LAPORAN KASUS OSTEOMIELITIS TIBIA DEKSTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KASUS OSTEOMIELITIS TIBIA DEKSTRA"

Transkripsi

1 LAPORAN KASUS OSTEOMIELITIS TIBIA DEKSTRA Oleh : Dani Kartika Sari PRECEPTOR : dr. Fatah Manovito, Sp.OT SMF ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM JENDRAL AHMAD YANI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

2 BAB I PENDAHULUAN Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medula tulang. Osteomielitis masih merupakan masalah dibidang orthopaedi, terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Tingginya insiden osteomielitis diakibatkan oleh tingkat higiene dan nutrisi yang masih rendah, fasilitas diagnostik yang belum memadai hingga pelayanan kesehatan primer dan pengobatan osteomielitis membutuhkan waktu yang lama. Secara umum prevalensi osteomielitis lebih tinggi pada negara berkembang. Di amerika serikat insidensi osteomielitis adalah 1 dari tiap 5000 orang. Prevalensi osteomielitis setelah terjadinya trauma kaki bisa meningkat 16% terdapat pada 30-4-% pasien diabetes, jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan kira kira 2:1. Angka kematian yang disebabkan oleh osteomielitis rendah, biasanya disebabkan sepsis atau kondisi medis serius yang menyertai. Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula ditemukan pada bayi. Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang misalnya femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula serta korpus vertebra. Osteomielitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid-sinusoid.

3 BAB II STATUS PASIEN Masuk RSAY : 13 Oktober 2017 No RM : Pukul Ruang : WIB : Ruang bedah bawah 2.1 Identitas Nama Jenis kelamin : Ny. M : Perempuan Tanggal lahir : 10/07/1972 Usia Pekerjaan Agama Suku Status Alamat : 45 tahun : Tani : Islam : Jawa : Janda : Sukaraja Tiga 2.2 Anamnesis Anamnesis diperoleh melalui autoanamnesis Keluhan Utama Nyeri pada luka bekas operasi

4 Keluhan Tambahan Keluar cairan dari luka bekas operasi. Bengkak (-), mual (-), muntah (-) Riwayat Penyakit Sekarang 7 bulan yang lalu, os terjatuh dari motor, kaki kanan bengkak dan sulit digerakkan. Pasien mengalami patah tulang kering kanan. Patahan tulang menonjol ke permukaan. Os dibawa ke RSU Muhammadiyah Metro. Pasien dirawat 1 hari kemudian pasien dirujuk ke RSUD Jendral A. Yani Metro untuk dilakukan operasi pemasangan pen pada tulang kering kaki kanan. Pasien melakukan kontrol ke poliklinik bedah setiap bulan. setelah 5 bulan operasi pasien mengeluhkan kaki kanan terasa bengkak dan nyeri saat ditekan, dan terkadang keluar cairan dari luka yang masih terbuka. Os diperiksa di poliklinik dan dikatakan adanya infeksi, os mendapatkan terapi rawat jalan. Saat masuk RS, masih terdapat cairan yang keluar dari luka bekas operasi yang masih terbuka, nyeri (+), demam (-), darah (-), gangguan gerak (-). Kemudian pasien dirawat inap untuk dilakukan operasi. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat HT (-), DM (-), batuk lama (-) Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan ataupun keganasan tulang. Tidak ada anggota keluarga yang sakit batuk lama, batuk berdarah, flek paru (-), DM (-).

5 Riwayat Sosial Ekonomi Pasien menggunakan BPJS kesehatan kelas III. Pasien bekerja sebagai petani. Pasien merupakan seorang janda. 2.3 Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : baik, tampak sakit ringan Kesadaran : Compos Mentis TD : 100/70 T : 36,5 RR : 20x/menit HR : 90x/menit Kulit : kulit kering (-), turgor kulit cukup Kepala : mesosefal Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Hidung : discharge (-) Telinga : discharge (-) Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) Tenggorok : T 1-1, faring hiperemis (-) Leher : Simetris, deviasi trakea (-), pembesaran limfonodi (-) Dada : Simetris, statis, dinamis, retraksi (-), jejas (-) Pulmo : I : simetris statis dan dinamis Pa : stem fremitus kanan = kiri Pe : sonor seluruh lapangan paru Au : SD vesikuler, ST (-) Jantung : I : ictus cordis tidak tampak Pa : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS, tidak kuat angkat, tidak melebar

6 Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal Au : BJ I-II murni, gallop (-), bising (-) Abdomen : I : datar, venektasi (-), jejas (-) Au : bising usus (+) normal Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-) Pa : Supel, hepar/lien tidak teraba Extremitas : superior Inferior Sianosis - / - - / - Edema - / - - / - Capillary Refill <2 /<2 <2 /<2 Pulsasi arteri +/+ +/+ dorsalis pedis Sensibilitas + / + + / + Motorik : - Gerak + / + + / + Status lokalis Look : terdapat bagian luka bekas operasi yang terbuka. Pus (+) perdarahan (-), edema (-), bengkak (-) kemerahan (+) hematoma (-) Feel : suhu sama dengan daerah sekitarnya, nadi/pulsasi distal pada fraktur (+) nyeri tekan (+), sansabilitas (+), CRT <2 detik Move : gerakan tidak terbatas, nyeri gerak aktif (-), nyeri gerak pasif (-), gerakan jari-jari (+) Hasil pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan Darah Lengkap ( )

7 Hemoglobin : 13,7 gr% (13,0 16,) Hematokrit : 42,3 % ( ) Eritrosit : 4,87 juta/mmk (4,00-5,40) Leukosit : 9,4 ribu/mmk ( ) Trombosit : 367 ribu/mmk ( ) Bleeding time : 1 30 Clotting time : X-foto cruris dextra post ORIF Kesan : - fraktur tibia plateau dekstra dalam fiksasi interna i plate dan 9 screw, aposisi dan alignment cukup - ujung drain pada proyeksi hole ke 2 proksimal Pemeriksaan X-foto thorax

8 Kesan : - Pulmo normal, tak tampak tanda-tanda pneumothorax maupun hemothorax - besar cor tidak valid dinilai, os ekspirasi - sistema tulang intak, tak tampak fraktur maupun dislokasi tulang Diagnosis Osteomielitis tibialis dextra Tatalaksana IVFD RL 20 tpm Inj. Cefotaxime 1 g/12 jam/iv Pro debridement Tirah baring mobilisasi BAB III TINJAUAN PUSTAKA

9 3.1 Definisi Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257).Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik. (Overdoff,2002:571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90).Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes (Tucker, 1998:429). Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200). 3.2 Klasifikasi Osteomielitis dapat diklasifikasikan berdasarkan sistem waldvogel et al dan Cierny et al. Pada sistem waldvogel yang pertama, osteomielitis bagi

10 berdasarkan durasi menjadi akut, dan kronik. Kedua, berdasarkan sumber infeksi yaitu secara hematogen yang berasal dari bakteriemia atau perluasan langsung dari suatu fokus infeksi disendi atau jaringan lunak sekitar atau implantasi traumatik setelah fraktur compound atau tindakan bedah ortopedi Cierny-Mader Cierny dan Mader mengembangkan sistem klasifikasi untuk osteomyelitis kronik berdasarkan anatomi, dan fisiologis untuk menentukan derajat infeksi. Kriteria anatomis mencakup empat tipe. Tipe I, lesi medular, osteomielitis pada rongga medular tulang. Pada tipe II, osteomyelitis superfisial terbatas pada permukaan luar dari tulang (bagian korteks),dan sering terjadi pada inokulasi secara langsung atau perluasan langsung dari suatu fokus infeksi. Tipe III osteomielitis terdapat pada korteks dan medula tulang dan merupakan suatu infeksi terlokalisir dengan lesi stabil, berbatas tegas dengan sequestrasi kortikal tebal dan kavitasi. Tipe IV merupakan lesi osteomietitis difus yang menyebabkan instabilitas mekanik. Kriteria fisiologis dibagi menjadi tiga kelas berdasar tiga tipe jenis host. Host kelas A memiliki respon pada infeksi dan operasi. Host kelas B memiliki kemampuan imunitas yang terbatas dan penyembuhan luka yang kurang baik. Ketika hasil penatalaksanaan berpotensi lebih buruk dibandingkan keadaan sebelum penanganan, maka pasien digolongkan menjadi host kelas C. Klasifikasi Berdasarkan Cierny-Mader

11 Tipe Anatomi Stadium 1: osteomielitis medular Stadium 2: osteomielitis superfisial Stadium 3: Osteomielitis terlokalisasi Stadium 4: Osteomielitis difus Kelas Fisiologis Host A : host normal Host B : - Membahayakan secara sistemik : malnutrisi, gagal ginjal dan hepar, hipoksia kronik, keganasan, usia ekstrim, imunosupresi/ neuropati, imunodefisiensi - Membahayakan secara lokal : limfedema kronik, stasis venosa, arteritis, fibrosis radiasi, merokok - Membahayakan secara sistemik dan lokal Host C : Hasil penatalaksanaan berpotensi lebih buruk dibandingkan keadaan sebelum penanganan Gambar 1. Klasifikasi Berdasarkan Cierny-Mader 3.3 Etiologi Bakteri penyebab osteomielitis secara umum adalah : 1. Staphylococcus aureus 70% 80 % 2. Proteus 3. Pseudomonas 4. E. coli Bakteri penyebab dari osteomielitis akut dan langsung antara lain meliputi : 1. Osteomielitis akut hematogen : a. Bayi (kurang dari 4 bulan) : S aureus, Enterobacter species, dan group A and B Streptococcus species. b. Anak-anak (4 bulan-4 tahun) : S aureus, group A Streptococcus species, Haemophilus influenzae, dan Enterobacter species c. Anak-anak, Remaja (4 tahun-dewasa) : S aureus (80%), group A Streptococcus species, H influenzae dan Enterobacter species

12 d. Pathogen lain yang dilaporkan dalam inflamasi tulang dan sendi meliputi communityassociated methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), dan Kingella kingae 2. Direct osteomyelitis a. Generally - S aureus, Enterobacter species, and Pseudomonas species b. Melalui luka : S aureus and Pseudomonas species 3.4 patogenesis dan patofisiologi Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan Escherichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobic. Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.

13 Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik. 3.5 Diagnosis Pasien selalu mengeluhkan demam, malaise, udem, hangat dan nyeri yang hebat pada tulang yang terkena. Pada kasus terlantar, toksemia bisa ditemukan. pada anak-anak akan sukar menggunakan tungkainya atau menolak untuk

14 disentuh tungkainya dan anak akan kesulitan tegak secara normal. Ada riwayat infeksi yang baru terjadi, misalnya infeksi jempol, sakit tenggorokan atau keluarnya sekret dari telinga. Pada osteomielitis kronik, ditemukan fistel kronik pada ekstremitas yang mengeluarkan nanah dan kadang sekuester kecil. Pada awal penyakit gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum tampak. Pada masa ini dapat salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri spontan lokal yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta kesukaran gerak dari ekstremitas yang terkena, merupakan gejala osteomielitis hematogen akut. Pada saat ini diagnosis harus ditentukan berdasarkan gejala klinis, untuk memberikan pengobatan yang adekuat. Pada kasus yang berat, semua bagian tungkai menjadi bengkak, merah dan hangat. Diagnosis menjadi lebih jelas jika didapatkan selulitis subkutis. Limfadenopati umum ditemukan tetapi tidak khas. Penting untuk diingat, semua gejala klinis ini dapat melemah jika diberikan antibiotik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada osteomielitis untuk membantu menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan laboratorium: a. Hitung leukosit dapat meningkat b. Shift to the left dari hitung jenis meningkatnya jumlah PMN c. C- reactive protein (CRP) meningkat d. Peningkatan LED, terjadi pada 90 % kasus, namun tidak spesifik e. Kultur, dapat menegakkan diagnosis dan menentukan jenis bakteri penyebab dan akhirnya menentukan jenis pengobatan. Termasuk kultur darah dan tulang. Kultur darah akan sangat bermakna pada osteomielitis

15 hematogen. Kultur tulang dapat menegakkan diagnosis lebih baik daripada kultur darah 2. Pemeriksaan pencitraan a. Foto rontgen : Hasil rontgen pada osteomielitis akut dilakukan jika ditemukannya udem jaringan lunak dalam 3-5 setelah infeksi. Akan terlihat jelas pada hari karena menunjukkan destruksi tulang dan reaksi periosteal pembentukan tulang baru, dengan melihat lusen korteks dan medulla. Pada osteomielitis kronik, didapatkan gambaran sekuester dan pembentukan tulang baru. b. MRI MRI akan menghasilkan hasil yang terbaik. Dapat sebagai pendeteksian dini dan menentukan lokasi osteomielitis. Karena dapat memperlihatkan edem dan destruksi medula, disamping reaksi periosteal, destruksi kortikal, kerusakan sendi, dan jaringan lunak yang terlibat, bahkan ketika radiografi konvensional belum menunjukkan adanya kelainan c. CT scan Pemeriksaan dapat ini menentukan kalsifikasi abnormal, osifikasi dan gangguan pada intra kortikal. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan, namun dapat dilakukan bila pemeriksaan MRI tidak ada. 3.6 Penatalaksanaan Jika osteomielitis dicurigai pada pemeriksaan klinis, contoh darah dan cairan harus diambil dan pengobatan dimulai segera tanpa menunggu konfirmasi akhir diagnosis. Ada 4 aspek penting dalam manajemen pasien:

16 (1)pengobatan suportif untuk nyeri dan dehidrasi, (2)pembebatan area yang terkena (3) terapi antibiotik dan (4) drainase pembedahan. Pengobatan dini dengan antibiotik, sebelum terjadi destruksi tulang yang luas atau nekrosis, menghasilkan hasil yang terbaik dan harus diberikan secara parenteral minimal 4 minggu dan biasanya 6 minggu untuk mencapai pengobatan optimal. Kombinasi penggunaan antimikroba dengan pembedahan harus selalu dipertimbangkan. Pada kondisi tertentu misalnya osteomielitis hematogen akut biasanya tidak memerlukan pembedahan, pada kondisi lain misalnya fraktur yang terinfeksi (consolidated infected fracture), pembedahan juga diperlukan untuk membersihkan benda asing. Jika antibiotik diberikan sedini mungkin, biasanya drainase tidak diperlukan. Akan tetapi, jika dalam 36 jam sejak mulai pengobatan tidak ditemukan perbaikan gejala, atau bahkan sebelum itu ditemukan tanda pus yang dalam (bengkak, edem, fluktuasi), dan sangat pastinya jika didapatkan pus pada aspirasi, abses harus didrainase dengan operasi terbuka menggunakan anastesi umum. Sekali tanda infeksi ditemukan, pergerakan dibatasi dan anak dibolehkan berjalan dengan menggunakan kruk. Pembebanan penuh biasanya dimungkinkan setelah 3-4 minggu.7 Pada osteomielitis hematogen subakut, penatalaksanaan secara konservatif jika diagnosis tidak diragukan, immobilisasi dan antibiotik selama 6 minggu memberikan perbaikan. Kadang pengobatan bisa memerlukan waktu 6-12 bulan. Jika diagnosis diragukan, biopsi dengan operasi terbuka dibutuhkan dan lesi dikuret. Kuretase juga diindikasikan jika x-ray tidak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan

17 konservatif. Osteomielitis kronik pada dewasa lebih sukar untuk diterapi dan umumnya diobati dengan pemberian antibiotik dan tindakan bedah. Terapi antibiotik empiris biasanya tidak direkomendasikan. Tergantung pada tipe osteomielitis kronik, pasien diobati dengan antibiotik parenteral selama 2 sampai 6 minggu. Tindakan bedah bervariasi dari mulai drainase terbuka abses atau sekuestrektomi sampai amputasi. Akan sangat efektif jika dilakukan debridement ekstensif semua jaringan nekrotik dan granulasi bersamaan dengan rekonstruksi tulang dan defek jaringan lunak serta pemberian antibiotik. 3.7 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi adalah: 1. Abses tulang 2. Abses paravertebral/epidural 3. Bakteremia 4. Fraktur 5. Selulitis jaringan lunak 6. Sinus jaringan lunak 3.8 Komplikasi Ketika pengobatan didapatkan, hasil akhir dari osteomielitis biasanya bagus. Prognosis menjadi lebih buruk pada osteomielitis kronik, bahkan jika dilakukan pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan

18 atau tahun setelahnya. Amputasi biasanya dibutuhkan, terutama pada pasien dengan diabetes atau diabetes atau kurangnya sirkuasi darah. DAFTAR PUSTAKA 1. Solomon L. Infection. Apley s System of Orthopaedics and Fracture, 8th edition. New York: Oxford University Press, Ladd A, Jones HH, Otanez O. Osteomyelitis. Stanford university Medical Media, 2003.

19 3. Luca Lazzarini, Jon Mader, dan Jason Calhoun Journal Osteomyelitis in Long Bones. [diakses 24 Oktober 2010] 4. King RW, Jonshon D. Osteomyelitis, Available at [diakses 24 Oktober 2010] 5. Brunicardi FC. Orthopaedic. In: Schwartz s Pronciple of Surgery, 8th edition. McGraw Hill Companies, Rasjad C. Pengantar Ilmu Ortopedi. Makasar: Bintang lamumpatue,2003;7,9,11, Carek PJ, Dickerson LM, Sack JL. Diagnosis and Management of Osteomyelitis. American Family Physician 2001; Vol 63(12): Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. The New England Journal of Medicine, 1997; 336(14): William NS, Bulstrode CJ, O;Connel PR. Disease of Bone and Joints: infection. In: Bailey & love Short Practice of Surgery. 25th edition. London: Rasjad C. Sistem Muskuloskletal. In: Sjamsuhidayat R, De Jong W(editors). Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC Chew FS, Schulze ES, Mattia AR. Osteomyelitis. Radiologic phatologic conferences of Massachusetts General Hospital. AJR 1994;162: Dugdale DC. Osteomyelitis. Available at [diakses 24 Oktober 2010] 13. Stead AG, Sread SM, Kaufman MS, Kent TS. First Aid for the Surgery Clerkship. Boston: McGraw Hill,

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR A. 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK

LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK SEORANG LAKI-LAKI 17 TAHUN DENGAN FRAKTUR SEGMENTAL MANDIBULA DEXTRA TERTUTUP NON KOMPLIKATA Pembimbing dr. Benny Issakh, Sp.B, SpB.Onk Disusun Oleh Hj Mutiara DPR 22010111200152

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraktivitas, dan adanya kemungkinan terjadinya kecacatan karena proses

BAB I PENDAHULUAN. beraktivitas, dan adanya kemungkinan terjadinya kecacatan karena proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteomielitis kronis telah menjadi masalah yang sulit bagi pasien dan dokter yang merawat. Seringnya angka kekambuhan menyebabkan pasien sering memerlukan perawatan

Lebih terperinci

OSTEOMIELITIS. Rachmanissa

OSTEOMIELITIS. Rachmanissa OSTEOMIELITIS Rachmanissa 1301-1208-0028 DEFINISI Osteomielitis adalah Infeksi pada tulang Page 2 KLASIFIKASI Hematogeous osteomyelitis (20%) bakteremia menyebar ke tulang - Akut - kronik Contigous osteomyelitis

Lebih terperinci

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013

Lebih terperinci

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Osteomielitis 2.1.1.1 Definisi Osteomielitis adalah peradangan tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik. Osteomielitis dapat

Lebih terperinci

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp. BED SITE TEACHING Dani Dania D - 12100113044 Siti Fatimah - 12100113045 Lisa Valentin S - 12100113001 Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.PD SMF ILMU PENYAKIT DALAM P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA RS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Fraktur Mandibula. Oleh : Uswatun Hasanah Radinal. Pembimbing : dr. Irzal. Supervisor : dr. John Pieter. Jr, Sp.B(K) Onk

Fraktur Mandibula. Oleh : Uswatun Hasanah Radinal. Pembimbing : dr. Irzal. Supervisor : dr. John Pieter. Jr, Sp.B(K) Onk Fraktur Mandibula Oleh : Uswatun Hasanah Radinal Pembimbing : dr. Irzal Supervisor : dr. John Pieter. Jr, Sp.B(K) Onk Identitas Pasien Nama Umur JK : Nn. K : 18 tahun : Perempuan Alamat : Kukku Enrekang

Lebih terperinci

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur. Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

GAMBARAN TATA LAKSANA TERAPI PASIEN OSTEOMIELITIS DI RSUP SANGLAH APRIL OKTOBER

GAMBARAN TATA LAKSANA TERAPI PASIEN OSTEOMIELITIS DI RSUP SANGLAH APRIL OKTOBER ABSTRAK GAMBARAN TATA LAKSANA TERAPI PASIEN OSTEOMIELITIS DI RSUP SANGLAH APRIL 2015 - OKTOBER 2016 Latar belakang: Osteomielitis merupakan peradangan pada tulang yang dapat disebabkan oleh adanya keterlibatan

Lebih terperinci

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma Identitas Pasien Nama: An. J Usia: 5 tahun Alamat: Cikulak, Kab Cirebon Jenis Kelamin: Perempuan Nama Ayah: Tn. T Nama Ibu: Ny. F No RM: 768718 Tanggal Masuk: 12-Mei-2015 Tanggal Periksa: 15-Mei-2015 Anamnesis

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak

Lebih terperinci

SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH

SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH PRESENTASI KASUS SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH Oleh : De yang WPP G99141092 Pembimbing: dr. Tito Sumarwoto, Sp. OT (K) KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya,

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, KASUS GIZI BURUK 1. Identitas a. Identitas Balita Nama : Yuni Rastiani Umur : 40 bln (29-06-2009) Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 29-06-2009 Alamat Agama Suku : Bojong Kaum

Lebih terperinci

Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF OBJEKTIF

Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF OBJEKTIF Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF Pasien Tn.D, 22 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 3 hari yang lalu, mual dan muntah sebanyak 3 kali sejak 2 malam yang lalu. Selain itu os juga mengeluhkan

Lebih terperinci

ANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar.

ANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar. PENDAHULUAN Gout sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu gutta (tetesan) karena dipercaya bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi tetes ke dalam sendi. Kini, asam urat bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial yang terletak di antara fasia leher dalam, sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber

Lebih terperinci

STATUS COASS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

STATUS COASS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN STATUS COASS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN Identitas a. Nama : Ny T b. Umur : 37 tahun c. Tanggal lahir : 12/09/2014 d. No. MR : 01213903 e. Alamat : Jl. A RT 01 RW 08 f. Telefon : - g. Nama suami : S h. Umur

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

STATUS PASIEN. Alamat : Jl. Sungai ngirih, Selakau. Status Perkawinan : Menikah Masuk RS tanggal : Senin, 21 Desember 2015 pukul

STATUS PASIEN. Alamat : Jl. Sungai ngirih, Selakau. Status Perkawinan : Menikah Masuk RS tanggal : Senin, 21 Desember 2015 pukul STATUS PASIEN A. Identitas Nama : Tn. E Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 59 tahun Agama : Islam Alamat : Jl. Sungai ngirih, Selakau Pekerjaan : Buruh Status Perkawinan : Menikah Masuk RS tanggal : Senin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D. OSTEOARTHRITIS Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad Anggota : Monareza Restantia Shirly D. C 111 11 178 Uswah Hasanuddin C 111 11 206 Citra Lady

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2010 A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Biodata Pasien Nama : An. A Tanggal lahir : 21 Agustus 2009 Umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

PORTOFOLIO KASUS MEDIK

PORTOFOLIO KASUS MEDIK PORTOFOLIO KASUS MEDIK Oleh: dr. Sukron Nanda Firmansyah PENDAMPING: dr. Moch Jasin, M.Kes Portofolio Kasus No. ID dan Nama Peserta : dr. SukronNanda Firmansyah No. ID dan Nama Wahana: RSU Dr. H. Koesnadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Staphylococcus adalah bakteri gram positif berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus merupakan bakteri koagulase negatif, kecuali Staphylococcus aureus

Lebih terperinci

IDENTITAS PASIEN. Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah

IDENTITAS PASIEN. Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah ACS STEMI IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.T Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia : 46 tahun Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah Agama : Islam Pekerjaan : Pengendara sepeda Alamat :

Lebih terperinci

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE Laporan Kasus Besar Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE 406117055 IDENTITAS PASIEN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF AUTOANAMNESIS Rabu, 25 April jam 09.00 1. Keluhan Utama Benjolan

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat secara signifikan menjadi lebih dari 5 juta pada tahun

Lebih terperinci

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO) 1 Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO) Sakit : pola respon yang diberikan oleh organisme hidup thd

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak akibat penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin (Dorland, 2010). DM suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada

Lebih terperinci

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB) PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB) ANTENATAL CARE (ANC) IBU HAMIL DI POLIKLINIK KIA PUSKESMAS KALITIDU

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) ANTENATAL CARE (ANC) PADA KEHAMILAN ENERGI KRONIS

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) ANTENATAL CARE (ANC) PADA KEHAMILAN ENERGI KRONIS LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) ANTENATAL CARE (ANC) PADA KEHAMILAN ENERGI KRONIS Oleh: dr. Diana Zahrawardani DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN IX PERIODE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kerangka Teoritis II.1.1 Definisi Osteomielitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi infeksi di tulang dan sumsum tulang. Infeksi pada tulang dapat terjadi melalui aliran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya mikroorganisme yang normal pada konjungtiva manusia telah diketahui keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan populasi mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST OP SELULITIS PEDIS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST OP SELULITIS PEDIS LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST OP SELULITIS PEDIS Nama : Imam Chanafi NIM : 1311053 CI KLINIK CI INSTITUSI ( ) ( ) PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

Lebih terperinci

Hasil Pemeriksaan Sinar-X Pasien Osteomielitis Kronis Ekstremitas. No.1 Bandung 40116

Hasil Pemeriksaan Sinar-X Pasien Osteomielitis Kronis Ekstremitas. No.1 Bandung 40116 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hasil Pemeriksaan Sinar-X Pasien Osteomielitis Kronis Ekstremitas 1 Adriani Nadhirah, 2 Tjoekra Roekmantara, 3 R. Rizky Suganda Prawiradilaga 1 Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik prospektif dengan time series design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1.

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

LAPORAN JAGA IGD Tgl 3 Juni 2015

LAPORAN JAGA IGD Tgl 3 Juni 2015 LAPORAN JAGA IGD Tgl 3 Juni 2015 Supervisor Jaga : dr. Mahriani Sylvawani, Sp.PD Tim Jaga : dr. Desi Maghfirah dr. Azis dr. Fahril dr. Yuni dr. Ricky Identitas Nama Pasien : Ny. B Umur : 65 tahun Alamat

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. A. Pengkajian Keperawatan Dilakukan pada tanggal 24 April 2007 jam 11.00

BAB III TINJAUAN KASUS. A. Pengkajian Keperawatan Dilakukan pada tanggal 24 April 2007 jam 11.00 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Dilakukan pada tanggal 24 April 2007 jam 11.00 WIB. Dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Suku bangsa Agama Alamat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA STATUS ANESTESIOLOGI SPINAL SMF ILMU ANASTESI RS BAYUKARTA. NIM : Tanda tangan :

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA STATUS ANESTESIOLOGI SPINAL SMF ILMU ANASTESI RS BAYUKARTA. NIM : Tanda tangan : FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Terusan Arjuna No 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA STATUS ANESTESIOLOGI SPINAL SMF ILMU ANASTESI

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS POLIKLINIK Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Oleh : Pandu Respati. : Ngelembu Rt 007/ Rw 001 Jawa Tengah. No MasalahAktif Tanggal No

LAPORAN KASUS POLIKLINIK Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Oleh : Pandu Respati. : Ngelembu Rt 007/ Rw 001 Jawa Tengah. No MasalahAktif Tanggal No LAPORAN KASUS POLIKLINIK Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Oleh : Pandu Respati 1.1. IdentitasPasien Nama Umur Jeniskelamin Alamat Pekerjaan Pendidikan : Ny GW : 42 tahun : Perempuan : Ngelembu Rt 007/ Rw 001

Lebih terperinci

Wanita 29 tahun G2P1A0 dengan post-term, fetal distress, dan ruptura uteri iminens

Wanita 29 tahun G2P1A0 dengan post-term, fetal distress, dan ruptura uteri iminens Wanita 29 tahun G2P1A0 dengan post-term, fetal distress, dan ruptura uteri iminens IDENTITAS PASIEN Ny. S 29 tahun Islam Jawa Kaligangsa RT.06 RW.01, Margadana, Kota Tegal Pedagang ANAMNESIS Tanggal 07-10-14

Lebih terperinci

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Para peserta dan orangtua/wali yang terhormat, Medical check up merupakan salah satu tahapan dalam proses Penerimaan Santri Baru (PSB) yang harus diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease

BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK

BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK A. Identitas Pasien Nama : Ny. F Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 51 tahun Suku : Jawa Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Pakaian Alamat : Bojonegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian TB Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

Presentasi Kasus Spinal Cord Injury

Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Evan Pramudito Mulyadi 1110103000049 Audi Fikri Aulia 1111103000025 Kepanitraan Klinik SMF Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum : : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan Giant Condyloma Acuminatum Tanggal kegiatan : 23 Maret 2010 : GCA merupakan proliferasi jinak berukuran besar pada kulit dan mukosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Berdasarkan laporan WHO, kasus baru tuberkulosis di dunia lebih dari 8 juta pertahun. Diperkirakan 20-33% dari penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

Lebih terperinci