ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN HESTI INDRAWASIH. D Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Tradisional Kota Jakarta Selatan. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr.Ir.Sri Mulatsih, MSc. Agr Pembimbing Anggota : Ir. Burhanuddin, MM Daging ayam broiler sebagai sumber protein hewani dapat memberikan nilai tambah yang cukup berarti bagi aktivitas perdagangan dan pemasaran yang bisa membuka kesempatan usaha perdagangan informal, sehingga perlu diikuti dengan peningkatan aktivitas pendukung lain seperti pengolahan maupun pemasaran produk dan jasa lainnya yang termasuk dalam aktivitas agribisnis. Jakarta Selatan sebagai kota dengan aktivitas bisnis yang tinggi dan memiliki kepadatan penduduk tertinggi kedua setelah Jakarta Timur, menyebabkan Kota Jakarta Selatan membutuhkan banyak produk pangan salah satunya adalah ayam broiler. Pasar tradisional merupakan salah satu sarana untuk memasarkan ayam broiler. Wabah Flu Burung (Avian Influenza) yang menghancurkan industri perunggasan dari Tahun dan kemudian berjangkit kembali pada Tahun 2006, menimbulkan ketakutan bagi mayarakat untuk mengkonsumsi daging dan telur ayam karena takut tertular virus Flu Burung yang menyebabkan kematian bagi penderitanya. Kasus Flu Burung pada manusia membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 15 Tahun 2007 yaitu tentang larangan memelihara unggas dipemukiman. Adanya Peraturan Gubernur ini menyebabkan terjadinya perubahan pada nilai tambah pemasaran produk unggas. Pemasaran merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh aktivitas usaha ayam broiler karena sangat penting dalam penyaluran produk dari peternak hingga sampai ke tangan konsumen. Pasar tradisional adalah salah satu tempat berlangsungnya aktivitas pemasaran ayam broiler. Ada 33 pasar tradisional yang tercatat di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Kelautan Jakarta Selatan. Pasar ini dibagi menjadi tiga kategori pasar yaitu pasar besar (3 pasar), pasar sedang (13 pasar), dan pasar kecil (17 pasar). Pembagian kategori ini didasarkan pada luas pasar dan jumlah pedagang yang ada di pasar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pelaku pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan, mengetahui saluran pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan dan menganalisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan. Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, mulai dari Desember 2007 sampai Februari 2008 yang berlokasi di Pasar Minggu mewakili pasar besar, Pasar Tebet Barat mewakili pasar sedang, dan Pasar Warung Buncit mewakili pasar kecil.. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh komponen yang terlibat dalam rantai pemasaran daging ayam broiler pada pasar tradisional di Kota Jakarta Selatan yang terdiri atas pedagang pengumpul (2 orang), tempat pemotongan ayam (TPA) (3 TPA), pedagang pengecer (9 orang). Metode pengambilan sampel di tingkat pedagang pengecer menggunakan metode proportionate cluster sampling, sedangkan pengambilan sampel di tingkat pedagang pengumpul dan pedagang pemotong mengikuti rantai pemasaran. Desain penelitian yang digunakan adalah

3 metode survei. Analisis yang digunakan adalah analisis Deskriptif dan analisis Nilai Tambah. Responden pedagang pengecer pada penelitian ini sebagian laki-laki (55,56%), sedangkan pedagang pengecer yang berjenis kelamin perempuan berjumlah empat orang (44,44%), pedagang pemotong seluruhnya berjenis kelamin laki-laki (100%) dan pedagang pengumpul berjenis kelamin laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 50%. Umur responden pedagang pengecer, pedagang pemotong tersebar pada kisaran umur tahun, pedagang pengumpul berumur tahun dan tahun masing-masing 50%. Responden pada tiap lembaga pemasaran telah menamatkan pendidikan formal sampai SLTA tetapi masih ada pedagang pengecer yang tidak menamatkan sekolah dasar. Pedagang pengecer sebagian besar memiliki pengalaman berdagang tahun, pengalaman berdagang pedagang pemotong dan pengumpul berkisar antara 1-10 tahun. Tenaga kerja yang terlibat pada pedagang pengecer sebanyak 1-5 orang sedangkan tenaga kerja pada pedagang pemotong dan pedagang pengumpul sebanyak orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga saluran pemasaran di Kota Jakarta Selatan antara lain yaitu 1) Produsen pedagang pengumpul pedagang pemotong konsumen; 2) Produsen pedagang pengumpul pedagang pengecer pemotong konsumen; dan 3) Produsen pedagang pengumpul pedagang pemotong pengecer ayam potong konsumen. Analisis nilai tambah menunjukkan bahwa nilai tambah tertinggi didapat oleh pedagang pengecer pemotong yaitu sebesar Rp 3.397,73 (33,14%) dari nilai tambah keseluruhan. Hal ini dikarenakan pada pedagang pengecer pemotong perbedaan antara nilai ouput dan harga input relatif besar sehingga menciptakan nilai tambah yang cukup besar. Kata-kata kunci : nilai tambah, pemasaran, ayam broiler

4 ABSTRACT Added Value Analyses of Broiler s Marketing in Traditional Market South Jakarta Indrawasih H., S. Mulatsih, and Burhanuddin The objectives of this study are : (1) to identify the characteristic of trader in broiler s marketing, (2) to identify the pattern of broiler s marketing distribution in South Jakarta, (3) to analyze the added value of broiler s marketing activity in South Jakarta. This study was carried out from December, 2007 until February, 2008 in Pasar Minggu, Pasar Tebet Barat, and Pasar Warung Buncit, South Jakarta. The samples of retailers were taken by proportionate cluster sampling method, while the samples of slaughterer and collectors were taken from the marketing chain. The data analyzed by descriptive analysis and added value analysis. The result of this study reveal that there were three patterns of broiler s marketing distribution. The analyze of added value show that the highest added value is in the slaughterer retailers level such as Rp 3.397,73 (33,14%) from all of added value. Key words : Broiler, Marketing, Added value.

5 ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN HESTI INDRAWASIH D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN HESTI INDRAWASIH D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 16 Mei 2008 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr NIP Ir. Burhanuddin, MM NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr NIP

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Agustus 1986 di Jakarta, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Prio Darsono dan Ibu Sukaesih. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Bukit Duri 05 Pagi Jakarta Selatan, kemudian melanjutkan ke SMPN 33 Jakarta dan lulus tahun Pendidikan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 37 Jakarta dan lulus tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) tahun dan Penulis juga pernah berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Penyuluhan semester Gasal 2007/2008

8 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam Penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umatnya. Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Tradisional Kota Jakarta Selatan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pelaku pemasaran ayam broiler di Jakarta Selatan, mengetahui saluran pemasaran ayam broiler di wilayah Kota Jakarta Selatan dan menganalisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di wilayah Kota Jakarta Selatan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Mei 2008 Penulis

9 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... Latar Belakang... Permasalahan... Tujuan Penelitian... Kegunaan Penelitian... KERANGKA PEMIKIRAN... TINJAUAN PUSTAKA... Karakteristik Ayam Ras Pedaging dan Karkas... Rumah Potong Ayam... Pemasaran dan Marjin Pemasaran... Konsep Nilai Tambah... METODE... Lokasi dan Waktu... Populasi dan Sampel... Desain Penelitian... Data dan Instrumentasi... Pengumpulan Data... Analisis Data... Definisi Istilah... KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... Geografi dan Kependudukan... Perkembangan Usaha Unggas... Pasar Tradisional... HASIL DAN PEMBAHASAN... Karakteristik Responden... Lembaga Pemasaran... Saluran Pemasaran Ayam Broiler... Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler... Halaman i iii iv v vi vii viii ix

10 KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... Saran... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR PUSTAKA

11 DAFTAR TABEL Nomor Nilai Tambah dan Marjin dari Pengolahan dan Pemasaran Ayam Broiler di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok... Jumlah Sampel pada Tiap Lembaga Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Tradisional Jakarta Selatan... Perhitungan Nilai Tambah Produk... Jumlah Penduduk Kota Jakarta Selatan dan Kepadatan Perkecamatan... Jumlah Peternakan, Populasi dan Perkembangan Harga Rata- Rata Ayam Broiler di Kota Jakarta Selatan Tahun Karakteristik Responden Penelitian... Rata-rata Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler pada Tiap Lembaga Pemasaran di Kota Jakarta Selatan..... Distribusi Nilai Tambah Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan... Halaman

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Alur Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Tradisional Kota Jakarta Selatan... Saluran Pemasaran Produk Ayam Broiler di Jakarta Selatan... Distribusi Marjin dan Faktor Produksi... Halaman

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Rincian Biaya-Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Karkas Ayam I per Hari... Rincian Biaya-Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Karkas Ayam II per Hari... Komponen Nilai Tambah Pemasaran Karkas Ayam Broiler di Tingkat Pedagang Pengecer.. Perhitungan Nilai Tambah Pemasaran Karkas Ayam Broiler pada Pedagang Pengecer Rincian Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Pemotong I per Hari... Rincian Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Pemotong II per Hari... Rincian Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Pemotong III per Hari... Rincian Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Pemotong IV per Hari Rincian Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Pemotong V per Hari. Rincian Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Pemotong VI per Hari Rincian Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengecer Pemotong VII per Hari... Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Hidup di Tingkat Pedagang Pengecer... Perhitungan Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler Hidup pada Pedagang Pengecer Pemotong... Perincian Biaya-Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pemotong I. Perincian Biaya-Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pemotong II... Perincian Biaya-Biaya dan Penerimaan di Pedagang Pemotong III.. Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler pada Pedagang Pemotong.. Perhitungan Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler pada Pedagang Pemotong. Halaman

14 Rincian Biaya-Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengumpul I... Perincian Biaya-Biaya dan Penerimaan pada Pedagang Pengumpul II. Komponen Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler pada Pedagang Pengumpul. Perhitungan Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler pada Pedagang Pengumpul

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor peternakan sebagai salah satu penunjang pembangunan pertanian khususnya dan pembangunan nasional umumnya, memiliki peranan penting terhadap perekonomian masyarakat. Adanya usaha ternak bagi sebagian peternak merupakan sumber pendapatan keluarga atau juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani peternak. Selain itu, usaha ternak juga dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Usaha peternakan dapat berperan bagi pemenuhan permintaan produk hasil ternak yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan mengkonsumsi produk hewani. Salah satu komoditi peternakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah ayam ras pedaging (broiler). Daging ayam broiler mudah didapat dengan harga yang masih dapat dijangkau semua kalangan masyarakat dan memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan daging sapi sehingga diharapkan daging ayam broiler dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Daging ayam broiler dapat memberikan nilai tambah yang cukup berarti bagi aktivitas perdagangan dan pemasaran yang bisa membuka kesempatan usaha perdagangan informal, sehingga perlu diikuti dengan peningkatan aktivitas pendukung lain seperti pengolahan maupun pemasaran produk dan jasa lainnya yang termasuk dalam aktivitas agribisnis. Wabah Flu Burung (Avian Influenza) yang menghancurkan industri perunggasan dari Tahun dan kemudian berjangkit kembali pada Tahun 2006, menimbulkan ketakutan bagi mayarakat untuk mengkonsumsi daging dan telur ayam karena takut tertular virus Flu Burung yang menyebabkan kematian bagi penderitanya. Kasus Flu Burung pada manusia membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 15 Tahun 2007 yaitu tentang larangan memelihara unggas dipemukiman terhitung mulai Tanggal 1 Februari 2007 serta menetapkan ketentuan relokasi peternakan, tempat penampungan, pemotongan dan penjualan unggas hidup di Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mempersiapkan lokasi yang baru untuk peternakan unggas, sedangkan relokasi tempat penampungan, pemotongan dan penjualan unggas diserahkan kepada pemilik atau pelaku usaha. Adanya Peraturan Gubernur ini menyebabkan terjadinya

