kecil III 8.775,37 Pemotong Besar IV 7.548,16 Pemotong Kecil IV 7.663,51 Pemotong Besar V 6.870,16 Pemotong Kecil V 7.906,79 Pemotong Besar VI 3.084,73 Pemotong Kecil VI 7.719,81 Pemotong Besar VII 5.982,21 Pemotong Kecil VII 8.779,53 Pemotong Besar VIII 6.004,30 Pemotong Kecil VIII 7.992,49 Pemotong Besar IX 7.195,89 Rata-Rata 6.206,59 Rata-Rata 8.023,56 Sumber : Wiradisastra, 2008 Harga input bahan baku merupakan harga beli ayam hidup. Rata-rata nilai tambah ayam pada pedagang pemotong besar sebesar Rp 6.206,59 per ekor, sedangkan pada pedagang pemotong kecil sebesar Rp 8.023,56 per ekor. Hal ini disebabkan adanya biaya resiko kematian dan penerimaan yang hilang akibat kematian yang ditanggung oleh pedagang pemotong besar, selain itu biaya BBM pada pedagang pemotong besar lebih besar karena jarak lokasi peternakan yang jauh dari TPA, sehingga variabel sumbangan input lain per ekor ayamnya menjadi lebih besar. Nilai tambah dan keuntungan per ekor ayam yang didapat pedagang pemotong lebih kecil dibandingkan pedagang pemotong kecil karena saluran pemasaran ayam broiler yang dilalui oleh pedagang pemotong besar lebih banyak dan biaya-biayanya (sumbangan input lain) lebih besar dibandingkan pedagang pemotong kecil. Hasil penelitian Indrawasih (2008), tentang analisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota Jakarta Selatan, nilai tambah yang diciptakan lembaga pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan sebesar Rp ,32 per ekor ayam broiler. Pedagang pengecer pemotong memperoleh bagian 33,14 % untuk penjualan ayam potong dari total nilai tambah yang diciptakan. Bagian nilai tambah 13

26 pedagang pengecer ayam potong sebesar 26,86 %. Pedagang pemotong dan pengumpul memperoleh nilai tambah penjualan ayam potong masing-masing sebesar 27,50 % dan 12,50 % dari total nilai tambah secara keseluruhan. Pedagang pengecer pemotong memperoleh bagian nilai tambah yang paling besar. Hal ini dikarenakan pada pedagang pengecer pemotong perbedaan antara nilai output dan harga input relatif besar, sehingga menciptakan nilai tambah yang cukup besar. Rata-rata nilai tambah pemasaran ayam broiler pada lembaga-lembaga pemasaran di Kota Jakarta Selatan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-Rata Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Lembaga- Lembaga Pemasaran di Kota Jakarta Selatan Lembaga Pemasaran Nilai Tambah (Rp/ekor) % Pedagang Pengecer Ayam Potong 2.753,70 26,86 Pedagang Pengecer Pemotong 3.397,73 33,14 Pedagang Pemotong 2.819,17 27,50 Pedagang Pengumpul 1.282,72 12,50 Total ,32 100,00 Sumber : Indrawasih,

27 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Kramat Jati, Pasar Cibubur, dan Pasar Jambul, serta di lembaga-lembaga pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur. Pemilihan lokasi pasar dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan beberapa faktor, yaitu : a) rekomendasi dari PD. Pasar Jaya; b) pasar memiliki potensi maju; c) adanya pedagang pengecer ayam broiler yang berjualan secara kontinyu. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu pada pertengahan bulan November 2007 hingga pertengahan bulan Januari Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh komponen yang terlibat dalam pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur meliputi 9 orang pedagang pengecer, 3 orang pedagang pemotong, dan 4 orang pedagang pengumpul. Pengambilan sampel pasar dilakukan dengan metode purposive sampling, sedangkan pengambilan sampel pedagang pengecer dilakukan dengan metode accidental sampling. Pengambilan sampel pedagang pemotong, dan pedagang pengumpul dilakukan dengan cara mengikuti rantai pemasaran. Sampel pasar terkategorikan berdasarkan jenis pasar. Berdasarkan kategori tersebut, sampel pasar terbagi menjadi tiga jenis pasar yaitu Pasar Kramat Jati sebagai pasar kota (pasar besar), Pasar Cibubur sebagai pasar wilayah (pasar sedang), dan Pasar Jambul sebagai pasar lingkungan (pasar kecil). Sampel pedagang pengecer yang digunakan sebanyak 9 responden terdiri dari 3 pedagang pengecer pada setiap pasar. Pada masing-masing pasar diambil 3 pedagang pengecer yaitu 1 pedagang pengecer besar, 1 pedagang pengecer sedang, dan 1 pedagang pengecer kecil. Sampel pedagang pengecer terkategorikan berdasarkan besarnya penjualan. Desain Penelitian ini dilakukan melalui metode survei yang bersifat deskriptif. Menurut Singarimbun dan Effendi (1986), informasi melalui survei dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

28 Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan sampel pedagang pengecer, pedagang pemotong, dan pedagang pengumpul, serta narasumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait, studi pustaka, dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian. Pengumpulan Data Data primer dan sekunder dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung. Data-data primer dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengamatan dan wawancara dengan responden. Data-data sekunder dikumpulkan dari data Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, PD Pasar Jaya, serta dari instansi lain yang terkait dengan penelitian. Analisis Data Analisis Deskripif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik pelaku pemasaran dan saluran pemasaran ayam broiler. Analisis Nilai Tambah Metode analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami et al. (1987). Metode ini merupakan analisis nilai tambah yang sering digunakan untuk komoditas pertanian. Analisis nilai tambah pada proses pengolahan menghasilkan informasi atau keluaran antara lain : 1. Nilai tambah (Rp). 2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk. 3. Balas jasa dari tenaga kerja (Rp), menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja langsung untuk memperoleh satu satuan bahan baku. 4. Bagian tenaga kerja (%), menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah. 5. Keuntungan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pemilik faktor produksi karena menanggung resiko usaha. 16

29 6. Tingkat keuntungan (%), menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah. 7. Marjin, menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis nilai tambah adalah : 1) membuat arus komoditas, 2) mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi, 3) memilih dasar perhitungan. Perhitungan nilai tambah produk dengan metode Hayami et al. (1987) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perhitungan Nilai Tambah Produk Variabel Output, Input, Harga 1. Output (ekor/hari) A 2. Input (ekor/hari) B 3. Tenaga Kerja (HKP/hari) C Nilai 4. Faktor Konversi (1:2) D=A/B 5. Koefisien Tenaga Kerja (3:2) E=C/B 6. Harga Output (Rp/ekor) F 7. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HKP) G Pendapatan dan Keuntungan (Rp/kg/hari) 8. Harga Input (Rp/ekor) H 9. Sumbangan Input Lain (Rp/ekor) I 10. Nilai Output (4x6) (Rp/ekor) J=DxF 11. a. Nilai Tambah (10-8-9) (Rp/ekor) b. Rasio Nilai Tambah [(11a:10)x100%] 12. a. Imbalan Tenaga Kerja (5X7) (Rp/ekor) b. Bagian Tenaga Kerja [(12a:11a)x100%] 13. a. Keuntungan (11a-12a) (Rp/ekor) b. Tingkat Keuntungan [(13a:10)X100%] Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (10-8) (Rp/ekor) a. Pendapatan Tenaga Kerja [(12a:14)x100%] b. Sumbangan Input Lain [(9:14)x100%] c. Keuntungan Perusahaan [(13a:14)x100%] Sumber : Hayami et al., 1987 K= J-H-I L%=K/Jx100% M=ExG N%=M/Kx100% O=K-M P%=O/Jx100% Q=J-H R%=M/Qx100% S%=I/Qx100% T%=O/Qx100% 17

30 Definisi Istilah 1. Ayam broiler adalah ayam hasil budidaya teknologi peternakan sebagai penghasil daging yang siap dipotong pada usia relatif muda dengan berat badan antara 1,2-1,9 kg/ekor. 2. Karkas adalah potongan ayam bersih tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki, dan organ dalam. 3. Jeroan adalah alat-alat tubuh bagian dalam ayam broiler yang lazim untuk dikonsumsi (hati, ampela, jantung, dan usus) 4. Pemasaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke konsumen. 5. Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dengan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. 6. Saluran pemasaran adalah jalur yang dilalui arus barang dari produsen ke perantara dan sampai pada konsumen/pemakai. 7. Pedagang pengecer adalah pedagang yang melakukan kegiatan penjualan karkas kepada konsumen lembaga dan konsumen akhir. 8. Pedagang pemotong adalah pedagang yang melakukan kegiatan pembelian ayam hidup dan melakukan proses pemotongan untuk dijual kembali dalam bentuk karkas. 9. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang melakukan proses pengumpulan untuk kemudian dijual kepada lembaga pemasaran dan konsumen. 10. Konsumen lembaga adalah lembaga yang membeli ayam broiler baik dalam bentuk hidup maupun dalam bentuk karkas untuk selanjutnya dilakukan pengolahan. 11. Konsumen rumah tangga adalah individu rumah tangga yang membeli ayam dalam bentuk karkas kepada pedagang pengecer untuk dikonsumsi sendiri. 12. Nilai tambah adalah penambahan nilai suatu komoditas akibat mendapat perlakuan tertentu. 13. Marjin pemasaran adalah selisih harga disetiap tingkatan lembaga pemasaran. 18

31 KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Geografis Kota Jakarta Timur merupakan bagian wilayah propinsi DKI Jakarta yang terletak antara Bujur Timur dan Lintang Selatan. Kota Jakarta Timur memiliki luas wilayah 187,75 km 2. Luas wilayah tersebut merupakan 28,37 % dari luas wilayah propinsi DKI Jakarta sebesar 661,62 km 2. Wilayah Kota Jakarta Timur memiliki perbatasan sebelah Utara dengan Kota Jakarta Utara dan Jakarta Pusat, sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bekasi (Propinsi Jawa Barat), sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor (Propinsi Jawa Barat), dan sebelah Barat berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan. Kota Jakarta Timur sebagai wilayah dataran rendah yang letaknya tidak jauh dari pantai memiliki 5 sungai yang mengalirinya. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Ciliwung, Sungai Sunter, Kali Malang, Kali Cipinang, dan Cakung Drain di bagian Utara wilayah Jakarta Timur. Penduduk Kota Jakarta Timur berdasarkan data survei sosial ekonomi nasional tahun 2006 memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk di Jakarta Timur mengalami kenaikan dari 0,75 % pada periode menjadi 1,04 % per tahun pada periode Kepadatan penduduk di Jakarta Timur rata-rata sekitar jiwa per km 2. Kepadatan penduduk yang paling tinggi berada di Kecamatan Matraman yaitu sebesar jiwa per km 2, sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah berada di Kecamatan Cipayung yaitu sebesar jiwa per km 2. Pemerintahan Administrasi pemerintahan Kota Jakarta Timur terbagi dalam 10 kecamatan, yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Ciracas, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Makasar, Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Duren Sawit, Kecamatan Cakung, Kecamatan Pulo Gadung, dan Kecamatan Matraman. Luas wilayah menurut administrasi pemerintah tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 7.

32 Tabel 7. Luas Wilayah Menurut Administrasi Pemerintah Tahun 2006 No. Nama Kecamatan Luas Area (km 2 ) 1. Pasar Rebo 12,94 2. Ciracas 16,08 3. Cipayung 27,36 4. Makasar 21,66 5. Kramat Jati 13,34 6. Jatinegara 10,64 7. Duren Sawit 22,80 8. Cakung 42,47 9. Pulo Gadung 15, Matraman 4,85 Jumlah/Total 187,75 Sumber : BPS Jakarta Timur, 2007 Kota Jakarta Timur memiliki 65 kelurahan yang merupakan wilayah administrasi pemerintahan paling rendah. Jumlah kelurahan, rukun warga, rukun tetangga dan kepala keluarga menurut kecamatan tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Kelurahan, Rukun Warga, Rukun Tetangga dan Kepala Keluarga Menurut Kecamatan Tahun 2006 Kecamatan Kelurahan Rukun Warga Rukun Tetangga Kepala Keluarga Pasar Rebo Ciracas Cipayung Makasar Kramat Jati Jatinegara Duren Sawit Cakung Pulo Gadung Matraman Jumlah/Total Sumber : BPS Jakarta Timur,

33 Konsumsi Tingkat konsumsi masyarakat dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk di suatu daerah. Indikator kesejahteraan penduduk membaik dapat terlihat jika komposisi makanan cenderung menurun, dan komposisi nonmakanan semakin meningkat. Persentase penduduk menurut pengeluaran per kapita sebulan tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Pengeluaran Per Kapita Sebulan Tahun 2006 Pengeluaran/kapita Jumlah (000 Rp) Orang % 100,00-149, ,57 150,00-199, ,60 200,00-299, ,50 300,00-499, ,10 500, ,24 Jumlah/Total ,00 Sumber : BPS Jakarta Timur, 2007 Perdagangan Peningkatan pertumbuhan ekonomi akan memacu kegiatan di sektor perdagangan. Oleh karena itu, diperlukan fasilitas tempat berjualan seperti pasar. Banyaknya pasar di Kota Jakarta Timur pada tahun 2006 sejumlah 31 lokasi, terdiri atas 29 pasar inpres dan 2 pasar induk. Pasar inpres tersebut terdiri atas 1 pasar regional, 2 pasar kota, 11 pasar wilayah dan 15 pasar lingkungan. Jumlah pasar menurut kecamatan tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel

34 Tabel 10. Jumlah Pasar Menurut Kecamatan Tahun 2006 Jenis Pasar Kecamatan Induk Regional Kota Wilayah Lingkungan Pasar Rebo Ciracas Cipayung Makasar Kramat Jati Jatinegara Duren Sawit Cakung Pulo Gadung Matraman Jumlah/Total Sumber : BPS Jakarta Timur, 2007 Keadaan Pasar Perusahaan Daerah Pasar Jaya (PD Pasar Jaya) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta yang bergerak dibidang perpasaran. PD Pasar Jaya mengelola 151 pasar yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di pasar-pasar tradisional di wilayah Jakarta Timur yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Jaya, yaitu Pasar Kramat Jati, Pasar Cibubur, dan Pasar Jambul. Pasar Kramat Jati Pasar Kramat Jati dibangun pada tahun Pasar Kramat Jati terletak di Jalan Raya Bogor, Kecamatan Kramat Jati. Lahan dan bangunan Pasar Kramat Jati seluas m 2. Pasar Kramat Jati memiliki 3 lantai, yaitu lantai dasar, lantai satu, dan lantai dua. Lantai dasar terdiri dari kios sebanyak 858 buah dan los sebanyak 3 buah. Lantai satu terdiri dari kios sebanyak 649 buah dan los sebanyak 288 buah. Lantai dua terdiri dari kios dan counter masing-masing sebanyak 1 buah. Pasar Kramat Jati termasuk dalam segmentasi pasar kota yang beroperasi selama 24 jam sehari. Pedagang pengecer ayam broiler di Pasar Kramat Jati berjumlah 30 orang. Pedagang pengecer ayam broiler rata-rata berjualan selama 7 22

35 jam dalam sehari. Pedagang pengecer ayam broiler berjualan baik di luar maupun di dalam pasar dengan waktu berjualan yang bergiliran selama 24 jam. Pasar Cibubur Pasar Cibubur terletak di Jalan Lapangan Tembak, Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Pasar Cibubur diremajakan kembali pada tahun 2005 oleh PT Deva Adhines dan PT Handa Surya Persada. Pasar Cibubur memiliki luas areal m 2 dan luas bangunan m 2 dengan daya tampung areal parkir sebanyak 150 mobil dan 100 motor. Pasar Cibubur memiliki 3 lantai, yaitu lantai basement, lantai dasar, dan lantai satu. Lantai basement terdiri dari kios sebanyak 175 buah, counter sebanyak 134 buah dan los sebanyak 272 buah. Lantai dasar terdiri dari kios sebanyak 312 buah dan lantai satu terdiri dari kios sebanyak 217 buah. Kios rata-rata memiliki ukuran 2x2 m 2, sedangkan counter dan los masing-masing berukuran 2x1,50 m 2. Sarana yang dimiliki oleh Pasar Cibubur, yaitu kantor pasar seluas 40 m 2, kantor satpam seluas 8 m 2, musholla seluas 50 m 2, MCK sebanyak 27 pintu di lima lokasi, counter sampah sebanyak 1 buah, dan kantor koperasi pasar (Bank Swamitra) seluas 18 m 2. Pasar Cibubur memiliki petugas satpam sebanyak 20 orang dari CV Karunia Setia Riski dan petugas kebersihan sebanyak 29 orang dari CV Giri Puri Sandi. Pasar Cibubur termasuk dalam segmentasi pasar wilayah yang beroperasi mulai pukul hingga pukul WIB. Jumlah pedagang pengecer ayam broiler di Pasar Cibubur sebanyak 18 orang, baik yang berjualan di luar maupun di dalam Pasar Cibubur. Pedagang pengecer ayam broiler rata-rata berjualan selama 8 jam sehari. Pasar Jambul Pasar Jambul dibangun pada tahun Pasar Jambul terletak di Jalan SMA 14, Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur. Pasar Jambul memiliki luas lahan dan bangunan sebesar 1.750,14 m 2. Pasar Jambul terdiri dari kios sebanyak 206 buah, counter sebanyak 92 buah, los sebanyak 22 buah, dan tenda sebanyak 164 buah. Pasar Jambul termasuk dalam segmentasi pasar lingkungan yang beroperasi mulai pukul WIB hingga pukul WIB. Pedagang pengecer ayam broiler di Pasar Jambul sebanyak 5 orang yang berjualan dengan menyewa kios di dalam pasar. 23

36 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lembaga Pemasaran Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama usaha, dan tenaga kerja terlibat. Jenis Kelamin Pemasaran ayam broiler melibatkan berbagai lembaga pemasaran mulai dari pedagang pengecer, pedagang pemotong, hingga tingkat pedagang pengumpul. Jenis kelamin setiap lembaga pemasaran bervariasi seperti terlihat pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa pedagang pengecer sebesar 55,56 % perempuan dan sebesar 44,44 % berjenis kelamin laki-laki. Pada pedagang pemotong sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebesar 66,67 % dan berjenis kelamin perempuan sebesar 33,33 %. Adanya perempuan sebagai pedagang pemotong menunjukkan bahwa perempuan dapat melakukan usaha di bidang pemotongan ayam. Pedagang pengumpul semuanya berjenis kelamin laki-laki. Hal ini berkaitan dengan aktivitas fisik yang berat seperti pada proses pengangkutan. Tabel 11. Jenis Kelamin Responden Pedagang Pengecer Pemotong Pengumpul Jenis Kelamin Orang % Orang % Orang % Laki-laki 4 44, , Perempuan 5 55, , Jumlah 9 100, , Usia Sebaran usia responden berkisar antara 22 tahun sampai dengan 54 tahun. Tabel 12 menunjukkan bahwa responden terbanyak berada pada usia antara 22 tahun sampai 32 tahun sebanyak 7 orang (43,75 %), sedangkan responden yang berusia antara 44 tahun sampai 54 tahun sebanyak 3 orang (18,75 %). Hal ini menunjukkan bahwa responden berada pada usia produktif.

37 Tabel 12. Usia Responden Usia (tahun) Orang % , , ,75 Jumlah ,00 Pendidikan Tingkat pendidikan pada setiap lembaga pemasaran bermacam-macam, dari yang hanya berpendidikan SD/sederajat hingga ada yang berpendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi (PT). Tabel 13 menunjukkan bahwa pada pedagang pengecer terbanyak memiliki tingkat pendidikan SMU/sederajat (44,45 %), SD/sederajat (33,33 %), dan SLTP/sederajat (22,22 %). Pada pedagang pemotong tingkat pendidikan responden tersebar merata pada tingkat SD/sederajat, SLTP/sederajat, dan SMU/sederajat. Pada pedagang pengumpul sebagian besar responden berpendidikan SMU/sederajat sebesar 50 %, SLTP/sederajat dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 25 %. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pemasaran ayam broiler memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Tabel 13. Pendidikan Responden Pedagang Pengecer Pemotong Pengumpul Pendidikan Orang % Orang % Orang % SD/sederajat 3 33, , SLTP/sederajat 2 22, , SMU/sederajat 4 44, , PT Jumlah 9 100, , Lama Usaha Lama usaha pemasaran ayam broiler berkisar antara 2 tahun sampai dengan 34 tahun. Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56,25 %) yaitu sebanyak 9 orang memiliki lama usaha 2 tahun sampai 12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pemasaran ayam broiler yang dilakukan responden secara umum masih tergolong baru. 25

38 Tabel 14. Lama Usaha Responden Lama Usaha (tahun) Orang % , , ,00 Jumlah ,00 Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan oleh lembaga pemasaran merupakan tenaga kerja langsung. Tenaga kerja yang dimiliki responden berkisar antara 1 orang sampai dengan 21 orang. Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (81,25 %) memiliki tenaga kerja sebanyak 1 orang sampai dengan 7 orang, sedangkan sebagian kecil responden (6,25 %) memiliki tenaga kerja sebanyak 15 orang sampai dengan 21 orang. Rendahnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh setiap lembaga pemasaran berhubungan dengan biaya upah yang harus dikeluarkan. Tenaga kerja responden dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Tenaga Kerja Responden Tenaga Kerja (orang) Orang % , , ,25 Jumlah ,00 Lembaga-Lembaga Pemasaran Pemasaran dilihat dari penerapan teori pasar dan distribusi menimbulkan pengkajian pemasaran dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan kelembagaan, pendekatan fungsi, dan pendekatan barang (Assauri, 2007). Pemasaran ayam broiler dari pendekatan kelembagaan dapat dilihat dari berbagai mata rantai distribusi, seperti pedagang pengecer, pedagang pemotong, dan pedagang pengumpul. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer terbagi atas 2 jenis berdasarkan input yang diperolehnya, yaitu pedagang pengecer input karkas dan pedagang pengecer input ayam hidup. Pedagang pengecer input karkas membeli ayam dalam bentuk karkas dari pedagang pemotong, sedangkan pedagang pengecer input ayam hidup membeli ayam dari 26

39 pedagang pengumpul. Pedagang pengecer dapat memperoleh ayam broiler dengan berlangganan atau mendatangi langsung pedagang pengumpul atau pedagang pemotong. Pedagang pengecer dengan sistem berlangganan bisa mendapatkan layanan antar ke pasar tempat mereka berjualan. Pasar Kramat Jati yang merupakan pasar kota atau pasar besar dan Pasar Jambul yang merupakan pasar lingkungan atau pasar kecil semua pedagang pengecer membeli ayam broiler dalam keadaan hidup dan melakukan pemotongan sendiri di pasar tempat mereka berjualan. Harga rata-rata yang diterima pedagang pengecer input ayam hidup dari pedagang pengumpul yaitu Rp ,64 per ekor ayam hidup. Pedagang pengecer input ayam hidup menjual karkas beserta kepala dan kaki dengan harga jual rata-rata Rp ,43 per ekor. Pasar Cibubur yang merupakan pasar wilayah atau pasar sedang, sebagian besar pedagang pengecer membeli ayam broiler dalam bentuk karkas dari pedagang pemotong. Hal ini disebabkan pada pasar sedang melarang ayam hidup berada di dalam pasar. Sebagian kecil pedagang pengecer yang membeli ayam dalam keadaan hidup melakukan pemotongan di rumah masing-masing. Harga rata-rata yang diterima pedagang pengecer input karkas dari pedagang pemotong yaitu Rp ,00 per ekor karkas beserta jeroan, kepala, dan kaki. Pedagang pengecer input karkas menjual karkas beserta kepala dan kaki dengan harga jual rata-rata Rp ,00 per ekor. Hasil sampingan berupa jeroan seperti hati ampela dan usus dijual terpisah. Hati ampela dijual dengan harga rata-rata sebesar Rp 1.250,00 per pasang, sedangkan usus dijual dengan harga rata-rata Rp 7.444,44 per kilogram usus atau Rp 268,90 per ekor ayam broiler. Pedagang pengecer melakukan penjualan karkas ayam broiler di pasar-pasar tradisional. Pedagang pengecer menjual karkas ayam kepada pembeli yang biasanya merupakan konsumen lembaga seperti pedagang ayam keliling, pedagang sate ayam, pedagang pecel ayam, pedagang ayam bakar, pedagang ayam goreng, rumah makan, dan konsumen rumah tangga. Pedagang Pemotong Pedagang pemotong memperoleh ayam dari pedagang pengumpul atau peternak. Pedagang pemotong membeli ayam dengan berlangganan atau mendatangi 27

40 langsung pedagang pengumpul atau peternak. Pedagang pemotong dengan sistem berlangganan bisa mendapatkan layanan antar ke tempat mereka berjualan. Harga rata-rata yang diterima pedagang pemotong dari pedagang pengumpul sebesar Rp ,67 per ekor ayam hidup. Pedagang pemotong yang telah memperoleh ayam dari pedagang pengumpul atau peternak kemudian melakukan proses pemotongan dari ayam hidup menjadi karkas yang siap untuk dijual. Harga jual rata-rata sebesar Rp ,00 per ekor karkas beserta jeroan, kepala, dan kaki. Pembeli yang membeli karkas ayam kepada pedagang pemotong merupakan pedagang pengecer, pelaku usaha ayam berbumbu, pengelola rumah makan, pedagang ayam goreng, pedagang sate, dan penjual ayam keliling. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul memperoleh ayam dari peternak. Pedagang pengumpul membeli ayam dengan mendatangi langsung peternak atau diantar ke lokasi pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul harus menstransfer sejumlah uang ke pihak peternak dan mengirim bukti pembayaran tersebut ke nomor faksimili peternak untuk memperoleh Delivery Order (DO), kemudian peternak mengirimkan bukti Delivery Order (DO) ke nomor faksimili pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul mendatangi peternak untuk mengambil ayam broiler yang telah dibeli. Pembelian juga dapat dilakukan secara tunai untuk melakukan transaksi jual beli. Harga rata-rata yang diterima pedagang pengumpul dari peternak sebesar Rp ,25 per ekor ayam hidup. Pedagang pengumpul yang telah mendapatkan ayam kemudian melakukan penjualan. Pedagang pengumpul melakukan penjualan dalam bentuk ayam hidup kepada pelanggan dan bukan pelanggan. Harga jual rata-rata sebesar Rp ,00 per ekor ayam hidup. Pembeli biasanya merupakan pedagang pengecer, pengelola rumah makan, dan pedagang ayam goreng. Saluran Pemasaran Pemasaran ayam broiler melibatkan berbagai lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer, pedagang pemotong, dan pedagang pengumpul. Lembagalembaga pemasaran ayam broiler saling berhubungan membentuk suatu saluran 28

41 pemasaran. Saluran pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur ada 8 macam, yaitu : 1. Peternak pedagang pemotong pedagang pengecer input karkas konsumen lembaga konsumen rumah tangga 2. Peternak pedagang pemotong pedagang pengecer input karkas konsumen rumah tangga 3. Peternak pedagang pemotong konsumen lembaga konsumen rumah tangga 4. Peternak pedagang pengumpul pedagang pemotong pedagang pengecer input karkas konsumen lembaga konsumen rumah tangga 5. Peternak pedagang pengumpul pedagang pemotong pedagang pengecer input karkas konsumen rumah tangga 6. Peternak pedagang pengumpul pedagang pengecer input ayam hidup konsumen lembaga konsumen rumah tangga 7. Peternak pedagang pengumpul pedagang pengecer input ayam hidup konsumen rumah tangga 8. Peternak pedagang pengumpul konsumen lembaga konsumen rumah tangga Keterangan : Ayam hidup Produk karkas Saluran pemasaran ayam broiler ditelusuri mengikuti rantai pemasaran mulai dari pedagang pengecer, selanjutnya ke pedagang pemotong dan pedagang pengumpul. Saluran pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur dapat dilihat pada Gambar 4. 29

42 Luar Jakarta Jakarta Pedagang Pemotong 7,41 % Pedagang Pengecer Input Karkas Peternak 33,34 % 25,93 % 27,77 % 3,33 % Konsumen Lembaga 25,64 % Pedagang Pengumpul 38,89 % Pedagang Pengecer Input Ayam Hidup 82,67 % 4,08 % 13,25 % Konsumen Rumah Tangga Keterangan : persentase menyatakan besarnya ayam broiler yang disalurkan oleh masing-masing lembaga pemasaran ayam hidup produk karkas batasan penelitian Skala ekor per hari Bobot ayam broiler hidup 1,24 kg/ekor Gambar 4. Saluran Pemasaran Ayam Broiler di Wilayah Jakarta Timur Persentase masing-masing pola saluran pemasaran dibuat berdasarkan data Suku Dinas Peternakan Kota Jakarta Timur mengenai volume penjualan ayam broiler tiap hari di Kota Jakarta Timur, yakni sebanyak ekor per hari dengan bobot rata-rata ayam broiler hidup sebesar 1,24 kg per ekor. Pedagang pengecer yang diteliti berada di Pasar Kramat Jati, Pasar Cibubur, dan Pasar Jambul. Pedagang pengecer terbagi atas 2 jenis berdasarkan input yang diperolehnya, yaitu pedagang pengecer input ayam hidup dan pedagang pengecer input karkas. Pedagang pengecer input ayam hidup maupun pedagang pengecer input karkas melakukan penjualan ayam dalam bentuk karkas kepada konsumen lembaga seperti pedagang ayam keliling, pedagang sate ayam, pedagang pecel ayam, pedagang ayam bakar, pedagang ayam goreng, rumah makan, dan konsumen rumah tangga. 30

43 Pedagang pengecer input ayam hidup membeli ayam dari pedagang pengumpul sebanyak ekor (38,89 %), sedangkan pedagang pengecer input karkas membeli ayam dalam bentuk karkas dari pedagang pemotong sebanyak ekor (7,41 %). Pedagang pengecer input ayam hidup menjual ayam dalam bentuk karkas kepada konsumen lembaga dan konsumen rumah tangga masingmasing sebanyak ekor (25,64 %) dan ekor (13,25 %). Pedagang pengecer input karkas menjual karkas ayam broiler kepada konsumen lembaga sebanyak ekor (3,33 %), sedangkan kepada konsumen rumah tangga sebanyak ekor (4,08 %). Pedagang pemotong yang diteliti berada di daerah Cibubur dan Kalimalang berdasarkan mata rantai yang ditelusuri melalui pedagang pengecer dengan input karkas. Pedagang pemotong memperoleh ayam hidup dari pedagang pengumpul dan peternak. Pedagang pemotong memperoleh ayam hidup dari pedagang pengumpul sebanyak ekor (33,34 %). Pedagang pemotong sebagian kecil menyalurkan ayam dalam bentuk karkas kepada pedagang pengecer dengan input karkas sebanyak ekor (7,41 %). Hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah pedagang pengecer yang membeli ayam dalam bentuk karkas. Pedagang pengumpul yang diteliti berada di daerah Kalimalang, Cipayung, dan Kramat Jati berdasarkan mata rantai yang ditelusuri melalui pedagang pengecer dengan input ayam hidup dan pedagang pemotong. Pedagang pengumpul memperoleh ayam hidup dari peternak. Pedagang pengumpul menyalurkan ayam hidup terbanyak kepada pedagang pengecer dengan input ayam hidup sebanyak ekor (38,89 %). Hal ini dikarenakan banyaknya pedagang pengecer yang membeli ayam dalam keadaan hidup. Pedagang pengumpul memperoleh ayam broiler dari peternak karena harga yang ditawarkan peternak lebih baik daripada harga yang ditawarkan oleh lembaga pemasaran lainnya. Saluran pemasaran dengan distribusi ayam broiler terbesar terdapat pada saluran keenam yaitu saluran dari peternak ke pedagang pengumpul kemudian ke pedagang pengecer dengan input ayam hidup lalu ke konsumen lembaga menuju ke konsumen rumah tangga. Konsumen lembaga merupakan pedagang ayam keliling, pedagang sate ayam, pedagang pecel ayam, pedagang ayam bakar, pedagang ayam goreng, pelaku 31

44 usaha ayam berbumbu, dan rumah makan. Konsumen lembaga menyalurkan semua produk karkas yang telah diolah kepada konsumen rumah tangga sesuai dengan jenis usahanya yaitu sebanyak ekor (82,67 %). Konsumen lembaga membeli ayam broiler dari pedagang pengumpul, pedagang pemotong atau pedagang pengecer. Adanya perbedaan sumber ayam broiler pada konsumen lembaga disebabkan oleh perbedaan harga dan lokasi. Hasil penelitian Indrawasih (2008) mengenai analisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota Jakarta Selatan, volume penjualan ayam broiler tiap hari di Kota Jakarta Selatan yaitu sebanyak ekor. Sampel pedagang pengecer diambil di Pasar Minggu, Pasar Tebet Barat, dan Pasar Warung Buncit. Sampel pemotong diambil di daerah Cempaka Putih dan Jatinegara, sedangkan pengumpul diambil di daerah Pasar Minggu dan Asam Baris. Analisis Nilai Tambah Kegiatan pemasaran ayam broiler yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran memberikan nilai tambah dari komoditi tersebut. Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah pemasaran dari ayam broiler hidup hingga menjadi karkas. Analisis ini juga melihat distribusi marjin yang diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas pemasaran dengan menggunakan metode Hayami et al. (1987). Analisis nilai tambah terdiri dari beberapa komponen utama pembentuk biaya produksi meliputi bahan baku, sumbangan input lain, tenaga kerja, dan keuntungan untuk masing-masing komponen utama yang digunakan. Analisis nilai tambah dilakukan selama dua bulan yaitu pada pertengahan bulan November 2007 sampai dengan pertengahan bulan Januari Dasar perhitungan analisis nilai tambah menggunakan perhitungan per ekor input ayam broiler. Input utama merupakan rata-rata ayam broiler yang terjual setiap harinya pada masing-masing lembaga pemasaran. Input utama terendah dimiliki oleh pedagang pengecer dengan input ayam hidup sebesar 100 ekor per hari, sedangkan input utama terbesar dimiliki oleh pedagang pengumpul sebesar ekor per hari. Hal ini berkaitan dengan kemampuan masing-masing lembaga usaha dalam 32

45 melakukan penjualan ayam broiler. Analisis nilai tambah pada lembaga-lembaga pemasaran di wilayah Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perhitungan Rata-Rata Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Lembaga-Lembaga Pemasaran Variabel Nilai Tambah Pedagang Pengecer IH Pedagang Pengecer IK Pedagang Pemotong Pedagang Pengumpul I. Output, Input, Harga : 1. Output (ekor/hari) 100,00 128, , ,00 2. Input utama (ekor/hari) 100,00 128, , ,00 3. Input tenaga kerja (HKP/hari) 0,91 0,80 0,91 0,84 4. Faktor Konversi 1,00 1,00 1,00 1,00 5. Koefisien tenaga kerja (HKP/ekor) 0,0091 0,0063 0,0007 0, Harga output (Rp/ekor) , , , ,00 7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HKP) , , , ,38 II. Pendapatan dan Keutungan : 8. Harga input utama (Rp/ekor) , , , ,25 9. Sumbangan input lain (Rp/ekor) 174,23 133,01 296,40 121, Nilai output (Rp/ekor) , , , ,00 11 a. Nilai tambah (Rp/ekor) 4.855, , ,93 307,29 b. Rasio nilai tambah (%) 27,18 20,39 8,39 2,38 12 a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/ekor) 151,62 117,19 34,11 19,16 b. Bagian tenaga kerja (%) 3,12 3,18 2,84 6,23 13 a. Keuntungan (Rp/ekor) 4.703, , ,82 288,13 b. Tingkat keuntungan (%) 26,33 19,74 8,15 2,23 III. Balas Jasa dari Masing-Masing Faktor Produksi : 14. Marjin (Rp/ekor) 5.029, , ,33 428,75 a. Pendapatan tenaga kerja (%) 3,02 3,07 2,28 4,47 b. Sumbangan input lain (%) 3,46 3,48 19,78 28,33 c. Keuntungan perusahaan (%) 93,52 93,45 77,94 67,20 Keterangan : IH = Input Hidup IK = Input Karkas Nilai faktor konversi diperoleh dari pembagian jumlah output yang dijual dengan jumlah input yang dibeli setiap harinya. Nilai faktor konversi pemasaran ayam broiler pada setiap lembaga pemasaran bernilai 1,00. Artinya, dengan satu ekor input menghasilkan 1,00 ekor output ayam broiler. Perhitungan nilai faktor konversi yang dihasilkan pada setiap lembaga pemasaran ayam broiler bernilai sama karena 33

46 input bahan baku utama dan output ayam broiler yang dihasilkan sama yaitu dalam satuan ekor. Koefisien tenaga kerja pada lembaga pemasaran ayam broiler dihitung berdasarkan Harian Kerja Pria (HKP) dengan membagi jumlah jam kerja dengan hari kerja (satu hari kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 jam) dan dikalikan dengan faktor konversi 1 untuk laki-laki dan 0,8 untuk tenaga kerja perempuan. Koefisien tenaga kerja pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup diperoleh sebesar 0,0091 HKP per ekor, berarti waktu yang diperlukan untuk mengolah 1 ekor ayam broiler dari ayam hidup hingga menjadi karkas dan kemudian dijual sebanyak 0,0728 jam per ekor atau 4,37 menit per ekor. Koefisien tenaga kerja pada pedagang pengecer dengan input karkas diperoleh sebesar 0,0063 HKP per ekor, berarti waktu yang diperlukan untuk menjual 1 ekor ayam broiler sebanyak 0,0504 jam per ekor atau 3,02 menit per ekor. Koefisien tenaga kerja pedagang pengecer dengan input ayam hidup lebih besar daripada pedagang pengecer dengan input karkas. Hal ini disebabkan pedagang pengecer dengan input ayam hidup harus terlebih dahulu mengolah ayam broiler dari keadaan hidup hingga menjadi karkas yang siap untuk dijual, sehingga waktu yang diperlukan lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk menjual satu ekor ayam broiler. Perbedaan lamanya waktu yang dibutuhkan berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Harga output merupakan harga rata-rata penjualan ayam broiler per ekor, baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk karkas. Pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup, harga output sebesar Rp ,18 per ekor, sedangkan harga output pada pedagang pengecer dengan input karkas sebesar Rp ,44 per ekor. Harga output pada pedagang pengecer yang menggunakan input ayam hidup lebih murah daripada pedagang pengecer yang menggunakan input karkas. Hal ini terjadi karena harga input yang diterima pedagang pengecer dengan input ayam hidup lebih murah dibandingkan dengan harga input yang diterima pedagang pengecer dengan input karkas, sehingga harga outputnya bisa lebih murah. Nilai sumbangan input lain merupakan pembagian total sumbangan input lain dengan jumlah input yang digunakan. Sumbangan input lain pada pedagang pengecer 34

47 dengan input ayam hidup sebesar Rp 174,23 per ekor dan pada pedagang pengecer dengan input karkas sebesar Rp 133,01 per ekor. Input lain ini terdiri dari biaya retribusi, biaya sewa tempat, biaya listrik, biaya air, dan biaya transportasi. Sumbangan input lain pada pedagang pemotong sebesar Rp 296,40 per ekor ayam hidup. Input lain ini terdiri dari biaya sewa tempat, biaya listrik, biaya minyak tanah, dan biaya transportasi. Sumbangan input lain pada pedagang pengumpul sebesar Rp 121,46 per ekor ayam hidup. Input lain ini terdiri dari biaya sewa tempat, listrik dan air, serta transportasi. Perbedaan besarnya sumbangan input lain dipengaruhi oleh jumlah input dan jenis biaya yang dibebankan kepada setiap lembaga pemasaran. Nilai tambah diperoleh dari pengurangan nilai output dengan harga input utama dan sumbangan input lain. Nilai tambah pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup sebesar Rp 4.855,31 per ekor. Nilai tambah pada pedagang pengecer dengan input karkas sebesar Rp 3.687,43 per ekor. Nilai tambah pada pedagang pemotong sebesar Rp 1.201,93 per ekor dan pada pedagang pengumpul sebesar Rp 307,29 per ekor. Nilai tambah terbesar terdapat pada pedagang pengecer dan nilai tambah terkecil terdapat pada pedagang pengumpul. Perbedaan nilai tambah ini disebabkan oleh perlakuan yang berbeda terhadap ayam broiler pada setiap lembaga pemasaran. Pada pedagang pengecer output berupa karkas dengan hati, ampela, jantung, dan usus yang dijual terpisah. Pada pedagang pemotong output berupa karkas isi dengan hati, ampela, jantung, dan usus yang telah dibersihkan, sedangkan pedagang pengumpul menjual ayam broiler dalam keadaan hidup. Hasil penelitian Indrawasih (2008), tentang analisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota Jakarta Selatan, nilai tambah terbesar terdapat pada pedagang pengecer pemotong sebesar Rp 3.397,73 per ekor atau 33,14 % dari total nilai tambah yang diciptakan. Hal ini dikarenakan pada pedagang pengecer pemotong perbedaan antara nilai output dan harga input relatif besar, sehingga menciptakan nilai tambah yang cukup besar. Hasil penelitian Wiradisastra (2008), tentang analisis nilai tambah pemasaran ayam broiler (kasus pedagang pemotong di Pasar Baru Kota Bogor), nilai tambah terbesar dimiliki oleh pedagang pemotong kecil sebesar Rp 8.023,56 per ekor. Hal ini 35

48 dikarenakan saluran pemasaran ayam broiler yang dilalui oleh pedagang pemotong kecil lebih sedikit dan biaya sumbangan input lain lebih kecil dibandingkan dengan pedagang pemotong besar. Distribusi Nilai Tambah Terhadap Pendapatan Tenaga Kerja dan Keuntungan Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output dengan harga input dan sumbangan input lain. Nilai tambah terbesar terdapat pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup sebesar Rp 4.855,31 per ekor atau 27,18 % dari nilai outputnya. Artinya setiap Rp 100,00 per ekor akan mengalami pertambahan nilai Rp 27,18 per ekor dari nilai outputnya, sedangkan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 4.703,69 per ekor atau 96,88 % dari nilai tambah. Distribusi nilai tambah dapat dilihat pada Gambar 5. Rp/ekor , , , , , , ,62 117,19 Pedagang Pengecer IH Pedagang Pengecer IK 34,11 Pedagang Pemotong 19,16 307,29 Pedagang Pengumpul Pendapatan TK Nilai tambah Keuntungan 288,13 Keterangan : Pengecer IH = Pengecer dengan input hidup Pengecer IK = Pengecer dengan input karkas Gambar 5. Distribusi Nilai Tambah 36

49 Nilai tambah terkecil terdapat pada pengumpul sebesar Rp 307,29 per ekor atau 2,38 % dari nilai outputnya. Artinya setiap Rp 100,00 per ekor akan mengalami pertambahan nilai Rp 2,38 per ekor dari nilai outputnya, sedangkan keuntungan yang diperoleh dari setiap ekor sebesar Rp 288,13 atau 93,76 % dari nilai tambah. Pendapatan tenaga kerja diperoleh dari koefisien tenaga kerja dikalikan dengan upah rata-rata tenaga kerja per HKP. Pendapatan tenaga kerja terbesar terdapat pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup sebesar Rp 151,62 per ekor atau 3,12 % dari nilai tambah pemasaran ayam broiler. Pendapatan tenaga kerja terkecil terdapat pada pedagang pengumpul sebesar Rp 19,16 per ekor atau 6,24 % dari nilai tambah pemasaran ayam broiler. Pendapatan tenaga kerja ini diberikan atas keseluruhan proses penjualan setiap satu ekor ayam yang dilakukan oleh pedagang pengumpul. Perbedaan besarnya bagian tenaga kerja ini dipengaruhi oleh koefisien tenaga kerja. Koefisien tenaga kerja pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup memiliki nilai terbesar, sedangkan koefisien tenaga kerja pada pedagang pengumpul memiliki nilai terkecil. Hal ini disebabkan waktu yang dibutuhkan oleh pedagang pengecer dengan input ayam hidup lebih besar daripada waktu yang dibutuhkan oleh pengumpul untuk melakukan aktivitas penjualan per satuan ekor ayam broiler. Hal ini berkaitan dengan perbedaan aktivitas yang dilakukan antara pedagang pengecer dengan pedagang pengumpul. Keuntungan diperoleh dari nilai tambah yang dikurangi dengan pendapatan tenaga kerja. Keuntungan terbesar diterima oleh pedagang pengecer dengan input hidup sebesar Rp 4.703,69 per ekor. Hal ini disebabkan pedagang pengecer tersebut melakukan proses pemotongan sendiri dan penjualan jeroan yang dilakukan secara terpisah menambah besarnya nilai tambah dari ayam broiler. Keuntungan yang paling rendah diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 288,13 per ekor. Hal ini disebabkan dalam pembelian maupun pemasaran ayam broiler pada pedagang pengumpul dilakukan dalam keadaan ayam hidup tanpa memberikan perlakuan yang berarti terhadap ayam broiler, sehingga tidak banyak nilai tambah yang bisa didapatkan oleh pedagang pengumpul. Distribusi nilai tambah terhadap pendapatan tenaga kerja dan keuntungan dapat dilihat pada Gambar 6. 37

50 Pedagang pengecer dengan input hidup Nilai Produk Rp ,18 27,18 % 0,97 % 71,85 % Nilai Tambah Rp 4.855,31 Input Lain Rp 174,23 Bahan Baku Rp ,64 3,12 % 96,88 % Pendapatan TK Rp 151,62 Keuntungan Rp 4.703,69 Pedagang pengecer dengan input karkas Nilai Produk Rp ,44 20,39 % 0,73 % 78,88 % Nilai Tambah Rp 3.687,43 Input Lain Rp 133,01 Bahan Baku Rp ,00 3,18 % 96,82 % Pendapatan TK Rp 117,19 Keuntungan Rp 3.570,24 Pedagang pemotong Nilai Produk Rp ,00 8,39 % 2,07 % Nilai Tambah Rp 1.201,93 Input Lain Rp 296,40 2,84 % 97,16 % Pendapatan TK Rp 34,11 Keuntungan Rp 1.167,82 89,54 % Bahan Baku Rp ,67 Pedagang pengumpul Nilai Produk Rp ,00 2,38 % 0,94 % Nilai Tambah Rp 307,29 Input Lain Rp 121,46 6,24 % 93,76 % Pendapatan TK Rp 19,16 Keuntungan Rp 288,13 96,68 % Bahan Baku Rp ,25 Gambar 6. Distribusi Nilai Tambah Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan Distribusi Marjin Terhadap Pendapatan Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan Nilai marjin menunjukkan kontribusi terhadap faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output berupa penjualan ayam broiler. Marjin pemasaran terbesar terdapat pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup sebesar Rp 5.029,54 per ekor, sedangkan marjin pemasaran terkecil terdapat pada pedagang pengumpul sebesar Rp 428,75 per ekor. 38

51 Pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup, balas jasa yang diterima setiap faktor-faktor produksi diperoleh nilai 3,02 % untuk tenaga kerja, sebesar 3,46 % untuk sumbangan input lain, dan 93,52 % keuntungan untuk pedagang pengecer dari marjin pemasaran tersebut. Pada pedagang pengumpul, tenaga kerja memperoleh balas jasa sebesar 4,47 %, sumbangan input lain sebesar 28,33 %, dan keuntungan untuk pedagang pengumpul sebesar 67,20 % dari nilai marjin. Distribusi marjin pemasaran pada lembaga-lembaga pemasaran ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Distribusi Marjin Pemasaran Pada Lembaga-Lembaga Pemasaran Ayam Broiler Faktor Produksi Pedagang Pengecer IH Pedagang Pengecer IK Pedagang Pemotong Pedagang Pengumpul Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % Pendapatan Tenaga Kerja Sumbangan Input Lain 151,62 3,02 117,19 3,07 34,11 2,28 19,16 4,47 174,23 3,46 133,01 3,48 296,40 19,78 121,46 28,33 Keuntungan 4.703,69 93, ,24 93, ,82 77,94 288,13 67,20 Marjin 5.029, , , , Keterangan : IH = Input Hidup IK = Input Karkas Pendapatan tenaga kerja terbesar terdapat di tingkat pedagang pengumpul sebesar 4,47 % dari nilai marjin. Hal ini disebabkan upah yang diberikan pada tingkat pedagang pengumpul memiliki nilai terbesar, sedangkan nilai koefisien yang dimiliki pedagang pengumpul merupakan yang terkecil. Hal ini berhubungan dengan aktifitas yang dilakukan pedagang pengumpul dalam melakukan kegiatan penjualan. Sumbangan input lain terbesar berada di tingkat pedagang pengumpul sebesar 28,33 % dari nilai marjin. Sumbangan input lain di tingkat pedagang pengumpul meliputi biaya sewa tempat, biaya listrik dan air, serta biaya transportasi dengan biaya terbesar berada pada biaya transportasi. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul harus membeli ayam broiler dari peternak yang lokasinya cukup jauh. Keuntungan perusahaan terbesar berada di tingkat pedagang pengecer dengan input ayam hidup sebesar 93,52 %. Hal ini berkaitan dengan nilai tambah yang 39

52 dimiliki oleh pedagang pengecer dengan input ayam hidup yang memiliki nilai terbesar. Distribusi marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 7. Pedagang pengecer dengan input hidup Nilai Produk Rp ,18 Bahan Baku Rp ,64 Marjin Rp 5.029,54 3,02 % 93,52 % Pendapatan TK Rp 151,62 Keuntungan Rp 4.703,69 3,46 % Input Lain Rp 174,23 Pedagang pengecer dengan input karkas Nilai Produk Rp ,44 Bahan Baku Rp ,00 Marjin Rp 3.820,44 3,07 % 93,45 % Pendapatan TK Rp 117,19 Keuntungan Rp 3.570,24 3,48 % Input Lain Rp 133,01 Pedagang Pemotong Nilai Produk Rp ,00 Bahan Baku Rp ,67 Marjin Rp 1.498,33 2,28 % 77,94 % Pendapatan TK Rp 34,11 Keuntungan Rp 1.167,82 19,78 % Input Lain Rp 296,40 Pedagang Pengumpul Nilai Produk Rp ,00 Bahan Baku Rp ,25 Marjin Rp 428,75 4,47 % 67,20 % Pendapatan TK Rp 19,16 Keuntungan Rp 288,13 28,33 % Input Lain Rp 121,46 Gambar 7. Distribusi Marjin Pemasaran 40

53 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Karakteristik responden pada lembaga pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yang merupakan pemula usaha dengan sedikit tenaga kerja yang dimiliki, berada pada usia produktif, dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Pemasaran ayam broiler di wilayah Jakarta Timur terdapat 8 macam saluran pemasaran. Saluran pemasaran terbesar yaitu saluran dari peternak ke pedagang pengumpul kemudian ke pedagang pengecer dengan input ayam hidup lalu ke konsumen lembaga menuju ke konsumen rumah tangga. Nilai tambah ayam broiler terbesar terdapat pada pedagang pengecer dengan input ayam hidup. Pedagang pengecer dengan input ayam hidup mendapatkan nilai tambah terbesar dari proses pemotongan ayam yang dilakukan sendiri serta dari hati, ampela, dan usus yang dijual secara terpisah. Saran Lembaga-lembaga pemasaran diharapkan dapat terus mengembangkan usaha pemasaran ayam broiler karena memiliki prospek yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbesar skala usaha dan melakukan efisiensi tenaga kerja agar dapat mengurangi biaya upah tenaga kerja, sehingga bisa memperoleh keuntungan yang lebih banyak.

54 UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Kedua orang tua (Ayah dan Ibu tercinta), adikku (Shinta dan Prima), serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, doa, perhatian, dukungan, dan materi yang tak terhingga selama penulis mengikuti pendidikan hingga selesainya skripsi ini. 2. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ibu Dr. Ir. Sumiati, MSc selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah memberikan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku Panitia Seminar atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. 4. Bapak Ir. Burhanuddin, MM selaku Dosen Penguji Seminar dan Panitia Sidang, Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku Dosen Penguji Sidang, dan Ibu Dr. Ir. Rita Mutia, MAgr selaku Dosen Penguji Sidang atas semua masukan dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Rahmat (PD. Pasar Jaya) dan Bapak Drs. Sumardiono, MM (Manajer Area 16), serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenap staf pegawai (Bapak Dodi, Bapak Kamto, Bapak Tris, Bapak Thibiyan, Bapak Nana, Ibu Cicih, dan Ibu Tri) atas segala kemudahan administrasi yang telah diberikan. 7. Teman baik penulis (Fitriani Kusumawardhani, Elfian Fery Indrayana, Iyan G. Syam, Ali Nurdin, Tri M. Herlina, Marisa Clara, Rina Alprini, Fijria Rahmawati, dan Maria Herlina) atas semua bantuan, dorongan, semangat, dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 8. Teman Pink House (Nila, Desi, Siska, Tata, Rolas, dan Eva) atas kebersamaan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

55 9. Hilma, Risza, Anasya, Hesti, Mahmud, Masfufatun, Valent, Sandi, Eli dan Anas, serta teman-teman SEIP lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 10. Teman Fakultas Peternakan (Candra D. Mulia, Wahyu H. Siswanto, Benik A. Bagus, M. Denny R., Indah Soliha, dan M. Darussalam) atas kebersamaan, semangat, dan keceriaan yang diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, Juli 2008 Penulis

56 DAFTAR PUSTAKA Amir, T.M Dinamika Pemasaran, Jelajahi dan Rasakan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Amrullah, I.K Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. Assauri, S Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Basuki, H. H Analisis struktur pasar, perilaku pasar, dan marjin pemasaran pedagang pengecer daging ayam ras di pasar-pasar tradisional Kota Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistik Jakarta Timur dalam Angka (Jakarta Timur in Figures). Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur. Jakarta. Bell, D.D., dan W.D. Weaver Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5 th Ed. Springer Science, Inc. New York. Boyd, H.W., O.C. Walker, dan J.C. Larreche Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Penerbit Erlangga. Jakarta. Choer, A Analisis nilai tambah pengolahan dan pemasaran ayam broiler di Kecamatan Pancoranmas Kota Depok. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Departemen Pertanian Statistik Peternakan (Statistical on Livestock). Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Dinas Peternakan Jawa Barat [7 September 2007]. Ensminger, M.E., G. Brant, dan C.G. Scanes Poultry Science. 4 th Ed. Pearson Education, Inc. New Jersey. Hayami, Y.T, Kawagoe. Y, Marooka. dan M, Siregar Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, a Perspective from a Sunda Village. CEPRT. Bogor. Indrawasih, H Analisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota Jakarta Selatan. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Priyatno, M.A Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahim, A. dan Diah R.D.H Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Setianingsih, N Nilai tambah industri rumah tangga pengolahan ayam berbumbu (studi kasus di Kota Jakarta Timur). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Singarimbun, M. dan S. Effendi Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Suharno, B Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.

57 Suharno, B Agribisnis Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta Wiradisastra, A.F Analisis nilai tambah pemasaran ayam broiler (kasus pedagang pemotong di Pasar Baru Kota Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

58 LAMPIRAN

59 Lampiran 1. Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Pedagang Pengecer Dengan Input Hidup Responden Rata-Rata 1. Harga Output a. Penjualan Total (Rp/hari) , , , , , , , ,66 b. Penjualan Total (ekor/hari) 175,00 135,00 60,00 40,00 150,00 80,00 60,00 100,00 c. Harga Output (Rp/ekor) , , , , , , , ,18 2. Harga Input a. Pembelian Total (Rp/hari) , , , , , , , ,64 b. Pembelian Total (ekor/hari) 175,00 135,00 60,00 40,00 150,00 75,00 60,00 100,00 c. Harga Input (Rp/ekor) , , , , , , , ,64 3. Tenaga Kerja a. Jumlah Tenaga Kerja (orang/hari) 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 1,57 b. Jumlah HKP/hari 1,50 1,75 1,00 0,80 0,94 2,03 2,00 1,43 c. Total Rata-Rata TK (HKP/orang) 0,75 0,88 1,00 0,80 0,94 1,02 1,00 0,91 4. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja a. Total Upah Tenaga Kerja (Rp/hari) , , , , , , , ,43 b. Jumlah HKP/hari 1,50 1,75 1,00 0,80 0,94 2,03 2,00 1,43 c. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HKP) , , , , , , , ,23 5. Sumbangan Input Lain (Rp/ekor/hari) a. Biaya Retribusi 11,43 14,81 83,33 100,00 13,33 25,00 33,33 40,18 b. Biaya Sewa Tempat 7,83 10,15 0,00 85,62 33,33 62,50 83,33 40,39 c. Biaya Listrik 17,14 22,22 0,00 25,00 6,67 12,50 16,67 14,31 d. Biaya Air 57,14 74,07 166,67 25,00 20,00 37,50 50,00 61,48 e. Biaya Transportasi 0,00 0,00 0,00 125,00 0,00 0,00 0,00 17,86 Total Sumbangan Input Lain 93,54 121,25 250,00 360,62 73,33 137,50 183,33 174,23 46

60 Lampiran 2. Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Pedagang Pengecer Dengan Input Karkas Responden 1 2 Rata-Rata 1. Harga Output a. Penjualan Total (Rp/hari) , , ,23 b. Penjualan Total (ekor/hari) 175,00 80,00 127,50 c. Harga Output (Rp/ekor) , , ,44 2. Harga Input a. Pembelian Total (Rp/hari) , , ,50 b. Pembelian Total (ekor/hari) 175,00 80,00 127,50 c. Harga Input (Rp/ekor) , , ,00 3. Tenaga Kerja a. Jumlah Tenaga Kerja (orang/hari) 1,00 1,00 1,00 b. Jumlah HKP/hari 0,80 0,80 0,80 c. Total Rata-Rata TK (HKP/orang) 0,80 0,80 0,80 4. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja a. Total Upah Tenaga Kerja (Rp/hari) , , ,00 b. Jumlah HKP/hari 0,80 0,80 0,80 c. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HKP) , , ,00 5. Sumbangan Input Lain (Rp/ekor/hari) a. Biaya Retribusi 57,14 50,00 52,07 b. Biaya Sewa Tempat 0,00 42,81 21,41 c. Biaya Listrik 0,00 12,50 6,25 d. Biaya Air 0,00 12,50 6,25 e. Biaya Transportasi 28,57 62,50 45,54 Total Sumbangan Input Lain 85,71 180,31 133,01 47

61 Lampiran 3. Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Pedagang Pemotong Responden Rata-rata 1. Harga Output a. Penjualan Total (Rp/hari) , , , ,33 b. Penjualan Total (ekor/hari) 450,00 350, , ,67 c. Harga Output (Rp/ekor) , , , ,00 2. Harga Input a. Pembelian Total (Rp/hari) , , , ,67 b. Pembelian Total (ekor/hari) 450,00 350, , ,67 c. Harga Input (Rp/ekor) , , , ,67 3. Tenaga Kerja a. Jumlah Tenaga Kerja (orang/hari) 3,00 2,00 10,00 5,00 b. Jumlah HKP/hari 2,25 1,75 11,03 5,01 c. Total Rata-Rata Tenaga Kerja (HKP/orang) 0,75 0,88 1,10 0,91 4. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja a. Total Upah Tenaga Kerja (Rp/hari) , , ,44 b. Jumlah HKP/hari 2,25 1,75 11,03 5,01 c. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HKP) , , , ,26 5. Sumbangan Input Lain (Rp/ekor/hari) a. Biaya Sewa Tempat 51,85 38,10 11,11 33,69 b. Biaya Listrik 37,04 19,05 11,11 22,40 c. Biaya Minyak Tanah 155,56 154,29 150,00 153,28 d. Biaya Transportasi 111,11 0,00 150,00 87,04 Total Sumbangan Input Lain 335,56 211,44 322,22 296,40 48

62 Lampiran 4. Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Pada Pedagang Pengumpul Responden Rata-rata 1 Harga Output a. Penjualan Total (Rp/hari) , , , , ,00 b. Penjualan Total (ekor/hari) 2.250, , , , ,75 c. Harga Output (Rp/ekor) , , , , ,00 2. Harga Input a. Pembelian Total (Rp/hari) , , , , ,75 b. Pembelian Total (ekor/hari) 2.250, , , , ,75 c. Harga Input (Rp/ekor) , , , , ,25 3. Tenaga Kerja a. Jumlah Tenaga Kerja (orang/hari) 12,00 6,00 4,00 20,00 10,50 b. Jumlah HKP/hari 9,00 5,25 4,00 15,00 8,31 c. Total Rata-Rata TK (HKP/orang) 0,75 0,88 1,00 0,75 0,84 4. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja a. Total Upah Tenaga Kerja (Rp/hari) , , , ,00 b. Jumlah HKP/hari 9,00 5,25 4,00 15,00 8,31 c. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HKP) , , , , ,38 5. Sumbangan Input Lain (Rp/ekor/hari) a. Biaya Sewa Tempat 11,85 19,44 15,56 7,53 13,60 b. Biaya Listrik dan Air 7,41 8,33 6,67 6,03 7,11 c. Biaya Transportasi 88,89 0,00 133,33 180,79 100,75 Total Sumbangan Input Lain 108,15 27,78 155,56 194,35 121,46 49

63 Lampiran 5. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005 Jenis Unggas Ekor % Ayam buras ,11 Ayam Ras Petelur ,02 Ayam Ras Pedaging ,19 Itik ,68 Jumlah ,00 Sumber : Departemen Pertanian, 2006 Lampiran 6. Konsumsi Daging di Indonesia Tahun 2005 Jenis Daging Kilogram Per Kapita Sapi 1,08 Kerbau 0,10 Kambing 0,14 Domba 0,12 Babi 0,55 Kuda 0,00 Ayam Buras 0,69 Ayam Ras 1,90 Daging Itik 0,05 Jeroan Semua Jenis 1,16 Jumlah 5,79 Sumber : Departemen Pertanian, 2006 Lampiran 7. Penduduk Jakarta Timur Menurut Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Tahun 2006 Pengeluaran/ Kapita/Bulan (000 Rp) Penduduk % 100,00-149, ,56 150,00-199, ,60 200,00-299, ,50 300,00-499, ,10 500, ,24 Jumlah ,00 Sumber : BPS Jakarta Timur,

64 Lampiran 8. Peta Kota Jakarta Timur 51

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SUCI WULANDARI.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kota Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek sangat menjanjikan untuk dikembangkan di Indonesia, salah satunya di daerah Sumatera Barat. Apabila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI YENI MARLIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ELI NURRIAHSIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ELI NURRIAHSIH.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN MARLIA PRATIWI.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT SKRIPSI SANDY KARTIWA SUTISNA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SANDY

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) SKRIPSI SETYO UTOMO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terjangkau, memiliki kualitas gizi yang yang baik, mudah diolah menjadi berbagai

PENDAHULUAN. terjangkau, memiliki kualitas gizi yang yang baik, mudah diolah menjadi berbagai 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kebutuhan konsumsi daging ayam akan selalu meningkat dikarenakan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER (Kasus Pedagang Pemotong di Pasar Baru Kota Bogor) SKRIPSI AHMAD FAWZI WIRADISASTRA

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER (Kasus Pedagang Pemotong di Pasar Baru Kota Bogor) SKRIPSI AHMAD FAWZI WIRADISASTRA ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER (Kasus Pedagang Pemotong di Pasar Baru Kota Bogor) SKRIPSI AHMAD FAWZI WIRADISASTRA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari Desember 2007)

ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari Desember 2007) ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari 2003 - Desember 2007) SKRIPSI GALIH MEITANUL IMAN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK Muhammad Fauzan Erzal *, Taslim** dan Adjat Sudradjat Masdar**

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut

Lebih terperinci

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) SKRIPSI DISTI LASTRIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN SKRIPSI NUR HAFIZAH TRISTY DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI Oleh: NOVRIANTO GINTING 120306033 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh MIRANTI YUDYASTIRO

SKRIPSI. Oleh MIRANTI YUDYASTIRO MARJIN PEMASARAN DAN NILAI TAMBAH DAGING SAPI PADA PETERNAKAN SAPI RAKYAT DAN PETERNAKAN SAPI KOMERSIAL/FEEDLOT RUMAH POTONG HEWAN (RPH) PT ELDERS INDONESIA LAMPUNG FEEDLOT SKRIPSI Oleh MIRANTI YUDYASTIRO

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal 28 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill MARJIN PEMASARAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR YANG MENGGUNAKAN PAKAN PRODUKSI PABRIK SKALA KECIL DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Susanti I.S 1, N. Ali 1 dan St. Rohani 2 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT

KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Bidang usaha peternakan saat ini sudah mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini terlihat dari konsumsi masyarakat akan kebutuhan daging meningkat, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pulubala merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo yang memiliki 11 desa. Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan) SKRIPSI BIMA OSKAR SAPUTRA HUTAGALUNG 080304052 AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR SKRIPSI LISA PAHADA

ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR SKRIPSI LISA PAHADA ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR SKRIPSI LISA PAHADA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI EKO PUJIANTO

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS" Oleh : Imas Nur ' Aini21 Abstrak Usaha peternakan ayam ras yang telah berkembang dengan pesat ternyata tidak disertai dengan perkembangan pemasaran

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA RUMAH POTONG AYAM TRADISIONAL X KELURAHAN KEBON PEDES KOTA BOGOR SKRIPSI

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA RUMAH POTONG AYAM TRADISIONAL X KELURAHAN KEBON PEDES KOTA BOGOR SKRIPSI ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA RUMAH POTONG AYAM TRADISIONAL X KELURAHAN KEBON PEDES KOTA BOGOR SKRIPSI PIPIN SOPIAH DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PABRIK MAKANAN TERNAK MULTIGUNA KLATEN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PABRIK MAKANAN TERNAK MULTIGUNA KLATEN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PABRIK MAKANAN TERNAK MULTIGUNA KLATEN SKRIPSI MITA FEBTYANISA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP

ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP 080304003 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012: 59-66 ISSN 2301-9921 Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul A. Widitananto, G. Sihombing dan A. I. Sari Program

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan November 2013 di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yang berada di sebelah timur

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten Sains Peternakan Vol. 9 (), Maret 20: 4-52 ISSN 693-8828 Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten Sugiharti Mulya Handayani dan Ivana Nurlaila 2 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii RINGKASAN... iv LEMBARAN PENGESAHAN... vii RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) SKRIPSI ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI MUKHAMAD FATHONI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONORlI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H14094013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN TITUK

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN Rokhman Permadi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Darwan Ali rokhmanpermadi@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP AGRITECH : Vol. XIX No. 2 Desember 2017 : 121-129 ISSN : 1411-1063 RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP Mahfud Hidayat, Pujiharto, Sulistyani Budiningsih Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG Kasus pada Kelompok Ternak Lembu Jaya dan Bumi Mulyo Kabupaten Banjarnegara SKRIPSI TAUFIK BUDI PRASETIYONO PROGRAM

Lebih terperinci