ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BANTAENG (HUMAN DEVELOPMENT ANALISIST BANTAENG REGENCY)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BANTAENG (HUMAN DEVELOPMENT ANALISIST BANTAENG REGENCY)"

Transkripsi

1

2 ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BANTAENG (HUMAN DEVELOPMENT ANALISIST BANTAENG REGENCY) KERJASAMA BAPPEDA BANTAENG BPS BANTAENG

3 KATA SAMBUTAN Kebutuhan konsumen akan data statistik semakin kompleks, khususnya data sosial. Untuk memenuhi data tersebut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banteng telah menerbitkan publikasi Analisis Pembangunan Manusia (APM) Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai tingkat kesejahteraan rakyat dan indikator yang berfungsi sebagai ukuran pencapaian keberhasilan Pembangunan di Kabupaten Banteng. Data yang digunakan untuk menganalisis dua hal tersebut di atas adalah data survei lapangan dan data sekunder yang tersebar di SKPD serta data sekunder lainnya yang berkaitan dengan pembangunan manusia. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga terbitnya publikasi ini diucapkan banyak terima kasih. Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk perbaikan publikasi APM selanjutnya. Bantaeng, Agustus 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BANTAENG, Dr. Ir. SYAMSU ALAM, M.Si.

4 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... DAFTAR ISI... i ii BAB - I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Ruang Lingkup Sistimatika Penulisan... 5 BAB - II METODOLOGI Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Purchasing Power Parity Sumber Data BAB - III KONDISI WILAYAH Geografis Keadaan Iklim Penduduk Perekonomian BAB - IV KINERJA PEMBANUNAN Posisi Pembangunan Manusia Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan Daya Beli Indeks Pembangunan Manusia... 23

5 BAB - V KESEHATAN Angka Kematian Bayi dan Harapan Hidup Pemerataan Pelayanan Kesehatan Peningkatan Peran Serta Masyarakat BAB - VI PENDIDIKAN Sarana dan Prasarana Pendidikan Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama sekolah Angka Partisipasi Sekolah BAB - VII. PARIETAS DAYA BELI BAB - VIII PENUTUP Kesimpulan Implikasi Kebijakan LAMPIRAN TABEL... 45

6 BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan potensi utama sekaligus merupakan tujuan utama dalam pembangunan. Hal tersebut berarti bahwa manusia merupakan aset kekayaan bangsa yang harus dijaga dan terus dtingkatkan seiring dengan tuntutan perkembangan zaman. Sehingga keberhasilan pembangunan manusia dapat dilihat dari seberapa besar permasalahan mendasar di masyarakat yang dapat teratasi, meliputi : kemiskinan, pengangguran, gizi buruk, dan buta huruf. Derajat peningkatan kesejahteraan manusia yang merupakan tujuan utama pembangunan tentunya menjadi penting untuk diketahui. Hal tersebut sekaligus menjadi ukuran peningkatan atau penurunan pencapaian indikator keberhasilan pembangunan. Untuk itu diperlukan adanya ukuran standar pembangunan manusia yang sekaligus merupakan raport pemerintah dan pemerintah daerah. Berbagai ukuran pembangunan manusia telah dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat membandingkan antar wilayah atau antar negara. Oleh karena itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia ( APM) atau Human Development Indeks (HDI). Menurut UNDP, didenifisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging the choices of Analisis Pembangunan Manusia

7 people). APM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan HDR (Human Development Report). APM adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. Dan digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara sebagai negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (Wikipedia). APM menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia yang menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. APM sekaligus merupakan indicator keberhasilan pemerintahan, baik daerah/kota, provinsi maupun Negara. APM tersebut merupakan indikator tertinggal tidaknya suatu daerah, sehingga merupakan raport kinerja pemerintah daerah. Pengukuran APM terkait dengan indikator lain sebagai pendukungnya, dimana setiap perubahan pada indikator tersebut mempengaruhi nilai indeks pembangunan manusia. Adapun dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu meliputi 3 indeks : longevity/umur panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup (AHH) saat kelahiran, knowledge/pengetahuan diukur dengan angka melek huruf (AMH) dan rata -rata lama sekolah (MYS), serta decent living standard/standar hidup layak yang diukur dengan kemampuan daya beli ( purchasing power parity). Seperti dalam mengukur angka harapan hidup maka Analisis Pembangunan Manusia

8 terlebih dahulu harus ditentukan tingkat kematian penduduk. Tingkat kematian ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan pangan, kemiskinan, keadaan gizi, penyakit menular, keadaan fasilitas kesehatan, kecelakaan, bencana dan kelaparan massal. Berdasarkan hasil perhitungan APM Kabupaten Bantaeng periode 2015 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Berbagai program strategis dalam peningkatan sumberdaya manusia baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun daya beli masyarakat dijalankan dan mendapat respon baik dari masyarakat. Hal tersebut berarti pula bahwa tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap pemerintah sehingga berdampak langsung terhadap partisipasinya yang semakin baik dalam pembangunan. Untuk maksud sebagaimana disebutkan sebelumnya, sehingga hasil hitungan APM periode 2015 menjadikan dasar hadirnya buku ini. Kebijakan pembangunan pendidikan dan kesehatan yang merupakan aset utama sehingga mempercepatan pembangunan ekonomi di daerah merupakan pilihan yang tepat sebagaimana dilakukan di Bantaeng dan terukur pada buku ini Tujuan Penulisan Secara umum, publikasi ini bertujuan untuk menyajikan data dan analisis APM tahun 2015 dan untuk melihat perkembangannya juga digunakan data pada tahun sebelumnya. Selain itu, publikasi ini juga menganalisis perkembangan masing-masing komponennya. Secara khusus, publikasi ini bertujuan : menyajikan perkembangan APM menurut Analisis Pembangunan Manusia

9 komponennya, menyajikan analisis perkembangan indeks pembangunan manusia serta menyajikan analisis keterkaitan APM dengan indikator lainnya. Disamping itu, laporan APM Kabupaten Bantaeng Tahun 2015 disusun dalam kerangka menempatkan dimensi manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan, dengan bercirikan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sehingga daerah mempunya iindikator yang berfungsi sebagai ukuran pencapaiaan pembangunan, terutama yang terkait erat dengan upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Penggunaan salah satu indikator komposit pada indeks pembangunan manusia, sehingga dalam tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang kinerja pembangunan Kabupaten Bantaeng selama periode Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam pelaporan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bantaeng tahun hanya mencakup wilayah kabupaten. Cakupan tersebut disesuaikan dengan besarnya sampel dan ketersediaan data skunder sehingga hanya secara fokus untuk menghitung APM Kabupaten Bantaeng. Sumber data yang digunakan adalah hasil survey sosial ekonomi tahun 2015, dan Produksi Domestik Regional Bruto Kabupaten Bantaeng 2015 Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pendapatan Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantaeng serta hasil survey dengan menggunakan kuesioner Modul konsumsi yang disesuaikan dengan indeks PPP sebagai data konsumsi riil perkapita. Analisis Pembangunan Manusia

10 1.4. Sistematika Penulisan Bab satu menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan. Kemudian Bab dua membahas tentang metodologi, meliputi pengertian konsep, metode yang digunakan dan penjelasan komponen serta cara penghitungan indeks masing-masing komponen dan sumber data yang digunakan. Selanjutnya pada Bab tiga membahas tentang gambaran umum Kabupaten Bantaeng yang diuraikan mulai dari letak geografis, kependudukan, ekonomi (PDRB), potensi pemanfaatan sumber daya alam. Bab empat membahas tentang posisi pembangunan manusia yang terdiri dari; indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli serta indeks pembangunan manusia. Pada Bab lima membahas tentang masalah kesehatan yang terdiri dari; angka kematian bayi dan harapan hidup, pelayanan kesehatan, status gizi, status kesehatan masyarakat dan peningkatan peran serta masyarakat. Bab enam membahas tentang pendidikan yang meliputi; sarana dan prasarana pendidikan, tingkat pendidikan yang ditamatkan serta partisipasi sekolah. Bab tujuh adalah penutup, yang berisi kesimpulan, saran, dan implikasi kebijakan. Analisis Pembangunan Manusia

11 BAB II METODOLOGI Analisis pembangunan manusia mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. APM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Sebagai ukuran kualitas hidup, APM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar antara lain: umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas Karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity) Konsep dan Definisi APM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai ratarata sederhana dari indeks harapan hidup (e 0), indeks Analisis Pembangunan Manusia

12 pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak, yang dirumuskan sebagai berikut: APM = 1/3 [ X(1) + X(2) + X(3) ]. (1) Dimana : X(1) : Indeks harapan hidup X(2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah). X(3) : Indeks paritas daya beli. Nilai indeks hasil perhitungan dari setiap komponen tersebut adalah antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Dari hasil laporan ini indeks tersebut dinyatakan dalam ratusan (dikalikan 100) untuk memudahkan penafsiran, yang disarankan oleh Badan Pusat Statistik (BPS-UNDP, 1996). Masing-masing indeks komponen tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya, dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Formula yang digunakan sebagai berikut: Indeks X (i) = X(i) X(i) min X (i) maks X(i) min.. (2) Dimana X(i) : Indikator ke-i (i=1,2,3) X(i)maks : Nilai maksimum X(i) Analisis Pembangunan Manusia

13 X(i)min : Nilai minimum X(i) Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen APM yang digunakan dalam penghitungan Indikator Komponen APM [=X(i)] Maksimu m Nilai Minimum Catatan (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata lama sekolah Konsumsi per kapita yang disesuaikan (Pendekatan terhadap daya beli) a) (1996) b) (1999,2 002) Sesuai standar global (UNDP) UNDP menggunakan PDB riil disesuaikan a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018 b) Mengikuti kondisi pasca krisis ekonomi Dari hasil rekomendasi UNDP berbagai kritikan dan masukan yang berkaitan dengan rumusan indicator variabel APM, namun saat ini masih menggunakan ketiga komponen di atas, yaitu komponen kesehatan (longevity) yang terwakilkan dari usia harapan hidup (life exp ectancy at Age 0; e0), komponen Analisis Pembangunan Manusia

14 pengetahuan atau kecerdasan terwakilkan oleh dua buah indicator yaitu angka melek huruf (literacy rate/ Lit) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling/ MYS) dan indicator hidup layak (decent living) atau kemakmuran yang terwakilkan oleh purchasing power parity/paritas daya beli. Untuk data PPP masih sulit didapatkan, maka data yang digunakan adalah PDRB riil perkapita Angka Harapan Hidup (e0) Angka harapan hidup (AHH) adalah rata -rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Atau juga dapat didefinisikan sebaga rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh seseorang setelah orang tersebut mencapai ulang tahun yang ke x. Ukuran yang umum digunakan adalah angka harapan hidup saat lahir ( eo) yang mencerminkan kondisi kesehatan pada saat itu. Sehingga pada umumnya ketika membicarakan angka harapan hidup, yang dimaksud adalah ratarata jumlah tahun yang akan dijalani oleh seseorang sejak orang tersebut lahir. Angka harapan hidup berhubungan erat dengan angka kematian bayi. Secara teoritis menurunnya angka kematian bayi, akan menyebabkan meningkatnya harapan hidup, juga merupakan indikator yang mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekata tidak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan angka harapan hidup yaitu anak lahir hidup (ALH) dan anak masih hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka harapan hidup data ALH dan AMH. Selanjutnya dipilih metode Trussel Analisis Pembangunan Manusia

15 dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004) Sementara itu untuk menghitung indeks harapan hidup digunakan nilai maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, dimana angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. Penggunaan Angka Harapan Hidup didasarkan atas pertimbangan bahwa angka ini merupakan resultante dari berbagai indikator kesehatan. AHH merupakan cerminan dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, sanitasi lingkungan, pengetahuan ibu tentang kesehatan, gaya hidup masyarakat, pemenuhan gizi ibu dan bayi, dan lain-lain. Oleh karena itu AHH untuk sementara bisa mewakili indikator lama hidup. Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk, khususnya di bidang kesehatan. Capaian angka harapan hidup di Indonesia masih belum menggembirakan, walaupun terjadi peningkatan angka harapan hidup selama tahun Untuk itu perlu upaya peningkatan kualitas kesehatan yang lebih komprehensif agar perbaikan derajat kesehatan yang direfleksikan melalui penurunan angka kematian bayi. Tingkat kesehatan bayi juga dipengaruhi secara nyata oleh kondisi kesehatan ibu serta lingkungannya. Tidak sedikit anak yang terpaksa terlahir dengan Analisis Pembangunan Manusia

16 berat badan lahir rendah karena dilahirkan oleh ibu yang menderita kekurangan gizi. Seperti yang telah disebutkan dalam BPS-UNDP (1996: 8) bahwa sebenarnya agak berlebihan mengatakan bahwa variabel e0 dapat mencerminkan lama hidup sekaligus hidup sehat, mengingat angka morbiditas tampaknya lebih valid dalam mengukur hidup sehat. Meskipun demikian, karena keterbatasan data dan hanya sedikit negara yang memiliki data morbiditas yang dapat dipercaya maka variabel tersebut tidak digunakan untuk tujuan perbandingan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Kata melek huruf dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis huruf latin/lainnya pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain atau dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca tulis (BPS, 2015). Angka melek huruf adalah tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. Indikator melek huruf dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf. Indikator pendidikan yang merepresentasikan dimensi pengetahuan dalam APM adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator ini dapat dimaknai sebagai ukuran kualitas sumber daya manusia. Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang digunakan Analisis Pembangunan Manusia

17 oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Penghitungan indikator rata-rata lama sekolah dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung. Langkah pertama adalah memberikan bobot variabel ijazah/sttb tertinggi yang dimiliki sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2. Langkah selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai bobotnya. Secara sederhana prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: MYS 10 fi i 1 10 i 1 * fi LSi Dimana : MYS : rata-rata lama sekolah (dalam tahun) fi : frekuensi penduduk yang berumur 10 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan i. Si LSi LSi LSi i. : skor masing-masing jenjang pendidikan : 0 (bila tidak/belum pernah sekolah) : Si (bila tamat) : Si + kelas yang diduduki 1 (bila masih bersekolah dan pernah tamat) LSi yang : kelas yang diduduki 1 (bila jenjang Analisis Pembangunan Manusia

18 diduduki SD/SR/MI/Sederajat) i : jenjang pendidikan (1,2,3,..,10): Tabel 2.2. Menghitung Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Jenjang Pendidikan Skor (1) (2) Tidakpunya 0 SD/MI/Sederajat 6 SLTP/MTs/Sederajat/Kejuruan 9 SMU/MA/Sederajat/Kejuruan 12 Diploma I/II 14 Diploma III/Sarjana Muda 15 Diploma IV/S1 16 S2 18 S3 21 Kemampuan membaca dan menulis penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan seseorang untuk dapat mencapai tujuan hidupnya, dimana hal ini berkaitan langsung dengan bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan berpartisipasi dalam pembangunan Purchasing Power Parity (PPP) Komponen standar hidup layak atau dikenal juga sebagai Purchasing Power Parity (PPP) yang digunakan dalam laporan ini Analisis Pembangunan Manusia

19 adalah hasil survey menggunakan konsumsi riil perkapita dari hasi modul konsumsi disesuiakan dengan indeks PPP. Dengan menggunakan PDRB riil perkapita ini berarti mengasumsikan bahwa hasil dari PDRB daerah dapat dinikmati oleh sebagian besar penduduk wilayah ini. Formula Atkinson yang digunakanuntukpenyesuaian rata-rata konsumsi riil, yang dianggap kemampuan daya beli (U), secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : U(y) = y jika y y = y + 2(y-y ) (1/2) jika y < y 2y = y + 2(y-y ) (1/2) + 3(y-2y ) (1/3) jika 2y < y 3y = y + 2(y-y ) (1/2) + 3(y-2y ) (1/3) + 4(y-3y ) (1/4) jika 3y < y 4y dst. Dimana: y = PDRB riil per kapita y = threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (Garis Kemiskinan) yang dalam laporan ini nilai y ditetapkan sebesar Rp per kapita setahun Sumber Data Sumber data utama yang digunakan adalah data survei modul konsumsi sebagai mana yang digunakan pada sosial ekonomi nasional dan sebagai penunjang data survei penduduk antar sensus (SUPAS), dan indeks harga konsumen (IHK). Data Analisis Pembangunan Manusia

20 SKPD terkait merupakan sumber data sekaligus membantu verifikasi data yang digunakan untuk menghitung dua indikator pembentuk indeks pembangunan manusia yaitu angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Demikian pula dengan angka harapan hidup (e 0) dihitung menggunakan data yang dikoreksi. Sedangkan indikator daya beli atau PPP (purchasing Power Parity) dihitung menggunakan hasil survey dengan menggunakan modul konsumsi yang didasarkan pada 27 komoditi. Untuk mendapatkan pengeluaran per kapita riil digunakan indeks harga konsumen sebagai deflator. Analisis Pembangunan Manusia

21 BAB III KONDISI WILAYAH 3.1. Geografis Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak Lintang Selatan dan Bujur Timur. Jarak dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar sekitar 120 kilometer ke arah selatan. Letak kabupaten ini berbatasan ; di utara dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba, di timur dengan Bulukumba, Selatan dengan Laut Flores, dan barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto. Ketinggian antara M dari permukaan laut merupakan wilayah yang terluas atau 29,6 persen dari luas wilayah seluruhnya, dan terkecil adalah wilayah dengan ketinggian dari permukaan laut 0-25 m atau hanya 10,3 persen dari luas wilayah. Luas wilayah daratan secara administrasi sekitar 398,70 Kilometer persegi terdiri dari 82 persen adalah lahan kering dan sisanya adalah lahan sawah. Keadaan jenis tanah sebagai besar berkategori tanah mediteran coklat dan kemerahan, yang cocok untuk lahan perkebunan dan lahan tanaman pangan Keadaan Iklim Berdasarkan hasil pemantauan 10 hari perbulan di tahun 2015 terjadi hujan dengan curah hujan rata-rata 21 mm. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Bantaeng merupakan desa bukan pesisir yaitu sebanyak 51 desa. Hanya 16 desa yang terletak di daerah pesisir. Desa bukan pesisir ada yang terletak pada daerah Analisis Pembangunan Manusia

22 aliran sungai, lereng bukit dan juga ada yang terletak pada dataran Penduduk Jumlah penduduk periode lima tahun terakhir memperlihatkan adanya kecendurungan peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 0.78 persen. Hal ini dapat di lihat pada hasil perthitungan pertumbuhan penduduk mulai tahun Tabel 3.1 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BANTAENG , , , , Grafik akumalasi penyebaran penduduk dari 8 kecamatan, 46 desa dan 21 kelurahan; dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi sekitar 463 jiwa dan menunjukan adanya peningkatan kepadatan penduduk, sedangkan kecamatan yang jumlah penduduk terpadat adalah Kecamatan Bissapu dan Bantaeng Perekonomian Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (atas dasar harga berlaku) yang berhasil diperoleh pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga berlaku ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan kondisi perekonomian yang Analisis Pembangunan Manusia

23 pada kenyataannya sangatlah dinamis dan cendrung mengikuti kondisi perekonomian local, regional dan internasional. Adapun gambaran perkembangan perekonomian Kab. Bantaeng sebagaimana pada Tabel 3.2. berikut ini. Tabel 3.2. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rupiah) Kabupaten Bantaeng tahun NO. TAHUN PDRB ,193, ,310, ,964, ,083, ,563,901 Dari table tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Bantaeng. Pada dua tahun terakhir, sejak tahun 2014 mengalami peningkatan sekitar dua juta rupiah setiap tahunnya. Hal tersebut berarti bahwa terjadi peningkatan kualitas ekonomi masyarakat secara signifikan setiap tahunnya. Analisis Pembangunan Manusia

24 BAB IV KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA 4.1. Posisi Pembangunan Manusia IPM merupakan salah satu indikator yang digunakan sebagai ukuran kebijakan dan upaya yang dilakukan dalam kerangka pembangunan manusia khususnya pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) serta partisipasi dalam pembangunan. Namun indeks ini hanya akan memberikan gambaran perbandingan antar waktu dan perbandingan antar wilayah. Sebelum pembahasan mengenai perbandingan IPM antar waktu, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai keadaan dari masing-masing indikator (komponen) pembentuk IPM. Komponen - komponen tersebut adalah indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli Bidang Kesehatan Indeks Kesehatan diwakili dengan Angka Harapan Hidup (e o) yang dijadikan gambaran kualitas pembangunan manusia dibidang kesehatan. Pada tahun 2014 indeks kesehatan sebesar 76.43% kemudian bergerak naik menjadi sebesar 76.57% pada tahun Perubahan indeks kesehatan yang relatif kecil tetapi kenyataannya menunjukkan nilai yang besar terhadap perubahan kondisi kesehatan masyarakat. Angka ini juga sekaligus menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat telah berubah ke arah yang lebih baik dari tahun ke tahun sekaligus Analisis Pembangunan Manusia

25 menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Selain itu pembangunan kesehatan baik yang dilakukan masyarakat, pemerintah maupun swasta telah menampakkan wujud nyata sebagai masyarakat yang memahami pentingnya arti kesehatan. Hal tersebut tentunya ditunjang oleh berbagai program kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan didukung dengan baik oleh seluruh komponen masyarakat, diantaranya gratis program pelayanan kesehatan. Kenaikan indeks kesehatan tersebut tentunya secara langsung berkonstribusi terhadap kenaikan IPM Kabupaten Bantaeng. Angka Harapan Hidup (AHH) masyarakat untuk tahun sebesar dan pada tahun 2015 terjadi sedikit peningkatan (AHH) hal tersebut sekaligus menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik Bidang Pendidikan Indeks Pendidikan yang sekaligus menunjukkan kualitas pendidikan manusia di Kabupaten Bantaeng diwakili dengan dua indikator pendidikan yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah. Pada umumnya Indeks Pendidikan di kabupaten/ kota lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan walaupun dengan nilai yang variatif. Harapan Lama Sekolah (HLS) di Kabupaten Bantaeng meningkat sebesar pada tahun 2014 menjadi pada tahun Dengan demikian terjadi kenaikan jumlah masyarakat yang mampu membaca atau tidak buta aksara. Analisis Pembangunan Manusia

26 Peningkatan Indeks Pendidikan dimana tahun 2014 sebesar 52.42% meningkat menjadi 52.97% pada tahun 2015 yang diwaliki dengan dua komponen tersebut, sekaligus menunjukkan terjadinya peningkatan dan perubahan yang cukup dinamis dalam upaya peningkatan kualitas pembangunan sumberdaya manusia di Kabupaten Bantaeng. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata -Rata Lama Sekolah (RLS) tersebut. Walaupun demikian angka tersebut tidaklah permanen dan setiap saat bisa berubah. Hal tersebut berarti pula bahwa kesadaran masyarakat untuk belajar secara partisipatif merupakan hal utama dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia Bidang Daya Beli Parietas daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar yang digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli. Dengan demikian kemampuan daya beli masyarakat antar satu wilayah dengan wilayah lainnya berbeda. Perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah masih belum bisa dibandingkan, untuk itu perlu dibuat standarisasi. Kemampuan daya beli/standar hidup layak atau Komponen PPP (Puschasing Power Parity) dalam laporan ini diolah berdasarkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga. Daya beli penduduk Kabupaten Bantaeng pada tahun 2014 sebesar (juta rupiah) meningkat menjadi sebesar (juta rupiah) pada tahun Analisis Pembangunan Manusia

27 Peningkatan ini dengan sendirinya menunjukkan perekonomian Kabupaten Bantaeng yang semakin membaik walaupun dengan peningkatan yang masih relatif rendah. Hal tersebut tentunya sangat ditunjang dengan peningkatan pembangunan ekonomi kerakyatan yang digalakkan oleh pemerintah daerah Indeks Pembangunan Manusia Perbandingan indikator (komponen IPM yang diuraikan pada sub bab sebelumnya) merupakan tinjauan parsial, artinya tingkat keberhasilan pembangunan baru diukur dari masing-masing komponen. Sementara untuk mengetahui nilai akumulatifnya, maka menggunakan indikator IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang merupakan penilaian kinerja pembangunan manusia secara keseluruhan dari tingkat pencapaian pembangunan manusia. Indikator ini juga secara mudah dapat memberikan posisi kinerja pembangunan ( output pembangunan) yang dicapai oleh suatu daerah. Atau dengan kata lain, semakin tinggi nilai IPM suatu daerah atau negara, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja pembangunan di wilayah tersebut. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bantaeng pada tahun 2014 sebesar 65.77% dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 66.20% Nilai tersebut menunjukkan peningkatan. Berdasarkan kriteria UNDP nilai IPM kurang dari 51 digolongkan sebagai IPM sedang, nilai IPM antara 51 sampai dengan 79 (51-79) digolongkan sebagai IPM menengah dan nilai IPM di atas 79 (> 79) digolongkan tinggi. Dengan demikian sesuai dengan kriteria tersebut, IPM Kabupaten Bantaeng tergolong IPM menengah, baik IPM pada tahun 2014 maupun IPM pada tahun Tentu Analisis Pembangunan Manusia

28 tidaklah mudah untuk mendapatkan kategori tinggi di tengah kondisi masyarakat Bantaeng yang secara keseluruhan masih dalam tahap peningkatan kapasitas sumberdaya dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Daerah yang memiliki IPM menengah terdapat pada kuadran I. Posisi nilai IPM yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu yang berada pada kuadrant III. Kabupaten yang berada pada kuadrant ini berarti secara konsisten dalam periode kinerja pembangunannya dapat dikatakan tergolong sedang, walaupun terjadi peningkatan yang cukup pesat dan signifikan pada beberapa sektor, terutama sektor perekonomin. Hal tersebut berarti bahwa masih perlu dilakukan akselerasi melalui program-program strategis yang bermanfaat langsung bagi kehidupan masyarakat. Analisis Pembangunan Manusia

29 BAB V K E S E H A T A N Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar terjadi peningkatan kualitas kesehatan semua lapisan masyarakat dengan cara kemudahan dan kemurahan pelayanan kesehatan dan merata pada semua lapisan masyarakat. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan yang baik. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain dengan memberikan penyuluhan agar keluarga membiasakan diri untuk hidup sehat dan menyediakan beberapa fasilitas kesehatan sampai ke daerah-daerah terpencil Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Salah satu cara untuk menilai tingkat keberhasilan program pembangunan kesehatan yang telah terlaksana adalah melihat perkembangan angka kematian setiap tahunnya. Tingkat kematian secara umum erat hubungannya dengan tingkat kesakitan yang biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian. Proses penyebab kematian antara lain secara langsung dan tidak langsung, namun sebenarnya yang terjadi adalah akumulasi proses interaksi dari berbagai faktor yang secara sendiri ataupun bersama mempengaruhi terhadap tingkat kematian dalam masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Analisis Pembangunan Manusia

30 Tabel 5.1. BANYAKNYA ANAK LAHIR MATI MENURUT KECAMATAN 2015 Kecamatan District Kelahiran Birth Mati Dead Bissappu 1 Uluere - Sinoa 1 Bantaeng 4 Eremerasa 2 Tompobulu 3 Pajukukang 9 Gantarangkeke - Jumlah Total 20 Adanya penurunan angka kematian bayi merupakan salah satu indikasi terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun demikian, mengingat angkanya yang masih relatif tinggi, sehingga diperlukan upaya-upaya khusus dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Analisis Pembangunan Manusia

31 Tabel.5.2. BANYAKNYA ANAK LAHIR HIDUP MENURUT KECAMATAN 2015 Kecamatan District Kelahiran Birth Hidup Life Bissappu 605 Uluere 208 Sinoa 227 Bantaeng 672 Eremerasa 469 Tompobulu 272 Pajukukang 849 Gantarangkeke 233 Jumlah Total Sementara itu, masih terdapat beberapa variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap AHH/e0. Semakin tingginya persentase balita yang ditolong kelahirannya oleh tenaga medis akan semakin tinggi kemungkinan kelangsungan hidupnya. Perkiraan hubungan tersebut dapat menyimpang jika pertolongan tenaga medis digunakan untuk proses kelahiran yang abnormal dan dengan penanganan yang sudah terlambat. Untuk itu keberadaan pelayan kesehatan merupakan faktor penting terjadinya keselamatan dalam penanganan kelahiran. Analisis Pembangunan Manusia

32 5.2. Pemerataan Pelayanan Kesehatan Fasilitas dan tenaga kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya peningkatan dan penanggulangan kesehatan masyarakat. Fasilitas yang tersedia tanpa didukung dengan tenaga yang mengerti di bidangnya tentunya akan kurang bermakna, begitu juga sebaliknya tenaga yang tersedia tanpa fasilitas yang memadai akan mendapatkan hasil yang kurang optimal. Peningkatan peran masyarakat : Posyandu, Polindes, POD (Pos Obat Desa) BKM (Bina Keluarga Balita ) dan lain lain. Kecamatan District Tabel 5.3. BANYAKNYA FASILITAS KESEHATAN MENURUT KECAMATAN 2015 Rumah Sakit Hospita l Rumah Bersalin Swasta Puskes mas/ Pustu/ Pusling Posyandu Integrated Service Klinik/ Balai Kesehatan Praktek Dokter/ Bidan Apotik Dispensary (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Bissappu Uluere Sinoa Bantaeng Eremerasa Tompobulu Pajukukang Gantarangkeke Jumlah Total Analisis Pembangunan Manusia

33 Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat disamping telah tersedianya 1 buah Rumah Sakit Umum yang berada di Ibu Kota Kabupaten Bantaeng yang dibantu dengan 13 puskesmas/puskesmas pembantu, 237 posyandu, 6 klinik/balai kesehatan, praktek dokter 92 dan 15 apotik yang tersebar di 8 kecamatan. Guna menjangkau semua penduduk dalam wilayah kerja masingmasing rasanya agak sulit dilakukan oleh Puskesmas, apalagi mengingat beberapa wilayah mempunyai kondisi geografis yang cukup sulit. Oleh sebab itu harus ditunjang dengan fasilitas layanan kesehatan lainnya yang setingkat dibawahnya yang disebut puskesmas pembantu (Pustu) dan puskesmas keliling (Puskel). TABEL 5.4 BANYAKNYA TENAGA KESEHATAN/MEDIS MENURUT KECAMATAN 2015 UNIT KERJA DOKTER DOKTER DOKTER SPESIALIS UMUM GIGI PUSKESMAS/ PUBLIC HEALTH CENTER RUMAH SAKIT/ HOSPITAL JUMLAH/ TOTAL Analisis Pembangunan Manusia

34 Kecamatan Tenaga Medis Apoteker Bidan Perawat Tenaga District Medical Pharmacist Midwife Nurse Kesehatan Personal Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) Bissappu Uluere Sinoa Bantaeng Eremerasa Tompobulu Pajukukang Gantarangkeke Jumlah Total Pada tahun 2015 tenaga kesehatan di Kabupaten Bantaeng terdiri dari 11 Dokter Spesialis, 28 dokter umum, 16 dokter gigi, 22 apoteker, 228 tenaga perawat, Tenaga Kebidanan 106. Kesemuanya bekerja pada sarana pelayanan kesehatan yang tersebar di Kabupaten Bantaeng ( sumber : BPS Profil Kabupaten Bantaeng 2016) 5.3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Keberhasilan penanganan kesehatan sekaligus merupakan langkah dalam upaya pencapaian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap insan oleh sebab itu kesehatan mestinya tercermin dari kegiatan tersebut. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan diarahkan melalui 3 kegiatan yaitu; Kepemimpinan adalah melakukan intervensi kepemimpinan yang Analisis Pembangunan Manusia

35 berwawasan kesehatan untuk semua, Pengorganisasian, yaitu melakukan intervensi dibidang kesehatan pada setiap kelompok masyarakat sehingga muncul Usaha Kesehatan Bersama Masyarakat (UKBM), Pendanaan; yaitu mengembangkan sumber dana yang ada untuk membiayai beberapa kegiatan di bidang kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat secara kasar dapat dilihat dengan melihat keberadaan jenis UKBM misalnya Posyandu, Polindes, POD (Pos Obat Desa) BKM (Bina Keluarga Balita ) dan lain lain. Namun karena keterbatasan data pada tulisan ini hanya dapat disampaikan keberadaan posyandu. Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh, sehingga dihitung Angka Harapan Hidup (AHH). Dari hasil pengolahan data, diketahui bahwa (AHH) Kabupaten Bantaeng pada 2014 sebesar dan tahun 2015 sebesar Besar kecilnya AHH dipengaruhi oleh banyaknya variabel yang bersifat endogen (kondisi bawaan) maupun eksogen (pengaruh dari luar). Variabel eksogen sangat luas cakupannya, meliputi input makanan, upaya kesehatan dan kondisi lingkungan yang juga dipengaruhi oleh variabel lainnya. Pengaruh variabel-variabel tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, dapat seketika maupun dengan tenggang waktu (time lag) tertentu. Pengaruh variabel tersebut bekerja secara tersendiri maupun bersinergi dengan variabel lain. Analisis Pembangunan Manusia

36 BAB VI P E N D I D I K A N Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, terutama dalam konteks pembangunan sumberdaya manusia. Pendidikan merupakan hak asasi manusia dan hak setiap warga negara untuk dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran, Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, gender dan lokasi geografis. Hal tersebut tentunya semakin meyakinkan bahwa sektor tersebut perlu mendapatkan porsi yang tepat guna meningkatkan kapasitasna dalam mengelola sumberdaya UUD 1945 Pasal 31 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Demikian pula dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) pasal 5, ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, dan pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (SD/sederajat dan SMP/sederajat). Isu mendasar di bidang pendidikan sesuai inpres No.5 Tahun 2006 adalah penuntasan wajib belajar dan pemberantasan buta aksara. Kedua isu ini tercantum dalam Rencana Pembangunan Analisis Pembangunan Manusia

37 Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP-D). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) disebutkan dalam sasaran pembangunan bidang pendidikan ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan, hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah penduduk buta huruf, meningkatnya persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan pendidikan lanjutan dan berkembangnya pendidikan kejuruan yang ditandai oleh meningkatnya jumlah tenaga terampil. Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan dan sekaligus sebagai investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan pembangunan. Pemerataan, akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana pendidkan merupakan kebutuhan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Ketersediaan fasilitas pendidikan sangat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar merupakan dua hal yang sangat berperan penting terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu hal yang selama ini masih menjadi kendala adalah Analisis Pembangunan Manusia

38 kelangkaan jumlah guru pada daerah terpencil. Isu yang sering terdengar, banyaknya tenaga pendidik yang enggan ditempatkan pada daerah terpencil, hal ini mengakibatkan menumpuknya jumlah guru di daerah perkotaan. Tabel 6.1. Jumlah Murid Dan Guru Kab. Bantaeng 2015 TINGKAT PENDIDIKAN SEKOLAH MURID GURU RASIO MURID - GURU SD ,154 2,388 9 MADRASAH IBTIDAYAH (MI) 21 1, SMP 33 6, MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) 33 3, SMA 8 3, MADRASAH ALIYAH (MA) 17 2, Sebaran tenaga pendidik di daerah dapat dilihat dengan perbandingan antara jumlah murid dan guru dengan tingkat pendidikan. Semakin kecilnya rasionya, maka beban guru semakin kecil pula. Rata-rata banyaknya murid bersekolah setiap tingkat pendidikan dapat diketahui dengan membandingkan jumlah murid terhadap sekolah. Salah satu kegunaannya adalah untuk melihat apakah sudah waktunya pemerintah atau pihak swasta membangun sekolah baru pada suatu tempat. Analisis Pembangunan Manusia

39 Rasio murid terhadap guru di Kabupaten Bantaeng pada kurun waktu relatif stabil. Perubahan yang terjadi tidak signifikan. Jika diperhatikan dari tingkat pendidikan SD maka rasio murid terhadap guru artinya dari 9 murid harus ditangani oleh seorang guru ketika mengajar. Begitupun rasio murid terhadap guru SLTP dari 10 siswa harus ditangani oleh seorang guru ketika mengajar selanjutnya rasio murid terhadap guru SMA artinya dari 12 murid harus ditangani oleh seorang guru ketika mengajar Harapan Lama Sekolah (HLS) Harapan Lama Sekolah ( HLS) pada periode 2014 dan 2015 mengalami perubahan yaitu sebesar pada tahun 2014 dan sebesar pada tahun Peningkatan yang tidak sangat pesat tersebut sekaligus menunjukkan bahwa upaya peningkatan kemampuan membaca bagi masyarakat telah menunjukkan peningkatan yang sangat berarti yang tentunya bermanfaat bagi ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas Rata Rata Lama Sekolah (RLS) Gerakan wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan oleh pemerintah sejak beberapa tahun yang lalu merupakan kebijakan umum yang diharapkan mampu meningkatan kualitas sumberdaya manusia. Analisis Pembangunan Manusia

40 Sehingga rata-rata lamanya sekolah merupakan indikator yang dapat memberikan informasi tentang sejauh mana capaian wajib belajar yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk. Rata-rata lamanya sekolah penduduk untuk tahun 2015 dan 2014 tidak perjadi perubahan dimana berkisar 6.16 rata-rata lama sekolah. Jika dibandingkan dengan 24 kabupaten/kota maka pada tahun 2015 rata-rata lamanya sekolah angkanya sudah relatif tinggi. Walaupun demikian, kesadaran masyarakat di bidang pendidikan termasuk lama sekolah masih perlu ditingkatkan Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Angka partisipasi sekolah merupakan daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama penduduk usia muda. Angka partisipasi sekolah merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi angka partisipasi sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun meningkatnya angka partisipasi sekolah tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka Analisis Pembangunan Manusia

41 kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Tabel 6.2 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partispasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan 2015 JENJANG APM (%) APK (%) SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK Analisis Pembangunan Manusia

42 BAB VII PARIETAS DAYA BELI Berbagai langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bantaeng dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan dan upaya pembangunan yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan khususnya pada lima tahun terakhir, hal tersebut dapat dilihat dari tahun ketahun yang terus meningkat di Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Kabupaten Bantaeng pada tahun 2015 dimana nilai PDRB atas harga berlaku telah mencapai ,- (juta rupiah). Jika dibandingkan PDRB pada tahun 2014 yang hanya sekitar ,- (juta rupiah). Data PDRB Kabupaten Bantaeng masih menunjukkan struktur perekonomiannya yang masih didominasi oleh sektor pertanian, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tahun 2015 sebesar 32.12% kemudian sektor konstruksi 16.75% dan selanjutnya pada sektor perdagangan sebesar 13.51%. TABEL 7.1. PDRB KAB. BANTAENG ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH) TAHUN KATEGORI URAIAN A PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 1,699, ,800,591.6 B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 145, ,903.5 C INDUSTRI PENGOLAHAN 233, ,637.6 D PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 3, ,329.9 Analisis Pembangunan Manusia

43 E PENGADAAN AIR, PENGOLAHAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG 3, ,873.0 F KONSTRUKSI 858, ,854,8 G H I J K PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM INFORMASI DAN KOMUNIKASI JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 641, , , , , , , , , ,811.1 L REAL ESTATE 251, ,992.7 M,N JASA PERUSAHAAN 8, ,360.1 O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL 323, , P JASA PENDIDIKAN 268, ,111.6 Q JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 122, ,326.3 R,S,T,U JASA LAINNYA 76, ,082.7 PDRB 4,964, ,604,991.7 PDRB TANPA MIGAS 4,964, ,604,991.7 Analisis Pembangunan Manusia

44 TABEL 7-2. PDRB KAB. BANTAENG ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (PERSENT) 2015 KATEGORI URAIAN % A PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.89 C INDUSTRI PENGOLAHAN 4.94 D PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 0.06 E PENGADAAN AIR, PENGOLAHAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG 0.07 F KONSTRUKSI G PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL & SEPEDA MOTOR H TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1.32 I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 0.91 J INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2.18 K JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 2.37 L REAL ESTATE 5.41 M,N JASA PERUSAHAAN 0.17 O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL 6.56 P JASA PENDIDIKAN 5.30 Q JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 2.81 R,S,T,U JASA LAINNYA 1.66 PDRB 100 Analisis Pembangunan Manusia

45 Penduduk yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian memberikan kontribusi yang paling besar dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng, sekaligus menunjukkan terjadi peningkatan kualitas ekonomi yang lebih baik. Hal tersebut selaras dengan hasil perhitungan Parietas Daya Beli Masyarakat berdasarkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga pertahunnya. Dimana daya beli masyarakat pada tahun 2014 untuk pengeluaran pertahunnya sebesar ,- rupiah terjadi peningkatan sebesar ,- pada tahun Berdasarkan data tersebut hal ini menunjukkan adanya peningkatan daya beli masyarakat setiap tahunnya. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah daerah bersinergi dengan swasta dan masyarakat ini menunjukkan semakin membaiknya perekonomian masyarakat selama ini. Keseriusan pemerintah daerah yang telah mendapat sambutan baik oleh masyarakat merupakan momentum yang sangat baik bagi pemerintah daerah dalam upaya melakukan akselerasi pembangunan. Hal ini berarti bahwa langkah pemerintah daerah untuk menjadikan Bantaeng sebagai pusat pembangunan ekonomi di bagian selatan Sulawesi Selatan menjadi terbuka. Analisis Pembangunan Manusia

46 BAB - VIII P E N U T U P 8.1. Kesimpulan a. Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit yang mengukur kualitas hidup manusia. Yang dibangun melalui pendekatan 4 (empat) dimensi, yaitu Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita. b. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bantaeng meningkat selama kurun waktu Dimana untuk tahun 2014 dari % meningkat menjadi % pada tahun Hal ini merupakan akibat naiknya indeks pendidikan dan indeks kesehatan serta indeks daya beli masyarakat. c. Indeks Kesehatan menunjukkan peningkatan dari 76.43% pada tahun 2014 meningkat menjadi 76.57% pada tahun 2015, dimana Angka Harapan Hidup (AHH) pada tahun 2014 berkisar tahun dan pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar tahun. d. Indeks Pendidikan mengalami peningkatan dari 52.42% pada tahun 2014 meningkat menjadi 52.97% untuk tahun 2015, dimana Harapan Lama Sekolah (HLS) tahun terjadi peningkatan dari Tahun menjadi Tahun Analisis Pembangunan Manusia

47 e. Indeks Daya Beli Masyarakat terjadi peningkatan dimana pada tahun 2014 sekitar 71.02% dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 71.53%. Adapun untuk Pengeluaran Perkapita Masyarakat dalam waktu 1 tahun dimana pada tahun 2014 sebesar juta meningkat menjadi juta untuk tahun Impilikasi Kebijakan 1. Usaha peningkatan kemampuan dasar sumber daya manusia dalam bidang kesehatan di antaranya melalui pemerataan pelayanan kesehatan, peningkatan status gizi terutama balita dan peningkatan peran serta masyarakat. a. Peningkatan Status Gizi - Peningkatan kualitas gizi makanan ibu hamil - Pemberian kapsul zat gizi terutama bagi ibu hamil dan balita. - Pemberian makanan tambahan untuk bumil dan balita lebih diintensifkan/diperluas. b. Pemerataan pelayanan kesehatan diantaranya melalui : - Peningakatan kualitas dan kuantitas tenaga medis dan paramedis - Penyediaan obat-obatan yang harganya terjangkau dan mudah didapatkan oleh masyarakat - Penambahan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan Analisis Pembangunan Manusia

48 c. Peningkatan peran serta masyarakat - Melakukan intervensi kesehatan pada setiap kelompok masyarakat sehingga muncul usaha kesehatan bersama masyarakat, - Melakukan intervensi kepemimpinan yang berwawasan kesehatan untuk semua, - Memanfaatkan sumber dana yang ada pada masyarakat untuk membiayai kegiatan bidang kesehatan. 2. Usaha Bidang Pendidikan melalui : a. Peningkatan angka melek huruf dengan upaya pemberantasan buta aksara melalui kejar paket A yang ditindaklanjuti dengan pembentukan kelompok pembaca dan penyediaan perpustakaan keliling. b. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Untuk anak usia sekolah yang sudah bekerja membantu perekonomian rumahtangga, hendaknya waktu bekerja diatur sedemikian rupa tanpa menggangu waktu belajar. c. Kemudahan akses pendidikan melalui penambahan jumlah SD, SLTP dan SLTA melalui program Satu Atap d. Peningkatan kapasitas pengelolaan program kejar Paket A,B dan C e. Selain pengembangan sistem pendidikan formal, maka kebijakan perlu pula ditujukan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan pendidikan non formal. Kebijakan ini ditujukan untuk kelompok penduduk yang karena Analisis Pembangunan Manusia

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1413.7371 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 2014 Katalog BPS : 1413.7371 Naskah/Editor : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Gambaran Kulit : Seksi Neraca Wilayah & Analisis

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PAREPARE TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PAREPARE TAHUN 2014 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PAREPARE TAHUN 2014 ISSN : Nomor Publikasi : 73720.1412 Katalog Publikasi : 4102002.7372 Ukuran buku : 21 x 15 cm Jumlah Halaman : 85 halaman Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA PAREPARE 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA PAREPARE 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA PAREPARE 2012 No. Publikasi : 7372.5.1103 Katalog BPS : 4102002.7372 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Penyunting Gambar Kulit Diterbitkan Oleh : 21 cm x 15 cm : 82 Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Jawa Tengah antara lain : 1. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur. 2. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Jawa Tengah antara lain : 1. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur. 2. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat 1 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5º 4 dan 8º 3 Lintang Selatan dan antara 108º 30 dan 111º 30

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI a. Potensi Unggulan Daerah Sebagian besar pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di Priangan Timur berada di Kota Tasikmalaya. Wilayah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 70 Naskah : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

Bupati Kepulauan Anambas

Bupati Kepulauan Anambas Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan negara-negara lain di Asia maupun di dunia. Dalam hal ini diperlukan perekonomian yang kuat dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,04 PERSEN Perekonomian NTT tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017 EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III- 2017 TUMBUH 6,49 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaran

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015 No. 13/0/33/Th.X, 5 Februari 016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 TUMBUH 5, PERSEN MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jawa Tengah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 No. 27/05/17/X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 4,99 PERSEN, MELAMBAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN I 2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 No. 30/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN TERUS MENGALAMI KEMAJUAN Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

Lebih terperinci