16 perubahan pada nilai tambah pemasaran produk unggas. Hal ini juga akan menyebabkan perubahan pada pendapatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pemasok maupun pedagang. Pemasaran merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh aktivitas usaha ayam broiler karena sangat penting dalam penyaluran produk dari peternak hingga sampai ke tangan konsumen. Pemasaran ayam broiler termasuk kedalam subsistem agribisnis hilir yaitu kegiatan yang mengolah ayam ras potong dan telur konsumsi beserta kegiatan perdagangannya. Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah DKI Jakarta yang memiliki potensi pasar yang besar untuk produk unggas yaitu terdapat 33 pasar tradisional serta pada daerah pinggirannya akan dijadikan lokasi baru untuk penampungan, pemotongan, dan peternakan unggas, sehingga perlu dilihat aliran pemasaran produk unggas salah satunya yaitu ayam ras pedaging yang keluar dan masuk ke wilayah Jakarta Selatan serta nilai tambah yang dihasilkan oleh produk ayam ras pedaging setelah adanya relokasi. Ayam Broiler yang ada di Kota Jakarta Selatan berasal dari peternakan yang ada di wilayah Bogor, Sukabumi, Tangerang, dan Cianjur. Pasar tradisional adalah salah satu tempat berlangsungnya aktivitas pemasaran ayam broiler. Ada 33 pasar tradisional yang tercatat di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Kelautan Jakarta Selatan. Pasar ini dibagi menjadi tiga kategori pasar yaitu pasar besar (3 pasar), pasar sedang (13 pasar), dan pasar kecil (17 pasar). Pembagian kategori ini didasarkan pada luas pasar dan jumlah pedagang yang ada di pasar tersebut. Pasar Minggu, Pasar Tebet Barat dan Pasar Warung Buncit merupakan pasar yang potensial untuk aktivitas pemasaran ayam broiler karena selain rekomendasi dari PD Pasar Jaya, ketiga pasar ini strategis ( tempatnya mudah dijangkau) dan juga berpotensi untuk maju. Perumusan Masalah Kegiatan menambah nilai dalam proses produksi dirasakan mampu meningkatkan keuntungan dan pendapatan. Keuntungan yang didapat berbeda di setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran ayam broiler. Besarnya tambahan manfaat dan keuntungan yang diperoleh oleh setiap lembaga dapat dinyatakan sebagai nilai tambah.

17 Ayam broiler yang diperoleh pedagang dapat ditelusuri lokasi asal pembelian dan jalurnya. Hal ini membentuk saluran pemasaran yang terpola sehingga aktivitas pemasaran ayam broiler mulai dari peternak sampai ke konsumen, dan kegiatan sebelum hingga saat pemasaran dapat tergambarkan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik pelaku pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta? 2. Bagaimana saluran pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan? 3. Berapa nilai tambah pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik pelaku pemasaran 2. Mengidentifikasi saluran pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan 3. Menganalisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Pemerintahan Kota Jakarta Selatan dalam membangun aktivitas perekonomian dengan komoditas hasil pertanian subsektor peternakan ayam broiler 2. Pelaku bisnis komoditas hasil peternakan ayam broiler untuk melihat nilai tambah yang diterima para pelaku sistem komoditas 3. Menjadi literatur untuk penelitian selanjutnya

18 KERANGKA PEMIKIRAN Adanya usaha ternak bagi sebagian peternak merupakan sumber pendapatan keluarga atau juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani peternak. Usaha peternakan dapat berperan bagi pemenuhan permintaan produk hasil ternak yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan mengkonsumsi produk hewani. Salah satu komoditi peternakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah ayam ras pedaging (broiler) karena dapat memberikan nilai tambah yang cukup berarti bagi aktivitas perdagangan dan pemasaran yang bisa membuka kesempatan usaha perdagangan informal, sehingga perlu diikuti dengan peningkatan aktivitas pendukung lain seperti pengolahan maupun pemasaran produk dan jasa lainnya yang termasuk dalam aktivitas agribisnis. Pemasaran merupakan suatu tahap kegiatan usaha yang berfungsi untuk menyalurkan komoditi yang dihasilkan produsen ke tangan konsumen. Salah satu yang termasuk sarana untuk melakukan kegiatan pemasaran adalah pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung. Jalur pemasaran ayam broiler di Kota Jakarta Selatan dapat diketahui dengan menelusuri asal ayam yang didapat pedagang pengecer dari pengumpul atau pemotong sebelum akhirnya ayam tersebut dijual. Lokasi wilayah dan jalur pemasarannya digambarkan dalam analisis deskriptif. Kasus Flu Burung membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 15 Tahun 2007 yaitu tentang larangan memelihara unggas dipemukiman terhitung mulai Tanggal 1 Februari 2007 serta menetapkan ketentuan relokasi peternakan, tempat penampungan, pemotongan dan penjualan unggas hidup di Jakarta. Adanya peraturan ini akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai tambah dalam pemasaran produk unggas. Hal ini juga akan mengakibatkan perubahan pada jumlah output yang dihasilkan dalam hal ini yaitu ayam broiler, pendapatan pelaku bisnis unggas khususnya komoditas ayam broiler, dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh para pelaku bisnis ayam broiler.

19 Produsen Ayam Broiler Pedagang Ayam Broiler di Kota Jakarta Selatan Komponen Biaya dan Penerimaan Daerah Asal Ayam Broiler Hidup Analisis Nilai Tambah Analisis Deskriptif Nilai Tambah Jalur Pemasaran Ayam Broiler Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Tradisional Jakarta Selatan

20 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ayam Ras Pedaging dan Karkas Ayam ras pedaging atau sering disebut ayam broiler yaitu jenis unggas yang efisien menghasilkan daging. Ayam ras pedaging mempunyai sifat seperti ukuran badan yang besar penuh daging yang berlemak serta bergerak lambat dan tenang. Pertumbuhan badannya cepat dan efisiensi ransum tinggi untuk membentuk daging. Contoh ayam kelas pedaging yaitu bangsa Brahma, Langshan, Cornish dan lain sebagainya (Suroprawiro et al., 1981). Karkas adalah potongan ayam bersih tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki, cakar, dan organ dalam. Karkas ayam dibedakan menjadi karkas kosong dan karkas isi. Karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi darah, bulu, alat-alat tubuh bagian dalam, kaki dan kepala. Karkas isi merupakan karkas kosong segar tetapi diisi dengan hati, jantung dan ampela yang sudah dibersihkan (Priyatno, 2003). Hasil penelitian Supriadin (2006) mengenai ayam broiler yang diberi feed additive SIGI INDAH, diperoleh rataan persentase karkas ayam berkisar antara 70,10-72,63% dari bobot hidup. Tingginya persentase karkas yang dihasilkan dapat disebabkan oleh tingginya rasio energi dan protein ransum yang digunakan selama penelitian. Menurut Soeparno (1994), persentase karkas akan meningkat sesuai dengan peningkatan bobot hidup. Rumah Potong Ayam (RPA) Rumah potong ayam adalah komplek bangunan yang didesain dengan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong ayam atau unggas bagi masyarakat umum (Deptan, 1995). Menurut Priyatno (2003) tempat pemotongan ayam harus memenuhi beberapa syarat antara lain yaitu : 1) memiliki areal yang cukup untuk pengembangan, 2) berada di luar kota pada bagian yang terendah dari kota serta diusahakan dekat dengan aliran sungai yang merupakan tempat pembuangan, bukan sungai yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, 3) memiliki sumber air yang cukup, 4) berada di daerah yang mudah dicapai dengan kendaraan bermotor atau dekat dengan jalan raya, 5) daerahnya relatif aman, 6) relatif dekat dengan pemasaran, 7) mudah dalam pengurusan perizinannya, dan 8) tidak terlalu jauh

21 dengan pangkalan ayam atau peternakan ayam sebagai tempat pengambilan ayam hidup. Priyatno juga membagi usaha pemotongan ayam ke dalam beberapa kelas menurut luasan peredaran daging yang dihasilkan sebagai berikut : 1) usaha pemotongan ayam kelas A, yaitu usaha pemotongan ayam untuk penyediaan daging ayam kebutuhan ekspor, 2) usaha pemotongan ayam kelas B, yaitu usaha pemotongan ayam untuk penyediaan daging ayam kebutuhan antar propinsi daerah tingkat I, 3) usaha pemotongan ayam kelas C, yaitu usaha pemotongan ayam untuk penyediaan daging ayam kebutuhan antar kabupaten atau kota daerah tingkat II dalam satu propinsi daerah tingkat I, dan 4) usaha pemotongan ayam kelas D, yaitu usaha pemotongan ayam untuk penyediaan daging ayam kebutuhan daerah tingkat II yang bersangkutan. Pemasaran dan Margin Pemasaran Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Kohls dan Uhls, 1985). Menurut Kotler dan Amstrong (1994) pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Berdasarkan penelitian-penelitian pada ilmu ekonomi pertanian, ternyata terdapat perbedaan harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani. perbedaan inilah yang disebut marjin pemasaran. Marjin pemasaran merupakan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponen marjin pemasaran terdiri dari : 1) biaya-biaya yang diperlukan lembagalembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional, 2) keuntungan lembaga pemasaran (Sudiyono, 2002).

22 Konsep Nilai Tambah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : 1) menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, 2) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel, 3) menciptakan nilai tambah, 4) meningkatkan penerimaan devisa, 5) menciptakan lapangan pekerjaan, dan 6) perbaikan pembagian pendapatan (Soekartawi, 2000). Menurut Hayami et al. (1987) nilai tambah adalah selisih antara nilai tambah komoditi yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Hasil penelitian Choer (2005) mengenai analisis nilai tambah pengolahan dan pemasaran ayam broiler di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok menyebutkan bahwa perbedaan besar kecilnya nilai tambah dan marjin pemasaran yang diperoleh setiap lembaga pemasaran dikarenakan nilai produk, harga bahan baku dan sumbangan input lain yang berbeda-beda (Tabel 1). Tabel 1. Nilai Tambah dan Marjin dari Pengolahan dan Pemasaran Ayam Broiler di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Lembaga Pemasaran Nilai Tambah (Rp/ekor) Marjin (Rp/ekor) Pedagang Pengumpul (karkas) Pedagang Pengumpul (ayam hidup) Pedagang Pemotong Pedagang Pengecer Pedagang Ayam Goreng Fastfood Kaki Lima Rumah Makan 2.070,09 593, , , , , ,67 816, , , , ,00 Sumber: Choer (2005)

23 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di tiga pasar antara lain yaitu Pasar Minggu mewakili pasar besar, Pasar Tebet Barat mewakili pasar sedang, dan Pasar Warung Buncit mewakili pasar kecil. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) yang didasarkan pada beberapa faktor yaitu a) rekomendasi dari PD. Pasar Jaya, DKI Jakarta; b) wilayah pelayanan pasar baik; c) lokasi pasar strategis; d) adanya pedagang pengecer ayam broiler yang berjualan secara kontinyu; e) adanya keterikatan antara pengecer dengan konsumen. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, mulai dari Desember 2007 sampai dengan Februari Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh komponen yang terlibat dalam rantai pemasaran daging ayam broiler pada pasar tradisional di Kota Jakarta Selatan yang terdiri dari pedagang pengumpul, tempat pemotongan ayam (TPA), dan pedagang pengecer. Untuk kepentingan dalam menentukan rantai pemasaran ayam broiler, pengambilan sampel dimulai dari pedagang pengecer ayam broiler yang berada di pasar tradisional. Sampel pedagang pengecer masing-masing didapat dari pasar besar, pasar menengah dan pasar kecil. Metode pengambilan sampel di tingkat pedagang pengecer menggunakan metode proportionate cluster sampling, sedangkan pengambilan sampel di tingkat pedagang pengumpul dan pedagang pemotong mengikuti rantai pemasaran. Jumlah sampel yang diambil pada tiap tingkat pedagang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Sampel pada Tiap Lembaga Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Tradisional Jakarta Selatan Lembaga Pemasaran Sampel (Orang) Pedagang Pengecer 9 Pedagang Pemotong 3 Pedagang Pengumpul 2 Jumlah 14

24 Desain Penelitian Desain penelitian ini berdasarkan survei yaitu digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada, sehingga tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel, karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah daripada menguji hipotesis. Survei dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling terhadap halhal yang nyata dan tidak nyata (Umar, 2005). Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan (observasi) dan wawancara dengan responden. Wawancara dengan responden berpedoman pada alat bantu berupa susunan daftar pertanyaan yang dibuat sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Data sekunder merupakan data-data tertulis yang diperoleh dari penelusuran studi pustaka, data-data Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, data-data Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, dan data-data dari instansi lain yang terkait dengan kepentingan penelitian. Pengumpulan Data Data primer dan sekunder dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung. Data-data primer dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi langsung dan wawancara dengan responden. Data-data sekunder dikumpulkan dari data BPS (Badan Pusat Statistik) DKI Jakarta dan Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Kelautan Kota Jakarta Selatan serta dari instansi lain yang terkait dengan penelitian. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif, dan disajikan dalam bentuk uraian dan tabulasi angka. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis nilai tambah. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis profil usaha seperti saluran pemasaran, tenaga kerja, biaya produksi, pengadaan bahan baku, proses produksi dan pemasaran hasil.

25 Analisis Nilai Tambah Metode nilai tambah yang digunakan adalah metode Hayami. Perhitungan nilai tambah dilakukan pada proses penjualan ayam broiler oleh setiap lembaga pemasaran baik berupa ayam potongayam maupun ayam hidup. Kelebihan analisis nilai tambah yang dikemukakan Hayami adalah : (1) lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian, (2) dapat diketahui produktivitas produksinya, (3) dapat diketahui balas jasa bagi pemilikpemilik faktor produksinya, dan (4) dapat dimodifikasi untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan. Analisis nilai tambah, pada proses pengolahan akan menghasilkan informasi atau keluaran antara lain: 1. Nilai tambah (Rp) 2. Rasio nilai tambah (%), menunjukkan persentase nilai tambah dari produk. 3. Balas jasa tenaga kerja (Rp), menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja langsung untuk memperoleh satu-satuan bahan baku. 4. Bagian tenaga kerja (%), menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah. 5. Keuntungan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pemilik faktor produksi karena menanggung resiko usaha. 6. Tingkat keuntungan (%), menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah. 7. Marjin menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

26 Tabel 3. Perhitungan Nilai Tambah Produk Variabel Output, Input dan Harga 1. Output (Ekor/Hari) 2. Bahan baku (Ekor/Hari) 3. Tenaga kerja (HKP/Hari) 4. Faktor konversi (1:2) 5. Koefisien tenaga kerja (3:2) 6. Harga output (Rp/Ekor) 7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HKP) Pendapatan dan Keuntungan (Rp/Ekor bahan baku) 8. Harga bahan baku(rp/ekor) 9. Harga input lain (Rp/Ekor) 10. Nilai output (4 6) 11. a. Nilai tambah (10-8-9) b. Rasio nilai tambah [(11a:10) 100%] 12. a. Imbalan tenaga kerja (5 7) b. Bagian tenaga kerja [(12a:11a) 100%] 13. a. Keuntungan (11a-12a) b. Tingkat keuntungan [(13a:10) 100%] Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (10-8) a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan perusahaan Sumber : Hayami, et al (1987) Nilai A B C D=A/B E=C/B F G H I J=D F K=J-H-I L%=K/J 100% M=E G N%=M/K 100% O=K-M P%=O/J 100% Q=J-H R%=M/Q 100% S%=I/Q 100% T%=O/Q 100%

27 Definisi Istilah 1. Ayam broiler adalah ayam ras pedaging yang mempunyai pertumbuhan cepat dibawah usia 8 minggu dan mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. 2. Nilai tambah adalah penambahan nilai yang terjadi pada suatu komoditas karena komoditas tersebut telah mengalami proses lebih lanjut. 3. Output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari proses produksi. 4. Bahan baku adalah barang yang dijadikan sebagai input utama produksi. 5. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja langsung yang digunakan pada proses produksi per HKP (Hari Kerja Pria). 6. Faktor konversi adalah banyaknya output yang dihasilkan per satu-satuan input yang digunakan. 7. Koefisien Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang diperlukan atau digunakan unutk mengolah satu-satuan input. 8. Harga output adalah nilai dari produk yang dihasikan dalam satu-satuan output. 9. Upah tenaga kerja rata-rata adalah imbalan bagi tenaga kerja dalam satuan Hari Kerja Pria (HKP). 10. Harga bahan baku adalah nilai bahan baku yang digunakan dalam satu-satuan input. 11. Harga input lain adalah nilai dari penggunaan input lain selain input utama. 12. Nilai output adalah nilai yang dihasilkan dari penggunaan satu satuan input. 13. Ayam potongadalah bagian tubuh ayam yang diperoleh tanpa bulu, darah, kaki, leher dan organ dalam. 14. Ayam potong adalah bagian ayam yang diperoleh tanpa bulu, darah, dan organ dalam. 15. Lembaga Pemasaran adalah badan-badan baik perorangan maupun lembaga yang membantu penyaluran produk ayam broiler mulai dari peternak sampai ke konsumen akhir. 16. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga produk ayam broiler yang dibayarkan konsumen akhir dengan harga yang diterima pedagang atau

28 perbedaan harga disetiap ingkatan lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam satuan Rp/ekor bobot hidup. 17. Saluran pemasaran adalah jalur-jalur yang dilalui produk sehingga sampai tangan konsumen. 18. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang melakukan pembelian langsung dari peternak untuk kemudian dijual dalam bentuk hidup ataupun karkas. 19. Pedagang pemotong adalah lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pembelian ayam hidup dari pedagang pengumpul untuk dijual kembali dalam bentuk karkas. 20. Pedagang pengecer ayam potongadalah lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pembelian ayam potongdari pedagang pemotong kemudian langsung dijual kepada konsumen akhir. 21. Pedagang pengecer pemotong adalah lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pembelian ayam broiler hidup dari pedagang pengumpul lalu dipotong sendiri dan kemudian langsung dijual kepada konsumen akhir.

29 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Geografi dan Kependudukan Secara geografis Kota Jakarta Selatan terletak pada koordinat antara ,8 Lintang Selatan dan ,0 Bujur Timur. Di daerah Jakarta Selatan terdapat Rawa/ Situ (Situ Babakan). Wilayah ini cocok digunakan sebagai daerah resapan air, dengan iklimnya yang sejuk sehingga ideal dikembangkan sebagai wilayah pengembangan pemukiman secara terbatas. Daerah Jakarta Selatan juga banyak terdapat kegiatan usaha dan perkantoran sebagai sentra bisnis. Secara administrasi Kota Jakarta Selatan terdiri atas sepuluh Kecamatan, 65 Kelurahan, 575 Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan Rumah Tangga, dengan luas 145,75 Km². Jumlah penduduk Kota Jakarta Selatan berdasarkan hasil registrasi penduduk pertengahan Tahun 2006 tercatat jiwa. Pemerintahan Kota Jakarta Selatan mempunyai batas-batas administrasi sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Banjir Kanal, Jalan Sudirman, Kecamatan Tanah Abang, Jalan Kebayoran Baru, dan Kebon Jeruk (Kota Jakarta Barat). - Sebelah Timur berbatasan dengan Kali Ciliwung (Kota Jakarta Timur). - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciputat dan Ciledug (Kabupaten Tangerang, Jawa Barat). - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok Menurut Statistik Kota Jakarta Selatan 2006, jumlah penduduk terbesar terdapat pada Kecamatan Pasar Minggu yaitu sebanyak jiwa, tetapi kepadatan penduduknya menempati posisi ketujuh (Tabel 4). Hal ini disebabkan karena Kecamatan Pasar Minggu memiliki luas wilayah terluas kedua setelah Kecamatan Jagakarsa yaitu 21,90 Km².

30 Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Jakarta Selatan dan Kepadatan Perkecamatan No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km²) Kepadatan (Jiwa/ Km²) Jagakarsa Ps. Minggu Cilandak Pesanggrahan Kebayoran Lama Kebayoran Baru Mampang Prapatan Pancoran Tebet Setia Budi ,01 21,90 18,20 13,47 19,32 12,91 7,73 8,53 9,05 9, Jumlah , Sumber : BPS Kota Jakarta Selatan, 2007 Perkembangan Usaha Unggas Perkembangan usaha peternakan unggas di Kota Jakarta Selatan tidak terlalu baik. Sejak tahun 2002 jumlah populasi dan usaha peternakan unggas khususnya ayam broiler di Kota Jakarta Selatan semakin berkurang bahkan pada tahun 2006 populasinya menjadi nol. Hal ini terkait dengan adanya isu Flu Burung yang kembali merebak, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan tidak memperbolehkan peternakan berada di daerah pemukiman. Kondisi ini juga berpengaruh pada perkembangan harga rata-rata ayam broiler di Kota Jakarta Selatan dari Rp ,00/Ekor menjadi Rp ,00/Ekor (Tabel 5). Tabel 5. Jumlah Peternakan, Populasi dan Perkembangan Harga Rata-Rata Ayam Broiler di Kota Jakarta Selatan Tahun Tahun Jumlah Peternakan Jumlah Populasi (Ekor) Sumber : BPS Kota Jakarta Selatan 2007 Harga Rata-Rata (Rp/Kg)

31 Pasar Tradisional Pasar tradisional merupakan tempat berlangungnya jual beli segala keperluan sehari-hari, terutama pangan dan sandang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Prasarana yang digunakan dalam menunjang kegiatan jual beli berupa kios, los, dan lapak. Pasar-pasar tradisional di Kota Jakarta Selatan dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Jaya (PD Pasar Jaya) yang dipimpin oleh seorang Direktur. Setiap pasar tradisional mempunyai satu manajer area. Satu area terdiri dari beberapa pasar tradisional. Pasar Minggu Terletak di Jalan Raya Ragunan. Lahan yang dimiliki pasar ini ± m 2. Ruang lingkup pelayanan meliputi daerah kota, karena pasar ini merupakan salah satu pasar terbesar diwilayah Kota Jakarata Selatan dan berpotensi untuk maju. Pasar Minggu mudah dijangkau karena banyak transportasi yang melalui pasar tersebut salah satunya adalah kereta api listrik jalur Kota-Bogor atau Tanah Abang-Bogor. Ada 38 pedagang yang berjualan ayam broiler yang terdiri atas 30 orang pedagang ayam potong dan 8 orang pedagang ayam broiler hidup. Setiap hari para pedagang tersebut mampu menjual ayam broiler sebanyak ekor. Pasar Tebet Barat Terletak di Jalan Tebet Barat Dalam. Lahan yang dimiliki pasar ini ± m 2. Ruang lingkup pelayanan untuk wilayah Tebet, dan berpotensi untuk berkembang. Pasar Tebet Barat sangat potensial karena selain Tebet merupakan wilayah terpadat di Kota Jakarta Selatan, juga karena disekitar pasar banyak dibuka rumah makan yang bahan bakunya berasal dari pasar ini. Terdapat 10 orang pedagang yang berjualan ayam broiler di pasar ini dan setiap harinya dapat menjual ayam broiler sebanyak ekor. Pasar Warung Buncit Terletak di Jalan Kemang Utara No.9 Rt.11 Rw.04, Mampang Prapatan. Didirikan pada Tahun 2003 dan diresmikan Tahun Pasar ini memiliki luas bangunan ± 1.495,36 m 2 dan luas tanah ± m 2. Ruang lingkup pelayanan untuk lingkungan Warung Buncit, Kemang dan Mampang Prapatan. Pasar Warung Buncit

32 berpotensi untuk maju karena selain menjual kebutuhan sehari-hari, pasar ini juga terkenal dengan pasar hewannya. Terdapat enam orang pedagang ayam broiler di pasar ini dengan skala penjualan ekor ayam broiler per hari.

33 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin responden, usia responden, tingkat pendidikan yang telah ditempuh responden, lama usaha yang telah dijalankan responden, dan tenaga kerja yang terlibat dalam usaha responden. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden pedagang pengecer dan pedagang pemotong berjenis kelamin laki-laki yaitu masing-masing sebanyak 55,56% dan 100% (Tabel 6). Responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan karena berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan, pengangkutan dan pemotongan yang dilakukan pedagang memerlukan waktu dan tenaga yang lebih besar. Pemilik tempat pengumpulan ayam (pedagang pengumpul) berjenis kelamin laki-laki dan perempuan masing-masing 50%. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki maupun perempuan dapat membuka atau mengelola usaha ini. Usia Responden Sebaran usia pedagang pengecer berada pada kisaran usia antara tahun yaitu sebesar 44,44%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk berdagang ayam tidak dibatasi oleh usia. Tabel 6 menerangkan bahwa pedagang pemotong berusia tahun, sedangkan pada pedagang pengumpul kisaran usia berkisar antara tahun dan tahun masing-masing sebesar 50,00%. Tingkat Pendidikan Tabel 6 menunjukkan masih ada pedagang pengecer dan pedagang pemotong yang tidak tamat sekolah dasar yaitu masing-masing sebesar 22,22% dan 33,33%. Rendahnya tingkat pendidikan responden dikarenakan usaha berdagang merupakan bentuk usaha informal yang dijalankan sebagian kecil masyarakat. Sebesar 100% pedagang pengumpul telah menamatkan pendidikannya sampai tingkat SLTA. Hal ini dapat dikarenakan pada usaha pengumpulan ayam diperlukan kemampuan yang lebih untuk mengatur kegiatan yang ada dalam tempat pengumpulan tersebut seperti mencatat ayam yang masuk dan keluar (tenaga administrasi).

34 Tabel 6. Karakteristik Responden Penelitian Pedagang Pengecer Pedagang Pedagang Karakteristik Pemotong Pengumpul Orang % Orang % Orang % Jenis Kelamin 1. Laki-laki 5 55, Perempuan 4 44, Jumlah Usia (Tahun) , , , , , , , ,00 Jumlah 9 100, , ,00 Tingkat Pendidikan 1. Tidak Tamat SD 2 22, , SD 3 33, SLTP 2 22, SLTA 2 22, , Jumlah Lama Usaha (Tahun) , , , , , , Jumlah 9 100, , ,00 Tenaga Kerja (Orang) , , Jumlah Lama Usaha Rata-rata pedagang pengecer memiliki pengalaman berdagang antara tahun (44,44%). Hal ini menunjukkan mata pencaharian utama mereka adalah berdagang ayam broiler. Pengalaman usaha pedagang pengumpul dan pemotong sebagian besar memiliki pengalaman berdagang selama 1-10 tahun. Hal ini

35 dikarenakan pedagang pengumpul dan pedagang pemotong merupakan orang baru dalam usaha ayam broiler. Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan oleh masing-masing lembaga pemasaran di ambil dari keluarga, orang luar keluarga, dan kerabat. Pekerjaan yang dapat dilakukan pada pedagang pengecer tidak banyak sehingga rata-rata tenaga kerja yang terlibat hanya sebanyak 1-5 orang (42,86%). Pedagang pemotong dan pedagang pengumpul memerlukan tenaga kerja lebih banyak yaitu orang karena memiliki bermacam jenis pekerjaan (mengambil dan mengantar ayam, mencatat ayam yang masuk dan keluar, memotong dan menjual ayam ke pasar tradisional). Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran yang terlibat dalam penjualan ayam broiler di Kota Jakarta Selatan yaitu pedagang pengumpul, pedagang pemotong, dan pedagang pengecer. Lembaga ini berfungsi dalam penyaluran ayam broiler ke konsumen. Lembaga pemasaran ini bebas menjual dan membeli produknya kepada siapapun, tetapi karena sudah terjalin hubungan yang sangat baik maka dengan sendirinya mereka akan saling membutuhkan satu sama lain. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer pada penelitian ini terdapat dua macam yaitu pedagang pengecer ayam potong dan pedagang pengecer pemotong. Pedagang pengecer ayam potong memperoleh ayam potong dari pedagang pemotong yang lokasinya tidak jauh dari pasar, sedangkan pedagang pengecer pemotong memperoleh ayam broiler hidup dari pengumpul yang berada di sekitar wilayah Cempaka Putih (Jakarta Pusat) dan Jatinegara (Jakarta Timur). Pedagang pengecer ayam potong rata-rata mampu menjual ayam potong sebanyak 63 ekor setiap hari dengan harga rata-rata Rp ,50 per ekor (dengan bobot 1,2-1,3 Kg/ekor), sedangkan pedagang pengecer pemotong setiap hari rata-rata dapat menjual 200 ekor ayam potongayam dengan harga rata-rata Rp ,60 per ekor (bobot hidup rata-rata 1,5 Kg/ekor). Konsumen pedagang pengecer meliputi konsumen rumah tangga dan konsumen lembaga. Pedagang pengecer menggunakan tenaga kerja tambahan 1-5 orang dengan lama bekerja 6-10 jam per hari (0,85-7,00 HKP/Hari). Tenaga kerja tersebut dimanfaatkan untuk membantu mengambil ayam dari pengumpul atau

36 pemotong, melayani konsumen di pasar tradisional, dan mengantar ayam ke konsumen rumah makan. Sarana yang digunakan untuk berjualan ayam adalah lapak kaki lima, los dan ember besar. Pedagang Pemotong Pedagang pemotong memperoleh ayam broiler dari pedagang pengumpul yang selanjutnya akan diproses lebih lanjut yaitu penyembelihan ayam. Proses pemotongan ayam harus disesuaikan dengan syariat yang berlaku di Indonesia. Menurut Fadilah et al (2007), ada beberapa syarat dalam proses pemotongan ayam yaitu sebagai berikut : 1) pemotong harus beragama Islam dan taat beribadah, hal ini terkait dengan kehalalan suatu produk karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam; 2) memotong ayam harus menghadap kiblat; 3) memotong harus dengan pisau yang tajam dan 4) proses pemotongan harus berjalan cepat. Ayam yang telah disembelih ditempatkan disebuah drum dan dibiarkan beberapa saat agar darahnya keluar. Proses selanjutnya adalah pencelupan ke air panas. Ayam yang darahnya telah habis, dicelupkan kedalam drum berisi air panas dengan suhu 60-65º C selama 2-3 menit di atas kompor yang sedang menyala. Temperatur air harus tetap dikontrol, jangan sampai terlalu tinggi (lebih dari 65º C) atau rendah ( kurang dari 60º C). Jika terlalu panas, kulit daging ayam terbawa ketika bulunya dicabut sehingga kualitas ayam potongmenjadi tidak baik. Jika temperatur air dingin, bulu ayam akan sulit dicabut. Ayam yang telah dicelupkan kemudian dicabuti bulunya. Pencabutan bulu dilakukan secara otomatis menggunakan alat pencabut bulu yang disebut rubber fingered pickers. Alat ini terdiri atas jari-jari yang terbuat dari karet yang bersifat fleksibel sehingga tidak merusak ayam potong. Ayam masih harus dibersihkan dari sisa bulu yang tidak tercabut dalam mesin pencabut bulu secara manual yaitu menggunakan tangan. Ayam yang telah dibersihkan dari bulu, lalu diambil isi perut (jeroan terdiri atas hati, rempela, jantung, dan usus) dengan cara memotong bagian kloaka antara dada dan paha. Ayam potong dan isi perut yang didapat dikumpulkan secara terpisah. Isi perut dibersihkan dari kotoran yang melekat sebelumnya akhirnya dijual bersama ayam potong. Ayam potong dan isi perut harus dicuci bersih sehingga tidak ada darah pada ayam potong dan isi perut.

37 Rata-rata pedagang pemotong dapat menjual ekor (bobot hidup ratarata 1,5 Kg/ekor) ayam potong per hari dengan harga jual rata-rata Rp ,67 per ekor. Pemotong menjual secara terpisah antara ayam potong dengan jeroan, tetapi ada pula pemotong yang menjual ayam potong dan jeroan dalam satu harga. Konsumen pedagang pemotong adalah pedagang pengecer di pasar tradisional yang lokasinya tidak jauh dari tempat pemotongan. Pemotong menggunakan tenaga kerja tambahan sebanyak orang dengan lama bekerja 2-8 jam per hari (3-15 HKP/Hari). Tenaga kerja tersebut dimanfaatkan untuk memotong, mengambil ayam dari pengumpul dan mengantar ayam ke pasar tradisional. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul memperoleh ayam broiler dari peternakan yang berada di Bogor, Tangerang, Sukabumi, dan Cianjur. Pedagang pengumpul tidak membeli ayam dari satu peternakan melainkan dari beberapa peternakan. Pengumpul mengirim supir untuk membeli ayam broiler ke peternakan yang sedang panen. Supir dibekali sejumlah uang oleh pengumpul untuk membeli ayam. Pembelian dilakukan secara tunai, karena tidak ada perjanjian antara pengumpul dengan peternak. Pihak peternakan mengeluarkan surat bukti pembayaran dan surat bukti bahwa ayam yang dijual dalam keadaan sehat. Rata-rata perhari pedagang pengumpul dapat membeli dan menjual ayam ekor (bobot hidup rata-rata 1,5 Kg/ekor) dengan harga beli rata-rata Rp ,00 per ekor dan harga jual rata-rata Rp ,00 per ekor. Pengumpul memasok ayam broiler ke pasar tradisional, restoran dan tempat pemotongan ayam. Pelanggan pemotong, pengecer dan restoran membeli ayam dalam keadaan hidup. Pedagang pengumpul menggunakan tenaga kerja lebih banyak, sekitar orang yang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu supir, bagian administrasi, penimbang dengan lama bekerja kurang lebih sepuluh jam (13,5-16,65 HKP/ Hari). Saluran Pemasaran Ayam Broiler Ayam broiler yang dijual hingga sampai ke tangan konsumen melibatkan lembaga-lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran tersebut antara lain peternak, pedagang pengumpul, pedagang pemotong, dan pedagang pengecer. Terdapat tiga saluran pemasaran ayam broiler dalam penelitian ini yaitu:

38 1. Produsen pedagang pengumpul pedagang pemotong konsumen 2. Produsen pedagang pengumpul pedagang pengecer pemotong konsumen 3. Produsen pedagang pengumpul pedagang pemotong pedagang pengecer ayam potong konsumen Luar Jakarta Jakarta (20%) Pedagang Pengecer Pemotong (20%) Pedagang Pengecer Ayam Potong (45%) (45%) Produsen (100%) Pedagang Pengumpul Pedagang (80%) Pemotong (35%) Konsumen Keterangan : Ayam Hidup Karkas Batasan penelitian Skala ekor per hari Gambar 2. Saluran Pemasaran Produk Ayam Broiler di Kota Jakarta Selatan Persentase masing-masing saluran pemasaran dibuat berdasarkan data Suku Dinas Peternakan Kota Jakarta Selatan mengenai volume penjualan ayam broiler tiap hari di Kota Jakarta Selatan, yakni sebanyak ekor per hari. Pedagang pengumpul menyalurkan produknya dalam bentuk ayam broiler hidup ke pedagang pengecer pemotong sebanyak ekor (20%) dan ke pemotong sebanyak ekor (80%). Tingkat pedagang pemotong, saluran pemasaran terbagi menjadi dua yaitu ke pedagang pengecer ayam potong sebanyak ekor (45%) dan ke konsumen ekor (35%). Pedagang pengecer menjual seluruh ayam potong ( ekor) kepada konsumen (konsumen lembaga dan rumah tangga).

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SUCI WULANDARI.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kota Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SUCI WULANDARI.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terjangkau, memiliki kualitas gizi yang yang baik, mudah diolah menjadi berbagai

PENDAHULUAN. terjangkau, memiliki kualitas gizi yang yang baik, mudah diolah menjadi berbagai 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kebutuhan konsumsi daging ayam akan selalu meningkat dikarenakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa bangunan yang didesain dan dibangun khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek sangat menjanjikan untuk dikembangkan di Indonesia, salah satunya di daerah Sumatera Barat. Apabila

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT

KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI YENI MARLIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) SKRIPSI SETYO UTOMO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill MARJIN PEMASARAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR YANG MENGGUNAKAN PAKAN PRODUKSI PABRIK SKALA KECIL DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Susanti I.S 1, N. Ali 1 dan St. Rohani 2 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Bidang usaha peternakan saat ini sudah mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini terlihat dari konsumsi masyarakat akan kebutuhan daging meningkat, sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER (Kasus Pedagang Pemotong di Pasar Baru Kota Bogor) SKRIPSI AHMAD FAWZI WIRADISASTRA

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER (Kasus Pedagang Pemotong di Pasar Baru Kota Bogor) SKRIPSI AHMAD FAWZI WIRADISASTRA ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER (Kasus Pedagang Pemotong di Pasar Baru Kota Bogor) SKRIPSI AHMAD FAWZI WIRADISASTRA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG Kasus pada Kelompok Ternak Lembu Jaya dan Bumi Mulyo Kabupaten Banjarnegara SKRIPSI TAUFIK BUDI PRASETIYONO PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari Desember 2007)

ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari Desember 2007) ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari 2003 - Desember 2007) SKRIPSI GALIH MEITANUL IMAN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT SKRIPSI SANDY KARTIWA SUTISNA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SANDY

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR Sosial Ekonomi DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR ST. Rohani 1 & Muhammad Erik Kurniawan 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi dikembangkannya sektor pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT Fiqrul Hilmi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi fiqrulhilmi@gmail.com Tedi Hartoyo 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PAMULANG TANGERANG SKRIPSI YANNUAR INDARSYAH PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONORlI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumah Pemotongan Hewan Unggas Rumah pemotongan unggas (RPU) adalah komplek bangunan dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT Sasongko W Rusdianto, Farida Sukmawati, Dwi Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ELI NURRIAHSIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ELI NURRIAHSIH.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN MARLIA PRATIWI.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA

ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA (Survey Pada Perumahan Taman Pagelaran,Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor) SKRIPSI KHUSNA RONY AGUSTINA

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP

ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP 080304003 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) SKRIPSI DISTI LASTRIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG [ECONOMICS ANALYSIS OF FERMENTED FEED BASED ON BANANA AGROINDUSTRY WASTE IN DISTRICT OF LUMAJANG] Shanti

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pulubala merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo yang memiliki 11 desa. Kecamatan

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK Muhammad Fauzan Erzal *, Taslim** dan Adjat Sudradjat Masdar**

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR SKRIPSI LISA PAHADA

ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR SKRIPSI LISA PAHADA ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR SKRIPSI LISA PAHADA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci