Serawak dan lebih dari 90% habitatnya berada di wilayah Indonesia. Laju degradasi hutan di Sumatera dan Kalimantan yang terus meningkat menyebabkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Serawak dan lebih dari 90% habitatnya berada di wilayah Indonesia. Laju degradasi hutan di Sumatera dan Kalimantan yang terus meningkat menyebabkan"

Transkripsi

1 ANALISIS POLA PENGGUNAAN RUANG DAN WAKTU ORANGUTAN (Pongo pygaeus pygaeus Linneaus, 1760) DI HUTAN MENTOKO TAMAN NASIONAL KUTAI, KALIMANTAN TIMUR (Spatial Pattern Distribution Analysis of Orangutan (Pongo pygaeus pygaeus Linnaeus, 1760) in Mentoko Forest, Kutai National Park, East Kaliantan)*) Oleh/By : Yanto Santosa 1, Agustinus Krisdijantoro 2, Machud Thohari 1 dan/and Dede Aulia Rahan 1 1 Laboratoriu Ekologi Satwaliar, Departeen Konservasi Suberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Kapus IPB Daraga, Kotak Pos 168 Bogor Indonesia, Telp/Fax e-ail: rahan_abelii@yahoo.co.id 2 Balai Taan Nasional Keliutu; Jln. El Tari No.16 Ende, Flores-Nusa Tenggara Tiur *)Diteria : 28 Deseber 2010; Disetujui : 22 Septeber 2011 ABSTRACT Increasing rate of forest degdradation influences orangutan habitat to becoe ore narrow. Conservation efforts can be done through the anageent of its reaining habitat, therefore ecological and quantitative aspects of orangutan becoe the interest of this study. This research was carried out in Mentoko Forest of Kutai National Park, East Kaliantan. The ethodology of this research covered both observation of orangutan behaviour and vegetation analysis of orangutan habitat. The objectives of this research, are to find out the use of spatial pattern of wild orangutan, to observe of tie pattern and rhitic activity of the orangutan in their natural habitat. The result, of this research are that orangutan in Mentoko prefers to run their activities on 30 eters high fro the ground, spending tie for diets is average of 44.4% of their whole activities, 39.2% for rest, 11% oveent activity, and 5.4% for others. Coposition of vegetation in their habitat shows that there are 51 ature trees with Shannon index of 3.75 covered 25 faily, 36 poles stage of 19 faily and 39 saplings species of 22 faily. Keywords: Orangutan, population, natural habitat, activity, Mentoko forest, Kutai National Park ABSTRAK Peningkatan kerusakan hutan enyebabkan seakin sepitnya habitat orangutan dan diantara upaya konservasi yang dapat dilakukan adalah pengelolaan habitat yang tersisa berdasarkan aspek ekologi orangutan dan kuantitatifnya. Penelitian ini dilakukan di Mentoko, Taan Nasional Kutai, Kaliantan Tiur, eliputi penelitian perilaku orangutan dan analisis vegetasi habitat orangutan. Penelitian bertujuan untuk engetahui pola penggunaan spasial dan pola penggunaan waktu serta rite orangutan dala habitat alai. Hasil penelitian enunjukkan bahwa presentase aktivitas harian orangutan di Mentoko lebih banyak berada pada ketinggian 30 eter dari tanah dan rata-rata 44,4% dari seluruh kegiatan ereka dihabiskan untuk aktivitas akan, 39,2% untuk istirahat, 11% aktivitas bergerak, dan 5,4% untuk aktivitas lainnya. Pada kondisi yang ideal tanpa gangguan, penggunaan habitat terkait ketinggian orangutan dala beraktivitas cenderung bervariasi dari posisi rendah sapai tinggi sesuai posisi suber pakan. Sebaliknya apabila kondisi tidak aan aka akan beraktivitas pada tepat yang lebih tinggi. Pilihan ketinggian posisi untuk ebuat sarang, selaa pengaatan ketinggian rata-rata dala ebuat sarang lebih dari 20 eter diana sebenarnya pada kondisi tanpa pengaatan, orangutan seringkali ebuat sarang pada ketinggian 8-10 eter dari perukaan tanah dala penggunaan ruang, orangutan elakukan regenerasi antara 0,65-1,11 k adalah habitat yang terdiri dari 51 jenis pohon dengan indeks keanekaragaan jenis 3,75 yang terdiri atas 25 faili, 36 spesies pada tingkat pertubuhan tiang dari 19 faili dan 39 spesies pada tingkat pertubuhan anakan dari 22 faili. Kata kunci: Orangutan, populasi, habitat alai, aktivitas, Hutan Mentoko, Taan Nasional Kutai I. PENDAHULUAN Orangutan (Pongo pygaeus pygaeus Linnaeus, 1760) pada saat ini hanya ada di Suatera, Kaliantan, Sabah, dan Serawak dan lebih dari 90% habitatnya berada di wilayah Indonesia. Laju degradasi hutan di Suatera dan Kaliantan yang terus eningkat enyebabkan 109

2 Vol. 8 No. 2 : , 2011 seakin sepitnya habitat orangutan (Meijaard et al., 1999). Pada waktu kebakaran hutan tahun 1997/1998 kurang lebih sepertiga dari julah orangutan liar ati. Tersisa kira-kira sapai ekor orangutan di Pulau Kaliantan (dibandingkan dengan pada tahun 1996), dan kira-kira sapai di Suatera (dibandingkan dengan pada tahun 1996). Menurut taksiran para ahli, orang utan liar bisa enjadi punah dala jangka waktu sepuluh tahun lagi (Meijaard dan Makinudin, 2007). Upaya pelestarian orangutan dapat dilakukan elalui pengelolaan habitat yang tersisa, karena itu pengetahuan ekologi dan data kuantitatif utlak diperlukan. Pengetahuan ekologi orangutan dapat diperoleh elalui pengaatan perilakunya di habitat alai. Data kuantitatif orangutan asih sangat terbatas, penilaian populasi dan kerapatan per satuan luas sapai saat ini hanya elalui pendekatan penghitungan julah sarang, karena untuk eneukan orangutan liar sangat sulit. Oleh karena itu untuk enggali inforasi tersebut, dilakukan penelitian engenai interaksi orangutan dengan habitatnya elalui pendekatan analisis bagaiana orangutan liar enggunakan ruang dan waktu di hutan Mentoko Taan Nasional Kutai, Kaliantan Tiur. Pola penggunaan ruang erupakan keseluruhan interaksi antara satwa dengan habitatnya. Pola penggunaan waktu adalah pengalokasian waktu untuk setiap aktivitas hariannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk engetahui pola penggunaan ruang, pola penggunaan waktu, dan rite aktivitas orangutan di habitat alainya. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat enjadi acuan dala pengelolaan habitat orangutan, acuan dala penyusunan etode kuantitatif engenai orangutan, dan asukan bagi pengelola Taan Nasional Kutai dala upaya pelestarian orangutan. II. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei sapai dengan Juni 2007 di kawasan hutan Mentoko, Taan Nasional Kutai, Kaliantan Tiur. B. Bahan dan Alat Penelitian Obyek penelitian adalah lia individu orangutan kaliantan yang terdiri dari dua jantan dewasa uur uda, dua betina dewasa uur uda, dan satu ekor anak. Bahan yang digunakan eliputi alkohol, kantong plastik, label kertas, dan tali plastik. Alat penelitian yang digunakan dala penelitian eliputi eteran dengan panjang 25, binokuler, tustel, GPS, kopas, haga eter, hand counter, ja, peralatan herbariu, dan alat tulis. C. Metode Pengupulan Data Data yang dikupulkan eliputi: 1. Perilaku orangutan (akan, istirahat, bergerak, dan aktivitas lainnya), penggunaan waktu dan ruang dala beraktivitas. Data dikupulkan elalui pengaatan secara langsung terhadap aktivitas harian orangutan ulai keluar sarang untuk eulai aktivitas sapai ebuat sarang untuk tidur pada sore hari. Paraeter yang diaati adalah jenis pohon dan ketinggian orangutan di atas pohon, jenis, bagian-bagian pohon yang diakan orangutan, laa waktu orangutan elakukan aktivitas, waktu orangutan elakukan setiap jenis aktivitas, pola pergerakan orangutan, koposisi vegetasi secara uu, dan vegetasi pakan. 2. Vegetasi tepat orangutan beraktivitas, enggunakan Metode Petak Tunggal (Soerianegara dan Indrawan, 1984). Petak contoh dibuat sebanyak dua buah diletakkan secara purposive sapling asing-asing pada lokasi di ana kelopok/individu orangutan beraktivitas. Petak contoh berukuran 110

3 Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu Orangutan (Y.Santosa, dkk.) lebar 40 dan panjang 80. Paraeter yang diukur secara langsung di lapangan adalah naa spesies (lokal dan iliah), julah individu, dan diaeter pohon pada ketinggian setinggi dada. D. Analisis Data Data yang diperoleh dari pengaatan dianalisis secara diskriptif, kuantitatif, dan uji Khi-kuadrat (χ 2 ). 1. Analisis Perilaku Untuk engetahui hubungan habitat dengan perilaku orangutan digunakan Uji Khi-kuadrat. Hubungan-hubungan diaksud di antaranya adalah: a. Jenis aktivitas dengan posisi dala ruang (ketinggian pada pohon/vegetasi). b. Jenis aktivitas pada posisi tertentu dala ruang dengan waktu. c. Jenis aktivitas dengan waktu. Hipotesa-hipotesa yang diuji sebagai H 0 adalah: a. Tidak adanya hubungan antara aktivitas tertentu yang dilakukan orangutan dengan ketinggian pohon. b. Penggunaan waktu oleh seua individu adalah saa. c. Penggunaan waktu oleh seua individu pada setiap kelas ketinggian pada pohon adalah saa. Untuk enguji hipotesis nol (H 0 ) dengan cara enghitung seua frekuensi harapan bagi setiap sel. Pengujian hipotesa enggunakan ruus: χ 2 (Oi Ei) Ei Diana: O i = Frekuensi hasil pengaatan ke-i E i = Frekuensi yang diharapkan Pengujian dilakukan dengan χ 2 tabel pada tingkat signifikan 0,05. Jika χ 2 hitung > χ 2 α, aka tolak H 0 dan jika χ 2 hitung < χ 2 α, aka teria H Analisis Vegetasi Analisis vegetasi untuk endapatkan nilai penting (INP) jenis pohon di habitat orangutan dilakukan enurut Soerianegara dan Indrawan (1984), di ana INP erupakan penjulahan antara kerapatan relatif di tiap jenis pohon, frekuensi relatif, dan doinansi relatif. Untuk engetahui ukuran keanekaragaan jenis digunakan indeks keanekaragaan Shannon-Wiener (Krebs, 1978; Santosa, 1995) dan indeks keerataan Hulbert (1971): a. Indeks Keanekaragaan (H ) H' (p.lnp ) i i p i n N i Diana: ' H = Indeks Keanekaragaan Shannon-Wiener (Shannon Index of Diversity) n i = Indeks Nilai Penting suatu jenis N = Julah Indeks Nilai Penting seluruh jenis b. Indeks Keerataan (Evenness) Evenness D Max Diana: Evenness = Nilai keerataan (antara 0-1) D = Nilai indeks keanekaragaan hasil pengaatan D Max = Nilai Max indeks keanekaragaan Untuk engetahui urutan preferensi jenis pakan digunakan nilai indeks Neu (Bibby et al. 1998). Jika indeks seleksi (preferensi) lebih dari 1 (w 1) aka jenis pakan yang bersangkutan disukai karena penggunaan (usage) lebih besar daripada ketersediaan (availability). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Orangutan yang Menjadi Obyek Penelitian Berdasarkan survey pendahuluan, dijupai lia ekor orangutan dengan koposisi uur dan jenis kelain: dua ekor jantan dewasa, satu ekor betina dewasa, satu ekor betina dewasa induk, dan satu ekor jantan anak yang selanjutnya akan enjadi fokus penelitian. Untuk eperudah penyebutan selanjutnya, asingasing orangután diberi naa. Orangután dan julah ja pengaatan dala penelitian ini disajikan pada Tabel D

4 Vol. 8 No. 2 : , 2011 Tabel (Table) 1. Julah ja pengaatan orangutan di Mentoko, TN Kutai (The Total observation of orangután in Mentoko, Kutai National Park) Naa orangutan (Orangutan nae) Jenis kelain dan kelas uur (Sex and age class) Julah ja pengaatan (Total hour observation) Tanggal pengaatan (Date of observation) Dewi Betina dewasa (Adult feale) 156,52 26 Mei-07 Juni 2007 Dewa Jantan dewasa (Adult ale) 158,20 26 Mei-07 Juni 2007 Ayu Betina dewasa-induk (Adult 182,87 27 Mei-10 Juni 2007 feale- other) Tole Jantan anak (Infant ale) 182,87 27 Mei-10 Juni 2007 Surya Jantan dewasa (Adult ale) 109,83 29 Mei-06 Juni 2007 Julah (Totally) 790,29 B. Koposisi Vegetasi Berdasarkan analisis vegetasi didapatkan 51 jenis pohon yang tercakup dala 25 faili, 36 jenis tiang dari 19 faili dan 39 jenis pancang dari 22 faili. Jenis pohon yang paling banyak diteukan di habitat orangutan adalah ulin (Eusideroxylon zwageri) dan erupakan jenis tubuhan dengan INP terbesar yaitu 21,59, sengkuang (Dracontoelon dao), laban (Vitex pubescens), edang (Litsea sp.), bayur (Pterosperu diversifoliu), aligara (Dillenia borneensis), katan (Dysoxylu sp.), kenanga (Cananga odorata), sipur (Dillenia excelsa), dan teja (Ptenandra sp.). Kerapatan pohon di habitat orangutan adalah 167 pohon/ha dengan indeks keanekaragaan jenis 3,75 dan indeks keerataan 0,95. C. Pola Penggunaan Ruang 1. Sebaran Spasial Aktivitas pada Struktur Vertikal Aktivitas orangutan lebih banyak dilakukan pada ketinggian antara 30 dari perukaan tanah (Gabar 1). Dewi, hapir 82,58% dari seluruh waktu aktivitas hariannya dilakukan pada ketinggian ini, sedangkan aktivitas pada ketinggian di bawah 20 dan di atas 30 asingasing sebesar 17% dan 0,27%. Deikian juga dengan Ayu sebanyak 80,43% pada ketinggian 30, 19% pada ketinggian di bawah 20, dan tidak pernah dijupai pada ketinggian di atas 30. Selanjutanya Dewa, sebesar 79%, 20%, dan 0,83%, Surya sebesar 76%, 22%, dan 2%, Tole sebesar 72%, 28%, dan saa seperti induknya, tidak pernah dijupai beraktivitas pada ketinggian di atas 30. Pada Gabar 2 terlihat bahwa aktivitas orangutan terdistribusi secara tidak erata pada asing-asing ketinggian yaitu pada ketinggian di bawah 20, antara 30, dan pada persentase yang sangat kecil pada ketinggian di atas 30. Pada aktivitas akan, proporsi waktu terbanyak dijupai pada ketinggian 30 di atas perukaan tanah. Berkisar antara 75-88% aktivitas akan dilakukan pada ketinggian ini, sedangkan pada ketinggian di bawah 20 hanya berkisar 12-25%. Deikian juga dengan aktivitas beristirahat lebih banyak dijupai pada ketingian tertentu. Berkisar 81-96% aktivitas isirahat dijupai pada ketinggian 30. Sisanya sebesar 2-19% pada ketinggian di bawah 20. Pada ketinggian di atas 30 tercatat hanya Surya yang dijupai dengan persentase waktu 2%. Berdasarkan uji khi-kuadrat pada tingkat signifikansi 0,05 terbukti bahwa ada hubungan antara ketinggian tepat dengan jenis aktivitas orangutan. Nilai khi-kuadrat Х 2 hitung = 58,22, sedangkan dengan derajat bebas (df) = 8 dan tingkat signifikansi 0,05 nilai Х 2 tqbel adalah 15,507 yang enunjukkan bahwa ketinggian tepat berpengaruh nyata terhadap aktivitas orangutan. Tepat pada pohon yang paling disukai untuk beraktivitas adalah pada ketinggian 30 dari perukaan tanah (72,01-82,58%). Deikian juga dengan distribusi jenis 112

5 Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu Orangutan (Y.Santosa, dkk.) Ketinggian tepat (Height of place) () Proporsi waktu aktivitas (Proportion of tie activity) (%) Dewa Dewi Ayu Tole Surya Makan (Feed) Istirahat (Rest) Bergerak (Move) Jenis aktivitas (Kind of activity) Gabar (Figure) 1. Proporsi waktu aktivitas berdasar periode pengaatan (Proportion of tie activity base on observation period) 100 Proporsi waktu aktivitas (Proportion of tie activity) (%) Dewa Dewi Ayu Tole Surya Pagi (Morning) Siang (Day) Sore (Afternoon) Waktu pengaatan (Tie of observation) Gabar (Figure) 2. Proporsi waktu aktivitas berdasar ketinggian tepat (Proportion of tie activity base on height of place) 113

6 Vol. 8 No. 2 : , 2011 aktivitas dan ketinggian tepat, secara signifikan bahwa aktivitas akan dan istirahat terjadi secara doinan pada ketinggian Pola Pergerakan dan Jarak Jelajah Orangutan Ayu epunyai jarak jelajah terpendek di antara orangutan lain yaitu rata-rata 0,74 k per hari, dengan kisaran antara 0,65-0,80 k per hari. Selanjutnya Dewi dan Dewa epunyai jarak jelajah rata-rata 0,90 k per hari, dengan kisaran antara 0,82-1,17 k per hari. Surya epunyai jarak jelajah rata-rata 0,96 k per hari, dengan kisaran antara 0,86-1,11 k per hari. 3. Pohon Tepat Bersarang Untuk engetahui jenis pohon yang disukai orangutan sebagai tepat ebuat sarang digunakan asusi bahwa seakin tinggi frekuensi jenis pohon tertentu digunakan, aka pohon tersebut seakin disukai. Selanjutnya untuk enganalisis hubungan antara frekuensi dengan jenis pohon dilakukan dengan pendekatan Metode Neu s (indeks preferensi). Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari tujuh jenis pohon yang dijadikan tepat bersarang selaa penelitian, hanya satu jenis saja yang benar-benar disukai oleh orangutan yaitu pohon kenanga (Canangiu odorotu). Hal ini ditunjukan dengan w > 1, sebagaiana Bibby et al. (1998) dala Gunawan (2004) enyatakan bahwa jika w 1 > 1, aka pilihan satwa terhadap sesuatu itu karena satwa enyukainya. Dengan deikian orangutan eilih pohon kenanga untuk ebuat sarang karena pohon kenanga disukai walaupun julah pohon ini relatif sedikit sedangkan jenis-jenis lain tetap digunakan sebagai tepat untuk ebuat sarang dala porsi penggunaan yang rendah. Tabel (Table) 2. Indeks Neu s untuk preferensi jenis pohon tepat bersarang (Index Neus s for preference of species of tree for aking). 114 Jenis Pohon (Species of tree) Kerapatan (Density) per ha Ketersediaan (Availability) Proporsi (Proportion) (a) Jl (Nu) (n) Penggunaan (Use) Proporsi (Proportion) (r) Indeks preferensi (Preferention indeks) Kenanga (Cananga 4,69 10, ,000 2,986 0,544 odorata) Ulin (Eusideroxylon 10,94 24, ,000 0,960 0,175 zwageri) Sengkuang 9,4 21, ,000 0,838 0,153 (Dracontoelon dao) Maligara (Dillenia 6,25 14, ,000 0,700 0,128 borneensis) Baleo (Diospyros sp.) 3,12 7, ,000 0,842 0,153 Bayur (Pterosperu 6,25 14, ,000 0,560 0,102 diversifoliu) Kayu arang (Diospyros 3,12 7, ,000 0,281 0,051 borneensis) Julah (Totally) 43,77 100, ,00 5,49 1,000 Keterangan (Reark) : Kerapatan tubuhan jenis-i (Density of species-i) a = Kerapatan seluruh jenis (Density of all species) n = Julah individu yang eanfaatkan jenis-i (Individual nuber usage species-i) Julah individu yang eanfaatkan jenis-i (Individual nuber usage species-i) r = Julah seluruh individu (Totally of individual nuber) w = Indeks preferensi pakan (Food preferention index) u i /p i b = Indeks preferensi yang distandarkan (Standardization of preferention index) w i / w i (w) (b)

7 Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu Orangutan (Y.Santosa, dkk.) 4. Perilaku Makan dan Preferensi Makanan Orangutan Tingkat kesukaan orangutan terhadap jenis akanan dapat diketahui elalui proporsi waktu yang digunakan untuk eakan suatu jenis akanan. Sesuai dengan hasil pengaatan, jenis akanan orangutan dapat dibagi enjadi tiga kategori yaitu buah, daun, kulit kayu (kulit pohon dan liana), dan lain-lain (bunga, kuncup). Dari seua jenis akanan yang teraati diakan orangutan, buah enepati proporsi tertinggi dengan rata-rata persentase 63,2%; selanjutnya daun 26,2%; kulit kayu 8,48%; dan lainlain 4,5%. Jantan yang belu dewasa eakan buah yaitu 66%, sedangkan kebiasaan jantan dewasa akan buah yang dala porsi saa antara 62-63%. Selanjutnya proporsi untuk daun persentase tertinggi juga ditepati oleh Tole yaitu 32%, sedangkan orangutan lain berkisar antara 23-26%. Persentase ini tidak berbeda jauh dengan orangutan di Bahorok, di antara berbagai jenis akanan enurut Sinaga (1992), buah enduduki persentase yang tertinggi dengan rata-rata 55,6%, enyusul daun 35,3%, dan sisanya untuk jenis akanan lain. Menurut Meijaard dan Rijksen (1999), di habitat yang berkualitas baik, antara 57% (jantan) dan 80% (betina) waktu akannya dihabiskan untuk eakan buahbuahan. D. Pola Penggunaan Waktu Laa waktu aktif rata-rata harian orangutan adalah 12 ja 7 enit dengan kisaran antara 11 ja 42 enit sapai 12 ja 40 enit. Dewa, rata-rata laa waktu aktif hariannya adalah 12 ja 10 enit, Surya selaa 12 ja 12 enit, Dewi selaa 12 ja 12 enit, dan Ayu beserta anaknya selaa 12 ja 11 enit. 1. Alokasi Penggunaan Waktu Harian Proporsi waktu aktivitas akan Dewi paling tinggi dibanding orangutan lain yaitu 46%, beristirahat 43%, dan bergerak 10%. Selanjutnya Dewa persentase aktivitas akan 46%, bergerak 13%, beristirahat 31%. Ayu engalokasikan waktunya untuk akan sebesar 45%, istirahat 44%, bergerak 10%. Surya, aktivitas akan sebesar 44%, istirahat 42%, dan bergerak 11%. Tole, aktivitas akan sebesar 41%, istirahat 36%, bergerak 11%, dan 20% untuk berain. Persentase waktu akan, bergerak, dan berisirahat orangutan di Mentoko enunjukkan perbedaan yang relatif kecil. Misalnya rata-rata proporsi waktu untuk akan adalah 47% dengan kisaran antara 41% pada Tole sapai 46% pada Dewi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rodan (1973) di Kutai yang enyatakan bahwa persentase aktivitas akan orangutan adalah 46%. Di Bahorok, jantan pra dewasa enghabiskan waktunya untuk akan dala sehari 50%, jantan dewasa 39%, dan induk betina 32% (Sinaga, 1992). Menurut Djojosudharo (1978) orangutan di Ketabe rata-rata aktivitas akan berkisar antara 4,6-7,6 ja setiap hari. Pada siang hari aktivitas yang doinan adalah beristirahat, kondisi cuaca yang cenderung panas pada siang hari enyebabkan orangutan engurangi aktivitas akan dan bergerak. Berdasarkan laa keaktifan hariannya, orangutan di Mentoko enghabiskan waktu ratarata 12 ja 10 enit dengan kisaran antara 11 ja 27 enit sapai 12 ja 38 enit. Perulaan keaktifan orangutan berada pada kisaran ja , sedangkan engakhiri aktivitasnya pada sore hari berada pada kisaran ja Hasil penelitian Sinaga (1992) enyebutkan bahwa orangutan di Bahorok enghabiskan waktu rata-rata 12 ja 25 enit dengan kisaran 12 ja 22 enit sapai 12 ja 58 enit, sedangkan Djojosudharo (1978) enyebutkan bahwa orangutan di Ketabe eulai keaktifan harian sejak ja dan diakhiri ja

8 Vol. 8 No. 2 : , 2011 Berdasarkan uji khi-kuadrat pada tingkat signifikansi 0,05 enunjukkan tidak adanya perbedaan dala penggunaan waktu oleh asing-asing individu. Nilai khi-kuadrat Х 2 hitung = 6,763, sedangkan dengan derajat bebas (df) = 8 dan tingkat signifikansi 0,05 nilai Х 2 tabel adalah 15,507. Karena Х 2 hitung lebih kecil dari Х 2 tabel, enunjukkan bahwa secara statistik, dala pengalokasian waktu untuk aktivitas akan, bergerak, dan istirahat tidak ada perbedaan yang signifikan. Proporsi rata-rata aktivitas akan sebesar 44,65%, untuk istirahat dan bergerak asing-asing 41,9% dan 11,4%. Berdasarkan penelitian terhadap orangutan di Bahorok, Sinaga (1992) elaporkan bahwa jantan dewasa, waktu untuk aktivitas akan sebesar 39,2% dan istirahat 41,6%. Aktivitas akan betina induk 32,5% dan istirahat 52,3%, sedangkan jantan pra dewasa, aktivitas akan sebesar 50,4% dan istirahat 23,3%. 2. Sebaran Teporal Aktivitas Sebaran teporal aktivitas dipengaruhi oleh distribusi suber pakan dala hutan. Apabila di sekitar sarang terdapat pohon buah, biasanya aktivitas akan akan diulai sesaat setelah orangutan bangun tidur, naun apabila tidak terdapat pohon buah, aka orangutan akan bergerak encari suber pakan terdekat. Aktivitas akan paling tinggi terjadi pada pagi, sedangkan pada siang hari orangutan lebih banyak enggunakan waktunya untuk istirahat. Sebaran teporal aktivitas terdistribusi secara tidak teratur sepanjang waktu pengaatan, naun pada asing-asing individu aupun antar individu secara teporal aktivitasnya terpola sepanjang hari. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesipulan 1. Dala elakukan aktivitas harian orangutan lebih banyak enepati kisaran ketinggian tertentu dari perukaan tanah. Sebanyak 76-82% aktivitasnya dilakukan pada kisaran ketinggian 20 dan 30 dari perukaan tanah. Pada kisaran ketinggian ini orangutan elakukan aktivitas akan, bergerak, istirahat, dan ebuat sarang. Berdasarkan uji khi-kuadrat pada tingkat signifikansi 0,05 dengan nilai khi-kuadrat Х 2 hitung = 58,22 terbukti bahwa ada hubungan antara ketinggian pada pohon dengan distribusi aktivitas orangutan. 2. Jarak tepuh harian terpendek orangutan 0,74 k sehari dan yang terpanjang 0,90 k per hari, dengan kisaran 0,82-1,17 k sehari. 3. Pengalokasian waktu aktivitas akan, bergerak, dan istirahat antar individu tidak ada perbedaan yang signifikan (χ2 = 6,763 dan p < 0,05). Deikian juga dala pengalokasian aktivitas berdasarkan periode waktu pagi, siang, dan sore. Masing-asing dengan nilai Х 2 hitung = 7,590, 2,027, dan 2,053 lebih kecil dari nilai Х 2 tabel = 15, Sebaran teporal aktivitas harian orangutan terdistribusi secara tidak teratur di sepanjang waktu aktif harian di siang hari, naun secara uu terpola sepanjang hari. 5. Habitat orangutan di Mentoko adalah hutan sekunder. Dari hasil analisis vegetasi didapatkan 51 jenis pohon yang tercakup dala 25 faili, 36 jenis tiang dari 19 faili dan 39 jenis pancang dari 22 faili. Jenis pohon yang banyak diteukan di habitat orangutan adalah sengkuang (Dracontoelon dao), laban (Vitex pubescens), edang (Litsea sp.), bayur (Pterosperu diversifoliu), aligara (Dillenia borneensis), katan (Dysoxylu sp.), kenanga (Cananga odorata), sipur (Dillenia excelsa), dan teja (Ptenandra sp.). Kerapatan pohon di habitat orangutan adalah 116

9 Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu Orangutan (Y.Santosa, dkk.) 167 pohon/ha dengan indeks keanekaragaan jenis adalah 3,75 dan keerataan jenis adalah 0,95. B. Saran Untuk kepentingan konservasi orangutan aka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Meningkatkan perlindungan kawasan dan habitat orangutan agar vegetasi pohon sebagai koponen ruang yang penting untuk aktivitas orangutan dapat dipertahankan. 2. Melakukan rehabilitasi pada kawasan hutan bekas terbakar dengan jenisjenis pohon pakan orangutan. 3. Melakukan pengelolaan habitat orangutan yang berada di luar kawasan konservasi. DAFTAR PUSTAKA Bibby, C., S. Marsden and A. Fielding Bird-habitat studies. The expedition advisory centre. Royal Geographical Society. London. Djojosudharo, S Beberapa aspek tingkah laku orangutan (Pongo pygaeus Linne. 1760). Universitas Nasional Jakarta. Jakarta. Gunawan, H Preferensi dan konsusi pakan anak burung aleo (Macrocephalon aleo Sal Muller.) dala asa penyapihan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Ala I(1): Pusat Penelitian dan Pengebangan Hutan dan Konservasi Ala. Bogor. Krebs, J.C Ecology: the experiental analisis of distribtion and abundance. Harper and row publisher. New York. Meijaard, E., D.H. Rijksen, dan N.S. Kartikasari Di abang kepunahan kondisi orangutan liar di awal abad ke-21. The Gibbon Foundation Indonesia. Meijaard, E. dan N. Makinudin Orangutan enghadapi kepunahan. Rijksen, H.D A field study on suatran orangutans (Pongo pygaeus abelii Lesson, 1827). Ecology, Behaviour and Concervation. Agricultural University, Wageningen. Netherlands. Rodan, P Population copotition and adaptive organization aong orangutans. In: Coparative Ecology and Behavior of Priates, J. Crook and Michael (eds). Acadeic Press, London. Santosa, Y Konsep ukuran keanekaragaan hayati di hutan tropika. Jurusan Konservasi Suberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Sinaga, T Studi habitat dan perilaku orangutan (Pongo pygaeus abelii) di Bohorok Taan Nasional Gunung Leuser. Tesis Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan. Soerianegara, I. dan A. Indrawan Ekologi hutan Indonesia. Jurusan Manajenen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 117

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD MARLIANSYAH 061202036 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SKRIPSI SANTY DARMA NATALIA PURBA MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SKRIPSI SANTY DARMA NATALIA PURBA MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN KELIMPAHAN JENIS DAN ESTIMASI PRODUKTIVITAS Ficus spp. SEBAGAI SUMBER PAKAN ALAMI ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI PUSAT PENGAMATAN ORANGUTAN SUMATERA (PPOS) TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SKRIPSI SANTY

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Faktor Faktor Penentu Keberhasilan Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) di Taman Nasional Bukit Tigapuluh

Faktor Faktor Penentu Keberhasilan Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Desember 2012 ISSN 0853 4217 Vol. 17 (3): 186 191 Faktor Faktor Penentu Keberhasilan Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) di Taman Nasional Bukit Tigapuluh

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengebangkan Budaya Iliah dan Inovasi terbarukan dala endukung Sustainable Developent Goals (SDGs) 2030 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET EXTREMELY LOW FREQUENCY

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENENTUAN BENTUK DAN LUAS PLOT CONTOH OPTIMAL PENGUKURAN KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN PADA EKOSISTEM HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH : STUDI KASUS DI TAMAN NASIONAL KUTAI SANDI KUSUMA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Orangutan merupakan hewan vertebrata dari kelompok kera besar yang termasuk ke dalam Kelas Mamalia, Ordo Primata, Famili Homonidae dan Genus Pongo, dengan

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di stasiun penelitian Yayasan Ekosistem Lestari Hutan Lindung Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unied.ac.id/2012/index.php/einstein Aplikasi Citra Landsat 8 Oli Untuk Menganalisa Kerapatan Vegetasi Bill Cklinton Sianjuntak dan Rita Juliani* Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora dan fauna yang sangat tinggi, salah satu diantaranya adalah kelompok primata. Dari sekitar

Lebih terperinci

PERILAKU MAKAN DAN JENIS PAKAN ORANGUTAN(Pongo pygmaeus) DI YAYASAN INTERNATIONAL ANIMAL RESCUE INDONESIA (YIARI) KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

PERILAKU MAKAN DAN JENIS PAKAN ORANGUTAN(Pongo pygmaeus) DI YAYASAN INTERNATIONAL ANIMAL RESCUE INDONESIA (YIARI) KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT PERILAKU MAKAN DAN JENIS PAKAN ORANGUTAN(Pongo pygmaeus) DI YAYASAN INTERNATIONAL ANIMAL RESCUE INDONESIA (YIARI) KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT (Feeding Behavior And The Food Types Of Orangutans

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur

Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur M. Bismark Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor ABSTRACT Orang

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016 Analisis Kecepatan Lari..(Dian Saputri) ANALISIS KECEPATAN LARI METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN THE ANALYSIS OF METERS RUN SPEED WOMEN ATHLETES IN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya serta memiliki sifat-sifat

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI Bayu Surya Dara T, Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD., Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan

Lebih terperinci

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Dapak Pebangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Miftachul Huda 1), Dwi Muryanto 2) 1) Teknik Sipil, Teknik, Universitas Muhaadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya, 60113 Eail:

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT Diversity of Species Meranti (Shore spp) In Protected Forest Area Ambawang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menibang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di: JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volue 6, Noor 1, Tahun 2017, Halaan 246-262 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volue 6, Noor 1, Tahun 2017, Halaan 246-262 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERBANDINGAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

Efektifitas fasad selubung ganda dalam mengurangi beban panas pada dinding luar bangunan

Efektifitas fasad selubung ganda dalam mengurangi beban panas pada dinding luar bangunan TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Efektifitas fasad selubung ganda dala engurangi beban panas pada dinding luar bangunan Rosady Mulyadi Laboratoriu Sains dan Teknologi Bangunan, Progra Studi Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS 1 TEKNOLOGI PERTANIAN ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS ANALYSIS OF STAND DENSITY IN BALURAN NATIONAL PARK BASED ON QUANTUM-GIS Maulana Husin 1), Hamid Ahmad,

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA Babang Purwanggono, Andre Sugiyono Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM BASIS DATA

MAKALAH SISTEM BASIS DATA MAKALAH SISTEM BASIS DATA (Entity Relationship Diagra (ERD) Reservasi Hotel) Disusun Oleh : Yulius Dona Hipa (16101055) Agustina Dau (15101635) Arsenia Weni (16101648) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMARIKA

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 3, No. 2, Ed. September 2015, Hal. 133-137 POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA 1 Afkar dan 2 Nadia

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN Supriadi, Agus Romadhon, Akhmad Farid Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura e-mail: akhmadfarid@trunojoyo.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan estetika

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Abstract

PENDAHULUAN. Abstract Nur Lathifah Dwi Fitrianti,et al.perbandingan Efisiensi Kerja Alat Diesel dengan Hydraulic pada Pekerjaan Pondasi Dari Segi Waktu Dan Biaya (Studi Kasus : Proyek Pebangunan Jeber Sport Center) PERBANDINGAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tepat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 sapai dengan April 2008. Lokasi penelitian adalah Kabupatenn Solok Selatan Provinsi Suatera Barat dan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN Mega Gusti Heka Student, Civil Engineering Departent, University of Sriwijaya, Palebang 30227,

Lebih terperinci

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel : 19-20 November KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA Yusrina Avianti Setiawan 1), Muhammad Kanedi 1), Sumianto 2), Agus Subagyo 3), Nur Alim

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR EKOLOGI DOMINAN PEMILIHAN KUBANGAN OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

ANALISIS FAKTOR EKOLOGI DOMINAN PEMILIHAN KUBANGAN OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ANALISIS FAKTOR EKOLOGI DOMINAN PEMILIHAN KUBANGAN OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (Analysis of Dominant Ecological Factors of Wallow Selection By Javan

Lebih terperinci

Kampus USU Medan 20155

Kampus USU Medan 20155 Analisis Karakteristik Pohon dan Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Bukit Lawang Kabupaten Langkat Analysis of the Trees and Nest Characteristics of Sumatran Orangutan (Pongo abelii) in Bukit

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan

Lebih terperinci

STUDI HABITAT PELANDUK

STUDI HABITAT PELANDUK STUDI HABITAT PELANDUK (Tragulus sp) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA (The Study Of The Habitat Of Pelanduk (Tragulus sp) In The Area Of Ambawang Montain s

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Orangutan Secara morofologis orangutan Sumatera dan Kalimantan sangat serupa, tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya (Napier dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Economic Quantity Production, Nasution, A.H, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan. ABSTRACT

ABSTRAK. Keywords: Economic Quantity Production, Nasution, A.H, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan. ABSTRACT PERECANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY MULTI ITEM DI CV. FAJAR TEKNIK SEJAHTERA Dio Kharisa Putra, Rusindiyanto dan Budi Santoso

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,

Lebih terperinci

Kinerja Fasad Selubung Ganda dalam Menurunkan Konsumsi Energi untuk Pendinginan pada Bangunan Gedung

Kinerja Fasad Selubung Ganda dalam Menurunkan Konsumsi Energi untuk Pendinginan pada Bangunan Gedung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kinerja Fasad Selubung Ganda dala Menurunkan Konsusi Energi untuk Pendinginan pada Bangunan Gedung Rosady Mulyadi Lab. Sains dan Teknologi Bangunan, Departeen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN KENDARAAN YANG BEROPERASI PADA RUAS JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALULINTAS (STUDI KASUS PADA JALAN JEND. SUDIRMAN PALEMBANG)

PENGARUH PERTUMBUHAN KENDARAAN YANG BEROPERASI PADA RUAS JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALULINTAS (STUDI KASUS PADA JALAN JEND. SUDIRMAN PALEMBANG) PENGARUH PERTUMBUHAN KENDARAAN YANG BEROPERASI PADA RUAS JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALULINTAS (STUDI KASUS PADA JALAN JEND. SUDIRMAN PALEMBANG) Yusri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk engetahui

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci