Analisis Cluster Studi Kasus: Kabupaten Jepara Jawa Tengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Cluster Studi Kasus: Kabupaten Jepara Jawa Tengah"

Transkripsi

1 Analisis Cluster Studi Kasus: Kabupaten Jepara Jawa Tengah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan (TKP 34) Dosen Pengampu: Dr. Iwan Rudiarto Widjanarko, S.T., M.T. Sri Rahayu, S.Si, M.Si Anang Wahyu Sejati, S.T., M.T. Disusun oleh: Izzah Khusna 4343 Kelas A- 3 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 5

2 . Pendahuluan Seringkali sebagai seorang planner memiliki kesulitan dalam melakukan perencanaan terhadap suatu wilayah maupun kota karena wilayah atau kota tersebut terdiri dari beragam karakteristik, baik dari segi topografi, bahaya geologi, tingkat aksesibilitas, hingga ketersediaan sarana dan prasarana. Perencana tersebut harus bisa mengklasifikasikan atau mengelompokkan wilayah satu dengan wilayah lainnya yang memiliki kemiripan dan membentuk kelompok lain jika tidak memiliki kemiripan dengan kelompok sebelumnya. Hal ini ditujukan agar perencanaan yang hendak dilakukan terhadap tiap-tiap kelompok wilayah tersebut bisa sesuai dan seimbang (no missing plan). Jadi, dapat diartikan bahwa dalam melakukan suatu perencanaan, kita tidak bisa sembarang menentukan keputusan karena setiap wilayah (atau kelompok wilayah) membutuhkan penanganan yang berbedabeda sehingga perencanaannya pun harus berbeda. Salah satu alat yang bisa membantu mengambil keputusan adalah Analisis Cluster. Analisis cluster adalah teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek/cases berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster mengklasifikasi objek sehingga setiap objek yang memiliki sifat yang mirip (paling dekat kesamaannya) akan mengelompok ke dalam satu cluster (kelompok) yang sama (Hidayat, 4). Karena tujuan analisis cluster adalah mengelompokkan obyek berdasarkan kesamaan karakteristik diantara obyek-obyek tersebut, maka secara logika, cluster yang baik memiliki ciri sebagai berikut:. Homogenitas Internal: kesamaan yang tinggi antar anggota dalam satu cluster (withincluster).. Heterogenitas Eksternal: perbedaan yang tinggi antar cluster yang satu dengan cluster yang lainnya (between-cluster). Beberapa manfaat dari analisis cluster adalah: eksplorasi data pengubah ganda, reduksi data, stratifikasi sampling, prediksi keadaan obyek. Berbeda dengan teknik multivariat lainnya, analisis ini tidak mengestimasi set variabel secara empiris, sebaliknya menggunakan set variabel yang ditentukan oleh peneliti itu sendiri. Fokus dari analisis cluster adalah membandingkan objek berdasarkan set variabel, hal inilah yang menyebabkan para ahli mendefinisikan set variabel sebagai tahap kritis dalam analisis cluster. Set variabel cluster adalah suatu set variabel yang mempresentasikan karakteristik yang dipakai objek-objek. (Ulwan, 4) Anggota cluster untuk tiap penyelesaian/solusi tergantung pada beberapa elemen prosedur dan beberapa solusi yang berbeda dapat diperoleh dengan mengubah satu elemen atau lebih. Solusi cluster secara keseluruhan bergantung pada variabel-variabel yang digunakan sebagai dasar untuk menilai kesamaan. Penambahan atau pengurangan variabelvariabel yang relevan dapat mempengaruhi substansi hasi analisisi cluster. Langkah pengelompokkan dalam analisis cluster mencakup tiga hal: a. Mengukur kesamaan/similarity jarak b. Membentuk cluster secara hierarkis c. Menentukan jumlah cluster Adapun metode pengelompokkan dalam analisis cluster meliputi: A. Metode Hierarki Teknik pengelompokkan yang membentuk konstruksi hirarki atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon, sehingga proses pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Dalam metode hirarki cluster terdapat dua tipe dasar

3 yaitu aglomeratif (pemusatan) dan divisif (penyebaran). Berikut adalah penjelasan keduanya: ) Metode Aglomeratif Dalam metode aglomeratif, setiap obyek atau observasi dianggap sebagai sebuah cluster tersendiri. Dalam tahap selanjutnya, dua cluster yang mempunyai kemiripan digabungkan menjadi sebuah cluster baru demikian seterusnya. Proses berlangsung erus sampai akhirnya terbentuk satu cluster yang terdiri atas semua objek. Dalam aglomeratif ada tujuh metode yang digunakan berdasarkan prinsip kemiripan antar objek dalam bentuk jarak, antara lain: a. Single Linkage Prinsip yang digunakan adalah aturan jarak minimum dalam pembentukan cluster b. Complete Linkage Merupakan kebalikan dari pendekatan single linkage. Prinsip yang digunakan adalah aturan jarak maksimum/terjauh objek c. Average Linkage Between Group Method Jarak antara dua cluster yang digunakan adalah jarak rata-rata antara semua pasangan objek yang mungkin dari dua buah cluster d. Average Linkage Within-Group Method Merupakan variasi UPGMA. Perbedaannya terletak pada cara pembentukan cluster sehingga jarak rata-rata antar cluster adalah yang terkecil. Metode ini memperhitungkan jarak rata-rata semua pasangan objek yang terdapat dalam dua cluster. e. Ward s Error Sum of Squares Method Pembentukan cluster yang didasari oleh hilangnya informasi akibat penggabungan objek antar cluster. f. Centroid Method Jarak antara dua buah cluster sebgai jarak antara rataan tiap cluster (centroid) terhadap variabel g. Median Method Mirip dengan centroid, perbedaannya adalah perhitungan rataan tiap cluster tidak memperhitungkan ukuran suatu cluster. ) Metode Divisif Metode divisif merupakan kebalikan dari metode sebelumnya, yaitu beranjak dari sebuah cluster besar yang terdiri dari semua obyek atau observasi. Selanjutnya, obyek atau observasi yang paling tinggi nilai ketidakmiripannya kita pisahkan demikian seterusnya sehingga akan terdapat n buah cluster yang berisikan hanya satu objek atau n buah cluster yang diinginkan. B. Metode Non-Hirarki Kebalikan dari metode hirarki, metode non-hirarki tidak meliputi proses treelike construction. Justru menempatkan objek-objek ke dalam cluster sekaligus sehingga terbentuk sejumlah cluster tertentu. Langkah pertama adalah memilih sebuah cluster sebagai inisial cluster pusat, dan semua objek dalam jarak tertentu ditempatkan pada cluster yang terbentuk. Kemudian memilih cluster selanjutnya dan penempatan dilanjutkan sampai semua objek ditempatkan. Objek-objek bisa ditempatkan lagi jika jaraknya lebih dekat pada cluster lain daripada cluster asalnya. Metode non-hirarki

4 berkaitan dengan K-means clustering. Terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk menempatkan masing-masing observasi pada satu cluster, antara lain: a. Sequential Threshold Metode Sequential Threshold memulai dengan pemilihan satu cluster dan menempatkan semua objek yang berada pada jarak tertentu ke dalamnya. Jika semua objek yang berada pada jarak tertentu telah dimasukkan, kemudian cluster yang kedua dipilih dan menempatkan semua objek yang berjarak tertentu ke dalamnya. Kemudian cluster ketiga dipilih dan proses dilanjutkan seperti yang sebelumnya. b. Parallel Threshold Merupakan kebalikan dari pendekatan yang pertama yaitu dengan memilih sejumlah cluster secara bersamaan dan menempatkan objek-objek kedalam cluster yang memiliki jarak antar muka terdekat. Pada saat proses berlangsung, jarak antar muka dapat ditentukan untuk memasukkan beberapa objek ke dalam cluster-cluster. Juga beberapa variasi pada metode ini, yaitu sisa objek-objek tidak dikelompokkan jika berada di luar jarak tertentu dari sejumlah cluster. c. Optimization Metode ketiga adalah serupa dengan kedua metode sebelumnya kecuali bahwa metode ini memungkinkan untuk menempatkan kembali objek-objek ke dalam cluster yang lebih dekat.. Studi Kasus Kabupaten Jepara memiliki 6 kecamatan yang baik secara fisik maupun non-fisik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Seiring berkembangnya sektor industri dan jasa membuat jumlah penduduk semakin bertambah dan kebutuhan hidup yang meningkat. Sayangnya ketersediaan sarana dan prasarana tampaknya belum cukup memadai. Oleh karena itulah, untuk merencanakan pembangunan sarana dan prasarana di tiap-tiap kecamatan, salah saunya diperlukan analisis cluster yang akan membantu pengelompokkan kecamatan yang sekiranya membutuhkan penanganan yang sama dan berbeda. Variabel yang digunakan untuk pengelompokkan adalah luas wilayah, kepadatan penduduk, jumlah sarana pendidikan, dan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku. Berikut adalah data yang akan diolah: Tabel I. Variabel Analisis Cluster Kabupaten Jepara (Tahun 3) KECAMATAN KEDUNG PECANGAAN KALINYAMATAN WELAHAN MAYONG NALUMSARI BATEALIT TAHUNAN JEPARA MLONGGO PAKIS AJI BANGSRI Luas Wilayah (km²) Kepadatan Penduduk (jiwa/km) Sarana Pendidikan Laju Pertumbuhan PDRB ADHB (%)

5 KEMBANG KELING DONOROJO KARIMUNJAWA. 3.3 Total Sumber: Jepara Dalam Angka 4 (Bappeda Kabupaten Jepara, 4) dan BPS Kabupaten Jepara, 4 Karena jenis data diatas merupakan data rasio, maka pada pengolahannya nanti akan diubah menjadi data ordinal, kecuali jumlah sarana pendidikan yang tetap menggunakan data rasio. Jumlah sarana pendidikan merupakan hasil penjumlahan sekolah mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dan Perguruan Tinggi/Akademik baik yang berstatus negeri maupun swasta. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB merupakan hasil rata-rata keseluruhan sektor di Kabupaten Jepara.

6

7 Berikut adalah klasifikasi yang digunakan untuk selanjutnya diolah di software SPSS: Klasifikasi Kecil Sedang Besar Tabel I. Klasifikasi Variabel Analisis Cluster Luas Wilayah (km²) < 5 Kepadatan 5Klasifikasi sampai Penduduk > Rendah < Sedang sampai Klasifikasi LP PDRB ADHB Padat > Lambat < 9.4 Sedang 9.5 sampai. Cepat >. 3. Hasil dan Pembahasan Berikut merupakan hasil dan pembahasan analisis cluster yang diolah menggunakan bantuan software SPSS.. Melalui pembahasan ini akan diketahui kesamaan/similarity jarak dari masing-masing kecamatan dan berapa banyak klaster yang dihasilkan terhadap kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Jepara serta interpretasi mengenai hasil klaster: Case Processing Summarya Cases Valid N Missing Percent 6 N. Total Percent N. Percent 6. a. Average Linkage (Between Groups) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa data yang digunakan dapat diproses dan diketahui oleh program (tidak ada yang missing/terlewatkan). Jumlah data yang terproses merupakan total keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten Jepara, yaitu sebanyak 6 kecamatan. Hal ini berarti rangkaian analisis yang dilakukan dapat dikatakan valid % karena keseluruhan data berhasil diproses dan terdeteksi oleh program.

8 3 Proximity Matrix Squared Euclidean Distance 3:KALIN 6:KARI :KEDUN :PECAN YAMAT 4:WELA 5:MAYON 6:NALU :BATEALI 8:TAHUNA :MLON :PAKIS :BANGS 3:KEM 4:KELI 5:DONO MUNJA G GAAN AN HAN G MSARI T N 9:JEPARA GGO AJI RI BANG NG ROJO WA ili Case :KEDUNG :KALINYAMATAN :WELAHAN :PECANGAAN 5:MAYONG. 6:NALUMSARI :BATEALIT :TAHUNAN :JEPARA :MLONGGO :PAKIS AJI :BANGSRI :KEMBANG 4:KELING 5:DONOROJO 6:KARIMUNJAWA Mengukur kesamaan/sim arity jarak This is a dissimilarity matrix Melalui tabel diatas proximity matrix, dapat diketahui jarak antar kecamatan yang ada. Tabel ini berfungsi sebagai langkah awal dalam menentukan klaster yang nantinya akan dibentuk. Sebagai contoh:. Kecamatan Kedung memiliki jarak paling dekat yaitu sebesar 6. dengan Kecamatan Kalinyamatan dan Welahan;. Terdekat kedua yaitu sebesar. dengan Kecamatan Pakis Aji; 3. Terdekat ketiga yaitu sebesar 3. dengan Kecamatan Pecangaan. Jadi, kemungkinan besar, kelima kecamatan (Kedung, Kalinyamatan, Welahan, Pakis Aji, dan Pecangaan) ini akan membentuk satu klaster. Begitu seterusnya dan berlaku di semua kecamatan.

9 Membentuk klaster Agglomeration Schedule Cluster Combined Stage Cluster Cluster Stage Cluster First Appears Coefficients Cluster Cluster Next Stage Tabel Agglomeration Schedule akan menganalisis lebih lanjut menegenai pembentukan klaster setelah jarak berhasil diukur. Sebagai contoh:. Pada tahap/stage, kecamatan 9 (Jepara) dan kecamatan (Mlonggo) merupakan yang paling mirip sehingga keduanya akan menjadi satu kelompok (klaster) terlebih dahulu. Tahap tidak berhenti sampai disitu, selanjutnya lihat kolom next stage, terlihat stage menjadi kelanjutan dari stage ;. Pada stage, kecamatan (Batealit) mirip dengan kecamatan 9 yang artinya kecamatan masuk ke dalam kelompok sebelumnya. Jadi anggota kelompok pertama kini adalah kecamatan 9 (Jepara), kecamatan (Mlonggo), dan kecamatan (Batealit); 3. Begitu seterusnya hingga kolom next stage terselesaikan (menjumpai angka ); Berdasarkan cara pembentukan klaster oleh tabel Agglomeration Schedule diketahui bahwa indikator utamanya adalah jarak. Jarak didapatkan dari analisis luas wilayah, kepadatan penduduk, jumlah sarana pendidikan, dan laju PDRB yang sebelumnya diolah. Melalui perhitungan diatas dapat diartikan bahwa Kecamatan Jepara, Mlonggo, Batealit (dan anggota kelompok lain yang belum disebutkan langkah pencariannya) memiliki kemiripan dari segi luas wilayah, kepadatan penduduk, jumlah sarana pendidikan, atau laju PDRB ADHB-nya. Langkah diatas baru menghasilkan satu kelompok, tidak ada salahnya jika kita mencoba mencari kelompok baru. Sebagai contoh:. Pada stage 3, kecamatan (Kedung) ternyata memiliki kemiripan dengan kecamatan 4 (Welahan), lanjut stage 5;. Kecamatan mirip dengan kecamatan 3 (Kalinyamatan), lanjut stage 9; 3. Kecamatan mirip dengan kecamatan (Pakis Aji), lanjut stage ke ; 4. Kecamatan mirip dengan kecamatan (Pecangaan). Jadi anggota kelompok baru adalah Kecamatan Kedung, Welahan, Kalinyamatan, Pakis Aji, dan Pecangaan. Stage tidak dilanjutkan ke stage 3 karena coefficients yang dihasilkan di stage 3 sangat besar, hal ini berarti stage 3 sudah bukan bagian dari pembentukan kelompok kecamatan dan harus membentuk kelompok (klaster) baru lagi.

10 Menentukan jumlah klaster Cluster Membership Case 4 Clusters 3 Clusters Clusters :KEDUNG :PECANGAAN 3:KALINYAMATAN 4:WELAHAN 5:MAYONG 6:NALUMSARI :BATEALIT 8:TAHUNAN 9:JEPARA :MLONGGO :PAKIS AJI :BANGSRI 3 3:KEMBANG 4:KELING 5:DONOROJO 6:KARIMUNJAWA 4 3 Berdasarkan tabel Cluster Membership diatas klaster terhadap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Jepara terdiri dari 3 macam klaster, yaitu klaster, 3 klaster, 4 klaster. Jika terbentuk klaster, maka anggota klaster terdiri dari Kecamatan Kedung hingga Donorojo, sedangkan anggota klaster adalah Kecamatan, Karimun Jawa. Jika terbentuk 3 klaster, maka anggota klaster terdiri dari Kecamatan Kedung, Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan, Mayong, Nalumsari, Batealit, Tahunan, Jepara, Mlonggo, Pakis Aji, Kembang, Keling, dan Donorojo. Sedangkan anggota klaster adalah Kecamatan Bangsri. Jika terbentuk 4 klaster maka anggota klaster terdiri dari Kecamatan Kedung, Pecangaan, Welahan, Kalinyamatan, dan Pakis Aji. Anggota klaster 3 adalah Kecamatan Bangsri, anggota klaster 4 adalah Kecamatan Karimun Jawa, sedangkan anggota klaster adalah sisanya. Melalui hasil analisis diatas diketahui bahwa Kecamatan Karimun Jawa menjadi satusatunya kecamatan yang paling tidak memiliki kemiripan diantara kecamatan lainnya. Berdasarkan letak geografisnya, Kecamatan Karimun Jawa memang terpisah dengan kecamatan lain, bahkan lepas dari pulau jawa, namun secara administratif ia masuk ke bagian Kabupaten Jepara. Karena letaknya yang jauh dari peradaban pusat kegiatan mengakibatkan tidak banyak penduduk yang tinggal disana, kecuali penduduk asli. Karena kepadatan penduduk yang kurang padat, ketersediaan sarana dan prasarana disana juga jauh lebih rendah dibandingkan sarana dan prasarana yang ada di kecamatan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan Kecamatan Karimun Jawa tidak bisa bergabung dengan klaster lain dan membentuk klaster bagi dirinya sendiri. Meskipun tidak memiliki kemiripan dengan kecamatan, Kecamatan Karimun Jawa berhasil melakukan laju pertumbuhan PDRB yang cepat dari komoditi unggulannya di sektor pariwisata bahari. Kecamatan yang paling tidak mirip kedua adalah Kecamatan Bangsri. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan jumlah sarana pendidikannya yang melampaui jumlah kecamatan lain meskipun kepadatan penduduknya adalah sedang. Meskipun secara kualitas tidak dapat disebutkan yang terbaik, namun sarana pendidikan di Kecamatan Bangsri seringkali diminati oleh masyarakat dari kecamatan lain sehingga jumlah sarananya menjadi banyak.

11 Dendogram Proses aglomerasi kemudian ditampilkan secara grafis dalam bentuk dendogram. Dendogram merupakan grafik yang berfungsi untuk mempermudah cara pembacaan pembentukan klaster yang dihasilkan, meskipun demikian hasil yang ditampilkan juga sama dengan tabel Cluster Membership. Berikut merupakan dendogram yang dihasilkan oleh analisis SPSS terhadap kecamatan di Kabupaten Jepara: * * * * * * * * * * H I E R A R C H I C A L C L U S T E R A N A L Y S I S * * * * * * * * * Dendrogram using Average Linkage (Between Groups) Rescaled Distance Cluster Combine C A S E Label Anggota klaster JEPARA MLONGGO KEMBANG DONOROJO BATEALIT TAHUNAN NALUMSARI MAYONG KELING KEDUNG WELAHAN KALINYAMATAN PAKIS AJI PECANGAAN BANGSRI Anggota klaster 3 KARIMUNJAWA Num Terbentuk tiga ---- klaster: Anggota klaster Anggota klaster (empat klaster) ---- Anggota klaster Anggota klaster 3 Anggota klaster 4 Terbentuk dua klaster: Anggota klaster Anggota klaster

12 4. Kesimpulan Melalui analisis yang telah dilakukan dengan bantuan software SPSS dapat disimpulkan bahwa dari 6 kecamatan yang ada, Kecamatan Karimun Jawa merupakan kecamatan yang paling tidak memiliki kemiripan dengan kecamatan lain. Selanjutnya ada Kecamatan Bangsri yang juga tidak memiliki kemiripan dengan lainnya ketika terbentuk 3 klaster. Keduanya kemudian membentuk dua klaster yang berbeda (memisahkan diri dari kecamatan lain) ketika program memerintahkan terbentuknya 3 klaster atau 4 klaster. Untuk Kecamatan Kedung, Welahan, Pecangaan, Pakis Aji, dan Kalinyamatan memiliki kemiripan yang paling banyak sehingga mereka membentuk satu klaster, sedangkan 9 kecamatan sisanya (Kecamatan Jepara, Mlonggo, Kembang, Donorojo, Batealit, Tahunan, Nalumsari, Mayong, dan Keling) membentuk satu klaster lain karena saling memiliki kesamaan karakteristik. Kedung, Welahan, Pecangaan, Pakis Aji Kalinyamatan Jepara, Mlonggo, Kembang, Donorojo, Batealit, Tahunan, Nalumsari, Mayong, dan Keling Bangsri Karimun Jawa Dengan demikian, hal ini mengindikasikan bahwa Kecamatan Karimun Jawa membutuhkan penanganan perencanaan yang berbeda dan tidak bisa disamakan dengan kecamatan lainnya. Hal ini berbanding lurus dengan keadaan lapangan dimana saat ini oleh pemerintah daerah menjadikan Kecamatan Karimun Jawa lebih condong pada sektor pariwisata, bukan sektor industri, perdagangan, dan jasa seperti kecamatan pada umumnya. Sedangkan klaster lain seperti Kecamatan Bangsri juga membutuhkan perencanaan yang tidak sama dengan kecamaran lain karena perbedaan karakteristik yang cukup signifikan (terlihat dari banyaknya sarana pendidikan). Adanya pengelompokan karakteritik ini kemudian akan mempermudah perencana dalam melakukan perencanaan didalamnya, sebab pada umumnya kesamaan karakteristik akan menghasilkan perencanaan dan menanganan kebijakan yang relatif sama. 5. Daftar Pustaka B.J. Prayudho. 8. Analisis Cluster dalam bentuk.pdf. Diunduh pada hari Selasa, 4 April 5. Hidayat, Anwar. 4. Analisis Cluster dalam statistikian.com. Diakses pada hari Selasa, April 5. Ulwan, M. Nashihun. 4. Cara Analisis Cluster Metode Hirarkis dengan SPSS dalam portalstatistik.com. Diakses pada hari Selasa, April 5.

13 6. Lampiran. Buka jendela baru software SPSS, buka tab variable view dan ketik nama data apa saja yang akan di-input. Berikut adalah beberapa data yang akan diolah beserta settingannya:. Masukkan data yang digunakan dari Microsoft Excel ke dalam software SPSS untuk diolah. 3. Karena data masih dalam bentuk rasio, maka yang harus dilakukan adalah mengklasifikasikan data tersebut menjadi data ordinal. 4. Klik Transform Record Into Same Variables dan kemudian sesuaikan klasifikasi masing-masing seperti yang sudah diatur. Data yang diklasifikasi hanya Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk, dan Laju Pertumbuhan PDRB, untuk Jumlah Sarana Pendidikan tidak perlu diklasifikasi. Klasifikasi untuk data Luas wilayah: : Kecil : Sedang 3: Besar

14 Klasifikasi untuk data Kepadatan Penduduk. : Sedikit : Sedang 3: Padat Klasifikasi untuk data Laju Pertumbuhan PDRB ADHB. : Lambat : Sedang 3: Cepat 5. Setelah selesai proses klasifikasi, tentukan nilai data ordinal yang tadi dimasukkan/buat ke kolom values (tab variable view). Kemudian kembali ke tab data view 6. Selanjutnya adalah proses inti: mengklasterkan kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten Jepara. Klik analyze classify Hierarchical Cluster

15 . Muncul koak dialog dari hierarchical cluster analysis. Pindahkan data Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk, Jumlah Sarana Pendidikan, dan Laju Pertumbuhan PDRB dari kotak kiri ke kotak kanan atas (kolom Variables) dan data Kecamatan dari kotak kiri ke kotak kanan bawah (kolom Label Cases By). Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar di bawah ini: 8. Klik option statistic, plots, dan method-nya dan atur seperti berikut: (option Save tidak perlu diatur)

16 Merupakan pengaturan berapa jumlah cluster yang diinginkan. Pada kesempatan kali ini user menentukan jumlah cluster minimal adalah cluster dan maksimal adalah 4 cluster. 9. Setelah semuanya telah diatur, maka tinggal klik OK dan tunggu hingga jendela output SPSS keluar menampilkan hasil analisis cluster. (Pastikan pada kotak Cluster yang dipilih adalah Cases dan kotak Display dicentang semua).muncul jendela output menampilkan hasil analisis:

17

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster

Lebih terperinci

MODUL 6 ANALISIS CLUSTER

MODUL 6 ANALISIS CLUSTER MODUL 6 ANALISIS CLUSTER Tujuan Praktikum Pada modul 6 ini, tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan praktikum antara lain : Mahasiswa mampu mengenali karakteristik analisis cluster. Mahasiswa memahami

Lebih terperinci

Analisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan

Analisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan Analisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan memiliki kesamaan ciri/sifat daripada pola-pola dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Non-Hirarki Cluster (K-Means Cluster) 4.1.1 Print Output dan Analisa Output A. Initial Cluster Center Initial Cluster Centers Cluster 1 2 Kenyamanan 2 5 Kebersihan 3 5 Luas_Parkir

Lebih terperinci

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.

Lebih terperinci

Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering

Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering Viga Apriliana Sari, Nur Insani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada hubungan satu variabel atau dua variabel saja, akan tetapi cenderung melibatkan banyak variabel. Analisis

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JEPARA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JEPARA Kabupaten Jepara Data Angregat Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JEPARA Sekapur Sirih Sebagai Pengemban amanat Undang undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB III K-MEDIANS CLUSTERING

BAB III K-MEDIANS CLUSTERING BAB III 3.1 ANALISIS KLASTER Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling ketergantungan). Metode interdependensi berfungsi untuk memberikan makna terhadap seperangkat

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA Nomor : 7 Tahun 2015 Tanggal : 23 Desember 2015 PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Modul II CLUSTERING TUJUA PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mempunyai pengetahuan dan kemampuan dasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 02 (2016), hal 253-260 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA SPSS menyediakan fasilitas untuk melakukan analisis deskriptif data seperti uji deskriptif, validitas dan normalitas data. Uji deskriptif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alasan memilih Ciputra Taman Dayu Pandaan dikarenakan Ciputra Taman Dayu

BAB III METODE PENELITIAN. Alasan memilih Ciputra Taman Dayu Pandaan dikarenakan Ciputra Taman Dayu BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Ciputra Taman Dayu Property Pandaan Pasuruan yang terletak di Jl. Raya Surabaya Km. 48 Pandaan 67156 Pasuruan Jawa Timur. Alasan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER

MATERI PRAKTIKUM PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER Definisi Analisis cluster merupakan pengelompokan objek berdasarkan informasi yang diperoleh dari suatu data yang menjelaskan hubungan antar objek satu dengan objek lainnya.

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Keadaan Geografis Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara 110 0 9 48.02 sampai 110 0 58 37.40 Bujur Timur dan 5 0 43 20.67 sampai 6 0 74 25.83 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X FAKTOR PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DI KABUPATEN DAN KOTAMADYA DI SUMATRA BARAT

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X FAKTOR PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DI KABUPATEN DAN KOTAMADYA DI SUMATRA BARAT FAKTOR PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DI KABUPATEN DAN KOTAMADYA DI SUMATRA BARAT Oleh: Hamdeni Medriosa Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstrak

Lebih terperinci

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X METODE CLUSTER ANALYSIS

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X METODE CLUSTER ANALYSIS METODE CLUSTER ANALYSIS Oleh: Hamdeni Medriosa Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Abstrak Masalah lalu lintas di Indonesia memang sangat komplek. Mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kebun Bibit Permanen, Kecamatan Kedungpring, Lamongan dan di Laboratorium Biosistematika, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE

PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 97 102. PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Nicolaus, Evy Sulistianingsih,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's Lampiran. Hasil Karakterisasi tiap OTU's No. Parameter/ciri morfologi Karakterisasi 5 5 5 5 5 5 5 Lebar Kanopi (m) Tinggi Pohon (m) Bentuk Kanopi. m., -,0 m., m. m., -,0 m., m. Bulat. Oval. Abu-Abu Bentuk

Lebih terperinci

Pertemuan 14 HIERARCHICAL CLUSTERING METHODS

Pertemuan 14 HIERARCHICAL CLUSTERING METHODS Pertemuan 14 HIERARCHICAL CLUSTERING METHODS berdasar gambar berdasar warna A A A A Q Q Q Q K K K K J J J J 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 A K Q J (a). Individual

Lebih terperinci

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode BAB III K-MEANS CLUSTERING 3.1 Analisis Klaster Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling ketergantungan). Oleh karena itu, dalam analisis klaster tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang diteliti bersifat multidimensional dengan menggunakan tiga atau lebih variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1 Menentukan Model Persamaan Regresi Linier Berganda Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jumlah kecelakaan lalu lintas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD S

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD S PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD S Shofa Kartikawati 1), Atika Nurani Ambarwati 2) 1,2 AIS Muhammadiyah Semarang email:

Lebih terperinci

APLIKASI ANALISIS CLUSTER DALAM MENGELOMPOKKAN KECAMATAN BERDASARKAN FAKTOR PENYEBAB PENDUDUK BUTA AKSARA DI KABUPATEN JENEPONTO

APLIKASI ANALISIS CLUSTER DALAM MENGELOMPOKKAN KECAMATAN BERDASARKAN FAKTOR PENYEBAB PENDUDUK BUTA AKSARA DI KABUPATEN JENEPONTO APLIKASI ANALISIS CLUSTER DALAM MENGELOMPOKKAN KECAMATAN BERDASARKAN FAKTOR PENYEBAB PENDUDUK BUTA AKSARA DI KABUPATEN JENEPONTO Irwan Dosen Jurusan Matematika, Fak. Sains dan Teknologi. UIN Alauddin Makassar

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK POLA BELANJA KELUARGA DENGAN ANALISIS KLASTER

ANALISIS KARAKTERISTIK POLA BELANJA KELUARGA DENGAN ANALISIS KLASTER ISSN: 2088-687X 73 ANALISIS KARAKTERISTIK POLA BELANJA KELUARGA DENGAN ANALISIS KLASTER Nur Arina Hidayati Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH. Janturan Yogyakarta nurarinahidayati@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER

MATERI PRAKTIKUM PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER Definisi Cluster Analisis cluster merupakan pengelompokan objek berdasarkan informasi yang diperoleh dari suatu data yang menjelaskan hubungan antar objek satu dengan objek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Sistem Pendukung Keputusan II.1.1 Definisi Sistem Pendukung Keputusan Berdasarkan Efraim Turban dkk, Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support System (DSS) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis cluster merupakan salah satu alat yang penting dalam pengolahan data statistik untuk melakukan analisis data. Analisis cluster merupakan seperangkat metodologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Traveling Salesmen Problem (TSP) Travelling Salesman Problem (TSP) merupakan sebuah permasalahan optimasi yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan seperti routing. Masalah

Lebih terperinci

PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS)

PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS) MODUL 8 PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS) Tujuan Praktikum : Mahasiswa mengenal aplikasi pengolah data statistik yaitu SPSS Mahasiswa dapat menggunakan aplikasi SPSS

Lebih terperinci

Perhitungan Uji Keseragaman & Keseragaman Data Menggunakan Excel Nama. Dicatat Oleh: Waktu Penyelesaian (detik)

Perhitungan Uji Keseragaman & Keseragaman Data Menggunakan Excel Nama. Dicatat Oleh: Waktu Penyelesaian (detik) Perhitungan Uji Keseragaman & Keseragaman Data Menggunakan Excel Tanggal 06/Mei/2013 Waktu 07.00-14.00 Nama WIB Proses: Operator Pak. Septian Kebisingan 70-80 db Dicatat Oleh: Jumlah Waktu Penyelesaian

Lebih terperinci

Memulai SPSS dan Mengelola File

Memulai SPSS dan Mengelola File MODUL 1 Memulai SPSS dan Mengelola File A. MEMULAI SPSS Untuk memulai SPSS for Windows langkah yang harus dilakukan adalah: Klik menu Start Programs SPSS for Windows SPSS for Windows. Kemudian akan ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7). Analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis dependensi dan

BAB I PENDAHULUAN. 7). Analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis dependensi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis multivariat merupakan analisis multivariabel yang berhubungan dengan semua teknik statistik yang secara simultan menganalisis sejumlah pengukuran pada individu

Lebih terperinci

MODUL 3 ANALISIS FAKTOR

MODUL 3 ANALISIS FAKTOR TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari praktikum modul 3 ini adalah : 1. Mahasiswa memahami apa yang dilakukan dalam proses Analisis Faktor; 2. Mahasiswa dapat menjalankan prosedur Analisis Faktor dalam SPSS; 3.

Lebih terperinci

Nomor Case Penunjuk Sel Heading Variable Kotak-kotak Variabel

Nomor Case Penunjuk Sel Heading Variable Kotak-kotak Variabel 1 MODUL 1. MEMULAI PASW DAN MENGELOLA FILE Tujuan : 1. Mengoperasikan PASW dan menjalankan menu-menu utama dalam PASW 2. Mengatur data editor yang meliputi menyimpan data, mengganti nilai data, menghapus,

Lebih terperinci

Cluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak

Cluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak S-17 Cluster Analysis Hery Tri Sutanto Jurusan Matematika MIPA UNESA Abstrak Dalam analisis cluster mempelajari hubungan interdependensi antara seluruh set variabel perlu diteliti. Tujuan utama analisis

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis pada jaman sekarang, para pelaku bisnis senantiasa selalu berusaha mengembangkan cara-cara untuk dapat mengembangkan usaha mereka dan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Print Output dan Analisa Output A. Diskriminan Parameter : 1. Grup 1 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung ke... Grup 2 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung

Lebih terperinci

HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS TERHADAP PELANGGAN PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS TERHADAP PELANGGAN PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS TERHADAP PELANGGAN PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA Ade Ihsan Hidayatullah 1), Denisha Intan Perihatini 2) 1),2) Departemen of Statistics, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan algoritma hierarchical clustering dan k-means untuk pengelompokan desa tertinggal.

Lebih terperinci

HIERARCHIAL CLUSTERING ANALYSIS DALAM PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA

HIERARCHIAL CLUSTERING ANALYSIS DALAM PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA HIERARCHIAL CLUSTERING ANALYSIS DALAM PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA Anantamurti Purwa Hapsari 1, Emielda Rizqiah 1, Handy Febri Satoto 1, M. Afifuddin 1, M. Imron Mas ud 1, Seta Wiriawan 1, dan Yudha

Lebih terperinci

MODUL 1 UJI DATA ( 1 ) ANALISIS MISSING VALUE & OUTLIER

MODUL 1 UJI DATA ( 1 ) ANALISIS MISSING VALUE & OUTLIER MODUL 1 UJI DATA ( 1 ) ANALISIS MISSING VALUE & OUTLIER Tujuan dari praktikum modul 1 ini, agar mahasiswa mampu : 1. Mengenali karakteristik missing value.. Memberikan perlakuan atau solusi pemecahan terhadap

Lebih terperinci

Analisis Klaster Kecamatan di Kabupaten Semarang Berdasarkan Potensi Desa Menggunakan Metode Ward dan Single Linkage

Analisis Klaster Kecamatan di Kabupaten Semarang Berdasarkan Potensi Desa Menggunakan Metode Ward dan Single Linkage Analisis Klaster Kecamatan di Kabupaten Semarang Berdasarkan Potensi Desa Menggunakan Metode Ward dan Single Linkage SKRIPSI Disusun oleh : Nama : Annisa Nur Fathia NIM : 24010212110050 DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Analisis Konseptual Teknik Pengolahan Data

BAB III ANALISIS III.1 Analisis Konseptual Teknik Pengolahan Data BAB III ANALISIS III.1 Analisis Konseptual Teknik Pengolahan Data Data sudah menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan. Data telah banyak terkumpul baik itu data transaksi perbankan, data kependudukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada hubungan satu variabel atau dua variabel saja, akan tetapi cenderung melibatkan banyak variabel. Analisis

Lebih terperinci

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS Oleh : Nengah Widya Utami 1629101002 PROGRAM STUDI S2 ILMU KOMPUTER PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2017 1. Definisi Clustering

Lebih terperinci

Pengenalan SPSS 15.0

Pengenalan SPSS 15.0 Pengenalan SPSS 15.0 1.1 Pengantar SPSS SPSS atau kepanjangan dari Statistical Product and Service Solution merupakan salah satu dari sekian banyak software statistika yang banyak digunakan oleh berbagai

Lebih terperinci

II. MENDESKRIPSIKAN DATA 13 Desember 2005

II. MENDESKRIPSIKAN DATA 13 Desember 2005 II. MENDESKRIPSIKAN DATA 13 Desember 2005 1 Analisis Deskriptif Tujuan dari analisis deskritif adalah memberikan gambaran ringkas tentang suatu data. Data bisa berupa data categorical atau data non-categorical.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk melihat gambaran faktor penentu wilayah rawan penyakit malaria di Nusa Tenggara Timur pada

Lebih terperinci

Modul Pembelajaran SPSS (Statistical Package for the Social Sciences)

Modul Pembelajaran SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) Modul Pembelajaran SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) Pusat Data dan Statistik Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Buku Modul Pembelajaran

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER

PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER PRAKTIKUM 3 ANALISA CLUSTER Definisi Cluster Analisis cluster merupakan suatu teknik data mining yang digunakan untuk mengklasifikasikan obyek atau kasus (responden) ke dalam kelompok yang relatif homogen

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto (versi 1.3) Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 2 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam gaya hidup masyarakat sekarang ini. Serangkaian aktifitas menuntut seseorang untuk berada di suatu tempat bahkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional yang dimaksud yaitu untuk menghindari kesalahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional yang dimaksud yaitu untuk menghindari kesalahan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional yang dimaksud yaitu untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam

Lebih terperinci

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.1 Pengumpulan Data Data yang diambil berupa data karakteristik item spare part baik spare part mekanik maupun elektrik. Data diambil dari salah satu jalur produksi terbesar

Lebih terperinci

Uji Hipotesis dengan SPSS

Uji Hipotesis dengan SPSS Uji Hipotesis dengan SPSS Atina Ahdika, S.Si, M.Si Universitas Islam Indonesia 2015 Uji Hipotesis Satu Rata-Rata Berikut adalah data banyaknya kelahiran dalam 20 hari dari suatu negara. Seorang pengamat

Lebih terperinci

Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri)

Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri) Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri) Statistical Product and Service Solution (SPSS) merupakan salah satu perangkat lunak/software statistik yang dapat digunakan sebagai alat pengambil

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTERING LIRIK LAGU INDONESIA

ANALISIS KLASTERING LIRIK LAGU INDONESIA ANALISIS KLASTERING LIRIK LAGU INDONESIA Afdilah Marjuki 1, Herny Februariyanti 2 1,2 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank e-mail: 1 bodongben@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Clustering Analysis Clustering analysis merupakan metode pengelompokkan setiap objek ke dalam satu atau lebih dari satu kelompok,sehingga tiap objek yang berada dalam satu kelompok

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

Pengantar Pengolahan Data Statistik Menggunakan SPSS 22. Isram Rasal ST, MMSI, MSc

Pengantar Pengolahan Data Statistik Menggunakan SPSS 22. Isram Rasal ST, MMSI, MSc Pengantar Pengolahan Data Statistik Menggunakan SPSS 22 Isram Rasal ST, MMSI, MSc Statistika Statistika Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 44 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada industri kecil dan menengah di Kawasan Sarbagita, Bali yang terdiri dari empat wilayah, yaitu : Kota Denpasar, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini penelitian sering kali melibatkan beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini penelitian sering kali melibatkan beberapa variabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini penelitian sering kali melibatkan beberapa variabel pengamatan. Data yang diperoleh dengan mengukur lebih dari satu variabel pengamatan pada setiap

Lebih terperinci

BAB 08 ANALISIS VARIAN 8.1 ANALISIS VARIAN SATU JALAN

BAB 08 ANALISIS VARIAN 8.1 ANALISIS VARIAN SATU JALAN BAB 08 ANALISIS VARIAN Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu statistik parametrik yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan yaitu Analisis Varian. Oleh karena itu pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di tengah laju kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika, informasi yang cepat dan akurat semakin menjadi kebutuhan pokok para pengambil keputusan. Informasi

Lebih terperinci

ANALISIS GEROMBOL CLUSTER ANALYSIS

ANALISIS GEROMBOL CLUSTER ANALYSIS ANALISIS GEROMBOL CLUSTER ANALYSIS Pendahuluan Tujuan dari analisis gerombol : Menggabungkan beberapa objek ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan sifat kemiripan atau sifat ketidakmiripan antar objek

Lebih terperinci

BELAJAR SPSS. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara menginstal terlebih dahulu software SPSS

BELAJAR SPSS. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara menginstal terlebih dahulu software SPSS BELAJAR SPSS SPSS merupakan software statistik yang paling populer, fasilitasnya sangat lengkap dibandingkan dengan software lainnya, penggunaannya pun cukup mudah. Langkah pertama yang harus dilakukan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN

PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN E-Jurnal Matematika Vol. (), Mei, pp. - ISSN: - PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN Ni Wayan Aris Aprilia A.P, I Gusti Ayu Made Srinadi, Kartika Sari Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN

STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017-2022 Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar

Lebih terperinci

STATISTIK DESKRIPTIF

STATISTIK DESKRIPTIF BAB 5 STATISTIK DESKRIPTIF Salah satu statistik yang secara sadar maupun tidak, sering digunakan dalam berbagai bidang adalah statistik deskriptif. Pada bagian ini akan dipelajari beberapa contoh kasus

Lebih terperinci

Mengolah Data Bidang Industri

Mengolah Data Bidang Industri Mengolah Data Bidang Industri Pengolahan data dalam bidang industri menggunakan aplikasi SPSS 20 mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk memberikan gambaran dalam hal prediksi penjualan atau omzet perusahaan,

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTER SKRIPSI

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTER SKRIPSI PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTER SKRIPSI Disusun oleh: FITRA RAMDHANI NIM 24010210141044 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

SPSS FOR WINDOWS BASIC. By : Syafrizal

SPSS FOR WINDOWS BASIC. By : Syafrizal SPSS FOR WINDOWS BASIC By : Syafrizal SPSS merupakan software statistik yang paling populer, fasilitasnya sangat lengkap dibandingkan dengan software lainnya, penggunaannya pun cukup mudah Langkah pertama

Lebih terperinci

UJI PERSYARATAN ANALISIS DATA

UJI PERSYARATAN ANALISIS DATA PERTEMUAN KE-6 Materi : UJI PERSYARATAN ANALISIS DATA Uji nonparametrik digunakan apabila asumsi-asumsi pada uji parametrik tidak dipenuhi. Asumsi yang paling lazim pada uji parametrik adalah sampel acak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan. diharapkan konsumen dengan apa yang dirasakan konsumen ketika

BAB 2 LANDASAN TEORI. setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan. diharapkan konsumen dengan apa yang dirasakan konsumen ketika BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Pelanggan Menurut Gerson (2004, p3), kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Sedangkan menurut Supranto (2001,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Analisa 4.1.1 Analisis Data Pada tahap analisa data ini akan dibahas mengenai citra CT Scan yang akan dilakukan proses segmentasi atau pengelompokan data. Data citra

Lebih terperinci

KOMBINASI ALGORITMA AGGLOMERATIVE CLUSTERING DAN K-MEANS UNTUK SEGMENTASI PENGUNJUNG WEBSITE

KOMBINASI ALGORITMA AGGLOMERATIVE CLUSTERING DAN K-MEANS UNTUK SEGMENTASI PENGUNJUNG WEBSITE KOMBINASI ALGORITMA AGGLOMERATIVE CLUSTERING DAN K-MEANS UNTUK SEGMENTASI PENGUNJUNG WEBSITE Yudha Agung Wirawan, Dra.Indwiarti,M.Si, Yuliant Sibaroni,S.SI., M,T Program Studi Ilmu Komputasi Fakultas Informatika

Lebih terperinci

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA Prediksi Harga Saham dengan ARIMA Peramalan harga saham merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para investor. Munculnya model prediksi yang baru yang bisa meramalkan harga saham secara tepat merupakan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebanyak 113.047 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Jepara Tahun 2013 sebanyak 23 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan dari inti karya akhir ini, dimana analisis dan pembahasan akan dilakukan. Analisis dilakukan berdasarkan teori-teori dan metodologi yang telah

Lebih terperinci

PENGELO MPOKAN KUALITAS UDARA AMBIEN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER

PENGELO MPOKAN KUALITAS UDARA AMBIEN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 393-402 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGELO MPOKAN KUALITAS UDARA AMBIEN MENURUT KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISI DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISI DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISI DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Umum Penelitian Deskripsi data umum berisi mengenai gambaran umum tempat penelitian yakni di SMP N 1 Pamotan. SMP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas mengenai landasan-landasan teori yang mendukung penelitian ini, yaitu analisis kelompok, metode pengelompokan hierarki (single linkage dan complete linkage),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Riset pasar dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui produk yang memungkinkan untuk diproduksi di UPT Ragam Metal. Riset pasar yang dilakukan oleh Fiktarina

Lebih terperinci

ANALISIS DATA EKSPLORATIF MODUL 2 ORGANISASI DAN MENGGUNAKAN DATA DALAM SPSS

ANALISIS DATA EKSPLORATIF MODUL 2 ORGANISASI DAN MENGGUNAKAN DATA DALAM SPSS ANALISIS DATA EKSPLORATIF KELAS C2 MODUL 2 ORGANISASI DAN MENGGUNAKAN DATA DALAM SPSS Nama Nomor Tanggal Tanda tangan Praktikan Mahasiswa Kumpul Praktikan Laboran Sri Siska Wirdaniyati 12611125 31 Oktober

Lebih terperinci

STATISTIK DESKRIPTIF

STATISTIK DESKRIPTIF PERTEMUAN KE-3 STATISTIK DESKRIPTIF Ringkasan Materi: Pengukuran Deskriptif Pengukuran deskriptif pada dasarnya memaparkan secara numerik ukuran tendensi sentral, dispersi dan distribusi suatu data. Tendensi

Lebih terperinci

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA TAHUN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA TAHUN MODUL PRAKTIKUM SPSS Oleh: Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM. POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA TAHUN 2013 LATIHAN 1: ENTRY DATA KASUS 1 Misalnya didapatkan data seperti di bawah ini dan akan memasukkannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif eksperimen. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 14) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG Rancangan BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STUDI POTENSI PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS IBU KOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA

STUDI POTENSI PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS IBU KOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA STUDI POTENSI PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS IBU KOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA Oleh: Hamdeni Medriosa¹, Fredi Desfiana Putra² Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci