LAPORAN TETAP INSTRUMEN DAN PENGUKURAN KONDUKTOMETRI 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TETAP INSTRUMEN DAN PENGUKURAN KONDUKTOMETRI 1"

Transkripsi

1 L A P O R A N K O N D U K T O M E T R I senin, 05 oktober 2015 LAPORAN TETAP INSTRUMEN DAN PENGUKURAN KONDUKTOMETRI 1 Oleh: kelompok 2/2KC Astinesia Himatuliza NIM: Fallen Apriyeni NIM: M. Nabil NIM: Mardian NIM: Muhammad Farhan NIM: Pusta Aryani NIM: Wahyu Sisilia Deviana NIM: Instruktur : Ir. Sutini Pujiastuti Lestari M.T JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2014 KONDUKTOMETRI

2 I. TUJUAN PERCOBAAN Menentukan daya hantar listrik suatu larutan. II. ALAT YANG DIGUNAKAN Alat yang digunakan Konduktometer 660 Elektroda emmension cell dengan konstanta cell o,78 Magnetik stirrer Gelas kimia 250ml, 100ml 5 buah Pipet ukur 10ml Labu ukur 100ml 2 buah Pipet tetes Kaca arloji Corong Spatula Bahan yang digunakan KCl Larutan NaOH 0,1 N Larutan HCL 0,1 N III. DASAR TEORI Pengukuran konduktivitas dapat juga digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua cara dan tergantung pada frekuensi arus yang digunakan. Jika arus frekuensinya bertambah besar, maka kapasitas dan induktif akan semakin besar. Konduktometri merupakan salah satu metode analisis yang berdasarkan daya hantar larutan. Daya hantar ini bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Menurut hokum ohm arus (I) berbanding lurus dengan potensial listrik (E) yang digunakan, tetapi berbanding terbalik dengan tahanan listrik (R). I = E / R G = I / R Daya hantar (G) merupakan kebalikan dari tahan yang mempunyai satuan ohm atau Siemens (S), bila arus listrik dialirkan ke suatu larutan melalui luas bidang elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (I), maka: G = I / R = k x A / I Dimana:

3 A / I = tetapan sel K = daya hantar arus (konduktivitas) dengan satuan SI ohm cm-1 atau s cm-1 Prinsip kerja Prinsip kerja dari konduktometri ini adalah sel hantaran dicelupkan kedalam larutan ion positif dan negative yang ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan sinyal listrik berupa hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan oleh alat menjadi hantaran arus listrik. Daya Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance) Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif Pengukuran Daya Hantar Listrik Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan. 1. Sumber listrik Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei) melalui larutan merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda- elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses faradai. Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka pengukuran konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC. 2. Tahanan Jembatan Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk pengukuran daya hantar. 3. Sel Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda.

4 IV. PROSEDUR KERJA 4.1 Kalibrasi konduktometer Memasang sel konduktometer pada socket cond cell dengan socket berwarna hitam. Memasang resistance thermometer pt-100 pada socket warna merah. Menghidupkan alat konduktometer. Mengecek harga konstanta cell pada elektroda emmension cell, memasukkan harga 1,00 pada cell const dan tekan tombol x1 Memasukkan harga temperature pada temp dengan menekan tombol temp. Memasukkan harga koef temp, untuk larutan KCl 1,95, sedangkan untuk yang lain dapat dilihat dari tabel, jika tidak ada dalam tabel masukkan harga 2. Menggunakan frekuensi 2 KHz (tombol tidak ditekan) Mengisi gelas kimia 50ml dengan KCl 1 N dan memasukkan elektroda ke dalamnya. Mengatur temperatur larutan sesuai dengan tabel atau menakan tombol temp. Memasukkan harga K pada suhu laruutan untuk menghitung konstanta cell (K) K = K tabel pada temp T / (K) pengukuran Mengkalibrasi telah selesai dan dicatat harga konduktivitas harga larutan KCl 1 N. Menentukan konduktivitas larutan KCl 0,1 N, 0,05 N (sesuai instruksi) dan membandingkan perhitungan konduktivitas secara teoritis dan menghitung persen kesalahan. Tabel Harga o untuk Anion dan Kation Kation o (S.cm 2.mol -1 ) Anion o (S.cm 2.mol -1 ) H + Na + K + NH4 349,8 50,1 73,5 73,5 OH - Cl - I - CH3COO - C2O4 2- HCO3 198,3 76,3 76,8 40,9 74,2 44,5 Tabel Harga K untuk penentuan Tetapan sel T (C 0 ) Ktabel (ms/cm) T (C 0 ) Ktabel (ms/cm) ,15 9,33 10,48 11, ,64 12,88 13,13 13,37

5 ,91 12,15 12, ,62 13,87 14,12 Zat C (mol/liter) X 25 0 C (ms/cm) KNO3 0,001 0,01 0,1 0,142 1,33 12,0 HCl 0,001 0,01 0,1 1 LiCl 0,001 0,01 0,1 1 NH4Cl 0,001 0,01 1 NaOH 0,001 0,1 0,421 0,13 39,1 332,0 0,112 1,070 9,59 7,3 1,43 12,9 111, ,1 Rumus mencari konduktivitas teoritis L ion + = o ion +. konsentrasi. 1L/1000 cm 3 L ion - = o ion -. konsentrasi. 1L/1000 cm 3 1 larutan = L ion + + L ion - V. DATA PENGAMATAN Nama Zat C (mol/l) L kond (ms/cm) KCl HCl NaOH 0,1 0,1 0,1 16,47 13,52 20,00 T KCl = 25 0 C K pada tabel (25 0 C) = 12,88 ms/cm K pada pengukuran = 16,47 ms/cm

6 K = K tabel = 12,88 ms/cm = 0,782 K pengukuran 16,47 ms/cm VI. PERHITUNGAN 6.1 Pengenceran larutan HCl 2M menjadi 0,1M 100 ml M1 x V1 = M2 x V2 2M x V1 = 0,1M x 100mL V1 = 5 ml 6.2 Pembuatan larutan NaOH 0,1M 100 ml gr = M x V x BM = 0,1 mmol/ml x 100 ml x 40 mg/mmol = 400 mg = 0,4 gram 6.3 Pembuatan larutan KCl 0,1 100 ml gr = M x V x BM = 0,1 mmol/ml x 100 ml x 74,55 mg/mmol = 745,5 mg = 0,7455 gram 6.4 Menghitung konsentrasi larutan NaOH M = gr = 0,4185 gram = 0,1046 M V x BM 0,1 L x 40 gr/mol 6.5 Menghitung konsentrasi larutan KCl M = gr = 0,7477 gram = 0,1003 M V x BM 0,1 L x 74,55 gr/mol 6.6 Konduktivitas KCl 0,1003 M Hasil Praktik = 16,47 ms/cm Menurut tabel x : y = a : b 0,1 : 0,1046 = 22,1 : b b = 0,1046 x 22,1 = 23,12 ms/cm

7 0,1 Menurut teoritis o K + o Cl - L K + L Cl - = 73,5 S cm 2 /mol = 76,3 S cm 2 /mol = o. C 1000 = 73,5 S cm 2 /mol x 0,1003 mol/l = 7, S cm -1 = 7,37 ms/cm = o. konsentrasi 1000 = 76,3 S cm 2 /mol x 0,1003 mol/l = 7, S cm -1 = 7,65 ms/cm L KCl = L K + + L Cl - = 7,37 + 7,65 = 15,02 ms/cm % Kesalahan prakrik terhadap data tabel 1000 cm 3 /L 1000 cm 3 /L % Kesalahan = L tabel - L praktik x 100 L tabel 22,16 = 25,68 % = 22,16-16,47 x 100 % Kesalahan prakrik terhadap teori

8 % Kesalahan = L tabel - L praktik x 100 L tabel = 15,02-16,47 x ,05 = 9,65 % 6.7 Konduktivitas HCl 0,1 M Menurut tabel = 39,1 ms/cm Menurut praktik = 13,52 ms/cm Konduktivitas teori o H + o Cl - L K + L Cl - = 349,8 S cm 2 /mol = 76,3 S cm 2 /mol = o. konsentrasi HCl 1000 = 349,8 S cm 2 /mol x 0,1 mol/l 1000 cm 3 /L = 3, S cm -1 = 34,98 ms/cm = o. konsentrasi 1000 = 76,3 S cm 2 /mol x 0,1003 mol/l 1000 cm 3 /L = 7, S cm -1 = 7,63 ms/cm L KCl = L K + + L Cl - = 34,98 + 7,63 = 42,61 ms/cm % Kesalahan prakrik terhadap data tabel % Kesalahan = L tabel - L praktik x 100 L tabel

9 = 39,1-13,52 x ,1 = 65,42 % % Kesalahan prakrik terhadap teori % Kesalahan = L tabel - L praktik x 100 L tabel 13,52 = 68,27 % = 42,61-13,52 x Konduktivitas NaOH 0,1 M Menurut tabel = 22,1 ms/cm Konduktivitas NaOH 0,1046 M Menurut tabel x : y = a : b 0,1 : 0,1046 = 22,1 : b b = 0,1046 x 22,1 = 23,12 ms/cm 0,1 Menurut teoritis o Na + o OH - L Na + = 50,1 S cm 2 /mol = 198,3 S cm 2 /mol = o. konsentrasi NaOH 1000 = 50,1 S cm 2 /mol x 0,1046 mol/l

10 = 5, S cm -1 = 5,24 ms/cm L OH - = o. konsentrasi 1000 = 198,3 S cm 2 /mol x 0,1046 mol/l = 2, S cm -1 = 20,7 ms/cm L NaOH = L Na + + L OH - = 5,24+ 20,7 = 25,94 ms/cm % Kesalahan prakrik terhadap data tabel 1000 cm 3 /L 1000 cm 3 /L % Kesalahan = L tabel - L praktik x 100 L tabel = 23,12-20 x ,12 = 13,49 % % Kesalahan prakrik terhadap teori % Kesalahan = L tabel - L praktik x 100 L tabel 25,94 = 22,90 % = 25,94-20 x 100

11 VII. ANALISA PERCOBAAN Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa, setelah membuat larutan KCl 0,1M, HCl 0,1M dan NaOH 0,1M yang akan diukur konduktivitasnya. Pengukuran konduktivitas tersebut digunakna untuk mengkalibrasi alat. Berdasarkan hasil pengukuran didapat hasil bahwa alat yang dikalibrasi masih dalam keadaan baik. Hal ini diketahui dari nilai konstanta sel yang nilainya mendekati nilai yang ada di tabel refernsi. Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa asam kuat dan basa kuat memiliki nilai konduktivitas yang lebih besar dibandingkan asam lemah dan basa lemah kerena pada umumnya larutan asam dan basa sangat elektrolit. Umumnya keelktrolitan suatu larutan berkurang dari waktu ke waktu, sehingga kertika suatu larutan diukur konduktivitasnya pada waktu yang berbeda maka nilainya pun berbeda pula. Daya hantar suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. VIII. KESIMPULAN 1. Semakin tinggi keelektrolitan suatu larutan maka nilai konduktivitasnya semakin tinggi. 2. Nilai konstanta sel adalah 0, Nilai konduktivitas Secara praktikum L KCl = 16,97 ms/cm L HCl = 13,52 ms/cm L NaOH = 20 ms/cm Secara teoritis L KCl = 15,02 ms/cm L HCl = 42,61 ms/cm L NaOH = 25,94 ms/cm 4. % Kesalahan Secara praktikum KCl = 25,68 % HCl = 65,42%

12 NaOH = 13,49% Secara teoitis KCl = 9,65 % HCl = 68,27% NaOH = 22,90% DAFTAR PUSTAKA Tim lab Instrumen danpengukuran Penuntun Praktikum Intrumen dan Pengukuran. Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang. Tim Penyusun Modul Instrumen dan Teknik Pengukuran Instrumen dan Teknik Pengukuran. Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang.

13 LAPORAN PRAKTIKUN KROMOTOGRAFI GAS (GC) I. TUJUAN - Dapat menjelaskan prinsip kromatografi gas. - Dapat menganalisa sample yang sederhana de... Makalah Kebakaran NAMA : MURNI NIM : KELAS : I... MAKALAH PENGOLAHAN AIR BERSIH BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Man... Contoh Pembahasan Laporan Pada percobaan ini dikaji tentang penerapan hukum distribusi, dimana iodium yang digunakan dilarutkan dalam dua pelarut berbeda yang tak c... KONDUKTOMETRI A. TUJUAN PERCOBAAN Menjelaskan prinsip konduktometri Melakukan titrasi konduktometri Mencari hantaran... Contoh Laporan Praktikum Destilasi Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempraktekkan operasi distilasi kukus untuk pengambilan miny... Pemisahan Campuran Dengan Metode Evaporasi Jika garam dicampur dengan air akan terbentuk larutan, larutan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan metode filtrasi maupun sentrifug... LAPORAN HUKUM KEKEKALAN MASSA HUKUM KEKEKALAN MASSA I. TUJUAN Setelah saya melakukan percobaan, saya dapat menentukan... Laporan Laju reaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sekarang ini banyak reaksi yang kita lakukan baik sadar maupun tidak sa... PEMBAHASAN LAPORAN REAKSI HIDROGEN PEROKSIDA DENGAN ASAM IODIDA I. PEMBAHASAN Mencari Kesetaraan ml H2O2 dengan Na 2 S 2 O 3 Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi d... Friday, 26 October 2012

14 KONDUKTOMETRI A. TUJUAN PERCOBAAN Menjelaskan prinsip konduktometri Melakukan titrasi konduktometri Mencari hantaran (konduktivitas) dari beberapa konsentrasi larutan B. PERINCIAN KERJA Kalibrasi konduktometri Titrasi asam-basa Hubungan antara konduktivitas dengan konsentrasi C. ALAT YANG DIGUNAKAN Konduktometer 660 dan Dosimat 665 Elektroda immersion cell dengan K= 0,77 cm -1 Resisten thermometer Pt-100 Gelas kimia 50 ml, 100 ml, 250 ml Pipet ukur 10 ml, 5 ml Pipet volume 10 ml, 5 ml Labu takar 50 ml Labu semprot dan Bola isap D. BAHAN YANG DIGUNAKAN KCl (khusus untuk immersion cell) NaOH 1M dan 0,1N

15 HCl 0,1N Aquadest dan Es E. Dasar Teori Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil konduktivitas. Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia lazimnya berkisar antara 0, mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik antara kedua elektroda tersebut. Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif. Sebagai pembawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa. Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut : Beda tegangan antara kedua elektroda. Konsentrasi ion-ion. Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi dengan molekul lain dan sebagainya. Suhu larutan. Luas permukaan masing-masing elektroda. Jarak antara katoda dan anoda. Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan konduktivitas (cell constant K/cm). Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih (over voltage) yang tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah tegangan lebih tersebut perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif. Pelapisan elektroda dengan platinum disebut platinizing. Parameter harus dipertahankan tetap sama selama pengukuran konduktivitas adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi yang dindingnya berlapis dua, sehingga dalam dinding tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari thermostat.

16 Perubahan konduktivitas terhadap suhu berbeda-beda untuk setiap senyawa. Setiap senyawa mempunyai koefisien suhu. Hubungan antara konduktivitas K pada suhu 20 o C dengan konduktivitas K pada suhu n o C dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut : dimana: Untuk menghitung koefisien suhu digunakan rumus : Koefisien suhu bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien suhu dapat ditentukan sendiri dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 o C dan pada suhu yang lain (misalnya 30 C). Konduktometer metrohm mengukur konduktivitas dengan arus AC (alternative current) untuk mencegah terjadinya polarisasi lektrida. Oleh karena itu frekuensi dari arus tersebut perlu diatur sesuai dengan konduktivitas sampel. Terdapat dua pilihan frekuensi sebagai berikut : Tombol FREQ tidak ditekan : Frekuensi 2000 Hertz (2 khz). Frekuensi tinggi dipakai untuk cuplikan yang mempunyai konduktivitas yang tinggi (lebih dari 100 μs/cm), selain itu untuk titrasi konduktometri. Tombol FREQ ditekan : Frekuensi 300 Hertz (300 Hz) untuk konduktivitas dibawah 1 ms/cm. Jenis elektroda konduktometri (measurung cell) harus dipilih sesuai dengan konduktivitas dari cuplikan. Elekttroda yang mempunyai tetapan rendah sesuai untuk pengukuran konduktivitas yang rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan tinggi sesuai untuk konduktivitas yang tinggi. Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh operatornya dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta koefisien suhu cuplikan. Daerah pengukuran (measuring range) diatur oleh alat secara otomatis, kecuali bila tombol RANGE ditekan. Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah diatur, maka kita menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan daerah pengukuran. Konduktometri ini merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam

17 larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaanelektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda G = l/r = k (A / l) dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1. Daya Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance). Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh, V = 100 / C dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000 menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak kedua elektroda (1). V= l A Dengan l sama dengan 1 cm V = A = 100 / C Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh, G = 1/R = 1000k/C Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan dalam volt, Reaksi = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan volume larutan C i, pada hantaran ekivalen ionik S 1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, sehingga: L = a/d x S C i S 1 Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi bersifat aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor nilai d/a = S merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel. Untuk mengukur

18 konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali dengan lektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatansesatan serius dalam pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.^ = 1000k/C Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik. Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan. Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada ionion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm 3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah. Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal, kalium klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain. Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran

19 sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan pentingnya pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktans. Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting dalam titrasi konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada temperatur laboratorium. Penambahan relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan pada penambahan reagensia dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada kondisi optimum kira-kira 0,5 persen. Elektrolit asing dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai efek yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri. Titrasi Konduktometri Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai berikut : H + + Cl - + OH - + Na + H2O + Cl - + Na + Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H + dan Cl - yang masing-masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm 2 /mol dan 76,3 cm 2 /mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H + dengan OH - membentuk H2O, sehingga jumlah H + didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na + mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm -1 /mol yang jauh lebih kecil dari H + sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H + dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH -, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH - dengan konduktivitas molar 198,3 S cm -1 /mol. Titik akhir dapat ditentukan dalam grafik titrasi sebagai berikut :

20 Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena penggunaan potensiograph/titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan dengan potensiometri titik akhir tidak jelas lagi. Pemeliharaan Elektroda Elektroda yang kering sebelum dipakai direndam sebentar dalam etanol lalu dibilas dengan air. Sehabis dipakai elektroda dibilas lagi dengan air lalu disimpan lagi dalam air. Elektroda yang akan disimpan untuk jangka waktu yang panjang harus dikeringkan lalu disimpan kering. Sekali-sekali elektroda perlu dilapis ulang dengan platinum (platinizing) sesuai dingin procedure dalam manual. Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing elektroda perlu dikalibrasi ulang dengan larutan kalibrasi yang telah disediakan oleh metrohm, lasimnya dengan larutan kalibrasi KCl. Tetapan elektroda distel pada 1,0 x 1 di konduktometer, lalu koefisien suhu 2,0 untuk KCl 1 mol/liter. Tetapan elektroda dihitung dengan rumus : F. Data pengamatan

21 a. Mencari Hantaran (Konduktivitas = G) dari beberapa konsentrasi larutan asam atau basa NO Konsentrasi NaOH (M) 1 0,5 0,1 0,05 0,01 Konduktivitas Larutan 199,9 138,5 30,6 15,69 3,32 b. Titrasi NaOH dengan HCl untuk penentuan konduktivitas NO. Volume NaOH ( ml ) Konduktivitas ( ms ) ,13 1,810 1,556 1,373 1,157 0,942 0,714 0,654

22 ,730 0,844 0,964 0,109 1,228 1,344 1,471 1,605 1,727 1,848 1,976 2,10 2,12 G. PERHITUNGAN a. Pembuatan Larutan NaOH Pembuatan larutan HCl 1M V1. N1 = V2. N2 50 ml. 1M = V2 1M V2 = 50 ml Pembuatan larutan HCl 0,5M

23 V1. N1 = V2. N2 100 ml. 0,5M = V2 1M V2 = 50 ml Pembuatan larutan HCl 0,1M V1. N1 = V2. N2 100 ml. 0,1M = V2 1M V2 = 10 ml Pembuatan larutan HCl 0,05M V1. N1 = V2. N2 100 ml. 0,05M = V2 1M V2 = 5 ml Pembuatan larutan HCl 0,01M V1. N1 = V2. N2 100 ml. 0,01M = V2 1 M V2 = 1 ml Penentuan Konsentrasi HCl Dari kurva diperoleh volume NaOH saat terjadi titk akhir sebesar 7 ml. Dik : V 1 = 7 ml V 2 = 10 ml N 1 = 0,1 Dit : N 2? Penyelesaian :

24 V 1 N 1 = V 2 N 2 7 ml x 0,1 N = 10 ml x N 2 N 2 = 0,07 N Normalitas HCl = Molaritasnya= 0,07 M Jadi, dari perhitungan diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,07 M H. PEMBAHASAN Percobaan yang kami lakukan adalah titrasi konduktometri untuk mengukur daya hantar listrik, titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan nonelektrolit kita tidak dapat menggunakan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, sehingga akan berhubungan juga dengan adanya ion ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik. Dalam titrasi konduktometri yang kami lakukan penentuan daya hantar listrik sangat berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantar listriknya. Sehingga kita harus menjaga temperature larutan agar berada dalam keadaan konstan, sehingga kita dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan berdasarkan perbedaan konsentrasi dari larutan tersebut. Jika temperatur berubah ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar tetapi malah sebaliknya yaitu memiliki daya hantar listrik yang kecil karena pengaruh dari turunnya suhu. Sehingga ion ion dalam larutan tidak dapat bergerak dengan bebas. Pada awal percobaan ini kami menentukan konduktivitas setiap larutan HCl dengan konduktometer. Kami menggunakan larutan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu larutan HCl 1 M, 0,5 M, 0,1, 0,005, dan 0,01 M, berikut kurvanya

25 Dari kurva diatas terlihat pengaruh dari konsentrasi larutan HCl terhadap nilai daya hantar listrik dalam suatu larutan, semakin tinggi konsentrsi HCl dalam larutan maka nilai daya hantar listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listriknya (konduktivitas).hal lain yang mempengaruhi daya hantar listrik selain konsentrasi adalah jenis larutan. Selanjutnya melakukan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri dilakukan dengan menggunakan alat konduktometer untuk mempermudah dalam pengukuran konduktansi suatu larutan. Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan sebagai outputnya berupa angka konduktansi. Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat). Penambahan titran dalam praktikum dilakukan secara bertahap menggunakan dosimat Setiap penambahan 1 ml titran dilakukan pencatatan konduktansi larutan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembuatan grafik titrasi. Setelah penambahan titran larutan dihomogenkan menggunakan stirer magnetik. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi pada larutan sehingga semua titran yang ditambahkan benar-benar sudah bereaksi dan konduktansinya yang terukur sudah representatif atau mewakili konduktansi disetiap bagian larutan. Selanjutnya elektroda dari konduktometer dicelupkan ke dalam larutan dan terukur

26 konduktansinya. Elektroda tersebut dibersihkan dengan akuades dari sisa larutan pada pengukuran sebelumnya. Pada titrasi konduktometri ini kami menggunakan Titrasi asam kuat- basa kuat Sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Dari kurva terlihat pada volume NaOH dari 0 ml sampai 7 ml terlihat konduvitas larutan semakin turun hal ini terjadi karena pada volume ini Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H + dengan OH - membentuk H 2O, sehingga jumlah H + didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na + mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm -1 /mol yang jauh lebih kecil dari H + sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H + dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH -, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH - dengan konduktivitas molar 198,3 S cm -1 /mol. Dari hasil praktikum diketahui pada saat terjadi titik akhir titrasi Volume titran sebanyak 7 ml dan konduktivitas larutan sebesar 0,6 Ms/cm, sehingga diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,07 dari hasil perhitungan. Pada percobaan masih ada penyimpangan, namun penyimpangan ini masih relatf kecil sehingga diabaikan. Karena konsentrasi HCl yang dibuat dengan cara pengenceran tidak sama nilainya yang diuji dengan metode titrasi konduktometri. Dimana diketahui Konsentrasi HCl dengan metode pengenceran sebesar 0,1 namun setelah diuji dengan titrasi koduktometri konsentrasi HCl sebesar 0,7. Adapun penyebab terjadinya penyimpangan ini disebabkan antara lain: 1. Praktikan kurang terampil dalam mengukur volume dengan menggunakan pipet.

27 2. Kesalahan dalam melakukan pengenceran. Kesimpulan 1. Semakin tinggi konsentrasi NaOH dalam larutan maka akan semakin tinggi konduktifitasnya. 2. Konsentrasi dan temperature larutan sangat mempengaruhi besarnyanilai daya hantar listrik yang dihasilkan. 3. Dari beberapa konsentrasi HCl diperoleh konduktivitasnya sebagai berikut: a. HCl 1 M = 199,9 ms/cm b. HCl 0,5 M = 138,5 ms/cm c. HCl 0,1 M = 30,6 ms/cm d. HCl 0,05 M = 15,69 ms/cm e. HCl 0,01 M = 3,32 ms/cm 4. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listriknya (konduktivitas). 5. Dari hasil titrasi diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,7. I. DAFTAR PUSTAKA Buku Panduan Praktikum Analisis Instrumentasi, Politeknik Negeri Ujung Pandang Tahun 2004 dari File PEDC Bandung.

28 Laporan praktikum Konduktometri HALAMAN PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan judul Konduktometri disusun oleh : Nama : Syamsumarlin N I M : Kelas : A Kelompok : 1 Telah diperiksa oleh asisten dan coordinator asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, Januari 2011 Koordinator Asisten Asisten Ilham Nur Iman Lukman Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Maryono, S.Si., M,Si., Apt., M.M. A. Judul Percobaan Konduktometri B. Tujuan Percobaan Untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan.

29 C. Landasan Teori Titrasi konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang didasarkan pada perbedaan harga konduktansi masing-masing ion. Dalam konduktometri diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi (Muizliana, 2010). Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan, sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik dialirkan ke dalam suatu larutan melalui dua electrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang luas bidang electrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang electrode (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua electrode (l). jadi, Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm-1cm-1 (Tim Dosen Kimia Analitik, 2010). Biasanya konduktometri merupakan prosesur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktasi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktasi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear dengan konsentrasi (Khopkar, 2008). Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionic terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4, dimana perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil dibandingkan besarnya konduktasi total (Khopkar, 2008). Larutan ada dua jenis yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit. Larutan elektrolit sering kali diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik digolongkan ke dalam elektrolit kuat, dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat adalah suatu senyawa bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya air) akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Sedangkan, elektrolit lemah adalah elektrolit yang sifat penghantaran listriknya buruk. Suatu elektrolit dapat berupa asam, basa, dan garam (Scribd, 2010). Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Muizliana, 2010). Untuk elektrolit kuat, nilai batas dari konduktivitas molar, Ao, dapat ditentukan dengan meneruskan pengukuran sampai konsentrasi-konsentrasi rendah dan lalu meng-ekstrapolasi grafik antara

30 konduktivitas terhadap konsentrasi, sampai ke konsentrasi nol. Untuk elektrolit lemah seperti asam asetat dan ammonia metode ini tidak dapat digunakan, karena disosiasinya adalah jauh dari sempurna pada konsentrasi terendah yang dapat diukur dengan baik (~10-14 M). Namun, konduktans batas ini bisa juga dihitung atas dasar hokum migrasi tak bergantung (independen) dari ion (Svehla, 1990). Aliran listrik dalam suatu elektrolit akan memenuhi hukum Ohm, yang menyatakan bahwa: besarnya arus listrik (I ampere) yang mengalir melalui larutan sama dengan perbedaan potensial (V volt) dibagi dengan tahanan (R ohm). Secara matematika hukum Ohm akan dapat ditulis sebagai (Scribd, 2010). Tahanan, R, dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjangnya, l, dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya, A Dengan r, tahanan jenis. Jika R dinyatakan dalam ohm (W), l dalam meter (m) dan A dalam m2, maka satuan dari r adalah Wm (Ahmad, 2001). Menurut Scribd (2010), Besarnya daya hantar bergantung pada beberapa faktor, antara lain: 1. Jumlah partikel-partikel bermuatan dalam larutan {(+)&(-)} 2. Jenis ion yang ada 3. Mobilitas ion 4. Media/pelarutnya 5. Suhu 6. Gaya tarik menarik ion (+) dan (-) 7. Jarak elektroda D. Alat dan Bahan a) Alat 1) Konduktometer 2) Gelas piala 250 ml 3) Pipet volume 25 ml 4) Erlenmeyer 250 ml 5) Buret 50 ml

31 6) Magnetik stirer b) Bahan 1) Larutan NaOH 0,1 M 2) Larutan HCl 0,1 M E. Cara Kerja 1. Menyiapkan konduktometer dengan sumber arus 2. Memipet 25 ml HCl ke dalam Erlenmeyer 3. Mengukur daya hantarnya dengan menggunakan konduktometer yang telah disiapkan tersebut 4. Mencatat konduktans yang ditunjukkan oleh alat yang telah disiapkan tersebut 5. Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dan setiap penambahan 3 ml, mencatat perubahan konduktans dari larutan ang diukur 6. Melakukan titrasi sampai volume NaOH sekitar 50 ml 7. Membuat kurva dengan memplot nilai konduktans vs volume NaOH 8. Menentukan titik ekivalennya F. Hasil Pengamatan Volume NaOH Daya Hantar (ms) 0 19,9 3 20,0 9 16, ,6

32 15 13, , ,2 24 7, , , , , , , , ,67 G. Analisis Data Dik : lo H+ = 349,8

33 lo Cl- = 349,8 V HCl V TE M HCl = 25 ml = 24 ml = 0,1 M Dit : sampai =.? Peny : (lo H+ + lo Cl-) 1. n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 25 ml + 0 ml = 25 ml C1 = 0,1 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,044 ohm-1 2. n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 25 ml + 3 ml = 28 ml C2 = 0,0893 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0396 ohm-1 3. n HCl = VHCl x [HCl]

34 = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 28 ml + 3 ml = 31 ml C3 = 0,0806 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0357 ohm-1 4. n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 31 ml + 3 ml = 34 ml C4 = 0,0735 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0326 ohm-1 5. n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 34 ml + 3 ml = 37 ml C1 = 0,0675 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0299 ohm-1 6. n HCl = VHCl x [HCl]

35 = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 37 ml + 3 ml = 40 ml C6 = 0,0625 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0277 ohm-1 7. n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 40 ml + 3 ml = 43 ml C7 = 0,05814 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0258 ohm-1 8. n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 43 ml + 3 ml = 46 ml C8 = 0,0543 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0241 ohm-1 9. n HCl = VHCl x [HCl]

36 = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 46 ml + 3 ml = 49 ml C9 = 0,0510 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0226 ohm n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 49 ml + 3 ml = 52 ml C10 = 0,0481 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0213 ohm n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 52 ml + 3 ml = 55 ml C11 = 0,04545 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0202 ohm n HCl = VHCl x [HCl]

37 = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 55 ml + 3 ml = 58 ml C12 = 0,0431 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0191 ohm n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 58 ml + 3 ml = 61 ml C13 = 0,0409 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0182 ohm n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 61 ml + 3 ml = 64 ml C14 = 0,0390 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,01793 ohm n HCl = VHCl x [HCl]

38 = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 64 ml + 3 ml = 67 ml C15 = 0,0373 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0165 ohm n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 67 ml + 3 ml = 70 ml C16 = 0,0357 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0158 ohm n HCl = VHCl x [HCl] = 25 ml x 0,1 M = 2,5 mmol Vtot = 70 ml + 3 ml = 73 ml C17 = 0,0343 M (lo H+ + lo Cl-) (349,8 + 76,3) = 0,0152 ohm-1

39 GRAFIK HUBUNGAN VOLUME NaOH DAN KONDUKTANS H. Pembahasan Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan. Konduktivitas suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-ion yang ada dalam konsentrasinya. Pada percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar alat yang digunakan bebas dari ion-ion yang mengganggu serta untuk menetralkan alat sehingga tidak dipengaruhi oleh pengukuran sebelumnya. Pada percobaan ini, dilakukan penentuan titik ekuivalen antara larutan HCl dan larutan NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan penghantar listrik yang baik. Setiap proses titrasi, (penambahan NaOH 3 ml) dilakukan proses pengadukan dengan magnetik stirer. Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kemampuan daya hantar listriksehingga ionnya dapat menyebar merata. Dari hasil pengamatan diperoleh konduktans larutan semakin kecil dan saat volume NaOH yang ditambahkan sebanyak 39 ml, terjadi kenaikan konduktans yang menandai tercapainya titik ekivalen.daya hantar listrik menurun sampai titik ekivalen tercapai karena jumlah H+ dalam larutan semakin berkurang sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik ekivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- dalam larutan bertambah. Menurut teori, titik ekivalen (TE) tercapai pada volume 24 ml. Sedangkan dari hasil percobaan diperoleh titik ekivalen (TE) pada volume 39 ml. Perbedaan ini dapat terjadi akibat beberap faktor yaitu kualitas bahan yang digunakan, maupun suhu ruangan saat proses percobaan dilakukan. I. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa titik ekivalen daya hantar listrk larutan sebesar 3 ml.

40 2. Saran Sebaiknya lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan percobaan agar diperoleh hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Hiskia Kimia Larutan. Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti. Khopkar, S.M Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press. Muizliana, Choir Percobaan 5 Konduktometri. diakses pada 26 Desember Scribd Sekilas Tentang Konduktometri. diakses pada 26 Desember Svehla, G Buku Teks Analisis Anorganuik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka. Tim Dosen Kimia Analitik Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM KONDUKTOMETRI I. TUJUAN a. Menentukan titik ekivalen dari titrasi dengan cara mengukur daya hantar listrik suatu larutan elektrolit. b. Untuk mengetahui hubungan antara penambahan pentiter terhadap daya hantar listrik secara konduktometri. c. Mengetahui cara menghitung konsentrasi larutan Cx berdasarkan kurva larutan standar. II. TEORI DASAR Prinsip kerja dari konduktometri ini adalah sel hantaran dicelupkan kedalam larutan ion positif dan negative yang ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan sinyal listrik berupa hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan oleh alat menjadi hantaran listrik larutan.

41 Konduktometri adalah suatu metoda analisi yang berdasarkan kepada pengukuran daya hantar listrik yang dihasilkan oleh sepasang elektroda inert yang mempunyai luas penampang (A) dan jarak tertentu (d). Daya hantar listrik tersebut merupakan fungsi konsentrasi dari larutan elektrolit yang di ukur. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l). G = l/r = k (A / l) dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1 Daya Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance) Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh, V = 100 / C dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000 menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak kedua elektroda (1). V= l A Dengan l sama dengan 1 cm, V = A = 100 / C Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh, G = 1/R = 1000k/C Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm. ^ = 1000k/C Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik

42 Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan. 1. Sumber listrik Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei) melalui larutan merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda- elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses faradai. Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka pengukuran konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC. 2. Tahanan Jembatan Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk pengukuran daya hantar. 3. Sel Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda. III. PROSEDUR KERJA 3.1 Alat Seperangkat alat konduktometer : mengukur DHL dari larutan Buret : sebagai tempat zat, baik yang digunakan sebagai sampel atau penitar Labu ukur : membuat larutan sampel dan Cx dengan volume yang teliti Gelas piala : wadah larutan sampel atau cx pada saat pengukuran DHL Pipet tetes: untuk memipet aquades pada saat menepatkan larutan Pipet takar : untuk memipet zat 3.2 Bahan Asam sulfat (H2SO4) 0,1 N : sebagai sampel

43 Natrium hidroksida (NaOH) 0,1N : sebagai larutan penitar Aquadest: sebagai penetral konduktometer, mengencerkan larutan dan membilas alat.\ 3.3 Cara kerja A. Pengukuran Daya Hantar Listrik 1. Pasang dengan peralatan konduktometer dan celupkan system elektroda ini pada larutan akuades. 2. Hidupka alat dengan memutar tombol function dari posisi off ke line. Biarkan alat stabil selama lebih kurang 5 menit. 3. Minimumkan tombol sensitivity amati indicator alat, atur range selector sampai didapatkan posisi paling jarak terjauh pada bayangan system indicator. 4. Sensitivity dimaksimumkan lalu atur tombol drive sedemikian rupa sampai didapat posisi maksimum pengamatan bayangan pada system indicator. 5. Baca dan catat nilai skala yang ditunjukkan. Nilai DHL merupakan nilai skala dikalikan dengan nilai factor pada range yang terpilih. 6. Siapkan dengan memipet 10 ml H2SO4 masukkan kedalam beker gelas, tambahkan akuades sampai volumenya menjadi 50 ml. 7. Celupkan elektroda dan lakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan tahapan penambahan pentiter tiap 0,5 ml sampai didapatkan kenaikan nilai DHL, dalam hal ini dibutuhkan minimal 5 data kenaikan sebelum titrasi dihentikan. 8. Daya hantar terkoreksi didapat dengan memasukkan factor pengenceran pada tiap tahapan titrasi yakni : DHL terkoreksi = DHL terbaca x V0 + y / V0 9. Buat kurva titrasi antara DHL terkoreksi Vs volume pentiter. Didapatkan dua pola garis percobaan DHL sebelum dan sesudah titik ekivalensi dimana garis ini akan berpotongan pada satu titik, titik inilah merupakan titik ekivalensi titrasi. 10. Lakukan hal yang sama dengan larutan Asam Sulfat dan selanjutnya larutan tugas Cx yang diberikan. 3.4 Skema kerja NaOH Buret.png

44 Ukur DHL (daya hantar listrik) sampai dicapai angka optimum dengan konduktometer Description: F:\ jpeg Sampel Asam Sulfat Larutan Cx IV. HASIL PENGAMATAN Tabel. Hasil pengamatan untuk sampel dan Cx Volume NaOH DHL (Sampel) DHL (Cx)

45

46

47 Kurva Titrasi Sampel Konsentrasi asam sulfat : Vas.sulfat. Nas.sulfat = VNaOH. NNaOH 10 ml x N = 9 ml x 0,1 N = 0,9 : 10 Nas.sulfat = 0,09N Kurva Titrasi Cx Volume Asam sulfat : Vas.sulfat. Nas.sulfat = VNaOH. NNaOH V x 0,09 = 6,5 ml x 0,1 V = 0,65 : 0,09 Vas.sulfat = 7,222 ml V. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini yaitu uji daya hantar listrik suatu larutan dengan metode konduktometri, digunakan larutan asam sulfat sebagai sampel yang akan diukur dan natrium hidroksida sebagai pentitarnya. Perlakuannya adalah larutan asam sulfat dipipet 10 ml ke Erlenmeyer, kemudian dititar dengan NaOH 0,1 N. Volume NaOH pertama 0,5 N, lalu ukur DHL asam sulfat tersebut. Setelah itu tambahkan NaOH lagi sebanyak 0,5 ml, lalu ukur DHL, begitu seterusnya. Dengan catatan, penambahan NaOH harus rangenya 0,5 ml sampai didapatkan titik akhir yang ditandai dengan naiknya angka DHL setelah turun. Data yang didapatkan harus dibuat dalam bentuk grafik supaya titik akhir bisa dibaca dan diketahui. Asam sulfat yang digunakan belum diketahui konsentrasinya, maka perlu dihitung dengan menggunakan rumus (V.N)1 = (V.N)2. Setelah didapatkan nilai konsentrasi dari asam sulfat maka

48 ditentukan nilai Cx dari analis. Konsentrasi asam sulfat yang digunakan setelah dilakukan perhitungan adalah 0,09 N. Dan nilai untuk Cx yaitu berapa volume asam sulfat yang dipakai dapat diketahui setelah didapatkan nilai konsentrasinya. Volume asam sulfat yang digunakan untuk Cx adalah 7,222 ml. VI. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa : a. Titik ekivalen untuk sampel adalah pada penambahan NaOH 9 ml, sedangkan titik ekivalen untuk Cx adalah pada penambahan NaOH 6,5 ml. b. Konsentrasi asam sulfat yang didapatkan adalah 0,09 N c. Konduktometri digunakan untuk mengukur daya hantar listrik suatu larutan dengan metode titrasi dan diukur dengan konduktometer. DAFTAR PUSTAKA ü Hafnimardiyanti dan Martalius.2011.Modul praktikum instrument analisis II. ATIP:Padang ü LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK PERCOBAAN VI KONDUKTOMETRI

49 Nama Praktikum NIM Tanggal Kumpul 1. SISWANTO 2. SITI HAFIZA 3. LODI DESVILDO APRIL 2016 Tanda Tangan Praktikum Instruktur Nama Penilai Tanggal Koreksi Nilai Tanda Tangan HANIFAH KHAIRIAH, S.ST PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT POLITEKNIK KAMPAR 2016 I. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini Adalah: 1. Menentukan Konsentrasi Natrium asetat dengan Asam Klorida 2. Menentukan % kadar aspirin dalam sampel menggunakan metode konduktometri II. DASAR TEORI Menurut hukum Ohm I = E/R; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan dalam volt, R = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda Titrasi konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang didasarkan pada perbedaan harga konduktansi masing-masing ion. Dalam

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 MODUL PEMBIMBING : Titrasi Konduktometri : Riniati S.Pd., M.Si. Tanggal Praktikum : 25 April 2013 Tanggal Penyerahan : 2 Mei Oleh :

Lebih terperinci

C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa secara konduktometri D. Kajian Pustaka 1. Konduktometri

C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa secara konduktometri D. Kajian Pustaka 1. Konduktometri A. Judul Percobaan : Titrasi Konduktometri B. Waktu Percobaan Sebelum : 10 April 2014, pkl 07.00 wib Sesudah : 10 April 2014, pkl 10.00 wib C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa

Lebih terperinci

Laporan Titrasi Konduktometri KONDUKTOMETRI A.TUJUAN PERCOBAAN B.PERINCIAN KERJA. Titrasi asam-basa C. ALAT YANG DIGUNAKAN -100.

Laporan Titrasi Konduktometri KONDUKTOMETRI A.TUJUAN PERCOBAAN B.PERINCIAN KERJA. Titrasi asam-basa C. ALAT YANG DIGUNAKAN -100. Laporan Titrasi Konduktometri KONDUKTOMETRI A.TUJUAN PERCOBAAN B.PERINCIAN KERJA Titrasi asam-basa C. ALAT YANG DIGUNAKAN -1-100 ran 10 ml, 1 ml D. BAHAN YANG DIGUNAKAN E. DASAR TEORI Titrasi konduktometri

Lebih terperinci

TITRASI KONDUKTOMETRI. Lauditta Indahdewi

TITRASI KONDUKTOMETRI. Lauditta Indahdewi TITRASI KONDUKTOMETRI Lauditta Indahdewi 1006703976 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia 2011 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-nya,

Lebih terperinci

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A 2011 11030234016 Pengertia n Konduktometri Metode analisis yang memanfaatkan pengukuran daya hantar listrik, yang dihasilkan dari sepasang elektroda

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

TITRASI POTENSIOMETRI

TITRASI POTENSIOMETRI TITRASI PTENSIMETRI TITRASI PTENSIMETRI I. TUJUAN PERCBAAN Menentukan titik ekivalen secara potensiometri. II. DASAR TERI Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA

PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA I. Tujuan Percobaan Menentukan jumlah muatan pada larutan sampel II. Alat dan Bahan Alat yang digunakan 1. Conductivity meter 1 buah 2. Gelas beker 100

Lebih terperinci

POTENSIOMETRI DAN KONDUKTOMETRI

POTENSIOMETRI DAN KONDUKTOMETRI POTENSIOMETRI DAN KONDUKTOMETRI Listiana Cahya Lestari (G44120093), Felina K, Afiyatina Awaliah, dan Zulhan Arif MSi Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisik KI-3141

Laporan Kimia Fisik KI-3141 Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 2 November 2012 Tanggal Laporan : 9 November

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS PENGUKURAN KONDUKTIVITAS DAN TDS Dosen Pembimbing : Ibu Endang W, MT Kelompok 6 Nevy Puspitasari NIM 111431020 Nurul Latipah NIM 111431022 Rizky Permatawati NIM 111431025

Lebih terperinci

Materi yang terdapat di alam jika ditinjau dari ukuran konduktivitasnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

Materi yang terdapat di alam jika ditinjau dari ukuran konduktivitasnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok: BAB III KONDUKTOMETRI Bab ini akan membicarakan sifatsifat larutan yang keraitan dan kelistrikan yang tidak dipengaruhi oleh reaksi elektrodanya. Pembicaraan mengenai masalah tersebut pada bab ini, yaitu:

Lebih terperinci

Konduktimeter dan Analisis Konduktometri

Konduktimeter dan Analisis Konduktometri Konduktimeter dan Analisis Konduktometri Pemicu : 1. Jelaskan bagian bagian yang dibutuhkan dari alat konduktometri secara umum! 2. Jelaskan pengertian dari analisis konduktometri, konduktivitas, konduktansi,

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008)

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL)

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan perubahan ph tersebut dikenal sebagai aksi dapar.

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan pada Bab I. Waktu dan Tempat Penelitian

Bab III Metodologi. Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan pada Bab I. Waktu dan Tempat Penelitian Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan pada Bab I. III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu

Lebih terperinci

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA NAMA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C4 07 017 KELOMPOK PROGRAM STUDI JURUSAN : II : PENDIDIKAN KIMIA : PENDIDIKAN MIPA ASISTEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI I. CAPAIAN PEMBELAJARAN Praktikan mampu menetapkan kadar CH3COOH (asam asetat) dan asam cuka (HCl) menggunakan prinsip reaksi asam-basa. II.

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK Nama : Ririn Vidiastuti NIM : 06111010015 Shift : A Kelompok : 5 (Lima) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK A. Jumlah Ion yang Ada Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

LABORATORIUM INSTRUMENTASI ANALITIK

LABORATORIUM INSTRUMENTASI ANALITIK LABORATORIUM INSTRUMENTASI ANALITIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 MODUL : Potensiometri dan ph-metri PEMBIMBING : Haryadi.PhD Praktikum : 13 Maret 2013 Penyerahan : 20 Maret 2013 (Laporan) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami Abstrak

Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami Abstrak Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami 1113016200014 Abstrak Telah dilakukan percobaan mengenai tetapan ionisasi asam yang bertujuan untuk menentukan derajat ionisasi dan harga tetapan kesetimbangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I NAMA KELOMPOK : MELVIA PERMATASARI (08121006013) MELANY AMDIRA (08121006027) ANIS ALAFIFAH (08121006029) PUTRI WULANDARI (08121006071) MUTIARA BELLA (08121006073) JURUSAN

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Data Eksperimen dan Perhitungan Eksperimen dilakukan di laboratorium penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, ITB. Eksperimen dilakukan dalam rentang waktu antara

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si Isana_supiah@uny.ac.id LABORATORIUM KIMIA FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2002 TERMODINAMIKA

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA I. LARUTAN BUFFER II. TUJUAN 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer III. TINJAUAN PUSTAKA Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU Nama NIM Prodi Anggota kelompok Disusun oleh: : Edi Siswanto : H13112071 : Kimia : 1. Alpius Suriadi 2. Gloria Sindora 3. Indri

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020 PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020 PROGRAM STUDI D3 ANALISIS KESEHATAN STIKES BINA MANDIRI GORONTALO 2014 LAPORAN AKHIR PERCOBAAN II A. JUDUL : Titrasi Asam Basa B. TUJUAN Dengan

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013 UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013 Standar Kompetensi Lulusan : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. Indikator : Siswa dapat meramalkan harga ph suatu

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

Pengaruh jenis ion terhadap Daya hantar listrik

Pengaruh jenis ion terhadap Daya hantar listrik Pengaruh jenis ion terhadap Daya hantar listrik LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PENGARUH JENIS DAN JUMLAH ION TERHADAP DAYA HANTAR LISTRIK (DHL) Nama : Wina Nurhayati Disusun oleh : NIM Kelas : 1111E1009

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 Titrasi Permanganometri Selasa, 6 Mei 2014 Disusun Oleh: Yeni Setiartini 1112016200050 Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah Huda Rahmawati Aida Nadia Rizky Harry Setiawan. PROGRAM

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit Laporan Praktikum Kimia Dasar II Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. LARUTAN Larutan merupakan campuran yang homogen,yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi Larutan Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 02-05-2009 Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN. ph METER DAN TITRASI POTENSIOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN. ph METER DAN TITRASI POTENSIOMETRI LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN ph METER DAN TITRASI POTENSIOMETRI O L E H Nama : JULIYAT FADLI No BP : 1320078 Kelompok : VI K.A 3B Anggota : Sisri Putri Yolanda b. Nilam Maulani c. Nur Ainun d.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16. LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober 2012 14.00 s/d 16.00 wib TUJUAN : 1. Agar mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN ASAM BASA

KESEIMBANGAN ASAM BASA LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA NAMA PRAKTIKAN : Fani Nuryana Manihuruk (NIM 147008013) Mesrida Simarmata (NIM 147008011) HARI/TGL. PRAKTIKUM : Selasa, 10 Maret 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha Modul Praktikum Nama Pembimbing Nama Mahasiswa : Kimia Fisik : Bapak Drs.Budi Santoso, Apt.MT : 1. Azka Muhammad Syahida 2. Eveline Fauziah 3. Fadil Hardian 4. Fajar Nugraha Tanggal Praktek : 21 Semptember

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI OLEH : KELOMPOK III Nama : Rifqi Munip (061330401022) Riska (061330401023) Sarah Swasti Putri (061330401024) Siti Nurjanah (061330401025)

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL 1 PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL I. TUJUAN PERCOBAAN Menjelaskan prinsip penentuan kadar nitogen atau protein dalam cuplikan dengan metoda mikro kjeldahl secara benar dan jelas.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS O L E H: NAMA : HABRIN KIFLI HS STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARTINI, S.Si LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr SOAL LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml A. 5 ml B. 10 ml C. 2.5 ml D. 15 ml E. 5.5 ml : A Mencari volume yang dibutuhkan pada proses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I STOIKIOMETRI REAKSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I STOIKIOMETRI REAKSI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I STOIKIOMETRI REAKSI Nama Anggota: Isrenna Ratu Rezky Suci 1157040029 Helmi Fauzi 1157040025 Fajar Gunawan 1157040022 Fresa Agustini 1157040024 JURUSAN KIMIA 1A FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Sumber: James Mapple, Chemistry an Enquiry-Based Approach Pengukuran ph selama titrasi akan lebih akurat dengan menggunakan alat ph-meter. TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Titrasi Potensiometri

Titrasi Potensiometri Modul 1 Titrasi Potensiometri Dr. Anna Permanasari, M.Si. K egiatan praktikum ini dimaksudkan untuk melatih mahasiswa agar terampil dalam melakukan praktikum yang berhubungan dengan titrasi potensiometri.

Lebih terperinci

Analisis Fisiko Kimia

Analisis Fisiko Kimia Analisis Fisiko Kimia POTENSIOMETRI Oleh : Dr. Harmita Tujuan Penetapan kadar secara volumetri dengan menggunakan potensiometer sebagai penunjuk titik akhir titrasi. Teori Potensiometri adalah cabang ilmu

Lebih terperinci

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan LARUTAN ELEKTROLIT DAN BUKAN ELEKTROLIT Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan

Lebih terperinci

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat I. Judul Percobaan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & dalam Suasana Asam Kuat II. Tanggal Percobaan Senin, 8 April 2013 pukul 11.00 14.00 WIB III. Tujuan Percobaan Menentukan orde reaksi

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri Selasa, 10 Mei 2014 Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA 1112016200062 Kelompok : Ma wah shofwah Millah hanifah Savira aulia Widya fitriani PROGRAM

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL : RABU, 8 JUNI 2011 ASISTEN

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~ Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~ -Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M- Latifa Dinna Prayudipta XI IPA 1 SMAN 3 TANGERANG SELATAN TAHUN AJARAN 2009/2010 Laporan praktikum kimia -titrasi

Lebih terperinci

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI) KIMIA DASAR TITRASI (VOLUMETRI) Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt. PRINSIP TITRASI Titrasi (volumetri) merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur

Lebih terperinci

PRAKTIKUM POTENSIOMETRI DAN PH METRI. Laporan. disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Instrumentasi Analitik. Oleh.

PRAKTIKUM POTENSIOMETRI DAN PH METRI. Laporan. disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Instrumentasi Analitik. Oleh. PRAKTIKUM POTENSIOMETRI DAN PH METRI Laporan disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Instrumentasi Analitik Oleh Kelompok 1 Abdul Kholik (141411001) Aldi Muhamad R. (141411002) Arif Imanuddin

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan. Laporan Praktikum Kimia Dasar II Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni

Lebih terperinci

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Titrasi Volumetri Dr. Anna Permanasari, M.Si. K PENDAHULUAN egiatan praktikum ini dimaksudkan untuk melatih keterampilan dasar Anda dalam melakukan pekerjaan laboratorium, melatih Anda dalam bekerja

Lebih terperinci

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 I. Waktu / Tempat Praktikum : Rabu,15 Februari 2012 / Lab Kimia Jur. Analis

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK KI-2122 PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA Nama Praktikan : Anggi Febrina NIM : 13010107 Kelompok : 5 (Shift Pagi) Tanggal

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5

Lebih terperinci

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA Dosen Pembimbing : Zora Olivia, S. Farm., M.Farm, Apt GOLONGAN/KELOMPOK : A / 3 Anindiya Tazkiyah Aji Gesang Jati Abrar Rivanio Putra Siti Sofiya Miranda Faradilla Rozziqa

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

I. Tujuan. Dasar Teori

I. Tujuan. Dasar Teori I. Tujuan 1. Merangkai rangkaian listrik yang digunakan dalam proses pewarnaan alumunium dalam proses anodizing dengan benar. 2. Dapat menghitung konsentrasi asam sulfat yang digunakan dalam proses pewarnaan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Drs. Otong Nugraha, MSi

Disusun Oleh : Drs. Otong Nugraha, MSi Disusun Oleh : Drs. Otong Nugraha, MSi Pemerintah Kota Bandung Dinas Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 13 Jl. Soekarno-Hatta KM. 10 Telp / Fax (022) 7318960 2008 1 MODUL ANALISIS KONDUKTOMETRI

Lebih terperinci

Stoikiometri. Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia.

Stoikiometri. Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia. Stoikiometri Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia. Bilangan Avogadro Stoikometri: pengukuran kuantitatif sehingga perlu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia

Laporan Praktikum Kimia Laporan Praktikum Kimia Membuat Larutan Na2S2O3( Natriumthiosulfat) disusun oleh: Natasya Octavia Indrawan ( 20 ) Kelas: XI IPA 1 SMA MARDI YUANA BOGOR Jl Siliwangi No. 50 Sukasari 2012-2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci