TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014"

Transkripsi

1 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 Katalog BPS: TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

2 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING E K O N O M I K R E A T I F

3 LAPORAN PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 ISBN: No. Publikasi: No. Katalog: Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xiv halaman Naskah: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Nasional Penyunting/Editor: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Nasional Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif Gambar: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Nasional Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Dicetak oleh: PT. Citra Mawana Patamaro Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/ atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

4 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 iii KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Profil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif ; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun ; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif ; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf. Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional. Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Suhariyanto

5

6 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 v KATA PENGANTAR A tivitas ekonomi pada dasarnya merupakan rangkaian aktivitas yang saling terkait dari satu sektor terhadap sektor yang lain, sehingga analisis yang dilakukan secara independen terhadap satu sektor tidak akan berhasil maksimal. Produksi suatu sektor membutuhkan input produk dari sektor lainnya, dan sebaliknya menjadi input produk bagi sektor lain. Produk ekonomi kreatif dipercaya merupakan input yang bisa mengungkit nilai tambah bagi sektor yang lain yang menggunakannya. Namun, opini saja tidak cukup kuat digunakan sebagai dasar kebijakan, perlu didukung oleh data yang membuktikan kebenaran opini tersebut. Alasan inilah yang mendorong disusunnya Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Dari tabel input ouput ini, dampak yang tercipta dari produk-produk kreatif terhadap sektor lain dapat dibuktikan. Dengan perhitungan yang akurat, kebijakan yang diambil pun menjadi lebih tepat sasaran. Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014 merupakan disagresasi dari Tabel Input Output Nasional. Tabel ini memuat struktur biaya dari enam belas subsektor ekonomi kreatif. Dari sini, subsektor yang memiliki rasio nilai tambah yang besar akan terukur. Selain itu, Tabel Input Output juga akan menunjukan sektor-sektor mana saja yang menggunakan dan memanfaatkan produk kreatif. Lebih jauh, buku ini akan membahas keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) subsektor ekonomi kreatif secara sederhana. Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasinya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf

7 vi TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 PENYUSUN Naskah Penanggung Jawab Umum Penanggung Jawab Teknis Editor Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Nasional Setianto, S.Si, M.Si. Suryadiningrat, SE, MM, Tim Direktorat Neraca Produksi, Tim Direktorat Neraca Pengeluaran. Penulis Naskah Cahya Alkahfi, SST, Pardomuan Robinson Sihombing, SST. Pengolah Data Tim Direktorat Neraca Produksi, Tim Direktorat Neraca Pengeluaran.

8 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 vii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KEPALA BPS iii KATA PENGANTAR KEPALA BEKRAF v PENYUSUN vi DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x Bab I Pendahuluan 3 Bab II Pemahaman Tabel Input Output 11 Bab III Gambaran Ekonomi Kreatif Indonesia 55 Bab IV Kesimpulan 75 LAMPIRAN 79 DAFTAR PUSTAKA 221

9 viii TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Struktur Permintaan Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar Rupiah) 57 Tabel 3.2. Struktur Penyediaan Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (miliar rupiah) 58 Tabel 3.3. Struktur Output Sektor Ekonomi Kreatif, Tabel 3.4. Struktur NTB atas Dasar Harga Dasar Sektor Ekonomi Kreatif, Tabel 3.5. Struktur Input Sektor Ekonomi Kreatif, Tabel 3.6. Struktur Input Primer Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar Rupiah) 62 Tabel 3.7. Pengganda Output Sektor Ekonomi Kreatif, Tabel 3.8. Pengganda Pendapatan Sektor Ekonomi Kreatif, Tabel 3.9. Pengganda Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif, Tabel Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Ekonomi Kreatif, Tabel Dampak Output Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 _(Miliar Rupiah) 68 Tabel Dampak Pendapatan Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar Rupiah) 69 Tabel Dampak Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif, 2014 (Miliar Rupiah) 70 Tabel Simulasi Kenaikan Ekspor Sektor Kriya terhadap Perekonomian Nasional 71

10 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Perbandingan Nilai Tambah Bruto, Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kreatif, Gambar 2.1. Perbandingan Supply and Use Table dan Tabel Input Output 11 Gambar 2.2. Kerangka Supply and Use Table 15 Gambar 2.3. Kerangka Tabel Input Output 17 Gambar 2.4. Tahapan Penyusunan Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Gambar 2.5. Alur Keterkaitan antar Sektor dalam Perekonomian 46 Gambar 3.1. Penyediaan dan Penawaran Sektor Ekonomi Kreatif, Gambar 3.2. Aliran Barang dan Jasa Indonesia, Gambar 3.3. Skema Pengganda Output Sektor Kriya 64

11 x TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Klasifikasi Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Lampiran 2. Korespondensi Klasifikasi Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Lampiran 3. Transaksi Total atas Dasar Harga Pembeli, 2014 (Juta Rupiah) 109 Lampiran 4. Transaksi Total atas Dasar Harga Dasar, 2014 (Juta Rupiah) 147 Lampiran 5. Transaksi Domestik atas Dasar Harga Dasar, 2014 (Juta Rupiah) 185

12

13

14 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 xiii RINGKASAN EKSEKUTIF Ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang saat ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah isu pelemahan ekonomi global. Dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan diperlukan penentuan prioritas kegiatan sektor ekonomi khususnya sektor ekonomi kreatif yang diyakini dapat menjadi mesin pendorong baru pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sektorsektor perekonomian pada hakikatnya saling terkait satu sama lainnya. Kemajuan suatu sektor tidak terlepas dari dukungan suatu sektor ekonomi untuk meningkatkan sektor ekonomi lainya sehingga dapat berdampak pada kemajuan perekonomian secara agregat. Dalam rangka memberikan ukuran keterkaitan sektor ekonomi kreatif dengan sektor ekonomi lainnya, efek pengganda (multiplier) untuk mengetahui sektor ekonomi kreatif yang dapat menjadi pemacu perekonomian nasional, dan gambaran penyediaan dan penawaran produk barang dan jasa ekonomi kreatif secara komprehensif disusun Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Tahun 2014, sektor ekonomi kreatif yang mempunyai indeks backward dan forward linkages tertinggi adalah sektor kriya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kriya memiliki kaitan dengan sektor-sektor lain yang tinggi sehingga menyebabkan sektor ini lebih unggul dari pada sektorsektor yang lain untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Efek pengganda suatu sektor dapat digambarkan menggunakan angka pengganda yang terdiri dari pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja. Sektor kuliner merupakan sektor dengan pengganda output dan pendapatan terbesar. Sedangkan sektor dengan efek pengganda tenaga kerja tertinggi adalah sektor seni pertunjukan. Semakin besar efek pengganda, semakin besar pula peran sektor tersebut dalam perekonomian. Informasi yang dihasilkan dari hasil analisis Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014 dapat dijadikan salah satu dasar identifikasi lebih

15 xiv TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 lanjut sektor-sektor ekonomi kreatif yang dapat ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat, serta menyerap lebih banyak tenaga kerja Indonesia.

16 1 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) PENDAHULUAN LAPORAN TABEL INPUT OUTPUT 2014 LAPORAN TABEL INPUT OUTPUT 2014 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) LAPORAN TABEL INPUT OUTPUT 2014 LAPORAN TABEL INPUT OUTPUT 2014 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021)

17

18 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat saat ini berdampak pada perubahan tata kelola informasi, pola perdagangan, dan konsumsi di berbagai belahan dunia. Perubahan yang dinamis tersebut juga memicu pengembangan ekonomi baru yang semakin kompetitif, penuh kreativitas dan berkelanjutan. Saat ini, negara maju dan berkembang mulai banyak yang mengandalkan kegiatan ekonomi baru yang bertumpu pada ide dan kreativitas serta dukungan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan, yang dikenal dengan ekonomi kreatif. Hal itu ditengarai karena ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian negara secara signifikan. World Bank mencatat pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 sebesar 2,5 persen, sedikit lebih rendah dari capaian 2015 sebesar 2,8 persen World Bank mencatat pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 sebesar 2,5 persen, sedikit lebih rendah dari capaian 2015 sebesar 2,8 persen. Bila dilihat dari kelompoknya, kelompok ekonomi negara maju tumbuh 1,8 persen lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2015 sebesar 2,3 persen. Hal tersebut didorong pelemahan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, sedangkan kelompok negara berkembang sedikit meningkat dari 3,8 persen pada 2015 menjadi 4,0 persen. Tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,88 persen. Capaian sektor ekonomi kreatif juga menunjukkan kinerja positif

19 4 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 dengan pertumbuhan yang meningkat dibandingkan tahun 2015 dari 4,41 persen menjadi 4,95 persen. Peranan sektor ekonomi kreatif dalam perekonomian nasional pada tahun 2016 mencapai Tiga sektor yang 7,44 persen atau sebesar 923 triliun rupiah. Tiga sektor yang paling paling dominan dominan yaitu sektor kuliner, fesyen dan kriya dengan kontribusi yaitu sektor kuliner, sebesar 74,81 persen dari total nilai tambah sektor ekonomi fesyen dan kriya kreatif. Sektor kuliner berkontribusi besar dalam pembentukan dengan kontribusi nilai tambah sektor ekonomi kreatif yaitu sebesar 41,40 persen sebesar 74,81 dan pertumbuhannya sebesar 5,06 persen. Di sisi lain sektor persen dari total ekonomi kreatif yang kontribusinya masih dibawah 10 persen nilai tambah sektor seperti sektor televisi dan radio dan sektor film, animasi, dan ekonomi kreatif video mampu tumbuh di atas 10 persen. Sektor ekonomi kreatif dengan pertumbuhan tertinggi adalah televisi dan radio sebesar 10,33 persen walaupun peranannya baru mencapai 8,27 persen. Hal tersebut dapat dijadikan dasar identifikasi pengembangan lebih lanjut sektorsektor yang masih dapat ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Gambaran nilai tambah bruto, kontribusi dan pertumbuhan sektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada gambar 1.1. Gambar 1.1. Perbandingan Nilai Tambah Bruto, Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kreatif, Lainnya 1,62% Pertumbuhan (persen) Arsitektur 2,38% Periklanan 0,82% Penerbitan 6,52% Aplikasi dan Game Developer 1,84% Televisi dan Radio 8,06% Kriya 16,27% Fesyen 18,80% Desain 0,47% Nilai Tambah Bruto (triliun) Kuliner 43,22% Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dilanjutkan oleh Kabinet Kerja Presiden Jokowi-Jusuf Kalla ( ) dengan membentuk badan baru yaitu Badan Ekonomi Kreatif melalui Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif. Selanjutnya, Peraturan Presiden tersebut diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015

20 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia merupakan rangkaian upaya dan proses perbaikan yang terencana, terpadu, bertahap dan berkesinambungan dalam berbagai bidang tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif agar dapat memenuhi tuntutan kompleksitas pengembangan ekonomi kreatif. Di dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015, produk-produk ekonomi kreatif diklasifikasikan kedalam 16 sektor ekonomi kreatif yang berkorespondensi dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia (KBKI). Rincian keenam belas subsektor ekonomi kreatif tersebut yaitu (1). Arsitektur; (2). Musik; (3). Desain Interior; (4). Fesyen; (5). Desain Komunikasi Visual; (6). Aplikasi dan Game Developer; (7). Desain Produk; (8). Penerbitan; (9). Film, Animasi, dan Video; (10). Periklanan; (11). Fotografi; (12). Televisi dan Radio; (3). Kriya; (14). Seni Pertunjukan; (15). Kuliner; dan (16). Seni Rupa. Pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia merupakan rangkaian upaya dan proses perbaikan yang terencana, terpadu, bertahap dan berkesinambungan dalam berbagai bidang. Pembangunan yang dilakukan bertumpu pada ide dan kreatifitas yang merupakan sumberdaya berkelanjutan dan menuangkan kreatifitas tersebut untuk di proses menjadi produk-produk kreatif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan pemanfaatan seluruh sumber daya yang terbarukan secara optimal. Hal tersebut sejalan dengan arah kebijakan pemerintah saat ini untuk melakukan proses transformasi ekonomi dari ekonomi berbasis konsumsi rumah tangga menjadi investasi dan mulai meninggalkan sumber daya alam tanpa proses menuju industri pengolahan menggunakan sumber daya berkelanjutan yang dapat meningkatkan nilai tambah dan memberikan efek pengganda (multiplier) yang tinggi untuk peningkatan perekonomian nasional. Proses peningkatan nilai tambah merupakan pemicu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan diharapkan berpihak pada peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja. Untuk melakukan perencanaan, memonitor dan mengevaluasi seberapa besar perkembangan pembangunan yang dicapai, diperlukan bermacam-macam data statistik sebagai alat informasi sekaligus guna menentukan strategi kebijakan sehingga sasaran pembangunan dapat dicapai seperti yang diharapkan. Salah satu data statistik tersebut adalah Tabel Input-Output (I-O). Penyusunan Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif dimaksudkan untuk menyediakan data statistik khususnya ekonomi kreatif secara komprehensif yang mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi dan nilai pengganda serta analisis dampak perubahan konsumsi akhir yang dilakukan rumahtangga, pemerintah dan perusahaan (konsumsi,

21 6 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 investasi, dan ekspor) terhadap pertumbuhan output, penciptaan nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Jenis data yang disajikan pada tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif antara lain dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis dan proyeksi perekonomian sektor ekonomi kreatif dalam perencanaan pembangunan khususnya pada bidang ekonomi kreatif Ruang Lingkup Penyusunan Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif tahun 2014 disusun untuk tingkat nasional. Dalam publikasi ini disajikan bagaimana Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif disusun, sumber data dan metode estimasi yang digunakan serta analisis gambaran sektor ekonomi kreatif berdasarkan Tabel I-O. Secara umum, lingkup penyusunan publikasi ini adalah : 1. Menyajikan Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif tahun 2014 yang dapat digunakan sebagai dasar perumusan pembangunan sektor ekonomi kreatif; 2. Menyajikan analisis dengan berdasarkan Tabel I-O updating Ekonomi Kreatif tahun 2014 yang dapat bermanfaat untuk: a. Memberikan gambaran sektor-sektor unggulan melalui identifikasi keterkaitan sektor-sektor ekonomi kreatif dengan sektor ekonomi lainnya b. Mengukur efek berganda sektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional; c. Untuk memperkirakan dampak pembangunan sektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional Sistematika Penulisan Publikasi Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014 diterbitkan dalam 4 bab dengan pembabakan isi sebagai berikut: 1. Bab I merupakan pendahuluan dan berisi uraian tentang latar belakang, ruang lingkup dan sistematika isi publikasi. 2. Bab II berisi uraian tentang konsep dan definisi untuk kerangka dasar Supply and Use Table (SUT), Tabel I-O, output, tahapan

22 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF penyusunannya, dan metode analisisnya. 3. BAB III berisi analisis gambaran ekonomi kreatif berdasarkan Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif BAB IV kesimpulan.

23

24 2 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) PEMAHAMAN TABEL INPUT OUTPUT LAPORAN TABEL INPUT OUTPUT 2014 LAPORAN TABEL INPUT OUTPUT 2014 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) LAPORAN TABEL INPUT OUTPUT 2014 LAPORAN TABEL INPUT OUTPUT 2014 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021)

25

26 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Bab II Pemahaman Tabel Input Output Tabel I-O merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Saat ini penyusunan Tabel I-O di Indonesia mengikuti pedoman System of National Accounts (SNA) 2008 yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Berdasarkan pedoman tersebut, Tabel I-O disusun berbasis SUT dan penggunaannya untuk kepentingan analisis makro saja tidak lagi sebagai kerangka kerja untuk konsistensi data dan basis penentuan level Produk Domestik Bruto (PDB). Secara umum perbandingan antara SUT dan Tabel I-O adalah sebagai berikut: Gambar 2.1. Perbandingan SUT dan Tabel I-O SUT Tabel I-O Tujuan Sebagai basis untuk konsistensi penyusunan PDB menurut 3 pendekatan, Tabel I-O dan Neraca lainnya Matriks Rektanguler (tidak simetris), industri x produk Sebagai basis untuk analisis dan modeling Dimensi Matriks simetris, produk x produk Periode Tahunan 5 tahunan atau tidak reguler Kompilasi Data dikompilasi sedekat mungkin dengan kondisi riil di lapangan Disusun setelah SUT dengan menggunakan asumsi-asumsi

27 12 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan Tabel I-O yang disusun, dalam bab ini diuraikan konsep dan definisi tentang SUT dan Tabel I-O, serta metode penyusunan Tabel I-O updating ekonomi kreatif yang dilakukan dengan cara updating. Diharapkan dengan penjelasan ini dapat digunakan sebagai panduan untuk pemanfaatan Tabel I-O dalam berbagai keperluan analisis khususnya di bidang ekonomi kreatif Supply and Use Tables SUT merupakan suatu kerangka kerja yang fokus pada kegiatan produksi dalam ekonomi, sehingga di dalam SUT akan tergambar bagaimana aliran produk barang dan jasa dalam perekonomian. SUT terdiri dari dua kerangka utama yaitu tabel Supply dan tabel Use. Tabel Supply atau penyediaan memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor). Sedangkan Tabel Use atau penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa untuk permintaan antara dan permintaan akhir (konsumsi domestik, pembentukan modal bruto dan ekspor). Selain itu, Tabel Use juga menggambarkan bagaimana komponen nilai tambah (kompensasi pekerja, surplus usaha bruto dan pajak lainnya atas produksi neto) diciptakan oleh industri dalam ekonomi domestik. Sehingga, SUT juga dapat memberikan informasi rinci dalam proses produksi, saling ketergantungan dalam kegiatan produksi, penggunaan barang dan jasa serta penciptaan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan produksi. SUT yang seimbang memberikan gambaran hubungan data industri, produk dan sektor secara koheren. Adapun manfaat penyusunan SUT antara lain: 1. SUT merupakan alat yang paling efisien untuk mengintegrasikan berbagai jenis data dasar dan menghubungkannya secara koheren antara industri, produk, dan pengguna utama secara sistematis; 2. SUT mengkonfrontasi perbedaan data dasar secara efisien dan memberikan landasan yang kuat untuk membuat koreksi yang tepat. Konfrontasi data tersebut mengarah pada peningkatan akurasi estimasi; 3. SUT mengintegrasikan penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut tiga pendekatan (Produksi, Pengeluaran, dan Pendapatan); 4. SUT merupakan dasar penyusunan Tabel Input-Output (I-O). SUT merupakan suatu kerangka kerja yang fokus pada kegiatan produksi dalam ekonomi, sehingga di dalam SUT akan tergambar bagaimana aliran produk barang dan jasa dalam perekonomian

28 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Penyediaan barang dan jasa dibedakan antara komoditi yang dihasilkan di dalam wilayah itu sendiri (output domestik) dan dari luar negeri (impor) Klasifikasi SUT dan Tabel I-O adalah suatu sistem yang memberikan gambaran perekonomian secara menyeluruh. Oleh karena itu sistem tersebut dituntut untuk mampu mencakup seluruh komoditi dan kegiatan perekonomian, baik komoditi yang dihasilkan oleh aktivitas produksi dalam negeri (domestik) maupun komoditi yang berasal dari produksi luar negeri (impor). Pada praktiknya, barang dan jasa atau komoditi yang dihasilkan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk fisik yang beragam. Oleh karena itu, pada tahap awal penyusunan SUT dan Tabel I-O proses mengelompokkan barang dan jasa maupun aktivitas produksi ke dalam kelompok-kelompok tertentu dilakukan di tahap awal. Proses pengelompokkan barang dan jasa inilah yang dikenal sebagai tahap penyusunan klasifikasi. Pada saat menyusun klasifikasi, selain mencakup seluruh komoditi dan aktivitas dalam perekonomian juga harus mempertimbangkan ketersediaan data dan kerangka analisis yang akan dicapai. Hal tersebut dilakukan agar data yang dihasilkan dapat menjawab kebutuhannya. Proses penyusunan klasifikasi juga harus mencakup konkordansi dari suatu sistem klasifikasi ke lainnya. Kerangka Kerja SUT Gambaran tentang dua kerangka utama SUT terdiri dari tabel supply dan tabel use terdapat pada gambar 2.2. Tabel supply memberikan gambaran tentang penyediaan barang dan jasa menurut komoditi (baris) yang dihasilkan berdasarkan lapangan usaha yang menghasilkan (kolom). Penyediaan barang dan jasa dibedakan antara komoditi yang dihasilkan di dalam wilayah itu sendiri (output domestik) dan dari luar negeri (impor). Dalam tabel supply penilaian output dinilai berdasarkan harga dasar (basic price) dan pada tabel supply juga terdapat tabel valuasi (valuation tables) yang terdiri dari kolom pajak dikurangi subsidi atas produk dan kolom margin perdagangan dan pengangkutan. Tabel penilaian tersebut diestimasi untuk mendapatkan penilaian total penyediaan atas harga pembeli (purchasers price). Tabel use terdiri dari 3 (tiga) komponen matriks yaitu permintaan antara, permintaan akhir, dan komponen Nilai Tambah Bruto (NTB) atau input primer. Tabel use dinilai atas dasar harga pembeli. Matriks permintaan antara dirinci menurut produk (baris) dan lapangan usaha yang menghasilkan (kolom). Informasi didalamnya menunjukkan penggunaan produk menurut jenis unit yang memproduksinya. Hal

29 14 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 tersebut merupakan salah satu aspek yang menarik dari SUT dan Tabel I-O. Permintaan akhir terdiri dari komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), konsumsi pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), perubahan inventori dan ekspor. Sedangkan informasi pada komponen nilai tambah yang terdiri dari kompensasi tenaga kerja, surplus usaha/ pendapatan campuran bruto serta pajak lainnya dikurang subsidi lainnya atas produksi. Persamaan pada SUT yang harus dipenuhi: Total Penyediaan = Total Penggunaan Total Output = Total Input Dimana: Total Penyediaan = Total output domestik atas dasar harga dasar + impor barang dan jasa + Pajak kurang subsidi atas produk + Margin perdagangan dan biaya pengangkutan Total Penggunan = Total permintaan antara + permintaan akhir menurut produk Total Output = Total Input = Total konsumsi antara + Nilai tambah menurut lapangan Usaha. Dari tabel SUT dapat diperoleh indikator makro PDB menurut 3 (tiga) pendekatan yang konsisten yaitu PDB Produksi = PDB Pengeluaran = PDB Pendapatan. PDB Produksi = Total nilai tambah menurut lapangan usaha + pajak dikurangi subsidi atas produk PDB Pengeluaran = Total permintaan akhir impor PDB Pendapatan = penjumlahan komponen NTB (input primer) yang terdiri dari (kompensasi tenaga kerja + surplus usaha bruto + pajak dikurangi subsidi lainnya atas produksi) + pajak dikurangi subsidi atas produk

30 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Gambar 2.2. Kerangka SUT Nilai sama LAPANGAN USAHA TABEL SUPPLY Valuasi LAPANGAN USAHA TABEL USE PERMINTAAN AKHIR harga pembeli KOMODITI Output Domestik harga dasar Impor Barang dan Jasa Margin Perdagangan dan Pengangkutan Pajak kurang subsidi atas produk TOTAL PENYEDIAAN atas harga pembeli KOMODITI Permintaan Antara harga pembeli Konsumsi rumahtangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Konsumsi PMTB Perubahan Inventori Ekspor barang dan jasa TOTAL PENGGUNAAN atas harga pembeli TOTAL OUTPUT Nilai sama Total Konsumsi Antara NTB (Input Primer) TOTAL INPUT Sumber: Sanjiv Mahajan, Development, Compilation and Use of SUT in the United Kingdom National Accounts, Tabel Input Output Tabel I-O menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks Tabel I-O menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Disamping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Menurut Baumol (1972) analisis input ouput sebagai upaya memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antar pelaku perekonomian. Teknologi produksi yang digunakan memegang peranan penting yaitu teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara.

31 16 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 Keterbatasan Tabel Input Output Data yang disajikan dalam Tabel I-O merupakan informasi rinci tentang input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam proses penyusunannya, model input output bersifat statis dan terbuka. Asumsi dasar dalam penyusunan Tabel I-O adalah: 1. Keseragaman (homogenity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antara input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding (berbanding lurus) dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa di luar sistem Tabel I-O semua pengaruh dari luar diabaikan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka Tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu bahwa koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Walaupun demikian, model I-O masih merupakan alat analisis yang lengkap dan komprehensif. Beberapa kegunaan Tabel I-O antara lain adalah: 1. Menggambaran kondisi perekonomian dari sisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa secara komprehensif. 2. Untuk analisis-analisis keterkaitan antar sektor dan analisis pengganda untuk melihat pengaruh suatu sektor dengan sektor lainnya serta memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap perekonomian. Data yang disajikan dalam Tabel I-O merupakan informasi rinci tentang input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian

32 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Untuk analisis dan dasar penyusunan model ekonomi lainnya yang lebih kompleks. Kerangka Kerja Secara umum, matriks dalam Tabel I-O dapat dikelompokkan menjadi tiga kuadran (sub matriks), yaitu kuadran I, II dan III. Isi dan pengertian masing-masing kuadran tersebut secara ringkas dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3. Kerangka Tabel I-O Alokasi Output Susunan Input Permintaan Antara Industri homogen PERMINTAAN Permintaan Akhir PENYEDIAAN Komoditi Input Primer 1... Transaksi antara (Kuadran I) Konsumsi antara 1950 Pajak dikurang subsidi atas produk 2000 Impor 2010 Kompensasi tenaga kerja 2020 Surplus Usaha Bruto 2030 Pajak dikurang subsidi lainnya atas produksi 2090 Nilai Tambah Bruto 2100 TOTAL INPUT Permintaan antara Konsumsi Rumahtangga Konsumsi LNPRT Kuadran III Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor barang dan jasa Total Permintaan Akhir TOTAL PERMINTAAN Kuadran II Impor barang dan jasa Margin perdagangan dan pengangkutan Pajak atas produk neto TOTAL OUTPUT TOTAL PENYEDIAAN 1. Kuadran I Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Isian sepanjang baris pada kuadran ini memperlihatkan alokasi output suatu sektor ekonomi yang digunakan sebagai input oleh sektor lainnya dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan isian-isian sepanjang kolomnya memperlihatkan penggunaan input oleh suatu sektor yang berasal dari sektor lainnya dan disebut sebagai input antara. Dalam analisis menggunakan model I-O, kuadran I memiliki peranan penting karena kuadran inilah yang

33 18 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2. Kuadran II Isian sel-sel pada kuadran II ada dua jenis, yaitu (a) transaksi permintaan akhir dan (b) komponen penyediaan pada masingmasing sektor produksi. Permintaan akhir terdiri dari enam Isian sel-sel pada kuadran II ada komponen, yaitu pengeluaran total konsumsi rumah tangga (3010), dua jenis, yaitu konsumsi LNPRT (3012), pengeluaran konsumsi pemerintah (3020), (a) transaksi PMTB (3030), perubahan inventori (3040), total ekspor barang permintaan akhir dan jasa (3070) terdiri dari ekspor barang dan jasa (3070). Jumlah dan (b) komponen permintaan (3100) merupakan jumlah permintaan antara (1800) penyediaan pada ditambah dengan jumlah permintaan akhir (3090). Sedangkan masing-masing jumlah penyediaan (8000) terdiri dari produksi dalam negeri atau sektor produksi output domestik (7000), barang dan jasa yang berasal dari impor dan margin perdagangan dan biaya pengangkutan (5090) serta pajak atas produk dikurang subsidi atas produk (6090). Barang dan jasa impor (4090). Margin perdagangan dan biaya pengangkutan atau Trade and Transport Margin (TTM) terdiri dari margin perdagangan dan biaya pengangkutan (5090). Dengan demikian isian sepanjang baris pada kuadran II memperlihatkan komposisi permintaan akhir terhadap suatu sektor produksi dan bagaimana komposisi penyediaannya. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan distribusi masing-masing komponen permintaan akhir dan penyediaan. 3. Kuadran III Isian kuadran III terdiri dari sel-sel nilai tambah bruto atau input primer. Nilai tambah bruto (2090) terdiri dari kompensasi tenaga kerja (2010), surplus usaha bruto (2020), dan pajak dikurangi subsidi lainnya atas produksi (2030). Isian sepanjang baris pada kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan masing-masing komponen nilai tambah bruto menurut kelompok produk sesuai industri yang menghasilkan. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah bruto oleh masing-masing kelompok industri menurut komponennya. Dalam banyak analisis, nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh masingmasing kelompok produk dikonversikan ke PDB. Untuk menghasilkan total PDB maka nilai tambah bruto atas dasar harga dasar terlebih dahulu harus ditambah dengan pajak kurang subsidi atas produk (6090). Di samping melalui nilai tambah bruto, produk domestik bruto dapat juga diturunkan dari permintaan akhir, yaitu jumlah seluruh permintaan akhir (3090) dikurangi dengan total impor barang jasa (4090).

34 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Transaksi yang digunakan dalam Tabel I-O ada dua jenis, yaitu transaksi total dan transaksi domestik. Transaksi total mencakup Transaksi yang semua transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi digunakan dalam dalam negeri (output domestik) maupun yang berasal dari impor. Tabel I-O ada dua Sedangkan yang dicakup pada transaksi domestik hanya transaksi jenis, yaitu transaksi atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor produksi di dalam total dan transaksi negeri saja. Di samping itu pada Tabel I-O juga menggunakan domestik dua jenis harga untuk penilaian setiap transaksi yang digunakan, yaitu harga pembeli dan harga dasar. Pada transaksi atas dasar harga pembeli, semua transaksi dinilai atas dasar harga yang dibayar oleh pembeli yang mencakup juga margin perdagangan dan biaya pengangkutan serta pajak dikurangi subsidi atas produk. Sedangkan pada transaksi atas dasar harga dasar yang digunakan sebagai dasar penilaian adalah harga dari produsen barang dan jasa yang bersangkutan tanpa margin perdagangan dan biaya pengangkutan serta pajak dikurangi subsidi atas produk. Berdasarkan uraian tersebut, maka Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014 yang disusun terdiri dari tiga tabel dasar, yaitu 1. tabel transaksi total atas harga pembeli; 2. tabel transaksi total atas harga dasar; 3. tabel transaksi domestik atas harga dasar. Seperti telah diuraikan sebelumnya, pada tabel transaksi domestik atas dasar harga dasar transaksinya tidak lagi mencakup barang dan jasa impor. Untuk menjaga agar tetap seimbang (balance), maka barang dan jasa yang diperoleh dari impor pada tabel transaksi domestik dikumpulkan pada baris tersendiri dan diberi kode (2000) sedangkan nilai pajak dikurang subsidi atas produk dikumpulkan pada baris tersendiri dengan kode (1950). Hubungan antara tabel transaksi atas dasar harga pembeli dan harga dasar dijelaskan pada formula di bawah ini: Tabel transaksi total atas dasar harga pembeli dikurang (-) tabel margin perdagangan dan pengangkutan dikurang (-) tabel pajak atas produk neto = Tabel transaksi total atas harga dasar

35 20 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 dikurang (-) tabel impor = Tabel transaksi domestik atas harga dasar 2.3. Tahapan Penyusunan Penyusunan Tabel I-O ekonomi kreatif dilakukan dengan teknik updating, metode ini menggabungkan pendekatan secara langsung dengan metode tak langsung. Dengan kata lain sebagian sel-sel matriks koefisien teknis diperkirakan dari hasil survei dan sebagian lagi menggunakan model berdasarkan Tabel I-O terkini yang disusun lengkap/sebagai benchmarking pada periode sebelumnya dan data makro ekonomi. Dengan kata lain updating Tabel I-O ekonomi kreatif 2014 disusun menggunakan data-data hasil sensus, survei, data administratif, dan Tabel I-O Indonesia Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa level dan nominal (current price) sektor-sektor ekonomi untuk proses produksi barang dan jasa, mengalami perubahan cukup berarti, meskipun secara struktur ekonomi tidak berubah secara nyata. Tahapan umum dan penjelasan penyusunan Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014 adalah sebagai berikut: Gambar 2.4. Tahapan Penyusunan Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014 Penyusunan klasifikasi dan framework Penyusunan Tabel I-O ekonomi kreatif dilakukan dengan teknik updating, metode ini menggabungkan pendekatan secara langsung dengan metode tak langsung Dimensi klasifikasi tabel I-O ekonomi kreatif 2014 adalah 63x63 produk Updating komponen supply dan use Updating Tabel I-O * updating output * updating permintaan antara * updating nilai tambah * updating permintaan akhir * transformasi tabel I-O * Rekonsiliasi tabel I-O * updating Matriks impor * updating Matriks valuasi Catatan mengenai tahapan pokok penyusunan tersebut dielaborasi lebih lanjut pada pembahasan berikut ini. Klasifikasi Tabel Input-Output Ekonomi Kreatif Untuk menyusun klasifikasi sektor, sifat dan jenis setiap komoditi yang ada harus dipelajari dengan seksama. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah teknologi pembuatan dan prospek masa depan dari peranan dan kegunaan setiap komoditi dalam kegiatan perekonomian secara menyeluruh. Jika penyusunan klasifikasi sektor dibuat semakin rinci, maka akan lebih mendalam pula pengenalan terhadap anatomi fisik

36 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF berbagai barang dan jasa yang dicakup oleh masing-masing sektor. Asumsi utama yang digunakan dalam penyusunan klasifikasi sektor adalah bahwa satu sektor hanya akan menghasilkan satu macam barang dan jasa. Pada kenyataannya, satu kegiatan ternyata dapat menghasilkan lebih dari satu macam komoditi. Dalam hal ini maka harus diusahakan agar komoditi-komoditi yang dihasilkan oleh suatu sektor memiliki kelas yang sama atau setara. Namun demikian jika ternyata dari kegiatan di suatu sektor dihasilkan pula suatu komoditi yang sangat berbeda dengan sifat komoditi di sektor yang bersangkutan, maka komoditi ini harus dikeluarkan dari sektor tersebut dan dimasukkan ke sektor yang sesuai. Dalam penyusunan updating Tabel I-O ekonomi kreatif 2014, pertimbangan utama yang digunakan adalah Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 Dalam penyusunan Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014, pertimbangan utama yang digunakan adalah Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015, aktivitas ekonomi kreatif diklasifikasikan kedalam 16 subsektor. Klasifikasi 16 subsektor ekonomi kreatif yang berbasis KBLI dikorespondensikan dengan produk-produk yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi tersebut berdasarkan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia (KBKI). Klasifikasi tersebut dikorespondensikan dengan klasifikasi Tabel I-O. Adapun rincian klasifikasi Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014 berdimensi 63x63 produk dimana rincian klasifikasi dan korespondensinya dapat dilihat pada tabel lampiran 1. Dimensi Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014 diklasifikasikan berdasarkan 63 produk-x-produk. Dalam penyusunannya diintegrasikan dengan penyusunan klasifikasi SUT sehingga dapat ditelusuri kesesuaian klasifikasi Tabel I-O dengan sistem klasifikasi standar. Tabel I-O produkx-produk mendeskripsikan hubungan teknologi antara produk dan unit produksi yang homogen. Bagian transaksi antara mendeskripsikan untuk setiap produk, jumlah produk yang digunakan untuk memproduksi suatu produk, terlepas dari industri yang memproduksi. Analisisnya dapat dilakukan untuk melihat dampak perubahan konsumsi akhir suatu produk terhadap produksi produk tersebut. Klasifikasi Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014 berkorespondensi dengan KBKI 2010 dapat dilihat pada tabel lampiran 2. Updating Output Output adalah nilai dari seluruh produk (barang/jasa) yang dihasilkan oleh lapangan usaha produksi di suatu wilayah domestik tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor produksi yang ada di wilayah itu. Jadi pelaku produksinya dapat berupa penduduk di wilayah domestik tersebut atau perusahaan dan penduduk asing. Oleh karena itu output sering juga

37 22 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 disebut sebagai output domestik. Penghitungan output dilakukan dengan menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan oleh suatu lapangan usaha tanpa memperhatikan apakah produk tersebut terjual atau tidak. Untuk sektor perdagangan, output atau margin perdagangan merupakan nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Secara umum metode yang digunakan untuk estimasi output dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Uraian metodologi masing-masing Sektor di bawah ini merujuk pada klasifikasi pada lampiran 2, bahwa setiap sektor mencakup beberapa kategori dan lima digit KBKI. Estimasi output dan input dilakukan per kategori dalam tiap-tiap Sektor ekonomi kreatif. Berikut adalah cakupan, sumber data dan metode estimasi output dan input dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing sektor ekonomi kreatif. 1. Sektor Arsitektur Berdasarkan klasifikasi Industri sektor arsitektur mencakup aktivitas arsitektur dan keinsinyuran. Penghitungan output pada sektor arsitektur menggunakan data output SE 2006 dimana nilai output tahun 2014 diestimasi dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga berupa rata-rata output per tenaga kerja. Sementara itu untuk memperoleh nilai struktur input sektor arsitektur, menggunakan struktur input hasil SE 2006 dan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) tahun 2017 serta data dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). 2. Sektor Desain Interior Serupa dengan sektor arsitektur, sektor desain interior juga mencakup aktivitas arsitektur dan keinsinyuran dimana nilai output diestimasi dengan menggunakan output SE Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja sementara indikator harga berupa rata-rata output per tenaga kerja. Sementara itu untuk penghitungan struktur input pada sektor desain interior, data-data yang digunakan meliputi data struktur input hasil SE 2006, SKNP-EK tahun 2017 serta data hasil SKSPJ. 3. Sektor Desain Komunikasi Visual Berdasarkan klasifikasi Industri sektor desain komunikasi visual juga Penghitungan output dilakukan dengan menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan oleh suatu lapangan usaha tanpa memperhatikan apakah produk tersebut terjual atau tidak

38 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF serupa dengan sektor arsitektur dan desain interior yaitu mencakup aktivitas arsitektur dan keinsinyuran. Penghitungan output pada sektor ini menggunakan output hasil SE 2006 dimana indikator produksi yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja sementara indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja.untuk penghitungan struktur input sektor desain komunikasi visual, data-data yang digunakan meliputi struktur input hasil SE 2006, data SKNP-EK tahun 2017, SKSPJ serta informasi yang bersumber dari Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI). 4. Sektor Desain Produk Sektor desain produk mencakup tiga aktivitas yaitu aktivitas perancangan khusus, pengepakan dan pendidikan teknik swasta. Untuk aktivitas perancangan khusus dan pengepakan, nilai output diestimasi dengan menggunakan output SE 2006 dengan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja. Untuk aktivitas pendidikan teknik swasta nilai output dihitung berdasarkan perkalian indikator produksi yaitu jumlah siswa dengan indikator harga yaitu rata-rata output per siswa. Penghitungan struktur input sektor desain produk untuk ketiga aktivitas menggunakan metode yang sama yaitu menggunakan struktur input hasil SE 2006 dan SKNP-EK tahun Secara Keseluruhan sumber data yang digunakan dalam penghitungan sektor desain interior meliputi data SE 2016, data SKNP-EK 2017, data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan SKSPJ. 5. Sektor Film, Animasi dan Video Sektor film, animasi dan video mencakup tiga aktivitas yaitu industri pengolahan, informasi dan komunikasi serta jasa pendidikan. Penghitungan output pada aktivitas industri pengolahan menggunakan output dari data Industri Besar Sedang (IBS) yang dihasilkan oleh BPS. Sementara itu untuk data informasi dan komunikasi dihitung berdasarkan data jumlah film, sinetron, dan sejenisnya dikalikan dengan rata-rata biaya pembuatan film, sinetron, dan sejenisnya tersebut. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi IBS dan data SE Pada aktivitas jasa pendidikan nilai output dihitung berdasarkan hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta menggunakan data hasil SKSPJ. Struktur output dan input dibentuk

39 24 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Penghitungan struktur input pada sektor desain produk untuk ketiga aktivitas menggunakan metode yang sama yaitu menggunakan struktur input hasil SE 2006 dan SKNP-EK tahun Sektor Fotografi Sektor fotografi mencakup tiga aktivitas yaitu jasa perusahaan, jasa pendidikan dan jasa lainnya baik jasa lainnya swasta maupun yang disediakan pemerintah. Pada aktivitas jasa perusahaan estimasi output didasarkan pada hasil SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan ratarata output per tenaga kerja. Selanjutnya, dilakukan proses konkordansi untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI Pada aktivitas jasa pendidikan struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Output dihitung berdasarkan hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud, sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari hasil SKSPJ. Untuk penghitungan data terkait aktivitas jasa lainnya nilai output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi dan indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Selain itu untuk sektor jasa lainnya khususnya jasa lainnya pemerintah sumber data yang digunakan adalah realisasi belanja pegawai dan estimasi penyusutan APBN dan APBD. 7. Sektor Kriya Sektor kriya mencakup dua aktivitas yaitu industri pengolahan dan perdagangan. Untuk aktivitas industri pengolahan penghitungan output menggunakan output dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Mikro dan Kecil (IMK). Sementara itu untuk aktivitas perdagangan penghitungan output untuk menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang sektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran produk kriya. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk kriya. Output yang didapat dari penghitungan tersebut merupakan output utama yang

40 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF mana ditambahkan lagi dengan output sekundernya yang dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh dari SKSPJ. 8. Sektor Kuliner Sektor Kuliner mencakup tiga aktivitas yaitu industri pengolahan, perdagangan dan aktivitas penyediaan akomodasi dan makan minum. Penghitungan output pada aktivitas industri pengolahan menggunakan output dari data IBS dan IMK. Sementara itu untuk menghitung output pada aktivitas perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/ commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang sektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk kuliner. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama kemudian ditambahkan dengan output sekundernya yang dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh dari SKSPJ. Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum masuk dalam cakupan dalam sektor kuliner. Total output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya, turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri). Dengan kata lain, output yang dihasilkan merupakan total supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor. Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum Susenas, maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang dihasilkan dalam Susenas, bisa dilakukan di restoran selain kaegori penyediaan makan minum (transportasi dan penyediaan akomodasi) sehingga diperlukan output yang dihasilkan oleh industri tersebut. 9. Sektor Musik Sektor Musik mencakup enam aktivitas yaitu industri pengolahan,

41 26 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 perdagangan, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa pendidikan serta aktivitas jasa lainnya. Penghitungan output sektor musik pada aktivitas industri pengolahan menggunakan data output dari IBS dan IMK. Sementara itu penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barangbarang sektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk setiap produk sektor musik. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama kemudian ditambahkan dengan output sekundernya yang dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh dari SKSPJ. Output sektor musik pada aktivitas jasa pendidikan diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud, sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari SKSPJ. Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Penghitungan output pada aktivitas informasi dan komunikasi menggunakan data SE 2006 dengan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja, data output industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output sektor Musik. Untuk struktur output dan input, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan SE Penghitungan output pada aktivitas jasa perusahaan menggunakan output hasil SE Dari hasil SE 2006 digunakan data tenaga kerja untuk mengestimasi nilai output untuk tahun Untuk Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Aktivitas terkahir yaitu aktivitas jasa lainnya dimana nilai output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi dan indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja.

42 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Sektor Fesyen Sektor Fesyen mencakup tiga aktivitas yaitu industri pengolahan, perdagangan serta aktivitas jasa pendidikan. Penghitungan output untuk aktivitas industri pengolahan menggunakan output dari data IBS dan IMK. Sementara itu penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity fiow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barangbarang sektor fesyen yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk setiap produk sektor fesyen. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama kemudian ditamahkan output sekundernya yang dihitung dengan menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh dari hasil SKSPJ. Penghitungan output untuk aktivitas berikutnya yaitu jasa pendidikan diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud, sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari SKSPJ. 11. Sektor Aplikasi dan Game Developer Sektor aplikasi dan game developer mencakup empat aktivitas yaitu informasi dan komunikasi, jasa perusahaan dan jasa lainnya. Output sektor aplikasi dan game developer diperoleh dari data SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja. Dari hasil SE 2006, diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2014 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan petakan untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI 2015.Untuk struktur output dan input, diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan terbuka dan data SE Penghitungan nilai output pada aktivitas jasa perusahaan didasarkan pada hasil SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi perupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja. Dari hasil SE 2006, diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2014

43 28 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Aktivitas terakhir pada sektor ini aktivitas jasa lainnya dimana nilai output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi dan indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. 12. Sektor Penerbitan Sektor penerbitan mencakup lima aktivitas yaitu industri pengolahan, perdagangan, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan dan jasa lainnya. Pada aktivitas industri pengolahan nilia output dihitung dengan menggunakan data output dari IBS dan IMK. Penghitungan output sektor penerbitan untuk aktivitas perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang sektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk setiap produk sektor penerbitan. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk tersebut. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama kemudian ditambah dengan output sekundernya yang dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio output sekunder ini diperoleh dari SKSJ. Penghitungan nilai output untuk aktivitas penerbitan diperoleh dari data nilai output IBS ditambah dengan pendapatan dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh surat kabar, majalah dan sejenisnya untuk tahun Kemudian dilakukan disagregasi lima digit KBLI ekonomi kreatif menggunakan data dari SE 2006 dan laporan keuangan kantor berita Antara. Sedangkan untuk struktur output, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data SE Untuk aktivitas jasa perusahaan penghitungan nilai output didasarkan pada hasil SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja. Dari hasil SE 2006, diperoleh level output tahun

44 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2014 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Output pada aktivitas jasa lainnya dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi dan indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. 13. Sektor Periklanan Sektor Periklanan di dalam KBLI 2015 merupakan bagian dari aktivitas jasa jerusahaan. Penghitungan nilai output sektor ini didasarkan pada hasil SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja. Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2014 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. 14. Sektor Televisi dan Radio Sektor televisi dan radio mencakup aktivitas pada kategori informasi dan komunikasi baik yang di kelola swasta maupun pemerintah. Penghitungan nilai output sektor televisi dan radio diperoleh dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh televisi dan radio serta dari data pendapatan laporan keuangan RRI dan TVRI. Untuk struktur output dan input, diperoleh dengan menggunakan struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan terbuka dan data SE Sektor Seni Pertunjukan Sektor seni pertunjukan mencakup tiga aktivitas yaitu jasa perusahaan, jasa lainnya dan jasa pendidikan. Penghitungan nilai output pada aktivitas jasa perusahaan didasarkan pada hasil SE 2006 dengan meenggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja. Dari hasil SE 2006, diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level

45 30 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2014 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Penghitungan nilai output pada aktivitas jasa lainnya menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi dan indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Output sektor seni pertunjukan pada aktivitas jasa pendidikan dihitung berdasarkan hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud, sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari SKSPJ. Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. 16. Sektor Seni Rupa Sektor seni rupa mencakup empat aktivitas yaitu perdagangan, jasa perusahaan, jasa lainnya baik jasa lainnya pemerintah maupun swasta serta jasa pendidikan. Penghitungan output untuk aktivitas perdagangan menggunakan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan. Penghitungan tersebut menghasilkan output utama sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio SUT Ekonomi Kreatif. Penghitungan output pada aktivitas jasa perusahaan didasarkan pada hasil SE 2006 dengan menggunakan indikator produksi berupa jumlah tenaga kerja dan indikator harga menggunakan rata-rata output per tenaga kerja. Dari hasil SE 2006, diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2014 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2014 menurut KBLI Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Untuk Jasa Pendidikan nilai output diperoleh sebagai hasil perkalian

46 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kemendikbud, sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari SKSPJ. Struktur output dan input dibentuk dengan menggunakan hasil SUT Nasional. Penghitungan output sektor seni rupa untuk aktivitas yang terakhir yaitu jasa lainnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara indikator produksi dan indikator harga. Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Untuk sektor jasa lainnya ini khususnya jasa lainnya pemerintah sumber data yang digunakan adalah realisasi belanja pegawai dan estimasi penyusutan APBN dan APBD. Updating Konsumsi Antara Permintaan antara atau disebut juga input antara adalah seluruh barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat berupa barang/jasa hasil produksi dalam negeri atau impor. Pengertian antara disini mengandung makna, bahwa barang-barang dan jasa yang digunakan tadi merupakan antara untuk menghasilkan barang baru yang lebih tinggi lagi nilai gunanya. Gambaran interaksi antar sektor ekonomi dalam Tabel I-O terdapat dalam matriks permintaan antara sebagai bahan baku untuk penyusunan koefisien teknis atau koefisien input dalam analisis Tabel I-O. Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif 2014 pada hakikatnya adalah berasumsi bahwa sektor ekonomi non kreatif dianggap mempunyai koefisien input yang tetap, sehingga dalam penyusunannya menggunakan Tabel I-O Indonesia Sedangkan untuk estimasi koefisien input antara sektor ekonomi kreatif sumber data yang digunakan adalah struktur input hasil SE 2006 serta hasil SKNP-EK Updating Nilai Tambah Bruto Nilai tambah Bruto dalam terminologi lain juga disebut sebagai input primer. Input primer adalah balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi yang merupakan nilai guna yang lebih tinggi daripada bahan-bahan baku yang diolah. Sehingga nilai ini sering juga disebut sebagai Nilai Tambah Bruto. Sebagai input, nilai ini merupakan biaya yang dibayarkan kepada faktor produksi, seperti tenaga kerja, pemilik modal, barang modal tetap, tanah, dan

47 32 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 kewiraswastaan (entrepreneurship). Pembayaran ini merupakan balas jasa atas aktifnya faktor-faktor produksi dalam kegiatan produksi. Input primer terdiri dari (a) kompensasi tenaga kerja, (b) surplus usaha bruto, (c) pajak atas produksi lainnya neto. Metode penyusunan updating input primer Tabel I-O Updating Ekonomi Kreatif sama dengan input antara yaitu menggunakan Tabel I-O Indonesia 2010 dan hasil SKNP-EK Transformasi Tabel I-O Database yang digunakan untuk transformasi SUT ke dalam Tabel I-O, terdiri dari: Tabel supply pada harga dasar, Tabel use pada harga dasar, Tabel use domestik pada harga dasar, Tabel use untuk impor pada harga dasar, dan Tabel pajak dikurang subsidi atas produk. Selain itu, supplementary data dan asumsi-asumsi digunakan dalam melakukan transformasi SUT ke Tabel I-O. Supplementary data digunakan untuk memperlakukan produk sekunder agar asumsi homogenitas yang digunakan di Tabel I-O dapat dipenuhi. Secara teori, proses transformasi SUT ke Tabel I-O adalah mengalokasikan produk sekunder ke industri yang bersangkutan. Metode transformasi yang digunakan yaitu Both Output and Input Transferred atau dikenal dengan istilah transfer in transfer out (TiTo) yaitu memisahkan input dan output sesuai karakteristik produksi produknya. Updating Permintaan Akhir Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi LNPRT, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. Barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir terdiri dari hasil produksi dalam negeri dan impor. Sesuai dengan pengertian ini, maka impor merupakan bagian dari penyediaan, bukan merupakan komponen permintaan akhir. 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumahtangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal karena masuk kategori pembentukan modal. Pengeluaran konsumsi rumahtangga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan luar negeri. Untuk menjaga Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi

48 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF konsistensi data, maka konsumsi penduduk suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya konsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor. Secara rinci cakupannya meliputi Nilai barang dan jasa yang berasal dari pembelian, Perkiraan nilai barang dan jasa yang berasal dari transaksi barter, Perkiraan nilai barang/jasa dari pemberi kerja, sebagai bagian dari kompensasi pekerja, Perkiraan nilai barang dan jasa yang diproduksi dan dikonsumsi sendiri dan Nilai konsumsi barang dan jasa tertentu. Sumber data untuk menyusun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Khusus Konsumsi Rumah Tangga. Data hasil survei kemudian dikontrol dengan menggunakan indikator khususnya kelompok bukan makanan dan makanan jadi. Estimasi dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas atau jenis pengeluaran tertentu dengan memperhatikan indikator makro serta fenomena ekonomi yang terjadi. 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT LNPRT merupakan entitas legal/sosial yang dibentuk oleh perorangan/ kelompok masyarakat dan tidak dikendalikan oleh pemerintah dalam rangka menyediakan barang/jasa secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi kepada anggotanya/rumahtangga/ kelompok masyarakat. LNPRT menurut jenis lembaga terdiri dari Organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan partai politik; organisasi sosial (Orsos); organisasi profesi; perkumpulan sosial/kebudayaan/olah raga dan hobi; lembaga swadaya masyarakat (LSM); lembaga keagamaan dan organisasi bantuan kemanusiaan/ beasiswa. Sumber data untuk mendapatkan nilai LNPRT diperoleh berdasarkan data populasi LNPRT menurut jenis lembaga dari Potensi Desa (PODES). Data pendukung lainnya yang diperoleh dari Kementerian Dalam Negeri (jumlah ormas); Kementerian Sosial (jumlah panti asuhan) serta Survei Khusus LNPRT (SKLNPRT). Nilai Pengeluaran Konsumsi LNPRT dihitung menggunakan rata-rata pengeluaran lembaga dengan memperhitungkan jumlah LNPRT yang ada di Indonesia. 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi

49 34 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa pada individu atau masyarakat dalam bentuk produksi pasar maupun non pasar. Pengeluaran pemerintah mencakup semua pengeluaran konsumsi barang dan jasa baik kolektif maupun individu, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah pada produsen non pasar dan pengeluaran konsumsi akhir pemerintah pada produsen pasar serta barang dan jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan kepada rumah tangga secara gratis atau pada harga yg tidak signifikan secara ekonomi dalam bentuk barang (social transfer in kind purchased from market producers). Sumber data untuk menghitung komponen pengeluaran pemerintah didapatkan berdasarkan data APBN menurut fungsi dan jenis belanja, APBD menurut fungsi serta APBD menurut jenis belanja. Nilai konsumsi pemerintah dihitung dengan formula Total Output dikurangi Penerimaan barang dan jasa ditambah dengan output Bank Indonesia, social transfer in-kind purchased market production, penerimaan barang dan jasa berasal dari PNBP lainnya (APBN) dan retribusi (APBD) dan social transfer in-kind purchased market production berasal dari subsidi pangan (APBN). 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto Pembentukan Modal Tetap Bruto didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi. Penambahan modal tetap bruto meliputi pembelian, produksi, barter, transfer, sewa beli (Financial Lease) barang modal baru dari dalam negeri, pembelian aset tetap baru/bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter aset tetap), perbaikan besar aset guna meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakai serta pertumbuhan aset yang dibudidaya. Sementara pengurangan meliputi penjualan, transfer atau barter barang modal bekas pada pihak lain dan penjualan atau sewa beli (financial lease). PMTB juga mencakup biaya alih kepemilikan atas aset nonfinansial yang tidak diproduksi seperti tanah, lisensi, dan lain sebagainya. PMTB dihitung dengan menggunakan berbagai macam sumber data baik dari data yang dihasilkan BPS maupun dari luar BPS. Data mengenai mesin dan alat perlengkapan, kendaraan, peralatan lainnya, Cultivated Biological Resources (CBR), dan produk kekayaan intelektual dihitung dengan menggunakan data publikasi Statistik Impor, Statistik IBS serta Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

50 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Nilai perubahan inventori suatu produk diukur dengan cara mengurangi nilai barang yang masuk inventori dengan nilai yang diambil (keluar) dari inventori, dan dikurangi nilai kerugian barang inventori yg terjadi secara regular sumber lainnya. Barang modal dalam bentuk bangunan/konstruksi dihitung berdasarkan output kategori konstruksi dengan menilai bahan bangunan/konstruksi ditambah dengan biaya-biaya berupa jasa dan biaya primer, termasuk juga mesin dan perlengkapan yang dipasang langsung pada bangunan/konstruksi. 5. Perubahan Inventori Perubahan Inventori merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok pada awal tahun. Perubahan Inventori dapat digolongkan menjadi: Perubahan inventori barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas dan barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional. Perubahan inventori bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen. Perubahan inventori di sektor perdagangan, yang terdiri dari barangbarang dagangan yang belum terjual. Nilai perubahan inventori suatu produk diukur dengan cara mengurangi nilai barang yang masuk inventori dengan nilai yang diambil (keluar) dari inventori, dan dikurangi nilai kerugian barang inventori yg terjadi secara regular. Pengurangan ini tidak termasuk kerugian luar biasa yang bersifat insidental, seperti kebakaran, kecurian, serangan hama dan sebagainya. Barang-barang yang termasuk dalam inventori meliputi bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, barang jadi, barang untuk dijual kembali serta inventori militer yang berupa komponen sekali pakai seperti amunisi, misil, roket, dan bom yang diletupkan oleh sistem senjata. Data mengenai nilai perubahan inventori yang memiliki data kuantitas seperti: komoditi perkebunan, peternakan, kehutanan, pertambangan dan industri bersumber dari data yang dihasilkan BPS untuk masing-masing kategori terkait yaitu statistik pertanian, statistik pertambangan dan statistik IBS. Sementara itu untuk data inventori yang tidak memiliki kuantitas diestimasi menggunakan laporan keuangan perusahaan yang memuat nilai inventori di dalamnya.

51 36 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Ekspor dan Impor Ekspor-Impor didefinisikan sebagai transaksi alih kepemilikan ekonomi atas barang dan jasa antara residen suatu perekonomian dengan nonresiden. Transaksi ekspor barang dinyatakan dalam nilai free on board (f.o.b) yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah bea masuk dan pajak penjualan impor. Untuk menghindari penilaian ganda pada transaksi impor barang, maka nilai impor barang dikeluarkan biaya-biaya untuk transportasi dan asuransinya dan dilakukan penyesuaian cif/fob. Sumber data untuk mendapatkan nilai ekspor dan impor meliputi data statistik ekspor dan impor berdasarkan klasifikasi HS 10 digit, Statistik Pariwisata dan Statistik Neraca Pembayaran Indonesia. Ekspor Barang dihitung dengan melakukan konversi HS digit ekspor barang ke HS digit kemudian dikonversikan kembali ke dalam klasifikasi SUT Nilai barang dikonversi dari USD ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah serta dilakukan justifikasi dengan menambahkan undocumented transaction. Untuk ekspor jasa nilai transaksi dikonversi dari USD ke dalam rupiah serta dikonversi berdasarkan jenis jasa dalam klasifikasi produk SUT Sementara itu metode penghitungan untuk impor serupa dengan ekspor dengan tambahan pada impor barang perlu dikurangi dengan nilai insurance dan freight (i.f) untuk merubah penilaian data impor dalam bentuk c.i.f menjadi f.o.b. Rekonsiliasi Tabel Input-Output Kegiatan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan Tabel I-O merupakan suatu pekerjaan yang bersifat mengolah dan menganalisis data primer dan sekunder yang berskala nasional dan multi sektoral serinci mungkin sehingga menjadi data yang sesuai dengan konsep-konsep Tabel I-O yang siap analisis. Jenis data yang tersedia bervariasi, mulai dari data yang berkualitas baik, kualitas sedang hingga sampai pada tidak ada data sama sekali. Kualitas data dasar ini merupakan kendala dalam penyusunan Tabel I-O. Tabel I-O selain membutuhkan data yang lengkap, terinci sesuai dengan klasifikasi I-O yang digunakan juga harus konsisten satu sama lain dan dapat mencerminkan kondisi perekonomian tentang ketepatan

52 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Proses rekonsiliasi adalah tahapan penyeimbangan yang dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu manual dan otomatis. besaran atau levelnya dan strukturnya pada tahun dimana I-O disusun. Dengan terciptanya Tabel I-O yang merupakan potret perekonomian apa adanya, memungkinkan manfaat penggunaan. Proses rekonsiliasi melalui tahapan penyeimbangan atau balancing dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: Manual: dimana problem ketidakseimbangan harus diinvestigasi secara menyeluruh, dan perlu dilakukan evaluasi atau penelusuran kembali atas nilai initial/estimasi awal. Bagi penyusun, dibutuhkan pengetahuan yang memadai akan produk atau industri yang diteliti. Otomatis: dilakukan hanya pada saat nilai residualnya sangat kecil, dengan mendistribusikan secara mekanik dan proporsional terhadap data estimasi. Diskrepansi atau ketidakseimbangan yang terjadi antara Input dan Output dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain underreporting, over-allocation, mis-klassifikasi atau penilaian yang tidak sesuai dan variasi waktu pencatatan atas estimasi produksi, konsumsi antara, konsumsi akhir, pembentukan modal bruto, ekspor dan impor. Dalam melakukan rekonsiliasi Tabel I-O updating Ekonomi Kreatif 2014, kedua proses rekonsiliasi di atas digunakan. Updating Matriks Impor Impor adalah pembelian barang dan jasa oleh penduduk suatu negara dari penduduk negara lain. Transaksi impor meliputi transaksi atas barang-barang dan berbagai jenis jasa seperti jasa angkutan, komunikasi, asuransi, perdagangan, hotel, restoran dan jasa lainnya. Pembelian langsung oleh penduduk ketika berada di luar negeri juga dicakup dalam transaksi impor. Pembelian tersebut mencakup barang dan jasa yang dikonsumsi selama dalam perjalanan dan barang-barang yang dibawa ke negaranya. Sebagai misal, semua barang dan jasa yang dibeli oleh wisatawan Indonesia di luar negeri (outbound), diperhitungkan sebagai impor. Transaksi yang disajikan dalam Tabel I-O dengan perlakuan impor secara non kompetitif selalu dipisahkan antara transaksi barang dan jasa domestik dan transaksi barang dan jasa impor. Bentuk penyajian Tabel I-O dengan perlakuan impor secara non kompetitif adalah short cut model. Jumlah impor masing-masing kolom disajikan pada baris Data pada vektor baris 2000 ini sekaligus menunjukkan rincian penggunaan barang dan jasa impor menurut industri.

53 38 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 Updating Matriks Valuasi Matriks valuasi terdiri dari matriks pajak atas produk neto dan matriks margin perdagangan dan biaya pengangkutan. 1. Margin Perdagangan dan Pengangkutan Pada tabel transaksi atas dasar harga pembeli, semua transaksi barang dan jasa dinilai berdasarkan harga yang dibayar oleh pembeli. Dalam harga pembeli dicakup juga margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Sedangkan dalam penyusunan tabel transaksi atas dasar harga dasar, semua transaksi barang dan jasa dinilai atas dasar harga dasar, yaitu harga yang diterima produsen tanpa menambahkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan dan pajak kurang subsidi atas produk. Akan tetapi karena total input antara dan permintaan akhir masing-masing kolom pada tabel transaksi atas dasar harga pembeli dan tabel transaksi atas dasar harga dasar harus tetap sama, maka nilai margin ini diperlakukan sebagai bagian input yang berasal dari sektor perdagangan dan sektor pengangkutan. Karena semua transaksi pada tabel transaksi atas dasar harga dasar tidak mengandung margin, maka total margin di sepanjang kolom 5090 sama dengan nol. Nilai margin perdagangan dan angkutan diperoleh menggunakan metode arus komoditas atau commodity flow yaitu dengan mengalikan rasio margin perdagangan baik perdagangan besar dan eceran dan rasio margin pengangkutan dengan nilai output tiap-tiap produk barang yang diperdagangkan. 2. Pajak atas Produk Neto Pajak atas produk neto adalah selisih antara pajak atas produk dan subsidi atas produk. Pajak atas produk adalah pajak yang dibayar per unit barang atau jasa. Pajak atas produk biasanya dibayar pada saat barang dan jasa diproduksi, dijual, atau diimpor, tetapi dapat pula dibayar pada kondisi lain seperti jika barang diekspor, disewa, ditransfer, dikirim, atau digunakan untuk konsumsi atau pembentukan modal sendiri. Subsidi atas produk adalah subsidi yang dibayar per unit barang atau jasa. Subsidi atas produk dibayar saat barang atau jasa diproduksi, dijual, atau diimpor, tetapi dapat juga dibayar dalam kondisi lain seperti saat barang ditransfer, disewa, dikirim, atau digunakan untuk konsumsi atau pembentukan modal sendiri. Data untuk pajak atas produk neto bersumber dari Kementerian Keuangan. Matriks valuasi terdiri dari matriks pajak atas produk neto dan matriks margin perdagangan dan biaya pengangkutan

54 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Metode Analisis Analisis Deskriptif Tabel I-O merupakan salah satu ukuran menyeluruh yang menggambarkan perekonomian suatu wilayah pada tahun tertentu secara agregat (makro). Dari tabel ini dapat diturunkan berbagai analisis data ekonomi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan ekonomi yang praktis dan bersifat kuantitatif. Dengan keunggulan tabel tersebut maka informasi/data yang terkandung di dalamnya dapat digunakan untuk melihat secara umum kondisi perekonomian suatu wilayah melalui beberapa variabel atau indikator berikut: Analisis tentang struktur penawaran dan permintaan barang dan jasa di suatu wilayah yang dapat menunjukkan peranan produksi domestik dan impor untuk memenuhi permintaan barang dan jasa baik domestik maupun luar negeri. Struktur output, nilai tambah dan permintaan akhir dapat menggambarkan peranan masing-masing sektor dalam perekonomian. Tabel-tabel dasar yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian tersebut di atas adalah transaksi total atas dasar harga pembeli, transaksi total atas dasar harga dasar, dan transaksi domestik atas dasar harga dasar. Analisis Pengganda Model ekonomi makro mengenal suatu terminologi yang disebut sebagai pengganda (multiplier) yang menjelaskan dampak yang terjadi terhadap variabel endogen (endogenous variable) akibat perubahan pada variabel eksogen (exogenous variable). Pengganda sedemikian dapat diperoleh melalui Tabel I-O, tidak hanya merupakan satu besaran pengganda tetapi bahkan merupakan beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam bentuk matriks pengganda (multiplier matrix). Sama dengan pengganda pada model ekonomi makro yang telah dijelaskan di atas, matriks pengganda pada Tabel I-O juga menjelaskan perubahan yang terjadi pada berbagai peubah endogen sebagai akibat perubahan pada suatu atau beberapa peubah eksogen. Matriks pengganda dalam Tabel I-O digunakan untuk melakukan analisis dampak (impact analysis), seperti analisis dampak output, analisis dampak pendapatan, analisis dampak tenaga kerja dan analisis keterkaitan (daya

55 40 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 penyebaran dan derajat kepekaan). Pada Tabel I-O, penggunaan berbagai input untuk menghasilkan suatu output direkam oleh informasi setiap kolom pada kuadran I. Dalam terminologi Tabel I-O, informasi sedemikian disebut sebagai struktur input yang memperlihatkan banyaknya/ besarnya barang dan jasa yang digunakan oleh suatu sektor ekonomi untuk menghasilkan atau memproduksi output sektor bersangkutan. Bila informasi mengenai struktur input antara dan input primer yang disajikan pada kuadran I dan III telah tersedia maka informasi ini dapat digunakan untuk menghitung matriks pengganda pada Tabel I-O, yang selanjutnya dapat digunakan untuk memperoleh informasi keterkaitan antar sektor yang terjadi dalam suatu perekonomian. Katakan bahwa total output sektor i diberi notasi X i, nilai uang dari arus barang atau nilai transaksi dari sektor i ke sektor j diberi notasi z ij, dan total permintaan akhir sektor i tersebut diberi notasi Y i. Hubungan ini dapat dinyatakan dalam: X = z + z + + z + + z + Y (3.1) j i1 i2 ii in i Persamaan (3.1) menunjukkan distribusi dari output sektor i. Output sektor i tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi yang lain, dan juga dialokasikan pada komponen konsumsi akhir. Jika dalam perekonomian terdapat n sektor, maka terdapat n persamaan seperti persamaan (3.1) untuk seluruh perekonomian, sebagai berikut: X = z + z + z + + z + Y n 1 X = z + z + z + + z + Y n 2 X = z + z + z + + z + Y n n1 n2 n3 nn n (3.2) Dalam bentuk umum persamaan (3. 2) dapat dituliskan menjadi: n z + Y = X untuk i = 1, 2,, n ij i i j= 1 (3.3) Untuk menghitung besaran matriks pengganda, tahapan awal yang perlu dilakukan adalah menghitung nilai koefisien input/koefisien teknologi yang didefinisikan sebagai:

56 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF a ij = z X ij j (3.4) Keterangan: a ij = koefisien input sektor ke i oleh sektor ke j z ij = penggunaan input sektor ke i oleh sektor ke j (dalam nilai rupiah) X j = output sektor ke j (dalam nilai rupiah) Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input yang digunakan untuk memproduksi satu unit output sektor j yang berasal dari sektor i. Sebagai contoh, jika a 12 = 0,27, hal ini berarti bahwa untuk memproduksi satu rupiah output sektor 2, dibutuhkan input senilai 27 sen yang berasal dari sektor 1. Jika terdapat n sektor di dalam Tabel I-O yang disusun maka koefisien tersebut akan ada sebanyak n 2 buah. Seluruh koefisien tersebut dapat dinyatakan dalam sebuah matrik, yang biasanya disebut matriks A, yang berbentuk: a11 a12 a1 n a21 a22 a 2n A = an1 an2 ann (3.5) Matriks A ini tidak lain adalah matriks yang didapatkan dengan membagi setiap elemen matriks Z yang ditunjukkan dalam persamaan 3.6, z11 z12 z1 n z21 z22 z 2n Z = zn1 zn2 znn (3.6) dengan total input atau total masing-masing kolom matriks transaksi input-output. Matriks A ini sering disebut sebagai koefisien input atau matriks teknologi. Disebut demikian, karena setiap kolom ke-i matriks A ini menunjukkan komposisi input antara atau komposisi bahan baku yang digunakan oleh setiap sektor i. Struktur input (dalam hal ini input antara) tersebut

57 42 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 tidak lain menunjukkan teknologi yang digunakan oleh sektor i yang bersangkutan dalam rangka menghasilkan output. Dari persamaan (3.4) dapat diperoleh z = ax (3.7) ij ij j dan dengan ketentuan bahwa X j = X i, maka persamaan (3.7) di atas dapat dijabarkan kembali dalam sistem persamaan berikut ini: X = a X + a X + a X + + a X + Y n n 1 X = a X + a X + a X + + a X + Y n n 2 X = a X + a X + a X + + a X + Y n n1 1 n2 2 n3 3 nn n n (3.8) Kemudian, jika sisi kanan dalam persamaan (3.8) semuanya dipindahkan ke ruas kiri, kecuali Y, diperoleh sebuah sistem persamaan: X a X a X a X a X = Y n n 1 X a X a X a X a X = Y n n 2 X a X a X a X a X = Y n n1 1 n2 2 n3 3 nn n n (3.9) atau disederhanakan menjadi: ( 1 ) ( 1 )... a X a X a X a X = Y n n 1 a X + a X a X a X = Y n n 2 ( 1 ) a X a X a X + a X = Y n1 1 n2 2 n3 3 nn n n (3.10) Formula pada sistem persamaan (3.10) dapat dituliskan dalam notasi matriks yang lebih sederhana lagi, sebagai berikut: ( I AX ) = Y (3.11) dimana I adalah matriks identitas berukuran n x n, dan A adalah matriks koefisien input, sedangkan X dan Y masing-masing menunjukkan vektor kolom matriks output dan permintaan akhir yang berbentuk

58 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF X X1 X X n 2 = dan Y Y1 Y Yn 2 = Untuk lebih jelasnya, persamaan matriks (3.11) dapat diuraikan menjadi: a11 a12 a1 n X1 Y a21 a22 a 2n X 2 Y an 1 an2 a nn Xn Yn (3.12) Dari persamaan (3.11) dapat diperoleh: ( ) 1 X = I A Y (3.13) dikenal sebagai matriks kebalikan Leontief (Leontief inverse matrix). Elemen matriks ini dinotasikan dengan α ij, dan mencerminkan efek langsung dan efek tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian. Matriks kebalikan Leontief juga banyak memberikan informasi tentang dampak keterkaitan antar sektor produksi, di antaranya backward linkage effect (dampak keterkaitan ke belakang) dan forward linkage effect (dampak keterkaitan ke depan). 1. Pengganda Output Ide dasar dari pendekatan ini mirip dengan kerangka multiplier Keynesian. Jika misalnya ada perubahan pada variabel eksogen (dalam hal ini unsur dari permintaan akhir), maka dapat dilihat berapa besar pengaruh perubahan tersebut pada peningkatan output di seluruh sektor. Dengan menggunakan matriks koefisien input dari a ij, sama seperti cara penghitungan matriks kebalikan Leontief sebelumnya, maka jika kita ingin mengetahui pengaruh dari perubahan permintaan akhir dan jika elemen-elemen matriks tersebut diberi simbol α ij, maka rumus dari pengganda output (produksi) total ini adalah:

59 44 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 O j = n i= 1 α ij (3.14) Keterangan : O j = Pengganda Output sektor j α ij = angka pengganda pada matriks kebalikan Leontief. Penghitungan nilai pengganda output total di masing-masing sektor dihasilkan dengan menjumlahkan nilai-nilai pada setiap kolom matriks kebalikan Leontief. Hasil penjumlahan itulah yang akan menjadi nilai pengganda produksi di sektor tersebut. Hal tersebut berarti bahwa semakin besar nilai pengganda yang dihasilkan oleh suatu sektor, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan sektor-sektor lainnya didalam perekonomian. 2. Pengganda Pendapatan Angka pengganda pendapatan jenis ini adalah angka pengganda pendapatan total ekonomi komponen Nilai Tambah Bruto. Besaran nilai angka pengganda pendapatan dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: Jika h j = v j / X j maka V j = h j (I A d ) -1 (3.15) Keterangan : h j = koefisien nilai tambah sektor j v j = nilai tambah sektor j X j = total output sektor j V j = angka pengganda pendapatan sektor j (I A d ) -1 = matriks kebalikan Leontief domestik 3. pengganda Tenaga Kerja Untuk menghitung nilai pengganda tenaga kerja diperlukan informasi tenaga kerja yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam melakukan proses produksinya. Data tenaga kerja sektoral tidak terdapat di dalam Tabel I-O, sehingga diperoleh dari Statistik Tenaga Kerja.

60 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF Umumnya, satuan jumlah tenaga kerja sektoral yang digunakan adalah orang. Jumlah tenaga kerja per satuan output untuk sektor i ditulis w j. Analisis pengganda tenaga kerja ini digunakan untuk melihat peran suatu sektor dalam meningkatkan besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap oleh perekonomian. Jika nilai pengganda tenaga kerja disuatu sektor lebih besar dari satu menunjukkan daya serap tenaga kerja di sektor yang bersangkutan cukup tinggi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai pengganda tenaga kerja adalah: Jika w j = I j / X j maka L j = w j (I A d ) -1 (3.16) Keterangan : w j = koefisien tenaga kerja (berupa orang/output) sektor j l j = jumlah tenaga kerja (berupa orang) sektor j X j = total output sektor j L j = pengganda tenaga kerja (I A d ) -1 = matriks kebalikan Leontief domestik Keterkaitan Antarsektor dalam Perekonomian Keterbatasan sumber daya adalah masalah yang sering ditemui dalam pembangunan suatu wilayah/negara. Hal ini mengakibatkan pembuat kebijakan dapat memilih sektor mana yang akan menjadi fokus atau konsentrasi dalam pembangunan. Dengan memfokuskan (menitikberatkan) pembangunan pada sektor-sektor yang dianggap sebagai leading sector atau sektor kunci maka target pertumbuhan ekonomi kreatif yang diharapkan dapat dicapai dengan lebih baik. Informasi/pengetahuan untuk melihat sektor-sektor apa saja yang bisa menjadi sektor unggulan dalam ekonomi kreatif dapat dianalisa dengan Tabel I-O. Ilustrasi keterkaitan antar sektor dapat digambarkan dengan contoh berikut, dalam suatu proses produksi, misalnya pada sektor penerbitan, bahan baku, bahan penolong, jasa-jasa dan sebagainya untuk menghasilkan atau memproduksi suatu produk penerbitan disebut sebagai input. Di samping itu, juga dibutuhkan tenaga kerja, mesinmesin dan peralatan.

61 46 TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 Seandainya dalam perekonomian terjadi perubahan permintaan terhadap output penerbitan misalnya (perubahan pada peubah eksogen), karena adanya kenaikan permintaan di pasar ekspor, maka untuk mengantisipasi kenaikan permintaan ini, industri penerbitan perlu untuk meningkatkan outputnya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Upaya untuk meningkatkan output produk peneribtan, pada tahap awal, akan berdampak kepada peningkatan jumlah input yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut, misalnya peningkatan penggunaan kertas. Pada tahap selanjutnya, peningkatan penggunaan produk kertas oleh sektor penerbitan akan menyebabkan peningkatan penggunaan input untuk menghasilkan produk kertas, misalnya input berupa pulp. Demikian juga, peningkatan penggunaan input pulp oleh industri kertas akan menyebabkan peningkatan penggunaan input untuk menghasilkan pulp; demikian seterusnya. Dari penjelasan di atas dapat diperlihatkan bahwa peningkatan output penerbitan memberikan dampak tidak hanya terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang digunakan langsung sebagai input oleh sektor penerbitan; tetapi juga memberikan dampak tidak langsung kepada kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. Dengan perkataan lain, perubahan permintaan terhadap sektor penerbitan mempunyai dampak langsung dan dampak tidak langsung terhadap berbagai sektor ekonomi lainnya. Alurnya bisa disederhanakan dalam gambar 2.5. Gambar 2.5. Alur Keterkaitan antar Sektor dalam Perekonomian Keterkaitan tidak langsung ke depan Keterkaitan langsung ke depan Keterkaitan langsung ke depan menjual ke menjual ke Kertas Penerbitan Periklanan membeli dari membeli dari Keterkaitan langsung ke belakang Keterkaitan langsung ke belakang Keterkaitan tidak langsung ke belakang

PDRB EKRAF 5 PROVINSI

PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI ISBN: 978-602-438-191-2 No. Publikasi: 07140.1801 No. Katalog: 9302028 Ukuran Buku: 17,6

Lebih terperinci

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 ISBN: 978-602-438-190-5 No. Publikasi: 07120.1801 No. Katalog: 9301007 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR i ii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xiv + 146 halaman Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Penyunting/Editor:

Lebih terperinci

TABEL INPUT OUTPUT INDONESIA 2010 ISSN: 0215-0395 Nomor Publikasi: 07130.1503 Katalog BPS: 9401001 Ukuran Buku: 28 x 21 cm Jumlah halaman: viii + 468 halaman Naskah: Direktorat Neraca si Direktorat Neraca

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB SUT INDONESIA 2010 IMPLEMENTASI SNA 2008 HASIL PENGHITUNGAN TANTANGAN PENYEMPURNAAN PDB PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB BERBASIS SNA 2008 PERUBAHAN TAHUN DASAR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

Pengembangan Supply and Use Table (SUT) dan Tabel Input Output (I-O) Indonesia, 2014

Pengembangan Supply and Use Table (SUT) dan Tabel Input Output (I-O) Indonesia, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Pengembangan Supply and Use Table (SUT) dan Tabel Input Output (IO) Indonesia, 2014 ABSTRAKSI SUT dan Tabel IO merupakan suatu alat yang digunakan untuk bahan perencanaan ekonomi.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB SUT INDONESIA 2010 IMPLEMENTASI SNA 2008 HASIL PENGHITUNGAN TANTANGAN PENYEMPURNAAN PDB KATA PENGANTAR Selama sepuluh tahun terakhir, banyak

Lebih terperinci

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008 H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 I. PENTINGNYA PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB 1. Latar Belakang 2. Manfaat 3. Implikasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF

TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF 2011-2016 LAPORAN PENYELENGGARAAN PENYUSUNAN DATA STATISTIK DALAM RANGKA BIG DATA EKONOMI KREATIF ISBN: 978-602-438-197-4 No. Publikasi: 04120.1801 No. Katalog: 2301034 Ukuran

Lebih terperinci

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA DATA MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 171, Kotak Pos 13 Jakarta 11 Telepon : (21) 3841195, 384258, 381291-4, Fax. : (21) 385746 BADAN PUSAT STATISTIK TEKNIK PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

Pengembangan Supply and Use Table (SUT) dan Tabel Input Output (I-O) Indonesia, 2015

Pengembangan Supply and Use Table (SUT) dan Tabel Input Output (I-O) Indonesia, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Pengembangan Supply and Use Table (SUT) dan Tabel Input Output (IO) Indonesia, 2015 ABSTRAKSI SUT merupakan suatu kerangka/framework yang dapat memberikan gambaran tentang aliran

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala karunia-nya

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/14/Th.IV, 15 September 2014 TINJAUAN PDRB MENURUT KONSUMSI MENCAPAI 69,42 Triliun Rupiah, Net Ekspor 53,44 Triliun Rupiah Dari Harga Berlaku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF ISBN: 978-602-438-196-7 No. Publikasi: 06320.1802 No. Katalog: 9102060 Ukuran

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA MENGARTIULASIAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN ERANGA ANALISISNYA Budi Cahyono 1 ; Bagus Sumargo2 ABSTRACT Input -Output (I-O) table can be used to analyse economic projection and present some service and good

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 05/6474/Th.V, 28 Desember 2016 TINJAUAN PDRB KOTA BONTANG MENURUT PENGGUNAAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Penggunaan Kota Bontang dalam tahun 2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN KONTRIBUSI INVESTASI SWASTA TERHADAP PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN 2010 2014 Pendahuluan Dalam perhitungan PDRB terdapat 3 pendekatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 No. 16/2/Th.XXI, Februari 218 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Tumbuh,19 Persen Perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

id o..g ps.b w w w :// tp ht Produk Domestik Bruto menurut Penggunaan 2008-2013 ISSN: 1979-8776 No. Publikasi: 07240.1401 Katalog BPS: 9302004 Ukuran Buku: 21 cm x 29 cm Jumlah Halaman: viii + 98 halaman

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

Lebih terperinci

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Nilai konsumsi rumah tangga perkapita Aceh meningkat sebesar 3,17 juta rupiah selama kurun waktu lima tahun, dari 12,87 juta rupiah di tahun 2011 menjadi 16,04 juta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

/w :/ tp ht w w o. id s. g.b p PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA MENURUT PENGELUARAN TAHUN 2011-2015 ISBN : 978-979-064-978-1 Katalog : 9301005 Nomor Publikasi : 07240.1601 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan merupakan salah satu aset yang penting dan memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara fisik Indonesia

Lebih terperinci

Survei Penyediaan dan Penggunaan Barang (SPPB), 2006

Survei Penyediaan dan Penggunaan Barang (SPPB), 2006 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Penyediaan dan Penggunaan Barang (SPPB), 2006 ABSTRAKSI SPPB ini dirancang secara khusus untuk memperoleh informasi berupa output, susunan input, jumlah tenaga kerja, distribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep No. 44, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Bantuan Pemerintah. Pedoman Umum. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon:

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003 No. 21 / VII / 24 Maret 2004 INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003 (Disusun melalui kerjasama BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

Katalog BPS 9207. PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA MENURUT PENGGUNAAN (DAN AGREGAT-AGREGATNYA) TAHUN 2000 2005:Triwulan III Badan Pusat Statistik, Jakarta - Indonesia PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 YUHKA SUNDAYA, 2 INA HELENA AGUSTINA 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci