BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN"

Transkripsi

1 BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN 4.1 Umum Pada setiap gedung yang mempunyai ketinggian yang relatif tinggi diharapkan mempunyai sistem penangkal petir konvensional yaitu dengan memasang logam besi runcing pada ujung atap bangunan yang paling tinggi. 4.2 Menghitung Kebutuhan Proteksi Petir Berdasarkan Bangunan Berdasarkan data tabel 3.4, maka dapat dihitung perkiraan bahaya terhadap sambaran petir berdasarkan persamaan 2.2 sebagai berikut : R = R = 17 Jadi, besarnya nilai indeks perkiraan bahaya akibat sambaran petir adalah: Menghitung kerapatan sambaran petir (Ng) Berdasarkan data IKL pada lampiran A, maka dapat dihitung kerapatan sambaran petir ke bumi berdasarkan persamaan 2.3 sebagai berikut : Ng = 0,04 x 193 1,25 per km² per tahun Ng = 28,77 per km² per tahun Jadi, besarnya kerapatan sambaran petir adalah: 28,77 per km² per tahun 39

2 4.4 Menghitung Area Cakupan Ekivalen Berdasarkan data pada tabel 3.3, maka dapat area cakupan ekivalen berdasarkan persamaan 2.5 sebagai berikut : Ae = (55x150) + (6x45) (55+150) + (9 x π x 45²) Ae = (270x205) + (28,274 x 2025) Ae = ,5 Ae = ,5 Jadi, besarnya area cakupan ekivalen adalah: ,5 4.5 Frekuensi rata-rata tahunan sambaran petir Berdasarkan hasil dari persamaan 2.3 dan persamaan 2.5, maka dapat dihitung Frekuensi rata-rata tahunan sambaran petir berdasarkan persamaan 2.4 sebagai berikut : Nd = 28,77x120855,5x 10-6 /tahun Nd = 3.47/tahun Jadi, besarnya frekuensi rata-rata tahunan sambaran petir adalah: 3,47 /tahun 4.6 Menghitung Nilai Efisiensi Berdasarkan hasil dari persamaan 2.4, maka dapat dihitung nilai efisiensi berdasarkan persamaan 2.6 sebagai berikut : E = 1 0,1 / 3,47 E = 0,97 Jadi, besarnya nilai efisiensi adalah: 0, Menentukan Tingkat Proteksi Berdasarkan hasil dari persamaan 2.6, maka dapat ditentukan tingkat proteksi berdasarkan tabel

3 tingkat I Jadi, besarnya nilai efisiensi 0,97 tingkat proteksi berdasarkan tabel 2.6 adalah 4.8 Menentukan Terminasi Udara Untuk gedung tersebut adalah tingkat I. Pada gedung STC Senayan akan dilakukan perbandingan untuk mengetahui daerah proteksi dengan menggunakan ketiga metode yang ada yaitu metode sudut proteksi (protectiveangle method), metode jala (mesh size method) dan metode bola bergulir (rolling sphere method ) Perancangan Terminasi Udara Menurut Metode Sudut Proteksi Telah diketahui bahwa tingkat proteksi gedung Senayan adalah tingkat I, dan berdasarkan hasil dari tabel 2.7 dan tabel 3.3, maka dapat ditentukan dimana sudut proteksi adalah 25. Jika menggunakan sudut ini dan tinggi penangkap petir sebesar 6 meter, diperlukan tambahan penangkap petir pada bagian atap bangunan Perancangan Terminasi Udara Menurut Metode Jala Penggunaan metode jala dipertimbangkan sebagai sistem perlindungan tambahan, dikarenakan pada atap bangunan terhadap penangkal petir, sehingga dapat menghindari menggunakan finial yang panjang. Dengan tinggi bangunan 45 meter, berdasarkan dari tabel 2.7 didapat lebar jalajala adalah 15 meter Perancangan Terminasi Udara Menurut Metode Bola Bergulir Dari tabel 2.7 didapat jari-jari (R) bola bergulir yang dapat digunakan untuk merancang penempatan terminasi udara pada gedung Senayan ini adalah 20 m. 41

4 Bola gulir an jari-jari 20 m tersebut digulirkan hingga menyentuh gedung dan gedung yang dilindungi. Setiap bagian bangunan yang dikenai oleh bola gulir tersebut haruslah diberi terminasi udara. Daerah yang dilingkupi oleh bola gulir tersebut merupakan daerah proteksi terhadap petir. Daerah antara perpotongan permukaan tanah, gedung dan keliling bola bergulir dan bangunan itu sendiri adalah daerah proteksinya. Dengan cara ini terlihat bahwa masih diperlukan penangkap petir lagi pada ujung dari atap bangunan karena titik tersebut tepat tersentuh oleh bola bergulir dan mempunyai kemungkinan besar tersambar petir sehingga harus dipasangi terminasi udara. Bila terminasi udara ditambahkan pada puncak atap yang ada di sisi kanan dan kiri maka jarak terminasi dengan bagian atap yang paling luar adalah 2,5meter. Berdasarkan persamaan 3.1, maka dapat diperoleh: R = 45 m, I = 0,75 45= 160,06 ka R = 2,5 m, I = 0,75 2,5 = 3,39 ka Berarti dengan tambahan penangkap petir, bangunan maksimal bisa menahan sampai 3,39 ka. Jika ada sambaran petir dengan arus bernilai lebih dari 3,39 ka maka akan ditangkap oleh sistem proteksi petir. 4.9 Sistem Penangkal Petir Franklin Sistem penangkal petir ini adalah sistem penangkal petir yang paling tua. Pada sistem ini mempergunakan sebuah batang besi. Sehingga cara ini dianggap masih konvensional, namun sistem ini masih cukup handal untuk melindungi bangunan dari sambaran petir. Dan dapat dipergunakan sebatang besi sebagai subyek penangkal petir. Penggunaan ini telah lama dilakukan untuk bangunan yang relative kurang tinggi dan penempatan terminal udara harus melihat bentuk dan tinggi bangunan,penangkal petir ini pertamakali di temukan oleh Benjamin Franklin, penangkal ini merupakan cara 42

5 yang kuno namun masih sering dipergunakan, karena hasilnya masih memuaskan, terutama untuk bangunan dengan bentuk tertentu Prinsip Kerja Sistem Penangkal Petir Franklin Pada pengamanan tipe ini menggunakan sebuah batang penagkal petir dengan ujung yang runcing dan ditaruh di bagian atas dari bangunan yang akan dilindungi, dengan tujuan apabila pada awan terjadi aktifitas pembentukan muatan, maka permukaan bumi yang ada di bawah awan tersebut terinduksi muatan dengan polaritas yang berlawanan sehingga menimbulkan medan listrik yang kuat diantara awan dan bumi. medan listrik yang sangat kuat ini menyebabkan objek-objek pada permukaan bumi yang letaknya relative tinggi, seperti : sruktur bangunan ujung atap gereja, pucuk pohon yang relative mempuyai bentuk runcing. Daerah perlindungan sistem penangkal petir konvensional yang dibedakan dalam tiga kategori yaitu, dalam keadaan kurang baik yang mempunyai sudut 30º. Dalam keadaan sangat baik, sudut perlindungan 45º. Dalam keadaan baik, sudut perlindungan 20º. Dalam penggunaan penangkal petir konvensional ketiga kategori ini dapat menjadi acuan, khususnya pada struktur bangunan yang relative tidak terlalu tinggi, namun pada kenyataan banyak penggunaan sistem konvensional ini yang menggunakan sudut normal Penggunaan Penangkal Petir Franklin Pada Bangunan Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa daerah perlindungan untuk tinggi batang kurang dari 45 meter (digambar dalam garis putus-putus) dan daerah perlindungan untuk tinggi batang penangkal lebih tiggi dari 45 meter (digunakan dalam garis terputus-putus). 43

6 Gambar 4.1. Daerah perlindungan sebuah batang penangkal petir Franklin. Gambar 4.2 Sambaran petir didaerah antaraa dua buah batang penangkal petir Pada gambar 4..2 terlihat bahwa ( I ) objek xxx terletak diluar daerah jangkauan akan mungkin terkena sambaran petir. Terlihat pada gambar 4.2..a ( I ) ( II ) Untuk mengamankan objek C maka diperlukan pemasangan penangkal petir tambahan xx. Terlihat pada gambar 4.2.a ( II) 44

7 4.10 Sistem Penangkal Petir Faraday Penangkal petir tipe sangkar faraday pada penempatannya di seluruh daerah yang dianggap potensial tersambar petir. maka Pada setiap-setiap tempat yang potensial terkena sambaran petir diletakan terminal udara, dipasang pada ujung-ujung yang runcing, lisplang atap, bangunan yang relatif lebih tinggi dari semua bagian bangunan pada daerah sekitarnya Prinsip Kerja Sistem Penangkal Petir Faraday Dengan mempertimbangkan tempat-tempat tersebut maka bentuk dan bahan untuk pembuatan atap dari serat bangunan, dilengkapi dengan penangkal petir. Penangkal-penangkal petir ditempatkan dengan susunan tertentu sedemikian rupa sehingga sistem penangkal petir dapat berfungsi dengan baik didalam sistem konvensional. Hal ini dapat terpenuhi jika tidak ada satu pun pada permukaan atap yang berjarak lebih dari 7,5 meter dari penangkal tersebut. Penangkal petir yang dipasang pada sepanjang atap pada suatu bangunan dapat dikatakan sudah merupakan penangkal petir yang sudah memadai. Penghantar sepanjang atap bangunan tersebut, hal ini dilakukan agar penghantar tersebut dapat berfungsi sebagai penyalur Penggunaan Penangkal Petir Faraday Pada Bangunan Daerah perlindungan dengan menggunakan dua buah penghantar yang dipasang secara Mendatar, serta mempunyai sudut perlindungan 45 dari ketinggian tersebut, terlihat pada gambar 4.3. di bawah 45

8 Gambar 4.3. Daerah perlindungan sistem faraday 4.11 Penangkal Petir EF Lightning Sistem Setelah dapat diketahui sistem kerja alat penangkal petir yang terdahulu dan berbagai efek-efek negatif yang ditimbulkan oleh alat penangkal petir tersebut, maka ini tantangan bagi para ahli elektronik dan tenaga listrik untuk dapat lebih menyempurnakan cara kerja penangkal petir yang lama terhadap cara kerja penangkal petir New Technology System secara keseluruhan. Maka terciptalah suatu sistem baru yang diantaranya dikenal dengan nama Electro Static EF Lighting Control System. Alat ini dapat digunakan untuk melindungi bangunan dari bahaya sambaran petir, baik yang beratap datar dan cukup luas maupun bagi bangunan dengan listplang lebih dari 1 meter, hal ini disebabkan karena luas daerah yang dilindungi oleh penangkal petir tersebut berbentuk radius, sehingga mempunyai daya jangkau yang cukup luas. Untuk lebih jelasnya berikut dapat diuraikan mengenai cara kerja dan fungsi keseluruhan dari penangkal petir ini. 46

9 Prinsip Kerja Sistem Kerja EF Lightning EF Lightning Terminal mempunyai kolektor yang menyerap dan menkonsentrasikan korona untuk membentuk suatu pelepasan (discharge) pada titik pusat pertahanan,dengan prinsip kerja pengembangan korona efek atau dapat juga disebut sistem medan elektrostatik, sedangkan arti dari sistem elektrostastik adalah suatu sistem yang bekerja karena adanya perbedaan muatan positif dan negatif. Pemasangan EF dengan seperangkat grounding sistem dapat menghasilkan suatu elektron bebas yang bermuatan positif lebih dari 300 pelepasan / detik dengan medan listrik statis 80 kv. Pelepasan ini akan bertambah sebanding dengan bertambahnya nilai medan listrik tersebut. Kejadian ini disebabkan oleh pengaruh medan statis atau atmosfir dan bumi, juga bersamaan dengan awan yang bermuatan negatif yang disebut awan petir. Busur listrik yang dihasilkan oleh terminal EF memungkinkan timbulnya elektron-elektron bebas, yang besarnya sebanding dengan nilai arus dari pelepasan petir. Adapun busur listrik ini dapat ditarik keatas yang dapat berfungsi dengan bertambahnya medan listrik yang hadir ketika petir mendekat. Setelah proses yang dapat menghasilkan muatan positif dari EF Lighting Terminal, maka Ef tersebut akan dapat menetralisasikan muatan negatif pada awan petir. Sehingga dari penyesuaian tersebut diatas akan menghasilkan sistem kerja yang dapat menggagalkan terjadinya sambaran petir, dimana efek yang diciptakan EF terminal, telah di standarkan untuk memungkinkan radius proteksi mencapai 200 meter. Dengan keadaan ini tercipta proteksi petir yang lengkap, dan sebaiknya jika konsentrasi muatan negatif yang terdapat pada awan petir sedemikian kuat dan bahkan memungkinkan terjadinya sambaran tersebut akan selalu dapat dikonsentrasikan ke satu titik yaitu EF Terminal dan proses terjadinya Down Conductor (EF Coaxsial Cable) 47

10 akan menyalurkan arus petir ke bumi (ground). Hal tersebut dapat terjadi disebabkan karena adanya Conduktive Streamer yang dihasilkan oleh EF Terminal. Fungsi dari Down conductor EF high voltage coaxial cable dapat mencegah terjadinya loncatan bunga api (side flashing), sehingga dapat mencegah adanya gangguan pada peralatan elektronik seperti: Telepone, Komputer, dan lain-lain. Sebagai berikut dapat pula kita ketahui beberapa keandalan EF: Penangkal petir EF dibuat berdasarkan fenomena petir kompleks, bahkan untuk pembuatannya melibatkan beberapa ahli elektronik dan elektrikal. Luas daerah yang dilindungi oleh penangkal petir EF berbentuk radius, sehingga mempunyai daya jangkau yang cukup luas. Perawatan yang mudah, yaitu secara visual. Sistem EF tidak dapat menimbulkan induksi dan loncatan api pada saat adanya sambaran petir. Untuk menangkal petir EF ini sangat awet dan cukup lama, proses ini akan terus berlanjut sepanjang tidak terjadi kerusakan pada down conductor (coaxial cable) nya dan terminal bagian atas terminal ini Penggunaan Penangkal Petir EF Lightning Dalam menentukan pemasangan penangkal petir EF baik dengan bentuk bangunan dengan atap yang luas maupun bentuk bangunan berbentuk runcing, dapat digunakan sebuah terminal EF dengan memperhitungkan ketinggian struktur bangunan serta luas area yang diamankan dengan mengacu pada table

11 Table 4.1 Proteksi radius dari penangkal petir EF Level Proteksi Tinggi Struktur Medium Standar Tinggi (M) 85% 15 (ka) 93% 10 (ka) 98% 6,5 (ka) Diatas 100 meter dapat di konsultasikan dengan distributor EF Persyaratan-persyaratan yang diperhatikan dalam pemasangan Terminal EF Pemasangan Terminal EF harus ditempatkan paling sedikit 5 meter diatas ketinggian susunan gedung, atau harus mengukur 5 meter diatas puncak antara susunan tangga, fasilitas komunikasi, lift atau peralatan lainnya. Pemasangan tiang penyangga sekaligus berfungsi sebagai isolasi/proteksi kabel coaxial dipasang tegak lurus, dengan memperhatikan strukturnya agar tidak mudah roboh bila terkena tekanan angin atau pun gangguan-gangguan lain. Penempatan Terminal EF harus pada posisi yang tepat agar seluruh bangunan serta peralatannya masuk dalam radius pengamanan Pemasangan kabel coaxial harus ditempatkan pada daerah lokasi yang aman dan terhindar dari kemungkinan terjadi kerusakan kabel tersebut. Penyambungan kabel coaxial baik terhadap terminal kontrol maupun terhadap elektroda pentanahannya harus tersambung dengan sempurna dan dilindungi isolasi. Penanaman kedalaman elektroda pentanahan harus memenuhi persyaratan yang diharuskan dan sesuai dengan PUIL tahun 2000 sehingga tahanan pentanahan nya menunjukan maksimal 5 ohm. 49

12 Radius pengamanan EF Lightning Control System Gambar 4.4 Radius perlindungan EF Lightning Control System Dari keterangan gambar 4.4 jelas bahwa untuk pemasangan tiang penyangga sekaligus berfungsi sebagai isolator kabel coaxial dipasang tegak lurus, serta penempatan terminal EF harus pada posisi tepat, agar peralatannya masuk dalam radius pengamanan. Pemasangan kabel coaxial harus ditempatkan pada lokasi yang aman dan terhindar dari kemungkinan terjadinya kerusakan kabel tersebut. 50

13 Tabel 4.2 Radius Perlindungan Penangkal Petir EF Lightning Control System Tinggi bangunan (m) Radius proteksi (m) Gambar 4.5 Sudut perlindungan penangkal petir EF Lightning Control System 4.12 Pemilihan Bahan SPP Adapun ukuran minimum bahan SPP (Sistem Penangkal Petir) yang dipakai di dalam standar ini untuk terminasi bumi adalah dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini. 51

14 Tabel 4.3 Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan terminasi bumi Konduktor Penyalur Tingkat Proteksi Bahan (mm²) Cu 50 I samppai IV Al 70 Fe 80 SPP sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti tembaga, alumunium, inox, dan baja galvanis. Sambungan antara bahan yang berbeda harus dihindari ataupun harus dilindungi. Bagian dari tembaga seharusnya tidak dipasang diatas bagian galvanis kecuali bagian tersebut dilindungi terhadap korosi. Bagian dari tembaga seharusnya tidak dipasang diatas bagian galvanis kecuali bagian tersebut dilindungi terhadap korosi, Bahan SPP dan kondisi pemakaiannya adalah seperti dalam tabel 4.4 dibawah ini. 52

15 Tabel 4.4 Bahan SPP dan kondisi penggunaan Penggunaan Korosi Dalam Bahan Dalam Dalam Meninggkat Elektrolit udara Resistan tanah beton oleh ik dengan terbuka Klorida Tembaga Padat Padat konsentrasi Terhadap berserabut berserabut tinggi - banyak sebagai sebagai senyawa bahan pelapis pelapis sulfur bahan organik - Baja Padat Padat Padat Baik - Tembaga Walaupu Lalvanis n dalam Berserabut panas tanah asam Terhadap Air dengan Stainless Padat Padat - banyak larutan steel standed bahan klorida - Alumuni Padat um berserabut - - Agen basis Tembaga Lead Padat sebagai pelapisan Padat sebagai pelapisan - Sulfat konsentra si tinggi Tanah asam Tembaga 4.13 Logam Dalam Tanah dan Udara Korosi akan terjadi pada suatu logam laju yang tergantung pada jenis logam dan lingkungannya. 53

16 Tabel 4.5 Dimensi minimum untuk bahan SPP Tingkat Bahan Terminasi Konduktor Terminasi Proteksi Udara Penyalur Bumi (mm²) (mm²) (mm²) Cu I Sampai IV Al Fe Tabel 4.6 Tebal minimum tebal lempengan logam atau pipa pada system terminasi udara Tingkat Proteksi Bahan Ketebalan t (mm) Cu 4 I Sampai IV Al 5 Fe Kondisi Pemakaian Logam Untuk mengurangi korosi pada suatu SPP langkah-langkah berikut yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Hindarkan pemakaian logam yang tidak sesuai untuk lingkungan yang agresif. b. Hindarkan kontak logam yang berlainan jenis, yang berbeda dalam sifat elektrokimia dan aktifitas galvanisnya. 54

17 c. Gunakan ukuran penampang atau pengisolasian dengan bahan yang sesuai konduktor, bilah IPP dan terminal hantaran dan untuk menyakinkan bahwa laju korosi akan sesuai dengan kondisi layanan. d. Lakukan pengisian atau dengan bahan yang sesuai pada sambungan konduktor yang tidak dilas untuk menghindari kelembaban. e. Selubungi, lapisi atau pasang isolasi yang sesuai pada logam yang sensitif terhadap uap atau cairan yang korosif dilokasi instalasi. f. Pertimbangkan efek galvanis dari bahan logam lainnya, pada tempat elektroda bumi ditempatkan Konduktor Penyalur (Down Conductor) Konduktor penyalur ke bawah merupakan konduktor yang menyalurkan arus petir yang diterima oleh terminasi udara baik itu vertical maupun horizontal untuk kemudian disalurkan menuju bumi. Mengingat arus petir sangat besar, maka konduktor penyalur yang disediakan sebaiknya lebih dari satu agar arus petir tersebut dapat terbagi-bagi. Adapun syarat-syarat umum yang perlu diperhatikan di dalam memilih konduktor penyalur ke bawah (down conductor) adalah sebagai berikut: Konduktor penyalur eksternal sebaiknya dipasang antara terminasi udara dan system terminasi bumi Konduktor penyalur sebaiknya disambung pada titik simpul sambungan jaringan terminasi udara dan dipasang secara vertikal ke titik simpul dari sistem jaringan terminasi bumi 55

18 Sistem terminasi udara, system konduktor penyalur, dan system terminasi bumi sebaiknya diselaraskan untuk menghasilkan lintasan arus petir sependek mungkin. Spesifikasi konduktor penyalur ke bawah: Bahan Diameter konduktor penyalur Selubung konduktor penyalur Diameter selubung : Kabel koaksial : 1 inchi : Pipa PVC : 1,25 inchi Klem yang menahan konduktor agar melekat pada dinding dipasang dengan jarak setiap klem 50 cm. Jarak konduktor dari dinding bangunan sebesar 10 cm. Konduktor penyalur tersebut disanggah oleh suatu braket yang diletakkan ke tiang. secara detail, bentuk down conductor dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4.6 Konduktor penyalur ke dinding 56

19 Bahan yang dipilih sebagai konduktor penyalur sianjurkan menggunakan tembaga, karena bahan ini tahan terhadap bahan yang menyebabkan korosi. Setelah ditentukan jenis bahan, maka selanjutnya adalah menentukan luas penampang dari konduktor. Berdasarkan tabel 4.5, maka dapat ditentukan luas penampang minimum yang diperbolehkan adalah 16 mm². akan tetapi karena konduktor penyalur dihubungkan dengan terminasi bumi adalah 50 mm², maka luas penampang dari konduktor penyalur pun lebih baik jika disesuaikan dengan terminasi buminya. Maka luas penampang konduktor penyalur yang dipilih adalah 50 mm². Gambar 4.7 Penampang konduktor penyalur 4.16 Terminasi Bumi (Grounding System) Seperti yang sudah diketahui bahwa fungsi dari system terminasi bumi adalah: 1. Menyalurkan arus petir ke bumi 2. Sebagai IPP (Ikatan Penyama Potensial) diantara konduktor penyalur 3. Mengendalikan potensial pada sekitar daerah konduktif bangunan yang dilindungi 57

20 4. Mencegah arus petir sewaktu menyambar pada permukaan bumi Maka untuk memenuhi semua hal-hal yang disebutkan diatas, maka elektroda bumi pondasi dan elektroda bumi cincin dapat menjadi pilihan didalah menentukan metode sistem terminasi bumi. Dari jenis-jenis pembumian tersebut, susunan pembumian jenis B yaitu elektroda bumi cincin, sesuai digunakan pada proteksi bangunan jenis gedung. Elektroda pentanahan yang dipakai pada gedung Mall STC ada dua tipe seperti terlihat pada gambar 4.8 dan harus di Cadweld. Cadweld digunakan untuk menyatukan (las) konduktor BC (Bare Copper) pada instalasi Grounding. Ukuran minimum kabel menurut tabel 4.5 adalah 50 mm². Maka kabel-kabel yang disambungkan pada elektroda pembumian adalah kabel tembaga 50 mm². sedangkan elektroda pembumiannya dipilih yang juga terbuat dari tembaga. Panjang elektroda pembumian dipakai minimal adalah 3 meter. Konduktor penyalur ke bawah merupakan konduktor yang menyalurkan arus petir yang diterima oleh terminasi udara baik itu vertical maupun horizontal untuk kemudian disalurkan menuju bumi. Mengingat arus petir sangat besar, maka konduktor penyalur yang disediakan sebaiknya lebih dari satu agar arus petir tersebut dapat terbagi-bagi. Spesifikasi sistem pembumian : Bahan konduktor pembumian Diameter konduktor pembumian Panjang konduktor Selubung konduktor pembumian Diameter selubung : Tembaga : 50 mm2 : 6 meter : Pipa galvanis : 1,25 inchi 58

21 Jarak pembumian dari bangunan : 4 meter Tahanan pembumian proteksi eksternal : 0,7Ω Tahanan pembumian proteksi internal : 1,2Ω Ukuran bak kontrol 40 x 40 x 40 cm dilengkapi dengan pengangkat. Gambar 4.8 Konduktor penyalur ke bumi 59

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) SENAYAN JAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) SENAYAN JAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) SENAYAN JAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program Stara Satu Fakultas Teknik Disusun

Lebih terperinci

SISTEM PENANGKAL PETIR

SISTEM PENANGKAL PETIR SISTEM PENANGKAL PETIR UTILITAS BANGUNAN JAFT UNDIP zukawi@gmail.com 081 2281 7739 PETIR Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik

Lebih terperinci

by: Moh. Samsul Hadi

by: Moh. Samsul Hadi by: Moh. Samsul Hadi - 6507. 040. 008 - BAB I Latar Belakang PT. Unilever Indonesia (ULI) Rungkut difokuskan untuk produksi sabun batangan, deo dan pasta gigi PT. ULI Rungkut mempunyai 2 pabrik produksi,

Lebih terperinci

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al.

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al. Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung W Universitas Kristen Petra Emmy Hosea, Edy Iskanto, Harnyatris M. Luden FakultasTeknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR Maula Sukmawidjaja, Syamsir Abduh & Shahnaz Nadia Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT Presented by dhani prastowo 6408 030 033 PRESENTASI FIELD PROJECT Latar Belakang Masalah Kesimpulan dan Saran Identifikasi Masalah Isi Pengumpulan dan pengolahan data Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Petir Petir adalah sebuah cahaya yang terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan awan atau awan ke tanah. Sering kali terjadi

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA

ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA NAMA : Abdul Yasin NPM : 10411032 JURUSAN : Teknik Elektro PEMBIMBING : Dr. Setiyono, ST.,MT.

Lebih terperinci

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR II. 1 PETIR Peristiwa petir adalah gejala alam yang tidak bisa dicegah oleh manusia. Petir merupakan suatu peristiwa pelepasan muatan listrik dari awan yang bermuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Petir Petir adalah suatu fenomena alam, terjadinya seringkali mengikuti peristiwa hujan baik hujan air atau hujan es, peristiwa ini dimulai dengan munculnya lidah api

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 2014 dengan mengambil tempat di Gedung UPT TIK UNILA. 3.2

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR 2.1 Umum Proteksi petir merupakan suatu usaha untuk melindungi suatu objek dari bahaya yang diakibatkan petir, baik itu secara langsung maupun tak langsung. Didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Mulai Alur penelitian di mulai dengan mecari teori yang berkaitan dengan judul dan metode skripsi selengkap mungkin 2. Studi Teory Setelah mendapatkan teori

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA KUALA BEHE KABUPATEN LANDAK

DESAIN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA KUALA BEHE KABUPATEN LANDAK DESAIN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA KUALA BEHE KABUPATEN LANDAK Mahadi Septian Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA 4.. PENANGKAL PETIR DI PT. BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA Sambaran petir terhadap bangunan dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI PETIR

BAB III SISTEM PROTEKSI PETIR 27 BAB III SISTEM PROTEKSI PETIR 3.1 Sejarah Proteksi Petir Proteksi petir pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Benyamin Franklin sekitar tahun 1752. Sebelumnya petir pada saat itu masih dianggap sebagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP Surya Parman Nasution, S.T 1 *, Ir. Yani Ridal, M.T. 1, Ir. Arzul, M.T 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA 50 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA 4.1 Lokasi Pengambilan Data Instalasi Pengolahan Air Cikokol adalah tempat pengolahan air baku yang berasal dari sungai Cisadane yang diproses menjadi air minum berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT Electrical engineering Dept Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PROTEKSI PETIR EKSTERNAL DI OFFTAKE WARU, PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK SBU WIL II JABATI

ANALISIS SISTEM PROTEKSI PETIR EKSTERNAL DI OFFTAKE WARU, PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK SBU WIL II JABATI ANALISIS SISTEM PROTEKSI PETIR EKSTERNAL DI OFFTAKE WARU, PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK SBU WIL II JABATI Oleh Mohammad Waldy (6408030009) Dosen Pembimbing Annas Singgih S., ST., MT. Sidang Field

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Proteksi Penangkal Petir Gedung Rumah Sakit Permata Hijau Berdasarkan data gedung utama Rumah Sakit Permata Hijau dan data hari guruh tahun 2010 propinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN Siti Saodah 1,Aji Tri Mulyanto 2, Teguh Arfianto 3 1. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung 2. Teknik Elektro Institut Teknologi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan TUGAS AKHIR Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X Perancangan Instalasi Penangkal Petir Eksternal Gedung Bertingkat (Aplikasi Balai Kota Pariaman) Oleh: Sepannur Bandri Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang

Lebih terperinci

a. Bahwa tenaga kerja dan sumber produksi yang berada ditempat kerja perlu di jaga keselamatan dan produktivitasnya.

a. Bahwa tenaga kerja dan sumber produksi yang berada ditempat kerja perlu di jaga keselamatan dan produktivitasnya. MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. : PER. 02/MEN/1989 TENTANG PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR MENTERI TENAGA KERJA : Menimbang : a. Bahwa tenaga kerja dan sumber

Lebih terperinci

Nurudh Dhuha

Nurudh Dhuha Nurudh Dhuha 6507 040 030 PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 Latar Belakang Di Pabrik Tuban

Lebih terperinci

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur Maulidatun Ni mah *, Annas Singgih Setiyoko 2, Rona Riantini 3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI INSTALASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL PADA GEDUNG XYZ

EVALUASI INSTALASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL PADA GEDUNG XYZ EVALUASI INSTALASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL PADA GEDUNG XYZ 1 Sonia Hapsari Budi Utami, 2 Amien Rahardjo. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PERLINDUNGAN PENANGKAL PETIR DAN DATA JUMLAH HARI GURUH PERTAHUN

BAB III SISTEM PERLINDUNGAN PENANGKAL PETIR DAN DATA JUMLAH HARI GURUH PERTAHUN 21 BAB III SISTEM PERLINDUNGAN PENANGKAL PETIR DAN DATA JUMLAH HARI GURUH PERTAHUN 3.1 Sistem Penangkal Petir Kilat yang terjadi saat hujan badai berasal dari muatan listrik yang timbul dari aliran udara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 27 BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 3.1 IDENTIFIKASI MASALAH Permasalahan yang timbul akibat kerusakan, mungkin terjadi pada peralatan elektronika dan listrik di gedung ANZ Tower yang diakibatkan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Sistem Proteksi Penangkal Petir pada Gedung Widya Puraya SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Abdul Syakur, Yuningtyastuti a_syakur@elektro.ft.undip.ac.id, yuningtyastuti@elektro.ft.undip.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang

Lebih terperinci

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR 1 2 3 4 5 6 7 8 Karakteristik Arus Petir 90 % i I 50 % 10 % O 1 T 1 T 2 t Karakteristik Petir Poralritas Negatif Arus puncak (I) Maksimum Rata-rata 280 ka 41 ka I T 1 T 2 200

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Elektroda Batang (Rod) Elektroda Pita Elektroda Pelat Elektroda Batang (Rod) ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Proses terjadinya sambaran petir Proses pelepasan muatan antara awan dan bumi sama seperti peristiwa tembus antara dua buah elektroda. Agar terjadi pelepasan muatan, perbedaan tegangan

Lebih terperinci

Sistem proteksi petir pada bangunan gedung

Sistem proteksi petir pada bangunan gedung Standar Nasional Indonesia Sistem proteksi petir pada bangunan gedung ICS 91.120.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENANGKAL PETIR TIPE EMISI ALIRAN MULA ( EARLY STREAMER EMISSION ) GUNA MENGURANGI DAMPAK SAMBARAN PETIR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

IMPLEMENTASI PENANGKAL PETIR TIPE EMISI ALIRAN MULA ( EARLY STREAMER EMISSION ) GUNA MENGURANGI DAMPAK SAMBARAN PETIR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT IMPLEMENTASI PENANGKAL PETIR TIPE EMISI ALIRAN MULA ( EARLY STREAMER EMISSION ) GUNA MENGURANGI DAMPAK SAMBARAN PETIR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT SUJITO Abstrak: Petir merupakan fenomena alam yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume

Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume Edi Supartono 1, Suharyanto 2 1) Mahasiswa, 2,) Dosen Jurusan Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **)

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) PENDAHULUAN Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN Oleh : Nina Dahliana Nur 2211106015 Dosen Pembimbing : 1. I Gusti Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI PETIR MASJID RAYA MUJAHIDIN MENGGUNAKAN METODE BOLA BERGULIR (ROLLING SPHERE METHOD)

PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI PETIR MASJID RAYA MUJAHIDIN MENGGUNAKAN METODE BOLA BERGULIR (ROLLING SPHERE METHOD) PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI PETIR MASJID RAYA MUJAHIDIN MENGGUNAKAN METODE BOLA BERGULIR (ROLLING SPHERE METHOD) Zainal Hakim 1), Ir. Danial, MT 2), Managam Rajagukguk, ST, MT 3) 1) Mahasiswa dan 2,3)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa tenaga kerja dan

Lebih terperinci

Kajian Perancangan Sistem Penangkal Petir Eksternal Pada Gedung Pusat Komputer Universitas Riau

Kajian Perancangan Sistem Penangkal Petir Eksternal Pada Gedung Pusat Komputer Universitas Riau Kajian Perancangan Sistem Penangkal Petir Eksternal Pada Gedung Pusat Komputer Universitas Riau Ujang Mulyadi*,Edy Ervianto**, Eddy Hamdani** *Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pentanahan adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik, dengan pertumbuhan beban listrik yang terus meningkat menyebabkan sistem tenaga listrik terus

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri Tentang Petir SEKELUMIT TENTANG PETIRÂ ( BAGIANÂ I) Intisari Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta benda

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era global saat ini telekomunikasi sudah menjadi bagian yang sangat penting bagi setiap orang, maka dari itu pelayanan telekomunikasi harus memiliki kualitas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Memperhatikan masalah keamanan baik terhadap peralatan dan pekerjaan, maka diperlukan usaha untuk membuat suatu sistem keamanan yang bisa melindungi

Lebih terperinci

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ. PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA CONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Priya Surya Harijanto¹, Moch. Dhofir², Soemarwanto ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017 Dielektrika, [P-ISSN 2086-9487] [E-ISSN 2579-650X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017 ANALISA SISTEM PROTEKSI PETIR (LIGHTNING PERFORMANCE) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV SENGKOL-PAOKMOTONG

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS (Studi Kasus Di Gedung Perpustakaan Universitas Andalas) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Jamaaluddin 1) ; Sumarno 2) 1,2) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jamaaluddin.dmk@gmail.com Abstrak - Syarat kehandalan

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Proteksi Listrik Kantor Bupati Landak

Evaluasi Sistem Proteksi Listrik Kantor Bupati Landak 47 Evaluasi Sistem Proteksi Listrik Kantor Bupati Landak Ya Suharnoto Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura email : harya21suharnoto@yahoo.co.id Abstract-

Lebih terperinci

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR 2.1. TEORI TENTANG PETIR Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta

Lebih terperinci

BAB II PETIR DAN PENANGKAL PETIR

BAB II PETIR DAN PENANGKAL PETIR 4 BAB II PETIR DAN PENANGKAL PETIR 2.1 PETIR 2.1.1 Pengertian Petir Petir adalah suatu gejala listrik yang terjadi di atmosfir, yang timbul kalau terjadi banyak kondensasi dari uap air dan ada arus yang

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci

STUDI ANALISA SISTEM INSTALASI PENANGKAP PETIR PADA BANGUNAN BERTINGKAT.

STUDI ANALISA SISTEM INSTALASI PENANGKAP PETIR PADA BANGUNAN BERTINGKAT. Studi Analisa Sistem Instalasi Penangkap Petir (Dwi Ajiatmo) STUDI ANALISA SISTEM INSTALASI PENANGKAP PETIR PADA BANGUNAN BERTINGKAT 1. Dwi Ajiatmo 2. Angga Yodhas Tangkara Arga Prabowo, 3. Machrus Ali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah sehingga dapat mengamankan manusia

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Laporan Penelitian EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2012 1 EVALUASI SISTEM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 sebelumnya sistem sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

Joninton D Program Studi Teknikelektro Jurusan Teknikelektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak

Joninton D Program Studi Teknikelektro Jurusan Teknikelektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak EVALUASI SISTEM PERLINDUNGAN PADA BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) ARENA REMAJA PONTIANAK PT.INDOSAT TERHADAP SAMBARAN PETIR Joninton D 01109041 Program Studi Teknikelektro Jurusan Teknikelektro Fakultas

Lebih terperinci

Penentuan Daerah Perlindungan Batang Petir

Penentuan Daerah Perlindungan Batang Petir 56 JNTETI, Vol. 4, No. 1, Februari 2015 enentuan Daerah erlindungan Batang etir Bayu urnomo 1, T. Haryono 2 Abstract External lightning protection system consisting of a finial, down-conductor and grounding

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PETIR PADA INSTALASI JARINGAN TELEPON DAN PABX. Lela Nurpulaela ABSTRAK

SISTEM PROTEKSI PETIR PADA INSTALASI JARINGAN TELEPON DAN PABX. Lela Nurpulaela ABSTRAK SISTEM PROTEKSI PETIR PADA INSTALASI JARINGAN TELEPON DAN PABX Lela Nurpulaela ABSTRAK Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENENTUAN KEBUTUHAN PROTEKSI PETIR PADA GEDUNG TEKNIK ELEKTRO UNDIP DENGAN ADANYA BANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION Tri Suhartanto*, Juningtyastuti **, Abdul Syakur **

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH Oleh : Sugeng Santoso, Feri Yulianto Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan gedung rumah sakit permata hijau dengan keadaan sistem proteksi telah terpasang (sudah ada sistem proteksi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 PerMen 02-1989 Ttg Pengawasan Instalasi Penyalur Petir T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 PENGERTIAN Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN 4.1 ANALISA SISTEM DISTRIBUSI Dalam menghitung arus yang dibutuhkan untuk alat penghubung dan pembagi sumber utama dan sumber tambahan dalam

Lebih terperinci

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia tenaga listrik, salah satu bidang usahanya yaitu sistem distribusi tenaga listrik.

Lebih terperinci

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN ELEKTRODA PEMBUMIAN SECARA HORIZONTAL TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT DAN TANAH PASIR

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

MEMBUAT SISTIM GROUNDING (PENTANAHAN) SEDERHANA

MEMBUAT SISTIM GROUNDING (PENTANAHAN) SEDERHANA MEMBUAT SISTIM GROUNDING (PENTANAHAN) SEDERHANA Fungsi grounding ddidalam sistim kelistrikan Grounding memiliki 3 fungsi utama, yaitu: 1. Sebagai perlindungan terhadap over voltage atau tegangan lebih,

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M.

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M. PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, 24-26 Maret 2015 Oleh: Fariz M. Rizanulhaq Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) TUJUAN DAN SASARAN Peserta memahami berbagai macam alat proteksi

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai tahanan pembumian di suatu lokasi, yaitu sifat geologi tanah, kandungan zat kimia dalam tanah, kandungan air dalam

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci