LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA"

Transkripsi

1

2

3 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xiv halaman Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Penyunting/Editor: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif Gambar: freepik.com Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Dicetak oleh: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

4 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha iii KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Profil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif ; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun ; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif ; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf. Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional. Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Suhariyanto

5

6 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha v KATA PENGANTAR Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman karakteristik geografis, suku, dan budaya. Keberagaman tersebut tentu saja menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda antar wilayah. Masyarakat yang tinggal di daerah geografis berbatasan dengan pantai akan memiliki sumber daya alam dan budaya yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan. Hal ini menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda pula. Karena itulah analisis potensi ekonomi kreatif tidak bisa dilakukan secara umum atau secara nasional saja, tetapi perlu dilakukan analisis potensi untuk ukuran wilayah yang lebih kecil, yaitu provinsi atau kabupaten/ kota. Mengumpulkan data tiga puluh empat provinsi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi hingga level kabupaten/kota. Atas dasar alasan tersebutlah, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) untuk bekerja sama menyusun analisis potensi ekonomi kreatif secara spasial dengan memanfaatkan data hasil Sensus Ekonomi 2016 (SE2016). Hasil analisis spasial ekonomi kreatif ini diharapkan bisa membantu pengambil kebijakan untuk lebih fokus pada masing-masing wilayah sesuai dengan potensi yang telah diidentifikasi. Buku Analisis Sensus Ekonomi 2016 mengulas potensi ekonomi kreatif di tiga puluh empat provinsi di Indonesia. Buku ini menyajikan sebaran usaha enam belas subsektor ekonomi kreatif dan juga karakteristik demografi dari pelaku usahanya. Selain itu, aspek keuangan, pemasaran, dan pendukung usaha juga disajikan dengan detail. Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf

7

8 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha vii PRAKATA Buku Laporan Penyusunan PDRB Ekraf Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha ini, berusaha menyajikan besarnya nilai tambah yang tercipta dari aktivitas ekonomi kreatif (ekraf) di Bali serta perkembangannya selama periode Nilai tambah tersebut dianalisa dari sisi besaran, struktur, laju pertumbuhan serta sumber pertumbuhannya. Dengan terbitnya buku ini, kiranya dapat menjadi salah satu dasar pengambilan kebijakan terkait pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia maupun di Bali pada khususnya. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat untuk siapa saja yang membacanya. Akhir kata, apresiasi dan terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Denpasar, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Ir. Adi Nugroho, MM.

9 viii Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha PENYUSUN Naskah Penanggung Jawab Umum Penanggung Jawab Teknis Editor Penulis Naskah Desain/Layout Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Bali Ir. Adi Nugroho, M.M. Agus Gede Hendrayana Hermawan, SE, M. Si. I Dewa Ayu Kadek Satrini, SE, M.M. Komang Bagus Pawastra, SE, MT.,MA Ni Nyoman Jegeg Puspadewi, SST, M.M. Ni Made Wahyu Wijantari, SST, M.Si. Ketut Ksama Putra, SST

10 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Manfaat... BAB II TAHAPAN KEGIATAN Penyusunan Klasifikasi Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif... BAB III METODOLOGI Metode Penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun Metode Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun Konsep Dasar Penghitungan PDB Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun BAB IV HASIL Kondisi Makro PDRB Provinsi Bali Tahun Besaran PDRB Ekonomi Kreatif Struktur Ekonomi Kreatif Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif... LAMPIRAN... iii vii ix x xi xii

11 x Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Cakupan KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Ringkasan Indikator Makro PDRB Ekonomi Kreatif Tahun Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun (%) Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun

12 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT)... Tahapan Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif tahun Dimensi Matriks Supply Industri Kreatif... Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Triliun Rupiah), dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali (%) Tahun PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Triliun Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (Triliun Rupiah) PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Triliun Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (Triliun Rupiah) Struktur Perekonomian Provinsi Bali Tahun 2010 (%) Struktur Perekonomian Provinsi Bali Tahun 2016 (%) Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (%) Gambar 4.9 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali, PDRB Ekonomi Kreatif, dan PDRB Non Ekonomi Kreatif Tahun (%)

13 xii Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor Ekonomi Kreatif Menurut KBLI Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif Tahun Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Tabel PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Miliar Rupiah) Tabel PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 Tahun (Miliar Rupiah) Tabel Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (%) Tabel Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (%) Lampiran 8 Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 Tahun (%) Lampiran 9 Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (%) Lampiran 10 Tabel Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Tahun (%)

14

15

16 BAB I PENDAHULUAN

17

18 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Perkembangan yang pesat terhadap globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi di berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi. Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber

19 4 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha STATISTIK YANG BERKUALITAS MENJADI DASAR PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan menjadikan ekonomi kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi. Di Indonesia sendiri, kehadiran ekonomi kreatif berpotensi dalam memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pada dasarnya, bangsa Indonesia memiliki sumber daya yang kreatif. Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, menghasilkan suatu karya kreatif seolah telah menjadi gaya hidup. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global dan bersaing dengan produk negara lain, sehingga berkesempatan untuk memperbesar pasar. Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Indonesia harus melakukan terobosan dengan mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif ini mampu bertahan dari krisis karena bertumpu pada inovasi dan kreativitas. Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif yang sesuai bagi bangsa Indonesia tentunya memerlukan strategi kebijakan yang holistik dan tepat. Perencanaan program-program dan evaluasi pemerintah dalam mencapai target yang telah

20 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 5 ditetapkan tidak dapat lepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang memotret perkembangan kondisi industri kreatif terkini. Statistik yang berkualitas akan berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih informatif serta perumusan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan industri kreatif di Indonesia. KEBIJAKaN YANG TEPAT DAPAT MEMACU KONTRIBUSI INDUSTRI KREATIF. 1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan Penyediaan dan Pengembangan Data dan Informasi Statistik Bidang Ekonomi Kreatif ditujukan untuk memberikan data dan informasi mengenai perkembangan dan peranan industri kreatif di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengembangan industri kreatif di Indonesia dan evaluasi kebijakan pengembangan industri kreatif. Secara khusus, kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun Selain itu, menyusun indikator-indikator turunan seperti distribusi, pertumbuhan dan sumber pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif, yaitu: a. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun b. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan 2010 tahun

21 6 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha c. Struktur distribusi PDRB Ekonomi Kreatif tahun d. Laju pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun e. Sumber pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun Manfaat Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah, khususnya oleh Badan Ekonomi Kreatif dalam menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif, sehingga dapat memacu sektor industri kreatif lebih berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat pula digunakan oleh para peneliti, penulis, pelajar, pemerhati industri kreatif, atau para pelaku bisnis dalam industri kreatif untuk lebih memahami perkembangan dari masing-masing kelompok industri kreatif tersebut.

22 BAB II TAHAPAN KEGIATAN

23

24 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 9 BAB II TAHAPAN KEGIATAN Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif dimulai dengan kegiatan penyusunan klasifikasi dan selanjutnya dilakukan penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun Dari Matriks Supply Ekonomi Kreatif dapat diperoleh output yang kemudian dikalikan dengan nilai rasio konsumsi antara untuk mendapatkan angka PDRB Ekonomi Kreatif tahun Kegiatan berikutnya adalah penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif tahun Tahapan kegiatan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif secara rinci akan diuraikan di bawah ini. terdapat 16 aktivitas ekonomi yang termasuk dalam subsektor ekonomi kreatif. 2.1 Penyusunan Klasifikasi Penyusunan klasifikasi kegiatan ekonomi kreatif merupakan langkah awal dalam penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif. Besaran nilai PDRB Ekonomi Kreatif sangat tergantung dari cakupan kegiatan ekonomi yang terbentuk. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72 tahun 2015, industri kreatif dikelompokkan kedalam 16 kelompok, yang selanjutnya disebut sebagai subsektor ekonomi kreatif, yaitu:

25 10 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha ekonomi kreatif dipetakan ke dalam 223 aktivitas ekonomi dalam kbli. 1. Arsitektur 2. Desain Interior 3. Desain Komunikasi Visual 4. Desain Produk 5. Film, Animasi, Video 6. Fotografi 7. Kriya 8. Kuliner 9. Musik 10. Fesyen 11. Aplikasi dan Game Developer 12. Penerbitan 13. Periklanan 14. Televisi dan Radio 15. Seni Pertunjukan 16. Seni Rupa Selanjutnya, 16 subsektor tersebut dipetakan secara rinci kedalam klasifikasi standar yang disebut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah menggunakan KBLI terbaru, yaitu KBLI Rincian jumlah kelompok lima digit KBLI dalam masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 2.1 rekapitulasi struktur KBLI 2015 subsektor ekonomi kreatif di bawah ini.

26 Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 11 No. Subsektor Jumlah KBLI 5 Digit 01 Arsitektur 2 02 Desain Interior 2 03 Desain Komunikasi Visual 2 04 Desain Produk 3 05 Film, Animasi, dan Video 9 06 Fotografi 7 07 Kriya Kuliner Musik 9 10 Fesyen Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan 5 14 Televisi dan Radio 5 15 Seni Pertunjukan Seni Rupa 16 Jumlah 223 Sumber: Badan Pusat Statistik Selanjutnya, rincian cakupan 223 kelompok lima digit KBLI 2015 pada 16 subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat secara lengkap pada lampiran. Sedangkan konsep dan definisi yang digunakan untuk masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada lampiran dua. 2.2 Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif Tabel supply merupakan bagian dari Supply and Use Table (SUT). Tabel supply memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (im-

27 12 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) por). Sementara, matriks supply regional memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik regional, tanpa impor barang dan jasa. Penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010 ditujukan untuk memperoleh PDRB tahun dasar, yaitu PDRB tahun 2010, dan sekaligus sebagai benchmark PDRB Ekonomi Kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan terbentuknya Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka PDRB Ekonomi Kreatif yang dihasilkan telah cukup valid. Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif Tahun 2010

28 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 13 Gambar 2.3 Dimensi Matriks Supply Industri Kreatif Penyusunan PDRB ekonomi kreatif sesuai dengan standar penyusunan neraca nasional (SNA 2008) dan berbasis KBLI 2015 Saat ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh BPS memiliki tahun dasar 2010 (2010=100) atau biasa disebut sebagai PDRB seri PDRB seri 2010 tersebut diturunkan dari Matriks Supply Dengan demikian, agar konsisten dengan PDRB maka PDRB industri kreatif juga harus disusun menggunakan tahun dasar yang sama, sehingga diperlukan penyusunan Matriks Supply 2010 berbasis industri kreatif. Tahapan penyusunan Matriks Supply industri kreatif adalah sebagai berikut: Saat ini, dimensi Matriks Supply Provinsi terdiri atas 54 industri (kolom) dan 65 produk (baris). Untuk membentuk Matriks Supply industri kreatif maka muatan kreatif dalam 54 industri tersebut ditarik dan dipindahkan kedalam 16 subsektor industri kreatif. Penentuan muatan kreatif dalam suatu industri adalah berdasarkan KBLI 2015 ekonomi kreatif yang telah disusun. Dengan demikian,

29 14 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif dimensi Matriks Supply industri kreatif menjadi 70 industri (16 industri ekraf dan 54 industri non-ekraf) dikali 65 produk. 2.3 Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Industri Kreatif PDRB adalah jumlah nilai tambah dari seluruh aktivitas ekonomi yang tercipta akibat adanya proses produksi pada suatu periode tertentu dari suatu wilayah. Penyusunan PDRB ekonomi kreatif sesuai dengan standar penyusunan neraca nasional (SNA 2008) dan berbasis KBLI Tahapan penyusunan PDRB ekonomi kreatif seperti gambar 2.4. PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply industri kreatif tahun Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusunan PDRB ekonomi kreatif untuk tahuntahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi

30 kreatif tahun PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Produksi - Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 15

31

32 BAB III METODOLOGI

33

34 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 19 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Estimasi Supply Industri Kreatif Tahun 2010 Secara umum, metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Estimasi supply dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masingmasing subsektor ekonomi kreatif. a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply Provinsi Bali

35 20 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali b. Subsektor Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh

36 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 21 dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali 2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

37 22 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali 2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan

38 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 23 menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali 2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif Kategori Industri Pengolahan adalah

39 24 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matriks Supply. Tahap berikutnya adalah mendisagregasikan setiap produk Matriks Supply baik output maupun Nilai Tambah Bruto ke dalam lima digit KBLI dengan menggunakan data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah didapatkan output menurut lima digit KBLI, dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif. 1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging

40 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 25 untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

41 26 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali 2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali g. Subsektor Kriya Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

42 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 27 Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif 1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja. Output perdagangan adalah marjin perdagangan, yaitu

43 28 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Konsumsi antaranya adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti perlengkapan tulis menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan. Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, department store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin per-

44 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 29 dagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali h. Subsektor Kuliner Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

45 30 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Kuliner dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Kuliner. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan

46 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 31 besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri), dengan kata lain output yang dihasilkan merupakan total Supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.

47 32 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum SUSENAS maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum. Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut: Total Supply = Total Use Output Domestik + = Total Konsumsi Impor (konsumsi antara dan konsumsi akhir) + Ekspor Output Domestik = Total Konsumsi + Ekspor Impor Selain itu, konsumsi rumahtangga yang didata di SUSENAS, bisa dilakukan di penyediaan makan minum baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh industri-industri lain tersebut. 1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS),

48 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 33 BPS Provinsi Bali 2. Publikasi Proyeksi Penduduk , BPS Provinsi Bali 3. Passenger Exit Survey (Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara, BPS Provinsi Bali i. Subsektor Musik Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

49 34 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor musik. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali

50 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 3. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Informasi dan Komunikasi Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data supply industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply.

51 36 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga

52 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 37 tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS Provinsi Bali j. Subsektor Fesyen Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan,

53 38 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Fesyen dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Fesyen. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fesyen yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional.

54 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 3. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Pendidikan Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Industri: Informasi dan Komunikasi Subsektor aplikasi dan game developer menggunakan data Sensus Ekonomi 2006 dan indikator PDRB seri

55 40 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 2000 sehingga diperoleh estimasi Supply tahun Untuk struktur Supply, diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data Sensus Ekonomi Estimasi Supply subsektor aplikasi dan game developer di industri penerbitan diperoleh dari proporsi output industri penerbitan dengan menggunakan data sensus ekonomi Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply.

56 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Bali l. Subsektor Penerbitan Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK Tahun Disagregasi dilakukan untuk semua

57 42 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Penerbitan dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Penerbitan. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output indus-

58 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 43 tri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 3. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

59 44 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

60 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Bali m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali n. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar

61 46 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

62 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 47 Industri: Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali 2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Bali

63 48 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha p. Subsektor Seni Rupa Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Estimasi Supply/output diperoleh proporsi output industri tersebut terhadap total output industri perdagangan eceran, dengan menggunakan data sensus ekonomi Untuk struktur Supply, juga menggunakan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS

64 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 49 Provinsi Bali Industri: Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali. 1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali 2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

65 50 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Bali Ringkasan metode estimasi Supply dari masing-masing subsektor Ekonomi Kreatif dapat dilihat pada lampiran METODE PENYUSUNAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun Konsep Dasar PDRB Ada 3 pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu PDRB Produksi, PDRB Pendapatan dan PDRB Pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh residen atau non-residen. Ada 3 pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu sebagai berikut: 1. PDRB produksi adalah jumlah nilai tambah seluruh aktivitas ekonomi, dimana nilai tambah diperoleh dari output dikurangi konsumsi antara.

66 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha PDRB pendapatan adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi berupa Kompensasi Tenaga Kerja, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Produksi & Impor. 3. PDRB pengeluaran adalah jumlah seluruh permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan perubahan inventori, ekspor, dikurangi impor (C + G + I + X M). a. Output (Nilai Produksi) Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, dan dinilai atas dasar harga dasar (basic price). Jenis output ada 2 (dua) macam yaitu: i. Output utama (output utama produksi), ii. Output sekunder b. Konsumsi Antara Konsumsi Antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama yang digunakan/habis dalam proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas harga pembeli.

67 52 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha c. Nilai Tambah c.1 Nilai Tambah Bruto (NTB) Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara, yang merupakan produk dari proses produksi. Produk ini terdiri atas : a. Pendapatan faktor yang terdiri dari : - Kompensasi tenaga kerja - Sewa tanah sebagai balas jasa tanah - Bunga sebagai jasa modal, dan - Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan b. Konsumsi barang modal tetap yang dipakai untuk produksi c. Pajak lainnya atas produksi dikurangi subsidi lainnya atas produksi PDRB dapat dinyatakan sebagai : a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun.

68 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 53 b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB adhk) Nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar penghitungan. Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) ada 3 yaitu: Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran. 1. Menurut Pendekatan Produksi. Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) ada 3 yaitu: Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran. Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan konsumsi antara dari masing-masing total nilai produksi/pendapatan (output) tiap-tiap lapangan usaha Dimana : Output b,t NTB b,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun ke-t Produksi t = Kuantum produksi tahun ke-t

69 54 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Harga t = Harga produksi tahun ke-t 2. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktorfaktor produksi. PDRB = Kompensasi Tenaga Kerja + Surplus Usaha Neto + Konsumsi Barang Modal Tetap + Pajak atas Produksi dan Impor. 3. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir. PDRB = Konsumsi rumahtangga + Konsumsi Pemerintah + PMTB + Perubahan stok + (Ekspor - Impor). Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB adhk) ada 3 yaitu: Revaluasi, Ekstrapolasi dan Deflasi 1. Revaluasi yaitu perkalian kuantum produksi tahun yang berjalan dengan harga tahun dasar. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut :

70 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Ekstrapolasi yaitu dengan cara mengalikan nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut : Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut : Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun Tahapan metode estimasi PDRB Ekonomi Kreatif tahun adalah sebagai berikut: 1. PDRB Ekraf tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply Ekraf Tahun Pengidentifikasian dan pengumpulan data produksi/indikator produksi dan harga/indikator harga dari masing-masing subsektor ekraf tahun

71 56 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 3. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku dengan metode pendekatan produksi dari masing-masing subsektor ekraf tahun Penghitungan output dan NTB atas dasar harga konstan dengan metode ektrapolasi/deflasi dari masing-masing subsektor ekraf tahun Proses rekonsiliasi, uji kelayakan dan kewajaran. Berikut metode penghitungan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010=100 menurut subsektor ekonomi kreatif tahun 2011 sampai tahun a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku subsektor Arsitektur tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku industri konstruksi. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 subsektor Arsitektur tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan

72 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha =100 industri konstruksi. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. PDRB Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali b. Subsektur Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku industri real estate. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 industri real estate. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. PDRB Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

73 58 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pendidikan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator indeks harga implisit kategori jasa perusahaan.

74 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 59 PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. PDRB subsektor Periklanan Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pendidikan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

75 60 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun di estimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga berlaku industri kertas dan barang dari kertas. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun di estimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 industri kertas dan barang dari kertas. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. PDRB Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pen-

76 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 61 didikan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data IBS dan data IMK tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit

77 62 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahu-

78 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 63 nan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010= Matriks Supply Provinsi Bali Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun di estimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga berlaku kategori informasi dan komunikasi. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga Indeks harga konsumen (IHK). Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS

79 64 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Provinsi Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pendidikan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun di estimasi menggunakan hasil SKEK 2016 dan SKNP-EK 2017.

80 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 65 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. SKEK 2016, BPS Provinsi Bali 3. SKNP-EK 2017, BPS Provinsi Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun di estimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pendidikan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun di estimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.

81 66 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB. 1. Matriks Supply Provinsi Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

82 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali g. Subsektor Kriya Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data IBS dan data IMK tahun Data IBS diidentifikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan non migas nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku.

83 68 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan men-deflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali 4. Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali 5. Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Bali

84 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 69 Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kriya. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

85 70 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha h. Subsektor Kuliner Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data IBS dan data IMK tahun Data IBS diidentifikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku.

86 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 71 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010= Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku

87 72 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kuliner. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Output subkategori penyediaan makan minum diperoleh dengan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk terhadap produk penyediaan makan minum ditambah dengan konsumsi wisatawan mancanegara di Indonesia (ekspor wisatawan mancanegara dikurangi pengeluaran wisatawan nasional/impor

88 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 73 restoran). Penghitungan tersebut menghasilkan output utama. Sedangkan output sekunder didapatkan dari rasio Matriks Supply Ekraf Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi dengan IHP penyediaan makan minum sebagai deflatornya. Sedangkan nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Susenas, BPS Provinsi Bali 2. Publikasi Proyeksi Penduduk Provinsi Bali , BPS Provinsi Bali 3. Statistik Pariwisata i. Subsektor Musik Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang

89 74 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.

90 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010 = Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan musik dan aktivitas penerbitan musik dan buku musik. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung

91 76 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio perdagangan di tingkat nasional. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan menyesuaikan pertumbuhan subsektor musik dan subsektor film, animasi, dan video. Hal ini dikarenakan subsektor musik merupakan bagian kecil dari industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan (yang merupakan industri Matriks Supply dari Film, Animasi, dan Video). Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output kon-

92 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 77 stan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator indeks implisit industri jasa perusahaan. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator laju pertumbuhan industri jasa perusahaan. 1. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. PDRB subsektor Musik, BPS Provinsi Bali

93 78 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pendidikan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. Indikator yang

94 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 79 digunakan adalah indeks implisit industri jasa lainnya. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Bali j. Subsektor Fesyen Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku

95 80 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing lima digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam dua digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari

96 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 81 perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010= Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor fesyen. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan

97 82 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Rasio marjin perdagangan yang digunakan masih mengikuti rasio marjin perdagangan di tingkat nasional. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pendidikan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi

98 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 83 Bali k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator industri infokom. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Statistik Indeks Harga Konsumen, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator indeks implisit industri jasa perusahaan.

99 84 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator industri jasa perusahaan. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB.

100 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali l. Subsektor Penerbitan Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS.

101 86 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali

102 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Indeks Harga Produsen (IHP) 2010= Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari penerbitan dan aktivitas penerbitan di infokom. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio marjin perdagangan di tingkat nasional. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

103 88 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) Nilai output berlaku menggunakan metode inflate, yaitu dengan cara mengalikan output konstan dengan indikator harga Indeks implisit industri informasi dan komunikasi. Untuk nilai NTB berlaku, diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output konstan diperoleh menggunakan indikator pertumbuhan produksi Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman. Kemudian nilai NTB konstan diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Indeks Harga Produsen, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator indeks implisit

104 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 89 industri jasa perusahaan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator industri jasa perusahaan. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output atas dasar harga berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengalikan output atas

105 90 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha dasar harga konstan dan rasio NTB. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator pajak reklame. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. 1. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

106 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 91 n. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output atas dasar harga konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output atas dasar harga konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB atas dasar harga konstan, diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan dan rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali

107 92 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun di estimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pendidikan.

108 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 93 PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun di estimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan

109 94 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali p. Subsektor Seni Rupa Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Output seni rupa diperoleh dengan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan. Penghitungan tersebut menghasilkan output utama. Sedangkan output sekunder didapatkan dari rasio Matriks Supply Ekraf Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi dengan IHK umum sebagai deflatornya. Sedangkan nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi

110 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 95 Bali Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Seni Rupa. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Seni Rupa. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK pendidikan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun

111 96 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB.

112 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali 2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali 3. Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Bali

113

114 BAB IV HASIL

115

116 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 101 BAB IV HASIL 4.1 KONDISI MAKRO PDRB PROVINSI BALI TAHUN Krisis ekonomi global pada tahun 2008 telah berdampak pada pelemahan perekonomian dunia. Struktur perekonomian Indonesia yang tidak sepenuhnya bergantung pada ekspor barang ke luar negeri, menjadi salah satu faktor yang menyelamatkan perekonomian Indonesia dari hantaman krisis ekonomi global tersebut. Kinerja perekonomian Indonesia masih dapat dipertahankan, begitu pula dengan kinerja perekonomian Provinsi Bali. SELAMA 6 (ENAM) TAHUN TERAKHIR, EKONOMI BALI SELALU TUMBUH DI ATAS RATA-RATA NASIONAL. Stabilitas perekonomian Provinsi Bali pasca krisis ekonomi global tercermin dari meningkatnya nilai PDRB pada tahun Pada tahun 2010, PDRB Provinsi Bali atas dasar harga berlaku tercatat sebesar ,35 miliar Rupiah. Karena menggunakan tahun dasar 2010=100, sehingga nilai PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan pada tahun 2010 memiliki nilai yang tidak berbeda dengan atas dasar harga berlaku. PDRB Provinsi Bali atas dasar harga berlaku mencapai ,31 miliar Rupiah pada tahun PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan tahun juga mempunyai pola yang sama, yaitu terus mengalami peningkatan sejalan dengan PDRB atas dasar harga berlaku. Nilai PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan meningkat sebesar 46,34 persen menjadi ,52 miliar Rupiah pada tahun 2016.

117 102 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (TRILIUN Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan (TRILIUN Rupiah), dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali (%) Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik NILAI TAMBAH YANG TERCIPTA DARI AKTIVITAS EKONOMI KREATIF DI BALI TERUS MENINGKAT SELAMA PERIODE Ekonomi Bali selama periode menunjukkan performa yang cukup baik. Selama 6 (enam) tahun terakhir, ekonomi Bali selalu tumbuh di atas ratarata nasional walaupun sempat mengalami perlambatan pada tahun 2013 dan Melambatnya perekonomian Provinsi Bali bukan berarti bahwa perekonomian Provinsi Bali mengalami penurunan. Perekonomian Provinsi Bali tetap mengalami peningkatan namun percepatan peningkatannya lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Bali dari sisi lapangan usaha ditopang oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, pertanian serta konstruksi. Sedangkan penopang ekonomi Bali dari sisi pengeluaran adalah konsumsi rumah tangga, ekspor luar negeri serta PMTB. Pada tahun 2016, perekonomian Provinsi Bali tercatat tumbuh 6,24 persen. Gambaran makro perekonomian Bali secara lengkap terdapat pada gambar 4.1. Nilai tambah yang tercipta dari aktivitas ekonomi kreatif di Bali juga tercatat terus mengalami peningkatan selama periode Besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan seperti halnya PDRB Provinsi Bali. Secara rata-rata, nilai tambah dari aktivitas ekonomi kreatif sebesar 13,10 persen dari total PDRB Bali. Pada tahun 2010, PDRB Ekonomi Kreatif mampu memberikan kontribusi sebesar 13,94 persen. Walaupun nilai tambah

118 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 103 Tabel 4.1 Ringkasan Indikator Makro PDRB Ekonomi Kreatif Bali Tahun No Uraian Rata-rata 1 Besaran PDRB adhb (Milyar Rp.) PDRB Ekraf , , , , , , , ,76 PDRB Non Ekraf , , , , , , , ,22 PDRB Provinsi , , , , , , , ,98 Bali 2 Kontribusi (%) PDRB Ekraf 13,94 13,90 13,20 12,88 12,62 12,54 12,58 13,10 PDRB Non Ekraf 86,06 86,10 86,80 87,12 87,38 87,46 87,42 86,90 PDRB Provinsi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Bali 3 Pertumbuhan (%) PDRB Ekraf - 4,63 5,14 5,44 8,09 7,60 7,33 6,37 PDRB Non Ekraf - 6,99 7,25 6,88 6,53 5,79 6,07 6,58 Sumber: Badan Pusat Statistik yang tercipta terus mengalami peningkatan, namun kontribusi terhadap total PDRB Bali cenderung menurun dan hanya mencapai 12,58 persen pada tahun Jika dilihat perkembangannya berdasarkan PDRB harga konstan 2010, aktivitas ekonomi kreatif di Bali terus tumbuh dengan rata-rata pertumbuhan 6,37 persen. Pada tahun 2011, PDRB Ekonomi Kreatif tercatat tumbuh sebesar 4,63 persen dan terus meningkat hingga mencapai 7,33 persen pada tahun BESARAN PDRB EKONOMI KREATIF Pengembangan ekonomi kreatif menjadi salah satu pilihan yang paling tepat untuk meningkatkan perekonomian di suatu wilayah. Terlebih lagi di Bali yang mengandalkan perekonomiannya pada sektor jasa (pariwisata), ekonomi kreatif masih mempunyai potensi yang cukup besar untuk terus dikembangkan. Berdasarkan penghitungan nilai tambah yang tercipta, besaran PDRB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi kreatif terus mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan PDRB di Bali. Pada tahun 2010, PDRB yang dihasilkan dari ekonomi kreatif tercatat sebesar ,13 miliar rupiah dari total ,35 miliar rupiah PDRB Bali. SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATAWAN, AKTIVITAS EKONOMI KREATIF DI BALI MASIH MEMPUNYAI POTENSI YANG CUKUP BESAR UNTUK TERUS DIKEMBANGKAN

119 104 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Gambar 4.2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (TRILIUN Rp.) Sumber: Badan Pusat Statistik LAPANGAN USAHA HOTEL & RESTORAN SEBAGAI PENOPANG UTAMA PEREKONOMIAN BALI, TIDAK TERMASUK DALAM KLASIFIKASI EKONOMI KREATIF Perkembangan PDRB ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku di Bali selama periode , secara lengkap dapat dilihat pada gambar 4.2. Pada tahun 2016, PDRB ekonomi kreatif di Bali atas dasar harga berlaku meningkat sebesar ,65 miliar rupiah jika dibandingkan dengan tahun Sementara nilai tambah dari aktivitas non ekraf meningkat ,30 milyar, sehingga secara total PDRB Bali meningkat ,96 milyar. Rata-rata PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku sebesar ,76 miliar rupiah selama kurun waktu tahun telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian Provinsi Bali sebesar rata-rata 13,10 persen. Persentase ini jauh lebih rendah dari ratarata kontribusi PDRB non ekonomi kreatif terhadap PDRB Bali yang mencapai 86,90 persen. Besarnya kontribusi PDRB non kreatif dipengaruhi oleh sumbangan lapangan usaha hotel dan restoran, yang tidak termasuk dalam cakupan ekonomi kreatif. Besaran PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan peranan tiap subsektor ekonomi kreatif dalam penciptaan nilai tambah PDRB ekonomi kreatif. PDRB atas

120 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 105 Gambar 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Bali Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (TRILIUN Rp.) Sumber: Badan Pusat Statistik dasar harga berlaku juga dapat menjadi gambaran kinerja subsektor ekonomi kreatif. Secara lengkap besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun terdapat pada lampiran empat. Pada tahun 2016, subsektor ekonomi kreatif yang tercatat mempunyai nilai tambah atas dasar harga berlaku tertinggi adalah subsektor kuliner dengan nilai sebesar ,10 miliar rupiah, kemudian diikuti oleh subsektor kriya dengan nilai sebesar 4.718,65 miliar rupiah dan subsektor fesyen dengan nilai sebesar 1.333,36 miliar rupiah. Subsektor ekonomi kreatif yang tercatat mempunyai besaran PDRB atas dasar harga berlaku terkecil pada tahun 2016 adalah subsektor desain komunikasi visual dan desain produk dengan nilai masingmasing sebesar 6,27 miliar rupiah dan 8,18 miliar rupiah. Gambaran perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2016 menurut subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat dari gambar 4.3.

121 106 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Gambar 4.4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan Tahun (triliun Rp.) Sumber: Badan Pusat Statistik Pada tahun 2010, tercatat hanya terdapat 2 subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai nominal PDRB atas dasar harga berlaku mencapai di atas miliar rupiah yaitu subsektor kuliner dan kriya. Dengan peningkatan nilai tambah yang tercipta, pada tahun 2016 tercatat tiga subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai nominal PDRB atas dasar harga berlaku di atas miliar rupiah, yaitu subsektor kuliner, subsektor kriya, serta subsektor fesyen. Pergerakan riil ekonomi kreatif di Bali dapat dilihat dari perkembangan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan. Berdasarkan hasil penghitungan, ekonomi kreatif di Bali terus mengalami pertumbuhan selama kurun waktu tahun , walaupun sempat mengalami sedikit perlambatan pada tahun Besaran PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh ekonomi kreatif pada tahun 2016 mencapai ,30 miliar rupiah, meningkat 44,79 persen dibandingkan tahun Secara lengkap gambaran perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan dapat dilihat dari gambar 4.4.

122 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 107 Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (triliun Rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik Besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan yang semakin meningkat menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi kreatif di Provinsi Bali semakin baik. Setiap tahun PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 6,37 persen dengan rata-rata kontribusi sebesar 13,10 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan. Gambaran PDRB atas dasar harga konstan menurut subsektor ekonomi kreatif secara lengkap dapat dilihat dari gambar 4.5. Seperti halnya nilai tambah atas dasar harga berlaku, subsektor ekonomi kreatif kuliner, kriya dan fesyen juga mempunyai besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terbesar dibandingkan subsektor ekonomi kreatif lainnya. Selama periode , subsektor kuliner dan kriya tercatat meningkat rata-rata sebesar 10,21 triliun rupiah dan 3,06 triliun rupiah. Pada tahun

123 108 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 2010, nilai tambah yang tercipta dari subsektor fesyen tercatat masih berada di bawah miliar rupiah, namun pada tahun 2016 tercatat sudah mencapai 1.022,85 miliar rupiah dengan rata-rata peningkatan sebesar 882,97 miliar rupiah. Subsektor yang mempunyai besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terkecil terhadap PDRB ekonomi kreatif Bali adalah subsektor desain komunikasi visual dan subsektor desain produk. 4.3 STRUKTUR EKONOMI KREATIF Selama periode tahun , kontribusi rata-rata PDRB ekonomi kreatif terhadap perekonomian Provinsi Bali tercatat sebesar 13,10 persen. Walaupun mengalami peningkatan besaran nilai tambah yang tercipta, kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian Bali terus mengalami penurunan. Penurunan kontribusi ini disebabkan oleh meningkatnya kontribusi lapangan usaha hotel dan restoran sebagai penopang utama perekonomian Bali yang notabene bukan merupakan bagian dari ekonomi kreatif. Pada tahun 2010, PDRB ekonomi kreatif tercatat memberikan kontribusi sebesar 13,94 persen, sedangkan sisanya sebesar 86,06 persen merupakan kontribusi dari lapangan usaha selain subsektor ekonomi kreatif yang didominasi oleh hotel dan restoran. Berbanding terbalik dengan peningkatan nilai tambah dari hotel dan restoran, kontribusi PDRB ekonomi kreatif terus mengalami penurunan. Pada tahun 2015 kontribusi subsektor ekonomi kreatif hanya tercatat sebesar 12,54 persen, kemudian sedikit meningkat pada tahun 2016 menjadi 12,58 persen.

124 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 109 Berdasarkan gambar 4.6. dan 4.7. dapat dilihat perubahan komposisi PDRB ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif terhadap total PDRB Bali tahun 2010 dan Kontribusi PDRB ekonomi kreatif tahun 2016 tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010, dan sebaliknya kontribusi non ekonomi kreatif pada tahun 2016 tercatat meningkat dibandingkan tahun Selama kurun waktu , terdapat tiga subsektor yang cukup dominan berkontribusi dalam pembentukan PDRB ekonomi kreatif yaitu subsektor Kuliner, subsektor Kriya, dan subsektor Fesyen. Pada tahun 2016, subsektor kuliner menciptakan nilai tambah sebesar ,10 miliar rupiah dan menyumbang 67,28 persen terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif. Sedangkan subsektor Kriya, dan subsektor Fesyen yang tercatat menyumbang nilai tambah masing-masing sebesar 4.718,65 miliar rupiah dan 1.333,36 miliar rupiah memberikan kontribusi sebesar 19,19 persen dan 5,42 persen terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif tahun Gambar 4.6. Struktur Perekonomian Provinsi Bali Tahun 2010 (%) Gambar 4.7. Struktur Perekonomian Provinsi Bali Tahun 2016 (%) Sumber: Badan Pusat Statistik

125 110 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Gambar 4.8. Distribusi PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Perkembangan teknologi yang semakin pesat, seyogyanya menjadi booster bagi perkembangan ekonomi kreatif. Namun yang cukup menjadi perhatian, ternyata di tengah semakin majunya teknologi, kontribusi subsektor ekonomi kreatif yang cukup dominan dalam pemanfaatan teknologi terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif di Provinsi Bali masih sangat kecil. Subsektor ekonomi kreatif seperti subsektor Film, Animasi dan Video, subsektor Desain Produk, dan subsektor Desain Komunikasi Visual masih berkontribusi cukup kecil terhadap penciptaan nilai tambah ekonomi kreatif di Bali. Pada tahun 2016, ketiga subsektor tersebut tercatat hanya memberikan kontribusi masing-masing sebesar 0,06 persen; 0,03 persen; dan 0,03 persen. Kelompok subsektor ini tentunya memerlukan stimulus dan dukungan untuk lebih mengembangkan ekonominya sehingga dapat meningkatkan kontribusi nilai tambahnya terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif di Bali. Peranan masing-masing subsektor ekonomi kreatif terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif di Bali dapat dilihat pada gambar 4.8.

126 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 111 Gambar 4.9 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali, PDRB Ekonomi Kreatif, dan PDRB Non Ekonomi Kreatif Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik 4.4 PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF Keberhasilan pembangunan ekonomi kreatif di Bali, salah satunya dapat dilihat dari rata-rata perumbuhan PDRB ekonomi kreatif berdasarkan harga konstan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi kreatif selama periode tahun tercatat sebesar 6,37 persen. Ratarata pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB non ekonomi kreatif yang tercatat mencapai 6,58 persen. Perkembangan PDRB ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.9. Berdasarkan gambar 4.9. dapat dilihat pola pertumbuhan ekonomi kreatif di Bali selama periode Pada tahun , laju pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif tercatat berada di bawah pertumbuhan ekonomi Bali. Sejalan dengan pergerakan laju pertumbuhan dari subsektor kuliner yang meningkat cukup signifikan mulai tahun 2014, sehingga pergerakan laju pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif menjadi lebih tinggi dibandingkan PDRB non ekonomi kreatif dan PDRB total. Selama periode , pertumbuhan ekonomi kreatif tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi

127 112 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha TAHUN 2014 SUBSEKTOR KULINER MAMPU TUMBUH SEBESAR 8,73 PERSEN, SEHINGGA MAMPU MENDORONG PERTUMBUHAN PDRB EKONOMI KREATIF DI BALI SAMPAI PADA KISARAN 7,28 PERSEN. kreatif tercatat mencapai 8,09 persen berada di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang tercatat hanya 6,73 persen. Walaupun mengalami perlambatan pada tahun 2015 menjadi hanya 7,60 persen, pertumbuhan ekonomi kreatif tetap berada di atas pertumbuhan ekonomi Bali yang pada periode tersebut tercatat tumbuh 6,03 persen. Di tahun 2016, ekonomi kreatif kembali tumbuh mencapai 7,33 persen lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang tercatat hanya sebesar 6,24 persen. Dilihat menurut subsektornya, laju pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berbeda dengan pola pertumbuhan PDRB yang sedikit mengalami perlambatan pada tahun 2013, ternyata ekonomi kreatif mampu tetap tumbuh walaupun subsektor kuliner sedikit melambat. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh pelaksanaan Pilkada pada tahun Sehingga berbagai subsektor yang terkait dengan pelaksanaan Pilkada seperti kriya, fesyen serta televisi-radio memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif. Subsektor kuliner tercatat memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi selama periode yaitu sebesar 6,83 persen kemudian diikuti oleh subsktor fesyen dengan rata-rata pertumbuhan 5,84 persen. Sebagai daerah tujuan wisata, subsektor seni pertunjukkan, fotografi serta musik menunjukkan performa yang cukup baik dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar 5,82 persen, 5,69 persen dan 5,68 persen.

128 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 113 Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun (%) Kategori Uraian (1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 01 Arsitektur 5,01 7,31 5,41 4,20 5,31 5,86 02 Desain 4,35 5,92 6,24 6,00 4,96 5,51 Interior 03 Desain 3,24 3,10 4,99 4,18 3,69 3,28 Komunikasi Visual 04 Desain 2,85 3,77 4,64 3,80 2,73 2,34 Produk 05 Film, Animasi 2,24 3,93 4,56 3,36 3,76 3,08 dan Video 06 Fotografi 4,15 4,68 4,80 7,72 6,14 6,65 07 Kriya 2,65 3,81 7,01 7,64 6,99 5,06 08 Kuliner 5,24 5,44 4,65 8,73 8,30 8,62 09 Musik 5,51 4,91 5,33 5,80 6,44 6,08 10 Fesyen 5,45 6,59 9,00 6,78 4,51 2,68 11 Aplikasi 5,09 3,06 3,96 4,26 5,60 4,24 dan Game Developer 12 Penerbitan 4,04 5,34 6,09 5,55 5,96 5,81 13 Periklanan 2,04 4,19 4,07 3,61 5,66 6,14 14 Televisi dan 4,10 5,30 6,57 5,60 5,74 5,98 Radio 15 Seni 3,92 4,83 6,09 6,50 6,66 6,94 Pertunjukan 16 Seni Rupa 3,34 4,07 5,38 6,78 6,82 6,44 PDRB Ekonomi Kreatif 4,63 5,14 5,44 8,09 7,60 7,33 Sumber: Badan Pusat Statistik

129 114 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 4.5 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB EKONOMI KREATIF SUBSEKTOR KULINER MENJADI SUMBER PERTUMBUHAN TERTINGGI PDRB EKONOMI KREATIF DI BALI SELAMA PERIODE Peranan dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi kreatif tergambar pada sumbangan yang diberikan subsektor ekonomi kreatif tersebut terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif. Besaran tersebut tercermin dalam sumber pertumbuhan sebagaimana tercantum pada tabel 4.3. Sebagai subsektor yang dominan di Bali, subsektor kuliner selalu menjadi sumber pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif selama periode dengan rata-rata sumbangan tercatat sebesar 4,46 persen. Jika pada tahun 2010, subsektor kuliner tercatat menyumbang sebesar 3,40 persen terhadap total pertumbuhan maka pada tahun 2016 sumbangannya tercatat meningkat menjadi 5,67 persen. Subsektor kriya menjadi sumber pertumbuhan terbesar kedua setelah subsektor kuliner, dengan sumbangan rata-rata tercatat sebesar 1,09 persen. Subsektor Desain Komunikasi Visual dan desain produk adalah subsektor ekonomi kreatif yang memberikan kontribusi terkecil dengan rata-rata kontribusi masingmasing tercatat sebesar 0,0011 dan 0,0013 persen.

130 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 115 Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun Kategori Uraian (1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 01 Arsitektur 0,04 0,06 0,05 0,04 0,05 0,05 02 Desain 0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01 Interior 03 Desain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Komunikasi Visual 04 Desain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Produk 05 Film, Animasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dan Video 06 Fotografi 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 07 Kriya 0,53 0,75 1,37 1,51 1,38 0,99 08 Kuliner 3,40 3,55 3,04 5,67 5,42 5,67 09 Musik 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 10 Fesyen 0,30 0,37 0,51 0,40 0,26 0,15 11 Aplikasi 0,06 0,04 0,05 0,05 0,07 0,05 dan Game Developer 12 Penerbitan 0,17 0,22 0,26 0,23 0,25 0,24 13 Periklanan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 14 Televisi dan 0,04 0,05 0,06 0,05 0,05 0,05 Radio 15 Seni 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 Pertunjukan 16 Seni Rupa 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 PDRB Ekonomi Kreatif 4,63 5,14 5,44 8,09 7,60 7,33 Sumber: Badan Pusat Statistik

131

132 LAMPIRAN

133

134 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 119 LAMPIRAN Lampiran 1. Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor Ekonomi Kreatif Menurut KBLI 2015 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 01 Arsitektur 02 DESAIN INTERIOR DESAIN 03 KOMUNIKASI VISUAL 04 DESAIN PRODUK 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 06 FOTOGRAFI Kode KBLI Uraian KBLI Aktivitas Arsitektur Aktivitas Keinsinyuran dan Konsultasi Teknis YBDI Aktivitas Perancangan Khusus Pendidikan teknik swasta Aktivitas Perancangan Khusus Pendidikan teknik swasta Aktivitas Perancangan Khusus Aktivitas Pengepakan Pendidikan teknik swasta Reproduksi Media Rekaman Film dan Video Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pemutaran Film Pendidikan lainnya swasta Aktivitas Fotografi Pendidikan kebudayaan Aktivitas Pekerja Seni Aktivitas Operasional Fasilitas Seni

135 120 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 07 KRIYA Kode KBLI Uraian KBLI Aktivitas Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya MUseum yang dikelola Pemerintah MUseum yang dikelola Swasta Industri Kain Tenun Ikat Industri Bulu Tiruan Tenunan Industri Batik Industri Kain Rajutan Industri Kain Sulaman/Bordir Industri Bulu Tiruan Rajutan Industri Barang Jadi Tekstil untuk Keperluan Rumah Tangga Industri Barang Jadi Tekstil Sulaman Industri Bantal dan Sejenisnya Industri Barang Jadi Rajutan dan Sulaman Industri Karpet dan Permadani Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Lainnya Industri Barang Anyaman dari Rotan dan Bambu Industri Barang Anyaman dari Tanaman Bukan Rotan dan Bambu Industri Kerajinan Ukiran dari Kayu Bukan Mebeller Industri Alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus Lainnya YTDL Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton Industri Barang dari Kertas dan Papan Kertas Lainnya YTDL Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga dari Kaca Industri Kemasan dari Kaca Industri Barang Lainnya dari Kaca

136 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 121 Kode KBLI Uraian KBLI 2015 Industri Bahan Bangunan Dari Tanah Liat/Keramik Bukan Batu Bata dan Genteng Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselen Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Tanah Liat/Keramik Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Semen, Kapur, Gips dan Asbes Lainnya Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Jasa Industri Untuk Berbagai Pengerjaan Khusus Logam dan Barang dari Logam Industri Peralatan Dapur dan Peralatan Meja dari Logam Industri Lampu dari Logam Industri Barang Logam Lainnya YTDL Industri Furnitur dari Kayu Industri Furnitur dari Rotan dan atau Bambu Industri Furnitur dari Plastik Industri Furnitur dari Logam Industri Furnitur Lainnya Industri Permata Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribaadi Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulian Bukan Untuk Keperluan Pribadi Industri Perhiasan Mutiara Industri Barang Lainnya dari Logam Mulia

137 122 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 08 KULINER Kode KBLI Uraian KBLI Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan, pandan, Rumput dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk, Gading, Bulu dan Binatang/Hewan yang Diawetkan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari keramik Perdagangan Besar Alat Permainan dan Mainan Anak-anak Perdagangan Besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga Perdagangan Besar berbagai barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya Industri Produk Roti dan Kue Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula Industri Manisan Buah-Buahan dan Sayuran Kering Industri Kembang Gula Lainnya Industri makanan dan masakan olahan Industri Kue Basah Industri Makanan dari Kedele dan Kacang-Kacangan Lainnya Bukan Kecap, Tempe dan Tahu Industri Kerupuk, Keripik, Peyek dan Sejenisnya Industri Produk Makanan Lainnya Perdagangan Besar Daging Sapi Dan Daging Sapi Olahan Perdagangan Besar Daging Ayam Dan Daging Ayam Olahan Perdagangan Besar Hasil Olahan Perikanan

138 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 123 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 09 MUSIK Kode KBLI Uraian KBLI Perdagangan Besar Gula, Coklat, dan Kembang Gula Perdagangan Besar Produk Roti Perdagangan Besar Makanan dan Minuman Lainnya Perdagangan Eceran Roti, Kue Kering, Serta Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Daging dan Ikan Olahan Perdagangan Eceran Makanan Lainnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Roti, Kue Kering, Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Daging Olahan Dan Ikan Olahan Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Komoditi Makanan Dan Minuman Ytdl Restoran Warung Makan Kedai Makanan Penyediaan Makanan Keliling/ Tempat Tidak Tetap Jasa Boga untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering) Penyediaan Makanan Lainnya Bar Rumah Minum/Kafe Kedai Minuman Rumah/Kedai Obat Tradisional Penyediaan Minuman Keliling/ Tempat Tidak Tetap Reproduksi Media Rekaman Suara dan Piranti Lunak Aktivitas Perekaman Suara

139 124 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 10 FESYEN Kode KBLI Uraian KBLI Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi alat musik Jasa Reservasi Lainnya YBDI YTDL Pendidikan Kebudayaan Aktivitas Pekerja Seni Perdagangan Besar Piranti Lunak Perdagangan Eceran Khusus Rekaman Musik dan Video di Toko Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Tekstil Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Kulit Penjahitan Dan Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan Industri Perlengkapan Pakaian dari Tekstil Industri Perlengkapan Pakaian dari Kulit Industri Pakaian Jadi dan Barang dari Kulit Berbulu Industri Pakaian Jadi Rajutan Industri Pakaian Jadi Sulaman/Bordir Industri Rajutan Kaos Kaki dan Sejenisnya Industri Barang Dari Kulit Dan Kulit Buatan Untuk Keperluan Pribadi Industri Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-hari Industri Sepatu Olahraga Industri Alas Kaki Lainnya Perdagangan Besar Pakaian Perdagangan Besar Alas Kaki Perdagangan Eceran Pakaian Perdagangan Eceran Sepatu, Sandal dan Alas Kaki Lainnya Pendidikan Kerajinan dan Industri

140 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 125 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif APLIKASI 11 DAN GAME DEVELOPER 12 PENERBITAN Kode KBLI Uraian KBLI Pendidikan lainnya swasta Penerbitan Piranti Lunak (Software) Aktivitas Pengembangan Video Game Aktivitas Pengembangan Aplikasi Perdagangan Melalui Internet (E-Commerce) Aktivitas Pemrograman Komputer Lainnya Aktivitas Konsultasi Keamanan Informasi Kegiatan Konsultasi Komputer dan Manajemen Fasilitas Komputer Lainnya Kegiatan Teknologi Informasi dan Jasa Komputer Lainnya Kegiatan Pengolahan Data Kegiatan Penyimpanan Data di Server (Hosting) dan Kegiatan Ybdi Portal Web Aktivitas konsultasi transportasi Aktivitas konsultasi investasi dan perdagangan berjangka Aktivitas Pekerja Seni Industri Percetakan Umum Industri Percetakan Khusus Kegiatan Jasa Penunjang Pencetakan Perdagangan Besar Barang Percetakan dan Penerbitan Dalam Berbagai Bentuk Perdagangan Eceran Hasil Pencetakan dan Penerbitan Penerbitan Buku Penerbitan Direktori dan Mailing List Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Buletin atau Majalah Aktivitas Penerbitan Lainnya Penerbitan Piranti Lunak (software)

141 126 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 13 PERIKLANAN 14 TELEVISI DAN RADIO 15 SENI PERTUNJUKAN Kode KBLI Uraian KBLI Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas Kantor Berita oleh Pemerintah Aktivitas kantor Berita oleh Swasta Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial Penelitian dan Pengembangan Linguistik dan Sastra Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Lainnya Jurnalis Berita Independen Periklanan Aktivitas kehumasan Aktivitas konsultasi manajemen lainnya Penelitian pasar Jajak pendapat masyarakat Penyiaran Radio Oleh Pemerintah Penyiaran Radio Oleh Swasta Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Swasta Aktivitas telekomunikasi khusus untuk penyiaran Penyelenggara Pertemuan, Perjalan Intensif, Koferensi dan Pameran Event Organizer Pendidikan Kebudayaan Pendidikan lainnya swasta Aktivitas Seni pertunjukan Aktivitas Pekerja Seni Aktivitas Penunjang Hiburan Jasa Impresariat Bidang Seni Aktivitas operasional fasilitas seni

142 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 127 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 16 SENI RUPA Kode KBLI Uraian KBLI Aktivitas Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya Perdagangan Eceran Lukisan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dan Lukisan lainnya Perdagangan Eceran Barang Antik Perdagangan Eceran kaki lima dan los pasar lukisan Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Barang Antik Penelitian dan Pengembangan Seni Pendidikan Kebudayaan MUseum yang dikelola Pemerintah MUseum yang dikelola Swasta Aktivitas Pekerja Seni Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Pemerintah Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Swasta Pendidikan Lainnya Swasta Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya Aktivitas Kehumasan Aktivitas Konsultasi Investasi dan Perdagangan Berjangka Sumber: Badan Pusat Statistik

143 128 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Lampiran 2. Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif 1. Arsitektur Arsitektur adalah wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang. 2. Desain Interior Desain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik. 3. Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual adalah seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedang bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan sebagainya. 4. Desain Produk Desain produk merupakan salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka

144 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 129 dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendefinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik. 5. Film, Animasi, dan Video Film Karya seni gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidahkaidah sinematografi. Animasi Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Video Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat gambar bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi. 6. Fotografi Fotografi merupakan sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi

145 130 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja. 7. Kriya Kriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya. 8. Kuliner Kuliner adalah kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen. 9. Musik Musik adalah segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.

146 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Fesyen Fesyen adalah suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok. 11. Aplikasi dan Game Developer Aplikasi dan game developer adalah suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules). 12. Penerbitan Penerbitan adalah suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. 13. Periklanan Periklanan adalah bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa. 14. Televisi dan Radio Televisi Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.

147 132 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Radio Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. 15. Seni Pertunjukan Seni pertunjukkan merupakan cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis dan penampil (performers), yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc). 16. Seni Rupa Seni rupa adalah penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.

148 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 133 Lampiran 3. Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010 Kode SUT Uraian Kode SUT KBLI 2015 URAIAN KODE SUBSEKTOR EKRAF SUBSEKTOR EKRAF 20 Industri Makanan Industri Produk Roti dan 08 KULINER Kue 20 Industri Makanan Industri Makanan dari 08 KULINER Cokelat dan Kembang Gula 20 Industri Makanan Industri Manisan Buah- 08 KULINER Buahan dan Sayuran Kering 20 Industri Makanan Industri Kembang Gula 08 KULINER Lainnya 20 Industri Makanan Industri makanan dan 08 KULINER masakan olahan 20 Industri Makanan Industri Kue Basah 08 KULINER 20 Industri Makanan Industri Makanan dari 08 KULINER Kedele dan Kacang- Kacangan Lainnya Bukan Kecap, Tempe dan Tahu 20 Industri Makanan Industri Kerupuk, Keripik, 08 KULINER Peyek dan Sejenisnya 20 Industri Makanan Industri Produk Makanan 08 KULINER Lainnya 23 Industri Tekstil Industri Kain Tenun Ikat 07 KRIYA 23 Industri Tekstil Industri Bulu Tiruan 07 KRIYA Tenunan 23 Industri Tekstil Industri Batik 07 KRIYA 23 Industri Tekstil Industri Kain Rajutan 07 KRIYA 23 Industri Tekstil Industri Kain 07 KRIYA Sulaman/Bordir 23 Industri Tekstil Industri Bulu Tiruan 07 KRIYA Rajutan 23 Industri Tekstil Industri Barang Jadi Tekstil 07 KRIYA untuk Keperluan Rumah Tangga 23 Industri Tekstil Industri Barang Jadi Tekstil 07 KRIYA Sulaman 23 Industri Tekstil Industri Bantal dan 07 KRIYA Sejenisnya 23 Industri Tekstil Industri Barang Jadi 07 KRIYA Rajutan dan Sulaman 23 Industri Tekstil Industri Karpet dan 07 KRIYA Permadani 24 Industri Pakaian Jadi Industri Pakaian Jadi 10 FASHION (Konveksi) Dari Tekstil 24 Industri Pakaian Jadi Industri Pakaian Jadi 10 FASHION (Konveksi) Dari Kulit 24 Industri Pakaian Jadi Penjahitan Dan 10 FASHION Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan 24 Industri Pakaian Jadi Industri Perlengkapan 10 FASHION Pakaian dari Tekstil 24 Industri Pakaian Jadi Industri Perlengkapan 10 FASHION Pakaian dari Kulit 24 Industri Pakaian Jadi Industri Pakaian Jadi dan 10 FASHION Barang dari Kulit Berbulu 24 Industri Pakaian Jadi Industri Pakaian Jadi 10 FASHION Rajutan 24 Industri Pakaian Jadi Industri Pakaian Jadi 10 FASHION Sulaman/Bordir 24 Industri Pakaian Jadi Industri Rajutan Kaos Kaki dan Sejenisnya 10 FASHION SUMBER DATA Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2010 METODE ESTIMASI Pendekatan Produksi

149 134 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Kode SUT Uraian Kode SUT KBLI 2015 URAIAN 25 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 25 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 25 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 25 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 25 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 26 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 26 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 26 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 26 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 26 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 27 Industri Kertas dan Barang dari Kertas 27 Industri Kertas dan Barang dari Kertas 28 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 28 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 28 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 28 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 28 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam 32 Industri Barang Galian Bukan Logam KODE SUBSEKTOR EKRAF SUBSEKTOR EKRAF Industri Barang Dari Kulit Dan Kulit Buatan Untuk Keperluan Pribadi 10 FASHION Industri Alas Kaki Untuk 10 FASHION Keperluan Sehari-hari Industri Sepatu Olahraga 10 FASHION Industri Alas Kaki Lainnya 10 FASHION Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Lainnya Industri Barang Anyaman dari Rotan dan Bambu Industri Barang Anyaman dari Tanaman Bukan Rotan dan Bambu Industri Kerajinan Ukiran dari Kayu Bukan Mebeller Industri Alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus Lainnya YTDL 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton 07 KRIYA Industri Barang dari Kertas 07 KRIYA dan Papan Kertas Lainnya YTDL Industri Percetakan Umum 12 PENERBITAN Industri Percetakan Khusus 12 PENERBITAN Kegiatan Jasa Penunjang Pencetakan Reproduksi Media Rekaman Film dan Video 12 PENERBITAN 05 FILM, ANIMASI, VIDEO Reproduksi Media Rekaman Suara dan Piranti Lunak 09 MUSIK Industri Perlengkapan dan 07 KRIYA Peralatan Rumah Tangga dari Kaca Industri Kemasan dari Kaca 07 KRIYA Industri Barang Lainnya dari Kaca Industri Bahan Bangunan Dari Tanah Liat/Keramik Bukan Batu Bata dan Genteng Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselen Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Tanah Liat/Keramik Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Semen, Kapur, Gips dan Asbes Lainnya Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA SUMBER DATA Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2010 METODE ESTIMASI Pendekatan Produksi

150 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 135 Kode SUT Uraian Kode SUT KBLI 2015 URAIAN 34 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 34 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 34 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 34 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya KODE SUBSEKTOR EKRAF Jasa Industri Untuk Berbagai Pengerjaan Khusus Logam dan Barang dari Logam 07 KRIYA Industri Peralatan Dapur 07 KRIYA dan Peralatan Meja dari Logam Industri Lampu dari Logam 07 KRIYA Industri Barang Logam Lainnya YTDL 07 KRIYA 40 Industri Furnitur Industri Furnitur dari Kayu 07 KRIYA 40 Industri Furnitur Industri Furnitur dari 07 KRIYA Rotan dan atau Bambu 40 Industri Furnitur Industri Furnitur dari 07 KRIYA Plastik 40 Industri Furnitur Industri Furnitur dari 07 KRIYA Logam 40 Industri Furnitur Industri Furnitur Lainnya 07 KRIYA 41 Industri Pengolahan Industri Permata 07 KRIYA Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribaadi 07 KRIYA 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 41 Industri Pengolahan Lainnya 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulian Bukan Untuk Keperluan Pribadi 07 KRIYA Industri Perhiasan Mutiara 07 KRIYA Industri Barang Lainnya dari Logam Mulia 07 KRIYA Industri Perhiasan Imitasi 07 KRIYA dan Barang Sejenis Industri Alat Musik 07 KRIYA Tradisional Industri Alat Musik Bukan 07 KRIYA Tradisional Industri Alat Permainan 07 KRIYA Industri Mainan Anak- 07 KRIYA Anak Industri Kerajinan YTDL 07 KRIYA SUBSEKTOR EKRAF Industri Pengolahan Lainnya YTDL 07 KRIYA Perdagangan Besar 10 FASHION Pakaian Perdagangan Besar Alas 10 FASHION Kaki Perdagangan Besar 12 PENERBITAN Barang Percetakan dan Penerbitan Dalam Berbagai Bentuk Perdagangan Besar Tekstil 07 KRIYA Perdagangan Besar Barang Lainnya Dari Tekstil Perdagangan Besar Tekstil, Pakaian dan Alas Kaki Lainnya Perdagangan Besar Alat Musik Perdagangan Besar Perhiasan dan Jam Perdagangan Besar Alat Permainan dan Mainan Anak-anak Perdagangan Besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga Perdagangan Besar berbagai barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA SUMBER DATA Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2010 Rasio Marjin Perdagangan SKSJ, Output sektor Barang DNP, Produk sekunder SKNP METODE ESTIMASI Pendekatan Produksi Commodity Flow

151 136 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Kode SUT Uraian Kode SUT KBLI 2015 URAIAN KODE SUBSEKTOR EKRAF SUBSEKTOR EKRAF SUMBER DATA METODE ESTIMASI 48 Perdagangan Besar, Bukan Perdagangan Besar 08 KULINER Mobil dan Sepeda Motor Daging Sapi Dan Daging Sapi Olahan 48 Perdagangan Besar, Bukan Perdagangan Besar 08 KULINER Mobil dan Sepeda Motor Daging Ayam Dan Daging Ayam Olahan 48 Perdagangan Besar, Bukan Perdagangan Besar Hasil 08 KULINER Mobil dan Sepeda Motor Olahan Perikanan 48 Perdagangan Besar, Bukan Perdagangan Besar Gula, 08 KULINER Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 48 Perdagangan Besar, Bukan Mobil dan Sepeda Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor Coklat, dan Kembang Gula Perdagangan Besar Produk Roti Perdagangan Besar Makanan dan Minuman Lainnya Perdagangan Besar Piranti Lunak Perdagangan Eceran Pakaian Perdagangan Eceran Sepatu, Sandal dan Alas Kaki Lainnya Perdagangan Eceran Hasil Pencetakan dan Penerbitan Perdagangan Eceran Lukisan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dan Lukisan lainnya Perdagangan Eceran Barang Antik Perdagangan Eceran kaki lima dan los pasar lukisan Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Barang Antik Perdagangan Eceran Tekstil Perdagangan Eceran Perlengkapan Rumah Tangga Dari Tekstil Perdagangan Eceran Barang Perhiasan Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Barang Kerajinan Perdagangan Eceran Khusus Karpet, Permadani dan Penutup Dinding dan Lantai di Toko Perdagangan Eceran Furnitur Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Batu atau Tanah Liat Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Kayu, Bambu atau Rotan Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur bukan dari Plastik, Batu, Tanah Liat, Kayu, Bambu atau Rotan Perdagangan Eceran Alat Musik Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan, pandan, Rumput dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk, Gading, Bulu dan Binatang/Hewan yang Diawetkan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari keramik Perdagangan Eceran Roti, Kue Kering, Serta Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Daging dan Ikan Olahan Perdagangan Eceran Makanan Lainnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Roti, Kue Kering, Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Daging 08 KULINER 08 KULINER 09 MUSIK 10 FASHION 10 FASHION 12 PENERBITAN 16 SENI RUPA 16 SENI RUPA 16 SENI RUPA 16 SENI RUPA 16 SENI RUPA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 07 KRIYA 08 KULINER 08 KULINER 08 KULINER 08 KULINER 08 KULINER Rasio Marjin Perdagangan SKSJ, Output sektor Barang DNP, Produk sekunder SKNP Commodity Flow Olahan Dan Ikan Olahan 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor 49 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Komoditi Makanan Dan Minuman Ytdl Perdagangan Eceran Khusus Rekaman Musik dan Video di Toko 08 KULINER 09 MUSIK

152 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 137 Kode SUT Uraian Kode SUT KBLI 2015 URAIAN KODE SUBSEKTOR EKRAF SUBSEKTOR EKRAF 58 Penyediaan Makan Minum Restoran 08 KULINER 58 Penyediaan Makan Minum Warung Makan 08 KULINER 58 Penyediaan Makan Minum Kedai Makanan 08 KULINER 58 Penyediaan Makan Minum Penyediaan Makanan 08 KULINER Keliling/Tempat Tidak Tetap 58 Penyediaan Makan Minum Jasa Boga untuk Suatu 08 KULINER Event Tertentu (Event Catering) 58 Penyediaan Makan Minum Penyediaan Makanan 08 KULINER Lainnya 58 Penyediaan Makan Minum Bar 08 KULINER 58 Penyediaan Makan Minum Rumah Minum/Kafe 08 KULINER 58 Penyediaan Makan Minum Kedai Minuman 08 KULINER 58 Penyediaan Makan Minum Rumah/Kedai Obat 08 KULINER Tradisional 58 Penyediaan Makan Minum Penyediaan Minuman 08 KULINER Keliling/Tempat Tidak Tetap 59 Penerbitan Penerbitan Piranti Lunak (Software) 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 59 Penerbitan Penerbitan Buku 12 PENERBITAN 59 Penerbitan Penerbitan Direktori dan 12 PENERBITAN Mailing List 59 Penerbitan Penerbitan Surat Kabar, 12 PENERBITAN Jurnal dan Buletin atau Majalah 59 Penerbitan Aktivitas Penerbitan 12 PENERBITAN Lainnya 59 Penerbitan Penerbitan Piranti Lunak (software) 12 PENERBITAN 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik 60 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta 12 PENERBITAN 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 05 FILM, ANIMASI, VIDEO Aktivitas Pemutaran Film 05 FILM, ANIMASI, VIDEO Aktivitas Perekaman Suara 09 MUSIK Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik 09 MUSIK SUMBER DATA Survei Sosial Ekonomi Sensus Ekonomi (SE) Kementerian BUMN Sensus Ekonomi (SE) 2006 Nasional (SUSENAS), SKNP 2006 METODE ESTIMASI Pendekatan Pengeluaran Pendekatan Produksi Pendekatan Pendapatan Pendekatan Produksi

153 138 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Kode SUT Uraian Kode SUT KBLI 2015 URAIAN 61 Penyiaran dan Pemrograman 61 Penyiaran dan Pemrograman 61 Penyiaran dan Pemrograman 61 Penyiaran dan Pemrograman Penyiaran Radio Oleh Pemerintah Penyiaran Radio Oleh Swasta Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Swasta 62 Telekomunikasi Aktivitas telekomunikasi khusus untuk penyiaran KODE SUBSEKTOR EKRAF SUBSEKTOR EKRAF 14 TELEVISI DAN RADIO 14 TELEVISI DAN RADIO 14 TELEVISI DAN RADIO 14 TELEVISI DAN RADIO 14 TELEVISI DAN RADIO SUMBER DATA APBN RRI Sensus Ekonomi (SE) 2006 APBN TVRI METODE ESTIMASI Pendekatan Pengeluaran Pendekatan Produksi Pendekatan Pengeluaran Belanja Iklan Pendekatan (Ernest,PPPI), Produksi Laporan keuangan perusahaan go public Sensus Ekonomi (SE) 2006 Pendekatan Produksi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi 63 Kegiatan Pemrograman, Konsultansi Komputer dan Kegiatan Jasa Informasi Aktivitas Pengembangan Video Game Aktivitas Pengembangan Aplikasi Perdagangan Melalui Internet (E- Commerce) Aktivitas Pemrograman Komputer Lainnya Aktivitas Konsultasi Keamanan Informasi Kegiatan Konsultasi Komputer dan Manajemen Fasilitas Komputer Lainnya Kegiatan Teknologi Informasi dan Jasa Komputer Lainnya 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER Kegiatan Pengolahan Data 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER Kegiatan Penyimpanan Data di Server (Hosting) dan Kegiatan Ybdi 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER Portal Web 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER Aktivitas Kantor Berita oleh Pemerintah Aktivitas kantor Berita oleh Swasta Sensus Ekonomi (SE) PENERBITAN Sensus Ekonomi (SE) PENERBITAN Laporan Keuangan Kantor Berita Antara Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Pendapatan 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Aktivitas konsultasi transportasi Aktivitas konsultasi investasi dan perdagangan berjangka Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial Penelitian dan Pengembangan Linguistik dan Sastra Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Lainnya Penelitian dan Pengembangan Seni Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 12 PENERBITAN 12 PENERBITAN 12 PENERBITAN 16 SENI RUPA 16 SENI RUPA Aktivitas Kehumasan 16 SENI RUPA Aktivitas Konsultasi Investasi dan Perdagangan Berjangka 16 SENI RUPA Sensus Ekonomi (SE) 2006 Pendekatan Produksi

154 Kode SUT Uraian Kode SUT KBLI 2015 URAIAN 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 69 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 70 Jasa Persewaan dan Penunjang Usaha 70 Jasa Persewaan dan Penunjang Usaha 70 Jasa Persewaan dan Penunjang Usaha 70 Jasa Persewaan dan Penunjang Usaha Sumber: Badan Pusat Statistik Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 139 KODE SUBSEKTOR EKRAF SUBSEKTOR EKRAF Aktivitas Arsitektur 01 ARSITEKTUR Aktivitas Keinsinyuran dan Konsultasi Teknis YBDI 01 ARSITEKTUR Aktivitas Perancangan 02 DESAIN Khusus INTERIOR Aktivitas Perancangan 03 DESAIN Khusus KOMUNIKASI VISUAL Aktivitas Perancangan 04 DESAIN Khusus PRODUK Aktivitas Fotografi 06 FOTOGRAFI Periklanan 13 PERIKLANAN Aktivitas kehumasan 13 PERIKLANAN Aktivitas konsultasi 13 PERIKLANAN manajemen lainnya Penelitian pasar 13 PERIKLANAN Jajak pendapat masyarakat 13 PERIKLANAN Aktivitas Pengepakan 04 DESAIN PRODUK Aktivitas penyewaan dan 09 MUSIK sewa guna usaha tanpa hak opsi alat musik Jasa Reservasi Lainnya YBDI 09 MUSIK YTDL Penyelenggara Pertemuan, 15 SENI Perjalan Intensif, Koferensi PERTUNJUKAN dan Pameran 70 Jasa Persewaan dan Penunjang Usaha Event Organizer 15 SENI PERTUNJUKAN 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan Kerajinan dan Industri 10 FASHION 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan lainnya swasta 10 FASHION 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan Kebudayaan 16 SENI RUPA 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan Lainnya Swasta 16 SENI RUPA 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan teknik swasta 02 DESAIN INTERIOR 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan teknik swasta 03 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan teknik swasta 04 DESAIN PRODUK 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan lainnya swasta 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan kebudayaan 06 FOTOGRAFI 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan Kebudayaan 09 MUSIK 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan Kebudayaan 15 SENI PERTUNJUKAN 73 Jasa Pendidikan Swasta Pendidikan lainnya swasta 15 SENI PERTUNJUKAN SUMBER DATA Laporan Keuangan PT. Dyandra METODE ESTIMASI Sensus Ekonomi (SE) 2006 Pendekatan Produksi Sensus Ekonomi Pendekatan (SE) 2006, SKEK Produksi Sensus Ekonomi (SE) 2006 Jumlah peserta kursus (Kemendikbud), Output per peserta kursus (SKSPJ) Pendekatan Produksi Pendekatan Pendapatan Jumlah peserta kursus x Output per peserta kursus

155 140 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Lampiran 4. PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 113,41 120,95 137,37 150,31 166,11 190,81 214,33 2 Desain Interior 13,16 14,02 15,81 17,28 19,15 21,30 23,55 3 Desain Komunikasi Visual 3,97 4,15 4,51 4,86 5,28 5,81 6,27 4 Desain Produk 5,19 5,45 5,90 6,38 6,97 7,63 8,18 5 Film, Animasi dan Video 11,28 11,66 12,20 12,78 13,50 14,43 15,08 6 Fotografi 54,75 57,93 63,28 68,61 78,05 88,87 98,78 7 Kriya 2.628, , , , , , ,65 8 Kuliner 8.472, , , , , , ,10 9 Musik 22,60 24,47 26,57 29,40 33,03 37,19 41,05 10 Fesyen 728,59 800,67 889,70 985, , , ,36 11 Aplikasi dan Game Developer 164,94 175,65 183,54 192,73 208,15 228,76 242,75 12 Penerbitan 550,53 580,27 613,57 652,08 709,86 774,28 831,78 13 Periklanan 41,77 43,24 47,30 51,17 56,05 63,97 71,98 14 Televisi dan Radio 123,00 128,20 135,16 144,19 156,45 171,34 184,24 15 Seni Pertunjukan 69,86 73,63 81,01 89,41 101,61 117,36 132,39 16 Seni Rupa 66,71 71,64 76,61 83,45 96,15 109,15 121,27 A PDRB EKRAF , , , , , , ,79 B PDRB Non Ekraf , , , , , , ,52 C PDRB Bali Provinsi , , , , , , ,31 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

156 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 141 Lampiran 5. PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Tahun Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah) Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 113,41 119,09 127,79 134,70 140,36 147,81 156,47 2 Desain Interior 13,16 13,74 14,55 15,46 16,38 17,20 18,14 3 Desain Komunikasi Visual 3,97 4,10 4,23 4,44 4,62 4,79 4,95 4 Desain Produk 5,19 5,34 5,54 5,80 6,02 6,18 6,33 5 Film, Animasi dan Video 11,28 11,54 11,99 12,54 12,96 13,45 13,86 6 Fotografi 54,75 57,02 59,69 62,56 67,39 71,52 76,28 7 Kriya 2.628, , , , , , ,33 8 Kuliner 8.472, , , , , , ,41 9 Musik 22,60 23,84 25,01 26,35 27,87 29,67 31,47 10 Fesyen 728,59 768,31 818,97 892,68 953,20 996, ,85 11 Aplikasi dan Game Developer 164,94 173,34 178,65 185,73 193,65 204,48 213,15 12 Penerbitan 550,53 572,77 603,33 640,05 675,60 715,87 757,46 13 Periklanan 41,77 42,62 44,40 46,21 47,88 50,59 53,70 14 Televisi dan Radio 123,00 128,04 134,83 143,70 151,74 160,45 170,04 15 Seni Pertunjukan 69,86 72,60 76,11 80,74 85,99 91,71 98,08 16 Seni Rupa 66,71 68,94 71,75 75,61 80,73 86,24 91,79 A PDRB EKRAF , , , , , , ,30 B PDRB Non Ekraf , , , , , , ,22 C PDRB Bali Provinsi , , , , , , ,52 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

157 142 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Lampiran 6. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (%) Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 0,87 0,83 0,88 0,87 0,84 0,86 0,87 2 Desain Interior 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 3 Desain Komunikasi Visual 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 4 Desain Produk 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 5 Film, Animasi dan Video 0,09 0,08 0,08 0,07 0,07 0,06 0,06 6 Fotografi 0,42 0,40 0,41 0,40 0,40 0,40 0,40 7 Kriya 20,11 19,45 19,38 19,31 19,44 19,74 19,19 8 Kuliner 64,82 66,03 65,91 66,31 66,58 66,41 67,28 9 Musik 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 10 Fesyen 5,57 5,51 5,71 5,70 5,62 5,61 5,42 11 Aplikasi dan Game 1,26 1,21 1,18 1,11 1,05 1,03 0,99 Developer 12 Penerbitan 4,21 3,99 3,94 3,77 3,60 3,49 3,38 13 Periklanan 0,32 0,30 0,30 0,30 0,28 0,29 0,29 14 Televisi dan Radio 15 Seni Pertunjukan 0,94 0,88 0,87 0,83 0,79 0,77 0,75 0,53 0,51 0,52 0,52 0,51 0,53 0,54 16 Seni Rupa 0,51 0,49 0,49 0,48 0,49 0,49 0,49 A PDRB EKRAF 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

158 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 143 Lampiran 7. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (%) Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 0,12 0,12 0,12 0,11 0,11 0,11 0,11 2 Desain Interior 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 3 Desain Komunikasi Visual 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Desain Produk 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Film, Animasi dan Video 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 6 Fotografi 0,06 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 7 Kriya 2,80 2,70 2,56 2,49 2,45 2,47 2,42 8 Kuliner 9,04 9,18 8,70 8,54 8,40 8,33 8,47 9 Musik 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 10 Fesyen 0,78 0,77 0,75 0,73 0,71 0,70 0,68 11 Aplikasi dan Game 0,18 0,17 0,16 0,14 0,13 0,13 0,12 Developer 12 Penerbitan 0,59 0,55 0,52 0,49 0,45 0,44 0,43 13 Periklanan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 14 Televisi dan Radio 15 Seni Pertunjukan 0,13 0,12 0,11 0,11 0,10 0,10 0,09 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,07 0,07 16 Seni Rupa 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 A PDRB EKRAF 13,94 13,90 13,20 12,88 12,62 12,54 12,58 B C PDRB Non Ekraf PDRB Provinsi Bali 86,06 86,10 86,80 87,12 87,38 87,46 87,42 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

159 144 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Lampiran 8. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 Tahun (%) Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Arsitektur 5,01 7,31 5,41 4,20 5,31 5,86 2 Desain Interior 4,35 5,92 6,24 6,00 4,96 5,51 3 Desain Komunikasi Visual 3,24 3,10 4,99 4,18 3,69 3,28 4 Desain Produk 2,85 3,77 4,64 3,80 2,73 2,34 5 Film, Animasi dan Video 2,24 3,93 4,56 3,36 3,76 3,08 6 Fotografi 4,15 4,68 4,80 7,72 6,14 6,65 7 Kriya 2,65 3,81 7,01 7,64 6,99 5,06 8 Kuliner 5,24 5,44 4,65 8,73 8,30 8,62 9 Musik 5,51 4,91 5,33 5,80 6,44 6,08 10 Fesyen 5,45 6,59 9,00 6,78 4,51 2,68 11 Aplikasi dan Game 5,09 3,06 3,96 4,26 5,60 4,24 Developer 12 Penerbitan 4,04 5,34 6,09 5,55 5,96 5,81 13 Periklanan 2,04 4,19 4,07 3,61 5,66 6,14 14 Televisi dan Radio 15 Seni Pertunjukan 4,10 5,30 6,57 5,60 5,74 5,98 3,92 4,83 6,09 6,50 6,66 6,94 16 Seni Rupa 3,34 4,07 5,38 6,78 6,82 6,44 A PDRB EKRAF 4,63 5,14 5,44 8,09 7,60 7,33 B C PDRB Non Ekraf PDRB Provinsi Bali 6,99 7,25 6,88 6,53 5,79 6,07 6,66 6,96 6,69 6,73 6,03 6,24 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

160 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha 145 Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (%) Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Arsitektur 6,66 13,57 9,42 10,51 14,87 12,33 2 Desain Interior 6,49 12,77 9,35 10,79 11,24 10,57 3 Desain Komunikasi Visual 4,63 8,45 7,85 8,68 9,98 8,02 4 Desain Produk 5,05 8,21 8,05 9,34 9,40 7,26 5 Film, Animasi dan Video 3,32 4,65 4,79 5,60 6,92 4,47 6 Fotografi 5,80 9,23 8,42 13,76 13,87 11,15 7 Kriya 7,61 6,70 10,74 14,84 14,23 7,62 8 Kuliner 13,35 6,90 11,81 14,51 12,26 12,09 9 Musik 8,29 8,58 10,64 12,37 12,58 10,38 10 Fesyen 9,89 11,12 10,82 12,43 12,41 7,00 11 Aplikasi dan Game 6,50 4,49 5,01 8,00 9,90 6,12 Developer 12 Penerbitan 5,40 5,74 6,28 8,86 9,07 7,43 13 Periklanan 3,52 9,40 8,16 9,55 14,13 12,51 14 Televisi dan Radio 15 Seni Pertunjukan 4,23 5,43 6,68 8,50 9,52 7,53 5,40 10,02 10,37 13,64 15,51 12,81 16 Seni Rupa 7,38 6,94 8,93 15,22 13,53 11,10 A PDRB EKRAF 11,27 7,10 11,13 14,05 12,54 10,65 B PDRB Non Ekraf 11,64 13,70 14,34 16,70 13,38 10,23 PDRB C 11,59 12,79 13,92 16,36 13,27 10,28 Provinsi Bali Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

161 146 Laporan Penyusunan PDRB EKRAF Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Bali Tahun (%) Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Arsitektur 1,57 5,84 3,81 6,05 9,08 6,11 2 Desain Interior 2,05 6,46 2,93 4,52 5,99 4,80 3 Desain Komunikasi Visual 1,35 5,19 2,72 4,32 6,06 4,59 4 Desain Produk 2,15 4,29 3,26 5,33 6,50 4,81 5 Film, Animasi dan Video 1,06 0,69 0,22 2,17 3,05 1,35 6 Fotografi 1,59 4,35 3,46 5,61 7,29 4,22 7 Kriya 4,84 2,79 3,48 6,69 6,77 2,44 8 Kuliner 7,70 1,38 6,85 5,31 3,65 3,19 9 Musik 2,63 3,49 5,05 6,21 5,77 4,05 10 Fesyen 4,21 4,25 1,67 5,29 7,56 4,21 11 Aplikasi dan Game 1,33 1,39 1,00 3,59 4,07 1,80 Developer 12 Penerbitan 1,31 0,38 0,18 3,13 2,94 1,53 13 Periklanan 1,45 5,00 3,93 5,73 8,02 6,00 14 Televisi dan Radio 15 Seni Pertunjukan 0,13 0,11 0,11 2,75 3,58 1,47 1,42 4,96 4,04 6,70 8,30 5,49 16 Seni Rupa 3,91 2,76 3,37 7,90 6,28 4,38 A PDRB EKRAF 6,34 1,86 5,39 5,52 4,59 3,10 B PDRB Non Ekraf 4,35 6,02 6,98 9,55 7,18 3,92 PDRB C 4,62 5,45 6,78 9,02 6,83 3,80 Provinsi Bali Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

162

163

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR i ii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan

Lebih terperinci

PDRB EKRAF 5 PROVINSI

PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI ISBN: 978-602-438-191-2 No. Publikasi: 07140.1801 No. Katalog: 9302028 Ukuran Buku: 17,6

Lebih terperinci

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 ISBN: 978-602-438-190-5 No. Publikasi: 07120.1801 No. Katalog: 9301007 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 bpshq@bps.go.id www.bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala karunia-nya

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 No. 16/2/Th.XXI, Februari 218 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Tumbuh,19 Persen Perekonomian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara November 2017 No. 63/11/82/Th.XVI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Triwulan III-2017 EKONOMI MALUKU UTARA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Timur Triwulan III 2017 No. 94/11/64/Th.XX tgl 06 Nov 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Timur Triwulan III 2017 Pertumbuhan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta November 2017 No.53/11/31/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Triwulan III-2017 EKONOMI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara N o. 61/11/Th.IX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 70/11/17/XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 Ekonomi Bengkulu

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (JUTA RUPIAH)

TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (JUTA RUPIAH) TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2010-2016 (JUTA RUPIAH) Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1.961.684,2 2.098.966,3 2.490.420,4 2.797.475,7

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014 No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,72 PERSEN LEBIH CEPAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Release PDRB Tahun dan selanjutnya menggunakan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 No. 062/11/15/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008 H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 I. PENTINGNYA PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB 1. Latar Belakang 2. Manfaat 3. Implikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga sebagai penghasil sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian dan perkebunan,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III 2017 No. 62/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III-2017 Ekonomi Jawa Barat Triwulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/Th.VIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,49 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI SEMESTER I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI SEMESTER I 2017 No. 53/08/51/Th. XI, 7 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI BALI SEMESTER I EKONOMI BALI SEMESTER I- (C-TO-C) TUMBUH SEBESAR 5,81% Total perekonomian Bali pada triwulanan II - yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 BPS KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 No. 01/08/03/Th. V, 1 Agustus 2017 Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan dan 248 desa/kelurahan Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 No. 12/02/82/Th.XVI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 5,77 PERSEN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN IV- 2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 6,54 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015 No. 34/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2015 TUMBUH SEBESAR 6,20% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,53% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 48/08/61/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- TUMBUH 4,01 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 No. 13/02/19/Th.IX, 5 Februari 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 TUMBUH 4,68 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 44/08/13/Th XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,32 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 28/05/31/th-XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DKI Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2017 No. 62/11/94/Th. X, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2012-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/10/1272/Th.XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/07/1272/Th.X, 5 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT 2014 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT No. 12/02/76/Th. IX, 5 Februari 2015 EKONOMI SULAWESI BARAT TAHUN TUMBUH 8,73 PERSEN MENGALAMI PERCEPATAN DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan III- Ekonomi Banten Triwulan III- Tumbuh, Persen Perekonomian Banten berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Nomor. 01/06/3506/Th. I, 19 Juni 2017 Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftran Sensus Ekonomi 2016

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,14 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 27/05/36/Th.X, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 5,90 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2016 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,51 x 21,59 cm : xvi + 115 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Kabupaten Murung

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 29/05/Th. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 No. 35/05/71/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 TUMBUH 6,43 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan I 2017 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta A. PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN 1-2017 Perekonomian Jakarta triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi ekonomi inovatif mulai bermunculan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di Indonesia. Potensi ini memberikan dampak pada perkembangan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 07/05/53/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,60 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 No 28/05/82/Th XVI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I- 2017 TUMBUH 7,54 PERSEN Perekonomian Maluku Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 No. 09/02/31/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 TUMBUH 5,88 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jakarta tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 No. 63/11/82/Th.XV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,56 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2015 Perekonomian Maluku

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat November 2017 No. 67/11//76/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan III-2017

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 12/02/35/Th.XIV, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 02/12/1204/Th. XIX, 1 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2015 sebesar 5,08 persen

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III - No. 77/11/33/Th.XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III - EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017 No. 062/11/63/Th. XXI, 6 November 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Kumulatif (C to C) sebesar 5,60 persen Perekonomian Kalimantan

Lebih terperinci

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftaran (listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 01/07/2017,21 Juli 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ASAHAN Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci