EVALUASI SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN ANALISA RESIKO SAMBARAN PETIR PADA BANGUNAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN ANALISA RESIKO SAMBARAN PETIR PADA BANGUNAN"

Transkripsi

1 EVALUASI SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN ANALISA RESIKO SAMBARAN PETIR PADA BANGUNAN Reynaldo Zoro, Arief Setyo Wibowo Laboratorium Teknik Teanan dan Arus Tini Institut Teknoloi Bandun, Jl. Ganesha 10 Bandun zoro@hv.ee.itb.ac.id Abstrak - Sambaran petir lansun dapat menimbulkan kerusakan pada banunan dan sambaran petir tidak lansun dapat merusak peralatan didalam banunan seperti; elektronik, komputer, komunikasi, dll. Untuk menurani resiko kerusakan ini dilakukan pemasanan sistem proteksi petir. Rancanan dan pemasanan sistem proteksi petir ditentukan oleh bentuk dan tini banunan dan karakteristik sambaran petir di lokasi banunan tersebut. Karakteristik sambaran petir yan sesuai adalah karakteristik sambaran petir yan diperoleh dari kondisi petir dilokasi tersebut. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan keandalan sistem proteksi petir eksternal dan analisa resiko sambaran petir pada suatu banunan. Untuk membandinkan hasil evaluasi denan kenyataan dilapanan dilaksanakan eksperimen pada banunan tersebut denan pemasanan sistem penukuran petir pada edun yan diproteksi. Sistem proteksi yan dirancan terdiri dari finial atas, penhantar arus petir berisolasi, alat penhitun sambaran petir (Lihtnin Event Counter- LEC) dan alat ukur arus puncak petir denan pita manetik. Denan peralatan ukur ini titik sambaran pada baian-baian tertentu dari banunan dapat diketahui sehina sistem proteksi petir eksternal dapat dioptimalkan. Keyword data petir, analisa resiko, terminasi udara, sistem proteksi petir eksternal. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan daerah denan hari uruh pertahun yan tertini didunia menurt buku Guinness of Records yakni berkisar antara hari uruh pertahun denan kerapatan sambaran petir ketanah (N) mencapai 30 sambaran per km 2 per tahun. Sambaran petir lansun dapat menyebabkan kerusakan banunan, peralatan, kebakaran bahkan korban jiwa, sedankan teanan lebih induksi yan disebabkan sambaran petir tidak lansun dapat mempenaruhi kinerja peralatan, umur pakai bahkan kerusakan peralatan. Hal ini dapat menimbulkan keruian yan besar, sehina dibutuhkan usaha untuk menurani resiko kerusakan akibat sambaran petir, yaitu denan sistem proteksi petir. Sistem proteksi petir pada banunan meliputi sistem proteksi petir eksternal dan internal, sistem proteksi petir eksternal berfunsi untuk menurani resiko terhadap bahaya kerusakan akibat sambaran lansun pada banunan yan dilinduni, sedankan sistem proteksi internal bertujuan untuk melinduni instalasi peralatan di dalam banunan terhadap teanan lebih akibat sambaran petir. Perancanan sistem proteksi petir dipenaruhi karakteristik banunan yan diproteksi dan karakteristik petir didaerah yan bersankutan. Dalam penelitian dilakukan evaluasi sistem proteksi eksternal yan ada dan terpasan di Gedun Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Teknoloi Bandun (ITB), yan diambil sebaai obyek penelitian, denan karakteristik petir diperoleh dari data historis Jarinan Deteksi Petir Nasional (JADPEN) serta analisa resiko sambaran petir. Dari penelitian dapat ditentukan tinkat kehandalan sistem proteksi petir eksternal yan terpasan pada banunan, perhitunan besar resiko sambaran petir, serta dipasan peralatan penukur sambaran petir untuk mendapatkan hasil lapanan dari sambaran petir lansun ke banunan. 2. SAMBARAN PETIR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG Sambaran petir yan berbahaya bai struktur banunan dan peralatan didalam banunan meliputi; sambaran petir lansun kestruktur banunan, yan merusak banunan dan manusia. Sambaran petir tidak lansun yakni yan merusak peralatan didalam banunan melalui sambaran petir didekat struktur banunan yan akan menyebakan terjadinya induksi pada peralatan, sambaran petir yan masuk melalui saluran dari luar seperti, listrik, telepon, kabel data, pipa metal, dll dalam bentuk elomban berjalan, dan sambaran petir pada struktur yan akan menaikan teanan tanah dan merusak peralatan didalam banunan. Parameter sambaran petir diantaranya adalah kerapatan sambaran petir disuatu daerah, bentuk elomban arus, amplituda arus puncak, kecuraman arus, muatan arus, serta eneri arus petir. Parameter petir ini merupakan parameter lokal yan berbeda untuk setiap daerah dan sanat menentukan dalam perencanaan sistem proteksi petir yan baik untuk melinduni instalasi didaerah tersebut. Sistem proteksi petir merupakan keseluruhan instalasi yan berfunsi untuk melinduni objek terhadap bahaya akibat sambaran petir, baik sambaran petir lansun Semaran, Nopember 2008 C-29

2 maupun tak lansun, sistem proteksi petir meliputi sistem proteksi eksternal dan internal [3]. Sistem proteksi petir eksternal berfunsi untuk menerima sambaran petir secara lansun dan menalirkan arus petir melalui penhantar arus petir ke sistem pembumian ditanah denan aman, sistem proteksi petir eksternal meliputi sistem terminasi udara (air termination system), yan bertuas menerima sambaran petir, penhantar arus petir (down conductor) yan bertuas menalirkan arus petir ketanah denan aman dan sistem penetanahan (earthin system) yan akan membuan arus petir ditanah denan aman. Beberapa metode desain sistem terminasi udara telah diperkenalkan, yan bertujuan untuk menentukan lokasi terminasi udara yan efektif. Beberapa metode telah direkomendasikan oleh standar antara lain metode sudut lindun ( protective anle method ), metode jarin (mesh method ), dan metode bola elindin (rollin sphere method ) [6]. Metode sudut lindun merupakan metode yan pertama kali diperkenalkan, pada metode ini seluruh komponen sistem terminasi udara; finial batan teak, anyam penhantar datar dan finial penhantar datar harus diletakkan sehina seluruh baian dari struktur yan diproteksi berada didalam permukaan yan dibentuk dari proyeksi titik puncak terminasi udara ketanah denan sudut α dari aris vertikal keseala arah. Metode sudut proteksi mempunyai batasan eometri. Metode jarin jua dikenal denan metode sankar faraday, pada metode ini finial batan teak, konduktor atap, harus membentuk polion tertutup. Polion finial ini harus dilenkapi denan penhantar melintan yan menhubunkan finial sehina membentuk jarin denan ukuran sesuai denan tinkat proteksi, baian loam dan instalasi harus terletak dibawah jarin finial. menunakan persamaan jarak sambar Brown dan Whitehead, sebaai berikut: r s = 6.7 I 0.85 ( m ) (1) Keaalan perisaian terjadi ketika sambaran petir menenai banunan yan dilinduni, fenomena ini banyak dipelajari pada saluran transmisi. Gambar 2.1 menunjukkan model yan disederhanakan dari mekanisme keaalan perisaian dari satu kawat tanah dan satu kawat fasa. Bila sambaran petir mendekat pada jarak S dari saluran dan bumi, sambaran petir itu akan dipenaruhi oleh benda apa saja yan berada di bawah dan melompati jarak S untuk menadakan kontak denan benda itu. Jarak S merupakan jarak sambar, yan dapat ditentukan denan persamaan Brown dan Whitehead, dan ini adalah konsep dari teori elektro eometris. X s merupakan lebar daerah yan tidak terlinduni dimana sambaran petir akan menenai kawat fasa. Lebar daerah yan tidak terlinduni adalah : Bila βs > h Φ X S(cos sin( )) (2) s dimana : S h arcsin( ) S s (3) F arccos( ) (4) 2 S X S arctan( Y X Y ) (5) denan : Gambar 2.1 Perisaian tidak sempurna Metode bola elindin pertama kali diperkenalkan dalam standar proteksi petir Honaria pada tahun 1962, teori bola elindin didasarkan bahwa titik sambar petir ditentukan setelah downward leader mendekati tanah atau struktur sejauh jarak sambar dan petir menyambar objek terdekat dari titik orientasi sehina posisi terburuk adalah pada pusat bola. Radius bola elindin dapat ditentukan denan X Ф = koordinat horisontal kawat fasa (m) Y Ф = koordinat vertikal atau tini rata rata kawat fasa (m) X = koordinat horisontal kawat tanah (m). Y = koordinat vertikal atau tini rata- rata kawat tanah (m). F = jarak antara kawat fasa denan kawat tanah (m) α = sudut lindun sebenarnnya ( ) Bila βs < h Φ X s S( 1 sin( w)) (6) Perisaian sempurna terjadi bila X s = 0, sehina sambaran yan terjadi dalam koridor busur akan menyambar kawat tanah. Untuk mencapai hal ini, posisi Semaran, Nopember 2008 C-30

3 kawat tanah dieser menjadi X sehina diperoleh sudut lindun efektif (α E ) sebesar X E arctan( ) Y Y (7) Arus petir yan terinjeksi keelektroda pentanahan akan menyebar secara radial didalam tanah, sehina akan menyebabkan terjadinya elevasi teanan pada elektroda yan berada disekitarnya. Elevasi teanan pada sebuah elektroda yan berada didekat sebuah elektroda lainnya yan teraliri arus petir dinyatakan denan hubunan.i Gz L, y, x Gz, y, x V (10) dimana : 4LM G(z 2D, y, x) G(z 2D L, y, x) a b, c G a M, b, c G a, b c G, (11), 1 1 Gambar 2.2 Perisaian sempurna Analisa resiko sambaran petir dilakukan berdasarkan standar IEC 1662, denan asumsi Np << 1 dan waktu observasi satu tahun diperoleh R d Np (8) Formula yan akan diunakan untuk perhitunan resiko setiap jenis kerusakan akibat sambaran petir. Denan : R d = resiko kerusakan akibat sambaran petir N = kerapatan sambaran petir pertahun yan berpenaruh pada edun dan peralatan didalamnya. Parameter ini berantun pada kerapatan sambaran petir awan tanah, ukuran banunan dan karakteristik linkunan disekitarnya, serta karakteristik dari saluran masukan. p = probabilitas kerusakan pada banunan, yan dipenaruhi oleh karakteristik banunan, karakteristik permukaan tanah didalam dan diluar banunan, isi banunan, karakteristik instalasi didalamnya, karakteristik saluran masukan serta proteksi yan tersedia. δ = koefisien yan menyatakan kemunkinan keruian lebih lanjut, yan dipenaruhi oleh penunaan banunan, jumlah dan waktu kedatanan oran keedun, jenis pelayanan yan diberikan kemasyarakat, serta faktor yan meninkatkan jumlah kerusakan karena bahaya khusus. dan a b, c a a a b c G1, ln c denan : ρ i L M D a b (12) = tahanan jenis tanah (Ω.m) = arus puncak petir (ka) = panjan elektroda pentanahan 1 (m) = panjan elektroda pentanahan 2 (m) = kedalaman ujun atas elektroda dari permukaan tanah (m) Koplin kapasitif antara penhantar penhantar dalam satu selubun kabel dapat menimbulkan teanan lebih, untuk menurani anuan akibat koplin kapasitif dilakukan pemasanan perisai yan menyelubuni kedua sistem dan ditanahkan sehina tidak terjadi beda potensial Radiasi medan manetik dan elektrik yan dipancarkan impuls arus petir yan menalir pada penhantar arus dapat menyebabkan teanan lebih pada instalasi. 3. PARAMETER SAMBARAN PETIR Teanan lebih pada sistem teanan rendah dan peralatan elektronik dapat disebabkan oleh induksi elektromanetik, elevasi teanan, koplin kapasitif, dan radiasi. Arus petir yan menalir pada hantaran arus petir menimbulkan teanan jatuh ditahanan pentanahan sebesar Gambar 3.1 Parameter Arus Puncak dan Polaritas Arus V I. (V) (9) E R st Semaran, Nopember 2008 C-31

4 Gedun PAU ITB sebaai obyek penelitian ini terletak di latitude LS dan lonitude BT, secara eorafis berada dicekunan Bandun yan dikelilini peununan serta menalami dua musim pertahun. Penaruh anin monsun Asia yan banyak membawa awan petir dan monsun Australia yan kerin jua dirasakan oleh banunan ini.hasil penelitian karakteristik sambaran petir selama periode denan menunakan data petir dari JADPEN menunjukkan bahwa kerapatan sambaran petir awan ketanah rata - rata sebesar 7.06 sambaran/ km 2 / tahun. Evaluasi sistem terminasi udara dan menara diatas atap edun dilakukan denan metode bola elindin. Metode ini diunakan karena dimensi edun yan cukup besar dan kompleks, denan radius bola elindin diperoleh dari persamaan jarak sambar sebaai funsi dari arus puncak. Tabel 3.1 Dimensi Gedun PAU ITB Tini Lebar Panjan Kelilin atap Luas atap 40.8 m 43.2 m 72.6 m m m 2 Untuk level proteksi maksimum 98 % maka diperoleh arus puncak sebesar ka dari kurva distribusi arus puncak yan diperoleh dari parameter petir lokal, sehina radius bola elindinnya 0, r s 6,7. I 6,7.(12,72) 58.3 m (13) Gambar 3.2 Statistik frekuensi sambaran petir harian Pola variansi harian pada Gambar 3.2 menunjukkan bahwa sambaran petir mulai pada sian hari sekitar pukul 11 sian, kemudian menalami kenaikan dan mencapai puncak badai sambaran sekitar pukul sian, siklus harian ini berkaitan denan siklus penyinaran matahari. Gambar 3.4 Daerah lindun terminasi udara untuk level proteksi 98 % tampak depan Gambar 3.3 Statistik sambaran petir bulanan Statistik sambaran petir bulanan menunjukkan bahwa daerah sekitar edun PAU ITB menalami dua kali siklus petir setiap tahun, siklus pertama merupakan sambaran tertini pada musim pancaroba I, yakni bulan maret, april dan mei, sedankan siklus kedua pada musim pancaroba ke II yakni september, oktober dan November. Sedankan bulan Desember, Januari dan Februari adalah musim hujan denan intensitas petir lebih sedikit. 4. SISTEM PROTEKSI PETIR EKSTERNAL TERPASANG Gambar 3.5 Daerah lindun terminasi udara untuk level proteksi 98 % tampak sampin Evaluasi sistem terminasi udara denan metode bola elindin untuk level proteksi 98% (level I), diperoleh banunan dalam kondisi terperisai sempurna denan titik yan mempunyai kemunkinan terkena sambaran lansun terbesar adalah menara radio 8EH. Untuk batan finial teak yan mempunyai kemunkinan terkena sambaran lansun tertini adalah dipinir sebelah selatan atap edun, serta pinir sebelah utara dilantai ketujuh. Penhantar arus petir vertikal yan terpasan pada edun berjumlah lima buah BC 70 mm 2, sedankan menurut Semaran, Nopember 2008 C-32

5 standar untuk edun denan bentuk asimetris denan kelilin atap m maka dibutuhkan minimal 10 penhantar arus petir. Sehina diperlukan penambahan penhantar arus petir. terpasan aar dapat menurani resiko kerusakan akibat penaruh sambaran petir. Resiko yan besar ini disebabkan karena didalam dan diatas atap Gedun PAU ITB terdapat instalasi peralatan yan berfunsi vital bai keiatan kampus, antara lain Stasiun Radio, Telekomunikasi, pusat komputer AI3 dan sejumlah laboratorium penelitian. Analisa teanan lebih dilakukan karena berdasarkan perhitunan besar resiko sambaran petir, diperoleh untuk tipe kerusakan kedua besar resiko kerusakan melebihi batas standar yan dapat diterima denan probabilitas penyebab kerusakan terbesar disebabkan karena teanan lebih akibat sambaran lansun yan menakibatkan elevasi teanan ( p od ). Tabel 4.2 Probabilitas kerusakan Gambar 3.6 Daerah lindun terminasi udara untuk level proteksi 98% tampak atas Sistem penetanahan edun berupa elektroda vertikal dan rin konduktor horisontal, sistem penetanahan ini terhubun denan jarinan penetanahan internal. Sistem penetanahan ruan enerator terpisah denan sistem penetanahan edun, hal ini berbahaya karena bila terjadi sambaran pada banunan maka akan timbul perbedaan teanan dielektroda penetanahan ruan enerator. Dari perhitunan diperoleh elevasi teanan dielektroda pentanahan enerator = kv. Elevasi teanan ini cukup berbahaya bai peralatan elektronika diruan. 4. ANALISA RESIKO Analisa resiko sambaran petir pada Gedun ini dilakukan denan menacu pada standar IEC , hasil yan diperoleh adalah : Tabel 4.1 Resiko sambaran petir Tipe kerusakan 1 2 R d Hasil perhitunan resiko sambaran petir edun PAU ITB menunjukkan bahwa untuk tipe kerusakan pertama yaitu kemunkinan korban jiwa baik akibat sambaran lansun maupun sambaran tak lansun, diperoleh nilai dibawah batas standar resiko yan dapat diterima yaitu 10-5 sehina secara teoritis kemunkinan kehilanan korban jiwa sanat kecil. Analisa resiko kerusakan tipe kedua yaitu kehilanan pelayanan terhadap publik diperoleh nilai resiko diatas batas resiko minimal yan ditetapkan yaitu 10-3, sehina diperlukan proteksi tambahan terhadap peralatan yan P h P fd P fi P od P oi Apabila terjadi sambaran lansun pada menara denan antena diatap edun, maka pada kabel koaksial yan terpasan akan menalir arus sambaran petir, arus yan menalir pada kabel koaksial dapat menyebabkan teanan lebih konduksi pada kabel koaksial. Besar teanan lebih konduksi ini berantun dari koplin resistansi kabel koaksial dan impedansi menara. Tabel 4.3 Teanan lebih konduksi pada kabel koaksial Sambaran lansun ke Menara I t (ka) I k U k (kv) (ka) A A A A Selain teanan lebih konduksi, saat terjadi sambaran lansun pada struktur menara diatap, jua akan timbul teanan lebih induksi pada elun yan terbentuk antara kabel koaksial denan menara. Dari hasil analisa diperoleh teanan lebih yan munkin muncul pada kabel koaksial pada saat terjadi sambaran lansun kesistem menara dalam orde kilo volt terdiri dari teanan lebih konduksi dan induksi, teanan sebesar ini sanat berbahaya bai peralatan elektronik yan terhubun denan kabel, karena ketahanan komponen elektronika sebesar V. Tabel 4.4 Teanan lebih induksi pada kabel koaksial Menara D(mm) d(mm) L(nH/m) U i (kv) A A A A Semaran, Nopember 2008 C-33

6 Hal ini jua dibuktikan denan data kerusakan peralatan didalam edun, tercatat dua kali kerusakan pada mixer radio 8EH dan switch AI3, dimana kedua peralatan tersambun melalui kabel ke antena diatap edun. 5. PENGUKURAN SAMBARAN PETIR Penukuran lapanan sebaai kelanjutan dari penelitian dilakukan denan pemasanan sistem penukuran arus petir. Lama penelitian direncanakan sepuluh tahun sehina diperoleh statistik yan valid untuk analisa. Salah satu hasil dari penukuran ini adalah efektifitas proteksi eksternal yan terpasan dan pembuktian teori Bola Gelindin yan saat ini masih diacu oleh Standar Internasional. Penukuran sambaran petir dilakukan denan menunakan peralatan penukur arus puncak sambaran petir (APM) dan penukuran jumlah sambaran petir (LEC). Alat ini dipasan didalam box yan diletakan pada down condutor dari penankal petir yan telah ditentukan. Gambar 5.2 Daerah tankapan dari finial uji tampak depan dari Metoda Intensitas Kuat Medan Maksimum Gambar 5.3 Luas Tankapan dari kedua finial uji tampak atas dari Intensitas Kuat Medan Maksimum Gambar 5.1 Gedun PAU-ITB denan alat ukur sambaran petir diatap edun Pada periode tertentu finial atas akan dianti denan finial yan menunakan metoda dimana penentuan posisi finialnya didasarkan pada intensitas kuat medan maksimum. Untuk metoda Intensitas Kuat Medan Maksimum ini mempunyai tinkat proteksi 98% denan daerah tankapan seperti Gambar 5.2 dan 5.3. Gambar 5.4 Alat Ukur APM dan LEC didalam panel Dikaki menara penelitian dipasan panel penukuran yan berisi LEC dan APM, kedua peralatan terpasan pada batan tembaa yan terhubun denan kabel penhantar arus petir. Semaran, Nopember 2008 C-34

7 o o 6. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebaai berikut:secara teoritis, untuk level proteksi 98% sistem terminasi udara yan ada cukup efektif untuk melinduni edun PAU ITB dari kemunkinan sambaran lansun dan teori ini akan dibuktikan denan penukuran lapanan. Resiko sambaran untuk tipe kerusakan kedua melebihi batas resiko standar yan dapat diterima, yaitu R = , sehina dibutuhkan sistem proteksi internal. Sambaran petir disekitar PAU ITB mempunyai karakteristik dan pola sambaran daerah peununan denan tinkat keserinan sambaran relatif tini sehina penelitian janka panjan cukup baik. o Sambaran lansun kesistem menara diatap edun menyebabkan teanan lebih pada kabel koaksial, teanan lebih ini dapat membahayakan peralatan yan terhubun ke kabel koaksial. 7. DAFTAR PUSTAKA 1. Sirait, K.T, Zoro, R. Proteksi Sistem Tenaa, Jurusan elektroteknik ITB, Bandun, Hasse, P. Overvoltae Protection of Low Voltae Systems Verla, Jerman, Sytandard IEC International Standard : Protection Aainst Lihtnin Electromanetic Impulse IEC Publication, Zoro, Reynaldo dan Pakki, Rustam R. Guideline And Procedure In Desin, Construction, Maintenance, And Inspection Of Lihtnin Protection System. LAPI ITB, Bandun, Alessandro, F. D, The Development Of The Three Dimensional Collection Volume Method As An Improved Electroeometric Model For The Protection Of Structures, ICLP 2000, Greece, Horvath, T. Rollin Sphere Theory And Application, ICLP 2000, Greece, Hartono, ZA dan Robiah, I. Optimum Desin Of Lihtnin Protection System In A Clustered Buildin Environment, ICLP 2002, Poland, Hartono dan Robiah, The Collection Surface Concept As A Reliable Method For Predictin The Lihtnin Strike Location. ICLP 2000, Greece, Strandar IEC Technical Report : Assessment Of The Risk Of Damae Due To Lihtnin, IEC Publication, Gillespie J.A, A Practical Method For The Assessment And Manaement Of Risk Due To Lihtnin For Structures In Australia And New Zealand, ICLP 2002, Poland, Santosa, Adi, Proteksi Teanan Lebih Petir Pada Peralatan Elektronik. Tuas akhir Jurusan Teknik Elektro ITB, Bandun, Zoro.R, Mefiardhi.R, Sistem Proteksi Petir Pada Menara Telekomunikasi, Evaluasi Ganuan & Perbaikan SENATRIK , Bandun BIOGRAFI Reynaldo Zoro lahir di Sawahlunto pada 30 September Meraih elar sarjana Teknik Elektro dari Institut Teknoloi Bandun pada tahun Meraih elar Dipl. In. dari Technical Univesity of Munich pada tahun Pada tahun 1999 dia meraih elar Doctor di bidan Science dari Proram Pasca Sarjana ITB setelah menyelesaikan disertasinya yaitu Karakteristik Petir dan Kondisi Cuaca di Daerah Tropis Kasus di Gn. Tankuban Perahu Indonesia dalam sandwich proram denan TU Munich, Jerman Dr. Zoro adalah penajar senior di Departemen Teknik Elektro ITB sejak Sejak tahun 2003 menjabat sebaai Kepala Laboratorium Teknik Teanan dan Arus Tini ITB dan jua sebaai Kepala Stasiun Penelitian Petir di Gn Tankuban Perahu yan dimiliki dan dioperasikan oleh ITB. Merupakan anota IEC TC 81 : Lihtnin sejak 1995 dan anota CIGRE sejak Zoro adalah peneliti senior dibidan Lihtnin Protection and Detection System, Tropical Lihtnin dan Atmospheric Electrodynamics dan bekerjasama denan peneliti Perancis, Jerman dan Amerika Semaran, Nopember 2008 C-35

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK Sudut Lindung Menara Transmisi Dan Gardu Induk Proteksi Sistem Tenaga EP3076 Disusun Oleh : Bryan Denov (18013003) Aulia

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

PENGUKURAN STREAMER AWAL PENANGKAL PETIR KONVENSIONAL DAN NON KONVENSIONAL

PENGUKURAN STREAMER AWAL PENANGKAL PETIR KONVENSIONAL DAN NON KONVENSIONAL PENGUKURAN STREAMER AWAL PENANGKAL PETIR KONVENSIONAL DAN NON KONVENSIONAL Filipus Aron Mamuji 13204006 Program Studi Teknik Elektro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Abstrak Early Streamer Emission

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 1,2 Proram Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI SETTING RELAY OCR, GFR DAN RECLOSER PASCA REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PADA TRAFO 2 GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 12.6.

EVALUASI SETTING RELAY OCR, GFR DAN RECLOSER PASCA REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PADA TRAFO 2 GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 12.6. EVALUASI SETTING RELAY, DAN RECLOSER PASCA REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PADA TRAFO 2 GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 12.6.0 Susatyo Handoko *, Junintyastuti, Isa Abdullah Departemen

Lebih terperinci

GERAK PELURU PENGERTIAN PERSAMAAN GERAK PELURU. Kecepatan awal pada sumbu x. v 0x = v 0 cos α. Kecepatan awal pada sumbu y.

GERAK PELURU PENGERTIAN PERSAMAAN GERAK PELURU. Kecepatan awal pada sumbu x. v 0x = v 0 cos α. Kecepatan awal pada sumbu y. GERAK PELURU PENGERTIAN Gerak parabola adalah erak abunan dari GLB pada sumbu horizontal (x) dan GJB pada sumbu vertikal (y) secara terpisah serta tidak salin mempenaruhi. PERSAMAAN GERAK PELURU Kecepatan

Lebih terperinci

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ. PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA CONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Priya Surya Harijanto¹, Moch. Dhofir², Soemarwanto ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melinkar Beraturan, Gerak Melinkar Berubah Beraturan, Besaran Anular dan Besaran Tanensial. POKOK BAHASAN: GERAK

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Sistem Proteksi Penangkal Petir pada Gedung Widya Puraya SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Abdul Syakur, Yuningtyastuti a_syakur@elektro.ft.undip.ac.id, yuningtyastuti@elektro.ft.undip.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL MENGGUNAKAN METODE COLLECTION VOLUME STUDI KASUS GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL MENGGUNAKAN METODE COLLECTION VOLUME STUDI KASUS GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL MENGGUNAKAN METODE COLLECTION VOLUME STUDI KASUS GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Yudi Ugahari, Iwa Garniwa Laboratorium Tegangan Tinggi dan Pengukuran

Lebih terperinci

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN Siti Saodah 1,Aji Tri Mulyanto 2, Teguh Arfianto 3 1. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung 2. Teknik Elektro Institut Teknologi

Lebih terperinci

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR 1 2 3 4 5 6 7 8 Karakteristik Arus Petir 90 % i I 50 % 10 % O 1 T 1 T 2 t Karakteristik Petir Poralritas Negatif Arus puncak (I) Maksimum Rata-rata 280 ka 41 ka I T 1 T 2 200

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Funiture merupakan salah satu kebutuhan dalam setiap rumah. Funsinya tak hanya untuk memperindah interior dalam rumah tapi jua untuk sebuah estetika yan mencitrakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruan Linkup Ruan linkup keiatan dalam penulisan tuas akhir ini adalah PT. Tembaa Mulia Semanan Tbk. (Divisi Aluminium) yan berlokasi di Jalan Daan Moot KM. 16, Semanan,

Lebih terperinci

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri Tentang Petir SEKELUMIT TENTANG PETIRÂ ( BAGIANÂ I) Intisari Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta benda

Lebih terperinci

Sekolah Olimpiade Fisika davitsipayung.com

Sekolah Olimpiade Fisika davitsipayung.com SOLUSI SELEKSI OSN TINGKAT PROVINSI 06 Bidan Fisika Waktu : Jam Sekolah Olimpiade Fisika davitsipaun.com DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 2014 dengan mengambil tempat di Gedung UPT TIK UNILA. 3.2

Lebih terperinci

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH Eykel Boy Suranta Ginting, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Analisis Penaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Anin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Mustafa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract One of the problems in

Lebih terperinci

SISTEM PENANGKAL PETIR

SISTEM PENANGKAL PETIR SISTEM PENANGKAL PETIR UTILITAS BANGUNAN JAFT UNDIP zukawi@gmail.com 081 2281 7739 PETIR Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik

Lebih terperinci

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan erak dalam bidan datar Contoh erak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melinkar Gerak relatif Posisi, Kecepatan, Percepatan r i = vektor posisi partikel di A

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR II. 1 PETIR Peristiwa petir adalah gejala alam yang tidak bisa dicegah oleh manusia. Petir merupakan suatu peristiwa pelepasan muatan listrik dari awan yang bermuatan

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume

Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume Edi Supartono 1, Suharyanto 2 1) Mahasiswa, 2,) Dosen Jurusan Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20.

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20. UM UGM 016 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM016FIS999 Version: 017-0 Halaman 1 Petunjuk berikut diperunakan untuk menerjakan soal nomor 01 sampai denan nomor 0. = 9,8 m/s (kecuali diberitahukan lain) µ o =

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan

Lebih terperinci

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT Electrical engineering Dept Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus

Lebih terperinci

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN Oleh : Nina Dahliana Nur 2211106015 Dosen Pembimbing : 1. I Gusti Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TP 2009/2010

UJIAN NASIONAL TP 2009/2010 UJIAN NASIONAL TP 2009/2010 1. Seoran anak berjalan lurus 10 meter ke barat, kemudian belok ke selatan sejauh 12 meter, dan belok lai ke timur sejauh 15 meter. Perpindahan yan dilakukan anak tersebut dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut BAB II DASAR TEORI II.1 Hari Guruh Tahunan Isokreaunic Level (I kl ) Hari guruh adalah hari dimana guruh terdengar minimal satu kali dalam satu hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X Perancangan Instalasi Penangkal Petir Eksternal Gedung Bertingkat (Aplikasi Balai Kota Pariaman) Oleh: Sepannur Bandri Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang

Lebih terperinci

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU?

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU? POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU? Dr. Reynaldo Zoro Lab. Teknik Tegangan Tinggi dan Arus Tinggi Kelompok Keilmuan Ketenagalistrikan Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) Institut Teknologi

Lebih terperinci

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2 SOLUSI. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= H B. Jarak d yan dibutuhkan adalah d=v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik sistem

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan TUGAS AKHIR Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 27 BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 3.1 IDENTIFIKASI MASALAH Permasalahan yang timbul akibat kerusakan, mungkin terjadi pada peralatan elektronika dan listrik di gedung ANZ Tower yang diakibatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR Maula Sukmawidjaja, Syamsir Abduh & Shahnaz Nadia Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Proses terjadinya sambaran petir Proses pelepasan muatan antara awan dan bumi sama seperti peristiwa tembus antara dua buah elektroda. Agar terjadi pelepasan muatan, perbedaan tegangan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS (Studi Kasus Di Gedung Perpustakaan Universitas Andalas) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 2005

Fisika EBTANAS Tahun 2005 Fisika EBTANAS Tahun 005 EBTANAS-05-01 Dibawah ini adalah besaran-besaran dalam fisika. 1. panjan. massa 3. kuat arus 4. aya Yan termasuk ke dalam besaran pokok adalah... A. 1 dan 3 B. 1, dan 3 C. dan

Lebih terperinci

ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ega Taqwali Berman

ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ega Taqwali Berman ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ea Taqwali Berman Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk menanalisis onkos praktikum pemesinan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP Surya Parman Nasution, S.T 1 *, Ir. Yani Ridal, M.T. 1, Ir. Arzul, M.T 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, REALISASI DAN SIMULASI FILTER

BAB III PERANCANGAN, REALISASI DAN SIMULASI FILTER 4 BAB III PERANCANGAN, REALISASI DAN SIMULASI FILTER 3.1 Pendahuluan Dalam Tuas Akhir ini dirancan sebuah Bandpass Filter yan bisa di unakan untuk laboratorium telekomunikasi. Bandpass Filter yan akan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al.

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al. Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung W Universitas Kristen Petra Emmy Hosea, Edy Iskanto, Harnyatris M. Luden FakultasTeknologi

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi

Lebih terperinci

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g SOLUSI OSN 009. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A=! H B.! Jarak d yan dibutuhkan adalah d =v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENENTUAN KEBUTUHAN PROTEKSI PETIR PADA GEDUNG TEKNIK ELEKTRO UNDIP DENGAN ADANYA BANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION Tri Suhartanto*, Juningtyastuti **, Abdul Syakur **

Lebih terperinci

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1.

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1. GERAK PADA BIDANG DATAR 1. Gerak denan Percepatan Tetap C Gb. 1 Grafik kecepatan-waktu untuk erak lurus denan percepatan tetap Pada ambar 1, kemirinan tali busur antara titik A dan B sama denan kemirinan

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

by: Moh. Samsul Hadi

by: Moh. Samsul Hadi by: Moh. Samsul Hadi - 6507. 040. 008 - BAB I Latar Belakang PT. Unilever Indonesia (ULI) Rungkut difokuskan untuk produksi sabun batangan, deo dan pasta gigi PT. ULI Rungkut mempunyai 2 pabrik produksi,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia memiliki intensitas terjadinya petir lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN 4.1 Umum Pada setiap gedung yang mempunyai ketinggian yang relatif tinggi diharapkan mempunyai sistem penangkal petir

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SURUT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SURUT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SRT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKPANG TIMR KABPATEN MINAHASA TARA Chandrika Mulyabakti M. Ihsan Jasin, J. D. Mamoto Fakultas Teknik Jurusan Sipil niversitas

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Proteksi Petir Eksternal Menggunakan Metoda Collecting Volume pada Gudang TNT di PT Dahana (Persero)

Perancangan Sistem Proteksi Petir Eksternal Menggunakan Metoda Collecting Volume pada Gudang TNT di PT Dahana (Persero) Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Oktober 2014 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.2 No.4 Perancangan Sistem Proteksi Petir Eksternal Menggunakan Metoda Collecting Volume pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN USTK ompa adalah suatu alat yan diunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain denan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut diunakan

Lebih terperinci

PENELITIAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA DENGAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU

PENELITIAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA DENGAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU 90 PENELITIAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA DENGAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU Supriyadi, Khumaedi, dan M. Yusuf 3, Proram Studi Fisika, Universitas Neeri Semaran 3 Badan Meteoroloi

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN TUGAS AKHIR - RE 1599 STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN ARIMBI DINAR DEWITA NRP 2202 109 044 Dosen Pembimbing Ir.Soedibyo, MMT. I Gusti Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE Syamsir Abduh Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas

Lebih terperinci

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur Maulidatun Ni mah *, Annas Singgih Setiyoko 2, Rona Riantini 3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Karena massa katrol diabaikan maka 2T 1. -nya arah ke bawah. a 1. = a + a 0. a 2. = m m ) m 4 mm

Karena massa katrol diabaikan maka 2T 1. -nya arah ke bawah. a 1. = a + a 0. a 2. = m m ) m 4 mm m 0 139 Pada sistem dibawah ini hitun percepatan benda m 1 nap benda m bererak ke bawah Jawab: T 1 T 1 m 1 T m 0 a 0 T T 1 m 1 m 1 m T 1 m a m Karena massa katrol diabaikan maka T 1 T m k a k 0 atau T

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Tentang Petir Petir adalah sebuah cahaya terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan-awan atau awan ke tanah. Biasanya terjadi,

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Petir Petir adalah sebuah cahaya yang terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan awan atau awan ke tanah. Sering kali terjadi

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA 4.. PENANGKAL PETIR DI PT. BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA Sambaran petir terhadap bangunan dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Petir Petir adalah suatu fenomena alam, terjadinya seringkali mengikuti peristiwa hujan baik hujan air atau hujan es, peristiwa ini dimulai dengan munculnya lidah api

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat

Lebih terperinci

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU BAB III ALIRAN DI BAWAH PINTU III TUJUAN PERCOBAAN Menamati aliran didasarkan atas pemakaian persamaan Bernouli untuk aliran di bawah pintu III ALAT-ALAT ANG DIGUNAKAN Flume beserta perlenkapanya Model

Lebih terperinci

ANALISIS DISAIN SISTEM PROTEKSI PETIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

ANALISIS DISAIN SISTEM PROTEKSI PETIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN ANALISIS DISAIN SISTEM PROTEKSI PETIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN Fri Murdiya Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru fri_murdiya@yahoo.co.id Abtrak Pembangkit listrik tenaga

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pengaman Menara Seluler Smartfren Pada Perumahan Masyarakat Di Kelurahan Umban Sari

Analisis Sistem Pengaman Menara Seluler Smartfren Pada Perumahan Masyarakat Di Kelurahan Umban Sari Jurnal ELEMENTER. Vol. 1, No. 2, Nopember 2015 11 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Analisis Sistem Pengaman Menara Seluler Smartfren Pada Perumahan Masyarakat Di Kelurahan Umban Sari

Lebih terperinci

a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit

a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit Contact Person : 0896-5985-681 OSK Fisika 018 Number 1 BESARAN PLANCK Pada tahun 1899 Max Planck memperkenalkan suatu sistem satuan iniversal sehina besaran-besaran fisika dapat dinyatakan dalam tia satuan

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR MENARA TELEKOMUNIKASI PT DAYAMITRA TELEKOMUNIKASI (TELKOM GROUP) SIMPANG TIMBANGAN INDRALAYA

EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR MENARA TELEKOMUNIKASI PT DAYAMITRA TELEKOMUNIKASI (TELKOM GROUP) SIMPANG TIMBANGAN INDRALAYA Mikrotiga, Vol 2, No. 1 Januari 2015 ISSN : 2355-0457 11 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR MENARA TELEKOMUNIKASI PT DAYAMITRA TELEKOMUNIKASI (TELKOM GROUP) SIMPANG TIMBANGAN INDRALAYA Faisal Adil Sinaga 1*,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang

1 BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang dibangkitkan oleh badai awan petir dengan pengaliran impuls yang tinggi dan dalam waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB I ETODOLOGI ENELITIAN 4.1. INFORASI UU EODELAN STRUKTUR ATAS 4.1.1. emodelan Struktur emodelan sistem struktur-tanah dimodelkan dalam bentuk dua dimensi, seperti terlihat pada ambar 4.1. Sistem struktur

Lebih terperinci

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR 2.1. TEORI TENTANG PETIR Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta

Lebih terperinci

PETUNJUK KHUSUS PETUNJUK

PETUNJUK KHUSUS PETUNJUK Olympiad of Physics 1 PETUNJUK UMUM 1. Sebelum menerjakan soal, teliti terlebih dahulu jumlah soal yan terdapat pada naskah soal. Naskah soal ini terdiri dari 40 soal denan TIPE I sebanyak 10 soal dimulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

Perancangan Kinerja Penangkal Petir Menggunakan Metoda Bola Gelinding Pada Gedung Perpustakaan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Perancangan Kinerja Penangkal Petir Menggunakan Metoda Bola Gelinding Pada Gedung Perpustakaan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Perancangan Kinerja Penangkal Petir Menggunakan Metoda Bola Gelinding Pada Gedung Perpustakaan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Atmam 1, Usaha Situmeang 1, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PERENCANAAN DRAINASE SSC (SURABAYA SPORT CENTER) DI SURABAYA BARAT. Oleh : Hengky Irawan Achmad Yany

PERENCANAAN DRAINASE SSC (SURABAYA SPORT CENTER) DI SURABAYA BARAT. Oleh : Hengky Irawan Achmad Yany PERENCANAAN DRAINASE SSC (SURABAYA SPORT CENTER) DI SURABAYA BARAT 1 Oleh : Henky Irawan Achmad Yany 108 100 51 Dosen Pembimbin : Ir. Sofyan Rasyid, MT. ABSTRAK Daerah aliran sunai (DAS) Kali Tambakdono

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan gedung rumah sakit permata hijau dengan keadaan sistem proteksi telah terpasang (sudah ada sistem proteksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

PENDAHULUAN Perumusan Masalah PENDAHULUAN Perumusan Masalah Perusahaan PT Badak NGL merupakan anak perusahaan Pertamina yang bersifat non-profit. PT Badak NGL bertugas mengelola, mengoperasikan, dan memelihara kilang LNG dan LPG Bontang.

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 Posisi, kecepatan, dan percepatan Posisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK

LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK I. JUDUL PRAKTIKUM : KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK II. TANGGAL PRAKTIKUM : Selasa, 12 Austus 2014 III. TANGGAL LAPORAN: Rabu, 20 Austus 2014 IV. GURU PEMBIMBING

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4- TAHUN Evania Suryaninsih, Indri Astuti, Lukmanulhakim PG-PAUD FKIP Universitas Tanjunpura, Ponti email: Eva_Suryaninsih@mail.com

Lebih terperinci

Jawaban OSK v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai 2) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -2a [M] b [L] c. Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b

Jawaban OSK v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai 2) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -2a [M] b [L] c. Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b Jawaban OSK 01 Fisika B 1- (nilai 6) Jawaban menunakan konsep dimensi v ~ F (m/l) v = F a m b l c (nilai ) [L][T] -1 = [M] a [L] a [T] -a [M] b [L] c Dari dimensi M: 0 = a + b a = -b Dari dimensi L: 1

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN AKIBAT SAMBARAN PETIR

PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN AKIBAT SAMBARAN PETIR Penentuan Lokasi Pemasangan Lighting Masts pada Menara Transmisi... (Agung Nugroho, Abdul Syakur) PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARA RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL Kennie A. Lempoy Abstrak Permasalahan pada ketidakpuasan konsumen pada penunaan pompa air khususnya yan diunakan di rumah tana, pada saat ini

Lebih terperinci

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR 2.1 Pendahuluan Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL DAN EKTERNAL

SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL DAN EKTERNAL SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL DAN EKTERNAL Oleh: Sepannur Bandri 1 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Padang Abstrak Sistem proteksi petir merupakan suatu sistem yang sangat diperlukan

Lebih terperinci