Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X METODE CLUSTER ANALYSIS
|
|
- Devi Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METODE CLUSTER ANALYSIS Oleh: Hamdeni Medriosa Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Abstrak Masalah lalu lintas di Indonesia memang sangat komplek. Mulai dari semrawutnya masalah transportasi sampai kepada kemacetan dan polusi udara. Dari hal tersebut diatas, dapat kita tinjau berbagai macam penyebab potensi masalah lalulintas mulai dari besarnya jumlah penduduk, panjang jalan, banyaknya jumlah kendaraan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari ke empat hal diatas akan dapat kita ketahui mengenai study potensi penyebab masalah lalu lintas yang ada di ibukota propinsi di seluruh wilayah Indonesia, dari -. Dari keempat hal diatas dapat juga diketahui dilevel mana suatu daerah dalam penyebab potensi masalah lalu lintas. Dari hasil analisa metode cluster analysis didapati dari dendogram bahwa daerah ibukota propinsi yang berada di level I yaitu dan dilevel II yaitu dan. Sementara daerah lainnya hanya berpotensi dilevel selanjutnya. Kata Kunci : cluster analysis, dendogram I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini masalah transportasi menjadi masalah yang sangat penting, karena disamping mengindikasikan kemajuan suatu daerah juga sebagai tanda apakah daerah tersebut berkembang atau tidak. Terlebih lagi bagi negara yang sedang berkembang. Dengan adanya era globalisasi tidak dipungkiri bahwa transportasi merupakan sarana penunjang untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Karena arus globalisasi tidak bisa dibendung di Indonesia termasuk juga dengan salah satu propinsinya seperti Sumatera Barat, khususnya kota, karena disamping sebagai kota pendidikan kota juga merupakan sebagai kota budaya dan kota pariwisata. Karena keadaan diataslah maka, Sumatera Barat umumnya khususnya kota harus bisa memberikan pelayanan yang memadai, khususnya di bidang transportasi dan sarana angkutan. Karena mustahil kemajuan suatu daerah tanpa adanya perencanaan transportasi yang matang / tertata dengan baik dapat menunjang majunya suatu daerah. Untuk itulah perlunya diadakan penelitian tentang keadaan potensi penyebab masalah lalu lintas di Sumatera Barat dan menganalisa pada posisi / levelnya dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Indonesia Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk menetapkan hirarki dari potensi masalah lalu lintas di ibukota propinsi di Indonesia. Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan perencanaan lalu lintas dengan diperolehnya hirarki potensi masalah lalu lintas Batasan Masalah Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya dibatasi pada: 1. Data data untuk penelitian berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2. Data data yang digunakan adalah dari 3. Data-data tersebut berasal dari ibukotaibukota propinsi di Indonesia. 4. Analisa data menggunakan software SPSS II. Tinjauan Pustaka 2.1. Umum Transportasi merupakan bagian integral dari suatu fungsi masayarakat. Ia menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif, dan selingan serta barang-barang dan pelayanan yang tersedia 17
2 untuk di konsumsi. Indonesia merupakan daerah yang mempunyai masalah lalu lintas yang sangat komplek. Dimana didalam pengelolaannya selalu saja menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga kita harus dapat megelompokkan masalah lalu lintas Indonesia ini kedalam suatu organisir tertentu, yang diamati berdasarkan data ke dalam struktur yang penuh arti. Terutama sekali untuk wilayah Indonesia khususnya untuk kota Teknologi Transportasi Walaupun terdapat banyak keanekaragaman dari sistim transportasi dan alat-alat transport yang diporoduksi mempunyai sejumlah komponen fungsional yang umum, sehingga alasan itulah yang menyebabkan adanya suatu bidang teknik transportasi sebagai tambahan terhadap berbagai bidang tertentu yang lebih khusus dan berhubungan dengan salah satu jenis transportasi. Beberapa komponen dasar sistim transportasi dan cara komponennya agar terakit dan berfungsinya sistim transportasi.( Edward K Morlok ) 2.3. Cluster Analysis Tujuan Umum Istilah analisis gugus ( pertama yang digunakan oleh Tryon, 1939) meliputi sejumlah metoda berbeda untuk menggolongkan object sesama serupa ke dalam kategori masing-masing. Suatu pertanyaan umum yang menghadapi penelitian di dalam area pemeriksaan bagaimana cara mengorganisir diamati data ke dalam struktur penuh arti. Analisis Cluster termasuk dalam analisis statistik multivariate metode interdependen, sebagai alat analisis interdependen maka tujuan analisis cluster tidak untuk menghubungkan ataupun membedakan dengan sample ataupun variable yang lain. Analisis cluster merupakan salah satu alat analisis yang berguna dalam meringkas data atau sejumlah variabel untuk menjadi lebih sedikit. Dalam melakukan proses meringkas data ini dapat di lakukan dengan jalan mengelompokan objek- objek berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu di antara objek- objek yang hendak di teliti. Pembentukan kelompok-kelompok observasi / kasus ini berdasarkan jarak, observasi yang mirip seharusnya berada dalam kelompok yang sama, dan data observasi yang jauh seharusnya berada dalam kelompok yang berbeda. Pembentukan kelompok ini akan di ikuti dengan terjadinya pengelempokan yang menunjukan kedekatan kesamaan antar kasus.(ariyanto ; 2005) Agar hasil analisis dapat ideal sebaiknya di lakukan beberapa kali analisis cluster dengan menggunakan beberapa metode jarak cluster.(luca Garibaldi; 2003). Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam melakukan analisis cluster adalah : 1. Lakukan beberapa kali analisis cluster 2. Pastikan data yang di dapatkan adalah data yang valid, baik secara validitas maupun validitas konten. 3. Berikan justifikasi logika pada output analisis cluster yang telah di keluarkan SPSS, jika output yang di hasilkan jauh dari logika, kemungkinan terjadi berbagai kesalahan baik pengukuran maupun sample.(nursalim AA ; 2006) Analisis cluster mempunyai beberapa istilah penting, antara lain : Agglomeration schedule, ialah jadwal yang memberikan informasi tentang objek atau kasus yang akan di kelompokan pada setiap tahap pada suatu proses analisis cluster yang hierarkis. Cluster Centroid, ialah titik awal di mulainya pengelompokan di dalam cluster nonhierarki, cluster di bentuk / di bangun di sekitar titik titik atau Seeds. Cluster Membership, ialah keanggotaan yang menunjukan cluster, untuk setiap objek/ kasus yang menjadi anggotanya. Dendogram adalah output SPSS yang memvisualisasikan hasil analisis cluster yang di di lakukan peneliti. Garis vertical (Y) menunjukan cluster yang di gabung bersama, posisi garis pada skala (X) menunjukan jarak (Distance), dimana cluster di gabung, dendogram harus di baca mulai dari kiri ke kanan. Analisis cluster dilakukan dengan dua cara, yaitu Hierarki Cluster dan K Means Cluster, Hierarki Cluster digunakan untuk analisis data dengan sample kecil sedangkan K Means Cluster di gunakan untuk analisis data dengan sample yang relatif besar (>100). Dalam penelitian ini hanya digunakan hierarki cluster karena sampel yang kecil. 18
3 Analisis cluster juga adalah sebuah alat untuk penelusuran (eksploring), analisis cluster menampakan hubungan dan susunan menurut data dengan tidak memerhatikan alasan mengapa itu terjadi, analisis cluster akan menunjukan hasil yang penting bagi pengambilan keputusan. Hasil analisis cluster dapat berguna bagi klasifikasi secara umum, seperti hubungan / taksonomi hewan, serangga, tumbuhan, atau makhluk lainnya, dapat juga untuk mengindikasikan alasan untuk menandai kasus / observasi dan mendiagnosis tujuan, menemukan contoh / jenis untuk mempresentasikan kelas. Sebagai contoh, masalah kemacetan di Indonesia kalau kita telusuri dapat disebabkan oleh beberapa komponen seperti banyaknya jumlah penduduk, panjang jalan, banyaknya jumlah kendaraan dan Produk Domestik Regional Bruto. Hal ini dijadikan landasan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kemacetan,disamping lusanya suatu daerah. Dari faktor-faktor yang komplek itulah dijadikan analisa penyebab masalah kemacetan yang akan kita analisa dengan menggunakan metoda cluster analysis dengan menggunakan software SPSS.(Nursalim AA ; 2006) Area Aplikasi Cluster analysis telah diberlakukan bagi suatu permasalahan riset yang luas (Hartigan 1975) menyediakan suatu ringkasan yang sempurna banyak studi diterbitkan yang melaporkan hasil analisa seikat. Sebagai contoh, dalam bidang kedokteran, suatu penyakit, cara perawatan untuk penyakit, atau gejala penyakit dapat mendorong kearah yang sangat bermanfaat. Dan di bidang transportasi seperti menganalisa masalah kemacetan dan masalah transportsai lainnya. III. Metodologi Penelitian Penelitian diawali dengan mengumpulkan bahan-bahan literature berupa teori yang dapat dijadikan landasan penelitian dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian, setelah itu barulah berusaha untuk memahami metoda survei yang akan digunakan selama pelaksanaan penelitian. Dalam pengumpulan data sekunder ini dikelompokkan dahulu kedalam sub bidang masing-masing. Sub bidang masing-masingnya yaitu jumlah penduduk, panjang jalan, jumlah kendaraan dan PDRB. kemudian dikelompokkan berdasarkan dan daerahnya. Rencana kerja pada penelitian ini secara umum ditunjukkan pada bagan alir berikut : IV. Prosedur Dan Hasil Kerja Prosedur kerja Pada bagian ini diuraikan mengenai prosedur kerja dari survai yang akan dilakukan Dimana survai yang dilakukan ini adalah langsung mencari data sekunder yand terdapat di BPS. Survai yang dilakukan antara lain, survai jumlah penduduk, survai panjang jalan, survai jumlah kendaraan dan survai PDRB Data Jumlah Penduduk pencaraian jumlah penduduk di ibukotaibukota propinsi di Indonesiandari Data Panjang Jalan pencarian panjang jalan yang ada di ibukotaibukota propinsi di Indonesia. Panjang jalan ini didapat dari penjumlahan dari panjang jalan negara ditambah jalan propinsi ditambah lagi dengan jalan kabupaten dari Data Jumlah Kendaraan pencarian jumlah total banyaknya kendaraan bermotor yang ada di ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari -. Dimana jumlah kendaraan terdiri dari jumlah kendaraan roda dua dan kendaraan mobil penumpang,bis dan truck Data PDRB Parameter Pengumpulan Data Pengolahan Data Sekunder Analisis Data Pembuatan Laporan 19
4 pencarian jumlah PDRB ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari Hasil Pengumpulan Data Hasil Pengumpulan Data Ibukota- Ibukota Propinsi Di Indonesia Data Jumlah Penduduk total jumlah penduduk ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari - dapat dilihat pada lampiran. Total jumlah penduduk ibukota ibukota propinsi di Indonesia pada yaitu berjumlah juta jiwa dan total jumlah penduduk yaitu sebesar juta jiwa Data Panjang Jalan panjang jalan ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari - dapat dilihat pada lampiran. Total jumlah panjang jalan ibukota ibukota propinsi di Indonesia pada yaitu berjumlah km dan total jumlah panjang jalan yaitu km Data Jumlah Kendaraan total jumlah kendaraan ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari - dapat dilihat pada lampiran. Total jumlah kendaraan ibukota ibukota propinsi di Indoesia pada yaitu berjumlah juta dan total jumlah kendaraan yaitu sebesar juta Data PDRB total PDRB ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari - dapat dilihat pada lampiran. Total jumlah PDRB ibukota ibukota propinsi di Indonesia pada yaitu berjumlah Rp ,- dan total jumlah penduduk yaitu sebesar Rp ,-. ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Gambaran umum tentang jumlah penduduk di ibukota-ibukota propinsi di Indonesia dari -. Wilayah studi penelitian ini meliputi semua daerah-daerah ibukota propinsi diseluruh Indonesia, yaitu: No. Propinsi Ibukota 1 Nanggroe Banda Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sematera Barat 4 Riau 5 6 Sumatera Selatan 7 8 Lampung Bandar Lampung 9 DKI 10 Jawa Barat 11 Jawa Tengah 12 DI 13 Jawa Timur 14 Bali 15 Nusa Tenggara Barat 16 Nusa Tenggara Timur 17 Kalimantan Barat 18 Kalimantan Tengah 19 Kalimantan Selatan 20 Kalimantan Timur 21 Sulawesi Utara 22 Sulawesi Tengah 23 Sulawesi Selatan 24 Sulawesi Tenggara 25 Maluku 26 Papua jumlah penduduk Total Jumlah Penduduk Grafik 5.1. Jumlah total penduduk Indonesia dari - 20
5 Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X Total Jumlah Kendaraan Ibukota Propinsi Jumlah Penduduk Ibukota Propinsi Ta npa DKI jumlah kendaraan jumlah penduduk Y ogyakarta A mbon A ceh Grafik 5.5. Total jumlah kendaraan bermotor ibukota propinsi di Indonesia dari Grafik 5.2. Total jumlah penduduk Indonesia - tanpa DKI Total Panjang Jalan di Ibukota Propinsi Total Jumla h KendaraanTanpa DKI jumlah kendaraan panjang jalan (km) Banjarmas in Grafik 5.3. Total penjang jalan ibukota propinsi di Indonesia dari - Grafik 5.6. Total jumlah kendaraan di ibukota propinsi di Indonesia tanpa DKI Total PDRB Ibukota Propinsi Tota l Pa njang Jalan Ibukota Propinsi Tanpa DKI Ja karta PDRB panjang jalan (km) Jay apura Grafik 5.7. Total PDRB ibukota propinsi di Indonesia dari - Grafik 5.4. Total panjang jalan ibukota propinsi di Indonesia tanpa DKI 21
6 PDRB Total PDRB Ibukota Propinsi Tanpa DKI Grafik 5.8. total PDRB ibukota propinsi di Indonesia tanpa DKI dari -. Tahun ibukota propinsi di Indonesia Dendrogram * * * * * * H I E R A R C H I C A L C L U S T E R A N A L Y S I S * * * * * * Dendrogram using Average Linkage (Between Groups) Rescaled Distance Cluster Combine C A S E Label Num Dari dendogram diatas terbagi dua cluster, dimana dalam cluster tersebut terdapat beberapa sub cluster yang membentuk level. Level I nomor 9 (), level II nomor 10 dan 13, level III nomor 6-11 dan level IV nomor PENUTUP 6.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Untuk ibukota propinsi 1. Pada umumnya terdapat 4 level dalam dendogram dan yang mempunyai potensi masalah lalu lintas berada pada level satu ( I ) dan dua ( II ). 2. Dari 26 ibukota propinsi kota yang paling berpotensi dalam mengalami masalah lalu lintas adalah,,. masing-masing berada pada level I dan II. 3. Kota,,,,, dan Ujung Pandang merupakan ibukota propinsi yang mengalami perkembangan yang sangat cepat dari ke dalam penyebab potensi masalah lalu lintas. 4. Selain ibukota-ibukota propinsi yang tersebut diatas, maka ibukota-ibukota tersebut tidak terlalu berpotensi dalam penyebab potensi masalah lalu lintas 6.2 Saran Untuk penelitian yang sama akan dilakukan kedepan disarankan : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi masalah lalu lintas ditambah satu lagi yaitu luas daerah. 2. Agar dalam pengambilan data berpatokan kepada data BPS yang lebih spesifik seperti Sumatera Barat dalam angka atau dalam angka bukan berdasarkan statistik Indonesia. 3. Dalam menggunakan program SPSS diharapkan menggunakan program seri yang terbaru agar output yang dihasilkan lebih komplek sehingga mudah dimengerti. 4. Dalam pengambilan data sekunder, surveyor harus paham mengenai hal-hal yang akan dilakukan, sehingga dalam penyusunan data tidak mengalami banyak kesulitan. 22
7 5. Referensi yang banyak sangat membantu dalam pengumpulan tinjauan pustaka. DAFTAR PUSTAKA Ecosystems, Food And Agriculture Organization Of The United Nations, Rome. Hartigan, (1975), Cluster Analysis,Google. Cahyono, T, 2006, Analisa Dampak Lalu Lintas Di Beberapa Kota Besar Di Indonesia,Google. Aldenderfer, Analysis Google. T,(), Cluster Mujiharto,.( 1993 ), Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Lalu Lintas Pada Daerah-Daerah Di Kota Besar,Google. Ariyanto, (2005), Pengembangan Analisis Multivariate SPSS 12,Penerbit Salemba Infotek,. Nursalim, A,A, 2006, Analisis Cluster dan Penjabaran Dendogram,Google. Morlok,E.K,(1997), Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi, Erlangga,. BPS Sumatera Barat,(2005), PDRB Sumatera Barat Menurut Kabupaten/Kota , BPS, Sumbar. Garibaldi L, (2003), Trends In Oceanic Captures And Clustering Of Large Marine 23
Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X FAKTOR PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DI KABUPATEN DAN KOTAMADYA DI SUMATRA BARAT
FAKTOR PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DI KABUPATEN DAN KOTAMADYA DI SUMATRA BARAT Oleh: Hamdeni Medriosa Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstrak
Lebih terperinciStudy Potensi Penyebab Masalah Lalu Lintas dengan Metode Cluster Analysis (Study Kasus Ibukota-Ibukota Provinsi Seluruh Indonesia)
Study Potensi Penyebab Masalah Lalu Lintas dengan Metode Cluster Analysis (Study Kasus Ibukota-Ibukota Provinsi Seluruh Indonesia) H. MEDRIOSA 1* dan F. NUGROHO 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi
Lebih terperinciSTUDI POTENSI PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS IBU KOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA
STUDI POTENSI PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS IBU KOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA Oleh: Hamdeni Medriosa¹, Fredi Desfiana Putra² Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER
PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA
Lebih terperinciAnalisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008
Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang
BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data
Lebih terperinciPREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi
LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 7). Analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis dependensi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis multivariat merupakan analisis multivariabel yang berhubungan dengan semua teknik statistik yang secara simultan menganalisis sejumlah pengukuran pada individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016
2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017
2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciUANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH
LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Non-Hirarki Cluster (K-Means Cluster) 4.1.1 Print Output dan Analisa Output A. Initial Cluster Center Initial Cluster Centers Cluster 1 2 Kenyamanan 2 5 Kebersihan 3 5 Luas_Parkir
Lebih terperinciIV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT
No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciKEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG
KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR 110,47
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA INDEKS TENDENSI KONSUMEN D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN SEBESAR 110,47 No. 45/08/34/Th.XV, 2 Agustus A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung kegiatan industri serta
Lebih terperinciTinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras
ARTIKEL Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi oleh Rumah Tangga Tahun 2007 Oleh: Slamet Sutomo RINGKASAN Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi secara total, produksi beras di Indonesia pada tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur
57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan dewasa ini memberikan dampak yang sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya yaitu meningkatnya pula pergerakan orang
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV 2013 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I 2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18.Th.IV, 5 Februari 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV 2013 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2013 SEBESAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan
Lebih terperinciΛ = DATA DAN METODE. Persamaan Indeks XB dinyatakan sebagai berikut. XB(c) = ( ) ( )
Indeks XB (Xie Beni) Penggerombolan Fuzzy C-means memerlukan indeks validitas untuk mengetahui banyak gerombol optimum yang terbentuk. Indeks validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks
Lebih terperinciPerkembangan Jumlah Penelitian Tahun
Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015
No. 10/02/14/Th. XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 0,22 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik
Lebih terperinciVisi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT
Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas
Lebih terperinciSUPPLY-SIDE ECONOMICS DAN PERTUMBUHAN EKONOMI BABEL Sebuah Tinjauan Teoritis dan Proposal Tahun Investasi di Babel
SUPLEMEN 1 SUPPLY-SIDE ECONOMICS DAN PERTUMBUHAN EKONOMI BABEL Sebuah Tinjauan Teoritis dan Proposal Tahun Investasi di Babel Salah satu strategi Presiden Ronald Reagen di bidang ekonomi ketika memimpin
Lebih terperinciIndeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017
Indeks Tendensi Konsumen III-2017 No. 62/11/Th.VI, 6 November 2017 Provinsi Sulawesi Tenggara Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Kondisi ekonomi Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sulawesi Tenggara pada triwulan
Lebih terperinciANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG
ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG Wilton Wahab (1), Delvi Gusri Yendra (2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Lebih terperinciBAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/02/18 Tahun XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES
BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES 2.1 Deskripsi Diabetes Diabetes adalah penyakit yang disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stress. Penderita
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 118,18
+ BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVI, 5 Mei INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN SEBESAR 118,18 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2014 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18.Th.IV, 5 Mei 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2014 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2014 SEBESAR 108,16
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan III- 2017 Tumbuh 5,21 Persen Melambat Dibandingkan Triwulan III- 2016 Perekonomian
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciMODUL 6 ANALISIS CLUSTER
MODUL 6 ANALISIS CLUSTER Tujuan Praktikum Pada modul 6 ini, tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan praktikum antara lain : Mahasiswa mampu mengenali karakteristik analisis cluster. Mahasiswa memahami
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 29/05/Th. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi
Lebih terperinciAnalisis Cluster Studi Kasus: Kabupaten Jepara Jawa Tengah
Analisis Cluster Studi Kasus: Kabupaten Jepara Jawa Tengah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan (TKP 34) Dosen Pengampu: Dr. Iwan Rudiarto Widjanarko, S.T., M.T. Sri Rahayu,
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR 114,56
+ BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 49/08/34/Th.XVI, 5 Agustus INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN SEBESAR 114,56 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
No. 58/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Papua Barat Triwulan III 2017 ITK Papua Barat Triwulan III 2017
Lebih terperinciAnalisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan
Analisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan memiliki kesamaan ciri/sifat daripada pola-pola dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak
PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA Muhammad Ridwan 1, Renni Anggraini 2, Nurlely 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala 2 Staf
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN
No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui
Lebih terperinciKAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG
KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG Iwan Cahyono e-mail : iwan.ts@undar.ac.id Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Darul Ulum e-mail : iwan.suraji@yahoo.co.id Abstrak Berdirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 SEBESAR 108,98
+ BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 46/08/34/Th.XV, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 SEBESAR 108,98 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2000 TENTANG
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2000 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT POS INDONESIA
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013
Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara yang dilewati garis khatulistiwa. Negara tropis tersebut memiliki jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan setiap individu. Pangan merupakan sumber energi untuk memulai segala aktivitas. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bagan alir untuk penulisan tugas akhir ini terdiri dari : Mulai. Studi Pustaka. Idintifikasi Masalah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bagan Alir Bagan alir untuk penulisan tugas akhir ini terdiri dari : Mulai Studi Pustaka Idintifikasi Masalah Pengumpulan Data Data primer 1. survey lalu lintas 2. kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di pulau Timor dan merupakan Ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota ini memiliki luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di setiap negara. Setiap Negara di dunia sangat memperhatikan
Lebih terperinci. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.
S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Jalan merupakan akses yang sangat penting bagi masyarakat. Dalam hal ini perlu diperhatikan fungsinya dengan tepat. Penelitian mengenai pengaruh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH
BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB. I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS
Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya seiring dengan bergesernya gaya
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/18/Th.XVIII, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat, di samping sarana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat, di samping sarana transportasi lainnya. Sarana ini adalah salah satu bagian yang terpenting dalam menumbuhkan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin bertambahnya penduduk dan makin tingginya aktifitas ekonomi. Tingginya intensitas pergerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara epidemiologi, pada tahun 2030 diperkirakan prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1,1. Latar Belakang Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam menentukan keberhasilan perkembangan daerah. Kebutuhan akan transportasi
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 No. 63/11/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 EKONOMI DIY TRIWULAN III-
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013
No., 05/01/81/Th. XV, 2 Januari 2014 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku
Lebih terperinciPENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE
Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 97 102. PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Nicolaus, Evy Sulistianingsih,
Lebih terperinciTABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA
No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN
Lebih terperinciTUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL
5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DAN KELAS JABATAN SERTA TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2100, 2014 KEMENKEU. Perbendaharaan. Anggaran Negara. Sistem. Pelaksanaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 278/PMK.05/2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 65/11/34/Th.XVII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 5,57 PERSEN, LEBIH TINGGI
Lebih terperinci