(a) Gambar 12. Proporsi Jumlah Ikan Bandeng Tercemar PSM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(a) Gambar 12. Proporsi Jumlah Ikan Bandeng Tercemar PSM"

Transkripsi

1 BAB 3. HASIL PENELITIAN 3.1.Pengujian Pendahuluan Dari hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan pada ikan bandeng, dapat dilihat bahwa terbukti dalam sampel tersebut terdapat Particle Suspected as Microplastic (PSM). Hal tersebut dapat dilihat pada hasil pengamatan mikroskop yang didapat dan sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rochman et al., (2015). Gambar 11. dibawah ini merupakan beberapa contoh dari PSM yang ditemukan pada uji pendahuluan ikan bandeng. (a) Gambar 11. JenisPSM yang ditemukan di ikan bandeng pada penelitian pendahuluan dengan pengamatan mikroskop pada perbesaran 100x.(a) PSM jenis fiber 3.2. Pengujian Utama Jumlah PSM pada Ikan Bandeng Hasil pengamatan PSM pada ikan bandeng dari pengambilan batch 1 yang diambil pada bulan April dan pengambilan batch 2 pada bulan Juli disajikan pada tabel yang ada dibawah ini. Data yang disajikan dari hasil pengamatan merupakan data banyaknya ikan bandeng yang tercemardengan adanya partikel PSM. Gambar 12. Proporsi Jumlah Ikan Bandeng Tercemar PSM 20

2 21 Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah proporsi adanya cemaran pada ikan bandeng terbanyak yang diambil pada batch 1 (bulan April) yaitu 30%,sedangkan pada ikan bandeng yang diambil pada batch 2 (bulan Juli) ditemukan cemaran sebanyak 20% Data Cemaran PSM pada Air, Sedimen, dan Ikan Bandeng Data hasil cemaran PSM yang ada pada air, sedimen, serta ikan bandeng disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Cemaran PSM pada Air, Sedimen, dan Ikan Bandeng. Jenis sampel Batch Mean±SD Range 1 5,77±3, Air 2 6,00±3, (partikel/l) 1 & 2 5,86 ± 3, Sedimen (partikel/kg) Bandeng (partikel/ekor) 1 4,32±3, ,75±7, & 2 3,90± 5, ,03±4, ,70± 2, &2 3,36± 1, Keterangan: Data yang digunakan adalah data dari hasil pengurangan PSM yang ditemukan pada kontrol Data Proporsi PSM pada Air Pada hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel air yang diambil dari tambak, ditemukan adanya beberapa PSM. Partikel yang ditemukan dapat diamati proporsinya pada Gambar 13 yang menjabarkan banyaknya partikel PSM yang ditemukan pada sampel air berdasarkan dari jenis PSM.

3 22 Gambar 13. Proporsi PSM pada air Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada batch 1 dan batch 2jenis PSM yang ada pada sampel air dengan proporsi paling tinggi adalah fiber sebanyak 69% pada batch 1 dan 94% pada batch 2. Sedangkan jenis PSMdengan proporsi paling sedikit pada batch 1 adalah filmsebanyak 13%, dan proporsi paling sedikit padabatch 2 yaitu film sebanyak 6% Data Proporsi PSM pada Air berdasarkan Warna Pada hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel air yang diambil dari tambak, ditemukan adanya beberapa PSM dengan warna yang berbeda pada masing-masing jenis. Partikel yang ditemukan dapat diamati proporsinya pada Gambar 14 yang menjabarkan banyaknya partikel PSM yang ditemukan pada sampel air berdasarkan dari warna pada masing-masing jenis PSM.

4 23 Gambar 14. Proporsi PSM pada air berdasarkan warna Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada sampel air ditemukanjenis dan warna dari PSM yang paling mendominasi adalah jenisfiber dengan hitam. Sedangkan proporsi yang paling sedikit pada sampel air adalah PSM jenisfragmen berwarna merah dan film berwarna hitam Data Proporsi PSM pada Sedimen Pada hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel sedimen yang diambil dari tambak, ditemukan adanya beberapa PSM. Partikel yang ditemukan dapat diamati proporsinya pada Gambar 15 yang menjabarkan banyaknya partikel PSM yang ditemukan pada sampel sedimen berdasarkan dari jenis PSM.

5 24 Gambar 15. Proporsi PSM pada sedimen Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada batch 1 dan batch 2jenis PSM yang ada pada sampel sedimen dengan proporsi paling tinggi adalah film sebanyak 65% pada batch 1 dan 84% pada batch 2. Sedangkan jenis PSM dengan proporsi paling sedikit pada batch 1 adalah fragment sebanyak 10%, dan proporsi paling sedikit pada batch 2 yaitu fragment sebanyak 5% Data Proporsi PSM pada Sedimenberdasarkan Warna Pada hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel sedimen yang diambil dari tambak, ditemukan adanya beberapa PSM dengan warna yang berbeda pada masingmasing jenis. Partikel yang ditemukan dapat diamati proporsinya pada Gambar 16 yang menjabarkan banyaknya partikel PSM yang ditemukan pada sampel sedimen berdasarkan dari warna pada masing-masing jenis PSM.

6 25 Gambar 16. Proporsi PSM pada sedimen berdasarkan warna Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada sampel sedimen ditemukan jenis dan warna dari PSM yang paling mendominasi adalah jenis film dengan warna coklat. Sedangkan proporsi yang paling sedikit pada sampel sedimen adalah PSM jenis film berwarna biru Data ProporsiPSM pada Ikan Bandeng Pada hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel ikan bandeng yang diambil dari tambak, ditemukan adanya beberapa PSM. Partikel yang ditemukan dapat diamati proporsinya pada Gambar 17 yang menjabarkan banyaknya partikel PSM yang ditemukan pada sampel ikan bandeng berdasarkan dari jenis PSM.

7 26 Gambar 17. Proporsi PSM pada Ikan Bandeng Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada batch 1 dan batch 2jenis PSM yang ada pada sampel ikan bandeng dengan proporsi paling tinggi adalah fiber sebanyak 69% pada batch 1 dan 94% pada batch 2. Sedangkan jenis PSM dengan proporsi paling sedikit pada batch 1 adalah film sebanyak 13%, dan proporsi paling sedikit pada batch 2 yaitu film sebanyak 6% Data Proporsi PSM pada Ikan Bandengberdasarkan Warna Pada hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel ikan bandeng yang diambil dari tambak, ditemukan adanya beberapa PSM dengan warna yang berbeda pada masing-masing jenis. Partikel yang ditemukan dapat diamati proporsinya pada Gambar 18 yang menjabarkan banyaknya partikel PSM yang ditemukan pada sampel ikan bandeng berdasarkan dari warna pada masing-masing jenis PSM.

8 27 Gambar 18. Proporsi PSM pada Ikan Bandeng berdasarkan warna Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada sampel ikan bandeng ditemukan jenis dan warna dari PSM yang paling mendominasi adalah jenis fiber dengan warna hitam. Sedangkan proporsi yang paling sedikit pada sampel ikan bandeng adalah PSM jenis fiber berwarna coklat Hasil Identifikasi PSM Pada Air, Sedimen, dan Ikan Bandeng Gambar berikut merupakan bentuk dan jenis dari PSM yang ditemukan pada masingmasing sampel yang digunakan. Hasil yang didapat merupakan pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 100x. (a)

9 28 (b) (c) (d) Gambar 19. Jenis PSM yang ditemukan pada air, sedimen, dan ikan bandeng dengan pengamatan dibawah mikroskop pada perbesaran 100x. (a) PSM monofilament, (b) PSM film, (c) PSM fiber, (d) PSM fragmen. Sumber: Dokumentasi Pribadi Pada Gambar 19yang disajikan diatas dapat dilihat bahwa pada air, sedimen, serta ikan bandeng teridenifikasi adanya PSM dengan beberapa bentuk dan jenis. Dari partikel yang ditemukan tersebut dilakukan pengukuran panjang dan luas area pada masing-masing PSM yang ditemukan. Pengujian lebih lanjut dilakukan dengan menggunakan FT-IR untuk memastikan jenis polimer yang ditemukan.

10 Data Ukuran PSM pada Air Hasil dari pengukuran panjang dan luas area dari PSM yang ditemukan pada air disajikan pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Ukuran PSM Pada Sampel Air No Batch Fragment Fiber Film Panjang (µm) Luas Area (µm 2 ) Panjang (µm) Panjang (µm) Luas Area (µm 2 ) Batch 1 Means ± SD 801,90 ± ,19 ±65.846, ,69 ± 1.307,63 593,23 ± 427, ,96 ± ,03 Range 172, , , ,24 275, ,64 190, , , ,92 Batch 2 Means±SD ,21± 1.279,96 409,44± 4, ,70± ,6 Range , ,64 406,34-412, , ,90 Dari tabel diatas dijelaskan mengenai rata-rata panjang dan luas area dari PSM yang ditemukan pada sampel air pengambilan batch 1 di bulan April dan pengambilan batch 2 di bulan Juli. Dapat dilihat bahwa pada batch 1 PSMjenis fragment memiliki panjang berkisar antara172, ,64 mikrometer. Sedangkan untuk luas area pada PSM jenis fragment yaitu berkisar antara 9.089, ,24 mikrometer persegi. Pada PSM jenis fiber memiliki panjang antara 275, ,64 mikrometer, dan pada PSM jenis film memiliki panjang antara 190, ,21 mikrometer dengan luas area antara 9.694, ,92 mikrometer persegi. Pada batch 2 PSMjenis fibermemiliki panjang berkisar antara 591, ,64mikrometer. Sedangkan pada PSM jenisfilm memiliki panjang antara 406,34-412,55mikrometer, dan memiliki luas area , ,90mikrometer persegi Ukuran PSM pada Sedimen Hasil dari pengukuran panjang dan luas area dari PSM pada sedimen disajikan pada tabel 3 dibawah ini.

11 30 Tabel 3. Ukuran PSM Pada Sampel Sedimen No Batch Fragment Fiber Film Panjang (µm) Luas Area (µm 2 ) Panjang (µm) Panjang (µm) Luas Area (µm 2 ) Batch 1 Means±SD 327,78±98, ,86±25.163, ,05± 1.661, ,60± 6.932, ,03± ,90 Range , , ,60 538, ,82 226, , , ,68 Batch 2 Means±SD 330,53± 330, ,68± ,68 901,55± 9, ,79± 9.331, ,82± ,17 Range 330, , ,11 226, ,16 296, ,84 Dari tabel diatas dijelaskan mengenai rata-rata panjang dan luas area dari PSM yang ditemukan pada sampel air pengambilan batch 1 di bulan April dan pengambilan batch 2 di bulan Juli. Dapat dilihat bahwa pada batch 1 PSMjenis fragment memiliki panjang berkisar antara ,81 mikrometer. Sedangkan untuk luas area pada PSM jenis fragment yaitu berkisar antara , ,60 mikrometer persegi. Pada PSM jenis fiber memiliki panjang antara 538, ,82 mikrometer, dan pada PSM jenis film memiliki panjang antara 226, ,16mikrometer dengan luas area antara , ,68 mikrometer persegi. Pada batch 2 PSMjenis fragment memiliki panjang berkisar antara330,53 330,53mikrometer. Sedangkan untuk luas area pada PSM jenis fragment yaitu ,68 mikrometer persegi. Sedangkan PSMjenis fibermemiliki panjang berkisar antara ,11mikrometer. Sedangkan pada PSM jenisfilm memiliki panjang antara 226, ,16mikrometer, dan memiliki luas area 296, ,84mikrometer persegi.

12 Ukuran PSM pada Ikan Bandeng Hasil dari pengukuran panjang dan luas area dari PSM pada ikan bandeng disajikan pada tabel 4 dibawah ini. Tabel 4. Ukuran Masing-masing Jenis Mikroplastik Pada Ikan Bandeng No Batch Fragment Fiber Film Monofilament Panjang (µm) Luas Area (µm 2 ) Panjang (µm) Panjang (µm) Luas Area (µm 2 ) Panjang (µm) Luas Area (µm 2 ) Batch 1 Means±SD 730,40±173, ,55±75.178, ,01± 1.205,35 676,15± 437, ,11± ,40 892,99± 405, ,35± ,59 Range 216,93-730, , ,04 168, ,55 81, , , ,76 374, , , ,84 Batch 2 Means±SD 482,91± 229, ,46± , ,19± 1.410,57 476,15± 178, ,79± , ,89± 911, ,35± ,50 Range 154,41-951, , ,40 279,88-776,98 203,03-711, ,32-279, , , , ,80 Tabel diatas dijelaskan mengenai rata-rata panjang dan luas area dari PSM yang ditemukan pada ikan bandeng pengambilan batch 1 di bulan April dan batch 2 di bulan Juli. Dilihat pada batch 1 PSMjenis fragment memiliki panjang216,93-730,40mikrometer dan luas area 8.415, ,04mikrometer persegi. Pada PSM jenis fiber memiliki panjang 168, ,55mikrometer. Pada PSM jenis film memiliki panjang 81, ,32mikrometerdan luas area 6.519, ,76mikrometer persegi. Pada PSM jenismonofilament memiliki panjang 374, ,02mikrometerdan luas area , ,68 mikrometer persegi. Pada batch 2 PSMjenis fragment memiliki panjang154,41-951,86mikrometer. Luas area pada PSM jenis fragment yaitu , ,40mikrometer persegi. Sedangkan PSMjenis fibermemiliki panjang 279,88-776,98mikrometer. PSM jenisfilm memiliki panjang 203,03-711,08mikrometer, dan memiliki luas area , ,24 mikrometer persegi. Pada PSM jenismonofilament memiliki panjang 279, ,91 mikrometerdan luas area antara , ,80mikrometer persegi. 31

13 Hasil Identifikasi PSM dengan FT-IR Pada penelitian ini dilakukan identifikasi lebih lanjut dengan menggunakan FT-IR dan didapatkan hasil seperti pada gambar dibawah ini. Gambar 20. Hasil Analisa PSM dengan FT-IR Pada gambar dijelaskan bahwa pada sampel sedimen ditemukan PSM dengan jenis Polyvinyl Chloride (PVC) dengan memiliki tingkat kemiripan sebesar 666/1000 dari spectrum polimer yang sudah diketahui sebelumnya.

Identifikasi Awal Mikroplastik dalam Sampel Belanak. Tabel 2. Data Penelitian Pendahuluan dengan Membandingkan 2 Metode yang Berbeda

Identifikasi Awal Mikroplastik dalam Sampel Belanak. Tabel 2. Data Penelitian Pendahuluan dengan Membandingkan 2 Metode yang Berbeda 3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Penelitian Pendahuluan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk ekstraksi mikroplastik dengan dua metode yang berbeda, ditentukan metode Rochman et al, (2015) yang digunakan

Lebih terperinci

Tabel 5. Densitas Polimer pada Lingkungan

Tabel 5. Densitas Polimer pada Lingkungan BAB 4. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel ikan bandeng, air, serta sedimen pada lokasi Tambak Lorok di Semarang menunjukkan adanya partikel yang diduga sebagai mikroplastik.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah laut merupakan benda padat persistent yang dihasilkan oleh manusia secara langsung atau tidak langsung dengan cara dibuang atau ditinggalkan di laut. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun pandangan tersebut sudah berubah seiring berkembangnya jaman. Saat ini sampah dipandang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Uji model hidraulik fisik dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Data yang dihasilkan yaitu berupa rekaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahan-bahan polimer seperti Polyvinyl chloride (PVC), Polypropylene, Polystyrene, Polymethyl methacrylate (PMMA) dan Polyethylene terephthalate (PET) semakin banyak

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Tektur Tanah = %pasir, debu & liat dalam tanah Tektur tanah adalah sifat fisika tanah yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Desain Title Untuk desain title, penulis menggunakan dua jenis font. Font Simply Glamorous untuk kata Layangan dan font Casual untuk kata Pusaka. Font Simply Glamorous

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Microfiber Modification and Characterization of Nephila pilipes Dragline Silk by Electrospinning for scaffold application

ABSTRACT. Microfiber Modification and Characterization of Nephila pilipes Dragline Silk by Electrospinning for scaffold application ABSTRACT Microfiber Modification and Characterization of Nephila pilipes Dragline Silk by Electrospinning for scaffold application Sandy K. Setyo Budi., 2014, 1 st tutor : Angela Evelyna, drg., M.Kes.

Lebih terperinci

MODUL 8 RESISTOR & HUKUM OHM

MODUL 8 RESISTOR & HUKUM OHM MODUL 8 RESISTOR & HUKUM OHM TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengukur nilai tahan suatu resistor menggunakan ohmmeter dan pembacaan kode warna resistor 2. Menentukan tahanan dalam dari voltmeter dan amperemeter 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi minyak bumi yang berlebihan dan kebutuhan akan energi menciptakan masalah baru bagi keberlangsungan bumi, terutama makhluk hidup yang bergantung padanya.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1. Hasil Penelitian dan Pengujian Jaringan 4G Pengukuran jaringan 4G LTE di frekuensi 1800 MHz pada provider Telkomsel yang dilakukan dengan metode drive test indoor

Lebih terperinci

METODA REPLIKASI PADA SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1

METODA REPLIKASI PADA SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1 Media Informatika Vol. 4 No. 3 (2005) METODA REPLIKASI PADA SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1 Ekabrata Yudhistyra Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda 96 Bandung 40132

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78 Identifikasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) Dr. Ir. M. Taufik, Akbar Kurniawan, Alfi Rohmah Putri Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik yang bergerak dalam perakitan cenderung mengarah pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah sepatu buccheri wanita. Cara

Lebih terperinci

Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt%

Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt% BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Pada pembuatan nanofiber Poly(ethylene oxide)(peo)/tio 2, ada beberapa proses yang harus dilewati.

Lebih terperinci

JURNAL ILMU BERBAGI. Mengenal Nanosains. Murni Handayani. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

JURNAL ILMU BERBAGI. Mengenal Nanosains. Murni Handayani. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mengenal Nanosains Murni Handayani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) murnie_h@yahoo.com Abstract. Nanosains atau ilmu nano yang lebih umum dikenal dengan sebutan Nanoscience, saat ini sangat banyak

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Gambar 4.1

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Gambar 4.1 BAB 4 ANALISIS Setelah dilakukan proses pengolahan data MBES dengan menggunakan perangkat lunak QINSy 8.0 dan juga QLOUD, akhirnya diperoleh gambaran penampang dasar laut di area survei yang nantinya direncanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI VINYL CHLORIDE MONOMER DAN POLY VINYL CHLORIDE MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel logam merupakan material dengan ukuran yang sangat kecil yaitu berkisar antara 10 nm sampai 1 µm. Hal tersebut menyebabkan tingginya rasio luas permukaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Desain frame grabber Desain frame grabberdiawali dengan pemilihan perangkat kamera yang akan digunakan. Video akan muncul komponen VideoWindow1 yang secara realtime terhubung

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir - SB091358

Sidang Tugas Akhir - SB091358 Sidang Tugas Akhir - SB091358 POTENSI ISOLAT BAKTERI Pseudomonas DAN Bacillus DALAM MENDEGRADASI PLASTIK DENGAN METODE KOLOM WINOGRADSKY SEDERHANA Fiki Rahmah Fadlilah 1510 100 701 Dosen Penguji I Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi polimer pada saat ini telah memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan yang dapat didaur ulang (recycle), salah satu produk polimer

Lebih terperinci

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Universitas Sumatera Utara Lampiran Lampiran 1. Titik Posisi ground check dan data titik lapangan Tabel 1. Titik Posisi ground check No LU BT Peta Kondisi Lapangan keterangan 1 2 15'6.67" 98 53'24.24" 2 2 14'49.28" 98 53'26.28"

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 3. ASAM, BASA, DAN GARAMLatihan Soal 3.4

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 3. ASAM, BASA, DAN GARAMLatihan Soal 3.4 SMP kelas 7 - KIMIA BAB 3. ASAM, BASA, DAN GARAMLatihan Soal 3.4 1. Apabila dimasukan lakmus biru dan merah secara bersamaan ke dalam suatu larutan,tidak terjadi perubahan warna pada kedua kertas lakmus,maka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan PEG Terhadap Ketebalan Membran Fabrikasi membran menggunakan PES dengan berat molekul 5900, dengan PEG sebagai zat aditif dan menggunakan DMAc sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Spektrum Transformsi Fourier Spektroskopi Inframerah (FTIR)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Spektrum Transformsi Fourier Spektroskopi Inframerah (FTIR) 4.1. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1. Analisis Spektrum Transformsi Fourier Spektroskopi Inframerah (FTIR) Absorpsi 3,6 3,4 3,2 3,0 2,8 2,6 2,4 2,2 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Fase Perkembangan Embrio Telur Ikan Nilem

Lampiran 1. Fase Perkembangan Embrio Telur Ikan Nilem LAMPIRAN 46 Lampiran 1. Fase Perkembangan Embrio Telur Ikan Nilem Waktu Gambar Keterangan 6 April 2013 Cleavage 19.00 6 April 2013 21.00 Morula 6 April 2013 22.00 Blastula 6 April 2013 23.00 Grastula 47

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Terganggu Tanah terganggu merupakan tanah yang memiliki distribusi ukuran partikel sama dengan seperti di tempat asalnya, tetapi strukturnya telah cukup rusak atau hancur

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 Disusun oleh : Meidiana Kusumawardani S. 2306 100 047 Belin Hardimas 2306 100 066 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24... (Bar) Suhu 15 0 C 1.64 0.29 0.16 0.32 0.24b 0.32b 0.27b 0.29b 0.39b 0.76b

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Macam-macam Resistor

Gambar 3.1 : Macam-macam Resistor Kode warna Resistor pada umumnya untuk menentukan berapa besarnya nilai resistor tersebut. Kode warna resistor tersebut secara umum cara menentukan nilainya dibedakan menjadi dua : 1. Kode warna Resistor

Lebih terperinci

, n(a) banyaknya kejadian A dan n(s) banyaknya ruang sampel

, n(a) banyaknya kejadian A dan n(s) banyaknya ruang sampel Peluang Suatu Kejadian a) Kisaran nilai peluang : 0 P( b) P( =, banyaknya kejadian A dan banyaknya ruang sampel c) Peluang komplemen suatu kejadian : P(A c ) = P( d) Peluang gabungan dari dua kejadian

Lebih terperinci

Please refer as: Bondan T. Sofyan, 2004, Pembentukan Endapan Nano pada Paduan Al-Cu Berkekuatan Tinggi,Proceeding Eminex 2004, ISBN ,

Please refer as: Bondan T. Sofyan, 2004, Pembentukan Endapan Nano pada Paduan Al-Cu Berkekuatan Tinggi,Proceeding Eminex 2004, ISBN , Please refer as: Bondan T. Sofyan, 2004, Pembentukan Endapan Nano pada Paduan Al-Cu Berkekuatan Tinggi,Proceeding Eminex 2004, ISBN 979-96609-1-2, Bandung, 15 16 September 2004, p. 78 86. Scanned by CamScanner

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI TEACHING

TUGAS INDUSTRI TEACHING TUGAS INDUSTRI TEACHING Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Practical Teaching Di susun oleh : Abdullah Aisyah Nurjanah Asep Yayan Deasy Wijayanti Iis Nuraisah Rini Sri puspasari Saefudin

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah Purpossive Random Sampling dengan menentukan tiga stasiun pengamatan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 34 LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Proses ini merupakan tahap pasca pengolahan contoh yang dibawa dari lapangan. Dari beberapa contoh yang dianggap mewakili, selanjutnya dilakukan analisis mikropaleontologi, analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan paling mendasar untuk menunjang suatu kehidupan. Sifat-sifat air menjadikannya sebagai suatu unsur yang paling penting bagi makhluk hidup. Manusia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berusaha untuk berkembang agar dapat bersaing di pasar. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berusaha untuk berkembang agar dapat bersaing di pasar. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perdagangan dan industri selalu berusaha untuk berkembang agar dapat bersaing di pasar. Perkembangan perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 5 3 '15 " 5 3 '00 " 5 2 '45 " 5 2 '30 " BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan April 2010, lokasi pengambilan sampel di perairan

Lebih terperinci

Pengenalan Kapasitas Tukar Kation (KTK) Model 3 Dimensi dan Gambar Bergerak Shockwave

Pengenalan Kapasitas Tukar Kation (KTK) Model 3 Dimensi dan Gambar Bergerak Shockwave Pengenalan Kapasitas Tukar Kation (KTK) Model 3 Dimensi dan Gambar Bergerak Shockwave Tugas Terjemahan Kesuburan Tanah Lanjut Oleh Rini Sulistiani 087001021 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching Penampang hasil pengolahan dengan perangkat lunak Ipi2win pada line 08 memperlihatkan adanya struktur antiklin. Struktur ini memiliki besar tahanan jenis

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK 3.1 Prinsip Dasar Eksperimen Seperti telah dijelaskan pada Bab satu, eksperimen pada tugas akhir ini bertujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Tahap Persiapan. Hasil Nitridasi. Pengukuran Ketebalan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Tahap Persiapan. Hasil Nitridasi. Pengukuran Ketebalan 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tahap Persiapan Pada tahap ini dihasilkan 18 buah sampel dengan diameter 1,4 cm dan tebal 0,5 mm (pengukuran menggunakan mikrometer skrup). 9 sampel dengan ukuran grit akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga diperoleh hasil produksi yang optimal. Untuk menghasilkan produksi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga diperoleh hasil produksi yang optimal. Untuk menghasilkan produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini tingkat persaingan yang semakin kompetitif terjadi pada hampir semua perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan

Lebih terperinci

Statistik dan Statistika Populasi dan Sampel Jenis-jenis Observasi Statistika Deskriptif

Statistik dan Statistika Populasi dan Sampel Jenis-jenis Observasi Statistika Deskriptif 1. 2 2. 3. 4. Statistik dan Statistika Populasi dan Sampel Jenis-jenis Observasi Statistika Deskriptif Sari Numerik Penyajian Data 2008 by USP & UM ; last edited Jan 11 MA 2081 Statistika Dasar 24 Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 6 Juli 2013 di perairan tambak udang Cibalong, Kabupaten Garut (Gambar 2). Analisis

Lebih terperinci

Fery Antony, ST, M.Kom Universitas IGM

Fery Antony, ST, M.Kom Universitas IGM Fery Antony, ST, M.Kom Universitas IGM Sebelum menyusun jaringan LAN (Local Area Network) di suatu gedung, seorang administrator jaringan perlu mengetahui jenis-jenis topologi yang dapat diterapkan dalam

Lebih terperinci

Penulis, Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.Sc

Penulis, Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.Sc PRAKATA Laporan penelitian ini merupakan sebagian data hasil survey lapangan dari satu rangkaian penelitian yang direncanakan dalam dua (dua) /tahun/tahap penelitian di perairan Selat Rupat Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Karena itu kemasan harus dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif. Pertarungan produk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Pada tahapan ini dilakukan plot persen transmitan (%T) dan bilangan gelombang untuk masing-masing spektrum dari 18 sampel temulawak dengan tujuan untuk mengetahui pola data.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK Yuni Chairun Nisa 1, Siti Zulaikah, Nandang Mufti Jurusan Fisika, Universitas Negeri

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 3 Perbandingan waktu koagulasi antara rennet yang disimpan 2 minggu (RDB) dan 24 minggu (RDL) Konsentrasi Rennet (%)

HASIL. Tabel 3 Perbandingan waktu koagulasi antara rennet yang disimpan 2 minggu (RDB) dan 24 minggu (RDL) Konsentrasi Rennet (%) HASIL 1. Pengujian Aktivitas Rennet dalam Mengkoagulasikan Susu Uji koagulasi susu dan pembentukan curd oleh rennet yang telah disimpan selama 2 minggu () memiliki waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan

Lebih terperinci

RA9P 9mm x 12mm. RA30P 30mm x 32mm

RA9P 9mm x 12mm. RA30P 30mm x 32mm Document : Marveldex Technical specification - H171128 FSR Data Sheet Sheet FSR Data Daftar produk Q6P 6mm x 11mm R18-DIY 18mm x 18mm R9 9mm x 15.2mm R9P 9mm x 12mm R18P-DIY 18mm x 18mm R12P 12mm x 14.15mm

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Koreksi Suhu Koreksi suhu udara antara data MOTIWALI dengan suhu udara sebenarnya (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis tersebut dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Penilaian pada Model Kematangan Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan Kajian Metode Proper

Perancangan Sistem Penilaian pada Model Kematangan Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan Kajian Metode Proper Perancangan Sistem Penilaian pada Model Kematangan Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan Kajian Metode Proper Disusun Oleh : Mustika Sukmasari 2507 100 118 Dosen Pembimbing Dosen Ko-Pembimbing : Dr. Maria

Lebih terperinci

Desain Sumber Bunyi Titik

Desain Sumber Bunyi Titik Desain Sumber Bunyi Titik Yogo Widi Prakoso 1, Made Rai Suci Santi 1,2, Adita Sutresno 1,2* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika 2 Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto LOGO Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau Mitha Fitriyanto 1409100010 Pembimbing : Prof.Dr.Surya Rosa Putra, MS Pendahuluan Metodologi Hasil dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Air adalah zat yang penting bagi tubuh manusia setelah udara. Tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5

Lebih terperinci

SEDIMENT COMPOSITION AS VERTICAL IN DUMAI COASTAL WATERS. Abstract

SEDIMENT COMPOSITION AS VERTICAL IN DUMAI COASTAL WATERS. Abstract 434 SEDIMENT COMPOSITION AS VERTICAL IN DUMAI COASTAL WATERS by NUNUNG FIDIATUR R 1, RIFARDI 2, AND EDWARD RUFLI 2 1 Student of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru 2 Lecturer

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA DASAR. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA DASAR. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTRONIKA DASAR Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya tidak memerlukan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri. Komponen pasif menggunakan

Lebih terperinci

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL- UPL) Pengertian UKL-UPL

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL- UPL) Pengertian UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL- UPL) Lukhi Mulia S 2017 divendres, 9 juny de 2017 @phykee_15261002391909 1 Pengertian UKL-UPL pengelolaan dan pemantauan terhadap

Lebih terperinci

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN KERUSAKAN EKOSISTEM GAMBUT

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN KERUSAKAN EKOSISTEM GAMBUT KRITERIA PROPER PENGENDALIAN KERUSAKAN EKOSISTEM GAMBUT ASPEK PENILAIAN 1 KETAATAN KETENTUAN PENETAPAN TITIK PEMANTAUAN 2 3 4 5 6 KETAATAN TERHADAP TITIK PEMANTAUAN KETAATAN TERHADAP KRITERIA BAKU KERUSAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut (Wardhana, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut (Wardhana, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan

Lebih terperinci

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi Ukuran Hubungan antar obyek Informasi spasial dari obyek Pengambilan data fisik dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pada Proses penelitian, pembuatan sampel dan pengujian/karakterisasi dilakukan di PSTBM (Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju) Badan Tenaga

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar SNI : 01-6149 - 1999 Standar Nasional Indonesia (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar Daftar isi Halaman Pendahuluan... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Istilah Dan Singkatan...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 3.1.Tempatdan Waktu penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Taima, Kecamatan Bualemo, Kabupaten Banggai, karena merupakan daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan di era modern ini semakin beragam bahan yang digunakan, tidak terkecuali bahan yang digunakan adalah biji-bijian. Salah satu jenis biji yang sering digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cincau hijau Premna oblongifolia disebut juga cincau hijau perdu atau cincau hijau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cincau hijau Premna oblongifolia disebut juga cincau hijau perdu atau cincau hijau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cincau Hijau Cincau hijau (Premna oblongifolia) merupakan bahan makanan tradisional yang telah lama dikenal masyarakat dan digunakan sebagai isi minuman segar. Cincau hijau

Lebih terperinci

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli Lokasi pengamatan singkapan atupasir sisipan batulempung karbonan adalah pada lokasi GD-4 ( Foto 3.21) di daerah Gandasoli. Singkapan ini tersingkap pada salah satu sisi sungai. Kondisi singkapan segar.

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) merupakan salah satu. rumahan. Peranan UMKM sejak krisis moneter tahun 1998 dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) merupakan salah satu. rumahan. Peranan UMKM sejak krisis moneter tahun 1998 dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan UMKM kebanyakan adalah pengusaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. HasildanPembahasan

IV. HasildanPembahasan IV. HasildanPembahasan A. Kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis Hasil penelitian tentang kelimpahan di stasiun satu berkisar 34-40 individu/m 2. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Permasalahan yang Terjadi Sebelum improvement, di bagian produksi coklat compound terdapat permasalahan yang belum dapat diketahui. Proses grinding coklat compound

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Singkapan Stadion baru PON Samarinda Singkapan batuan pada torehan bukit yang dikerjakan untuk jalan baru menuju stadion baru PON XVI Samarinda. Singkapan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pengukuran dilakukan pada empat sampel batuan berbeda. Data yang

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pengukuran dilakukan pada empat sampel batuan berbeda. Data yang BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Metode Falling Head Pengukuran dilakukan pada empat sampel batuan berbeda. Data yang didapatkan dengan menggunakan metode Falling Head akan dibandingkan dengan perhitungan

Lebih terperinci

Deteksi Warna. Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri

Deteksi Warna. Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri Thresholding Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri Deteksi Warna Mendeteksi adanya warna-warna tertentu Menentukan posisi pixel dengan warna yang ditentukan Aplikasi: Deteksi rambu-rambu

Lebih terperinci

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 54 BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 5.1 Konsep Visual 5.1.1 Mood dan Warna Warna yang dipakai dalam film ini meliputi warna-warna cokelat, biru, kuning, merah, hitam dan putih. Warna cokelat, kuning,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laboratorium Proses Produksi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) saat ini telah mempunyai fasilitas software CAD/CAM dan mesin prototyping. Salah satu software

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan uji laboratorium. Menurut Pabundu Tika (2005:4), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

PENDAHULUAN MEMAR. vaskularisasijaringanyang terkena tumbukan

PENDAHULUAN MEMAR. vaskularisasijaringanyang terkena tumbukan HISTOPATOLOGI MEMAR PENDAHULUAN MEMAR Memar adalahsuatu keadaan dimana terjadipengumpulan darahdalam jaringan yang terjadi dikarenakan pecahnya pembuluh darahkapiler akibat kekerasan benda tumpul yang

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci