DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA"

Transkripsi

1 DATA MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 171, Kotak Pos 13 Jakarta 11 Telepon : (21) , , , Fax. : (21) BADAN PUSAT STATISTIK

2 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Nomor Katalog : ISBN : Nomor Publikasi: Naskah : DIREKTORAT NERACA PRODUKSI DIREKTORAT NERACA PENGELUARAN Gambar Kulit : SUBDIREKTORAT KONSOLIDASI NERACA PRODUKSI NASIONAL Diterbitkan oleh : BADAN PUSAT STATISTIK Dicetak oleh : CV. Putra Sejati Raya.

3 Kata Pengantar Konsep pembangunan ekonomi secara terpadu ternyata telah berkembang menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan terhadap informasi dan atau alat analisis yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi pun menjadi semakin penting. Salah satu jenis data yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah data yang dimuat dalam kerangka tabel input-output. Tabel input-output sebagai sistem penyajian data sebenarnya telah mulai dikembangkan pada dekade 193-an oleh Profesor Wasilly Leontief. Akan tetapi minat terhadap penggunaan tabel ini berikut kerangka analisisnya baru benar-benar meningkat pada dekade 197-an. Tabel input-output sebenarnya hanyalah merupakan sistem pencatatan setiap transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisis keterkaitan antar sektor dalam melakukan kegiatan produksi. Kemampuan terakhir inilah yang merupakan salah satu keunggulan tabel input-output. Sampai saat ini memang masih relatif sulit untuk menemukan referensi tentang tabel dan model input-output. Oleh karena itu salah satu tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk memperkaya referensi tentang tabel inputoutput, khususnya dalam hal teknik penyusunannya. Buku ini pada dasarnya dapat dianggap sebagai pelengkap dari Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output yang sebelumnya telah diterbitkan oleh BPS. Bab-bab yang dimuat sebenarnya merupakan kumpulan bahan yang telah disajikan dalam berbagai pelatihan tentang tabel input-output, baik yang diselenggarakan di BPS maupun di instansi lain. Oleh karena itu kepada para pengajar dari Direktorat Neraca Produksi dan Direktorat Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik yang telah menuangkan berbagai bahan pengajaran mereka ke dalam bentuk tulisan diucapkan banyak terima kasih. Akhirnya kepada para pihak yang telah membantu dan berperan dalam mewujudkan buku ini diucapkan terima kasih. Disadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam buku ini. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan segala bentuk kritik dan saran untuk perbaikan. Begitu pun diharapkan buku ini dapat bermanfaat. Jakarta, November 28 Tim Penyusun

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... Halaman i BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sistematika Penyajian... 5 BAB 2. KERANGKA TABEL INPUT-OUTPUT... 7 BAB Kerangka Dasar Tabel Input-Output Jenis-jenis Tabel Transaksi Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Konstan Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Konsep dan Definisi PROSEDUR UMUM DAN PENDEKATAN PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Prosedur Umum Persiapan Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output Rekonsiliasi Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output Pendekatan Langsung (Metode Survei) Pendekatan Tak Langsung iii BAB 4. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK ESTIMASI PERMINTAAN ANTARA Survei yang Diperlukan Survei Khusus Input-Output (SKIO) Non-SKIO Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Konstruksi Sektor Perdagangan, restoran dan hotel Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Sektor Jasa-jasa BAB 5. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK ESTIMASI PERMINTAAN AKHIR DAN IMPOR Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Impor iii iv

5 BAB 6. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: PROSES REKONSILIASI DAN PENYUSUNAN TABEL TRANSAKSI HARGA PRODUSEN Proses Rekonsiliasi (Penyeimbang Sisi kolom dan Sisi Baris) Ilustrasi Proses Rekonsiliasi Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen BAB 9. TABEL INPUT-OUTPUT REGIONAL Tabel Input-Output Satu Region Teknik Penyusunan Permasalahan Tabel Input-Output Antar Region Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region DAFTAR PUSTAKA BAB 7. TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: METODE TIDAK LANGSUNG Metode Non-Survei Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode Non-Survei Contoh Penerapan Metode Semi-Survei Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode Semi-Survei Contoh Penerapan BAB 8. PERLAKUAN KHUSUS Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Perlakuan Subsidi Produk Ikutan dan Sampingan Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy) v vi

6 Bab 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendahuluan Buku ini dimaksudkan untuk membahas tentang pendekatan dan teknik dalam menyusun suatu tabel input-output dan merupakan pelengkap dari buku yang telah diterbitkan BPS sebelumnya mengenai kerangka teori dan analisis tabel input-output. Berdasarkan hal ini maka pembahasan yang dilakukan akan lebih banyak tentang prosedur dan cara melakukan penaksiran atau estimasi dari isian sel-sel yang ada dalam suatu tabel inputoutput. Walaupun demikian kerangka teori dan pengertian dasar tabel inputoutput tetap akan dibahas secara ringkas, terutama pada beberapa bab awal. Tabel input-output pada dasarnya hanyalah merupakan suatu sistem pencatatan ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang terjadi antar produsen dalam suatu perekonomian. Jadi, tabel input-output sama sekali bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai inventori dan arus (flow) barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Akan tetapi dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan terakhir inilah yang menjadikan tabel input-output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif. Tabel input-output sebagai suatu sistem penyajian data dikembangkan pertama kali oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir dekade 193-an. Pengembangan sistem tersebut berikut kerangka analisisnya bahkan telah menghantarkan Profesor Leontief sebagai penerima Hadiah Nobel untuk bidang ekonomi pada tahun Berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Leontief, informasi yang dimuat dalam suatu tabel inputoutput pada hakekatnya merupakan transaksi barang dan jasa yang terjadi antar industri atau sektor ekonomi di suatu perekonomian. Inilah yang menyebabkan tabel input-output populer juga disebut sebagai tabel transaksi antar industri. Pemberian nama terakhir ini sejalan dengan tujuan dasar dari penyusunan suatu tabel input-output, yaitu untuk melakukan analisis saling ketergantungan atau keterkaitan antar industri dalam suatu perekonomian. Tabel input-output pada dasarnya disusun berdasarkan data ekonomi dari suatu wilayah geografis tertentu (negara, provinsi, kabupaten/kodya dan sejenisnya) untuk suatu periode waktu tertentu (tahun, semester, triwulan, bulan dan sejenisnya). Informasi yang ada selanjutnya disajikan dalam bentuk matriks dan dapat digunakan untuk mengamati suatu kegiatan atau sekelompok kegiatan yang sekaligus bertindak sebagai produsen barang dan jasa (output) dan sebagai konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri lain (input). Dalam praktek, banyaknya sektor atau industri yang digunakan dalam penyusunan suatu tabel input-output dapat bervariasi, tergantung pada ketersediaan data, dana dan waktu. Jika data yang tersedia cukup rinci, maka dapat disusun tabel input-output dengan jumlah sektor relatif banyak. Begitupun jika dana yang tersedia terbatas, maka jumlah sektor tersebut harus dikurangi sesuai dengan kemampuan untuk membiayai pengolahan datanya. Begitu pula waktu yang tersedia juga dapat mempengaruhi penentuan jumlah sektor, karena umumnya semakin banyak sektor yang digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk melakukan pengolahan. Informasi dasar yang sangat penting dalam analisis input-output adalah tentang arus produk dari setiap sektor yang diperlakukan sebagai produsen ke masing-masing sektor yang bertindak sebagai konsumen. Dalam tabel input-output, informasi ini berada pada kuadran 1 atau tabel transaksi antara. Informasi sepanjang baris pada tabel ini menjelaskan distribusi produk atau output suatu sektor ke seluruh sektor ekonomi yang ada, sementara 1 2

7 Bab 1. Pendahuluan kolomnya menunjukkan komposisi input yang diperlukan untuk melakukan kegiatan produksi di suatu sektor tertentu. Berdasarkan informasi dasar inilah kemudian dapat dikembangkan suatu model yang dapat digunakan untuk melakukan analisis saling ketergantungan antar industri. Sehingga dengan mudah, misalnya, dapat diketahui dampak dari perubahan output (kapasitas produksi) terhadap output sektor lain. Barangkali kenyataan inilah yang membuat tabel input-output semakin banyak diminati oleh para analis dan perencana ekonomi akhir-akhir ini. Tabel input-output untuk Indonesia sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 1969, yaitu ketika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mulai melakukan exercise untuk menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1969 melalui metode tidak langsung atau non-survey method. Selanjutnya BPS bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Institute of Developing Economics (IDE)-Jepang menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1971 dengan metode langsung, yaitu pengumpulan datanya dilakukan secara langsung melalui berbagai survei. Sejak saat itulah Tabel Input-Output secara berkesinambungan disusun BPS untuk setiap periode lima tahunan. Jadi sampai saat ini BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia untuk tahun 1975, 198, 1985, 199, 1995, 2 dan 25. Disamping itu BPS telah beberapa kali melakukan updating (penyusunan tabel input-output melalui cara tidak langsung) yaitu tahun 1988, 1993, 1998 dan terakhir 23. Pada awalnya penggunaan model input-output untuk perencanaan dan analisis ekonomi kurang diminati oleh para analis dan praktisi perencana pembangunan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh relatif kecilnya animo terhadap tabel-tabel input-output yang dihasilkan oleh BPS. Kebanyakan pengguna dari tabel-tabel tersebut justru lembaga-lembaga internasional dan konsultan asing. BPS telah melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan penggunaan model input-output, antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pelatihan, khususnya bagi tenaga-tenaga teknis dari departemen maupun dari BPS sendiri. Seiring dengan upaya tersebut dan munculnya kebutuhan terhadap instrumen perencanaan yang bersifat lintas sektoral, maka sejak awal 198-an minat terhadap model input-output mulai meningkat. Model-model input-output yang diimplementasikan dalam analisis ekonomi antara lain adalah analisis dampak kegiatan pariwisata, APBN dan ekspor terhadap perekonomian. Implementasi lain adalah untuk melakukan analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penggunaan sumber daya alam, teknologi dan lingkungan. Di tingkat internasional, BPS bekerjasama dengan IDE telah menyusun tabel input-output bilateral Indonesia-Jepang, untuk tahun 1975, 1985 dan 199. Dengan menggunakan tabel-tabel ini maka dapat dikembangkan model input-output bilateral yang dapat digunakan untuk mengukur dampak kebijaksanaan ekonomi di suatu negara terhadap perekonomian negara lain. Bahkan sejak tahun 1999, atas kerja sama BPS dengan IDE-Jepang, telah dikembangkan tabel input-output multilateral untuk tahun 1995, 2 dan 25 yang meliputi 1 negara dan rest of the world (ROW). Pada tingkat regional, kebutuhan model input-output sebagai alat perencanaan pembangunan dan analisis ekonomi juga mulai muncul. Kondisi ini didukung oleh meningkatnya kebutuhan terhadap data dan alat analisis yang memadai untuk menyusun perencanaan pembangunan regional. Apalagi dengan semakin kuatnya arus disentralisasi melalui kebijakan otonomi daerah, tuntutan kebutuhan terhadap alat analisis yang handal akan semakin meningkat. Dengan demikian suka atau tidak, perencanaan pembangunan regional harus mampu merefleksikan proses desentralisasi perencanaan di satu pihak dan bottom-up planning di lain pihak. Tentu saja dengan tetap memperhatikan tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Salah satu model yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah model input-output regional. Melalui model ini antara lain dapat dilakukan analisis terhadap struktur dan keterkaitan ekonomi antar sektor di dalam suatu region tertentu atau keterkaitan dengan sektor di region lain bahkan dengan luar negeri. Untuk maksud tersebut, sejumlah provinsi telah mencoba melakukan penyusunan tabel input-output regional. Sebagian kecil dari tabel input-output provinsi tersebut disusun dengan metode langsung 3 4

8 Bab 1. Pendahuluan (survey technique), dan sebagian besar justru masih menggunakan metode tidak langsung. Saat ini hampir semua provinsi telah berhasil menyusun tabel input-outputnya masing-masing, walaupun diakui masih banyak hambatan dan keterbatasan. Sampai saat ini penggunaan model input-output baik di tingkat nasional maupun regional tampak masih menghadapi berbagai kendala. Pertama, kurangnya pemahaman terhadap manfaat dan jenis-jenis model input-output yang dapat dikembangkan telah mengakibatkan kurangnya apresiasi terhadap model input-output. Disamping itu, sebagai produsen tabel inputoutput, BPS baik di tingkat pusat maupun daerah juga menghadapi kendala sumber daya manusia dalam menyusun tabel input-output. Kendala lain adalah masih adanya perbedaan dalam hal rincian dan kelengkapan data antara nasional dan daerah. Masih dijumpai adanya ketidakseragaman dalam penggunaan metode dan pendekatan antara satu daerah dengan daerah lainnya dan antara daerah dengan nasional, termasuk perbedaan dalam penggunaan data. Salah satu tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk mengurangi berbagai kendala yang telah disebutkan. Diharapkan buku ini dapat menjadi salah satu referensi utama, terutama bagi para penyusun tabel input-output atau para peminat lain. Tujuan ini penting mengingat sampai saat ini belum banyak referensi tentang input-output, khususnya tentang cara penyusunan tabel input-output. 1.2 Sistematika Penyajian Selain Bab 1, buku ini memuat 8 bab lainnya. Pada Bab 2 akan diuraikan tentang kerangka dan pendekatan dalam menyusun tabel input-output. Pembahasan antara lain mencakup konsep dan definisi penting yang digunakan dalam tabel input-output, jenis-jenis tabel transaksi yang biasa disajikan dan asumsi serta keterbatasan dari model yang dikembangkan berdasarkan suatu tabel input-output. Sementara itu Bab 3 menjelaskan tentang prosedur umum dan pendekatan penyusunan tabel input-output. Pembahasan dimulai dengan teknik penyusunan klasifikasi sektor dan dilanjutkan dengan cara melakukan estimasi terhadap isian sel-sel tabel input-output. Dalam bab ini didiskusikan pula secara ringkas beberapa metode yang biasa digunakan dalam penyusunan tabel input-output, yaitu metode langsung dan metode tak langsung. Diskusi lebih jauh tentang teknik penyusunan tabel input-output dengan metode langsung berturut-turut dilakukan pada Bab 4, 5 dan 6. Bahasan pada Bab 4 adalah cara melakukan estimasi permintaan antara. Sementara estimasi permintaan akhir dan impor dibahas pada Bab 5. Setelah estimasi tersebut, maka perlu dilakukan rekonsiliasi agar diperoleh tabel input-output yang konsisten. Pembahasan tentang teknik rekonsiliasi ini disajikan pada Bab 6 Sementara pada Bab 7 diuraikan tentang teknik penyusunan tabel inputoutput dengan metode tak langsung. Pembahasannya antara lain mencakup model-model yang dapat digunakan, data atau informasi yang diperlukan serta mekanisme penyusunan tabel, baik untuk teknik non-survei maupun semi-survei. Bab 8 secara khusus membahas tentang beberapa perlakuan khusus yang diperlukan sehubungan dengan alternatif yang akan ditempuh baik dalam penyusunan maupun penyajian tabel. Perlakuan khusus dimaksud mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pemerintah, barang bekas dan apkiran, subsidi dan produk sampingan. Sebagai bab terakhir, diskusi pada Bab 9 adalah tentang tabel inputoutput Regional, baik untuk tabel input-output suatu region (intra regional) maupun tabel input-output antar region (inter regional). Walaupun secara umum teknik penyusunan tabel input-output regional sama dengan tabel input-output nasional, namun ada beberapa hal yang berbeda. Penekanan bahasan pada bab ini adalah pada teknik penyusunan dan berbagai masalah berikut upaya penyelesaiannya. 5 6

9 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output Tabel input-output pada dasarnya merupakan sistem penyajian data statistik tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Namun demikian, tabel input-output tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat oleh suatu tabel inputoutput terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi atau komoditi. Akan tetapi dengan segala keterbatasannya, tabel input-output tetap merupakan sumber informasi yang komprehensif dalam melakukan berbagai analisis ekonomi. Berdasarkan tabel input-output antara lain dapat dikembangkan suatu model yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam melakukan evaluasi, analisis dan perencanaan pembangunan di bidang ekonomi. Kerangka Tabel Input-Output Untuk memberikan gambaran tentang cara penyajian dan menginterpretasikan informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output, pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka dasar tabel input-output, jenisjenis tabel transaksi serta beberapa konsep dan definisi pokok yang pada umumnya digunakan dalam penyusunan tabel input-output. 2.1 Kerangka Dasar Tabel Input-Output Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya. Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Kerangka Penyajian Tabel Input-Output Kuadran I Kuadran II (n x n) (n x m) Kuadran III Kuadran IV (p x n) (p x m) Keterangan : Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom. Isian dari kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kuadran I sering disebut juga sebagai input/permintaan antara untuk menegaskan bahwa semua transaksi pada kuadran ini hanya merupakan "antara" untuk diproses lebih lanjut, dan bukan untuk keperluan konsumsi akhir. Dengan demikian jelas, bahwa kuadran ini menunjukkan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan kegiatan produksi. Isian sepanjang baris pada kuadran I 7 8

10 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output menunjukkan alokasi output yang dihasilkan oleh suatu sektor dan digunakan sebagai input oleh sektor-sektor produksi. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur penggunaan/input oleh suatu sektor yang diperoleh dari output sektor lainnya. Sedangkan dalam kuadran II sekaligus dicakup dua jenis transaksi, yaitu transaksi permintaan akhir dan komponen penyediaan (supply). Permintaan akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan jasa selain yang digunakan dalam kegiatan/proses produksi. Permintaan akhir pada umumnya dirinci lebih lanjut ke dalam komponen-komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Sedangkan yang dimaksud dengan penyediaan adalah semua barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan (baik permintaan antara maupun akhir). Komponen penyediaan terdiri dari impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan serta output dari sektor-sektor domestik. Jadi, isian sepanjang baris pada kuadran II menunjukkan komposisi permintaan akhir dan penyediaan di suatu sektor menurut jenis komponen. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur masing-masing komponen permintaan akhir dan penyediaan menurut sektor. Sementara itu, informasi pada kuadaran III adalah tentang input primer atau nilai tambah bruto (NTB), sehingga kuadran ini sering disebut sebagai kuadran Nilai Tambah Bruto (NTB) atau input primer. Input primer adalah input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Isian sepanjang baris kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan komponen NTB menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan komposisi penciptaan NTB menurut komponennya di suatu sektor. Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi sepanjang baris kuadran IV menunjukkan alokasi komponen NTB menurut komponen permintaan akhir. Sedangkan informasi sepanjang kolom menunjukkan struktur NTB untuk setiap komponen permintaan akhir. Namun demikian, kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk beberapa alasan dalam penyusunan tabel input-output Indonesia, kuadran ini diabaikan. Oleh karena tabel input-output pada hakekatnya merupakan suatu sistem pencatatan transaksi, maka dalam proses penyusunannya digunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel input-output adalah: a. Homogenitas (homogeneity), yaitu asumsi bahwa satu sektor hanya akan menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda. b. Proporsionalitas (proportionality), yaitu asumsi bahwa kenaikan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut. c. Aditivitas (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistem input-output diabaikan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka model yang dikembangkan berdasarkan tabel input-output memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain adalah pada rasio input yang diasumsikan konstan selama periode analisis. Akibatnya perubahan susunan input atau perubahan teknologi dalam kegiatan produksi tidak dapat dideteksi menggunakan model input-output. Di samping itu, asumsi-asumsi tersebut juga menegaskan bahwa pelipatgandaan input di suatu sektor akan menghasilkan pelipatgandaan 9 1

11 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output output yang sebanding. Artinya, peningkatan output di suatu sektor hanya disebabkan oleh peningkatan inputnya dan bukan dipengaruhi oleh faktorfaktor produksi yang digunakan seperti perubahan teknologi, peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi dan lain sebagainya. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan harga dan kuantitas input dalam model input-output akan selalu sebanding dengan perubahan harga dan kuantitas outputnya. Walaupun model input-output mengandung berbagai kelemahan seperti yang telah diuraikan, namun model input-output masih tetap merupakan alat analisis yang handal dan bermanfaat. Terutama karena kemampuannya untuk digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif. Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel input-output (Tabel 2.2) pada sistem perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi, yaitu sektor 1, 2 dan 3. Alokasi Output Struktur Input Input Antara Tabel 2.2 Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi Permintaan Antara x 11 x 21 x 31 x 12 x 22 x 32 x 13 x 23 x 33 Input Primer V 1 V 2 V 3 Permintaan Akhir F 1 F 2 F 3 Impor M 1 M 2 M 3 Penyediaan Jumlah Output X 1 X 2 X 3 Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output domestik ( X i ) dan impor untuk produk sejenis ( M i ). Sedangkan permintaannya terdiri dari permintaan antara ( x ij ) dan permintaan akhir ( F i ). Isian sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut terdiri dari input antara ( x ij ) dan input primer (V i ). Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka angka-angka setiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel di kuadran I (transaksi antara), misalnya x 12, dari sisi baris angka ini menunjukkan besarnya penyediaan di sektor 1 yang digunakan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka tersebut menunjukkan besarnya input sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan sektor 1. Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa penyajian informasi dalam tabel input-output menunjukkan suatu jalinan yang saling berhubungan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah penyediaannya adalah sebesar X 1 + M 1 dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar x 11, x 12 dan x 13 ; sedangkan sisanya sebesar F1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan yang sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, dari uraian tersebut maka untuk setiap baris pada tabel 2.2 dapat disusun persamaan: Jumlah Input X 1 X 2 X 3 Keterangan: 1, 2 dan 3: kode sektor produksi

12 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output x x x x + x + x x + x 13 + x F 1 + F + F 2 3 = X 1 = X = X M 1 + M + M (2.1) x x x x + x + x x + x + x V 1 + V + V 2 3 = X 1 = X = X (2.4) Persamaan (2.1) selanjutnya dapat dituliskan dalam bentuk persamaan umum: atau di mana: x ij X i F i M i 3 j= 1 X x + F = X + M, untuk I = 1,2,3.. (2.2) i ij 3 = j= 1 i x ij i + F M i i i = Penyediaan sektor i yang digunakan oleh sektor j = Jumlah output (domestik) sektor i = Permintaan akhir terhadap sektor i = Impor pada sektor i... (2.3) Dengan melakukan pengamatan dari sisi kolom terhadap tabel 2.2 dapat diperoleh gambaran susunan input di masing-masing sektor produksi. Sebagai contoh, untuk sektor 1 jumlah input yang digunakan adalah sebesar X 1. Jumlah input tersebut terdiri dari input antara dan input primer. Besarnya input antara yang diperoleh dari sektor 1, 2 dan 3 masing-masing adalah sebesar x 11, x 21 dan x 31. Sedangkan input primernya adalah sebesar V 1. Dengan menggunakan cara yang sama dapat dilakukan pengamatan terhadap sektor 2 dan 3. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan terhadap kolom-kolom di tabel 2.2 dapat diturunkan persamaan aljabar: atau dalam bentuk persamaan umum: di mana V j 3 j= 1 x + V = X ij j j, untuk j = 1,2,3.. (2.5) = Input primer (NTB) sektor j Sesuai dengan asumsi yang digunakan, pada tabel input-output berlaku bahwa jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor harus sama dengan jumlah outputnya. Hal ini berarti n i= 1 n X i = X j= 1 j X = X i j, untuk i = j atau.. (2.6) Persamaan (2.6) tersebut merupakan persamaan dasar yang menjelaskan hubungan antara angka-angka yang disajikan dalam tabel input-output dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB). Dari persamaan (2.3) dan (2.5) diperoleh: n n n n n = + - i=1 j=1 i=1 i=1 X i xij F i M i... (2.7a) i=1 n n n n = + j=1 i=1 j=1 X j xij V j... (2.7b) j=

13 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output Berdasarkan persamaan (2.6), maka i xi pada (2.7a) dapat di substitusikan ke dalam (2.7b), sehingga: n i=1 karena, n n j=1 n x ij n n n n n + F i - M i = xij + V i=1 xij = i n j n j n i x ij i=1 n n - = i=1 i=1 j=1 i=1 maka diperoleh: F i M i V j... (2.8) i=1 Sisi kanan pada persamaan (2.8) adalah jumlah NTB dari semua sektor perekonomian yang sebenarnya sama dengan angka Produk Domestik Bruto. Persamaan (2.8) hanya berlaku untuk sistem perekonomian secara keseluruhan dan tidak berlaku untuk masing-masing sektor. 2.2 Jenis-jenis Tabel Transaksi j=1 j Sedangkan pada transaksi domestik hanya mencakup transaksi barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik). Di samping itu, penilaian atas transaksi yang disajikan dalam tabel inputoutput dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian atas dasar harga produsen dan atas dasar harga pembeli (konsumen). Jika penilaiannya dilakukan atas dasar harga produsen, maka nilai transaksinya hanya mencakup harga barang/jasa yang dibayarkan kepada produsen barang/jasa tersebut. Sedangkan nilai transaksi atas dasar harga pembeli disamping mencakup harga yang dibayarkan kepada produsen juga mencakup margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari kegiatan penyaluran barang/jasa dari produsen ke konsumennya. Berdasarkan uraian di atas, maka jenis-jenis tabel transaksi yang dapat disajikan dalam penyusunan tabel input-output akan terdiri dari (a) tabel transaksi total atas dasar harga pembeli, (b) tabel transaksi total atas dasar harga produsen, (c) tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dan (d) tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Penjelasan dari masing-masing jenis tabel transaksi tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, informasi yang disajikan pada kuadran I, II dan III tabel input-output adalah transaksi barang dan jasa antara sektor ekonomi. Berdasarkan hal ini maka tabel-tabel dalam ketiga kuadran, disebut juga sebagai tabel transaksi. Sesuai dengan lingkup pencatatannya, transaksi yang disajikan pada tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu transaksi total dan transaksi domestik. Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari impor maupun dari produk sektor domestik

14 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli Nilai transaksi yang disajikan pada tabel ini mencakup nilai transaksi dari seluruh barang/jasa (impor dan domestik) dan menggunakan dasar penilaian harga pembeli. Oleh karena itu pada tabel jenis ini, impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai kolom penyediaan. Oleh karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan sudah dicakup pada setiap transaksi, maka tidak ada input antara yang berasal dari sektor perdagangan. Begitu juga input antara dari sektor pengangkutan, biaya pengangkutan selain biaya pengangkutan yang dicakup adalah seluruh biaya angkutan barang dagangan, seperti angkutan umum dan barang pindahan. Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga pembeli dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut

15 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Nilai transaksi pada tabel ini juga mencakup nilai dari semua transaksi barang/jasa baik impor maupun domestik, akan tetapi harga yang digunakan untuk menilai transaksinya adalah harga produsen. Oleh karena setiap transaksi hanya mencakup harga produsen, maka margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari sektor perdagangan dan biaya pengangkutan. Dengan demikian margin perdagangan dan biaya pengangkutan di kolom penyediaan nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen dapat diperoleh dari tabel transaksi total atas dasar harga pembeli setelah margin perdagangan dan biaya pengangkutan dikeluarkan dari setiap sel transaksinya. Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga produsen disajikan pada tabel

16 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli Setiap sel pada tabel jenis ini hanyalah transaksi atas barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik) dan menggunakan dasar penilaian harga pembeli. Oleh karena setiap transaksinya hanya mencakup barang dan jasa domestik, maka kolom penyediaan yang berasal dari impor nilainya akan sama dengan nol. Untuk tetap menjaga keseimbangan jumlah input dan jumlah output, maka seluruh input yang berasal dari impor disajikan pada baris tersendiri. Contoh penyajiannya adalah seperti pada tabel

17 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Setiap nilai transaksi pada jenis tabel ini hanya mencakup barang/jasa domestik dan dinilai atas dasar harga produsen. Oleh karenanya kolom penyediaan dari impor dan margin perdagangan & biaya pengangkutan nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dapat juga diperoleh dari tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dengan mengeluarkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan dari setiap transaksinya. Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen memiliki peran penting dalam analisis dengan model yang diturunkan dari tabel input-output, terutama karena transaksi pada jenis tabel ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah domestik yang dinilai dengan harga produsen. Contoh penyajian tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dapat dilihat pada tabel

18 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output 2.3 Konsep dan Definisi Beberapa konsep dan definisi dasar yang diperlukan dalam membaca informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output akan diuraikan secara ringkas berikut ini. Output Output adalah nilai dari seluruh produk (barang/jasa) yang dihasilkan oleh sektor produksi di suatu wilayah domestik. Oleh karena itu output sering juga disebut sebagai output domestik. Penghitungan output dilakukan dengan menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan oleh suatu sektor tanpa membedakan pelaku produksinya. Jadi pelaku produksinya dapat berupa penduduk di wilayah domestik tersebut atau perusahaan dan penduduk asing. Seluruh produk barang dan jasa yang telah dihasilkan sebagai bagian dari output, tanpa memperhatikan apakah produk tersebut terjual atau tidak. Dalam proses penyusunan tabel input-output penghitungan output memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai Control Total ( CT ) yang nilainya harus dipertahankan dalam proses rekonsiliasi antar sektor. Oleh karena itu penghitungan output harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Input Input adalah seluruh barang dan jasa yang diperlukan oleh suatu sektor dalam kegiatan produksinya. Input dibedakan menjadi dua, yaitu input antara dan input primer. Input antara adalah seluruh barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat berupa barang/jasa hasil produksi dalam negeri atau impor. Sedangkan input primer adalah balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi. Input primer dalam prakteknya berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto. Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa yang digunakan untuk keperluan konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir dapat berupa barang dan jasa hasil produksi domestik dan impor. Khusus untuk permintaan ekspor hanya boleh dipenuhi dari hasil produksi domestik. Sejalan dengan penjelasan tersebut jelas bahwa impor bukan merupakan komponen permintaan akhir, melainkan sebagai komponen penyediaan. Ekspor dan impor dalam konteks tabel input-output adalah transaksi yang terjadi antara penduduk di suatu wilayah tertentu dengan penduduk di luar wilayah tersebut. Namun demikian khusus untuk pembelian langsung yang dilakukan oleh penduduk ada perlakuan khusus. Pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk asing diperlakukan sebagai transaksi ekspor, sebaliknya pembelian langsung oleh penduduk suatu wilayah yang dilakukan di luar wilayah tersebut diperlakukan sebagai transaksi impor. Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan Dalam praktek, produk yang dihasilkan oleh produsen pada umumnya melalui proses penyaluran terlebih dahulu agar dapat sampai ke produsen. Akibat dari proses penyaluran tersebut maka timbul selisih dari harga produk yang diterima oleh produsen dengan harga yang harus dibayar oleh pembeli (konsumen). Harga yang diterima oleh produsen disebut sebagai harga produsen dan harga yang dibayar oleh pembeli disebut harga pembeli. Margin perdagangan dan biaya pengangkutan adalah selisih harga pembeli dan harga produsen. Selisih tersebut mencakup keuntungan perdagangan dan biaya pengangkutan atas barang yang diperdagangkan dari produsen barang ke pembeli

19 Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output Diagram 3.1 Prosedur Umum Penyusunan Tabel Input-Output 3. Persiapan: a. Penyusunan Tim Kerja b. Penyusunan Klasifikasi Sektor Diskusi dan pembahasan pada bab ini hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang proses dan teknik yang dapat digunakan dalam menyusun suatu tabel input-output. Sedangkan pembahasan secara rinci akan dilakukan pada bab-bab berikutnya. Sejalan dengan tujuan ini maka pembahasan pada bab ini hanya mencakup prosedur umum dan metode atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun tabel input-output. 1. Estimasi: a. Output b. Input Antara c. Input Primer d. Permintaan Akhir dan Impor e. Ekspor 3.1 Prosedur Umum Secara umum tahapan penyusunan suatu tabel input-output adalah seperti yang disajikan pada diagram 3.1. Pertama, pada tahap persiapan disusun tim kerja dan klasifikasi sektor. Langkah berikutnya adalah melakukan penaksiran isian setiap sel dalam tabel input-output. Estimasi akan tabel input-output pada umumnya secara kolom terlebih dahulu, sehingga konsistensi isian secara baris belum tentu dapat terpenuhi. Untuk itulah perlu dilakukan proses rekonsiliasi yang tujuan utamanya untuk menyeimbangkan berbagai persamaan yang berlalu dalam suatu tabel inputoutput. 2. Proses Rekonsiliasi Penyeimbangan baris dan kolom Persiapan Seperti halnya kegiatan lain, penyusunan tabel input-output pun memerlukan persiapan agar seluruh proses dapat berjalan lancar. Persiapanpersiapan yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antara lain 27 28

20 Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output mencakup penyusunan tim kerja, pembuatan klasifikasi sektor, penetapan jadwal kegiatan dan penyusunan anggaran. Dua hal terakhir, jadwal dan anggaran, sangat tergantung pada dua hal pertama, yaitu tim kerja dan klasifikasi sektor yang digunakan. Semakin banyak anggota tim yang dilibatkan akan semakin besar dana yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya untuk balas jasa anggota tim. Begitu juga semakin banyak sektor yang akan digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan, di samping semakin banyak pula tim yang diperlukan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka uraian lebih lanjut tentang tahap persiapan hanya akan dibatasi pada dua hal pertama, yaitu penyusunan tim kerja dan klasifikasi sektor. Bagi para pihak yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang penyusunan jadwal dan anggaran dapat menggunakan bacaan lain sebagai acuan, misalnya berbagai buku yang membahas tentang manajemen proyek dan sejenisnya. a. Penyusunan Tim Kerja Pada bab-bab terdahulu telah dijelaskan bahwa tabel input-output pada hakekatnya hanyalah sebuah tabel yang memuat informasi tentang transaksi ekonomi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang disajikan dalam bentuk matriks. Kenyataan tersebut menyiratkan dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun tim kerja dalam rangka menyusun suatu tabel input-output, yaitu transaksi ekonomi dan bentuk matriks. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa dalam penyusunan tabel input-output sekurangkurangnya diperlukan dua kelompok tenaga ahli, yaitu kelompok ahli ekonomi dan kelompok ahli pengolahan data. Masing-masing tim ahli ekonomi dalam penyusunan tabel input-output pada umumnya mempunyai tanggung jawab terhadap suatu sektor ekonomi tertentu, oleh karena itu mereka biasa juga disebut sebagai penanggung jawab sektor. Kualifikasi dasar yang diperlukan bagi seorang penanggung jawab sektor adalah pengetahuan tentang karakteristik dari sektor yang bersangkutan. Dalam bab-bab yang lalu telah pula dijelaskan bahwa setiap sel pada suatu tabel memiliki makna ganda, yaitu sebagai bagian output dari suatu sektor (informasi sepanjang baris) dan sebagai bagian dari input sektor yang bersangkutan (informasi menurut kolom). Sesuai dengan hal ini maka seorang penanggung jawab sektor sekurang-kurangnya dituntut untuk mengetahui secara logis susunan input dari sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga penanggung jawab sektor yang bersangkutan dapat memutuskan apakah susunan input dari sektor yang diolahnya sudah layak atau belum. Begitu juga seorang penanggung jawab sektor harus mengetahui sektor-sektor apa saja yang menjadi konsumen dari output sektor yang menjadi tanggung jawabnya dan diharapkan mampu menilai kelayakan dari alokasi output sektor bersangkutan ke sektor-sektor ekonomi lain. Dengan kata lain, seorang tim ahli ekonomi yang terlibat dalam proses penyusunan tabel input-output dituntut untuk mengetahui karakteristik input dan output dari sektor-sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan uraian tersebut jelas bahwa banyaknya anggota dari tim ahli ekonomi yang diperlukan akan sangat tergantung dari banyaknya sektor ekonomi yang digunakan dalam tabel dan tingkat kapabilitas masing-masing anggota untuk menjadi penanggung jawab sektor. Seperti yang telah disebutkan, disamping ahli ekonomi dalam penyusunan tabel input-output diperlukan juga tim ahli pengolahan data. Banyaknya tim ahli pengolahan data untuk penyusunan tabel input-output pada umumnya sekitar dua atau tiga orang. Sedangkan kualifikasi dasar yang dibutuhkan adalah kemampuannya untuk mengolah data dalam bentuk matriks, yaitu sistem pengolahan data yang menggunakan dua dimensi, baris dan kolom. Dengan berkembangnya perangkat lunak komputer, terutama untuk melakukan pengolahan data dalam bentuk lembar-lembar kerja (spreadsheets), tuntutan kualifikasi ini relatif tidak sulit untuk dipenuhi. Sebab 29 3

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA MENGARTIULASIAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN ERANGA ANALISISNYA Budi Cahyono 1 ; Bagus Sumargo2 ABSTRACT Input -Output (I-O) table can be used to analyse economic projection and present some service and good

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 YUHKA SUNDAYA, 2 INA HELENA AGUSTINA 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 bpshq@bps.go.id www.bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon:

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut hasil

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut hasil BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut hasil penelitian Galton, meskipun ada kecenderungan pada orangtua yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012 No. 61/11/72/Th. XV, 05 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 No. 37/08/31/Th. XV, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009 No. 20/05/51/Th. III, 15 Mei PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I Pertumbuhan ekonomi Bali yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan I dibanding triwulan

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06/05/33/Th.III, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2009 PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN I TH 2009 TUMBUH 5,5 PERSEN PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci