STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN"

Transkripsi

1 STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara

2 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii v BAB I PENDAHULUAN... I-1 A. Latar Belakang... I-1 B. Dasar Hukum... I-4 C. Maksud dan Tujuan... I-5 D. Ruang Lingkup... I-6 E. Keluaran yang Diharapkan (Output)... I-6 F. Sistematika... I-6 BAB II KONDISI UMUM KABUPATEN JEPARA... II-1 A. Kondisi Geografis Dan Demografi... II-1 B. Kondisi Perekonomian... II-5 C. Kondisi Kualitas Sumber Daya Manusia... II-15 BAB III PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN JEPARA... III-1 A. Kondisi Kemiskinan... III-1 B. Analisis Prioritas Bidang Intervensi... IIII-39 BAB IV DETERMINAN KEMISKINAN... IV-1 A. Analisis Akar Masalah... IV-1 B. Analisis Prioritas Wilayah Intervensi... IV-12 BAB V ANALISIS APBD UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN JEPARA... V-1 A. Gambaran Umum Anggaran Daerah... V-1 B. Analisis Pendapatan Daerah... V-6 C. Analisis Belanja Daerah... V-10 D. Analisis Belanja Daerah Menurut Urusan... V-14 E. Program Dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan... V-17 BAB VI TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN JEPARA... VI-1 A. Tinjauan Kebijakan Nasional... VI-1 B. Tinjauan Kebijakan Provinsi Jawa Tengah... VI-5 C. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Jepara... VI-20 D. Keterkaitan Kebijakan Nasional Dan Daerah Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan... VI-27 E. Evaluasi Kinerja Kelembagaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan... V-29 i

3 BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH... VII-1 A. Isu Strategis... VII-1 B. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan... VII-9 C. Rencana Aksi Daerah... VII-15 BAB VIII SISTEM MONITORING DAN EVALUASI... VIII-1 A. Pelakasna... VIII-2 B. Tolok Ukur Dan Ruang Lingkup... VIII-3 C. Manfaat... VIII-6 BAB IX PENUTUP... IX-1 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Jepara... II-2 Tabel 2.2 Kependuduk Kabupaten Jepara Tahun II-3 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Tahun dan Kepadatan Penduduk Tahun 2015 Menurut Kecamatan di Kabupaten Jepara... II-3 Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Jepara Tahun II-4 Tabel 2.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jepara Tahun II-8 Tabel 2.6 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jepara Tahun II-9 Tabel 3.1 Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar terhadap Kenaikan Garis Kemiskinan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Periode Maret III-2 Tabel 3.2 Daftar Komoditi Bukan Makanan yang Berpengaruh Besar Terhadap Kenaikan Garis Kemiskinan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Periode Maret III-2 Tabel 3.3 Analisis Keterkaitan Kondisi Kemiskinan Konsumsi Kabupaten Jepara Tahun III-9 Tabel 3.4 Produktivitas Pangan... III-34 Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Rumah Tangga dan Individu Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Menurut Kecamatan Kabupaten Jepara Tahun IV-13 Tabel 4.2 Prioritas Intervensi WilayahJumlah Penduduk Usia 7-18 Tahun Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Terhadap Jumlah Anak Tidak Bersekolah Kabupaten Jepara Tahun IV-15 Tabel 4.3 Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Penduduk Usia 5-14 Tahun Tidak Bersekolah Terhadap Penduduk Usia 5-14 Tahun Bekerja (jiwa) Kabupaten Jepara Tahun IV-17 Tabel 4.4 Prioritas Intervensi Wilayah Individu Menderita Penyakit Kronis Terhadap Individu Penyandang Cacat Kabupaten Jepara Tahun IV-19 Tabel 4.5 Prioritas Intervensi Wilayah KRT Belum Mendapatkan Program Jaminan Kesehatan Terhadap Individu yang Menderita Peyakit Kronis Kabupaten Jepara Tahun IV-21 Tabel 4.6 Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Kepala Rumah Tangga Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah RTLH Prioritas 1-3 Kabupaten Jepara Tahun IV-22 Tabel 4.7 Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Terhadap Jumlah Rumah Tidak Berlistrik Kabupaten Jepara Tahun IV-24 iii

5 Tabel 4.8 Prioritas Intervensi Wilayah KRT Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah Rumah Tangga Tidak Memiliki Jamban Kabupaten Jepara Tahun IV-25 Tabel 4.9 Prioritas Intervensi Wilayah KRT Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum Tidak Terlindung Kabupaten Jepara Tahun IV-27 Tabel 4.10 Prioritas Intervensi Wilayah Individu Usia Tahun Tidak Bekerja Terhadap Jumlah Rumah Tangga Dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia Tahun Kabupaten Jepara Tahun IV-28 Tabel 4.11 Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Pertanian Padi dan Palawija Kabupaten Jepara Tahun IV-30 Tabel 4.12 Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Perkebunan Kabupaten Jepara Tahun IV-32 Tabel 4.13 Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Peternakan Kabupaten Jepara Tahun IV-33 Tabel 4.14 Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Jepara Tahun IV-35 Tabel 4.15 Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Perdagangan Kabupaten Jepara Tahun IV-36 Tabel 5.1 Komposisi Pembiayaan Daerah Kabupaten Jepara Tahun (Rupiah)... V-5 Tabel 5.2 Komposisi Belanja DaerahMenurut Urusan Kabupaten JeparaTahun 2016 (Rupiah)... V-16 Tabel 6.1 Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Jawa-Bali Per Provinsi Tahun VI-4 Tabel 6.2 Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Jawa-Bali Per Provinsi Tahun VI-4 Tabel 6.3 Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Misi Kedua : Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkualitas, Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran... VI-9 Tabel 6.4 Keterkaitan Kebijakan Nasional dan Daerah Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan... VI-27 Tabel 7.1 Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jepara Tahun VII-11 iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Kabupaten Jepara... II-2 Gambar 2.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun II-5 Gambar 2.3 Posisi Relatif Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara Tahun II-6 Gambar 2.4 Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK 2010 Kabupaten Jepara Tahun II-7 Gambar 2.5 Posisi Relatif PDRB ADHB dan ADHK Kabupaten Jepara Tahun II-8 Gambar 2.6 Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Dan Nasional Tahun II-11 Gambar 2.7 Posisi Relatif PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun II-12 Gambar 2.8 Perkembangan Inflasi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun II-12 Gambar 2.9 Posisi Relatif Inflasi Kabupaten Jepara Tahun II-13 Gambar 2.10 Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun II-14 Gambar 2.11 Posisi Relatif Indeks Gini Kabupaten Jepara dan Kabupaten Sekitar di Jawa Tengah Tahun II-14 Gambar 2.12 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun II-15 Gambar 2.13 Posisi Relatif Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jepara Tahun II-16 Gambar 2.14 Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Dan Nasional Tahun II-17 Gambar 2.15 Posisi Relatif Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Jepara Tahun II-17 Gambar 2.16 Perkembangan Harapan Lama Sekolah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Dan Nasional Tahun II-18 Gambar 2.17 Posisi Relatif Harapan Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun II-19 Gambar 2.18 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Dan Nasional Tahun II-19 Gambar 2.19 Posisi Relatif Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Jepara Tahun II-20 Gambar 2.20 Perkembangan Pengeluaran Perkapita Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Dan Nasional Tahun II-21 Gambar 2.21 Posisi Relatif Pengeluaran Rill Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun II-21 Gambar 3.1 Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara Tahun III-3 Gambar 3.2 Posisi Relatif Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara Tahun III-4 v

7 Gambar 3.3 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan Nasional III-4 Gambar 3.4 Posisi relatif Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun III-5 Gambar 3.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun III-5 Gambar 3.6 Posisi Relatif Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun III-6 Gambar 3.7 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan Nasional Tahun III-7 Gambar 3.8 Posisi Relatif Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara Tahun 2016 (%)... III-7 Gambar 3.9 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah Dan Nasional III-8 Gambar 3.10 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jepara Tahun 2016 (Indeks)... III-8 Gambar 3.11 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Jepara III-10 Gambar 3.12 Posisi Relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Jepara III-11 Gambar 3.13 Perkembangan Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Jepara III-11 Gambar 3.14 Posisi Relatif Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Jepara III-12 Gambar 3.15 Perkembangan Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Kabupaten Jepara III-12 Gambar 3.16 Posisi Relatif Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Kabupaten Jepara III-13 Gambar 3.17 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Jepara III-13 Gambar 3.18 Posisi Relatif Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Jepara III-14 Gambar 3.19 Perkembangan Angka Kematian Balita (AKBA) Kabupaten Jepara III-14 Gambar 3.20 Posisi Relatif Angka Kematian Balita (AKBA) Kabupaten Jepara III-15 Gambar 3.21 Perkembangan Kasus Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Kabupaten Jepara III-15 Gambar 3.22 Perkembangan Prevalensi Balita Gizi Buruk Kabupaten Jepara III-16 Gambar 3.23 Posisi Relatif Prevalensi Balita Gizi Buruk Kabupaten Jepara III-16 vi

8 Gambar 3.24 Perkembangan Proporsi Anak Berusia 1 Tahun di Imunisasi Campak Kabupaten Jepara III-17 Gambar 3.25 Posisi Relatif Proporsi Anak Berusia 1 Tahun di Imunisasi Campak Kabupaten Jepara III-17 Gambar 3.26 Perkembangan Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih Kabupaten Jepara III-18 Gambar 3.27 Posisi Relatif Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih Kabupaten Jepara III-18 Gambar 3.28 Perkembangan Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) Kabupaten Jepara Tahun III-19 Gambar 3.29 Posisi Relatif Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) Kabupaten Jepara Tahun III-19 Gambar 3.30 Perkembangan Angka Penemuan Kasus Malaria Kabupaten Jepara Tahun III-20 Gambar 3.31 Posisi Relatif Angka Penemuan Kasus Malaria Kabupaten Jepara Tahun III-20 Gambar 3.32 Perkembangan Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis Kabupaten Jepara Tahun III-21 Gambar 3.33 Posisi Relatif Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis Kabupaten Jepara Tahun III-21 Gambar 3.34 Perkembangan Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhkan Melalui DOTS Kabupaten Jepara Tahun III-22 Gambar 3.35 Posisi Relatif Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhkan Melalui DOTS Kabupaten Jepara Tahun III-22 Gambar 3.36 Perkembangan Angka Kematian DBD Kabupaten Jepara Tahun III-23 Gambar 3.37 Posisi Relatif Angka Kematian DBD Kabupaten Jepara Tahun III-23 Gambar 3.38 Perkembangan Tingkat Kelahiran Pada Remaja Per Perempuan Usia Tahun Kabupaten Jepara Tahun III-24 Gambar 3.39 Perkembangan Unmet need KB Kabupaten Jepara Tahun III-24 Gambar 3.40 Posisi Relatif Unmet need KB Kabupaten Jepara Tahun III-25 Gambar 3.41 Perkembangan APM SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun III-25 Gambar 3.42 Posisi Relatif APM SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun III-26 Gambar 3.43 Perkembangan APM SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun III-26 Gambar 3.44 Posisi Relatif APM SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun III-27 Gambar 3.45 Perkembangan APM SMA/MA Sederajat Kabupaten Jepara Tahun III-27 vii

9 Gambar 3.46 Posisi Relatif APM SMA/MA Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.47 Perkembangan APK SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.48 Posisi Relatif APK SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.49 Perkembangan APK SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.50 Posisi Relatif APK SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.51 Perkembangan APK SMA/MA Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.52 Posisi Relatif APK SMA/MA Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.53 Perkembangan AptS SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.54 Posisi Relatif APtS SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.55 Perkembangan APtS SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.56 Posisi Relatif APtS SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.57 Perkembangan APTsSMA/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.58 Posisi Relatif APTs SMA/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.59 Perkembangan Rasio Penduduk Usia >15 Tahun Melek Huruf Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.60 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.61 Posisi Relatif Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.62 Perkembangan Proporsi Kursi Yang Diduduki Perempuan di DPRD Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.63 Perkembangan Akses Rumah Tangga Terhadap Sanitasi Layak Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.64 Perkembangan Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Layak Perkotaan Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.65 Perkembangan Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Layak Perdesaan Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.66 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga Dengan Kepemilikan Hak Atas Rumah/Tempat Tinggal Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.67 Perkembangan Jumlah Rumah Tidak Layak Huni/RTLH Kabupaten Jepara Tahun Gambar 4.1 Grafik Prioritas Wilayah Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Dengan Kondisi Kesejahteraan 40% Terendah viii III-28 III-28 III-29 III-29 III-30 III-30 III-31 III-31 III-32 III-32 III-33 III-33 III-34 III-34 III-35 III-35 III-36 III-36 III-37 III-37 III-38 III-38

10 Terhadap Jumlah Anggota Rumah Tangga Dengan Kondisi Kesejahteraan 40% Terendah Berdasarkan Basis Data Terpadu 2015 Kabupaten Jepara... IV-14 Gambar 4.2 Grafik Prioritas Intervensi WilayahJumlah Penduduk Usia 7-18 Tahun Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Terhadap Jumlah Anak Tidak Bersekolah Kabupaten Jepara Tahun IV-15 Gambar 4.3 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Penduduk Usia 5-14 Tahun Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Terhadap Penduduk Usia 5-14 Tahun Bekerja (jiwa) Kabupaten Jepara Tahun IV-17 Gambar 4.4 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Individu Menderita Penyakit Kronis Terhadap Individu Penyandang Cacat Kabupaten Jepara Tahun IV-19 Gambar 4.5 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Belum Mendapatkan Program Jaminan Kesehatan Terhadap Individu yang Menderita Penyakit Kronis Kabupaten Jepara Tahun IV-20 Gambar 4.6 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Kepala Rumah Tangga Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah RTLH Prioritas 1-3 Kabupaten Jepara Tahun IV-22 Gambar 4.7 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Terhadap Jumlah Rumah Tidak Berlistrik Kabupaten JeparaTahun IV-23 Gambar 4.8 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah Rumah Tangga Tidak Memiliki Jamban Kabupaten Jepara Tahun IV-25 Gambar 4.9 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum Tidak Terlindung Kabupaten Jepara Tahun IV-26 Gambar 4.10 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Individu Usia Tahun Tidak Bekerja Terhadap Jumlah Rumah Tangga Dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia Tahun Kabupaten Jepara Tahun IV-28 Gambar 4.11 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Pertanian Padi dan Palawija Kabupaten Jepara Tahun IV-30 Gambar 4.12 Grafik Prioritas Intervensi KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Perkebunan Kabupaten Jepara Tahun IV-31 Gambar 4.13 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Peternakan Kabupaten Jepara Tahun IV-33 Gambar 4.14 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Jepara Tahun IV-34 ix

11 Gambar 4.15 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Perdagangan Kabupaten JeparaTahun IV-36 Gambar 5.1 Perkembangan Komposisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran (Rupiah)... V-2 Gambar 5.2 Komposisi Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2016 (Rupiah)... V-2 Gambar 5.3 Perkembangan Komposisi Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran (Rupiah)... V-3 Gambar 5.4 Komposisi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2016 (Rupiah)... V-4 Gambar 5.5 Perkembangan Komposisi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran (Rupiah)... V-5 Gambar 5.6 Perkembangan Rasio Pajak Kabupaten Jepara Tahun (%)... V-7 Gambar 5.7 Perkembangan Pajak Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun (Rupiah)... V-8 Gambar 5.8 Perkembangan Ruang Fiskal Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%)... V-9 Gambar 5.9 Perkembangan Tingkat Ketergantungan Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%)... V-10 Gambar 5.10 Perkembangan Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%)... V-11 Gambar 5.11 Perkembangan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%)... V-12 Gambar 5.12 Perkembangan Rasio Belanja Modal Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun (Rupiah)... V-13 Gambar 5.13 Perkembangan Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total Belanja DaerahKabupaten Jepara Tahun (%)... V-14 Gambar 5.14 Komposisi Belanja DaerahKabupaten Jepara Menurut Urusan Tahun 2016 (%)... V-15 Gambar 5.15 Alokasi Anggaran Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Masing-Masing Klaster Tahun 2015 (Ribu Rupiah)... V-46 Gambar 5.16 Persebaran Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Urusan Tahun V-46 x

12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Permasalahan kemiskinan bukan hanya merupakan masalah ekonomi semata, akan tetapi juga merupakan masalah sosial dan kemanusiaan. Oleh karena itu, implikasi permasalahan kemiskinan dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia secara keseluruhan, yang pada akhirnya akan menentukan kelangsungan pembangunan kualitas manusia itu sendiri yang meliputi pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, infrastruktur dasar dan ketahanan pangan. Dalam kaitan proses perkembangan dinamika kehidupan masyarakat, maka masalah kemiskinan dipandang sebagai masalah yang sangat dinamis, sehingga membutuhkan peran institusi, program serta metode pendekatan yang mampu menjawab permasalahan kemiskinan, yang bertumpu pada beberapa nilai dasar filosofi yaitu rasa, karsa dan cipta sebagai kata kunci dalam pelaksanaan pemberdayaan sosial (Redmod & Johnson, 1992; Sumodiningrat, 2008). Program pengentasan kemiskinan hendaknya tidak terlepas dari nilai-nilai dasar filosofinya, antara lain rasa yang berarti menyadari bahwa setiap individu memiliki harkat dan martabat diri, karsa memiliki arti kemauan untuk berusaha berubah dan mengentaskan diri dari kemiskinan, dan cipta adalah kemauan dan kemampuan untuk berkreasi menciptakan sesuatu untuk meningkatkan taraf hidup dan berkembang lebih maju (Johnson, 1992; Sumodiningrat, 2008). Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian secara terus menerus karena membiarkan kemiskinan sama saja dengan menggadaikan nilainilai martabat bangsa, dimana masyarakat yang miskin akan menjadi titik lemah dalam pelaksanaan pembangunan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempatkan kemiskinan sebagai isu utama dalam pembangunan. Kondisi kemiskinan bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain tidak memiliki pekerjaan, sudah bekerja dengan upah yang rendah, tingkat produktivitas tenaga kerja rendah, tingkat pendidikan rendah, tidak memiliki keterampilan dan adanya ketimpangan Bab I 1

13 pendapatan antar kelompok masyarakat. Selain itu kemiskinan juga disebabkan oleh faktor kebijakan pemerintah yang tidak mendukung pada upaya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat, pembangunan yang tidak merata dan bahkan bisa diakibatkan oleh kondisi politik yang tidak stabil. Secara umum, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan kilokalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi. Sementara itu Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan) diwakili oleh 51 jenis komoditi di wilayah perkotaan dan 47 jenis komoditi di wilayah pedesaan. Berdasarkan Buku Data dan Informasi Kemiskinan Jawa Tengah Tahun yang diterbitkan oleh BPS, persentase dan jumlah penduduk miskin Kabupaten Jepara dalam kurun waktu mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2012 sebesar 9,38% ( jiwa) dan pada tahun 2016 mencapai 8,35% ( jiwa). Namun penurunan selama kurun waktu 5 tahun tersebut tidak begitu signifikan hanya sebesar 1,03 poin atau rata-rata per tahun hanya sebesar 0,21 poin. Meskipun demikian pada tahun 2016, posisi relatif persentase penduduk miskin Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar 8,35% berada di bawah capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 13,27% dan Nasional sebesar 10,70%. Dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya di Jawa Tengah tahun 2016, Kabupaten Jepara menempati posisi ke 7 terendah setelah Kota Tegal, Semarang, Kota Pekalongan, Kudus, Kota Salatiga dan Kota Semarang. Dengan kondisi angka kemiskinan Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016, pemerintah telah berupaya mengurangi dalam pengentasan kemiskinan melalui berbagai program pembangunan baik dalam skala nasional, regional maupun wilayah. Namun dengan pencapaian tersebut pada kenyataannya masalah kemiskinan masih komplek, dan perlu pelibatan berbagai unsur stakeholders. Masalah kemiskinan tidak hanya menjadi masalah pemerintah saja tetapi juga pemangku kepentingan lainnya termasuk masyarakat.. Bab I 2

14 Masih tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Jepara memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin melalui pembangunan inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan Visi Pembangunan Jangka Panjang Jepara Tahun yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara Tahun dimana dalam dokumen tersebut ditetapkan Visi Jepara Tahun adalah Jepara Religius, Maju, Damai, Sejahtera, Demokratis, dan Berdaya Saing. Makna filosofis Sejahtera sangat erat kaitannya dengan upaya penanggulangan kemiskinan, yaitu bahwa sejahtera menunjukkan kemakmuran dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat, baik secara ekonomi (materiil) maupun sosial (spirituil). Masyarakat sejahtera adalah yang berilmu, sehat dan terpenuhi kebutuhan ekonominya dengan memadai. Kekayaan sumber daya alam, ketersediaan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain memberikan peluang bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan daerah. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sisi ekonomi harus beriringan dengan peningkatan kesejahteraan dari sisi sosial; terutama melalui penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan dasar yang benar-benar dirasakan masyarakat. Saat ini periodesasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara tahun telah berakhir sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11 Tahun 2012 tentang RPJMD Kabupaten Jepara Tahun Dengan disusunnya SPKD ini dapat dijadikan sebagai input dalam perencanaan pembangunan daerah, terutama dalam mendukung visi dan misi lima tahun yang akan datang. Keberadaan SPKD diperlukan sebagai cara dalam mengurai persoalan yang kompleks menjadi lebih mudah dalam menetapkan konsep, menentukan masalah utama, serta mempermudah pemahaman dan ruang lingkup intervensi kebijakan dalam menanggulangi kemiskinan. Diharapkan penyusunan dokumen Strategi Penanggulangan Kemisknan Daerah (SPKD) Kabupaten Jepara ini dapat digunakan sebagai acuan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan bagi seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Jepara selama kurun waktu 5 tahun kedepan. Bab I 3

15 B. DASAR HUKUM Dasar hukum yang menjadi landasan dalam penyusunan dokumen Strategi Penanggulangan Kemisknan Daerah (SPKD) Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant On Civil and Politic Right (Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4558); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700): 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2049 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 9. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58); Bab I 4

16 10. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 166 Tahun 2014 Tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 12. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan; 13. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/ Kota; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1). C. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Maksud penyusunan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) adalah sebagai pedoman bagi Perangkat Daerah, swasta, dan pihak lainnya dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara. 2. Tujuan Tujuan dari penyusunan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut : 1. Menjadi acuan pelaksanaan program dan kegiatan bagi Pemerintah Daerah, pihak swasta, masyarakat dan pihak lainnya dalam menyusun kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan; 2. Menggambarkan kondisi umum kemiskinan saat ini dan memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai lima tahun yang ke depan; 3. Menetapkan indikator dan target dalam penanggulangan kemiskinan. 4. Menjadi salah satu tolok ukur dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Bab I 5

17 D. RUANG LINGKUP 1. Lingkup wilayah Ruang lingkup kegiatan meliputi wilayah administratif Kabupaten Jepara. 2. Lingkup materi 1) Mendiskripsikan tentang kondisi kemiskinan berdasarkan bidang dan indikator yang nantinya akan digunakan untuk menentukan target RPJMD ; 2) Melakukan analisis dimensi kemiskinan dalam menentukan prioritas kebijakan penanggulangan kemiskinan; 3) Memanfaatkan data mikro untuk menentukan sasaran program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan; 4) Melakukan kajian kebijakan nasional dan daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan; 5) Melakukan kajian anggaran daerah dalam penanggulangan kemiskinan; 6) Menyusun isu strategis dan rencana aksi daerah dalam penanggulangan kemiskinan; 7) Menyusun sistem pengendalian dan evaluasi dalam penanggualangan kemiskinan. E. KELUARAN YANG DIHARAPKAN (OUTPUT) Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Jepara. F. SISTEMATIKA Laporan akhir ini terdiri dari 8 (delapan) bab, secara sistematis dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan. Pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, serta ruang lingkup dan sistematika laporan akhir. 2. Bab II Kondisi Umum Kabupaten Jepara Pada bab ini dikemukakan tentang kondisi geografis, kondisi kependudukan, kondisi perekonomian daerah, dan kondisi kualitas sumber daya manusia. 3. Bab III Profil Kemiskinan Kabupaten Jepara Pada bab ini dikemukakan kondisi kemiskinan konsumsi dan non konsumsi, serta analisis prioritas bidang penanggulangan kemiskinan. Bab I 6

18 4. Bab IV Determinan Kemiskinan Bab ini menguraikan tentang analisis determinan kemiskinan dari prioritas bidang intervensi dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan, serta analisis wilayah intervensi penanggulangan kemiskinan berbasis Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin (PPFM). 5. Bab V Analisis APBD Bab ini menguraikan tentang Analisis APBD Untuk Penanggulangan Kemiskinan, berisi tentang gambaran umum anggaran daerah, analisis pendapatan daerah dan analisis belanja daerah. 6. Bab VI Tinjauan Kebijakan dan Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jepara Bab ini menguraikan tinjauan kebijakan penanggulangan kemiskinan Nasional, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Jepara, keterkaitan kebijakan Nasional dan Daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan tinjauan kelembagaan penanggulangan kemiskinan. 7. Bab VII Isu Strategis dan Rencana Aksi Daerah Bab ini menguraikan isu strategis, tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan, serta rencana aksi daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan Kabupaten Jepara yang ingin dicapai 5 tahun kedepan. 8. Bab VIII Sistem Monitoring dan Evaluasi Bab ini menguraikan alur monitoring dan evaluasi serta tata kelola kelembagaan monitoring dan evaluasi. Bab I 7

19 BAB II KONDISI UMUM KABUPATEN JEPARA A. KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFI 1. Geografis Jepara sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak pada 5 43`20,67 sampai 6 47`25,83 Lintang Selatan dan 110 9`48,02 sampai `37,40 Bujur Timur. Dipandang dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut, wilayah Kabupaten Jepara terletak mulai dari 0 m sampai dengan m. Kabupaten Jepara terletak di wilayah paling Utara Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Jepara berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten lain, yaitu: Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati Sebelah Selatan : Kabupaten Demak Sebelah Barat : Laut Jawa Wilayah administratif Kabupaten Jepara menurut Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Pakis Aji dan Kecamatan Donorojo serta penataan Kecamatan Mlonggo dan Kecamatan Keling, sehingga sekarang ini Kabupaten Jepara terbagi kedalam 16 (enambelas) kecamatan meliputi Kecamatan Kedung, Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan, Mayong, Nalumsari, Batealit, Tahunan, Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Keling, Donorojo, Pakisaji, dan Karimunjawa. Jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa yaitu 90 km. Sedangkan pembagian wilayah administrasi setingkat desa dan kelurahan, Kabupaten Jepara terdiri atas 184 desa dan 11 kelurahan. Bab II 1

20 Gambar 2.1 Peta Kabupaten Jepara Luas wilayah Kabupaten Jepara tercatat ,189 ha. Kecamatan yang terluas adalah Keling yaitu ,588 ha dan kecamatan yang terkecil adalah Kalinyamatan 2.417,910 ha. Secara rinci luas wilayah administrasi per kecamatan di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Adminsitrasi Kabupaten Jepara No Kecamatan Luas Wilayah Ha Km2 1. Kedung 4.306,281 43, Pecangaan 3.587,806 35, Kalinyamatan 2.370,001 24, Welahan 2.764,205 27, Mayong 6.504,268 65, Nalumsari 5.696,538 56, Batealit 8.887,865 88, Tahunan 3.890,581 38, Jepara 2.466,699 24, Mlonggo 4.240,236 42, Pakis Aji 6.055,280 60, Bangsri 8.535,241 85, Kembang , ,124 Bab II 2

21 No Kecamatan Luas Wilayah Ha Km2 14. Keling , , Donorojo , , KarimunJawa 7.120,000 71,200 Total , ,132 Sumber: BPS, buku Kab. Jepara Dalam Angka, Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Jepara akhir tahun 2016 berdasarkan Buku Statistik Sosial dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah Hasil Susenas sebanyak jiwa. Dari data terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah perempuan di Kabupaten Jepara, yaitu laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa,secara rinci jumlah pendudukkabupaten Jepara dari tahun bisa dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Kependudukan Kabupaten Jepara Tahun No Variabel Jumlah penduduk 2 Laki-laki Perempuan Sumber : BPS, buku Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah hasil susesnas, 2016 Persebaran penduduk di Kabupaten Jepara menurut kecamatan tahun 2016 distrubusinya tidak merata, dimana sebaran penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Tahunan ( jiwa atau 9,58%) dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Karimunjawa (9.379 jiwa atau 0,78%). Berdasarkan data tahun 2015, penduduk terpadat berada di Kecamatan Jepara (3.560 jiwa/km2), sedangkan kepadatan terendah berada di Kecamatan Karimunjawa (130 jiwa/km2), secara rinci jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kabupaten Jepara tahun menurut kecamatan bisa dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Tahun dan Kepadatan Penduduk Tahun 2015 Menurut Kecamatan Kabupaten Jepara Jumlah Penduduk Kepadatan No Kecamatan Penduduk Kedung Pecangaan Bab II 3

22 Jumlah Penduduk Kepadatan No Kecamatan Penduduk Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Total Sumber: BPS, buku Kab. Jepara dalam angka 2016, 2016 Penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Jepara termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak jiwa (67,91%) dan selebihnya berusia di bawah 15 tahun sebanyak jiwa (25,55%) dan berusia 65 tahun ke atas sebanyak jiwa (6,54%). Dengan demikian angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Jepara sebesar 47,51%. Hal ini berarti bahwa setiap 100 orang yang berusia kerja (produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 48 orang yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Secara rinci jumlah penduduk menurut kelompok umur Kabupaten Jepara tahun 2016 bisa dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Jepara Tahun 2016 Kelompok Jenis Kelamin Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah Bab II 4

23 Kelompok Jenis Kelamin Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah Sumber:BPS, Berita Resmi Statistik Kabupaten Jepara, 2016 B. KONDISI PEREKONOMIAN 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahuh 2011 hingga 2015 terjadi fluktuasi, yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2014 pernah mengalami penurunan menjadi 4,95% dan 4,59%. Namun pada tahun 2015 kembali naik menjadi 5,03%. Kondisi fluktuasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara dari tahun 2011 hingga tahun 2015 juga dialami capaian pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dan kembali naik pada tahun 2015, sedangkan Nasional terus mengalami penurunan dalam kurun waktu yang sama, secara rinci bisa dilihat pada Gambar 2.2. Sumber : BPS Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun (%) Bab II 5

24 Posisi relatif Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar 5,03% berada di bawah Provinsi Jawa Tengah sebesar 5,44% dan di atas Nasional sebesar 4,79%. Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten sekitar di Jawa Tengah pada tahun 2015, Kabupaten Jepara sebesar 5,03% merupakan terendah kedua setelah Kabupaten Kudus sebesar 4,08%, seperti terlihat pada Gambar 2.3. Sumber : BPS Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.3 Posisi Relatif Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara Tahun 2015 (%) 2. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jepara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu yang dihitung berdasarkan 17 sektor strategis dan diterbitkan setiap tahun. PDRB yang diyakini masih merupakan indikator penting dalam menentukan arah dan capaian keberhasilan pembangunan, baik secara nasional maupun daerah. Penghitungan PDRB dilakukan atas harga berlaku (harga-harga pada tahun penghitungan) dan harga konstan (harga-harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral) maupun dari sisi penggunaan. Besarnya nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 menunjukkan kondisi yang positif, yaitu terus mengalami kenaikan dari tahun 2012 sebesar Rp Juta dan pada tahun 2016menjadi sebesar Rp Juta. Sedangkan perkembangan Produk Bab II 6

25 Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 juga menunjukkan kondisi yang positif, yaitu terus mengalami kenaikan dari tahun 2012 sebesar Rp Juta dan pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp Juta, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.4. Sumber: BPS, Berita Resmi Statistik Kabupaten Jepara,2017 Gambar 2.4 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan (2010) Kabupaten Jepara Tahun (Juta rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar Rp Juta jauh lebih rendah dibandingkan Kabupaten Pati yang mencapai sebesar Rp Juta. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar Rp Juta juga jauh lebih rendah dibandingkan Kabupaten Pati sebesar Rp Juta, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.5. Bab II 7

26 Sumber: BPS, Berita Resmi Statistik masing-masing Kabupaten 2017 Gambar 2.5 Posisi Relatif Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kabupaten Jepara Tahun 2016 (Juta rupiah) Struktur perekonomian Kabupaten Jepara dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha selama kurun waktu lima tahun, didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Secara rinci Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jepara Tahun (Juta rupiah) NO LAPANGAN USAHA A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik dan Gas E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Bab II 8

27 NO LAPANGAN USAHA H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi/Financial and Insurance Activities L Real Estat M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q R,S, T,U Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB BPS, Berita Resmi Statistik Kabupaten Jepara, 2017 Keterangan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan menurut lapangan usaha Kabupaten Jepara didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jepara Tahun (Juta rupiah) NO LAPANGAN USAHA A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik dan Gas Bab II 9

28 NO LAPANGAN USAHA E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi/Financial and Insurance Activities L Real Estat M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q R,S, T,U Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB BPS, Berita Resmi Statistik Kabupaten Jepara,2017 Keterangan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara 3. PDRB Per Kapita PDRB per kapita adalah nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku per satu orang penduduk yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku dalam kurun waktu tahun menunjukkan kinerja yang positif, yaitu terjadi peningkatan PDRB per kapita dari sebesar Rp.14,43 Juta pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp.19,82 Juta pada tahun Kondisi ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat di Kabupaten Jepara. Kondisi ini sejalan dengan capaian Provinsi Jawa Tengah dan Nasional yang juga terus Bab II 10

29 mengalami peningkatan dalam kurun waktu tahun , secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.6. Sumber : BPS, Buku Tinjauan PDRB Kabupaten/Kota buku 2 Pulau Jawa Bali, 2016 Gambar 2.6 Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun (Juta Rupiah) Posisi relatif PDRB Per kapita Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar Rp ribu berada di bawah rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp ribu dan Nasional sebesar Rp ribu. Dibandingkan dengan Kabupaten sekitar di Jawa Tengah pada Tahun 2015 kurang baik karena berada pada posisi ketiga terendah dibandingkan Kabupaten Kudus (Rp ribu) dan Kabupaten Pati (Rp ribu), akan tetapi lebih tinggi dari Kabupaten Grobogan (Rp ribu) dan Kabupaten Demak (Rp ribu), secara rinci PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara dengan Kabupaten sekitar di Jawa Tengah tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.7. Bab II 11

30 Sumber : BPS, Buku PDRB Kabupaten/Kota di Indonesia , 2016 Gambar 2.7 Posisi Relatif PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun 2015 (Ribu Rupiah) 4. Laju Inflasi Inflasi Kabupaten Jepara dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi, yaitu pada tahun 2012 sebesar 4,52% dan hingga tahun 2014 terus naik menjadi sebesar 9,87%, namun pada tahun 2014 hingga tahun 2016 terus menurun menjadi sebesar 3,54%. Kondisi Inflasi Kabupaten Jepara dari tahun 2012 hingga tahun 2016 selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional kecuali inflasi Kabupaten Jepara pada tahun 2013, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.8. Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Bab II 12

31 Gambar 2.8 Perkembangan Inflasi Kabupaten Jepara Dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun (%). Posisi relatif inflasi Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar 3,54% berada di atas Provinsi Jawa Tengah sebesar 3,05% dan Nasional sebesar 3,21%. Dibandingkan dengan capaian kabupaten lain disekitarnya, inflasi Kabupaten Jepara dan Kabupaten Kudus tahun 2016 merupakan paling tinggi, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.9. Sumber: Tinjauan Regional berdasarkan PDRB Kab/Kota , Buku 2 Pulau Jawa Bali, BPS Gambar 2.9 Posisi Relatif Inflasi Kabupaten Jepara Tahun 2016 (%) 5. Indeks Gini Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat secara menyeluruh. Perkembangan indeks Gini Kabupaten Jepara selama kurun waktu 5 (lima) tahun terjadi fluktuasi, yaitu pernah mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi sebesar 0,33 dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 0,31. Namun pada tahun 2015 kembali naik menjadi sebesar 0,32 yang menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan antar masyarakat di Kabupaten Jepara kembali meningkat, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Bab II 13

32 Sumber: BPS, 2016 Gambar 2.10 Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Posisi relatif indeks gini Kabupaten Jepara tahun 2015 sebesar 0,32 berada di bawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 0,38 dan Nasional sebesar 0,40. Dibandingkan kabupaten lainnya di Jawa Tengah, indeks gini Kabupaten Jepara masih lebih tinggi jika dibandingkan Kabupaten Demak (0,28) dan Kabupaten Grobogan (0,29), secara rinci dapat dilihat pada Gambar Sumber: BPS, 2016 Gambar 2.11 Posisi Relatif Indeks Gini Kabupaten Jepara dan Kabupaten Sekitar di Jawa Tengah Tahun 2015 Bab II 14

33 C. KONDISI KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA Kondisi kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Jepara ditunjukkan dengan kondisi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jepara. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Besarnya nilai IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Pada tahun 2012 hingga tahun 2016 IPM Kabupaten Jepara mengalami peningkatan tiap tahunnya sejalan dengan IPM Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, yaitu IPM Kabupaten Jepara pada tahun 2012 sebesar 68,45 dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 70,25. Kondisi IPM Kabupaten Jepara tahun 2016 menunjukkan kategori tinggi karena sudah berada di angka antara 70 hingga 80, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.12 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun IPM Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar 70,25 berada di atas Provinsi Jawa Tengah sebesar 69,98 dan Nasional sebesar 70,18 dan peringkat kedua tertinggi dibandingkan kabupaten sekitarnya di Jawa Tengah setelah Kudus sebesar 72,94, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Bab II 15

34 Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.13 Posisi Relatif Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jepara Tahun 2016 IPM metodologi baru diukur menggunakan indikator pembentuk meliputi Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran Per Kapita. Sementara itu, uraian indikator pembentuk IPM Kabupaten Jepara sebagai berikut: 1. Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) saat lahir sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Angka harapan hidup mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Kondisi Kabupaten Jepara, Angka Harapan Hidup pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus meningkat meskipun tidak signifikan kenaikannya, yaitu pada tahun 2012 sebesar 75,61 tahun dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 75,67 tahun atau hanya ada selisih kenaikan sebesar 0,06. Kondisi IPM Kabupaten Jepara selama kurun waktu lima tahun tersebut relevan terhadap capaian Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Tengah dan Nasional periode tahun yang sama, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Bab II 16

35 Sumber:Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.14 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun (Tahun) Posisi relatif Angka Harapan Hidup Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar 75,67 tahun berada di atas capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 74,02 tahun dan Nasional 70,90 tahun serta merupakan tertinggi ketiga dibandingkan Kabupaten sekitarnya di Jawa Tengah, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.15 Posisi Relatif Angka Harapan Hidup Kabupaten Jepara Tahun 2016 (Tahun) Bab II 17

36 2. Harapan Lama Sekolah Untuk Harapan Lama Sekolah atau biasa disingkat HLS merupakan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Harapan lama sekolah digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang. Harapan lama sekolah dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Perkembangan Harapan Lama Sekolah Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus mengalami kenaikan sama halnya dengan perkembangan Harapan Lama Sekolah Provinsi Jawa Tengah, yaitu HLS Kabupaten Jepara pada tahun 2012 sebesar 11,82 tahun dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 12,28tahun. Sedangkan HLS Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 mencapai sebesar 12,45 tahun dan Nasional pada tahun yang sama mencapai sebesar 12,72 tahun, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.16 Perkembangan Harapan Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun (Tahun) Posisi relatif Harapan Lama Sekolah Kabupaten Jepara pada tahun 2016 sebesar 12,28 tahun berada di bawah capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 12,45 tahun dan Nasional 12,72 tahun, namun masih lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Grobogan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Bab II 18

37 Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.17 Posisi relatif Harapan Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun 2016 (Tahun) 3. Rata-rata lama sekolah Rata-rata lama sekolah atau disingkat RLS, merupakan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal RLS Kabupaten Jepara sudah mencapai 7,32 tahun pada tahun 2016 dari tahun 2012 sebesar 6,96 tahun. Kondisi RLS Kabupaten Jepara selama kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2016 tidak berbeda dengan kondisi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional yang juga mengalami kenaikan tiap tahun, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Bab II 19

38 Gambar 2.18 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun (Tahun) Sedangkan posisi relatif RLS Kabupaten Jepara pada tahun 2016 sebesar 7,32 tahun berada di atas Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,15 tahun dan di bawah Nasional sebesar 7,95 tahun serta merupakan tertinggi ketiga setelah Kabupaten Kudus (7,85 tahun) dan Demak (7,46 tahun), secara rinci bisa dilihat pada Gambar Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.19 Posisi Relatif Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun 2016 (Tahun) 4. Pengeluaran per Kapita Pengeluaran per kapita menunjukkan bahwa semakin meningkatnya daya beli masyarakat sebagai simbol kesejahteraan masyarakat juga semakin baik. Perkembangan Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp ribu dan pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp ribu. Kondisi pengeluaran per kapita Kabupaten Jepara ini relevan terhadap perkembangan rata-rata Pengeluaran Per Kapita Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Bab II 20

39 Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.20 Perkembangan Perngeluaran Per Kapita Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun (Ribu Rupiah) Capaian pengeluaran per kapita Kabupaten Jepara pada tahun 2016 sebesar Rp ribu di bawah rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp ribu dan Nasional sebesar Rp ribu. Dibandingkan dengan pengeluaran per kapita kabupaten sekitarnya di Jawa Tengah pada tahun 2016, Kabupaten jepara tertinggi kedua setelah Kabupaten Kudus sebesar Rp ribu, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017 Gambar 2.21 Posisi Relatif Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun 2016 (Ribu Rupiah) Bab II 21

40 BAB III PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN JEPARA A. KONDISI KEMISKINAN Kondisi kemiskinan Kabupaten Jepara secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu Kemiskinan Konsumsi dan Kemiskinan Non Konsumsi. Kemiskinan konsumsi (satu dimensi) dapat digambarkan melalui 4 indikator yang diukur berdasarkan Garis Kemiskinan, yaitu (1) Persentase Penduduk Miskin/P0, (2) Jumlah Penduduk Miskin, (3) Indeks Kedalaman Kemiskinan/P1, dan (4) Indeks Keparahan Kemiskinan/P2. Sedangkan indikator kemiskinan non konsumsi meliputi beberapa bidang, yaitu bidang ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan dan infrastruktur dasar. I. KEMISKINAN KONSUMSI 1. Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan yang digunakan oleh BPS terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang terdiri atas 52 jenis komoditi dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) yang terdiri dari 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan, dimana GK merupakan penjumlahan dari GKM dan GKNM. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) tingkat Provinsi Jawa Tengah, Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2017 tercatat sebesar 73,41%, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2016 yaitu sebesar 73,25%. Beberapa komoditi makanan dan bukan makanan yang dapat berpengaruh terhadap kenaikan garis kemiskinan, sebagai berikut : 1) Komoditi Makanan Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, gula Bab III 1

41 pasir, tempe, mie instan, tahu, dan bawang merah, untuk lebih lengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar terhadap Kenaikan Garis Kemiskinan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Periode Maret 2017 No Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%) 1 Beras 20,65 Beras 23,23 2 Rokok Kretek Filter 10,17 Rokok Kretek Filter 9,47 3 Daging Ayam Ras 4,04 Telur Ayam Ras 3,95 4 Telur ayam ras 3,94 Daging ayam ras 3,27 5 Gula pasir 3,23 Gula pasir 3,18 6 Tempe 2,54 Tempe 2,92 7 Mie instan 2,49 Mie instan 2,54 8 Tahu 1,99 Cabe Rawit 2,49 9 Bawang merah 1,94 Bawang merah 2,38 10 Kue Basah 1,59 Tahun 2,23 11 Komoditi makanan 19,35 Komoditi makanan 19,15 lainnya lainnya Garis Kemiskinan Makanan 71,94 Garis Kemiskinan Makanan 74,82 Sumber : BPS Jawa Tengah, ) Komoditi Bukan Makanan Komoditi bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan, diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, dan kesehatan, secara rinci ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Daftar Komoditi Bukan Makanan yang Berpengaruh Besar Terhadap Kenaikan Garis Kemiskinan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Periode Maret 2017 Kota Desa No Komoditi Komoditi (%) (%) 1 Perumahan 6,49 Perumahan 6,28 2 Bensin 4,45 Bensin 3,84 3 Listrik 3,39 Listrik 1,95 4 Pendidikan 2,64 Pendidikan 1,67 5 Perlengkapan 1,21 Kesehatan 1,27 Mandi 6 Komoditi bukan 9,89 Komoditi bukan 10,17 makanan lainnya makanan lainnya Garis Kemiskinan Bukan Makanan 28,06 Garis Kemiskinan Bukan Makanan 25,18 Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Bab III 2

42 Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga 2016 selalu mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp ,-/kapita/bulan meningkat pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp ,-/kapita/bulan. Kondisi ini juga terjadi pada perkembangan Garis kemiskinan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional yang juga terus meningkat selama kurun waktu lima tahun periode tahun yang sama, secara rinci perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Gambar 3.1. Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 3.1 Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara Tahun (Rupiah/Kapita/Bulan) Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar Rp ,- /kapita/bulan berada di atas rata-rata Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp ,-/kapita/bulan dan di bawah Nasional sebesar Rp ,-/kapita/bulan. Posisi relatif Kabupaten Jepara menempati posisi ke 13 tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Jawa Tengah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2. Bab III 3

43 Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 3.2 Posisi Relatif Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara Tahun 2016 (Rupiah/Kapita/Bulan) 2. Persentase Penduduk Miskin Persentase penduduk miskin Kabupaten Jepara dalam kurun waktu mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2012 sebesar 9,38% dan pada tahun 2016 mencapai 8,35%. Kondisi ini berkontribusi positif terhadap penurunan persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.3. Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 3.3 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun (%) Berdasarkan posisi relatif, persentase penduduk miskin Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar 8,35% berada di bawah capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 13,27% dan Nasional sebesar 10,70%. Dibandingkan dengan Bab III 4

44 kabupaten sekitarnya di Jawa Tengah tahun 2016, Kabupaten Jepara menempati posisi ke 7 terendah setelah Kota Tegal, Semarang, Kota Pekalongan, Kudus, Kota Salatiga dan Kota Semarang, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.4. Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 3.4 Posisi Relatif Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun 2016 (%) 3. Jumlah Penduduk Miskin Perkembangan jumlah penduduk miskin Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi namun cenderung menurun, yaitu pada tahun 2012 sebanyak jiwa dan pada tahun 2016 menjadi sebanyak jiwa, meskipun pada tahun 2013 pernah naik menjadi sebesar jiwa, secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.5. Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 3.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun (jiwa) Bab III 5

45 Sedangkan posisi relatif jumlah penduduk miskin Kabupaten Jepara tahun 2016 sebanyak jiwa menempati posisi ke 13 terendah. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.6. Sumber: BPS Jawa Tengah,2017 Gambar 3.6 Posisi Relatif Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun 2016 (jiwa) 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara pada tahun 2016 mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi sebesar 0,68. Berbeda dengan capaian Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara tahun-tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus mengalami kenaikan. Kondisi capaian Indeks Kedalaman kemiskinan (P1) Provinsi Jawa Tengah dan Nasional pada tahun 2016 yang juga mengalami penurunan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.7. Bab III 6

46 Sumber: BPS Jawa Tengah,2017 Gambar 3.7 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar 0,68 berada di bawah Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,37 dan Nasional sebesar 1,74. Dibandingkan dengan Kabupaten sekitarnya di Jawa Tengah tahun 2016, Kabupaten Jepara menempati posisi kedua terendah setelah Kota Salatiga, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.8. Sumber : BPS Jawa Tengah,2017 Gambar 3.8 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara Tahun 2016 (%) 5. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jepara dalam Bab III 7

47 kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi, namun pada tahun 2016 mengalami penurunan yang signifikan menjadi sebesar 0,10 dibandingkan tahun 2015 sebesar 0,28. Kondisi ini berkontribusi positif terhadap capaian Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Jawa Tengah dan Nasional yang menurun pada tahun 2016, secara rinci dapat dilihat Gambar 3.9. Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 3.9 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar 0,10 berada di bawah Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,63 dan Nasional sebesar 0,44, serta menempati posisi terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Tengah, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 3.10 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jepara Tahun 2016 Bab III 8

48 6. Analisis Keterkaitan Kondisi Kemiskinan Konsumsi Untuk mengetahui kontribusi dari capaian indikator kondisi kemiskinan konsumsi lainnya (jumlah penduduk miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan/P1 dan Indeks Keparahan Kemiskinan/P2) terhadap penurunan persentase penduduk miskin dilakukan analisis keterkaitan kondisi umum kemiskinan, dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Analisis Keterkaitan Kondisi Kemiskinan Konsumsi Kabupaten JeparaTahun No. Indikator Kondisi Kesimpulan 1 Jumlah Penduduk Miskin 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Turun (2016), namun tahun-tahun terjadi fluktuasi Terendah ke 13 dibandingkan kabupaten/kota se Jawa Tengah Turun (2016), namun tahun-tahun sebelum terus mengalami kenaikan Terendah ke 2 dibandingkan kabupaten/kota se Jawa Tengah Turun (2016), namun tahun-tahun sebelumnya terjadi fluktuasi dan cenderung meningkat Paling rendah dibandingkan kabupaten/kota se Jawa Tengah Pendapatan penduduk miskin Kabupaten Jepara dilihat dari pengeluarannya masih perlu ditingkatkan sehingga kesenjangan pengeluaran terhadap Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin rendah Pada Tabel 3.3. analisis keterkaitan kondisi umum kemiskinan Kabupaten Jepara, diketahui bahwa Pendapatan penduduk miskin Kabupaten Jepara dilihat dari pengeluarannya masih perlu ditingkatkan sehingga kesenjangan pengeluaran terhadap Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin rendah. Bab III 9

49 Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat miskin perlu diprioritaskan pada kelompok masyarakat dengan status kesejahteraan 30% sampai dengan 40% terendah melalui pemberdayaan masyarakat, pengembangan dan keberlanjutan UMKM dan daya saing ekonomi. II. KEMISKINAN NON KONSUMSI Kemiskinan non konsumsi terdiri dari 5 kelompok bidang, yaitu ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dasar dan ketahanan pangan. Kelompok bidang tersebut terdiri dari beberapa indikator yang menggambarkan capaian (outcome) penanggulangan kemiskinan atau disebut juga sebagai indikator utama. Umumnya indikator ini mewakili tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program penanggulangan kemiskinan. 1. Bidang Ketenagakerjaan Indikator utama dari kelompok bidang ketenagakerjaan terdiri dari 3 indikator dan secara rinci dapat dilihat pada uraian berikut. (1) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumber : Dinkopumkmnakertrans Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.11 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Jepara (%) Gambar 3.11 menunjukkan bahwa perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Jepara tahun pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi fluktuasi namun pada tahun 2013 hingga tahun 2015 terus mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi sebesar 3,12% dibandingkan tahun 2013 sebesar 6,34% dan tahun 2014 sebesar 5,09%. Bab III 10

50 Sumber : DinkopumkmnakertransKabupaten Jepara, diolah Gambar 3.12 Posisi Relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Jepara (%) Sedangkan Gambar 3.12 menunjukkan posisi relatif capaian TPT Kabupaten Jepara sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2011 dan tahun 2013 menempati posisi lebih tinggi. (2) Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Sumber : DinkopumkmnakertransKabupaten Jepara, diolah Gambar 3.13 Perkembangan Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Jepara (%) Gambar 3.13 menunjukkan bahwa perkembangan Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Jepara tahun pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi fluktuasi dan pada tahun 2012 hingga tahun 2014 terus penurunan, mengalami namun pada tahun 2015 naik menjadi sebesar 66% dibandingkan tahun Bab III 11

51 Sumber : DinkopumkmnakertransKabupaten Jepara, diolah Gambar 3.14 Posisi Relatif Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Jepara (%) Sedangkan Gambar 3.14 menunjukkan posisi relatif Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas capaian Kabupaten Jepara sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2013 dan tahun 2014 menempati posisi lebih rendah. (3) Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Sumber : DinkopumkmnakertransKabupaten Jepara, diolah Gambar 3.15 Perkembangan Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Kabupaten Jepara (%) Gambar 3.15 menunjukkan bahwa perkembanga Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Kabupaten Jepara tahun pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi fluktuasi, namun pada tahun 2013 hingga tahun 2015 terus naik menjadi sebesar 39,44%. Bab III 12

52 Sumber : DinkopumkmnakertransKabupaten Jepara, diolah Gambar 3.16 Posisi Relatif Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Kabupaten Jepara (%) Sedangkan Gambar 3.16 menunjukkan posisi relatif Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja capaian Kabupaten Jepara sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih rendah. 2. Bidang Kesehatan Indikator utama dari kelompok bidang kesehatan terdiri dari 13 indikator dan secara rinci dapat dilihat pada uraian berikut. (1) Angka Kematian Bayi (AKB) Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.17 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Jepara (Per KH) Gambar 3.17 menunjukkan bahwa perkembangan AKB Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus menurun, yaitu pada tahun 2012 sebesar 10,02 per KH dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 5,46 per KH. Bab III 13

53 Sedangkan Gambar 3.18 menunjukkan bahwa posisi relatif AKB Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih rendah. Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.18 Posisi Relatif Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Jepara (Per KH) (2) Angka Kematian Balita (AKBA) Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.19 Perkembangan Angka Kematian Balita (AKBA) Kabupaten Jepara (Per KH) Gambar 3.19 menunjukkan bahwa perkembangan AKBA Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus menurun, yaitu pada tahun 2012 sebesar 10,71 per KH dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 5,88 per KH. Bab III 14

54 Sedangkan Gambar 3.20 menunjukkan bahwa posisi relatif AKBA Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan AKBA Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih rendah. Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.20 Posisi Relatif Angka Kematian Balita (AKBA) Kabupaten Jepara (Per KH) (3) Kasus Kematian Ibu Melahirkan Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.21 Perkembangan Kasus Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Kabupaten Jepara (Kasus) Gambar 3.21 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah kasus kematian ibu melahirkan Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 menjadi sebanyak 14 kasus dibandingkan tahun 2015 sebanyak 11 kasus. Bab III 15

55 (4) Prevalensi Balita Gizi Buruk Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.22 Perkembangan Prevalensi Balita Gizi Buruk Kabupaten Jepara (%) Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.23 Posisi Relatif Prevalensi Balita Gizi Buruk Kabupaten Jepara (%) Gambar 3.22 menunjukkan bahwa perkembangan prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Jepara tahun 2013 hingga tahun 2016 terus mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2013 sebesar 1,71% dan pada tahun 2016 naik menjadi sebesar 2,7%. Sedangkan Gambar 3.23 menunjukkan bahwa posisi relatif prevalensi balita gizi buruk Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan prevalensi balita gizi buruk Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih tinggi. capai/melampaui Bab III 16

56 (5) Proporsi Anak Berusia 1 Tahun di Imunisasi Campak Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.24 Perkembangan Proporsi Anak Berusia 1 Tahun di Imunisasi Campak Kabupaten Jepara (%) Gambar 3.24 menunjukkan bahwa perkembangan proporsi anak berusia 1 tahun diimunisasi campak di Kabupaten Jeparapada selama kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi flutuasi dan cenderung meningkat, namun pada tahun 2016 turun menjadi sebesar 98,7%. Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.25 Posisi Relatif Proporsi Anak Berusia 1 Tahun di Imunisasi Campak Kabupaten Jepara (%) Sedangkan Gambar 3.25 menunjukkan bahwa posisi relatif proporsi anak berusia 1 tahun diimunisasi campak Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2015 dibandingkan capaian proporsi anak berusia 1 tahun diimunisasi campak Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2013 menempati posisi lebih rendah. Bab III 17

57 (6) Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.26 Perkembangan Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih Kabupaten Jepara (%) Gambar 3.26 menunjukkan bahwa perkembangan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih di Kabupaten Jepara pada tahun 2013 hingga tahun 2016 terus mengalami kenaikan menjadi sebesar 100%, meskipun capaian tahun 2014 ke tahun 2015 stagnan pada angka 99,99%. Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.27 Posisi Relatif Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih Kabupaten Jepara (%) Sedangkan Gambar 3.27 menunjukkan bahwa posisi relatif proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2015 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2013 menempati posisi lebih rendah. Bab III 18

58 (7) Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.28 Perkembangan Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.28 menunjukkan bahwa perkembangan cakupan pelayanan antenatal/k4 di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus naik, namun pada tahun 2016 turun menjadi sebesar 93,29% dibandingkan tahun 2015 sebesar 94,56%. Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.29 Posisi Relatif Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.29 menunjukkan bahwa posisi relatif cakupan pelayanan antenatal/k4 Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih tinggi. Bab III 19

59 (8) Angka Penemuan Kasus Malaria Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.30 Perkembangan Angka Penemuan Kasus Malaria Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.30 menunjukkan bahwa perkembangan angka penemuan kasus malaria di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung menurun menjadi sebesar 0,011% dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,027%. Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.31 Posisi Relatif Angka Penemuan Kasus Malaria Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.31 menunjukkan bahwa posisi relatif angka penemuan kasus malaria Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih rendah. Bab III 20

60 (9) Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.32 Perkembangan Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.32 menunjukkan bahwa perkembangan Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis di Kabupaten Jepara pada tahun 2014 hingga tahun 2016 terus meningkat menjadi sebesar 46,86% dibandingkan tahun 2015 sebesar 46,66%. Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.33 Posisi Relatif Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.33 menunjukkan bahwa posisi relatif Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2014 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2012 menempati posisi lebih tinggi. Bab III 21

61 (10) Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhkan Melalui DOTS Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.34 Perkembangan Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhkan Melalui DOTS Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.34 menunjukkan bahwa perkembangan Proporsi Kasus Tuberculosis Disembuhkan yang Melalui DOTS di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung meningkat menjadi sebesar 80,62% dibandingkan 2012 sebesar 51,03%. tahun Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.35 Posisi Relatif Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhkan Melalui DOTS Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.35 ditunjukkan bahwa posisi relatif Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhkan Melalui DOTS Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2014 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih rendah. Bab III 22

62 (11) Angka Kematian DBD Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.36 Perkembangan Angka Kematian DBD Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.36 menunjukkan bahwa perkembangan angka kematian DBD Kabupaten Jepara pada tahun 2013 pernah mencapai sebesar 12,5%, dan menurun secara signifikan pada tahun 2014 menjadi 0,6%, namun hingga tahun tahun 2016 terus naik menjadi sebesar 0,82%. Sumber :Dinkes Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.37 Posisi Relatif Angka Kematian DBD Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.37 menunjukkan bahwa posisi relatif proporsi angka kematian DBD Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2013 menempati posisi lebih tinggi. Bab III 23

63 (12) Tingkat Kelahiran Pada Remaja Per Perempuan Usia Tahun Gambar 3.38 menunjukkan bahwa perkembangan tingkat kelahiran pada remaja per perempuan usia tahun Kabupaten Jepara pada tahun 2015 ke tahun 2016 stagnan pada angka 33,21%. Sumber : DP3AP2KB Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.38 Perkembangan Tingkat Kelahiran Pada Remaja Per Perempuan Usia Tahun Kabupaten Jepara Tahun (%) (13) Unmet need KB Sumber : DP3AP2KB Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.39 Perkembangan Unmet Need KB Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.39 menunjukkan bahwa perkembangan unmet need KB Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi dan cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2016 naik menjadi sebesar 10,89% dibandingkan tahun 2015 sebesar 8,58%. Bab III 24

64 Sumber :DP3AP2KB Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.40 Posisi Relatif Unmet Need KB Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.40 menunjukkan bahwa posisi relatif unmet need KB Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2016 menempati posisi lebih tinggi. 3. Bidang Pendidikan Indikator utama dari kelompok bidang pendidikan terdiri dari 6 indikator dan secara rinci dapat dilihat pada uraian berikut. (1) Angka Partisipasi Murni (APM) a. APM SD/MI Sederajat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.41 Perkembangan APM SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.41 menunjukkan bahwa perkembangan APM SD/MI di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus meningkat, namun pada tahun 2016 turun menjadi sebesar 96,37%. Bab III 25

65 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.42 Posisi Relatif APM SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.42 menunjukkan bahwa posisi relatif APM SD/MI Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan capaian APM SD/MI Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2016 menempati posisi lebih rendah. b. APM SMP/MTs Sederajat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.43 Perkembangan APM SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.43 menunjukkan bahwa perkembangan APM SMP/MTs Sederajat di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus meningkat, namun pada tahun 2016 turun menjadi sebesar 79,26%. Bab III 26

66 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.44 Posisi Relatif APM SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.44 menunjukkan bahwa posisi relatif APM SMP/MTs Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2012 dan tahun 2013 menempati posisi lebih rendah. c. APM SMA/MA Sederajat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.45 Perkembangan APM SMA/MA Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.45 menunjukkan bahwa perkembangan APM SMA/MA Sederajat di Kabupaten Jepara pada tahun 2013 hingga tahun 2016 terus mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2013 sebesar 46,79% pada tahun 2016 naik menjadi sebesar 57,86%. Bab III 27

67 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.46 Posisi Relatif APM SMA/MA Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.46 menunjukkan bahwa posisi relatif APM SMA/MA Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2013 hingga tahun 2016 menempati posisi lebih rendah. (2) Angka Partisipasi Kasar (APK) a. APK SD/MI Sederajat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.47 Perkembangan APK SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.47 menunjukkan bahwa perkembangan APK SD/MI di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi, yaitu pada tahun 2012 hingga tahun 2013 turun menjadi sebesar 110,12%, tahun 2014 hingga tahun 2015 terus naik menjadi sebesar 111,62% dan tahun 2016 kembali turun menjadi sebesar 110,34%. Bab III 28

68 Sedangkan Gambar 3.48 menunjukkan bahwa posisi relatif APK SD/MI Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih tinggi. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.48 Posisi Relatif APK SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) b. APK SMP/MTs Sederajat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.49 Perkembangan APK SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.49 menunjukkan bahwa perkembangan APK SMP/MTs Sederajat di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus mengalami kenaikan, namun pada tahun 2016 turun menjadi sebesar 86,24%. Bab III 29

69 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.50 Posisi Relatif APK SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.50 menunjukkan bahwa posisi relatif APK SMP/MTs Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2015 menempati posisi lebih tinggi. c. APK SMA/MA Sederajat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.51 Perkembangan APK SMA/MA Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.51 menunjukkan bahwa perkembangan APK SMA/MA Sederajat di Kabupaten Jepara pada tahun 2014 hingga tahun 2016 terus mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2014 sebesar 62,85% dan pada tahun 2016 naik menjadi sebesar 85,84%. Bab III 30

70 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Gambar 3.52 Posisi Relatif APK SMA/MA Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.52 menunjukkan bahwa posisi relatif APK SMA/MA Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan capaian APK SMA/MA Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2014 hingga tahun 2016 menempati posisi lebih rendah. (3) Angka Putus Sekolah (APtS) a. APtS SD/MI Sederajat Sumber : Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.53 Perkembangan APtS SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.53 menunjukkan bahwa perkembangan APtS SD/MI Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi, yaitu pada tahun 2012 ke tahun 2013 stagnan pada angka 0,1%, kemudian turun pada tahun 2014 dan stagnan pada tahun 2015 pada angka 0,01%, namun pada tahun 2016 naik menjadi sebesar 0,05%. Bab III 31

71 Sumber :Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.54 Posisi Relatif APtS SD/MI Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.54 menunjukkan bahwa posisi relatif APtS SD/MI Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan capaian APtS SD/MI Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih rendah. b. APtS SMP/MTs Sederajat Sumber : Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.55 Perkembangan APtS SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.55 menunjukkan bahwa perkembangan angka putus sekolah SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2012 sebesar 1,22% hingga tahun 2016 menjadi sebesar 0,11%. Bab III 32

72 Sumber :Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.56 Posisi Relatif APtS SMP/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.56 menunjukkan bahwa posisi relatif APtS SMP/MTs Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan capaian APtS SMP/MTs Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2012, tahun 2013 dan tahun 2015 menempati posisi lebih tinggi. c. APtS SMA/MA Sederajat Sumber : Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.57 Perkembangan APTsSMA/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.57 menunjukkan bahwa perkembangan angka putus sekolah SMA/MA Sederajat di Kabupaten Jepara pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi fluktuasi dan cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2015 naik menjadi sebesar 1,37% dibandingkan 0,81% pada tahun Bab III 33

73 Sumber :Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.58 Posisi Relatif APTs SMA/MTs Sederajat Kabupaten Jepara Tahun (%) Sedangkan Gambar 3.58 menunjukkan bahwa posisi relatif APtS SMA/MA Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 dibandingkan capaian APtS SMA/MA Provinsi Jawa Tengah menempati posisi lebih tinggi. (4) Rasio Penduduk Usia >15 Tahun Melek Huruf Sumber : Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.59 Perkembangan Rasio Penduduk Usia >15 Tahun Melek Huruf Kabupaten Jepara Tahun Gambar 3.59 menunjukkan bahwa perkembangan Rasio Penduduk Usia >15 Tahun Melek Huruf di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar 99,75% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 99,89%. Bab III 34

74 (5) Rata-Rata Lama Sekolah Sumber : Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.60 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun (tahun) Gambar 3.60 menunjukkan bahwa perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus meningkat, yaitu pada tahun 2016 naik menjadi sebesar 7,32 tahun dibandingkan 6,96 tahun pada tahun Sumber :Disdikpora Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.61 Posisi Relatif Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Jepara Tahun (tahun) Sedangkan Gambar 3.61 menunjukkan bahwa posisi relatif Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Jepara sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 dibandingkan capaian Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada tahun 2012 menempati posisi lebih rendah. Bab III 35

75 (6) Proporsi Kursi Yang Diduduki Perempuan di DPRD Kabupaten Gambar 3.62 menunjukkan bahwa perkembangan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 stagnan pada angka 6%. Sumber : DP3AP2KB Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.62 Perkembangan Proporsi Kursi Yang Diduduki Perempuan di DPRD Kabupaten Jepara Tahun (%) 4. Bidang Infrastruktur Dasar Indikator utama dari kelompok bidang infrastruktur dasar terdiri dari 5 indikator dan secara rinci dapat dilihat uraian berikut. (1) Akses Rumah Tangga Terhadap Sanitasi Layak Sumber : Disperkim Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.63 Perkembangan Akses Rumah Tangga Terhadap Sanitasi Layak Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.63 menunjukkan bahwa perkembangan Akses Rumah Tangga Terhadap Sanitasi Layak di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar 50,88% dan pada tahun 2016 naik menjadi 77,43%. Bab III 36

76 (2) Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Layak Perkotaan Sumber : DisperkimKabupaten Jepara, diolah Gambar 3.64 Perkembangan Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Layak Perkotaan Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.64 menunjukkan bahwa perkembangan akses rumah tangga terhadap air minum layak perkotaan Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung meningkat, namun pada tahun 2016 menurun menjadi sebesar 14,09% dibandingkan tahun 2015 sebesar 17,09%. (3) Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Layak Perdesaan Sumber : Disperkim Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.65 Perkembangan Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Layak Perdesaan Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.65 menunjukkan bahwa perkembangan akses rumah tangga terhadap air minum layak perdesaan Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung meningkat, namun pada tahun 2016 menurun menjadi sebesar 66,87% dibandingkan tahun 2015 sebesar 84,17%. Bab III 37

77 (4) Proporsi Rumah Tangga Dengan Kepemilikan Hak Atas Rumah/Tempat Tinggal Sumber : Disperkim Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.66 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga Dengan Kepemilikan Hak Atas Rumah/Tempat Tinggal Kabupaten Jepara Tahun (%) Gambar 3.66 ditunjukkan bahwa perkembangan Proporsi Rumah Tangga Dengan Kepemilikan Hak Atas Rumah/Tempat Tinggal Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016 terus meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar 69,69% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 77,42%. (5) Jumlah Rumah Tidak Layak Huni/RTLH Sumber : Disperkim Kabupaten Jepara, diolah Gambar 3.67 Perkembangan Jumlah Rumah Tidak Layak Huni/RTLH Kabupaten Jepara Tahun (Ruta) Gambar 3.67 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah Rumah Tidak Layak Huni/RTLH Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung menurun, yaitu pada tahun 2016 menjadi sebesar ruta dibandingkan tahun 2012 sebesar ruta. 5. Bidang Ketahanan Pangan Ketersediaan pangan yang mengalami peningkatan produktivitas pada tahun 2015 ke tahun 2016 yaitu komoditas padi, jagung, daging sapi dan Bab III 38

78 susu. Realisasi peningkatan produktivitas pada tahun 2016 dibandingkan target tahun 2017 yang perlu mendapatkan perhatian dalam peningkatan produktivitas, yaitu komoditas kedelai, daging sapi, daging ayam, susu, telur, dan cabe merah besar. Secara rinci produktivitas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.4. Produktivitas Pangan Komoditas Target 2017 Realisasi Thd Target Status (1) Padi , ,78 Tercapai/ Melampaui (2) Jagung , ,97 Tercapai/ Melampaui (3) Kedelai 35,04 11,55 31,00 17, ,28 Perlu Upaya Keras (4) Daging Sapi ,836 98,04 Akan Tercapai (5) Daging Ayam ,423 98,04 Akan Tercapai (6) Susu ,624 95,24 Akan Tercapai (7) Telur ,229,326 99,01 Akan Tercapai (8) Ubi Kayu , ,28 Tercapai/ Melampaui (9) Cabe Merah Besar Sumber : DKPP ,421 99,01 Akan Tercapai B. ANALISIS PRIORITAS BIDANG INTERVENSI Analisis prioritas bidang intervensi dilakukan dengan melihat kecenderungan perkembangan atau trend indikator utama. Prioritas bidang intervensi dilakukan untuk memprioritaskan indikator sehingga mendapatkan perhatian lebih tinggi dalam intervensi, yaitu pada indikator yang mengalami kecenderungan perkembangan semakin buruk. Metode penentuan prioritas melalui perpektif sebagai berikut: a. Analisis Antar Waktu, yaitu analisis untuk menjelaskan perkembangan capaian suatu indikator dari waktu ke waktu yang menunjukkan perubahan kinerja capaian suatu indikator. Analisa perkembangan antar waktu akan membantu untuk menjelaskan apakah pencapaian suatu indikator di tahun terakhir lebih baik, sama atau lebih buruk daripada pencapaian tahun-tahun sebelumnya, terutama dalam tiga hingga lima tahun terakhir. Selanjutnya Bab III 39

79 menjelaskan apakah capaian indikator tersebut dari tahun ke tahun selama periode yang dimaksud mengalami fluktuasi, konsisten membaik, atau memburuk. b. Analisis Posisi Relatif, yaitu analisis dalam rangka untuk membantu melihat seberapa jauh atau seberapa dekat capaian indikator terhadap ratarata capaian di tahun tertentu. Dengan demikian kita dapat menilai apakah capaian suatu indikator di tahun terakhir lebih baik, sama atau lebih buruk jika dibandingkan dengan pencapaian di tingkat provinsi dan nasional (jika tersedia data). c. Analisis kinerja indikator berdasarkan persentase capaian terhadap target, yaitu membandingkan realisasi kinerja dengan target kinerja yang dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Indikator maksimal, dengan rumus perbandingan realisasi kinerja dibagi dengan target kinerja dikalikan 100 persen. 2. Indikator minimal, dengan rumus perbandingan selisih antara target dikurangi selisih antara realisasi dengan target dibagi target kinerja dikalikan 100 persen. Selanjutnya ditentukan status kinerja dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perlu Upaya Keras, yaitu persentase realisasi indikator kinerja pembangunan kurang dari 75%. 2. Akan Tercapai, yaitu persentase realisasi indikator kinerja pembangunan antara 75% hingga kurang dari 100%. 3. Tercapai/Melampaui, yaitu persentase realisasi indikator kinerja pembangunan lebih dari atau sama dengan 100%. Penetuan prioritas kemiskinan non konsumsi dilakukan pada masing-masing kelompok bidang selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut. 1. Ketenagakerjaan Indikator 1. Tingkat Penganggura n Terbuka (TPT) Antar Waktu Turun (2015), namun tahuntahun sebelumnya terjadi fluktuasi Perspektif Posisi Target Realisasi Prioritas Intervensi Relatif 2017 Thd Target Lebih tad tdh 1. Masih terdapat rendah penganggur di Kabupaten (2015) Jepara yang ditunjukkan dari capaian TPT sebesar 3,12% 2. Rendahnya proporsi penduduk bekerja yang memiliki pekerjaan pada Bab III 40

80 Indikator 2. Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 3. Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Antar Waktu Naik (2015), namun tahuntahun sebelumnya cenderung menurun Naik (2015), namun tahuntahun sebelumnya terjadi fluktuasi Perspektif Posisi Target Relatif 2017 Lebih tinggi (2015) Lebih rendah (2015) Realisasi Prioritas Intervensi Thd Target tad tdh kegiatan informal ditunjukkan proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja sebesar 39,44% lebih rendah tad tdh dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 65,28% 2. Kesehatan Indikator 1. Angka Kematian Bayi (AKB) 2. Angka Kematian Balita (AKBA) 3. Jumlah Kasus Kematian Ibu Melahirkan 4. Prevalensi Balita Gizi Buruk Antar Waktu Turun (2016), tahuntahun sebelumnya konsisten menurun Turun (2016), tahuntahun sebelumnya konsisten menurun Naik (2016), namun tahuntahun sebelumnya cenderung menurun Naik (2016), tahuntahun sebelumnya sejak tahun 2013 terus Perspektif Posisi Target Relatif 2017 Lebih 5,4 per rendah KH (2016) Lebih rendah (2016) 5,75 per KH Realisasi thd Target 82,59% (akan tercapai) 71,65% (perlu upaya keras) n/a 20 kasus 145% (tercapai/ melampaui) Lebih rendah (2016) 2,6% 115% (tercapai/ melampaui) Kesimpulan 1. Tingginya AKB tahun 2016 sebesar 5,46 per KH masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan daerah tahun 2017 sebesar 5,4 per KH. 2. Tingginya AKBA tahun 2016 sebesar 5,88 per KH yang masih perlu upaya keras dalam pencapaian target pembangunan daerah tahun 2017 sebesar 5,75 per KH. 3. Tingginya jumlah kasus kematian ibu melahirkan tahun 2016 sebesar 14 kasus dibandingkan tahun 2015 sebesar 11 kasus. 4. Tingginya prevalensi balita gizi buruk tahun 2016 sebesar 2,7% dibandingkan tahun 2015 sebesar 2,21%. 5. Tingginya prevalensi balita kekurangan gizi tahun 2015 sebesar 1,82% dibandingkan tahun 2014 sebesar 1,51%. Bab III 41

81 Indikator 5. Proporsi Anak Berusia 1 Tahun Diimunisasi Campak 6. Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih 7. Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) 8. Angka Penemuan Kasus Malaria 9. Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis 10. Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhka n Melalui DOTS 11. Angka Kematian DBD Antar Waktu naik hingga tahun 2015 Turun (2016), namun tahuntahun sebelumnya terjadi fluktuasi dan cenderung naik Naik (2016), sejak tahun 2013 hingga tahun 2015 cenderung naik, meskipun stagnan di tahun 2014 dan 2015 Turun (2016), namun tahuntahun sebelumnya terus naik Stagnan (2016), namun tahuntahun sebelumnya cenderung menurun Naik (2016), sejak tahun 2014 terus naik Naik (2016), tahuntahun sebelumnya cenderung meningkat Naik (2016), tahun- Posisi Relatif Lebih rendah (2015) Lebih tinggi (2015) Lebih tinggi (2015) Lebih rendah (2015) Lebih rendah (2014) Lebih rendah (2014) Lebih rendah (2015) Perspektif Target 2017 Realisasi thd Target 95% 103,89% (tercapai/ melampaui) 100% 99,91% (akan tercapai) 93,5% 101,13% (tercapai/ melampaui) 0,01% 90,00% (akan tercapai) 50% 106,28% (tercapai/ melampaui) 81% 99,53% (akan tercapai) 1% 118% (tercapai/ melampaui) Kesimpulan 6. Rendahnya proporsi anak berusia 1 tahun diimunisasi campak ditunjukkan dengan turunnya capaian pada tahun 2016 menjadi sebesar 90,87% dan masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan tahun Rendahnya cakupan pelayanan antenatal/k4 ditunjukkan dengan turunnya capaian pada tahun 2016 menjadi sebesar 93,29%. 8. Tingginya angka kematian DBD tahun 2015 sebesar 0,77% kasus dibandingkan tahun 2015 sebesar 0,6%. 9. Tingginya tingkat kelahiran pada remaja per perempuan usia tahun yang masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan daerah tahun Tingginya unmet need KB ditunjukkan dengan kenaikan pencapaian pada tahun 2016 menjadi sebesar 10,89%. Bab III 42

82 Indikator 12. Tingkat Kelahiran Pada Remaja Per Perempuan Usia Tahun 13. Unmetneed KB Antar Waktu tahun sebelumnya terjadi fluktuasi dan sejak tahun 2014 terus naik Stagnan (2016), tidak ada perubahan sejak tahun 2015 Naik (2016), namun tahuntahun sebelumnya cenderung menurun Posisi Relatif Perspektif Target 2017 Realisasi thd Target n/a 33,20% 99,97% (akan tercapai) Lebih tinggi (2016) 10,79% 120,48% (tercapai/ melampaui) Kesimpulan 3. Pendidikan Indikator 1. Angka Partisipasi Murni (APM) (1) APM SD/MI sederajat (2) APM SMP/MTs sederajat (3) APM SMA/MA sederajat Antar Waktu Turun (2016), namun tahuntahun sebelumn ya terus meningkat Turun (2016), namun tahuntahun sebelumn ya terus meningkat Naik (2016), sejak tahun 2013 hingga tahun Posisi Relatif Lebih Rendah (2016) Lebih tinggi (2016) Lebih rendah (2016) Perspektif tad Target 2017 Realisasi thd Target 99,15% 97,20% (akan tercapai) 89% 89,06% (akan tercapai) tdh Kesimpulan 1. Rendahnya APM SD/MI sederajat ditunjukkan dengan penurunan pencapaian pada tahun 2016 menjadi sebesar 99,12% dibandingkan tahun 2015 sebesar 99,76%. 2. Rendahnya APM SMP/MTs sederajat tahun 2016yang masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan tahun 2017 sebesar 89,1%. 3. Rendahnya APM SMA/MA sederajat ditunjukkan dengan capaian sebesar 54,54% masih di bawah ratarata Jawa Tengah sebesar 62,21%. 4. Rendahnya APK SMP/MTs sederajat tahun 2016 yang menurun pada tahun 2016 menjadi sebesar 96,64% dan masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan tahun 2017 sebesar 100%. 5. Rendahnya APK SMA/MA sederajat tahun 2015 Bab III 43

83 Indikator 2. Angka Partisipasi Kasar (APK) (1) APK SD/MI sederajat (2) APK SMP/MTs sederajat (3) APK SMA/MA sederajat 3. Angka Putus Sekolah (1) SD/MI sederajat (2) SMP/MTs sederajat (3) SMA/MA sederajat Antar Waktu 2015 terus meningkat Turun (2016), namun tahun 2013 hingga tahun 2015 terus meningkat Turun (2016), namun tahuntahun sebelumn ya terus meningkat Naik (2016), sejak tahun 2014 terus meningkat Naik (2016), tahuntahun sebelumn ya terjadi fluktuasi Turun (2016), tahuntahun sebelumya cenderung menurun Stagnan (2015), tahuntahun sebelumn ya terjadi fluktuasi Posisi Relatif Lebih tinggi (2016) Lebih rendah (2016) Lebih rendah (2015) Lebih rendah (2016) Lebih rendah (2016) Lebih tinggi (2015) Perspektif tad tad Target 2017 Realisasi thd Target 107,7% 102,45% (tercapai/ melampaui) 100% 86,24% (akan tercapai) tdh 0,04% 75% (akan tercapai) 0,1% 20% (perlu upaya keras) tdh Kesimpulan ditunjukkan dengan pencapaian yang stagnan pada angka sebesar 71,55% dan masih di bawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 74,01%. 6. Masih terdapat anak putus sekolah yang ditunjukkan dengan APtS pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah di Kabupaten Jepara yang belum mencapai 0%. 7. Rendahnya proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD Kabupaten Jepara hanya sebesar 6% dari kewajiban kuota perempuan di DPRD sebesar 30%. Bab III 44

84 Indikator 4. Rasio Penduduk Usia >15 Tahun Melek Huruf 5. Rata-Rata Lama Sekolah 6. Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD Kabupaten Jepara Antar Waktu Naik (2016), tahun 2013 hingga tahun 2015 stagnan Naik (2016), tahuntahun sebelumn ya terus meningkat Stagnan (2016), tahuntahun sebelumn ya stagnan Posisi Relatif Perspektif Target 2017 Realisasi thd Target n/a 99,9% 99,90% (akan tercapai) Lebih tinggi (2016) 7,34 tahun 99,73% (akan tercapai) n/a 6% 100% (tercapai/ melampaui) Kesimpulan 4. Infrastruktur Dasar Indikator 1. Akses Rumah Tangga Terhadap Sanitasi Layak 2. Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Layak Perkotaan 3. Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Layak Antar Waktu Naik (2016), tahuntahun sebelumnya terus meningkat Turun (2016), tahun 2013 hingga tahun 2015 terus meningkat Turun (2016), tahun 2013 hingga tahun 2015 Posisi Relatif Perspektif Target 2017 Realisasi thd Target n/a 79,94% 103,32% (tercapai/ melampaui) n/a 16,51% 85,35% (akan tercapai) n/a 71,19% 93,93% (akan tercapai) Kesimpulan 1. Rendahnya akses rumah tangga terhadap air minum layak di Kabupaten Jepara ditunjukkan dengan penurunan pencapaian pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 di wilayah perkotaan menjadi sebesar 14,09% dan perdesaan menjadi sebesar 66,87% 2. Masih terdapat RTLH di Kabupaten Jepara sebanyak rumah tangga. Bab III 45

85 Indikator Perdesaan 4. Proporsi Rumah Tangga Dengan Kepemilikan Hak Atas Rumah/Tem pat Tinggal 5. Jumlah Rumah Tidak Layak Huni/RTLH Antar Waktu terus meningkat Naik (2016), tahuntahun sebelumnya terus meningkat Stagnan (2016), tahuntahun sebelumnya cenderung menurun Posisi Relatif Perspektif Target 2017 Realisasi thd Target n/a 77,93% 99,35% (akan tercapai) n/a ruta 103,38% (tercapai/ melampaui) Kesimpulan 5. Ketahanan Pangan Indikator Ketersediaan Pangan Antar Waktu komoditas padi, jagung, daging sapi dan susu naik (2016) Posisi Relatif n/a Perspektif Target 2017 Realisasi thd Target meningkat Rata-rata akan tercapai Kesimpulan Komoditas yang perlu mendapatkan perhatian dalam peningkatan produktivitas, yaitu komoditas kedelai, daging sapi, daging ayam, susu, telur, dan cabe merah besar Bab III 46

86 BAB IV DETERMINAN KEMISKINAN Kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan menjadi isu besar dalam keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Dalam upaya penyelesaian masalah kemiskinan maka diperlukan strategi dan kebijakan yang tepat. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara parsial, tetapi harus komprehensif yang memerlukan kerjasama antar stakeholder secara menyeluruh. Dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, upaya yang harus dilakukan adalah penetapan target yaitu penentuan sasaran terhadap objek penanggulangan kemiskinan. Determinan kemiskinan daerah menjelaskan tentang cara menemukan akar masalah yang dihadapi pada setiap bidang. Akar masalah tersebut dapat diperoleh melalui analisis dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan. Determinan kemiskinan secara umum memiliki keterkaitan dengan tidak meratanya akses terhadap pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan. Selain itu determinan kemiskinan juga terkait dengan tidak terpenuhinya akses terhadap infrastruktur dasar dan akses terhadap aset produktif, ketahanan pangan dan rendahnya tingkat investasi swasta dan kewirausahaan. Selanjutnya menentukan daerah prioritas dengan cara melakukan analisis prioritas intervensi wilayah. Analisis determinan ini akan membantu dalam menetapkan wilayah prioritas intervensi kebijakan, sehingga kebijakan yang diambil lebih efektif dan tepat sasaran. A. Analisis Akar Masalah 1. Sosial Permasalahan bidang Sosial di Kabupaten Jepara adalah Masih banyaknya keluarga fakir miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya yang belum mendapatkan penanganan, ditahun 2016 penanganan terhadap PMKS di Kabupaten Jepara tercatat sebesar 72,64%, terdapat 27,36% PMKS yang belum mendapatkan penanganan. Akar masalah bidang Sosial adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bab IV 1

87 Belum tersedianya tempat pelatihan sebagai sarana peningkatan keterampilan PMKS Terbatasnya kemampuan daerah dalam penanganan PMKS dan pembinaan PSKS, masih banyak PMKS yang belum menerima bantuan sosial dan kurangnya pendampingan terhadap Asistensi Keluarga Miskin (AKM). PSKS atau tenaga sosial lainnya yang belum optimal dalam memberikan bimbingan dan pelatihan PMKS. Belum optimalnya ketersediaan data PMKS Belum optimalnya pemantauan terhadap kelompok KUBE yang mendapatkan bantuan. Terbatasnya kemampuan penganggaran daerah dalam pengembangan usaha yang dilakukan PMKS Kurangnya tenaga panti asuhan dalam pembinaan dan peningkatan SDM PMKS Masih kurangnya tenaga yang memiliki kemampuan dalam penanganan Rehabilitasi Sosial b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Besarnya jenis dan jumlah PMKS di Kabupaten Jepara. PMKS memiliki ketrampilan rendah Motivasi diri dari PMKS itu sendiri rendah untuk berkembang. Masih banyak PMKS kategori penderita kecacatan tidak mau terbuka untuk pengembangan diri. Kesadaran keluarga untuk membukakan akses pengembangan diri terhadap anggotanya yang termasuk PMKS masih kurang. 2. Ketenagakerjaan Permasalahan bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Jepara adalah masih terdapat penganggur di Kabupaten Jepara yang ditunjukkan dari capaian TPT sebesar 3,12%; dan rendahnya proporsi penduduk bekerja yang memiliki pekerjaan pada kegiatan informal ditunjukkan proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja sebesar 39,44% lebih rendah dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 65,28%. Akar masalah bidang ketenagakerjaan adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Masih kurangnya kapasitas penyelenggaraan pendidikan pelatihan ketrampilan bagi pencari kerja Bab IV 2

88 Lowongan kerja yang ada tidak sesuai dengan kompetensi yang tersedia. Terbatasnya petugas antar kerja dan pejabat fungsional pengantar kerja. Kurangnya mediator perselisihan perburuhan hubungan industrial. Belum optimalnya penyediaan tenaga kerja yang kompeten, produktif sesuai dengan perkembangan pasar kerja Belum optimalnya penempatan tenaga kerja dan perluasan penciptaan lapangan kerja b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Masih banyaknya pencari kerja yang belum memiliki ketrampilan sesuai dengan pasar kerja. Masih kurangnya kesadaran calon tenaga kerja Indonesia (Jepara) yang berangkat keluar negeri tidak mengikuti peraturan yang berlaku. Belum semua pencari kerja mengetahui cara mendapatkan informasi tentang lowongan kerja di perusahaan Rendahnya fighting spirit pencari kerja. 3. Koperasi dan UMKM Permasalahan bidang koperasi dan UMKM di Kabupaten Jepara adalah rendahnya cakupan pembinaan terhadap pelaku UMKM yang ditunjukkan dengan capaian tahun 2016 hanya 535 kelompok dari UMKM yang mendapatkan pembinaan atau sekitar 0,70%. Akar masalah bidang koperasi dan UMKM adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Masih kurangnya pembinaan dalam peningkatan produk UMKM yang inovatif dan berdaya saing Kegiatan pembinaan terhadap UMKM masih kurang Masih kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam pemberian permodalan dan pendampingan pemasaran produk b. Aspek Pemanfaatan (DemandSide) Masih lemahnya SDM Pengelola UKM. Daya kreasi dan inovasi pengelola UKM rendah berakibat pada produktivitas yang rendah; Lemahnya pemasaran, promosi dan informasi produk. Lemahnya manajemen UKM. Masih kurangnya pelaku UKM yang memanfaatkan permodalan yang disediakan baik melalui perbankan daerah maupun nasional. Bab IV 3

89 Terbatasnya kemampuan dalam memanfaatkan teknologi produksi dan peralatan Dalam meningkatkan pemasaran produk, UKM masih kurang dalam memanfaatkan teknologi informasi 4. Kelautan dan Perikanan Permasalahan bidang kelautan dan perikanan di Kabupaten Jepara adalah rendahnya produksi perikanan tangkap ,90 ton pada tahun 2016 dan rendahnya produksi perikanan pada tahun 2016 sebesar ,00 ton, menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar ,00 ton.akar masalah bidang kelautan dan perikanan adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Kurangnya fasilitasi pembinaan hukum bagi Kelompok Usaha Bersama (KUB) Belum optimalnya alokasi anggaran untuk pengadaan sarana keselamatan pelayaran, pengadaan alat tangkap ikan ramah lingkungan dan penanganan konflik nelayan. Data KUB yang telah mengikuti pelatihan tidak lengkap, termasuk di dalamnya data pelatihan pembuatan alat tangkap untuk nelayan. Kurangnya koordinasi dari bidang untuk kebutuhan alat tangkap nelayan Pelaksanaan kegiatan pelatihan untuk pengolah dan pemasar dalam memanfaatkan limbah hasil perikanan belum optimal Terbatasnya kemampuan anggaran untuk pelatihan pengembangan pengolahan dan pemasar perikanan. Rendahnya ketersediaan data pelaku usaha budidaya air payau kurang Melambatnya produksi perikanan tangkap, perikanan air tawar, perikanan budidaya termasuk produksi garam skala kabupaten produksi benih udang skala kabupaten kurang meningkat Ketersediaan data nelayan di pulau-pulau kecil kurang Produk olahan hasil perikanan mutunya tidak meningkat b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Masih kurangnya kesadaran nelayan terhadap aspek legal kelembagaan KUB. Kurangnya data dan informasi yang dimiliki nelayan terkait nelayan korban kecelakaan kerja laut Bab IV 4

90 Kurangnya kesadaran kelompok terhadap penambahan anggota untuk dilaporkan. Kelompok Nelayan tidak memberikan informasi jelas tentang jumlah kebutuhan alat tangkap ikan ramah lingkungan Banyaknya nelayan yang tidak memiliki ketrampilan lain untuk berusaha terutama pada saat menghadapi cuaca buruk (baratan). Pengolah dan pemasar hasil perikanan kurang pengetahuan dalam pemanfaatan limbah hasil perikanan Pelaku budidaya perikanan maupun tangkap masih rendah dalam pemanfaatan teknologi dalam mengembangkan usaha perikanan, terutama pada nelayan-nelayan di pulau-pulau kecil. Rendahnya ketrampilan nelayan perempuan di pulau-pulau kecil untuk melakukan pengolahan hasil perikanan menjadi salah satu usaha keluarga. 5. Perindustrian Permasalahan bidang Perindustrian di Kabupaten Jepara adalah rendahnyaproduksi dan daya serap tenaga kerja pada industri kecil. Akar masalah bidang perindustrian adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Belum optimalnya pembinaan industri kecil Cakupan Pelatihan produksi dan desain kepada kelompok belum optimal. Pemberian bantuan kepada Industri kecil terkendala peraturan Penataan terhadap hadirnya industri padat kerja (garmen) belum banyak memperhatikan keberadaan industri kecil. b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Keterampilan dan pengembangan desain oleh pengrajin atau pelaku usaha belum optimal Masih kurangnya pelaku usaha untuk melakukan inovasi dalam menghadapi persaingan produk. 6. Perdagangan Permasalahan bidang perdagangan di Kabupaten Jepara adalah rendahnya pengendalian harga kebutuhan bahan pokok. Akar masalah bidang perdagangan adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Bab IV 5

91 Lemahnya kebijakan perlindungan usaha perdagangan lokal terhadap besarnya produk sejenis yang di datangkan dari luar negeri (impor) Kurangnya jumlah SDM yang memantau harga kebutuhan pokok pada sejumlah pasar Belum adanya kebijakan daerah yang mengatur dan mengendalikan harga bahan pokok. Penataan terhadap pedagang informal masih kurang. b. Aspek Pemanfaatan (DemandSide) Kemampuan manajemen pelaku usaha perdagangan masih kurang terutama dalam menghadapi fluktuasi harga produk. Kesadaran pelaku usaha perdagangan masih kurang dalam mentaati peraturan yang berlaku terutama pada kelompok pedagang informal. 7. Kesehatan Permasalahan bidang kesehatan di Kabupaten Jepara adalah tingginya AKB tahun 2016 sebesar 5,46 per KH masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan daerah tahun 2017 sebesar 5,4 per KH; tingginya AKBA tahun 2016 sebesar 5,88 per KH yang masih perlu upaya keras dalam pencapaian target pembangunan daerah tahun 2017 sebesar 5,75 per KH; tingginya jumlah kasus kematian ibu melahirkan tahun 2016 sebesar 14 kasus dibandingkan tahun 2015 sebesar 11 kasus; tingginya prevalensi balita gizi buruk tahun 2016 sebesar 2,7% dibandingkan tahun 2015 sebesar 2,21%; tingginya prevalensi balita kekurangan gizi tahun 2015 sebesar 1,82% dibandingkan tahun 2014 sebesar 1,51%; rendahnya proporsi anak berusia 1 tahun diimunisasi campak ditunjukkan dengan turunnya capaian pada tahun 2016 menjadi sebesar 90,87% dan masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan tahun 2017; rendahnya cakupan pelayanan antenatal/k4 ditunjukkan dengan turunnya capaian pada tahun 2016 menjadi sebesar 93,29%; tingginya angka kematian DBD tahun 2015 sebesar 0,77% kasus dibandingkan tahun 2015 sebesar 0,6%; tingginya tingkat kelahiran pada remaja per perempuan usia tahun yang masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan daerah tahun 2017; dan tingginya unmet need KB ditunjukkan dengan kenaikan pencapaian pada tahun 2016 menjadi sebesar 10,89%. Akar masalah yang ditemukan berkaitan dengan kesehatan adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Peralatan penanganan BBLR masih kurang Bab IV 6

92 Kompetensi tenaga pemberi pelayanan neonatal masih kurang Masih kurangnya kepatuhan terhadap prosedur penanganan sesuai standar Pendampingan pengawalan ibu hamil risiko tinggi belum optimal Belum optimalnya Ante Natal Care (ANC) terintegrasi bagi ibu hamil Belum optimalnya kinerja bidan desa dalam menjaring kunjungan K4 ibu hamil Belum optimalnya pencatatan (administrasi) bidan desa dalam kunjungan ibu hamil Belum semua petugas aktif dalam penemuan dini kasus gizi buruk Pemahaman kader tentang pemantauan tumbuh kembang balita masih kurang. Belum optimalnya koordinasi puskesmas dengan BPM di luar wilayah kerjanya b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Pengetahuan ibu kurang dalam perawatan kehamilan dan bayi baru lahir Masih berkembangnya tradisi/mitos yang merugikan kesehatan ibu hamil, bayi dan balita. Kecenderungan meningkatnya pernikahan usia dini Masih berkembangnya tradisi/mitos yang merugikan kesehatan balita Ibu hamil yang juga bekerja sering tidak memprioritaskan kesehatan dan pola konsumsinya Banyak ibu yang mempunyai anak dengan BB sangat kurang yang malu dan enggan untuk datang ke posyandu Kecukupan konsumsi balita masih kurang Daya tarik posyandu masih rendah Kurangnya pengetahuan keluarga tentang DBD, hanya mengabaikan gejala yang dianggap flu biasa Masih kurangnya pemahaman keluarga terhadap kondisi penyakit yang menyebabkan keterlambatan membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan 8. Pendidikan Permasalahan bidang pendidikan di Kabupaten Jepara adalah rendahnya APM SD/MI sederajat ditunjukkan dengan penurunan pencapaian pada tahun 2016 menjadi sebesar 99,12% dibandingkan tahun 2015 sebesar 99,76%; rendahnya APM SMP/MTs sederajat tahun 2016 yang masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan tahun 2017 sebesar 89,1%; rendahnya APM Bab IV 7

93 SMA/MA sederajat ditunjukkan dengan capaian sebesar 54,54% masih di bawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 62,21%; rendahnya APK SMP/MTs sederajat tahun 2016 yang menurun pada tahun 2016 menjadi sebesar 96,64% dan masih perlu upaya dalam pencapaian target pembangunan tahun 2017 sebesar 100%; rendahnya APK asma/ma sederajat tahun 2015 ditunjukkan dengan pencapaian yang stagnan pada angka sebesar 71,55% dan masih di bawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 74,01%; masih terdapat anak putus sekolah yang ditunjukkan dengan APtS pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah di Kabupaten Jepara yang belum mencapai 0%; dan rendahnya proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD Kabupaten Jepara hanya sebesar 6% dari kewajiban kuota perempuan di DPRD sebesar 30%. Akar masalah yang ditemukan berkaitan dengan pendidikan adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Belum meratanya penyediaan sarana pendidikan dasar yang memenuhi standar nasional pendidikan. Belum meratanya ketersediaan guru antara wilayah diperkotaan dan perdesaan. Masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran siswa. Kurangnya kemampuan daerah dalam memberikan beasiswa yang menjangkau penduduk miskin, masih bergantung pada pendanaan dari pemerintah pusat. Masih kurangnya kemampuan daerah dalam mengakomodir siswa berkebutuhan khusus melalui sekolah inklusi. b. Aspek Pemanfaatan (DemandSide) Kenakalan remaja yang tidak dapat dikendalikan oleh orang tua berdampak pada putus sekolah dan tindakan kriminal. Kemampuan Ekonomi masyarakat relatif masih rendah untuk menyekolahkan anak Faktor lingkungan buruk mempengaruhi semangat belajar siswa dan menyebabkan siswa DO. 9. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Permasalahan bidang pemberdayaan perempuan dan perindungan anak di Kabupaten Jepara adalah rendahnya sumbangan pedapatan perempuan dalam Bab IV 8

94 rumah tanggan. Akar masalah bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Belum adanya kegiatan pada pemberdayaan perempuan yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan perempuan Belum optimalnya monitoring dan evaluasi setelah pelatihan Belum dilaksanakannya survei kebutuhan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan peserta Kurangnya variasi modul untuk pelatihan peningkatan pendapatan perempuan Belum tersedianya secara memadai instruktur pelatihan sesuai dengan kebutuhan Kapasitas dan jumlah Penyuluh KB berkurang Kurang optimalnya tenaga operasional lapangan Belum optimalnya peran PPKBD Belum optimalnya penyelenggaraan pelatihan untuk Anggota UPPKS Kurangnya Fasilitasi untuk mempromosikan Produk UPPKS b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Kurangnya minat perempuan untuk mengikuti pelatihan usaha Masih banyaknya kelompok perempuan yang mengikuti pelatihan tanpa ada tindaklanjut untuk dikembangkan. Masih banyaknya PUS yang belum tahu tentang KB Banyaknya PUS yang tidak mau menjadi akseptor KB Kurangnya akses permodalan bagi UPPKS 10. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Permasalahan bidang kependudukan dan pencatatan sipil di Kabupaten Jepara adalah tidak seluruh penduduk Kabupaten Jepara memiliki identitas hukum. Akar masalah bidang kependudukan dan pencatatan sipil adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Data penduduk miskin yang belum memiliki adminsitrasi kependudukan dan pencatatan sipil belum dijadikan sebagai salah satu data target pencapaian. Terbatasnya ketersediaan SDM pelayanan untuk menjangkau seluruh aspek layanan kependudukan dan pencatatan sipil. Bab IV 9

95 Mobil Pelayanan (pelayanan jemput bola/keliling) kurang representatif untuk menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Jepara. Belum meratanya pelaksanaan sosialisasi Tertib administrasi penduduk untuk seluruh wilayah di Kabupaten Jepara Kurang adanya koordinasi antara dinas dengan instansi lain dan pemerintah desa/kelurahan dalam percepatan pemenuhan admindukcapil terutama bagi penduduk miskin, anak-anak dan penyandang masalah kesejahteraan sosial. b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kepemilikan dokumen kependudukan Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap prosedur pendaftaran penduduk terutama masyarakat yang aksesibilitas jauh [pelosok] sehingga masih memakai jasa calo Jarak tempat tinggal yang jauh dari Disdukcapil menjadikan masyarakat enggan untuk mengurus sendiri akta kelahiran Banyaknya anak yang bermasalah dengan hukum [korban kekerasan/anak jalanan] yang tidak punya identitas 11. Perumahan dan Kawasan Permukiman Permasalahan bidang perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Jepara adalah rendahnya akses rumah tangga terhadap air minum layak di Kabupaten Jepara ditunjukkan dengan penurunan pencapaian pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 di wilayah perkotaan menjadi sebesar 14,09% dan perdesaan menjadi sebesar 66,87%; dan masih terdapat RTLH di Kabupaten Jepara sebanyak rumah tangga. Akar masalah bidang perumahan dan kawasan permukiman adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Kesulitan menentukan kelompok sasaran penerima bantuan RTLH Terbatasnya kemampuan daerah dalam melakukan rehabilitasi rumah tidak layak huni khususnya bagi masyarakat miskin Belum optimalnya pemanfaatan dana desa untuk membantu pemenuhan kebutuhan sarana dasar masyarakat miskin (Rehab RTLH, sanitasi dan air bersih). Belum optimalnya cakupan bantuan sanitasi dan air bersih masyarakat b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Bab IV 10

96 Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat dalam mendapatkan Rumah Layak Huni. Tingginya kecemburuan sosial masyarakat terhadap bantuan rehabilitasi rumah layak huni. Menurunnya keswadayaan masyarakat dalam membantu penyediaan rumah layak huni Rendahnya kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan sarana dasar. 12. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Permasalahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang di Kabupaten Jepara adalah rendahnya jalan kabupaten dalam kondisi baik saat ini baru mencapai 47%. Akar masalah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang adalah: a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan dan irigasi)belum optimal di wilayah kantong-kantong kemiskinan. b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Kemampuan masyarakat rendah terhadap partisipasi pembangunan infrastruktur. 13. Ketahanan Pangan Permasalahan strategis yang dihadapi berkaitan dengan ketahanan pangan adalah rendahnya ketersediaan dan keterjangkauan kebutuhan pangan pokok utama dan pengendalian harga kebutuhan pangan pokok utama. Akar permasalahan yang berkaitan dengan ketahanan pangan adalah : a. Aspek Ketersediaan (Supply Side) Belum meratanya ketersediaan irigasi teknis pada wilayah pertanian Kurangnya sarana prasarana pasca panen bidang pertanian dan perkebunan Menurunnya luasan lahan produktif akibat alih fungsi lahan Rendahnya ketersediaan petugas teknis sesuai kompetensi dan legalitas (penyuluh, POPT, Petugas IB) Belum optimalnya kebijakan penjaminan harga pangan Keterbatasan jumlah petugas pemantau harga pangan Bab IV 11

97 Rendahnya cakupan penyampaian informasi harga pangan ke masyarakat Belum optimalnya aksesibilitas jalur ekonomi (pasar, jalan) b. Aspek Pemanfaatan (Demand Side) Rendahnya kemampuan petani dalam manajemen pengelolaan lahan pertanian (pola dan sistem tanam) Rendahnya kesadaran masyarakat dalam budidaya tanaman sehat Belum optimalnya pemanfaatan lahan kering oleh masyarakat Rendahnya kemampuan petani menggunakan sarana prasarana (pupuk, benih unggul, alsintan, pestisida) Rendahnya Kemampuan petani dalam pengelolaan usaha lainnya Rendahnya kesadaran petani dalam mengakses informasi harga pangan Masih rendahnya kesadaran masyarakat konsumsi bahan makanan non beras dan gandum. B. Analisis Prioritas Wilayah Intervensi Penanganan kemiskinan melalui peningkatan penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif dan peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu serta pengembangan penghidupan berkelanjutan melalui pemerataan akses terhadap pendidikan, kesehatan, melalui pengembangan wirausaha dan pertanian, peningkatan kemampuan tenaga kerja, serta pendampingan wilayah perdesaan. Selain itu, dapat melalui pemenuhan akses terhadap infrastruktur dasar dan akses terhadap aset produktif, ketahanan pangan dan peningkatan investasi swasta dan kewirausahaan. Penanganan kemiskinan di Kabupaten Jepara dapat difokuskan pada sasaran kepala rumah tangga dan individu dengan status kesejahteraan terendah 40% terendah mendasarkan Basis Data Terpadu (BDT) 2015 yang sekarang disebut Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miksin (PPFM). Komposisi kepala rumah tangga dan individu dengan status kesejahteraan terendah 40% terendah di Kabupaten Jepara, yaitu KRT sebanyak jiwa dengan invidu sebanyak jiwa yang dikategorikan menjadi 4 kelompok kesejahteraan, yaitu: Desil 1 atau Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah sebanyak KRT dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak jiwa. Bab IV 12

98 NAMA KECAMATAN Desil 2 atau Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11%- 20% terendah sebanyak KRT dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak jiwa. Desil 3 atau Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21%- 30% terendah sebanyak KRT dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak jiwa. Desil 4 atau Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 31%- 40% terendah sebanyak KRT dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak jiwa, secara rinci persebaran per Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Rumah Tangga dan Individu Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Menurut Kecamatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH INDIVIDU D 1 D 2 D 3 D 4 TOTAL D 1 D 2 D 3 D 4 TOTAL BANGSRI BATEALIT DONOROJO JEPARA KALINYAMATAN KARIMUNJAWA KEDUNG KELING KEMBANG MAYONG MLONGGO NALUMSARI PAKIS AJI PECANGAAN TAHUNAN WELAHAN GRAND TOTAL Secara keseluruhan penanganan kemiskinan berbasis kepala rumah tangga dan individu dengan status kesejahteraan terendah 40% terendah di Kabupaten Jepara pada tahun diprioritaskan pada 8 Kecamatan, yaitu Kec. Bangsri, Kedung, Mlonggo, Tahunan, Mayong, Batealit, Kembang dan Welahan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.1. Bab IV 13

99 Individu Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah , , , , , , , , , ,31 WELAHAN KEDUNG MLONGGO MAYONG TAHUNAN BATEALIT KEMBANG 31402,63 BANGSRI 2.000, Kepala Rumah Tangga Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Sumber: Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin (PPFM) Kabupaten Jepara Gambar 4.1 Grafik Prioritas Wilayah Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Dengan Kondisi Kesejahteraan 40% Terendah Terhadap Jumlah Anggota Rumah Tangga Dengan Kondisi Kesejahteraan 40% Terendah Berdasarkan Basis Data Terpadu 2015 Kabupaten Jepara Prioritas penanganan kemiskinan di Kabupaten Jepara tahun dilihat berdasarkan 2 strategi utama penanggulangan kemiskinan, yaitu (1) strategi mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin dan (2) strategi meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin, sebagai berikut: 1. Mengurangi Beban Pengeluaran Masyarakat Miskin 1) Menjamin keberlanjutan akses pendidikan anak a. Anak Tidak Bersekolah Berdasarkan BDT 2015 penduduk usia 7-18 tahun tidak bersekolah di Kabupaten Jepara sebanyak jiwa, intervensi program bagi anak usia sekolah tidak bersekolah melalui jaminan keberlanjutan pendidikan di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah penduduk usia 7-18 tahun tidak bersekolah tinggi dan jumah penduduk usia 7-18 dengan kondisi kesejahteraan 40% tinggi (7 Kecamatan), yaitu Kec. Mayong, Bangsri, Bab IV 14

100 Kedung, Batealit, Mlonggo, Welahan dan Tahunan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.2. dan Tabel , ,00 MLONGGO Penduduk Usia 7-18 Tahun 8.300, , , ,00 TAHUNAN WELAHAN KEDUNG BANGSRI BATEALIT MAYONG 4.300, , , ,00 300, Penduduk Usia 7-18 Tahun Tidak Bersekolah Gambar 4.2 Grafik Prioritas Intervensi WilayahJumlah Penduduk Usia 7-18 Tahun Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Terhadap Jumlah Anak Tidak Bersekolah Kabupaten Jepara Tahun Tabel 4.2. Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Penduduk Usia 7-18 Tahun Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Terhadap Jumlah Anak Tidak Bersekolah Kabupaten Jepara Tahun Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Penduduk Usia 7-18 Tahun Tidak Bersekolah Penduduk Usia 7-18 Tahun Kuadran MAYONG BANGSRI KEDUNG BATEALIT MLONGGO WELAHAN TAHUNAN NALUMSARI Bab IV 15

101 Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Penduduk Usia 7-18 Tahun Tidak Bersekolah Penduduk Usia 7-18 Tahun Kuadran PAKIS AJI KEMBANG PECANGAAN JEPARA KALINYAMATAN DONOROJO KELING KARIMUNJAWA b. Penduduk Usia 5-14 Tahun Bekerja Berdasarkan BDT 2015, penduduk usia 5-14 tahun bekerja sebanyak 402 jiwa, dalam intervensi program penarikan anak bekerja kembali ke sekolah melalui jaminan keberlanjutan pendidikan di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah penduduk usia 5-14 tahun bekerja tinggi dan jumlah penduduk usia 5-14 tahun tidak bersekolah tinggi (5 Kecamatan), yaitu Kec. Mayong, Batealit, Pakis Aji, Welahan dan Pecangaan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.3. dan Tabel 4.3. Bab IV 16

102 630,00 25,13 BATEALIT MAYONG Penduduk Usia 5-14 Tahun Tidak Bersekolah 530,00 430,00 330,00 230,00 PECANGAAN WELAHAN PAKIS AJI 380,44 130,00 30, Penduduk Usia 5-14 Tahun Bekerja Gambar 4.3 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Penduduk Usia 5-14 Tahun Dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah Terhadap Penduduk Usia 5-14 Tahun Bekerja (jiwa) Kabupaten Jepara Tahun Tabel 4.3. Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Penduduk Usia 5-14 Tahun Tidak Bersekolah Terhadap Penduduk Usia 5-14 Tahun Bekerja (jiwa) Kabupaten Jepara Tahun Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Penduduk Usia 5-14 Tahun Bekerja Penduduk Usia 5-14 Tahun Tidak Bersekolah Kuadran MAYONG BATEALIT PAKIS AJI WELAHAN PECANGAAN TAHUNAN BANGSRI KEDUNG NALUMSARI MLONGGO Bab IV 17

103 Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Penduduk Usia 5-14 Tahun Bekerja Penduduk Usia 5-14 Tahun Tidak Bersekolah Kuadran KELING KALINYAMATAN JEPARA DONOROJO KEMBANG KARIMUNJAWA ) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin a. Individu Menderita Penyakit Kronis dan Penyandang Cacat Jumlah individu yang menderita penyakit kronis berdasarkan BDT 2015 di Kabupaten Jepara sebanyak jiwa dan peyandang cacat sebanyak jiwa. Intervensi program peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah individu menderita penyakit kronis tinggi dan jumah individu penyandang cacat tinggi (5 Kecamatan), yaitu Kec. Mayong, Batealit, Pakis Aji, Welahan dan Pecangaan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.4. dan Tabel 4.4. Bab IV 18

104 850, ,31 WELAHAN Individu Penyandang Cacat 750,00 650,00 550,00 450,00 PAKIS AJI PECANGAAN MAYONG BATEALIT 573,75 350,00 250,00 150,00 50, Individu Mengalami Penyakit Kronis Gambar 4.4 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Individu Menderita Penyakit Kronis Terhadap Individu Penyandang Cacat Kabupaten Jepara Tahun Tabel 4.4. Prioritas Intervensi Wilayah Individu Menderita Penyakit Kronis Terhadap Individu Penyandang Cacat Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Individu Mengalami Penyakit Kronis Individu Penyandang Cacat Kuadran TAHUNAN WELAHAN KELING NALUMSARI KEMBANG MLONGGO JEPARA KALINYAMATAN BANGSRI KEDUNG MAYONG PAKIS AJI PECANGAAN DONOROJO Bab IV 19

105 Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Individu Mengalami Penyakit Kronis Individu Penyandang Cacat Kuadran BATEALIT KARIMUNJAWA b. Kepala Rumah Tangga Belum Mendapatkan Jaminan Kesehatan Jumlah KRT yang belum mendapatkan jaminan kesehatan berdasarkan BDT 2015 di Kabupaten Jepara sebanyak jiwa dan intervensi program jaminan kesehatan bagi KRT belum mendapatkan jaminan kesehatan di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah individu yang menderita penyakit kronis tinggi dan jumah kepala rumah tangga belum mendapatkan program jaminan kesehatan tinggi (4 Kecamatan), yaitu Kec. Tahunan, Mloggo, Kembang dan Welahan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.5. dan Tabel , ,00 WELAHAN TAHUNAN MLONGGO Individu Mengalami Penyakit Kronis 2.100, , ,00 KEMBANG 1879,31 600,00 100, Kepala Rumah Tangga Belum Mendapatkan Jaminan Kesehatan Gambar 4.5 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Belum Mendapatkan Program Jaminan Kesehatan Terhadap Individu yang Menderita Penyakit Kronis Kabupaten Jepara Tahun Bab IV 20

106 Tabel 4.5. Prioritas Intervensi Wilayah KRT Belum Mendapatkan Program Jaminan Kesehatan Terhadap Individu yang Menderita Peyakit Kronis Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Belum Mendapatkan Jaminan Kesehatan Individu Mengalami Penyakit Kronis Kuadran TAHUNAN MLONGGO KEMBANG WELAHAN BANGSRI KEDUNG MAYONG BATEALIT NALUMSARI JEPARA KELING KALINYAMATAN PAKIS AJI PECANGAAN DONOROJO KARIMUNJAWA ) Meningkatkan sarana prasarana dasar a. Stimulan pemugaran rumah tidak layak huni Berdasarkan BDT 2015, jumlah rumah idak layak huni di Kabupaten Jepara sebanyak unit. Intervensi program dalam penyelesaian persoalan kondisi rumah tidak layak huni di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah rumah tidak layak huni tinggi dan jumlah penduduk menderita penyakit kronis tinggi (3 Kecamatan), yaitu Kec. Kembang, Tahunan dan Mlonggo, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.6. dan Tabel 4.6. Bab IV 21

107 3451, ,00 MLONGGO TAHUNAN Individu Mengalami Penyakit Kronis 2.100, , ,00 KEMBANG 1879,31 600,00 100, Rumah Tidak Layak Huni Gambar 4.6 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Kepala Rumah Tangga Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah RTLH Prioritas 1-3 Kabupaten Jepara Tahun Tabel 4.6. Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Kepala Rumah Tangga Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah RTLH Prioritas 1-3 Kabupaten Jepara Tahun Kecamatan Indikator Utama Rumah Tidak Layak Huni Indikator Pendukung Individu Mengalami Penyakit Kronis Kuadran MLONGGO TAHUNAN KEMBANG PAKIS AJI MAYONG BANGSRI BATEALIT KEDUNG KALINYAMATAN JEPARA NALUMSARI KELING WELAHAN Bab IV 22

108 Kecamatan Indikator Utama Rumah Tidak Layak Huni Indikator Pendukung Individu Mengalami Penyakit Kronis Kuadran KARIMUNJAWA DONOROJO PECANGAAN b. Meningkatkan akses elektrifikasi bagi masyarakat miskin Berdasarkan BDT 2015, jumlah rumah tidak berlistrik di Kabupaten Jepara sebanyak unit dan intervensi program peningkatan akses elektrifikasi di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah rumah tangga tidak berlistrik tinggi dan jumlah rumah tidak layak huni tinggi (4 Kecamatan), yaitu Kec. Bangsri, Mayong, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.7. dan Tabel , ,00 BANGSRI Rumah Tidak Layak Huni 5.300, ,00 TAHUNAN MLONGGO MAYONG 3451, , , ,00 300, Rumah Tidak Berlistrik Gambar 4.7 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Terhadap Jumlah Rumah Tidak Berlistrik Kabupaten JeparaTahun Bab IV 23

109 Tabel 4.7. Prioritas Intervensi Wilayah Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Terhadap Jumlah Rumah Tidak Berlistrik Kabupaten Jepara Tahun Kecamatan Indikator Utama Rumah Tidak Berlistrik Indikator Pendukung Rumah Tidak Layak Huni Kuadran BANGSRI MAYONG MLONGGO TAHUNAN KARIMUNJAWA KELING BATEALIT KEDUNG KEMBANG PAKIS AJI JEPARA DONOROJO WELAHAN NALUMSARI PECANGAAN KALINYAMATAN c. Pembangunan Jamban Sehat Jumlah rumah tangga tidak memiliki jamban berdasarkan BDT 2015 di Kabupaten Jepara sebanyak ruta dan intervensi program pembangunan jamban di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah rumah tangga tidak memiliki jamban tinggi dan jumah kepala rumah tangga menderita penyakit kronis tinggi (2 Kecamatan), yaitu Kec. Welahan dan Nalumsari, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.8. dan Tabel 4.8. Bab IV 24

110 973, ,00 WELAHAN Individu Mengalami Penyakit Kronis 2.100, , ,00 NALUMSARI 1879,31 600,00 100, Rumah Tangga Tidak Memiliki Jamban Gambar 4.8 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah Rumah Tangga Tidak Memiliki Jamban Kabupaten Jepara Tahun Tabel 4.8. Prioritas Intervensi Wilayah KRT Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah Rumah Tangga Tidak Memiliki Jamban Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Rumah Tangga Tidak Memiliki Jamban Individu Mengalami Penyakit Kronis Kuadran WELAHAN NALUMSARI KEDUNG DONOROJO BANGSRI MAYONG PECANGAAN KEMBANG KELING KALINYAMATAN JEPARA TAHUNAN Bab IV 25

111 Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Rumah Tangga Tidak Memiliki Jamban Individu Mengalami Penyakit Kronis Kuadran MLONGGO BATEALIT PAKIS AJI KARIMUNJAWA d. Peningkatan Akses Air Minum Layak Jumlah rumah tangga dengan sumber air minum tidak terlindung berdasarkan BDT 2015 di Kabupaten Jepara sebanyak ruta dan intervensi program peningkatan akses air minum layak di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah rumah tanggadengan sumber air minum tidak terlindung tinggi dan jumah kepala rumah tangga menderita penyakit kronis tinggi (4 Kecamatan), yaitu Kec. Jepara, Kalinyamatan, Keling dan Kembang, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.9. dan Tabel , ,00 Individu Mengalami Penyakit Kronis 2.100, , ,00 KEMBANG KELING JEPARA KALINYAMATAN 1879,31 600,00 100, Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum Tidak Terlindung Gambar 4.9 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum Tidak Terlindung Kabupaten Jepara Tahun Bab IV 26

112 Tabel 4.9. Prioritas Intervensi Wilayah KRT Menderita Penyakit Kronis Terhadap Jumlah Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum Tidak Terlindung Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum Tidak Terlindung Individu Mengalami Penyakit Kronis Kuadran JEPARA KALINYAMATAN KELING KEMBANG KARIMUNJAWA BANGSRI KEDUNG BATEALIT TAHUNAN MLONGGO WELAHAN NALUMSARI DONOROJO MAYONG PECANGAAN PAKIS AJI MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN 1) Menumbuhkembangkan usaha ekonomi baru dan kesempatan bekerja a. Jumlah Rumah Tangga Dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia Tahun Kepala rumah tangga perempuan usia tahun di Kabupaten Jepara berdasarkan BDT 2015 sebanyak jiwa dan intervensi program dalam peningkatan pendapatan bagi kepala rumah tangga perempuan di Kabupaten Jepara diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah kepala rumah tangga perempuan usia tahun tinggi dan jumlah individu usia tahun tidak bekerja tinggi (7 Kecamatan), yaitu Kec. Tahunan, Bangsri, Kedung, Mayong, Kembang, Batealit dan Mlonggo, secara rinci dapat dilihat pada Gambar dan Tabel Bab IV 27

113 2357,63 MLONGGO ,00 BANGSRI KEDUNG Individu Usia Tahun Tidak Bekerja , , , ,00 MAYONG BATEALIT KEMBANG TAHUNAN 7877, ,00 700, Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia di bawah 59 Tahun Gambar 4.10 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah Individu Usia Tahun Tidak Bekerja Terhadap Jumlah Rumah Tangga Dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia Tahun Kabupaten Jepara Tahun Tabel Prioritas Intervensi Wilayah Individu Usia Tahun Tidak Bekerja Terhadap Jumlah Rumah Tangga Dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia Tahun Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia di bawah 59 Tahun Individu Usia Tahun Tidak Bekerja Kuadran TAHUNAN BANGSRI KEDUNG MAYONG KEMBANG BATEALIT MLONGGO WELAHAN Bab IV 28

114 Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Perempuan Usia di bawah 59 Tahun Individu Usia Tahun Tidak Bekerja Kuadran KELING NALUMSARI PECANGAAN DONOROJO JEPARA PAKIS AJI KALINYAMATAN KARIMUNJAWA b. Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Pertanian Padi dan Palawija Kepala rumah tangga bekerja di sektor pertanian padi dan palawija di Kabupaten Jepara berdasarkan BDT 2015 sebanyak jiwa dan intervensi program diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah kepala rumah tangga bekerja di sektor pertanian padi dan palawija tinggi dan jumah rumah tangga desil 3 dan 4 tinggi (2 Kecamatan), yaitu Kec. Bangsri dan Nalumsari, secara rinci dapat dilihat pada Gambar dan Tabel Bab IV 29

115 4.500, , ,00 Kepala Rumah Tangga Desil 3 & , , , ,00 NALUMSARI BANGSRI 2548, , ,00 500, Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Padi & Palawija Gambar 4.11 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Pertanian Padi dan Palawija Kabupaten Jepara Tahun Tabel Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Pertanian Padi dan Palawija Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Padi & Palawija Kepala Rumah Tangga Desil 3 & 4 Kuadran BANGSRI NALUMSARI KEMBANG MAYONG KELING DONOROJO WELAHAN KEDUNG MLONGGO TAHUNAN JEPARA BATEALIT PAKIS AJI Bab IV 30

116 Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Padi & Palawija Kepala Rumah Tangga Desil 3 & 4 Kuadran PECANGAAN KALINYAMATAN KARIMUNJAWA c. Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Perkebunan Kepala rumah tangga bekerja di sektor perkebunan di Kabupaten Jepara berdasarkan BDT 2015 sebanyak jiwa dan intervensi program diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah kepala rumah tangga bekerja di sektor perkebunan tinggi dan jumah rumah tangga desil 3 dan 4 tinggi (1 Kecamatan), yaitu Kec. Bangsri, secara rinci dapat dilihat pada Gambar dan Tabel ,00 78, ,00 Kepala Rumah Tangga Desil 3 & , , , ,00 BANGSRI 2548, , ,00 500, Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Perkebunan Gambar 4.12 Grafik Prioritas Intervensi KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Perkebunan Kabupaten Jepara Tahun Bab IV 31

117 Tabel Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Perkebunan Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Perkebunan Kepala Rumah Tangga Desil 3 & 4 Kuadran BANGSRI KELING KEMBANG BATEALIT NALUMSARI MLONGGO KEDUNG TAHUNAN WELAHAN JEPARA MAYONG PAKIS AJI DONOROJO PECANGAAN KALINYAMATAN KARIMUNJAWA d. Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Peternakan Kepala rumah tangga bekerja di sektor peternakan di Kabupaten Jepara berdasarkan BDT 2015 sebanyak jiwa dan intervensi program diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah kepala rumah tangga bekerja di sektor peternakan tinggi dan jumlah rumah tangga desil 3 dan 4 tinggi (4 Kecamatan), yaitu Kec. Kembang, Keling, Pakis Aji dan Donorejo, secara rinci dapat dilihat pada Gambar dan Tabel Bab IV 32

118 4.500,00 206, ,00 Kepala Rumah Tangga Desil 3 & , , , , ,00 PAKIS AJI KELING 2548,94 KEMBANG DONOROJO 1.500, ,00 500,00 206, Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Peternakan Gambar 4.13 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Peternakan Kabupaten Jepara Tahun Tabel Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Peternakan Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Peternakan Kepala Rumah Tangga Desil 3 & 4 Kuadran KEMBANG KELING PAKIS AJI DONOROJO BANGSRI MLONGGO TAHUNAN WELAHAN NALUMSARI JEPARA KEDUNG MAYONG BATEALIT Bab IV 33

119 Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Peternakan Kepala Rumah Tangga Desil 3 & 4 Kuadran PECANGAAN KALINYAMATAN KARIMUNJAWA e. Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Industri Pengolahan Kepala rumah tangga bekerja di sektor industri pengolahan di Kabupaten Jepara berdasarkan BDT 2015 sebanyak jiwa dan intervensi program diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah kepala rumah tangga bekerja di sektor industri pengolahan tinggi dan jumlah rumah tangga desil 3 dan 4 tinggi (5 Kecamatan), yaitu Kec. Tahunan, Bangsri, Kedung, Welahan dan Mlonggo, secara rinci dapat dilihat pada Gambar dan Tabel , ,00 KEDUNG 4.000,00 Kepala Rumah Tangga Desil 3 & , , , ,00 MLONGGO WELAHAN BANGSRI TAHUNAN 2548, , ,00 500, Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Industri Pengolahan Gambar 4.14 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Jepara Tahun Bab IV 34

120 Tabel Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Industri Pengolahan Kepala Rumah Tangga Desil 3 & 4 Kuadran TAHUNAN BANGSRI KEDUNG WELAHAN MLONGGO BATEALIT MAYONG PAKIS AJI PECANGAAN JEPARA NALUMSARI KALINYAMATAN KEMBANG DONOROJO KELING KARIMUNJAWA f. Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Perdagangan Kepala rumah tangga bekerja di sektor perdagangan di Kabupaten Jepara berdasarkan BDT 2015 sebanyak jiwa dan intervensi program diprioritaskan pada wilayah Kecamatan dengan jumlah kepala rumah tangga bekerja di sektor perdagangan tinggi dan jumlah rumah tangga desil 3 dan 4 tinggi (6 Kecamatan), yaitu Kec. Welahan, Tahunan, Kedung, Jepara, Mlonggo dan Bangsri, secara rinci dapat dilihat pada Gambar dan Tabel Bab IV 35

121 4.500,00 953,31 KEDUNG 4.000,00 Kepala Rumah Tangga Desil 3 & , , , ,00 JEPARA TAHUNAN MLONGGO BANGSRI WELAHAN 2548, , ,00 500, Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Perdagangan Gambar 4.15 Grafik Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Perdagangan Kabupaten JeparaTahun Tabel Prioritas Intervensi Wilayah KRT Desil 3 dan 4 Terhadap KRT yang Bekerja di Sektor Perdagangan Kabupaten Jepara Tahun Indikator Indikator Utama Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Perdagangan Kepala Rumah Tangga Desil 3 & 4 Kuadran WELAHAN TAHUNAN KEDUNG JEPARA MLONGGO BANGSRI MAYONG KALINYAMATAN NALUMSARI PAKIS AJI PECANGAAN BATEALIT KEMBANG Bab IV 36

122 Indikator Utama Indikator Pendukung Kecamatan Kepala Rumah Tangga Bekerja di Sektor Perdagangan Kepala Rumah Tangga Desil 3 & 4 Kuadran KELING DONOROJO KARIMUNJAWA Bab IV 37

123 BAB V ANALISIS APBD UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN JEPARA Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam konteks pembangunan, penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah dan pembangunan daerah akan berjalan secara optimal apabila didukung dengan kemampuan keuangan daerah yang mencukupi kebutuhan pembangunan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu kebutuhannya adalah kemampuan keuangan daerah yang akan dimanfaatkan untuk pembiayaan program penanggulangan kemiskinan. A. GAMBARAN UMUM ANGGARAN DAERAH Instrumen kebijakan fiskal yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara dalam rangka melakukan pelayanan publik, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakar serta terus melakukan pembangunan di berbagai sektor yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Realisasi APBD setiap tahun menunjukkan sumber-sumber pendapatan daerah dan berapa besar alokasi belanja untuk melaksanakan program/kegiatan, serta pembiayaan yang muncul bila terjadi surplus atau defisit. Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus mengalami peningkatanmenjadi sebanyak Rp Belanja Daerah Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus meningkat menjadi sebanyak Rp Sedangan trend surplus terjadi pada tahun 2012 hingga tahun 2015, sedangkan pada tahun 2016 terjadi defisit sebesar Rp , secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.1. Bab V 1

124 Gambar 5.1. Perkembangan Komposisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran (Rupiah) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 1) Pendapatan Daerah Komposisi pendapatan daerah pada APBD Kabupaten Jepara dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian utama yaitu pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan daerah Kabupaten Jepara tahun 2016 sebanyak Rp didominasi dana perimbangan sebesar 65,44%, diikuti pendapatan lainnya sebesar 18,92% dan PAD sebesar 15,64%, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2. Komposisi Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2016 (Rupiah) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah Bab V 2

125 Perkembangan komposisi sumber pendapatan daerah Kabupaten Jepara pada tahun ditunjukkan bahwa dana perimbangandan lain-lain pendapatan yang sah setiap tahun mendominasi struktur pendapatan daerah, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.3. Gambar 5.3. Perkembangan Komposisi Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran (Rupiah) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 2) Belanja Daerah Belanja daerah Kabupaten Jepara tahun 2016 mencapai Rp dengan komposisi 5 (lima) besar yaitu belanja pegawai tidak langsung dan langsung (41,57%), belanja barang dan jasa (24,71%), belanja modal (18,33%), belanja bantuan keuangan (11,88%), dan belanja hibah (2,74%), secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.4. Bab V 3

126 Gambar 5.4. Komposisi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2016 (Rupiah) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah Perkembangan struktur belanja daerah Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016, yaitu belanja pegawai tidak langsung dan langsung mendominasi dan terus mengalami kenaikan setiap tahun, diikuti belanja barang dan jasa dan belanja modal, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.5. Bab V 4

127 Gambar 5.5. Perkembangan Komposisi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran (Rupiah) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 3) Pembiayaan Daerah Pembiayaan netto Kabupaten Jepara tahun 2016 sebesar Rp dengan penerimaan pembiayaan sebesar Rp serta pengeluaran pembiayaan sebesar Rp , secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Komposisi Pembiayaan Daerah Kabupaten Jepara Tahun (Rupiah) Pembiayaan Daerah Pembiayaan netto Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah Bab V 5

128 B. ANALISIS PENDAPATAN DAERAH 1) Rasio Pajak (Tax Ratio) Rasio pajak (tax ratio) di tingkat daerah merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak daerah dengan PDRB. Rasio pajak dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak, mengukur kinerja perpajakan, dan melihat potensi pajak yang dimiliki. PDRB sangat erat kaitannya dengan potensi pajak daerah karena dapat menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat. Jika pertumbuhan ekonomi daerah baik tentunya akan menjadi potensi penerimaan pajak di wilayah tersebut. PDRB yang akan digunakan dalam analisis ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku yang merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan patokan harga pada setiap tahun. Nilai PDRB ini pada umumnya digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Perhitungan rasio pajak di berbagai wilayah di Indonesia akan memberikan gambaran hubungan antara penerimaan pajak daerah di wilayah tersebut dengan PDRB-nya, menilai kondisi suatu daerah, dan membandingkannya dengan daerah lain. Rasio pajak Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2012 sebesar 0,17% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 0,41%, sehingga rata-rata pajak yang bisa dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Jepara selama kurun waktu lima tahun sebesar 0,25% dari PDRB. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.6. Bab V 6

129 Gambar 5.6. Perkembangan Rasio Pajak Kabupaten Jepara Tahun (%) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 2) Pajak Per Kapita (Tax Per Kapita) Pajak per kapita memang belum banyak digunakan dalam menghitung tingkat keberhasilan pajak sebagai sumber pendapatan daerah. namun pajak per kapita dapat digunakan sebagai alternatif alat hitung efektifitas pemungutan pajak daerah. Pajak per kapita merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak yang dihasilkan suatu daerah dengan jumlah penduduknya. Pajak per kapita menunjukkan kontribusi setiap penduduk pada pajak daerah. Pajak per kapita Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus mengalami peningkatan, yaitu dari tahun 2012 sebesar Rp ,- dan tahun 2016 menjadi sebesar Rp ,-, sehingga rata-rata rasio pajak per kapita Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016 adalah Rp ,-, berarti secara rata-rata setiap penduduk yang ada di Kabupaten Jepara memberikan kontribusi lebih dari Rp ,-(kurang dari Rp ,- per tahun) untuk pendapatan daerah melalui pajak daerah, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.7. Bab V 7

130 Gambar 5.7. Perkembangan Pajak Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun (Rupiah) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 3) Ruang Fiskal (Fiscal Space) Ruang fiskal (fiscal space) merupakan suatu konsep untuk mengukur fleksibilitas yang dimiliki pemerintah daerah dalam mengalokasikan APBD untuk membiayai kegiatan yang menjadi prioritas daerah. Semakin besar ruang fiskal yang dimiliki suatu daerah maka akan semakin besar pula fleksibilitas yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengalokasikan belanjanya pada kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas daerah seperti pembangunan infrastruktur daerah. Perhitungan ruang fiskal daerah yaitu total pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan hibah, pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked), dan belanja yang sifatnya mengikat yaitu belanja pegawai dan belanja bunga, kemudian dibagi dengan total pendapatannya. Ruang fiskal daerah saat ini masih sangat terbatas karena sebagian besar anggaran digunakan untuk belanja rutin (belanja pegawai). Idealnya porsi belanja rutin lebih kecil dari belanja modal. Memperbesar ruang fiskal daerah untuk belanja modal sangat penting karena dapat menjadi stimulus perekonomian daerah. Pemerintah Daerah diharapkan dapat membuat kebijakan yang mampu menciptakan iklim perekonomian yang kondusif. Selain itu, efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran di daerah juga dapat mendukung terciptanya ruang fiskal. Perkembangan ruang fiskal pendapatan daerah Kabupaten Jepara tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar Bab V 8

131 6,88% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 14,15%. Hal ini dipengaruhi rendahnya porsi belanja pegawai tidak langsungdan dana transfer yang cenderung menurun tiap tahun. Dengan demikian Kabupaten Jepara sudah memulai memperbesar ruang fiskal daerah untuk belanja modal dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.8. Gambar 5.8. Perkembangan Ruang Fiskal Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 4) Tingkat Ketergantungan Daerah Rasio ketergantungan daerah menggambarkan tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap bantuan pihak eksternal, baik itu Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah lain. Rasio ini ditunjukkan oleh perbandingan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap total pendapatan (derajat otonomi fiskal) dan rasio dana transfer terhadap total pendapatan (rasio ketergantungan fiskal). Derajat otonomi fiskal memiliki makna yang berkebalikan dengan rasio ketergantungan fiskal. Semakin besar angka derajat otonomi fiskal maka ketergantungan daerah semakin kecil. Sebaliknya, semakin besar angka rasio ketergantungan fiskal, maka semakin besar tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal. Dengan demikian, daerah yang memiliki tingkat ketergantungan yang rendah adalah daerah yang memiliki derajat otonomi fiskal yang tinggi sekaligus rasio ketergantungan fiskal yang rendah. Potret derajat otonomi fiskal dan rasio ketergantungan fiskal Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016, yaitu setiap tahun derajat otonomi fiskal jauh lebih rendah dibandingkan rasio ketergantungan fiskal. Bab V 9

132 Hal ini mengindikasikan Kabupaten Jepara memiliki ketergantungan daerah yang tinggi, disebabkan oleh rendahnya sumber-sumber PAD, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5.9. Gambar 5.9. Perkembangan Tingkat Ketergantungan Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah C. ANALISIS BELANJA DAERAH 1) Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah Tujuan penghitungan rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah adalah untuk mengetahui proporsi belanja pegawai terhadap total belanja daerah. Data Belanja pegawai di sini adalah penjumlahan dari belanja pegawai langsung dan belanja pegawai tidak langsung. Rasio ini menggambarkan bahwa semakin tinggi angka rasionya maka semakin besar proporsi APBD yang dialokasikan untuk belanja pegawai. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil angka rasio Belanja Pegawai maka semakin kecil proporsi APBD yang dialokasikan untuk Belanja Pegawai APBD. Perkembangan rasio Belanja Pegawai terhadap total Belanja Daerah Kabupaten Jepara dari tahun 2013 hingga tahun 2016 terus mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2013 sebesar 52,57% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 40,43%, secara rinci dapa dilihat pada Gambar Bab V 10

133 Gambar Perkembangan Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 2) Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah Rasio belanja modal terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk membiayai belanja modal. Belanja modal ditambah belanja barang dan jasa merupakan belanja pemerintah daerah yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, disamping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Realisasi belanja modal akan memiliki multiplier effect dalam menggerakan roda perekonomian daerah. Oleh karena itu, semakin tinggi angka rasionya, diharapkan akan semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya semakin berkurang pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Rasio belanja modal terhadap total belanja daerah Kabupaten Jeparapada tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi namun cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar 41,06% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 43,04%. Kondisi ini menunjukkan peningkatan terhadap perbaikan kualitas struktur belanja daerah, sehingga komitmen Pemerintah Kabupaten Jepara untuk mendorong pertumbuhan ekonominya semakin baik, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Bab V 11

134 Gambar Perkembangan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 3) Rasio Belanja Modal Per Kapita Rasio belanja modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur daerah per penduduk. Rasio belanja modal per kapita memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena belanja modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan perhatian pemerintah dalam meningkatkan perekonomian penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang dikeluarkan. Rasio belanja modal per kapita Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga tahun 2016terus mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2012 sebesarrp ,76dan pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp ,22. Hal ini menandakan anggaran belanja modal dalam perbaikan kondisi perekonomian masyarakat di Kabupaten Jepara semakin baik, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Bab V 12

135 Gambar Perkembangan Rasio Belanja Modal Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun (Rupiah) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah 4) Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total Belanja Daerah Belanja bantuan sosial merupakan salah satu pos dalam belanja tidak langsung. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif dalam bentuk uang/barang kepada masyarakat atau organisasi profesi yang bertujuan untuk kepentingan umum. Dalam bantuan sosial termasuk antara lain bantuan partai politik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Seringkali pemberitaan di media massa melaporkan bahwa pada masa-masa tertentu seperti menjelang pemilihan umum ataupun pemilihan kepala daerah, belanja ini menjadi isu yang panas dan banyak diperbincangkan di kalangan masyarakat. Dari sisi pemerintah daerah, bantuan sosial ini berpotensi menimbulkan tumpang tindih kegiatan dengan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD), di mana keduanya menggunakan dana dari APBD. Sebagai contoh, bantuan sosial kepada masyarakat di lingkungan kumuh, pondok pesantren, bantuan untuk bidang sanitasi, penyediaan akses air bersih, dan sebagainya yang juga dilaksanakan oleh SKPD. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan terhadap jumlah anggaran yang dialokasikan untuk belanja bantuan sosial. Agar pengelolaan belanja bantuan sosial dilaksanakan secara transparan dan akuntabel, saat ini Pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Bantuan Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD dan Bab V 13

136 Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 70 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengeloaan Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD Kabupaten Jepara. Rasio Belanja Bantuan Sosial terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk belanja bantuan sosial. Semakin tinggi angka rasionya maka semakin besar proporsi APBD yang dialokasikan untuk belanja bantuan sosial dan begitu sebaliknya semakin kecil angka rasio belanja bantuan sosial maka semakin kecil pula proporsi APBD yang dialokasikan untuk belanja bantuan sosial. Proporsi APBD Kabupaten Jepara untuk Belanja Bantuan Sosial pada tahun 2012 hingga tahun 2016 semakin kecil, yaitu pada tahun 2012 sebesar 1,42% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 0,45%, secara rinci dapat dilihat pada Gambar Gambar Perkembangan Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun (%) Sumber: DPPKD Kabupaten Jepara Tahun 2016, diolah D. ANALISIS BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN Realisasi Belanja daerah Kabupaten Jepara tahun 2016 dilihat per urusan, terdapat 5 urusan yang mendominasi adalah urusan Pekerjaan Umum sebesar 27,72%, urusan Kesehatan sebesar 25,19%, urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan Persandian sebesar 9,53%, urusan Pendidikan sebesar 7,89% dan urusan Perumahan sebesar 5,62%. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar Bab V 14

137 Gambar Komposisi Belanja Daerah Kabupaten Jepara Menurut Urusan Tahun 2016 (%) 1) 2) Sumber: BPKPAD Kabupaten Jepara, diolah Sedangkan komposisi belanja daerah Kabupaten Jepara menurut urusandilihat pada tahun 2016, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.2. Bab V 15

138 KODE URAIAN Tabel 5.2 Komposisi Belanja DaerahMenurut Urusan Kabupaten JeparaTahun 2016 (Rupiah) PEGAWAI R E A L I S A S I TAHUN 2016 JENIS BELANJA BARANG DAN JASA JUMLAH MODAL RUPIAH (%) Urusan Pada Semua Skpd , Perencanaan Pembangunan , Otonomi Daerah, ,53 Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan Persandian Statistik , Kearsipan , Komunikasi Dan Informatika , Kesatuan Bangsa Dan Politik ,75 Dalam Negeri Perhubungan , Ketenagakerjaan , Koperasi Dan Usaha Kecil ,16 Menengah Penanaman Modal , Ketahanan Pangan , Pemberdayaan Masyarakat ,61 Dan Desa Pertanian , Kehutanan , Energi Dan Sumber Daya ,39 Mineral Kelautan Dan Perikanan , Perdagangan , Industri , Ketransmigrasian , Penataan Ruang , Lingkungan Hidup , Pertanahan , Pekerjaan Umum , Perumahan , Kesehatan , Keluarga Berencana Dan ,44 Keluarga Sejahtera Kebudayaan , Pariwisata , Pendidikan , Kepemudaan Dan Olah Raga , Perpustakaan , Kependudukan Dan Catatan ,30 Sipil Pemberdayaan Perempuan ,08 Dan Perlindungan Anak Sosial ,81 T O T A L ,00 Bab V 16

139 E. PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara berdasarkan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah adalah sebagai berikut : 1. Dinas Kesehatan Inisiasi program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan terdiri dari tiga program, yaitu : a. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin Program pelayanan kesehatan penduduk miskin dilakukan melalui kegiatan pelayanan bagi masyarakat miskin diluar jamkesmas untuk puskesmas dan jaringannya serta rumah sakit. Kegiatan ini diharapkan dapat memperluas cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin terutama di wilayah di PPK I, PPK II dan PPK III. Implementasi kegiatan meliputi operasi katarak pada 5 pasien, operasi kelainan kongenital pada 20 pasien, operasi lain (hernia, lipoma, struma dll) terhadap 20 pasien, pelaksanaan khitan pada 296 pasien dan implementasi pelayanan pada pasien rawat jalan, rawat inap Puskesmas, PPK II, PPK III. Seluruh kegiatan bersumber dari APBD Kabupaten Jepara dengan nilai anggaran sebesar Rp b. Program pengembangan lingkungan sehat Program pengembangan lingkungan sehat dalam rangka mendukung penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara dilaksanakan dengan kegiatan penyehatan air bersih dan lingkungan pemukiman dan stimulan jamban masyarakat yang terpicu. Implementasi kegiatan dilaksanakan melalui penyediaan jamban bagi keluarga tidak mampu yang diharapkan masyarakat miskin mampu memiliki jamban yang sehat dan memenuhi standar. Jumlah jamban yang diperbantukan sebanyak 165 jamban dengan 20 jamban dilaksanakan di Desa Ngabul, Kecapi, Bendanpete dan Sumanding. Sementara itu yang 145 jamban dilaksanakan di Desa Blimbingrejo, Bugel, Panggung, Kedungmalang, Surodadi, Pecangan kulon, Bangsri, Banjaragung, Tengguli, Kepuk, Blingoh, Pendosawalan, Damarjati, Suwawal Timur, Lebak, Plajan, Saripan, Bulu, Kedungcino, Kuwasen, Demaan, Mantingan, Kecapi dan Desa Klepu. Bab V 17

140 Nilai anggaran Program pegembangan lingkungan sehat dalam rangka mendukung penanggulangan kemiskinan sebesar Rp , dengan alokasi pelatihan dan pemicuan CLTS sebesar Rp dan stimulan jamban sebesar Rp Anggaran tersebut secara keseluruhan bersumber dari APBD Kabupaten Jepara. No c. Program perbaikan gizi masyarakat. Program perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan melalui 2 kegiatan, yaitu penyediaan makanan pendamping ASI dengan sasaran terhadap 5676 balita keluarga miskin dan peningkatan perbaikan gizi masyarakat yang secara khusus terdiri dari bahan untuk balita gizi buruk, pemulihan pasca rawat inap, dan bahan makanan untuk taman serta mengembangkan pemulihan gizi desa percontohan. Sasaran perbaikan gizi ini pada 117 balita gizi buruk. d. Besarnya anggaran program perbaikan gizi masyarakat adalah sebesar Rp dengan alokasi untuk kegiatan penyediaan makanan pendamping ASI sebesar Rp dan perbaikan gizi sebesar Rp secara keseluruhan anggaran berasal dari APBD Kabupaten Jepara. Program / Kegiatan 1 Program Pelayanan Kesehatan penduduk miskin Pelayanan bagi masyarakat miskin diluar jamkesmas untuk Puskesmas dan jaringannya serta Rumah Sakit Indikator Kinerja Kegiatan Meningkatnya cakupan pelayanan kepada masyarakat miskin di PPK I, PPK II dan dan PPK III Sasaran Wilayah (Desa/ Kec) Besarnya Anggaran Sumber Anggaran 5 operasi katarak, Kabupaten Jepara APBD Kab 20 operasi kelainan kongenital 20 opersi lain (hernia, lipoma, struma dll) 296 khitan Pasien rawat jalan, rawat inap Puskesmas, PPK II, Bab V 18

141 No Program / Kegiatan 2 Program Pengembang an Lingkungan Sehat Penyehatan air bersih dan lingkungan pemukiman Stimulan jamban masy yang terpicu 3 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Penyediaan makanan pendamping ASI Peningkatan perbaikan gizi Indikator Kinerja Kegiatan Terselenggaran ya pelatihan pemicuan dan terbangunnya jamban keluarga Terlaksananya pemberian MP ASI bulan Keluarga miskin Menurunnya kasus balita gizi Sasaran PPK III Wilayah (Desa/ Kec) 20 jamban Ngabul, Kecapi, Bendanpete, Sumanding 145 jamban 5676 balita keluarga miskin 117 balita gizi buruk Blimbing rejo, Bugel, Panggung, Kedungmala ng Surodadi, Pecangan kulon Bangsri, Banjaragun g Tengguli, Kepuk Blingoh, Pendosawal an Damarjati, Suwawal Timur Lebak, Plajan, Saripan Bulu, Kedungcino, Kuwasen, Demaan, Mantingan, kecapi, Klepu, Kabupaten Jepara Kabupaten Jepara Besarnya Anggaran Sumber Anggaran APBD Kab APBD Kab Bab V 19

142 No Program / Kegiatan masyarakat Indikator Kinerja Kegiatan buruk Sasaran Wilayah (Desa/ Kec) Besarnya Anggaran Sumber Anggaran 2. Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Inisiasi program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM adalah program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pengembangan dan pemasangan jaringan listrik dengan sasaran wilayah pedukuhan. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan akses yang lebih baik bagi masyarakat yang masih belum terjangkau sarana dan prasarna listrik, masih mengandalkan sambungan tidak resmi. Pelaksanaan kegiatan pengembangan jaringan listrik dengan sumber APBD Kabupaten Jepara sebesar Rp , dilaksanakan di 9 kecamatan dengan sasaran desa sebanyak 16 Desa. Jumlah desa terbanyak berada di Kecamatan Kembang sebanyak 4 desa. Jumlah PAL yang terpasang sebanyak 217 PAL dengan TRAFO 50 Kva terpasang sebanyak 23 unit. Pemasangan jaringan listrik perdukuhan melalui APBD Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. No Kecamatan Desa Item PAL TRAFO 50 Kva Anggaran 1 Nalumsari Ngetuk Mayong Kuanyar Ngroto Batealit Mindahan Kegung Menganti Kedungmalang Tahunan Langon Bangsri Banjaragung Kembang Kancilan Kaliaman Dermolo Balong Donorojo Clering Keling Tunahan Keling Gelang APBD Kab. Jepara Bab V 20

143 Pengembangan dan pemasangan jaringan Listrik pedukuhan dengan anggaran dari bantuan APBD Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan di 13 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 34 desa. Kecamatan dengan sasaran terbanyak berada di Kecamatan Welahan terdapat 6 desa sasaran. Besarnya anggaran yang terealisasi adalah Rp , dengan hasil tercapai pemasangan PAL sebanyak 387 PAL dan TRAFO 50 Kva terpasang sebanyak 27 unit. Pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pemasangan jaringan listrik melalui APBD Provinsi Jawa Tengah selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Item No Kecamatan Desa PAL TRAFO 50 Kva Anggaran 1 Welahan Welahan Brantaksekarjati Gidanglo Sidigede Telukwetan Kalipucang Wetan 2 Kedung Rau Bulakbaru Sukosono Tunggultlare Nalumsari Blimbingharjo Dorang Gemiring Lor Mayong Mayong Lor Rajekwesi Pecangaan Pulodarat Rengging Krasak Batealit Pekalongan Raguklampitan Batealit Bawu Tahunan Semat Kecapi Jepara Mulyoharjo Potroyudan Pakis Aji Bulungan Plajan Mlonggo Sinanggul Srobyong Bangsri Kedungleper Bab V 21

144 Item No Kecamatan Desa PAL TRAFO 50 Kva Anggaran 12 Donorojo Banyumanis Bandungharjo Keling Watuaji APBD Provinsi Jawa Tengah Kantor Ketahanan Pangan Dalam rangka mendukung pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara, bidang pangan melalui Kantor Ketahanan Pangan menetapkan 2 program, yaitu : a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Program peningkatan kesejahteraan petani pada Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Jepara dilaksanakan dalam rangka fasilitasi pelaksanaan program beras untuk rumah tangga miskin. Fasilitasi dilaksanakan agar penyaluran beras bagi masyarakat miskin terhadap 195 desa dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penyaluran diharapkan tidak banyak kendala terutama pada kelompok sasaran yang menerima bantuan beras. Fasilitasi kegiatan ini dianggarkan melalui APBD Kabupaten Jepara dengan besaran anggaran yaitu Rp b. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Program peningkatan ketahanan pangan dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara dilaskanakan melalui delapan kegiatan, yaitu : 1) Kegiatan Perintisan Desa Mandiri Pangan Rintisan desa mandiri pangan merupakan upaya pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan ketersediaan cadangan pangan daerah. Tingkat ketersediaan cadangan pangan diharapkan berasal dari wilayahnya sendiri dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan sendiri dan penyediaan pangan. Kegiatan rintisan Desa Mandiri Pangan dilaksanakan dengan sumber pendanaan dari APBD Kabupaten Jepara dengan nilai sebesar Rp Pelaksanaan rintisan desa mandiri pangan berada di 6 desa, yaitu Desa Buaran, Karanggondang, Tunahan, Bumiharjo, lebak dan Suwawal Timur. Bab V 22

145 2) Kegiatan Pemberdayaan Kelompok dan Gapoktan Kegiatan ini diarahkan pada upaya peningkatan kapasitas kelompok tani, terutama kelompok wanita tani yang berada di wilayah kerja Kantor Ketahanan Pangan. Prioritas sasaran kegiatan peningkatan kapasitas kelompok pada kelompok wanita tani yang diimplementasikan pada peningkatan ketrampilan dalam pengolahan pangan lokal. Sasaran kegiatan pemberdayaan kelompok wanita tani berada di enam desa, yaitu Banjaran Tengguli, Gelang, Teluk, Awur, Bapangan dan Kriyan. Anggaran kegiatan dialokasikan dari APBD Kabupaten Jepara sebesar Rp ) Kegiatan Penganganan Daerah Rawan Pangan Di Kabupaten Jepara masih terdapat wilayah yang termasuk pada kategori wilayah rawan pangan. Dengan melihat kondisi tersebut, Kantor Ketahanan pangan menetapkan kegiatan penanganan daerah rawan pangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kecukupan pangan pada daerah yang berada pada ketersediaan pangan tidak memadai sesuai standar ketersediaan pangan. Jumlah desa yang menjadi sasaran kegiatan penanganan daerah rawan pangan adalah sebanyak delapan desa yang meliputi Desa Kauman, Bulu, Ujungbatu, Karangkebagusan, Mulyoarjo, Bandengan, Semat dan Surodadi. 4) Kegiatan Fasilitasi Pengisian Lumbung Pangan Masyarakat Desa Penetapan lumbung pangan desa merupakan bagian dari upaya mendekatkan ketersediaan pangan daerah pada masyarakat. Masyarakat ditingkat desa memiliki kewajiban dalam pengisian lumbung pangan d desa. Kantor Ketahanan Pangan pada tahun 2015 memberikan inisiasi kegiatan berupa pengisian lumbung pangan desa bantuan. Pengisian lumbung pangan desa difokuskan pada enam desa yaitu Bandungharjo, Suwawal Timur, Semat, Karangaji dan Nalumsari. 5) Kegiatan Optimalisasi Lahan Pekarangan dan Lingkungan Sekolah Upaya meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang sumbersumber pangan dimasyarakat, Kantor Ketahanan Pangan melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan dan lingkungan yang selama ini masih belum produktif. Sasaran dari kegiatan ini terdiri dari Kelompok Wanita Tani (KWT), PKK desa/rt, Siswa & guru sekolah serta Bab V 23

146 Masyarakat sekitar. Melalui kegiatan pengembangan wawasan ketahanan pangan diharapkan mampu menciptakan Meningkatnya Pengetahuan & wawasan siswa sekolah tentang manfaat pangan lokal sebagai sumber pangan hayati dari kearifan lokal. Sasaran dari kegiatan ini berada pda wilayah Kecapi, Banyumanis Karangrandu, Guyangan, Kaliaman, Bulungan, Damarwulan dan Kalipucang Wetan. Sementara itu pada tingkatan sekolah, pengenalan kegiatan optimalisasi lahan pekarangan disampaikkan pada SDN 3 Karangaji, SDN 6 Troso, SDN 2 Wonorejo, SMAN 1 Mlonggo, SMPN 1 Bangsri, SMPN 2 Kembang, SDIT Bumi Kartini Kuwasen dan SDN 1 Plajan. Alokasi anggaran kegiatan ini mencapai Rp berasal dari APBD Kabupaten Jepara. 6) Kegiatan Sarana Pendukung Cadangan Pangan Pemerintah dan Lumbung Pangan Masyarakat Dalam rangka mendorong pada peningkatan cadangan pangan masyarakat, melalui alokasi DAK sebesar Rp dilaksanakan kegiatan pemenuhan sarana pendukung cadangan pangan. Sasaran prioritas kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bumiharjo, Kancilan, Karanggondang Suwawal Timur, Karangaji, Semat, Karangandu, Gerdu, Kelet, Bandungharjo, Tulakan, Kancilan, Nalumsari. Melalui kegiatan ini diharapkan ketersediaan cadangan masyarakat terpenuhi dan mendorong pada peningkatan kesejahteraan petani. 7) Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Pelaksanaan kegiatan diarahkan pada menciptakan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) untuk mendukung cadangan pangan di tingkat keluarga. Prinsip kegiatan ini adalah pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan kegiatan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) dan kelompok PKK. Ditahun 2015, lokus sasaran di 12 desa yang meliputi Desa Kecapi, Bucu, Blingoh, Tunahan, Sekuro, Gemulung, Palemkerep, Srikandang, Kemujan, Lebak, Buaran, Bantrung. Alokasi Bab V 24

147 anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp yang bersumber dari APBD Kabupaten Jepara. 8) Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan (KMP) Kegiatan KMP dilaksanakan dalam rangka mewujudkan desa/kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi. Pendanaan kegiatan KMP berasal dari APBD Kabupaten Jepara sebesar Rp , dengan sasaran pada Desa Cepogo, Dudakawu, Pendem, Jinggotan dan Bucu. No. Program/ Kegiatan 1 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Fasilitasi Pelaksanaan Program Beras Untuk rumah Tangga Miskin 2 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Perintisan Desa Mandiri Pangan Pemberdayaan Kelompok dan Gapoktan Penganganan Daerah Rawan Pangan Indikator Kinerja Kegiatan (Output) Meningkatnya Kesejahteraan Keluarga Miskin di Kab. Jepara Terwujudnya Desa Mandiri Pangan yang mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri dan penyediaan pangan bagi daerah sekitar Meningkatnya Kemampuan kelompok dan Gapoktan Meningkatnya Kecukupan Pangan pada daerah rawan Sasaran Rumah tangga miskin Kelompok afinitas pada lokasi DMP Kelompok Wanita Tani pengolah pangan lokal Masyarak at pada daerah rawan pangan Wilayah (Desa/ Kec) 195 desa sesuai dengan TNP2K Buaran, Karanggonda ng, Tunahan, Bumiharjo, lebak dan Suwawal Timur Banjaran Tengguli, Gelang, Teluk, Awur, Bapangan, Kriyan Kauman, Bulu, Ujungbatu, Karangkebag usan, Mulyoarjo, Besarnya Anggaran Sumber Anggar an APBD II APBD II APBD II APBD II Bab V 25

148 No. Program/ Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan (Output) Sasaran Wilayah (Desa/ Kec) Bandengan, Semat, Surodadi Besarnya Anggaran Sumber Anggar an Fasilitasi Pengisian Lumbung Pangan Masyarakat Desa Optimalisasi Lahan Pekarangan dan Lingkungan Sekolah Sarana Pendukung Cadangan Pangan Pemerintah dan Lumbung Pangan Masyarakat (DAK) Terlaksananya bantuan pengisian LPMD untuk peningkatan cadangan pangan masyarakat Terciptanya KRPL, Meningkatnya Pengetahuan & wawasan siswa sekolah tentang manfaat pangan lokal sebagai sumber pangan hayati dari kearifan lokal meningkatnya cadangan pangan masyarakat & Kesejahteraan Petani Lumbung pangan Masyarak at Desa (LPMD) Kelompok Wanita Tani (KWT), PKK desa/rt, Siswa & guru sekolah serta Masyarak at sekitar LPMD Bandungharjo, Suwawal Timur, Semat, Karangaji, Nalumsari Pekalongan, Jambu Timur, Kecapi, Banyumanis Karangrandu, Guyangan, Kaliaman, Bulungan, Damarwulan, Kalipucang Wetan: SDN 3 Karangaji, SDN 6 Troso, SDN 2 Wonorejo, SMAN 1 Mlonggo, SMPN 1 Bangsri, SMPN 2 Kembang, SDUT Bumi Kartini Kuwasen, SDN 1 Plajan Bumiharjo, Kancilan, Karanggonda ng Suwawal Timur, Karangaji, Semat, Karangandu, Gerdu, Kelet, Bandungharjo, Tulakan, Kancilan, APBD II APBD II APBD II Bab V 26

149 No. Program/ Kegiatan Percepatan Penganekaraga man Konsumsi Pangan Kawasan Mandiri Pangan (KMP) Indikator Kinerja Kegiatan (Output) Terciptanya KRPL untuk mendukung cadangan pangan di tingkat keluarga Terwujudnya Kawasan mandiri pangan yang mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri Sasaran Wilayah (Desa/ Kec) Nalumsari KWT, PKK Kecapi, Bucu, Blingoh, Tunahan, Sekuro, Gemulung, Palemkerep, Srikandang, Kemujan, Lebak, Buaran, Bantrung Kelompok Cepogo, afinitas Dudakawu, pada Pendem, lokasi Jinggotan, KMP Bucu Besarnya Anggaran Sumber Anggar an APBD II APBD II 4. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara dilaksanakan melalui delapan kegiatan, yaitu: a. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan, dengan kegiatan fasilitasi bedah rumah keluarga miskin. Kegiatan ini ditujukan dalam rangka rehabilitasi rumah tidak layak huni. Sasaran yang direhabilitasi sebanyak 58 unit yang tersebar di 15 kecamatan. Anggaran dalam rehabilitasi rumah tidak layak huni sebesar Rp yang bersumber dari APBD Kabupaten Jepara. b. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan, dengan Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS). Kegiatan ini ditujukan dalam rangka peningkatan gizi anak-anak sekolah. Sasaran tercapai dalam kegiatan ini sebanyak 2579 anak yang berlokasi di tiga desa di dua kecamatan. Alokasi anggaran PMTAS sebesar Rp bersumber dari APBD Kabupaten Jepara. c. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan, dengan Kegiatan Pelatihan Pijat Tradisional Bagi Masyarakat Pedesaan. Bab V 27

150 Kegiatan ini ditujukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan ketrampilan pijat. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari perluasan kerja bagi masyarakat yang sudah mampu melakukan praktik. Sasaran kegiatan pelatihan pijat tradisional sebanyak 195 orang di 195 desa. Alokasi kegiatan dianggarkan sebanyak Rp bersumber dari APBD Kabupaten Jepara. d. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan, dengan Kegiatan Pelestarian dan pendampingan PNPM Mandiri Pedesaan. Kegiatan ini ditujukan dalam rangka tindaklanjut pelaksanaan PNPM di perdesaan. Dengan melestarikan kegiatan PNPM diharapkan kegiatan fasilitasi ekonomi dimasyarakat tetap berjalan. Alokasi kegiatan dianggarkan sebanyak Rp bersumber dari APBD Kabupaten Jepara. No. Program/Kegiatan 1 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan Kegiatan Fasilitasi Bedah Rumah Keluarga Miskin 2 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) 3 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan Kegiatan Pelatihan Pijet Tradisional Bagi Masyarakat Pedesaan Indikator Kinerja Kegiatan (Output) Terwujudnya Rumah Layak Huni sebanyak 58 rumah Terwujudnya 2579 paket PMTAS peningkatan keberdayaan masyarakat Pedesaan Sasaran Wilayah (Desa/Kec) 58 KK 15 Kecamatan dan 36 Desa, Rp.10 juta per rumah Anak 3 Desa 2 Kecamatan (mlonggo (karanggondang, mororejo) dan pakisaji, desa tanjung) 195 Orang 195 Desa 16 Kecamatan Besarnya Anggaran Sumber Anggaran APBD Kab. APBD Kab. APBD Kab. Bab V 28

151 No. Program/Kegiatan 4 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan Kegiatan Pelestarian dan pendampingan PNPM Mandiri Pedesaan Indikator Kinerja Kegiatan (Output) Peningkatan sarpras perekonomian masyarakat Sasaran Wilayah (Desa/Kec) 109 Desa 109 Desa 9 Kecamatan 9 Kecamatan Besarnya Anggaran Sumber Anggaran APBD Kab. e. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam upaya penanggulangan kemiskinan memiliki tiga program utama, yaitu Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, Program Pendidikan Menengah dan Program Pendidikan Non Formal dengan rincian kegiatan sebagai berikut : Program / No Kegiatan 1 Program Wajib Belajar Sembilan Tahun Fasilitasi Biaya Operasional Satuan Pendidikan SD dan MI Swasta Pendampingan BOS SD/SDLB/MI (Banprov) Pendampingan BOS SMP/SMPLB/MTs (Banprov) Penyelenggaraan SMP Terbuka 2 Program Pendidikan Menengah Indikator Sasaran Anggaran Terpenuhinya kebutuhan minimal operasional SD-MI swasta Se Kab. Jepara Terpenuhinya Pendampingan Operasional BOS pada jenjang SD dan MI se- Kabupaten Terpenuhinya Pendampingan Operasional BOS pada jenjang SMP/SMPLB dan MTs se-kabupaten Terselenggaranya kegiatan SMP Terbuka se Kabupaten Jepara 207 SD-MI Rp siswa siswa SMP terbuka Bab V 29

152 No Program / Kegiatan Beasiswa miskin SMA dan SMK Penyelenggaraan Pendidikan Paket C (Banprov 2014) 3 Program Pendidikan Non Formal Penyelenggaraan PLS Pameran Hasil Bina PLS Tingkat Provinsi Ujian Kesetaraan Ek. Formal SD, SMP, SMA sederajat Penyelenggaraan pendidikan paket C Pengembangan Pendidikan Keaksaraan Keaksaraan Usaha Mandiri Bantuan Penguatan Manajemen Desa Vokasi Bantuan Penguatan Kelembagaan Kursus dan Pelatihan (LKP) (Banprov) Indikator Sasaran Anggaran Tersedianya sarana dan prasarana pada 23 SMA dan 38 SMK ;Meningkatnya mutu pendidikan pada jenjang SMA/SMK; Terwujudnya rintisan wajar dikmen SMA sederajat; Terwujudnya lingkungan SMA/SMK sesuai dengan wawasan wiyata mandala; Menurunkan Angka Putus Sekolah Terwujudnya kelompok pendidikan kesetaraan yang berdayaguna dan berhasilguna KBU,PKBM,DESA VOKASI,LKP Terlaksananya Ujian kesetaraan paket A, B dan C. Terwujudnya wajib belajar 12 tahun Terwujudnya akses pendidikan melalui jalur pendidikan non formal Terwujudnya keberaksaraan kewirausahaan 270 siswa SMK dan 270 siswa PKBM paket A, B dan C se Kab. Jepara KBU,PKBM,DESA VOKASI, LKP Se- Kab Jepara PKBM paket A, B dan C se Kab. Jepara siswa Tutor penggerak pendidikan keaksaraan dan pengelola PKBM 5 PKBM 10 kelompok 10 WB desa vokasi 6 kegiatan lembaga 4 lembaga Bab V 30

153 Program / No Kegiatan Bantuan Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) (Banprov) Fasilitasi Keaksaraan Dasar (Banprov) 4 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Operasional BOS Wajib Belajar 12 Tahun Indikator Sasaran Anggaran 24 lembaga 1 lembaga lembaga 550 WB Terlaksananya penggunaannya BOS tepat sasaran, tepat waktu, transparan dan akuntabel. 597 SD 24 SMA dan 42 SMK f. Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum dalam penanggulangan kemiskinan memiliki satu program utama, yaitu program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan air minum dan air Limbah Program Peningkatan Infrastruktur Air Minum (DAK) Pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur Air Minun (DAK 2010, 2011, 2012, dan 2013) Pembangunan Sarpras Air Minum Ds. Srikandang RW 8 dan RW 9 Kec. Bangsri (BANPROV) Pembangunan Sarpras Air Minum RW. 02 Ds Ujung Watu Kec. Donorojo Tersedianya infrastruktur air minum yang terjangkau Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pengelolaan air minum Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pengelolaan air minum Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pengelolaan air minum 3 desa, 3 kecamatan dokumen P: 130 m P : 145 m Bab V 31

154 No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran (BANPROV) g. Dinas Perumahan Tata Ruang dan Kebersihan Dinas Perumahan Tata Ruang dan Kebersihan memiliki tiga program utama penanggulangan kemiskinan, yaitu Program Pengembangan Perumahan, Program Lingkungan Sehat Perumahan dan Program Penyehatan lingkungan Pemukiman dan Perbaikan Lingkungan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut. No Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 1 Program Pengembangan Perumahan Pelaksanaan DAK Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman Tahun 2015 (DAK) Sharing Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya 2 Program Lingkungan Sehat Perumahan Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat SLBM (DAK) 3 Program Penyehatan lingkungan Pemukiman dan Perbaikan Lingkungan Pendampingan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Pendampingan Program Nasional PNPM Mandiri Perkotaan dan PLPBK Meningkatnya kualitas lingkungan perumahan dan kawasan permukiman Meningkatnya sarpras sanitasi masyarakat Tersedianya infrastruktur di pedesaan yang memadai Tersedianya infrastruktur perkotaan dan pedesaan yang memadai 16 lokasi lokasi desa PNPM : 86 desa, PLPBK : 8 desa Bab V 32

155 No Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran Penunjang Operasional Pamsimas Tahun 2015 Tersedianya sarana prasarana sanitasi dasar masyarakat yang memadai 10 lokasi h. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan memiliki empat program utama, yaitu Program Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan KB/KR Yang Mandiri dan Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Melalui Kelompok Kegiatan di Masyarakat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : No Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 1 Program Keluarga Berencana Penunjang Kegiatan PLKB Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Pemberdayaan Kelompok Tribina keluarga BKB, BKR, BKL Pengadaan sarana penunjang pelayanan KB (DAK) Pengadaan sarana penunjang pelayanan KB (DAK tahun 2014) 2 Program Kesehatan Reproduksi Remaja Meningkatkan kinerja PLKB dan pembinaan program KB-KS Meningkatkan rasio peserta KB Baru dengan PUS Meningkatkan kualitas kelompok keluarga Tribina ( BKB, BKR, BKL) Meningkatkan sarana prasarana untuk menunjang pelayanan KB. Meningkatkan sarana penunjang pelayanan KB tahun PLKB Tersedianya set implant,500 IUD dan side effect Meningkatk an kualitas kelompok BKB = 60, BKR= 30, BKL= 30 1 balai penyuluh, 1 unit mobil distribusi alkon, 16 saran PLKB 1 unit layar film Bab V 33

156 No Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran Sosialisasi penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja dan Penunjang Kegiatan PIK Remaja 3 Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan KB/KR Yang Mandiri Pemberdayaan Kelompok UPPKS Pembinaan kemampuan ketrampilan kerja masyarakat di lingkungan IHT dalam pembuatan Tahu dan catering bagi kelompok UPPKS (DBHCHT) Penguatan ekonomi masyarakat dilingkungan IHT melalui pemberian alat teknologi tepat gunan (ATTG) bagi UPPKS (DBHCHT) 4 Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Melalui Kelompok Kegiatan di Masyarakat Sosialisasi Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak (KHIBA) Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSIB) Meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat akan kesehatan reproduksi dan meningkatkan kelompok KRR Meningkatkan kualitas kelompok UPPKS dan promosi produk UPPKS. Terlatihnya ketrampilan kewirausahaan bagi kader UPPKS. Terlaksananya bantuan sarana produksi ( ATTG ) bagi kelompok UPPKS. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang KHIBA Meningkatnya derajat kesehatan Ibu, Bayi dan Anak. Peningkata n/pembent ukan 5 PIK baru 60 kelompok UPPKS, promosi produk UPPKS 2 kali. 16 Kelompok UPPKS Bantuan sarana produksi ( ATTG ) bagi 16 kelompok UPPKS KHIBA 200 orang di 8 Kecamatan Menurunny a Angka Kematian Ibu (AKI) 22, Angka kematian Bayi (AKB) Bab V 34

157 No Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 201. i. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam upaya penanggulangan kemiskinan memiliki delapan program utama yaitu Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya, Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial, Program Pembinaan Anak Terlantar, Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma, Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo, Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja, Program Peningkatan Kesempatan Kerja dan Program Transmigrasi, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 1 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya Asistensi Keluarga Miskin (AKM) menunjang Kesejahteraan Sosial Menunjang Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat PMKS dan Pembinaan Lingkungan Sosial Menunjang Kegiatan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Usaha Kesejahteraan Sosial bagi Keluarga Terwujudnya AKM dalam menunjang kesejahteraan sosial bagi 100 KBS Terlaksananya penunjang kegiatan PMKS dan lingkungan sosial bagi 150 orang Terlaksananya penunjang kegiatan rehabilitasi rumah tidak layak huni sebanyak 500 rumah Tercapainya usaha kesejahteraan 321 orang orang - 12 bulan 741 rumah - 12 bulan 16 Kecamatan/ Bab V 35

158 No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran Miskin akibat bencana alam Penunjang Program Keluarga Harapan (PKH) Bantuan pembangunan rumah tidak layak huni 2 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Penanganan Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) Usaha Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial bagi Penyandang Eks Kusta Pelayanan Rehabilitasi Sosial dan Pembinaan kepada penyandang tuna Sosial 3 Program Pembinaan Anak Terlantar Bimbingan dan latihan Ketrampilan Praktis bagi anak Terlantar dan Anak Kurang Beruntung di dalam dan luar panti 4 Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma Pembinaan para penyandang cacat tuna netra dan dalam rangka menunjang HIPENCA Pelayanan Jaminan Sosial dan Bimbingan sosial bagi keluarga miskin akibat bencana alam bagi kecamatan rawan bencana Terwujudnya rumah tidak layak huni Tertanganinya 100 PGOT Terpenuhinya Kebutuhan dasar bagi kehidupan penyandang eks kusta sebanyak 75 orang Terlayaninya rehabilitasi sosial dan pembinaan kepada 100 orang penyandang sosial Terlaksananya bimbingan dan latihan ketrampilan praktis bagi 40 anak terlantar dan anak kurang beruntung didalam dan diluar panti Terbinanya 3 kelompok para penyandang cacat tuna netra dan menunjang HIPENCA Terlayaninya jaminan sosial bagi Kecamatan rawan bencana selama 12 bulan 15 Kecamatan KK PGOT orang orang anak kelompok panti pijat, 220 org penca orang Bab V 36

159 No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran Motivasi bagi Penyandang Cacat Berat 5 Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo Pembinaan dan penyantunan Lansia di panti jompo dan Terlantar Pembinaan dan Penanganan serta penyantunan anak dalam panti Menunjang Penanganan Anak Yatim Piatu di dalam dan luar panti 6 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Pembinaan Kemampuan dan ketrampilan Kerja Masyarakat dan Pemberian Bantuan sarana produksi masyarakat di Lingkungan IHT bagi Buruh Rokok, Mantan Buruh dan Pencari Kerja (DBHCHT) Pemagangan Bagi Calon Tenaga Kerja Pembinaan dan Pengembangan Produktivitas Tenaga Kerja Pembinaan Kemampuan & Ketrampilan Kerja dan Pemberian Bantuan sarana produksi Masyarakat di Lingkungan IHT dalam 170 orang penyandang cacat berat di daerah Kabupaten Jepara Terbinanya dan tersantuninya Lansia terlantar serta penunjang hari Lansia Terbinanya dan tertanganinya serta penyantunan anak dalam panti Terlaksananya penunjang penanganan anak yatim piatu didalam dan luar panti Terlaksananya pelatihan ketrampilan dan pemagangan Terlaksananya pemagangan bagi calon tenaga kerja yang terlatih meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja Terlaksananya ketrampilan bagi 80 orang 100 Lansia terlantar dan 40 lansia di panti jompo 40 Panti asuhan, 1200 anak anak yatim piatu 400 orang - 12 bulan orang orang orang Bab V 37

160 No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran Bidang Tata Rias/Salon bagi Ibu Rumah Tangga & Pencaker (DBHCHT) Penguatan Ekonomi Masyarakat dilingkungan IHT melalui Pemberian bantuan sarana produk Penjahitan & Tata Rias/salon bagi Ibu rumah tangga & pencari kerja (DBHCH Pembinaan Kemampuan & Ketrampilan Kerja dan Pemberian Bantuan sarana produksi Masyarakat di Lingkungan IHT dalam Bidang tata Boga bagi Ibu Rumah Tangga & Pencari kerja (DBHCHT) Penguatan Ekonomi Masyarakat dilingkungan IHT melalui Pemberian bantuan sarana produksi bagi buruh rokok, mantan buruh rokok & Pencari kerja (DBHCHT) Pembinaan Calon Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri Bursa Kerja On Line (BKO) dan Pembuatan Informasi Pasar Kerja Pembinaan Bursa Kerja Khusus (BKK) di Perusahaan 7 Program Peningkatan Kesempatan Kerja Pembinaan Kemampuan dan ketrampilan Kerja Terlaksananya pemberian bantuan permodalan dan sarana produksi Terlaksananya ketrampilan bagi 20 orang Terlaksananya bantuan permodalan dan sarana produksi Terbinanya calon tenaga kerja keluar negeri Terlaksananya kegiatan penyediaan informasi lowongan kerja dan penyusunan IPK Terbinanya Bursa Kerja Khusus (BKK) di Perusahaan Terciptanya wirausaha baru melalui 80 unit - 12 bulan orang orang - 12 bulan orang pencaker BKK, 70 orang, dan 500 pencaker 50 orang - 12 bulan Bab V 38

161 No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran Masyarakat di Lingkungan IHT di Bidang Kewirausahaan bagi Pencari Kerja (DBHCHT) Pemb Kemampuan, ketrampilan kerja dan pemberian bantuan sarana produksi masyarakat di lingkungan IHT dlm Bidang Terapan Teknologi Tepat Guna & Kewirausahaan bagi Pencari Kerja (DBHCHT) Penguatan Ekonomi Masy dilingk IHT melalui Pemberian Bantuan Sarana Produksi bagi Pencari Kerja (DBHCH Penguatan Ekonomi Masy dilingk IHT melalui Pemberian bantuan sarana produksi Terapan Tehnologi Tepat Guna bagi pencaker (DBHCH Pameran Bursa Kerja / Job Fair, dan Kelompok Binaan TTG dan TKM 8 Program Transmigrasi Pelaksanaan Pemberangkatan Transmigrasi Umum Keluar Jawa pemberdayaan tenaga kerja Terlaksananya pemberdayaan masyarakat melalui terapan teknologi tepat guna Terlaksananya pemberian bantuan permodalan dan sarana produksi kepada wirausaha baru Terlaksananya bantuan permodalan dan sarana produksi Terselenggaranya pameran bursa kerja / job fair dan kelompok binaan TTG dan TKM Terlaksananya pemberangkatan transmigrasi umum keluar jawa 90 orang orang - 12 bulan 30 orang - 12 bulan 1 paket, 20 perusahaan, 10 kelompok binaan KK j. Dinas Koperasi UMKM dan Pengelolaan Pasar Dinas Koperasi UMKM dan Pengelolaan Pasar dalam upaya penanggulangan kemiskinan memiliki dua program utama, yaitu Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah dan Bab V 39

162 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah, dengan rincian kegiatan sebagai berikut. No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 1 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah Pembinaan dan Pemberdayaan UMKM melalui Peningkatan Kewirausahaan Pelatihan Ketrampilan dan Pengembangan Desain Produk Fasilitasi Pelaksanaan Pasar Murah 2 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Fasilitasi dam pendampingan perkuatan modal bagi UMKM Pelatihan Kemasan (packaging) produk UMKM Pelatihan pemasaran melalui E Commerce bagi pelaku usaha kecil Bantuan modal bagi UMKM dan Koperasi Meningkatnya kualitas SDM pengelola UMKM Meningkatnya SDM pengelola UMKM dan terwujudnya diversifikasi produk UMKM Tersalurnya subsidi pengadaan sembako untuk pasar murah meningkatnya akses permodalan bagi UMKM terlatihnya UMKM dalam peningkatan kualitas dan nilai jual produk meningkatkan dan memperluas akses pemasaran global lewat e commerce jumlah UMKM dan koperasi yang difasilitasi bantuan modal 45 orang / 3 kali pelatihan 45 orang / 3 kelompok UMKM 20x pasar murah UMKM UMKM kelompok UMKM unggulan 100 kel UMKM dan 40 Koperasi k. Dinas Pertanian dan Peternakan Pada Dinas Pertanian dan Peternakan, pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui enam program yaitu Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan, Program Peningkatan Produksi Bab V 40

163 Pertanian/Perkebunan, Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/ Perkebunan Lapangan, Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan, Program Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani dan Program peningkatan produksi hasil peternakan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : No Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 1 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Sekolah Lapang Tanaman Hortikultura Sekolah Lapang iklim Sekolah lapang Pengendalian Hama Terpadu Penguatan ekonomi masyarakat di Lingkungan IHT melalui pemanfaatan pekarangan (DBHCHT) Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Kacang tanah Varietas Jepara Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Perkebunan 2 Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Intensifikasi Pekarangan Pemberdayaan Petani Buah-Buahan Terselenggaranya sekolah lapang tanaman hortikultura Peningkatan pengetahuan petani terlaksananya 3 kali SL pengendalian hama dan penyakit tanaman Peningkatan populasi dan budidaya tanaman hortikultura di 5 kelompok tani peningkatan produksi kacang tanah 0,5 ton/ha 2 kelas, 40 petani 15 kali pertemuan Peningkatan produksi komoditi hortikultura Peningkatan luas areal tanaman 2 kali pelatihan, 2 kelompok (40 orang) pelatihan bagi kelompok (40 orang) 3 kelompok workshop budidaya tanaman hortikultura 1 kelompok tani 25 orang, 10 kali pertemuan 2 kelas, 40 petani 15 kali pertemuan peningkatan produksi sayuran 250 kwintal dan peningkatan populasi buah-bahan hingga 945 tanaman Tersedianya tanaman bibit Bab V 41

164 No Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran (DBHCHT) hortikultura buah-buahan untuk 5 desa Pengadaan Benih Tanaman Durian dan Pupuk untuk Kelompok Tani Hortikultura Tersedianya Benih Tanaman Durian dan Pupuk untuk Kelompok Tani Pembibitan tanaman perkebunan 3 Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan Menunjang Kegiatan Penyuluh Ketahanan Pangan Pemberdayaan Petugas Penyuluh 4 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan Kaji Terap Teknologi Peternakan Pelatihan dan Magang SDM peternakan (DBHCHT) Peningkatan dan Pengembangan Inseminasi Buatan 5 Program Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani Hortikultura kakao batang, kapok randu batang, kelapa kopyor batang, kelapa genjah batang kakao batang, kapok randu batang, kelapa kopyor batang, kelapa genjah batang Meningkatnya pelaksanaan penyuluhan pertanian dan pengembangan demplot pertanian 10 orang unit, 17 PPL 17 unit, PPL Tersedianya sarana prasarana pengolahan HPT dan limbah ternak Magang agribisnis peternakan bagi 12 peternakan binaan Tersedianya N2 Cair, Straw, Plastik Sheat, Plastik Glove 1 paket alat pengolah limbah, 2 paket alat pengolah HPT pelatihan juru sembelih halal sebanyak 30 orang lt N2 cair, dosis straw, 132 pak plastik sheat dan 60 plastik glove Bab V 42

165 No Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran Pendampingan PUAP Fasilitasi dan Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani Pendampingan pola kemitraan Pembinaan dan penilaian kebun swasta Pelatihan pengolahan daging buah mete menjadi bio etanol 6 Program peningkatan produksi hasil peternakan Pengembangan Ternak Unggas dan Aneka Ternak Pelatihan Pengembangan Ternak Kambing Peranakan Etawa dan Ternak Kerbau honorarium pendamping PUAP dan fasilitasi pembentukan LKMA gapoktan, peningkatan kelembagaan poktan Terlaksananya Fasilitasi dan Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani 5 LKM, L=20 klp, M=10 klp, U=5 klp 3 kelompok, 3 unit 3 kelompok, 3 unit 3 kebun swasta, 1 3 kebun unit swasta, 1 unit 1 kelompok; pelatihan 1 hari, 50 peserta Pelatihan dan bantuan ternak 1 kali pelatihan dan bantuan ternak kambing PE 1 kelompok; pelatihan 1 hari, 50 peserta Bantuan 400 ekor ternak itik dan 160 ternak kelinci 14 kelompok ternak, 1 kali pelatihan dan study banding l. Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan dalam upaya penanggulangan kemiskinan memiliki tiga program utama, yaitu Program Pengembangan Budidaya Perikanan, Program Pengembangan Perikanan Tangkap dan Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 1 Program Pengembangan Budidaya Perikanan Bab V 43

166 No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran Pengembangan Budidaya Air Payau Pengembangan Budidaya Air Tawar 2 Program Pengembangan Perikanan Tangkap Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil Pemberdayaan nelayan melalui pelatihan perbengkelan 3 Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan Pelatihan Pengolahan Hasil Perikanan Gerakan gemar makan ikan Terlaksananya peningkatan kapasitas teknis dan kelembagaan Pokdakan (air payau) Terlaksananya peningkatan kapasitas teknis dan kelembagaan Pokdakan (air tawar) Terlaksananya pembinaan dan bantuan kepada nelayan kecil, pembinaan teknis dan kelembagaan Terlaksananya pelatihan perbengkelan bagi nelayan Peningkatan kapasitas teknis dan kelembagaan Poklahsar Terlaksananya fasilitasi gerakan makan ikan Bantuan Saprodi air payau untuk 3 kelompok pokdakan Pembinaan KUB 4 lokasi dan pengadaan mesin kapal 10 unit 1 kali pelatihan 30 peserta poklah kali m. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan, program penanggulangan kemiskinan difokuskan pada empat program, yaitu Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi, Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah, Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri, Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial, dengan rincian program sebagai berikut : Bab V 44

167 No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran 1 Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi Pelatihan pengembangan teknologi dan desain bagi IKM di Kab. Jepara 2 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Bimbingan teknis peningkatan mutu dan diversifikasi produk kerajinan dan konveksi di Kab. Jepara (DBHCHT) Bimbingan teknis dan peningkatan kewirausahaan bagi IKM di lokasi TMMD dan P2MBG Bimbingan teknis peningkatan mutu dan diversifikasi produk pengolahan makanan di Kab. Jepara (DBHCHT) Pelatihan teknis pengembangan desain packing bagi IKM di Kab. Jepara (DBHCHT) 3 Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Penguatan ekonomi masyarakat di lingkungan IHT melalui pemberian bantuan sarana produksi bagi IKM Peningkatan desain produk bagi IKM di Kab. Jepara Peningkatan mutu dan diversifikasi produk kerajinan bagi IKM Peningkatan dan pengembangan kewirausahaan bagi IKM Peningkatan mutu dan diversifikasi produk makanan bagi IKM Peningkatan desain produk bagi IKM di Kab. Jepara Meningkatnya kemampuan penerapan teknologi bagi pelaku industri 30 IKM kelompok IKM 4 kelompok IKM (80 Pelaku IKM) 7 kelompok IKM (140 IKM) 60 IKM (8 Kelompok IKM) 22 paket bantuan (DBHCHT) 4 Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Bimbingan teknis Peningkatan 5 kelompok Bab V 45

168 No. Program / Kegiatan Indikator Sasaran Anggaran penguatan kelembagaan dan identifikasi sentra berdasar pada OVOP Bimbingan teknis pengembangan IKM yang berkualitas dan kemampuan teknis guna mendukung kemampuan berusaha kemampuan berusaha dan kelembagaan sentra industri unggulan di Kab. Jepara Peningkatan kualitas dan kuantitas produk IKM melalui penguatan kelembagaan dan eksistensi sentra IKM IKM (100 IKM) 4 kelompok IKM Berdasarkan hasil pencermatan pada alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara dikelompokkan menjadi klaster I program penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan keluarga, klaster II program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dan klaster III program penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan UMKM. Alokasi anggaran pada masing-masing klaster ditunjukkan melalui Grafik di bawah ini Gambar Alokasi Anggaran Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Masing-Masing Klaster Tahun 2015 (Ribu Rupiah) Berdasarkan grafik di atas, alokasi program penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015 mencapai Rp. 50,12 milyar. Dari jumlah tersebut, paling dominan berada di Klaster II yang mencapai Rp. 35,83 milyar dan klaster I Bab V 46

169 mencapai Rp. 18,26 milyar. Sementara itu alokasi anggaran untuk klaster III menunjukkan relatif sedikit, sangat jauh jika dibandingkan dengan klaster I dan II yaitu hanya mencapai Rp. 4,75 milyar. Jika dilihat persebaran anggaran penanggulangan kemiskinan Kabupaten Jepara berdasarkan masing-masing urusan pembangunan, ditunjukkan melalu grafik di bawah ini. Gambar Persebaran Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Urusan Tahun 2015 Dengan melihat pada grafik di atas, alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan terbesar berada pada urusan pendidikan mencapai Rp. 8,63 milyar, urusan kesehatan sebesar Rp. 8,00 milyar dan urusan perumahan rakyat dan permukiman sebesar Rp. 7,36 milyar. Sementara itu urusan dengan alokasi terendah berada pada urusan transmigrasi yang hanya sebesar Rp. 100 juta. Bab V 47

170 BAB VI TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN JEPARA A. TINJAUAN KEBIJAKAN NASIONAL Kemiskinan masih merupakan persoalan mendasar yang perlu ditangani. Persoalan kemiskinan yang terus berlangsung berimplikasi pada munculnya persoalan lain berupa peningkatan jumlah pengangguran, rendahnya pertumbuhan ekonomi di sektor riil, terpuruknya kualitas sumber daya manusia yang ada, rendahnya akses masyarakat ke berbagai layanan publik, dan bahkan hilangnya kesempatan kelompok masyarakat miskin untuk memperbaiki taraf kehidupannya. Penanganan persoalan kemiskinan seolah tak kunjung tuntas disebabkan akar kemiskinan bukan hanya sekedar bersumber pada kelemahan dari kelompok masyarakat miskin itu sendiri, tetapi juga karena faktor-faktor struktural yang membuat sebagian anggota atau kelompok masyarakat tertentu mendominasi sarana ekonomi, sosial, politik dan budaya. Struktur ini menyebabkan tidak adanya pemerataan, tidak berkembangnya kualitas dan daya kreasi rakyat dalam pelaksanaan pembangunan serta terpinggirkannya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih dari krisis bukan saja menyebabkan berkurangnya kesempatan kerja serta ambruknya sejumlah usaha mandiri yang ditekuni masyarakat, tetapi juga menyebabkan terjadinya proses perluasan dan pendalaman kemiskinan. Akibat kualitas SDM yang masih rendah, dengan rata-rata lama sekolah di bawah 10 tahun pada jenjang pendidikan dasar dan belum ditunjang dengan ketrampilan dan kecakapan serta keahlian yang profesional, seringkali menyebabkan tenaga kerja yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.. Mengingat arti pentingnya upaya penanggulangan kemiskinan bagi perwujudan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah menetapkankebijakan dan program sebagaimana tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan pembangunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) Tahun Pasal 3 ayat (1) mengamanatkan Pemerintah Daerah menjabarkan program nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Program nasional dalam RPJMN yang perlu diintegrasikan dalam Bab VI 1

171 perencanaan pembangunan daerah dikenal dengan Nawa Cita. Kemudian khususnya dalam buku III RPJMN berkaitan dengan agenda pengembangan wilayah terdapat target pembangunan untuk Provinsi Jawa Tengah yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah meliputi target penurunan kemiskinan, pengurangan pengangguran, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Memperhatikan karakateristik dan kebutuhan masyarakat kurang mampu, tingginya tingkat ketimpangan dan tren penurunan tingkat kemiskinan, permasalahan dan tantangan yang dihadapi, maka target penurunan angka kemiskinan nasional pada tahun 2019 ditetapkan sebesar 7%-8%. Adapun arah kebijakan, strategi dan sasaran penanggulangan kemiskinan dirumuskan sebagai berikut : a. Arah Kebijakan 1) Mengembangkan sistem perlindungan sosial yang komprehensif. 2) Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu. 3) Mengembangkan penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat miskin melalui penyaluran tenaga kerja dan pengembangan kewirausahaan. b. Strategi 1) Mengarahkan kebijakan fiskal yang mendukung penghidupan masyarakat kurang mampu terutama pengeluaran publik yang bersifat bantuan sosial yang bersasaran. 2) Sinkronisasi kerangka regulasi dan kebijakan pemerintah terutama kerangka regulasi dan kebijakan sektor pertanian, perdagangan luar negeri, aturan logistik komoditas pangan, dan aturan monopoli. 3) Meningkatkan perlindungan, produktivitas dan pemenuhan hak dasar bagi penduduk kurang mampu 4) Memperluas dan meningkatkan pelayanan dasar untuk masyarakat kurang mampu 5) Meningkatkan penghidupan masyarakat kurang mampu 6) Kebijakan tenaga kerja yang kondusif dan perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat kurang mampu dengan meningkatkan iklim investasi yang bersifat padat pekerja. 7) Meningkatkan akses masyarakat kurang mampu terhadap informasi lapangan pekerjaan, peningkatan pelatihan, dan penyaluran tenaga kerja Bab VI 2

172 8) Menguatkan konektivitas lokasi pedesaan dengan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi di perdesaan yang dapat menghubungkan lokasi-lokasi produksi usaha mikro dan kecil kepada pusat ekonomi terdekat. 9) Advokasi kepada penduduk kurang mampu tentang peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan anak yang akhirnya dapat mengontrol pertumbuhan penduduk terutama penduduk kurang mampu dan rentan. c. Sasaran 1) Meningkatnya investasi padat pekerja sehingga memperluas kesempatan pekerjaan yang layak bagi masyarakat yang kurang mampu (decent job); 2) Meningkatnya akses usaha mikro dan kecil untuk mengembangkan keterampilan, pendampingan, modal usaha, dan pengembangan teknologi; 3) Terbentuknya kemitraan pemerintah, pemerintah daerah dan swasta/bumn/bumd dalam pengembangan kapasitas dan keterampilan masyarakat dalam rangka peningkatan penghidupan masyarakat; 4) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi yang berkualitas; 5) Meningkatnya penjangkauan pelayanan dasar mencakup identitas hukum, sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, dan sarana ekonomi yang inklusif bagi masyarakat kurang mampu termasuk penyandang disabilitas dan lansia; 6) Meningkatnya perlindungan sosial, produktivitas dan pemenuhan hak dasar bagi penduduk kurang mampu. Selanjutnya berdasarkan RPJMN Tahun , dalam Buku III tentang Agenda Pembangunan Wilayah khususnya berkenaan dengan capaian kinerja penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran di wilayah Provinsi Jawa Bali, dinyatakan bahwa Pemerintah Provinsi di Wilayah Jawa-Bali telah cukup berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009 hingga 2014 (Maret) dan sudah berada di bawah angka kemiskinan nasional sebesar 14,15 %(2009) dan 11,25 %(Maret 2014), kecuali di Provinsi Jawa Bab VI 3

173 Tengah, Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur yang masih berada di atas angka kemiskinan nasional. Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT). Pemerintah Provinsi di Wilayah Jawa-Bali juga telah berhasil menurunkan TPT dan sudah berada di bawah TPT nasional sebesar 7,87 %(2009) dan 5,70 %(Feb, 2014), kecuali di Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten yang masih berada di atas TPT Nasional.Sasaran target penurunan tingkat kemiskinan Wilayah Jawa Bali sebagaimana terlihat dalam Tabel 6.1. berikut. Tabel 6.1. Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Jawa-Bali Per Provinsi Tahun Tingkat Kemiskinan (persen) Wilayah DKI Jakarta 3,4 3,2 3,0 2,7 2,5 Jawa Barat 8,9 8,2 7,6 6,9 6,3 Banten 5,3 4,9 4,5 4,1 3,7 Jawa Tengah 13,1 12,2 11,3 10,4 9,5 D.I Yogyakarta 13,8 12,8 11,8 10,9 9,9 Jawa Timur 12,0 11,2 10,4 9,6 8,7 Adapun sasaran target penurunan tingkat pengangguranwilayah Jawa Bali sebagaimana terlihat dalam Tabel 6.2. berikut. Tabel 6.2. Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Jawa-Bali Per Provinsi Tahun Tingkat Pengangguran (persen) Wilayah DKI Jakarta 9,3 9,1 8,8 8,5 8,3 Jawa Barat 8,6 8,3 8,0 7,7 7,4 Banten 9,6 9,2 8,8 8,4 8,0 Jawa Tengah 5,4 5,2 5,1 4,9 4,7 D.I Yogyakarta 3,8 3,7 3,6 3,4 3,3 Jawa Timur 4,0 3,9 3,7 3,6 3,5 Lebih lanjut berkenaan dengan arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Jawa Bali terkait dengan pengembangan desa dan kawasan perdesaan khususnya berkenaan dengan penanggulangan kemiskinan Bab VI 4

174 dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi, telah dirumuskan sebagai berikut : a. Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin dan rentan dalam pengembangan usahadengan memperhatikan karakteristik dan potensi desa; b. Mengembangkan dan menata pasar-pasar desa; c. Memfasilitasi pengelolaan BUMDesa; d. Mendukung terwujudnya desa mandiri benih dengan meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana prasarana produksi (benih, pupuk, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar, sistem informasi nelayan), pasca panen (sistem logistik), pengolahan produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa; e. Memberikan dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui penyediaan lapangan usaha, dana bergulir, dan jaminan sosial; f. Meningkatkan keberdayaan petani dan nelayan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (bio-energi, biofloc); g. Memberikan jaminan terhadap pasokan energi bagi kegiatan ekonomi nelayan. B. TINJUAN KEBIJAKAN PROVINSI JAWA TENGAH 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun di dalamnya memuat visi pembangunan daerah yaitu : Jawa Tengah Yang Mandiri, Maju, Sejahtera dan Lestari. Untuk mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui 6 misi yaitu: 1. Mewujudkan sumber daya manusia dan masyarakat Jawa Tengah yang berkualitas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, sehat serta berbudaya. 2. Mewujudkan perekenomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan daerah dengan rekayasa teknologi dan berorientasi pada ekonomi kerakyatan. 3. Mewujudkan kehidupan politik dan tata pemerintahan yang lebih baik (good governance), demokratis dan bertanggung jawab didukung oleh kompetensi Bab VI 5

175 dan profesionalitas aparatur, bebas dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) serta pengembangan jejaring. 4. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang optimal dengan tetap menjaga kelestarian fungsinya dalam menopang kehidupan. 5. Mewujudkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana yang menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, aman, damai dan bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didukung dengan kepastian hukum dan penegakan HAM serta kesetaraan dan keadilan gender. Komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan, terlihat secara ekplisit dalam visi pembangunan daerah jangka panjang tersebut yaitu dengan dicantumkan kata sejahtera sebagai cita-cita yang akan diwujudkan dalam pembangunan jangka panjang. Pengertian sejahtera menunjukkan kondisi kemakmuran masyarakat yaitu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil), sosialdan spiritual atau telah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat secara lahir batin, adil dan merata. Indikator yang digunakan sebagai ukuran tercapainya kondisi sejahtera adalah menurunnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Selain itu berbagai indikator yang akan dicapai antara lain tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan sehingga mampu meningkatkan pendapatan per-kapita pada tingkat yang lebih tinggi; terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif; meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai dengan terpenuhinya hak sosial masyarakat, mencakup akses pada pelayanan dasar, meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan sosial, keluarga kecil berkualitas; terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender pada seluruh bidang pembangunan, kesejahteraan dan perlindungan anak dan tersedianya infrastruktur yang memadai. Selanjutnya apabila misi pembangunan dikaitkan dengan penanggulangan kemiskinan,termaktub dalam misi keenam yaitu Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, aman, damai dan Bab VI 6

176 bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didukung dengan kepastian hukum dan penegakan HAM serta kesetaraan dan keadilan gender. Melalui misi ini diharapkan mampu diwujudkan pengurangan jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran, berkurangnya kuantitas dan kualitas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Selain itu adalah meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak dan sebagainya. Implementasi misi keenam tersebut tentu didukung oleh misi-misi lainnya utamanya pada misi kesatu yaitu Mewujudkan sumber daya manusia dan masyarakat Jawa Tengah yang berkualitas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, sehat serta berbudaya. Kemudian misi kedua : Mewujudkan perekenomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan daerah dengan rekayasa teknologi dan berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Disusul kemudian misi kelima yaitu : Mewujudkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana yang menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah. 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Kurun waktu pelaksanaan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun berada pada tahap II dan III RPJPD. Pada Tahap II ( ) diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan dasar, daya saing ekonomi rakyat, tata kelola pemerintahan yang lebih efektif serta kualitas dan pengelolaan sumber daya alam. Selanjutnya pada Tahap III ( ) diarahkan pada pemantapan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing wilayah dan masyarakat Jawa Tengah, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas, pelayanan dasar yang makin luas, infrastruktur wilayah yang makin berkualitas dan kondusivitas wilayah yang makin mantap serta kemampuan ilmu dan teknologi yang semakin meningkat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014, di dalamnya memuat visi Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi. Bab VI 7

177 Tekad JawaTengahuntuk menanggulangi kemiskinan tercermin dengan cita-cita sebagaimana tersebut dalam visi yaitu mewujudkan masyarakat Jawa Tengah yang sejahtera. Masyarakat sejahtera merupakan suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, perumahan, air bersih, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan fisik maupun nonfisik, lingkungan hidup dan sumberdaya alam, berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik, mempunyai akses terhadap informasi serta hiburan; terciptanya hubungan antar rakyat Jawa Tengah yang dinamis, saling menghargai, bantu membantu, saling pengertian dan tepo seliro; serta tersedia prasarana dansarana publik terkait dengan supra dan infrastruktur pelayanan publik, transportasi dan teknologi yang mencukupi, nyaman dan terpelihara dengan baik. Pemenuhan kebutuhan dasar rakyat bersifat dinamis, dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan sesuai dengan aspirasi dan tuntutan yang berkembang dimasyarakat. Untuk itu prasarana dan sarana, supra dan infrastruktur dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat baik secara fisikmaupun non fisik serta sosial dan politik harus secara terus menerus mengikuti dinamika perubahan, serta dibuka ruang yang seluasluasnya untuk mencapai kemajuan dan perkembangan bagi kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Untuk mewujudkan visi pembangunan jangka menengah tersebut ditempuh melalui 7 misi. Terkait dengan penanggulangan kemiskinan telah dirumuskan secara khusus dalam misi kedua yaitu: Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkualitas, Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran.Sasaran, strategi dan arah kebijakan berkaitan dengan misi kedua tersebut adalah sebagai berikut : Bab VI 8

178 Tabel 6.3 Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Misi Kedua : Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkualitas, Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran No. Sasaran Strategi Arah Kebijakan 1. Menurunnya angka kemiskinan. 2. Menurunnya Pengangguran. 3. Terjaminnya kedaulatan pangan melalui ketersediaan (produksi dan cadangan pangan), keterjangkauan, konsumsi pangan dan gizi serta keamanan pangan berbasis bahan baku, sumber daya dan kearifan lokal. 1. Pengurangan beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin; 2. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar destinasi pariwisata. a. Peningkatan kapasitas dan keterampilan pencari kerja; b. Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja; c. Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja. a. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan; b. Peningkatan akses masyarakat terhadap pangan; c. Peningkatan diversifikasi dan konsumsi melalui sumberdaya lokal; d. Perlindungan petani dan lahan pertanian serta pengendalian alih fungsi lahan pertanian; e. Peningkatan penerapan hasil penelitian dan pengembangan iptek serta inovasi. 1. Mengurangi penduduk miskin diprioritaskan pada wilayah kabupaten/kota dengan persentase di atas rata-rata Jawa Tengah; 2. Optimalisasi pemasaran pariwisata, peningkatan peran serta masyarakat dan pengembangan destinasi wisata. Memprioritaskan pendidikan kejuruan dan keterampilan SDM berbasis kompetensi. a. Optimalisasi penerapan Sapta Usaha Tani didukung pemanfaatan teknologi dan modernisasi alat mesin pertanian berwawasan lingkungan; b. Mengembangkan regulasi ketahanan pangan/ kedaulatan pangan termasuk alih fungsi lahan pertanian yang didukung dengan reformasi agraria; c. Meningkatkan ketersediaan, distribusi, keterjangkauan, kualitas, keamanan pangan berbasis sumberdaya lokal dan penanganan rawan pangan serta penyediaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. 4. Terjaminnya ketersediaan energi dengan potensi lokal. a. Optimalisasi pemanfaatan potensi panas bumi, energi alternatif, dan peningkatan jaringan listrik perdesaan; a. Meningkatkan pemanfaatan potensi panas bumi dan energi alternatif dengan penggunaan pilihan tekno-logi sederhana, tepat guna dan Bab VI 9

179 No. Sasaran Strategi Arah Kebijakan 5. Meningkatnya jumlah dan kualitas daya saing dan produktivitas KUMKM. 6. Meningkatnya kelembagaan ekonomi perdesaan. 7. Meningkatnya kualitas produk unggulan orientasi ekspor dan pengendalian impor non migas. 8. Meningkatnya realisasi investasi. 9. Meningkatnya keadilan gender dan perlindungan anak. 10. Meningkatnya kualitas hidup serta perlindungan terhadap b. Peningkatan budaya hemat energi. ramah lingkungan; b. Meningkatkan pembangunan jaringan listrik perdesaan; c. Meningkatkan budaya hemat energi. a. Peningkatan fasilitasi pengembangan wirausaha baru; b. Peningkatan produktivitas dan kapasitas Koperasi dan UMKM; Pengembangan kelembagaan ekonomi perdesaan. a. Peningkatan penguasaan akses dan informasi pasar, kemitraan/ kerjasama usaha serta mengembangkan keunggulan lokal; b. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk lokal yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Peningkatan iklim penanaman modal yang berdaya saing dengan berbasis keunggulan daerah. a. Pengarusutamaan gender dan hak anak; b. Penguatan perlindungan terhadap perempuan dan anak; c. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan dan kesetaraan penyelenggaraan pendidikan; a. Meningkatkan fasilitas akses modal kerja, pembimbingan teknis dan pendampingan manajerial Koperasi dan UMKM berbasis sumber daya lokal; b. Mengembangkan wirausaha baru diarahkan pada usaha kreatif bernilai tambah tinggi. Optimalisasi kelembagaan ekonomi perdesaan. a. Optimalisasi pengembangan akses dan informasi pasar melalui perkuatan jejaring sentra dan klaster; b. Peningkatan kualitas, keberagaman, produktivitas, dan promosi serta mendorong penerapan standar mutu produk lokal; c. Membangun kesadaran bersama untuk mengutamakan penggunaan produk dalam negeri. Mendorong terciptanya iklim penanaman modal yang berdaya saing, kondusif dan responsif terhadap perubahan kebijakan nasional dan global. a. Mendorong percepatan implementasi PUG dan PUHA; b. Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan anak; c. Meningkatkan kualitas pelayanan penanganan kasus kekerasan berbasis gender, anak dan trafficking; Bab VI 10

180 No. Sasaran Strategi Arah Kebijakan perempuan dan anak termasuk anak berkebutuhan khusus. 11. Meningkatnya ketersediaan, keterjangkauan dan kesetaraan penyelenggaraan pendidikan. 12. Meningkatnya kualitas dan ketrampilan masyarakat. 13. Meningkatnya upaya pencegahan permasalahan sosial dan aksesibilitas PMKS dalam memperoleh pelayanan dan rehabilitasi yang berperspektif HAM. d. Peningkatan kualitas dan ketrampilan masyarakat. Peningkatan perlindungan, pemberian jaminan dan pemberdayaan PMKS. d. Meningkatkan upaya pencegahan, penanganan dan pengurangan risiko terjadinya kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran terhadap perempuan dan anak; e. Meningkatkan jangkauan layanan pendidikan dengan pendampingan BOS pada jenjang pendidikan dasar dan pemberian Bantuan Siswa Miskin pada jenjang pendidikan menengah; f. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pendidik; g. Meningkatkan ketrampilan dan kewirausahaan masyarakat. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana panti rehabilitasi sosial serta PSKS. Bab VI 11

181 Dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun dikenal 11 program unggulan. Adapun Program Unggulan yang mendukung misi kedua ini difokuskan pada : 1) Rakyat Sehat, melalui jaminan dasar kesehatan dengan mengutamakan masyarakat berpenghasilan rendah; 2) Optimalisasi Penyelenggaraan Pendidikan dengan meningkatkan dan memperluas jangkauan penyelenggaraan pendidikan; meningkatkan tunjangan guru honorer dan tenaga kependidikant idak tetap; 3) Peningkatan Kesejahteraan Pekerja, dengan meningkatkan sumber daya pekerja; meningkatkan upah minimum buruh; memfasilitasi hunian yang layak untuk buruh; penyediaan modal usaha rakyat; serta perluasan lapangan pekerjaan dengan mendorong penanaman modal; 4) Mewujudkan Desa Mandiri, dengan menggali dan mengembangkan sumberdaya potensial kawasan perdesaan, menyediakan modal usaha rakyat baik berupa modal kerja, bimbingan dan pendampingan untuk usaha mikro, kecil dan menengah, penerbitan Kartu Petani dan Kartu Nelayan, mengembangkan jamaah produksi (kelompok usaha produksi yang pro poor bersifat kolektif berbasis masyarakat desa, yang beranggotakan orang dengan 50% perempuan, mempunyai bidang usaha pertanian dalam arti luas atau pengelolaan hasil pertanian) serta mengembangkan lumbung ganjaran (gerakan membangun lumbung desa menuju kemandirian melalui kelompok tani yang berjumlah minimal 40 orang dengan luas hamparan 10 hektar); 5) Meningkatkan Keadilan Gender dan Perlindungan Anak dengan penerapan perencanaan pembangunan responsif gender dan anak. Selanjutnya mengenai berbagai programpembangunanyangdilaksanakan untuk mendukungmisikedua ini adalah: 1) Penguatan Kapasitas Kelembagaan Koperasi dan UMKM; 2) Peningkatan Produktivitas Pemasaran dan Jaringan Usaha; 3) Peningkatan Kualitas SDM Koperasi dan UMKM; 4) Pengembangan Produk Unggulan Daerah Berbasis Sumber Daya Lokal; 5) Peningkatan Ekspor, Promosi dan Efisiensi Impor; 6) PeningkatanLogistikDaerah,AksesPasarDalamNegeridanPemberdayaan UDKM; 7) Pengembangan Industri Logam, Mesin, dan Tekstil; Bab VI 12

182 8) Pengembangan Industri Agro, Kimia dan Hasil Hutan; 9) Pengembangan Industri Alat Transportasi, Elektronika dan Aneka; 10) Pengembangan Akses Permodalan dan Efektivitas Pembiayaan; 11) Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi; 12) Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi; 13) Penyiapan Potensi Sumber Daya, Sarana dan Prasarana Daerah; 14) Pengembangan Agribisnis; 15) Peningkatan Ketahanan Pangan; 16) Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi Pangan; 17) Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan; 18) Peningkatan SDM dan Penyuluhan Pertanian; 19) Pengembangan Perikanan Tangkap; 20) Pengembangan Perikanan Budidaya; 21) Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan; 22) Pengembangan IPTEK dan Inovasi Daerah; 23) Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi; 24) Pengembangan Ketenagalistrikan dan Migas; 25) KeserasianKebijakanPeningkatanKualitasHidupPerempuandan Anak; 26) Pelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak; 27) Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak; 28) Pelayanan Keluarga Berencana; 29) Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja; 30) Peningkatan Kesempatan Kerja; 31) Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan; 32) Peningkatan Partisipasi Masyarakat; 33) Penguatan Kelembagaan Masyarakat; 34) Pelayanan Kesehatan; 35) Kesehatan Lingkungan; 36) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit; 37) Sumber Daya Manusia Kesehatan; 38) Promosi dan Pemberdayaan; 39) Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan; 40) Farmasi dan Perbekalan Kesehatan; 41) Pendidikan Dasar; 42) Pendidikan Menengah; 43) Peningkatan Pendidikan Non Formal dan Informal; Bab VI 13

183 44) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 45) Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial; 46) Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial; 47) Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya; 48) Peningkatan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda. Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun sebagai landasan untuk melakukan perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun Momentum ini merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan perencanaan yang tertuang dalam dokumen SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun kedalam RPJMD. Beberapa aspek pada dokumen SPKD yang dimungkinkan untuk diintegrasikan antara lain mencakup : 1) Isu strategis dan prioritas masalah; 2) Kebijakan umum dan program; serta 3) Target-target sektoral. 3. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Dalam rangka sinkronisasi dan upaya mewujudkan sinergitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Jawa Tengah, telah disusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan daerah (SPKD) Provinsi Jawa Tengah Tahun ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 72 Tahun Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Tahun sebagai berikut : 1. Meningkatkan percepatan penurunan jumlah penduduk miskin dengan mengoptimalkan kinerja program perlindungan sosial, pengurangan kesenjangan antar kelompok ekonomi, meningkatkan daya saing dan penguatan komitmen antar pemerintah di semua tingkatan. 2. Mengupayakan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha guna menurunkan jumlah pengangguran dengan mengembangkan kebijakan pro investasi dan meningkatkan kewirausahaan baru, disertai pengembangan kualitas SDM dan pemetaan potensi sumberdaya alam di setiap kawasan/wilayah. Bab VI 14

184 3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat disertai dengan peningkatan kuantitas distribusi serta kompetensi tenaga kesehatan dan non kesehatan, ketersediaan farmasi dan alat kesehatan maupun peningkatan efektifitas penyelenggaraan program Keluarga Berencana (KB). 4. Meningkatkan kualitas dan akses pendidikan dengan mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan serta meningkatkan angka melek huruf khususnya melalui pendidikan non formal. 5. Meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dengan mewujudkan ketersediaan air minum perkotaan yang layak dan berkelanjutan serta meningkatkan penanganan, penyediaan dan kesadaran warga masyarakat untuk memiliki rumah layak huni. 6. Meningkatkan ketahanan pangan disertai dengan penyediaan benih, pupuk dan pakan serta upaya untuk mewujudkan stabilitas harga pangan, pendidikan bagi petani dan masyarakat desa, penguatan kelembagaan, peningkatan akses teknologi, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan berikut penguatan aspek kebijakan dan legalitas. Secara makro, strategi penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penanganan penduduk miskin dengan kategori : 1. penduduk produktif; penanganan kemiskinan akan dilakukan melalui pola: (i) pemberdayaan; dan (ii) pengurangan beban pengeluaran; 2. penduduk non produktif; penanganan kemiskinan akan dilakukan melalui pola bantuan langsung (charity). Sinergi dengan kebijakan nasional, Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan Kemiskinan yang tertuang didalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun diklasifikasikan sesuai dengan strategi penanggulangan kemiskinan sebagaimana diamanatkan pada Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yaitu: 1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; 2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin; 3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil; 4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Bab VI 15

185 Rencana Aksi Daerah (RAD) merupakan serangkaian alur pikir sistematis yang menjadi landasan daerah dalam menetapkan program dan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan berdasarkan isu strategis sebagai bagian dari perencanaan dan penganggaran penanggulangan kemiskinan yang berbasis hasil. Program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah dikelompokkan menjadi 4 strategi, antara lain: 1. Mengurangi Beban Pengeluaran Masyarakat Miskin 1) Program Peningkatan Akses Pendidikan Bagi Masyarakat Miskin Bantuan Siswa Miskin (BSM) Non Kuota Jenjang Pendidikan Menengah Bantuan Siswa Miskin (BSM) Pendidikan Khusus 2) Program Peningkatan Akses Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Pembiayaan Jaminan Kesehatan (Jamkes) Non Kuota Provinsi 3) Program Peningkatan Akses Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 4) Program pengembangan Ketenagalistrikan dan Migas Pengembangan Listrik Murah dan Hemat Pembangunan Jaringan Listrik Perdesaan 5) Program Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Pembangunan PLTS SHS Pembangunan PLTMH 6) Program Penyehatan Lingkungan Stimulan Jamban Sehat 7) Program pelayanan kesehatan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Peningkatan Gizi Masyarakat 8) Program Pencegahan dan Penanggulangan penyakit Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Surveilans Epidemiologi PenangananKLB dan Bencana 9) Program Pelayanan Keluarga Berencana Pelayanan KB MOW, MOP, IUD dan Cabut Implant Bagi Keluarga Pra KS dan KSI Bab VI 16

186 10) Program pendidikan Non Formal Pemberian Bantuan Keaksaraan Dasar Pemberian Bantuan Keaksaraan Lanjutan 11) Program peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi Peningkatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih 12) Program Pengembangan Pertambangan dan Air Tanah Pembangunan Sumur Bor di Daerah Rawan Kering Pembuatan Sumur Gali/Pasak 2. Meningkatkan Kemampuan dan Pendapatan Masyarakat Miskin 1) Program Rintisan Desa Berdikari Usaha ekonomi Produktif Berbasis Potensi Lokal Peningkatan Ketahanan Pangan Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Pengembangan Potensi Keunikan Lokal Masyarakat dan Alam Menjadi Atrakasi Wisata Pengembangan Agribisnis Pengembangan Perikanan Budidaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Peningkatan Kecakapan Hidup Masyarakat Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pengembangan IPTEK dan Inovasi Daerah 2) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Pelatihan Kerja Bagi CTKILN Pelatihan di Bidang Pertanian dan UKM Pelatihan Bagi Calon Tenaga Kerja Berbasis Kompetensi di Bidang Industri Pelatihan dan Pemberdayaan Penyandang Cacat 3) Program Peningkatan Kesempatan Kerja Pembinaan Masyarakat Penganggur Melalui Pengembangan Kewirausahaan Bab VI 17

187 Pelayanan, Penempatan, Pembinaan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri Peningkatan Penempatan Melalui Mekanisme AKAD 4) Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak Pelatihan Kewirausahaan Bagi Wanita di Lokasi Obyek Wisata 5) Program Kesehatan Lingkungan Peningkatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Peningkatan Kualitas Desa Siaga 6) Progam Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bantuan Kesra Pendidik Non PNS 7) Program Pendidikan Non Formal dan Informal Pendidikan Kemasyarakatan Pelatihan Ketrampilan SDM Industri Bidang Garmen dan Industri Lainnya 3. Mengembangkan dan Menjamin Keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil 1) Program Rintisan Desa Berdikari Pengembangan Produk Unggulan Daerah Berbasis Sumber Sumber Daya Lokal Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya 2) Program Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan Industri dan Dagang Peningkatan Lembaga Usaha Industri Forum Pengembangan Ekonomi Sumber Daya Lokal (FPESD) Peningkatan Wira Usaha Baru 4. Mensinergikan Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 1) Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi Pengendalian dan Pengawasan Penanaman Modal Peningkatan Kinerja Pelayanan Perizinan UPT PTSP Peningkatan Kinerja Pelayanan Non Perizinan UPT PTSP 2) Program Peningkatan Kesempatan Kerja Penyebarluasan Informasi Pasar Kerja Bab VI 18

188 Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Daerah (PTKD) Provinsi Jawa Tengah Tahun ) Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Penetapan Upah Minimum 4) Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak Implementasi Program Kerja Rencana Aksi Provinsi (RAP) Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak (PBPTA) 5) Program Pelayanan Kesehatan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan 6) Program Sumber Daya Manusia Kesehatan Pelibatan Peran Institusi Pendidikan Melalui Program OSOC 7) Program Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Penyediaan Obat dan Reagen 8) Program Pelayanan Keluarga Berencana Advokasi Penggerakan KB di Kabupaten/Kota yang DO Peserta KBnya Tinggi Pengembangan Model KIE Tentang KB-KS di Jawa Tengah Peningkatan Peran Serta Perusahaan dan Masyarakat Dalam Program KB 9) Program Pendidikan Dasar 9 Tahun Pemberian Bantuan Keuangan Untuk Perbaikan Ruang Kelas SD Pemberian Bantuan Keuangan Untuk Pembangunan Perpustakaan SD Pemberian Bantuan Keuangan Untuk Perbaikan Ruang Kelas SMP Bantuan Peningkatan Kualifikasi S1/D4 Pendidikan Formal (SD/SMP/SMA) 10) Program Pendidikan Menengah Pembangunan RKB Pembangunan Laboratorium IPA Pengadaan Komputer Untuk Laboratorium Komputer Sekolah Pembangunan Perpustakaan Sekolah Pengadaan Alat Bengkel SMK Bab VI 19

189 Rehabilitasi Gedung Sekolah 11) Program Pendidikan Non Formal Pemberian Bantuan Keuangan Untuk Pengembangan Sarpras PKBM 12) Program Peningkatan Logistik Daerah, Akses Pasar Dalam Negeri dan Pemberdayaan UDKM Pengembangan Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang 13) Program Pendidikan Non Formal dan Informal Pendidikan Kemasyarakatan C. TINJAUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara, arah pembangunan yang mendorong pada upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilihat dari misi pembangunan Kabupaten Jepara dalam lima tahun yang akan datang. RPJMD Kabupaten Jepara memiliki lima (5) misi pembangunan sebagai upaya mewujudkan visi Jepara yang Adil dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Keadilan di Bawah Naungan Rahmat dan Hidayah Tuhan yang Maha Esa. Dari lima misi yang menjadi target capaian dalam pembangunan di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada misi kedua dan ketiga yaitu : 1. Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektorsektor produktif (UMKM, Koperasi, Pertanian, Nelayan, dan Perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan. Kebijakan ini berfokus pada upaya pemerintah daerah dalam mendorong pemberdayaan ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat ini ditopang melalui UMKM dan Koperasi sehingga mampu meningkatkan nilai ekonomis sumber daya alam yang dimiliki. UMKM dan Koperasi ini juga diusahakan mampu memberikan stimulus dalam perkembangan industri dalam perdesaan. Tujuan dari misi ini adalah sebagai berikut: a. Memperluas basis pertumbuhan ekonomi wilayah dan sentra-sentra industri kecil di perdesaan. b. Terciptanya basis pertumbuhan ekonomi wilayah dan sentra-sentra industri kecil di perdesaan. Bab VI 20

190 c. Meningkatkan nilai-nilai ekonomi sumber daya alam yang ada sehingga menjadi lebih produktif (kebun, hutan, sungai, laut, dan sebagainya). Sementara itu dalam meningkatkan nilai tambah pada sektor-sektor produktif dengan target sasaran utama yaitu terciptanya produktivitas hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan dengan memprioritaskan pada urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; dengan program prioritas antara lain: Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah, Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah, Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Dalam rangka mewujudkan misi di atas, perlu dirumuskan berbagai kebijakan untuk mencapai tujuan tersebut. Rumusan kebijakan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan di atas adalah sebagai berikut : a. Mendorong produktivitas usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM) dan koperasi dengan memberikan fasilitas akses pembiayaan modal usaha dan investasi dengan pola subsidi bunga. b. Mendayagunakan fasilitas resi gudang dengan penjaminan yang digaransi oleh pemerintah daerah sehingga petani dapat memperkuat posisi jual ketika menghadapi pasar. c. Orientasi produksi yang pro job, membuka kesempatan kerja yang lebar dengan menurunkan high cost economy dengan menata birokrasi dan regulasi daerah terkait investasi. d. Memperkuat posisi tawar petani dalam pasar produk pertanian melalui kerjasama pengolahan dan pembelian produk pertanian oleh pemerintah daerah. e. Optimalisasi lahan tambak untuk perikanan darat dan revitalisasi alat tangkap untuk pemberdayaan nelayan. f. Pengolahan pasca panen ikan. g. Mendorong terbentuknya pola pembinaan petani lewat kelompok tani dan koperasi tani, di mana kelompok-kelompok tani tersebut diberi insentif untuk mengembangkan peternakan sapi atau kambing. h. Mengembangkan pola tumpangsari tanaman ladang dan kebun yang diarahkan untuk menunjang sumber bahan baku untuk industri kerajinan rakyat yang bisa diarahkan untuk mengembangkan industri skala rumah tangga (kecil) di perdesaan. Bab VI 21

191 i. Mengembangkan penanaman hutan tanaman industri sebagai sumber bahan baku kayu maupun perkebunan tanaman pangan. 2. Peningkatan percepatan capaian untuk pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan - pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dana anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat. Tujuan pertama yang ingin dicapai pada misi ini adalah meningkatkan kapasitas daya tampung pendidikan (formal dan non formal) dibarengi dengan upaya terus menerus perbaikan kualitas pendidikan dengan daya jangkau yang luas sampai ke desa-desa. Target yang menjadi sasaran dalam pencapaian tujuan pertama ini yaitu: a. Terwujudnya kualitas pendidikan disertai dengan peningkatan kapasitas daya tampung pendidikan (formal dan non formal) dan luasnya daya jangkauan, meliputi : Peningkatan persentase Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Peningkatan rasio ketersediaan sekolah Peningkatan rasio guru murid per kelas rata-rata pendidikan menengah Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C b. Meningkatnya kuantitas dan kualitas infrastruktur pelayanan dasar, meliputi : Penurunan luas lingkungan pemukiman kumuh Peningkatan jumlah drainase dalam kondisi baik Terjaganya luas Kawasan Budidaya Terjaganya Luas Kawasan Lindung Terjaganya luas Ruang Terbuka Hijau Publik Peningkatan jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial Tujuan kedua yaitu memperluas akses kesehatan berkualitas dengan sistem pelayanan yang manusiawi dan bermanfaat bagi semua rakyat. Target sasaran dalam pencapaian tujuan kedua ini yaitu terciptanya Bab VI 22

192 peningkatan secara nyata aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan bagi semua rakyat, meliputi : Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Peningkatan cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Peningkatan rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk Peningkatan rasio tenaga medis per satuan penduduk Peningkatan cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Peningkatan cakupan puskesmas Dalam upaya mencapai aksesibilitas pelayanan sosial dasar dalam mengembangkan potensi yang dimiliki akan diupayakan perwujudannya melalui arah kebijakan sebagai berikut : a. Mendorong terjadinya paradigma pengelolaan pendidikan berbasis komunitas di perdesaan, seperti pesantren dan madrasah dengan dorongan pembiayaan yang memadai sehingga membuka kesempatan pendidikan seluas-luasnya bagi rakyat pedesaan. b. Pendidikan dasar dan menengah seharusnya menyediakan seluasluasnya kesempatan sekolah bagi rakyat secara berkualitas, bermutu, dan berstandar baik. c. Mendesain kembali sistem pengelolaan keuangan dan sumber pembiayaan bagi pendidikan dasar dan menengah dengan sistem pembiayaan yang adil dan transparan. d. Pelayanan terpadu dan berkualitas dari seluruh puskesmas dan RSUD dengan pola pembiayaan bersubsidi (gratis) dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat bagi masyarakat miskin. e. Membangun dan memperkuat infrastruktur (fisik, dan non fisik) keolahragaan dan pusat-pusat kegiatan kepemudaan guna menampung minat, bakat, dan tempat menempa prestasi generasi muda. f. Mendorong terbentuknya sentra-sentra layanan rumah sehat dengan pola pelayanan kesehatan terpadu yang terintegrasi dengan basis-basis pelayanan tempat ibadah dan Posyandu ditingkat RT. Bab VI 23

193 g. Pembinaan dan pengembangan bidang kepemudaan lewat peningkatan prestasi dan kemampuan potensi pemuda (kewirausahaan, ketrampilan, dan pendidikan dan pelatihan tepat guna). h. Meningkatkan kapasitas dan prestasi bidang keolahragaan menuju prestasi tingkat nasional dan internasional. i. Menggalakkan iklim dan kompetisi olahraga dan kesenian serta membudayakan semangat menghargai prestasi anak-anak muda yang member kontribusi bagi pengembangan prestasi pemuda dan pembangunan daerah. j. Menghidupkan kembali pola kesadaran kesehatan masyarakat berbasis keluarga dan lingkungan, seperti menggalakkan program KB lewat Posyandu, bercocok tanam di pekarangan rumah dengan tanaman obat, menghidupkan kembali tenaga penyuluh kesehatan dan KB di setiap desa. k. Menerapkan pola capaian hasil layanan kesehatan yang mengadopsi capaian indikator-indikator pembangunan abad millennium (millennium development goals/mdgs). l. Pengembangan standar pemdidikan yang bermutu berbasis kapasitas kognitif dan motorik, serta kualitas akhlak. 2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Jepara Dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara, dirumuskan empat strategi utama dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan yaitu : (1) Memperbaiki Program Perlindungan Sosial; (2) Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar; (3) Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin; (4) Pembangunan Inklusif. 1. Strategi 1: Memperbaiki Program Perlindungan Sosial Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin. Bab VI 24

194 Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin. 2. Strategi 2: Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disisi lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital). Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap miskin sepanjang hidupnya. Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak menjadi poin utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konsumsi air minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit. Bab VI 25

195 3. Strategi 3: Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin sematamata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Pentingnya pelaksana strategi dengan prinsip ini menimbang kemiskinan juga disebabkan oleh ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin. Hal ini menyebabkan output pertumbuhan tidak terdistribusi secara merata pada semua kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial, dan ekonomi tidak berdaya, tidak dapat menikmati hasil pembangunan tersebut secara proporsional. Proses pembangunan justru membuat mereka mengalami marjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial. Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari mekanisme ini adalah tanpa penyertaan partisipasi masyarakat. Semua inisiatif program penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah (pusat), demikian pula dengan penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis implementasi program selalu dibuat seragam tanpa memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat miskin di masingmasing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin setempat. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, upaya secara menyeluruh disertai dengan pemberdayaan masyarakat miskin menjadi salah satu prinsip utama dalam strategi penanggulangan kemiskinan. 4. Strategi 4: Pembangunan Inklusif Prinsip keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan pembangunan. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang Bab VI 26

196 stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan. Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain itu juga diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan. D. KETERKAITAN KEBIJAKAN NASIONAL DAN DAERAH DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KEMISKINAN Pada prinsipnya tinjauan kebijakan nasional dan kebijakan daerah dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan pembangunan Kabupaten Rembang mendukung pencapaian target pembangunan dalam percepatan penanggulangan kemiskinan baik skala daerah maupun nasional, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.4 Tabel 6.4 Keterkaitan Kebijakan Nasional dan Daerah Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan No. Perencanaan Pembangunan Kebijakan A. Nasional 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) Tahun Arah Kebijakan: 1. Mengembangkan sistem perlindungan sosial yang komprehensif. 2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi Target Penurunan Kemiskinan Tahun 2019: 1. Nasional: 7%-8% 2. Provinsi Jawa Tengah: 9,5% Bab VI 27

197 No. Perencanaan Pembangunan Kebijakan B. Provinsi Jawa Tengah 2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Provinsi Jawa Tengah Tahun C. Kabupaten Jepara 6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun masyarakat kurang mampu. 3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat miskin melalui penyaluran tenaga kerja dan pengembangan kewirausahaan. Misi Ke 6: Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, aman, damai dan bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didukung dengan kepastian hukum dan penegakan HAM serta kesetaraan dan keadilan gender. Misi Ke 2: Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkualitas, Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran Strategi: 1. Penduduk produktif; penanganan kemiskinan akan dilakukan melalui pola : (i) pemberdayaan; dan (ii) pengurangan beban pengeluaran; 2. Penduduk non produktif; penanganan kemiskinan akan dilakukan melalui pola bantuan langsung (charity). Misi 2:Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, Koperasi, Pertanian, Nelayan, dan Perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan. Misi 3:Peningkatan percepatan capaian untuk Target Penurunan Kemiskinan Tahun 2025: Menurunnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran Tahun 2018: 1. Lama: 7,8% 7,6% 2. Revisi: 10,4%-9,93% Tahun 2018: 1. Provinsi Jawa Tengah: 10,4%-9,93% 2. Kabupaten Jepara: 7,41% Bab VI 28

198 No. Perencanaan Pembangunan Kebijakan 7. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Jepara pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan, mencakup pembangunan - pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dana anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan dan penataan kehidupan sosial masyarakat Strategi: 1. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial. 2. Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar. 3. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin. 4. Pembangunan Inklusif. Target Penurunan Kemiskinan E. EVALUASI KINERJA KELEMBAGAAN KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1) Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Jepara Pelaksanaan program-program kemiskinan dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Jepara sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengatur mekanisme kerja TKPK Daerah. Sebagai tindak lanjut atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 Tentang TIM Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota, perlu membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, pemerintah Kabupaten Jepara melalui Keputusan Bupati Jepara Nomor 053/114 tahun 2017 membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Jepara. Susunan TKPK Kabupaten Jepara berdasarkan kedudukan dan jabatan dalam dinas adalah sebagai berikut : Bab VI 29

199 A KOORDINATOR 1. Penanggungjawab Bupati Jepara 2. Ketua Wakil Bupati Jepara 3. Wakil Ketua Sekretaris Daerah Kabupaten Jepara 4. Sekretaris Kepala Bappeda Kabupaten Jepara 5. Wakil Sekretaris Kepala Dinsospermasdes Kabupaten Jepara B KELOMPOK PROGRAM : 1. BANTUAN SOSIAL TERPADU BERBASIS KELUARGA: a. Ketua Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Jepara b. Wakil Ketua Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jepara c. Anggota 1. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Jepara 2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara 3. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jepara 4. Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jepara 5. Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Kabupaten Jepara 6. Direktur RSUD Kartini Kabupaten Jepara 7. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Jepara 8. Kepala Bagian Umum Setda Kabupaten Jepara 9. Ketua Palang Merah Indonesia Kab. Jepara 10. Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Kabupaten Jepara 2. PEMBERDAYAAN BERBASIS MASYARAKAT a. Ketua Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jepara b. Wakil Ketua Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Jepara c. Anggota 1. Kepala Dinas Perumahan rakyat dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Jepara 2. Kepala Dinas Kearsipan dan PerpustakaanDaerah Kabupaten Bab VI 30

200 Jepara 3. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara 4. Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia Kabupaten Jepara 5. Ketua Asosiasi Pengrajin Kecil Jepara Kabupaten Jepara 3. BERBASIS PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI MIKRO DAN KECIL a. Ketua Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Jepara b. Wakil Ketua Kepala Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jepara c. Anggota 1. Kepala Dinas Perindustrian & Perdagangan Kabupaten Jepara 2. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Jepara 3. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara 4. Kepala Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Jepara 5. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Jepara 6. Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kabupaten Jepara 7. Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kabupaten Jepara 8. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Jepara 9. Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kabupaten Jepara 10. Ketua Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia Kabupaten Jepara 4. PROGRAM PROGRAM LAINNYA : a. Ketua Asisten Pemerintahan Sekda Kabupaten Jepara b. Wakil Ketua Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jepara c. Anggota 1. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara 2. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara 3. Kepala Kementerian Agama Kabupaten Jepara Bab VI 31

201 C. KELOMPOK KERJA : 4. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara 5. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara 6. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara I. POKJA PENDATAAN DAN SISTEM INFORMASI a. Ketua Kabid Perencanaan, evaluasi dan Data Pembangunan pada Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara b. Wakil Ketua Kasi Statistik Sosial pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara c. Anggota 1. Kepala Sub Bidang Sosial, Kesehatan dan Pemberdayaan pada Bidang Pemerintahan Sosial Budaya pada Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara 2. Kabid Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jepara 3. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Jepara 4. Kabid Informatika pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jepara 5. Ketua STIENU Jepara 6. Staf Bappeda Kabupaten Jepara II. POKJA PENGEMBANGAN KEMITRAAN a. Ketua Kabid Ekonomi, Prasarana dan pengembangan Wilayah pada Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara b. Wakil Ketua Kabag. Perekonomian Setda Jepara c. Anggota 1. Pimpinan Bank Jateng Cabang Jepara Bab VI 32

202 2. Pimpinan Bank Rakyat Indonesia Cabang Jepara 3. Kepala Bank Nasional Indonesia Cabang Jepara 4. Kepala Bank Mandiri Cabang Jepara 5. Direktur Utama BPR Jepara Artha Kabupaten Jepara 6. Direktur PD BPR BKK Kabupaten Jepara 7. Direktur Utama Perusda Aneka Usaha Kabupaten Jepara 8. Direktur Utama Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Jepara 9. Pimpinan PLN Jepara 10. Pimpinan PLTU Tanjung Jati B Jepara 11. Ketua Pokja I Tim Penggerak PKK Kab Jepara 12. Staf Bappeda Kabupaten Jepara III. POKJA PENGADUAN MASYARAKAT d. Ketua Kepala Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya pada Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara a. Wakil Ketua Sekretaris Inspektorat Kabupaten Jepara b. Anggota 1. Kepala Sub Bidang Pemerintahan Umum pada Bidang Pemerintahan Sosial Budaya pada Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara 2. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Jepara 3. Kasubag Perundang-Undangan pada Bagian Hukum Setda Kabupaten Jepara 4. Staf Bappeda Kabupaten Jepara 2) Kinerja TKPKD Kabupaten Jepara Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berkenaan dengan koordinasi dan pengendalian pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, TKPKD Kabupaten Jepara dirasa belum optimal. Kondisi dan permasalahan yang perlu menjadi perhatian untuk penanganan ke depan antara lain: Bab VI 33

203 (1) Belum optimalnya implementasi komitmen bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Jepara dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan. (2) Masih lemahnya koordinasi dan kerjasama antar sektor dalam pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan dikarenakan paradigma penanggulangan kemiskinan masih dianggap sektoral. (3) Keterbatasan sumberdaya TKPK Kabupaten Jepara dalam pelaksanaan kegiatan TKPKD dan kesibukan keanggotaan TKPK sesuai tupoksi masing-masing. (4) Belum optimalnya kinerja kelompok program (pokgram) dalam rangka koordinasi dan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan masing-masing kelompok program. (5) Belum optimalnya pelaksanaan verifikasi dan validasi terhadap basis data terpadu secara rutin, serta dalam pemanfaatan basis data terpadu dalam sinergitas pelaksanaan penaggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara (6) Belum optimalnya peran dunia usaha melalui CSR (Corporate Social Responsibility) dalam pembangunan daerah terutamapenanggulangan kemiskinandi Kabupaten Jepara. (7) Belum adanya TKPKD di tingkat Kecamatan dan di tingkat Desa/Kelurahan dalam koordinasi dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan dari tingkat Desa/Kelurahan sampai dengan tingkat Kecamatan. (8) Belum optimalnya pemanfaatan potensi Dana Desa atau Alokasi Dana Desa untuk mendanai kegiatan penanggulangan kemiskinan di tingkat Desa. (9) Belum optimalnya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara. Bab VI 34

204 BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH A. ISU STRATEGIS Tingkat kemiskinan Kabupaten Jepara tidak terlepas dari pencapaian kinerja bidang dan indikator yang berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan. Dengan melihat kondisi data pada indikator kemiskinan maka isu strategis yang berkaitan dengan kemiskinan meliputi: 1. Sosial Isu strategis bidang sosial di Kabupaten Jepara adalah Masih banyaknya keluarga fakir miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya yang belum mendapatkan penanganan, ditahun 2016 penanganan terhadap PMKS di Kabupaten Jepara tercatat sebesar 72,64%, terdapat 27,36% PMKS yang belum mendapatkan penanganan. Penanganan permasalahan PMKS yang cukup rumit berkaitan dengan banyak jenis PMKS yang harus ditangani. Berdasarkan hasil survei terhadap beberapa jenis PMKS antara lain penyandang disabilitas, menunjukkan diantara mereka belum mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Beberapa bantuan yang diterima dengan kondisi kecacatan didapatkan dari bantuan beberapa LSM/ yayasan dan beberapa pemberian dari perorangan. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sebagian penyandang disabilitas tidak percaya diri untuk ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan bantuan pemerintah. Kondisi disabilitas tidak dilaporkan oleh keluarga kepada petugas sosial. Selain itu ada beberapa penyandang disabilitas belum memiliki data kependudukan seperti akte kelahiran dan KTP sehingga mereka tidak memiliki akses yang baik terhadap bantuan sosial dari pemerintah. Dari temuan dilapangan, beberapa keluarga terutama diwilayah perdesaan memilih tertutup terhadap penyandang BabVII 1

205 disabilitas karena untuk membantu proses masa depan mereka membutuhkan biaya yang tinggi. Salah satu penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH), ibu Sri Rahayu yang tergabung dalam kelompok Bangunrasa, mampu memanfaatkan bantuan untuk kegiatan usaha. Saat ini, untuk membantu kebutuhan keluarga dimanfaatkan dengan usaha membuat makanan kecil (jajanan pasar) sejak tahun Sejak menjadi peserta PKH dari tahun 2014, ibu Sri berniat mengembangkan usaha kecil untuk membantu keluarga. Untuk menguasai pembuatan jajanan pasar, bu Sri belajar secara mandiri tanpa ikut pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Ratarata dari hasil usaha ini bu Sri mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp per minggu. Selain menadapatkan PKH, bu Sri juga memiliki jaminan perlindungan sosial berupa KIS dan KIP termasuk bantuan beras. 2. Ketenagakerjaan Isu strategis bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Jepara adalah terbatasnya jumlah pencaker yang diikutkan dalam proses magang yaitu hanya sebesar 4,53%,pencaker yang ditempatkan baru mencapai sebesar 24,78% dan belum optimalnya jaminan terhadap kesehatan tercatat terdapat 33,46% buruh yang masih belum terdaftar sebagai peserta BPJS. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, yaitu pada pencaker yang sedang melakukan pengurusan surat kuning diketahui bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan di Kabupaten Jepara masih relatif sedikit dibandingkan dengan kondisi tenaga kerja yang ada saat ini. Agus seorang BabVII 2

206 pencaker yang ditemui pada saat melihat informasi kerja di dinas mengatakan sudah beberapa kali ke bagian informasi dinas untuk melihat lowongan pekerjaan di Jepara. Lowongan pekerjaan yang didapatkan belum sesuai harapan karena tidak sesuai dengan pendidikannya. Sebagai lulusan SMK teknik mesin, berharap ada lowongan pekerjaan yang dibuka perusahaan untuk menampung keahliannya. Dengan beberapa kali mencari informasi di sekitar Jepara yang terbatas, kemungkinan pekerjaan hanya bisa didapatkan di luar Jepara, seperti di Semarang. Beberapa temuan yang sama juga ditemukan, menunjukkan bahwa sebenarnya pencaker tidak hanya berharap besar dapat bekerja di wilayah Kabupaten Jepara, namun bisa juga bekerja di wilayah lain untuk bersaing dengan tenaga kerja lainnya di luar Kabupaten Jepara. 3. Pengembangan Usaha Kecil Isu strategis bidang UKM di Kabupaten Jepara adalah belum optimalnya cakupan pembinaan terhadap pelaku UMKM yang ditunjukkan dengan capaian tahun 2016 hanya 535 kelompok dari UMKM yang mendapatkan pembinaan atau sekitar 0,70%. Pada bidang perindustrian, isu yang dihadapi adalah belum optimalnya pengembangan industri kecil terutama berkaitan dengan proses produksi dan desain serta daya serap tenaga kerja. Sementara itu dibidang perdagangan, adalah belum optimalnya upaya pengendalian harga kebutuhan bahan pokok yang dilakukan agar harga bahan pokok terjangkau oleh masyarakat miskin. Berdasarkan wawancara dengan pelaku UKM yang sudah mendapatkan bantuan pengembangan usaha dan pembinaan dari Dinas terdapat beberapa informasi yang disampaikan. Pertama bantuan pengembangan usaha didapatkan melalui berbagai pelatihan dan studi pembelajaran pada pelaku UKM lain. Pembinaan didapatkan melalui berbagai kegiatan antara lain dengan mengikutsertakan dalam kegiatan promosi daerah. Kendala yang dihadapi oleh pelaku UKM pasca mendapatkan pembinaan pengembangan adalah pada penerapan teknologi yang lebih besar/tinggi dalam usaha mengembangkan produknya. BabVII 3

207 Salah satu sampel dalam survei dibidang usaha ekonomi produktif adalah seorang ibu bernama Sayerniah. Saat ini ibu Sayerniah memiliki usaha produk makanan olahan tempe. Warga Desa Karanggondang ini dalam menjalankan usahanya dibantu 3 orang. Rata-rata penghasilan dalam satu bulan mencapai 900 ribu rupiah. Namun dari pendapatan tersebut harus dibagi dengan 3 orang yang membantu kegiatan produksi. Sampai saat ini, usaha yang dijalani belum pernah mendapatkan pembinaan maupun bantuan permodalan dari pemerintah. Para pelaku usaha kecil ini masih terkendala untuk mengakses permodalan usaha karena kepemilikan mereka terbatas untuk menjadi jaminan pinjaman permodalan. 4. Kelautan dan Perikanan Isu strategis bidang kelautan dan perikanan di Kabupaten Jepara adalah: 1. Belum optimalnya produksi perikanan tangkap yang terlihat dari produksi perikanan tangkap ,90 ton pada tahun Hal ini disebabkan oleh sebagian besar nelayan merupakan nelayan tradisional dengan struktur armada penangkapan di bawah 10 GT, dan penggunaan teknologi yang rendah, penurunan daya dukung lingkungan dan terjadinya overfishing pada jalur I daerah penangkapan ikan di laut. 2. Belum optimalnya produksi perikanan budidaya, terlihat dari produksi perikanan pada tahun 2016 sebesar ,00 ton, menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar ,00 ton. 3. Kurangnya kualitas dan daya saing produk usaha pengolahan ikan. BabVII 4

208 Permasalahan secara langsung yang dihadapi oleh nelayan berdasarkan hasil survei ada dua hal, pertama berkaitan dengan cuaca dan kedua berkaitan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Salah satu nelayan bernama Bejo Utomo mewakili rekan-rekannya menyampaikan saat ini yang dihadapi sebagian besar nelayan yang tergolong miskin adalah keterbatasan kapasitas penangkapan baik penguasaan teknologi, metode penangkapan, maupun permodalan. Masalah kemiskinan juga disebabkan adanya ketimpangan pemanfaatan sumber daya ikan. Di satu sisi, ada daerah yang padat tangkap dengan jumlah nelayan besar terutama di Pantura Jawa. Di sisi lain ada daerah yang masih potensial namun jumlah nelayannya sedikit seperti di Papua, Maluku, NTT dan Ternate. Masalah strukturai yang dihadapi nelayan makin ditambah dengan persoalan kultural seperti gaya hidup yang tidak produktif dan tidak efisien. Padahal dengan kondisi nelayan kecil saat ini mesin yang dimiliki saja kapasitasnya rendah sehingga jangkauan untuk melaut pendek. Selain permasalahan terhadap sarana prasarana dan kepemilikan teknologi, nelayan juga dihadapkan dengan perubahan cuaca. Ada tiga pola angin musim yang dikenal nelayan, yakni musim barat, musim timur, dan musim peralihan. Pada musim barat, nelayan banyak tidak melakukan penangkapan ikan karena ketika gelombang tinggi dan angin kencang datang tiba-tiba dan nelayan memutuskan untuk tetap melaut, biasanya nelayan kesulitan menjaring atau memancing ikan. Nelayan telah menghabiskan bahan bakar, sementara hasil tangkapan ikannya minimum. 5. Kesehatan Isu strategis bidang kesehatan di Kabupaten Jepara adalah masih terdapatnya kematian bayi, kasus kematian ibu melahirkan, belum optimalnya pelayanan antenatal/k4 pada ibu hamil, belum optimalnya penemuan kasus gizi buruk dan masih terdapatnya kematian akibat DBD. Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan terhadap penduduk miskin, pemerintah memberikan perlindungan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang terintegrasi ke dalam Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). BabVII 5

209 Kendala yang dihadapi oleh masyarakat miskin pengguna JKN adalah berkaitan dengan pelayanan di pusat kesehatan. Dari hasil wawancara masih terdapat penduduk miskin yang masih mengeluhkan dengan pelayanan pengguna JKN PBI. Masih ada masyarakat yang menyatakan tentang pelayanan yang kurang menyenangkan, bila dibanding sesama pasien yang membayar tunai atau menjadi peserta asuransi swasta. Pemeriksaan dilakukan terburu-buru dan diobati seadanya. Tak jarang, pasien masih harus mengeluarkan sejumlah uang karena obat tertentu tidak di cover oleh BPJS Kesehatan. 6. Pendidikan Isu strategis bidang pendidikan di Kabupaten Jepara adalah belum optimalnya capaian APM SD/MI atau Sederajat dan capaian APM SMP/MTs atau Sederajat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada beberapa sampel, masih ditemukan anak yang tidak dapat menggunakan fasilitas penggunaan bantuan biaya pendidikan melalui kartu Indonesia pintar. Jaminan perlindungan sosial pelayanan dasar secara umum cukup baik, namun masih ada permasalahan berkaitan dengan tingkat capaian APM dan masih terdapat anak putus sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang tua menyebutkan bahwa anak tidak melanjutkan sekolahnya atau putus sekolah yang selalu menjadi alasan adalah kemampuan ekonomi keluarga. Namun disisi lain, yang berpengaruh pada anak usia SMP dan SMA ada pergaulan dilingkungan pertemanannya. Pada posisi usia sekolah SMP dan SMA, daya pikir anak masih labil, mudah terpengaruh dan merasa ada dalam bentuk pencarian jari diri. Dalam hal ini, pengawasan paling diutamakan terutama ketegasan orang tua dalam mencegah dan melindungi anak dari pengaruh-pengaruh negatif yang berdampak pada motivasi anak untuk bersekolah berubah. BabVII 6

210 7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Isu strategis bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabupaten Jepara adalah: Masih rendahnya sumbangan pendapatan perempuan dalam rumah tangga. Masih relatif tingginya angka unmet need. Belum optimalnya tindaklanjut pasca pelatihan UPPKS terhadap anggota UPPKS yang mengikuti pelatihan. Kurangnya tindaklanjut untuk mempromosikan Produk UPPKS. 8. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Isu strategis bidang kependudukan dan pencatatan sipil di Kabupaten Jepara adalah belum seluruh penduduk Kabupaten Jepara memiliki dokumen administrasi kependudukan. 9. Perumahan dan Kawasan Permukiman Isu strategis bidang perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Jepara adalah masih kurangnya pemenuhan sarana dasar bagi penduduk miskin antara lain pemenuhan rumah layak huni, kawasan permukiman yang belum tertata, banyaknya luasan kawasan permukiman kumuh dan banyaknya penduduk yang belum terlayani air minum berkelanjutan yang aman dan layak. Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2016 mencapai sebesar unit, masih terdapat 22,5% penduduk yang belum memiliki rumah tingga sendiri, akses terhadap air minum layak diperdesaan sebesar 66,87% dan penduduk dengan akses sanitasi layak sebesar 77,43%. Penduduk dengan rumah tidak layak huni masih banyak yang belum mendapatkan pelayanan dari pemerintah. Sudah banyak upaya yang dilakukan baik itu melalui kegiatan CSR maupun swadaya masyarakat sekitar. Dengan besarnya jumlah rumah tidak layak huni di Kabupaten Jepara maka BabVII 7

211 penyelesaiannya membutuhkan waktu yang cukup panjang karena target setiap tahunnya yang dapat diselesaikan tidak besar. Penduduk di perdesaan berkaitan dengan sanitasi dan air bersih masih terkendala beberapa hal, antara lain ketersediaan sumber air baku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terbatas, air permukaan yang kualitasnya buruk dan kemampuan masyarakat untuk secara mandiri membangun ketersediaan sarana dan prasaran air bersih di rumahnya masing-masing. Layanan pemerintah melalui PDAM pun masih belum menjangkau seluruh wilayah permukiman, terutama diwilayah perdesaan. 10. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Isu strategis bidang pekerjaan umum dan penataan ruang di Kabupaten Jepara adalah Belum optimalnya infrastruktur (jalan, jembatan dan irigasi) belum optimal di wilayah kantong-kantong kemiskinan (masih banyak ruas jalan dan jembatan di Kabupaten Jepara dalam kondisi rusak, dimana jalan kabupaten dalam kondisi baik saat ini baru mencapai 47%). 11. Ketahanan Pangan Isu strategis bidang ketahanan pangan di Kabupaten Jepara adalah belum optimalnya ketersediaan dan keterjangkauan kebutuhan pangan pokok utama dan belum optimalnya kebijakan penjaminan harga kebutuhan pangan pokok utama. Sedikitnya produksi pangan mengakibatkan harga yang tidak terjangkau bagi masyarakat kecil dan tentu saja ini akan mengakibatkan penyakit kurang Gizi terutama pada kalangan anak-anak dan berakibat pada reaksi otak pada anak-anak tersebut. Kabupaten Jepara sebagai salah satu wilayah pertanian, persoalan pangan selain harga, yang memiliki pengaruh adalah kondisi pertanian sebagai sumber pangan utama masyarakat. Sektor pertanian yang dimaksud adalah sektor yang mencakup sub sektor yang meliputinya seperti pertanian sawah, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan kelautan. Banyak penduduk miskin diwilayah pertanian namun tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya secara sempurna. Penduduk miskin di wilayah BabVII 8

212 pertanian biasanya tidak memiliki lahan pertanian dan hanya menjadi buruh tani. B. TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Tujuan yang ingin dicapai dalam rangka penanggulangan kemiskinan berdasarkan masing-masing isu strategis adalah: 1. Meningkatkan cakupan penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). 2. Meningkatkan ketrampilan KUBE kepada PMKS. 3. Meningkatkan pembinaan dan peningkatan Orsos dan PSKS. 4. Meningkatkan sarana panti sosial skala kabupaten dalam menyediakan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. 5. Menyediakan tenaga kerja yang kompeten, produktif sesuai dengan perkembangan pasar kerja dan meningkatkan ketrampilan pencari kerja. 6. Meningkatkan penempatan tenaga kerja dan perluasan penciptaan lapangan Kerja. 7. Mewujudkan SDM pelaku kelompok UMKM yang berkualitas, profesional dan berkesinambungan. 8. Meningkatkan kualitas produksi perikanan tangkap dan budidaya dalam mendorong peningkatan pendapatan masyarakat nelayan dan pembudidaya. 9. Meningkatkan daya saing produk hasil olahan perikanan. 10. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan industri kecil termasuk peningkatan daya serap tenaga kerja. 11. Mengendalikan harga kebutuhan bahan pokok agar terjangkau oleh masyarakat kurang mampu. 12. Meningkatkan dan mempertahankan partisipasi anak sekolah untuk sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI atau sederajat. 13. Meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya promotif dan preventif. 14. Meningkatkan peran perempuan dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga. 15. Meningkatkan cakupan terpenuhinya pasangan usia subur yang ingin ber- KB. 16. Meningkatkan pembinaan usaha anggota UPPKS setelah mengikuti pelatihan. 17. Meningkatnya kelompok UPPKS. BabVII 9

213 18. Meningkatkan tertib administrasi kependudukan secara terpadu, terarah, terkoordinasi dan berkesinambungan. 19. Meningkatkan ketersediaan Rumah Layak Huni. 20. Meningkatkan sarana dan prasarana umum permukiman. 21. Meningkatkan kualitas jalan dalam kondisi baik. 22. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat terhadap kebutuhan pangan pokok utama. 23. Mengendalikan gejolak harga kebutuhan pangan pokok utama. Sasaran yang ingin dicapai dalam rangka penanggulangan kemiskinan berdasarkan tujuan tersebut di atas adalah: 1. Meningkatnya penanganan terhadap Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial (PMKS). 2. Meningkatnya ketrampilan KUBE kepada PMKS. 3. Meningkatnya pembinaan dan peningkatan Orsos dan PSKS. 4. Meningkatnya sarana panti sosial skala kabupaten dalam menyediakan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. 5. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia/tenaga kerja. 6. Meningkatnya penempatan kerja dan perluasan kesempatan berusaha. 7. Meningkatnya kualitas SDM pelaku/pengelola UMKM. 8. Meningkatnya jumlah UMKM yang teridentifikasi kegiatannya. 9. Meningkatnya produksi perikanan tangkap dan budidaya. 10. Meningkatnya daya saing produk perikanan meningkatnya pendapatan masyarakat nelayan dan pembudidaya. 11. Meningkatnya industri kecil yang berkembang dengan penambahan tenaga kerja. 12. Terkendalinya harga kebutuhan bahan pokok. 13. Meningkatnya APM SD/MI dan SMP/MTs sederajat. 14. Meningkatnya gizi masyarakat dan kesehatan ibu, anak, remaja dan usia lanjut. 15. Tercapainya pengendalian kasus penyakit. 16. Meningkatnya sumbangan perempuan terhadap pendapatan keluarga. 17. Menurunnya angka unmet need. 18. Meningkatnya pendapatan anggota UPPKS. 19. Meningkatnya promosi produk UPPKS. BabVII 10

214 20. Meningkatnya cakupan kepemilikan dokumen kependudukan dan pencatatan sipil. 21. Meningkatnya rumah layak huni. 22. Meningkatnya ketersediaan perumahan dengan didukung PSU yang baik. 23. Meningkatnya sarana dan prasarana sanitasi dan air minum. 24. Meningkatnya kualitas infrastruktur jalan dan jembatan yang menjadi kewenangan kabupaten. 25. Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan kebutuhan pangan pokok utama. 26. Meningkatnya stabilitas harga kebutuhan pangan pokok utama. Adapuntujuan, sasaran dan indikator sasaran diterjemahkan melalui Tabel 7.1. berikut: Tabel 7.1 Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jepara Tahun Tujuan Meningkatkan cakupan Penangan Penyandang masalah kesejahteraan sosial Meningkatkan Ketrampilan KUBE kepada PMKS Meningkatkan pembinaan dan peningkatan Orsos dan PSKS Meningkatkan sarana panti sosial skala kabupaten dalam menyediakan prasarana Sasaran Meningkatnya Penangan terhadap Penyandang masalah kesejahteraan sosial Meningkatnya Ketrampilan KUBE kepada PMKS Meningkatkatny a pembinaan dan peningkatan Orsos dan PSKS Meningkatnya sarana panti sosial skala kabupaten dalam menyediakan prasarana Indikator Sasaran ProsentasePen angan penyandang masalah kesejahteraan sosial Persentase (%) PMKS skala kab yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya Persentase Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang di bentuk dan dibina Persentase (%) panti sosial skala kabupaten yang menyediakan sarana Satuan Target Kinerja % 76,45 80,25 84,06 87,87 91,67 95,48 % 67,00 71,90 76,80 81,60 86,50 91,40 % 50,00 60,00 70,00 80,00 90, % BabVII 11

215 Tujuan pelayanan kesejahteraan sosial Menyediakan tenaga kerja yang kompeten, produktif sesuai dengan perkembangan pasar kerja dan meningkatkan ketrampilan pencari kerja Meningkatkan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Penciptaan Lapangan Kerja Mewujudkan SDM pelaku kelompok UMKM yang berkualitas, profesional dan berkesinambung an. Meningkatkan kualitas produksi perikanan tangkap da budidaya dalam mendorong peningkatan pendapatan masyarakat nelayan dan pembudidaya Meningkatkan daya saing produk hasil olahan perikanan Meningkatkan pembinaan dan pengembangan industri kecil termasuk peningkatan daya serap teaga kerja Mengendalikan harga Sasaran pelayanan kesejahteraan sosial Meningkatnya kualitas sumber daya manusia / tenaga kerja Meningkatnya Penempatan Kerja dan Perluasan Kesempatan Berusaha Meningkatnya kwalitas SDM pelaku/ pengelola UMKM. Meningkatnya jumlah UMKM yang teridentifikasi kegiatannya. Meningkatnya produksi perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya Meningkatnya daya saing produk perikanan meningkatnya pendapatan masyarakat nelayan dan pembudidaya Meningkatnya industri kecil yang berkembang dengan penambahan tenaga kerja Terkendalinya harga Indikator Sasaran prasarana pelayanan kesejahteraan sosial Tingkat pengangguran terbuka Tingkat partisipasi angkatan kerja Persentase usaha mikro yang meningkat menjadi usaha kecil Produksi perikanan tangkap Produksi perikanan budidaya Cakupan bina kelompok nelayan (kelompok ) Rata-rata Pendapatan Nelayan Rata-rata Pendapatan Pembudidaya Ikan Persentase Industri kecil yang berkembang Laju inflasi bahan Satuan Target Kinerja % 3,1 3,05 3, % 68,5 68,6 68,7 68,8 68,9 69 % 0,5 1,9 0,8 0,3 0,3 0,3 Ton 8.433, , , , , ,85 Ton Klp Rp/ tahun Rp/ tahun % % BabVII 12

216 Tujuan kebutuhan bahan pokok agar terjangkau oleh masyarakat kurnag mampu Meningkatkan dan mempertahanka n partisipasi anak sekolah untuk sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI atau sederajat. Meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya promotif dan preventif Meningkatkan peran perempuan dalam memberikan kontribusi terhadap pendaptanruma htangga Meningkatkan cakupan terpenuhinya pasangan usia subur yang ingin ber KB Meningkatkan pembinaan usaha anggota UPPKS setelah mengikuti pelatihan Meningkatnya Kelompok UPPKS Meningkatkan tertib administrasi kependudukan secara terpadu, terarah, terkoordinasi Sasaran kebutuhan bahan pokok. Meningkatnya APM SD/MI dan SMP/MTs sederajat Meningkatnya gizi masyarakat dan kesehatan ibu, anak, remaja dan usia lanjut Tercapainya pengendalian kasus penyakit Meningkatnya sumbangan perempuan terhadap pendaptan keluarga Menurunya angka unmetneed Meningkatnya Pendapatan Anggota UPPKS Meningkatnya Promosi Produk UPPKS Meningkatnya cakupan kepemilikan Dokumen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Indikator Sasaran kebutuhan pokok Satuan Target Kinerja APM SD/MI % 99,15 99,17 99,2 99,23 99,25 99,3 Sederajat APtS SD/MI % 0,04 0,03 0,025 0,015 0,01 0,01 Angka % 89 89, , ,5 Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs sederajat Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs sederajat % , , ,5 AKI Kasus AKB Per 5,4 5,35 5,3 5,25 5,2 5, KH AKABA Per 5,75 5,7 5,65 5,6 5,55 5, KH Persentase % 2,6 2,5 2,4 2,1 2 2 Gizi Buruk ProporsiAnakB % erusia 1 TahunDiimuni sasicampak Persentase % sumbangan pendapatan perempuan dalam rumah tangga Angka unmetneed % 10,79 10,69 10,59 10,49 10,39 10,29 Cakupan PUS % peserta KB anggota usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS) yang ber KB Persentase % 91,37 92,28 93,19 94,12 95,06 96 Cakupan penduduk ber KTP per satuan penduduk Persentase % 99,01 99,1 99,2 99,3 99,4 99,5 BabVII 13

217 Tujuan dan berkesinambung an Meningkatkan ketersediaan Rumah Layak Huni Meningkatkan sarana dan prasrana umum permukiman Meningkatkan kualitas jalan dalam kondisi baik Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat terhadap kebutuhan pangan pokok utama Mengendalikan gejolak harga kebutuhan pangan pokok utama Sasaran Meningkatnya rumah layak huni Meningkatnya ketersediaan perumahan dengan didukung PSU yang baik Meningkatnya sarana dan prasarana sanitasi dan air minum Meningkatnya kualitas infrastruktur jalan dan jembatan yang menjadi kewenangan kabupaten Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan kebutuhan pangan pokok utama Meningkatnya stabilitas harga kebutuhan pangan pokok utama Indikator Sasaran Cakupan Kepemilikan Kartu Keluarga Persentase Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran Persentase Cakupan kepemilikan Akte Kematian Cakupan ketersediaan rumah layak huni Cakupan Lingkungan Yang Sehat danaman yang didukung dengan PSU Persentase luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan yang tertangani Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak Persentase rumah tinggal bersanitasi layak % jalan dalam kondisi baik Persentase wilayah rawan pangan yang tertangani pada masa tanggap darurat Stabilitas harga pangan di tingkat produsen Stabilitas harga pangan Satuan Target Kinerja % 59,07 60,01 61,09 62,31 63,62 64,82 % 46,66 47,12 47,58 48,05 48,52 48,99 % 77,82 78,22 78,62 79,02 79,42 79,82 % 95,84 96,09 96,34 96,59 96,84 97,09 % 49,78 73, % 90, % % 47,81 53,51 59,21 64,41 70,61 76,31 % HPP HPP HPP HPP HPP HPP HPP % CV < 5% CV < 5% CV < 5% CV < 5% CV < 5% CV < 5% BabVII 14

218 Tujuan Sasaran Indikator Sasaran di tingkat konsumen Satuan Target Kinerja Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, strategi yang diupayakan dalam rangka penanggulangan kemiskinan adalah melalui: 1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin 2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin 3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil 4. Mensinergikan kebijakan penanggulangan kemiskinan Sementara kebijakan dalam rangka pencapaian strategi yang telah ditetapkan difokuskan pada: 1. Wilayah kecamatan dengan tingkat kesejahteraan terendah tinggi dilihat dari jumlah rumah tangga dan individu dengan status kesejahteraan 40% terendah tinggi berdasarkan Data Terpadu Program Penanganan Kemiskinan, yaitu Kec. Bangsri, Kedung, Mlonggo, Tahunan, Mayong, Batealit, Kembang dan Welahan. 2. Penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan diprioritaskan pada kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga dengan status kesejahteraan 40% terendah berdasarkan Data Terpadu Program Penanganan Kemiskinan. C. RENCANA AKSI DAERAH Rencana Aksi Daerah (RAD) penanggulangan kemiskinan Kabupaten Jepara berdasarkan isu strategis, tujuan dan sasaran lima tahun yang akan datang disajikan melalui tabel program, kegiatan dan kerangka pendanaan terlampir. BabVII 15

219 BAB VIII SISTEM MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program penangggulangan kemiskinan dimaksudkan untuk mengukur perkembangan pelaksanaan kebijakan dan program dalam capaian kinerja masing-masing indikator program. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian program/kegiatan yang dilakukan, apakah sudah sesuai atau menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan; untuk selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah guna meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi program/kegiatan. Selain itu monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui mengidentifikasi masalah dan potensi masalah dalam pelaksanaan, memberikan penilaian keberhasilan dari sisi keluaran, kegunaan dan dampaknya. Kegiatan monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan pada dasarnya dilakukan oleh semua pelaku atau pemangku kepentingan penanggulangan kemiskinan. Monev penanggulangan kemiskinan pada lembaga pemerintah dilakukan secara internal oleh daerah dan dinas terkait. Kegiatan monitoring dan evaluasi juga dilakukan secara independen oleh lembaga-lembaga non-pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, organisasi profesi dan media massa. Sistem monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan merupakan bagian dari sistem perencanaan dan penganggaran, oleh sebab itu hasil monitoring dan evaluasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan menjadi masukan penting bagi penyusunan rencana dan anggaran. Integrasi ke dalam sistem perencanaan dan penganggaran pembangunan diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan kesinambungan kebijakan/program penanggulangan kemiskinan. Oleh sebab itu, siklus monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan harus diselaraskan dengan siklus perencanaan dan penganggaran pembangunan, sehingga sistem monev penanggulangan kemiskinan menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem monev RPJMD, RKPD dan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK). Hasil sistem monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan harus tersedia sebelum proses perencanaan dan penganggaran dimulai, agar hasil-hasil monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan menjadi umpan balik dan pertimbangan penting dalam proses perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada masyarakat miskin secara berkelanjutan. Komplementaritas monitoring dan evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut: Bab VIII 1

220 Monitoring Evaluasi Memantapkan apa tujuan program Menganalisis mengapa tujuan program (tidak) tercapai Menghubungkan kegiatan dan sumberdaya Menelusuri secara spesifik pengaruh kegiatan dengan tujuan program terhadap hasil yang dicapai Menerjemahkan tujuan program kedalam Menguji proses pelaksanaan program indikator kinerja dan menetapkan target Mengumpulkan data secara rutin dari Mengkaji hasil yang tidak diharapkan indikator kinerja dan membandingkan (ketidaktercapaian target) antara capaian/realisasi dengan target Melaporkan perkembangan program kepada Menyediakan pembelajaran, sumber potensi pengambil keputusan, termasuk keberhasilan program dan rekomendasi permasalahan yang ditemukan. perbaikan. Sumber : Petunjuk Teknis Penyusunan SPKD, TNP2K A. PELAKSANA Sesuai dengan tugas dan fungsi serta kewenangannya mendasarkan Keputusan Bupati Jepara Nomor 050/642/2010 tanggal 25 September 2010, yang telah diubah dengan Keputusan Bupati Jepara Nomor : 050/0581/2016, tanggal 21 April 2016 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jepara Tahun , Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Jepara melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan dan mengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara, termasuk penyiapan laporan pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan kemiskinan kepada Bupati dan TKPK Provinsi Jawa Tengah. TKPK Kabupaten Jepara yang telah terbentuk bekerja untuk melaksanakan percepatan pencapaian target pengurangan angka kemiskinan sebagai prioritas nasional dan prioritas yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun Kelembagaan ini juga merupakan bagian dari strategi penanggulangan kemiskinan yang menggerakkan strategi yang lain melalui instrumen koordinasi dan pengendalian agar kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang direncanakan bersifat lintas sektor dan berjalan secara sinergis. Struktur TKPK menurut Keputusan Bupati Jepara Nomor 460/138 Tahun 2014 sudah sesuai dengan instruksi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun2010. Pada Permendagri tersebut dijelaskan bahwa TKPK diketuai olehwakil Bupati yang bertanggung jawab kepada Bupati selaku Penanggung Jawab TKPK. Dalam pelaksanaan tugasnya, Ketua dibantu oleh Sekretaris yang dijabat oleh Kepala Bappeda dalam menangani tugas-tugas kesekretariatan yang bertempat di Bab VIII 2

221 Bappeda, dan dibantu oleh Ketua Kelompok Program. Di dalam Kesekretariatan TKPK terdapat 1 (satu) sekretariat dan 3 (tiga) Kelompok Kerja (Pokja). Salah satu fungsi TKPK dalam pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan adalah mengendalikan kegiatan pemantauan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh PD (Perangkat Daerah) terkait. Dalam kendali TKPK, pemantauan yang dilakukan oleh PD terkait diharapkan dapat diperoleh secara berkala informasi tentang kinerja realisasi pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan setiap program. Dengan demikian TKPK dapat berperan membantu perbaikan proses pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah. Disamping itu, hasil pemantauan dapat berguna bagi daerah yang bersangkutan dalam menentukan intervensi kebijakan daerah untuk mendukung efektivitas program yang sedang berjalan. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Daerah membangun sistem monitoring dan evaluasi yang terpadu. Tujuan sistem monitoring dan evaluasi terpadu, yaitu untuk merekam data penerima, jenis dan bentuk program yang diberikan, dan perkembangan dampak program terhadap penerima manfaat program dari waktu ke waktu. Sistem monitoring dan evaluasi yang terpadu dikoordinasikan dan dilaporkan secara secara berkala dan berjenjang di masing-masing tingkatan Kabupaten, Kecamatan dan Desa oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah dari tingkat Kabupaten sampai dengan tingkat Desa/Kelurahan, yaitu: 1. TKPKDes menyampaikan Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan kepada Kepala Desa dan Kepala Desa melaporkan kepada Camat. 2. TKPKK menyampaikan Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan kepada Camat dan Camat melaporkan kepada Bupati. 3. TKPKD menyampaikan Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan kepada Bupati dan Bupati melaporkan kepada Gubernur. B. TOLOK UKUR DAN RUANG LINGKUP Tolok ukur pelaksanaan monitoring adalah rangkaian indikator kinerja program, meliputi target output dan outcome suatu program. Sedangkan tolok ukur evaluasi adalah indikator kinerja capaian program penanggulangan kemiskinan Bab VIII 3

222 setiap tahun atau akhir dari suatu periode program. Selain itu, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi: 1. Obyek monitoring dan evaluasi adalah semua kebijakan dan program yang terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara, sejak proses perencanaan sampai dengan akhir pelaksanaan; 2. Sarana monitoring dan evaluasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan adalah seluruh sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pemangku kepentingan; 3. Metode monitoring dan evaluasi, ditentukan dan dilakukan oleh masingmasing pihak, sesuai dengan kapasitas dan mekanisme kerja dengan semangat memperbaiki kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Secara umum, kegiatan monitoring dan evaluasi ini akan menjawab pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah kebijakan dan program yang direncanakan dalam SPKD dapat dilaksanakan/direalisasi dalam proses perencanaan dan penganggaran? 2. Apakah kebijakan dan program yang dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang direncanakan? 3. Apakah indikator kinerja program penanggulangan kemiskinan yang meliputi keluaran, hasil, manfaat dan atau dampak pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan berhasil dilaksanakan? Jika berhasil faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilannya? dan apabila tidak berhasil, hal-hal apa saja yang menyebabkan ketidakberhasilan tersebut mengapa? 4. Apakah kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan daerah perlu dilanjutkan tanpa perbaikan, dilanjutkan dengan perbaikan atau merumuskan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang berbeda? 5. Apakah hasil monitoring dan evaluasi dapat dijadikan bahan umpan balik bagi peningkatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan khususnya pembangunan upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara untuk periode sekarang maupun yang akan datang? Indikator kinerja utama penanggulangan kemiskinan yang digunakan sebagai bahan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penangulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara, adalah: Bab VIII 4

223 1. Bidang Ketenagakerjaan Indikator utama dan penanggungjawab dari kelompok bidang ketenagakerjaan, yaitu: NO. INDIKATOR TANGGUNGJAWAB 1 Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT Dinkopumkmnakertrans 2 Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Dinkopumkmnakertrans Usia 15 Tahun Ke Atas 3 Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri Dinkopumkmnakertrans dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja 2. Bidang Kesehatan Indikator utama dan penanggungjawab dari kelompok bidang kesehatan, yaitu: NO. INDIKATOR TANGGUNGJAWAB 1 Angka Kematian Bayi/AKB Dinas Kesehatan 2 Angka Kematian Balita/AKBA Dinas Kesehatan 3 Jumlah Kasus Kematian Ibu Melahirkan Dinas Kesehatan 4 Prevalensi Balita Gizi Buruk Dinas Kesehatan 5 Proporsi Anak Berusia 1 Tahun Diimunisasi Dinas Kesehatan Campak 6 Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Dinas Kesehatan Kesehatan Terlatih 7 Cakupan Pelayanan Antenatal/K4 Dinas Kesehatan 8 Angka Penemuan Kasus Malaria Dinas Kesehatan 9 Angka Prevalensi Kejadian Tuberculosis Dinas Kesehatan 10 Proporsi Kasus Tuberculosis yang Dinas Kesehatan Disembuhkan Melalui DOTS 11 Angka Kematian DBD Dinas Kesehatan 12 Tingkat Kelahiran Pada Remaja Per DP3AP2KB Perempuan Usia Tahun 13 Unmetneed KB DP3AP2KB 3. Bidang Pendidikan Indikator utama dan penanggungjawab dari kelompok bidang pendidikan, yaitu: NO. INDIKATOR TANGGUNGJAWAB 1 Angka Partisipasi Murni (APM) 1) APM SD/MI Sederajat Disdikpora 2) APM SMP/MTs Sederajat Disdikpora 2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Bab VIII 5

224 NO. INDIKATOR TANGGUNGJAWAB 1) APK SD/MI Sederajat Disdikpora 2) APK SMP/MTs Sederajat Disdikpora 3 Angka Putus Sekolah (APtS) 1) APtS SD/MI Sederajat Disdikpora 2) APtS SMP/MTs Sederajat Disdikpora 4 Rasio Penduduk Usia >15 Tahun Melek Huruf Disdikpora 5 Rata-Rata Lama Sekolah Disdikpora 6 Proporsi Kursi Yang Diduduki Perempuan di DPRD Kabupaten Jepara (%) DP3AP2KB 4. Bidang Infrastruktur Dasar Indikator utama dan penanggungjawab dari kelompok bidang infrastruktur, yaitu: NO. INDIKATOR TANGGUNGJAWAB 1 Akses Rumah Tangga Terhadap Sanitasi Layak Disperkim 2 Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Disperkim Layak Perkotaan 3 Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Disperkim Layak Perdesaan 4 Proporsi Rumah Tangga Dengan Kepemilikan Disperkim Hak Atas Rumah/Tempat Tinggal 5 Jumlah Rumah Tidak Layak Huni/RTLH Disperkim 5. Bidang Ketahanan Pangan Indikator utama dan penanggungjawab dari kelompok bidang ketahanan pangan, yaitu: NO. INDIKATOR TANGGUNGJAWAB 1 Ketersediaan Kebutuhan Pangan Pokok Utama DKPP 2 Harga Kebutuhan Pangan Pokok Utama DKPP C. MANFAAT Hasil temuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan: 1. Memberikan umpan balik bagi perbaikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. 2. Melakukan sinkronisasi berbagai kebijakan dan program. 3. Meningkatkan keterbukaan. 4. Pertanggungjawaban publik terhadap pelaksanaan kebijakan dan program serta meningkatkan studi kebijakan bagi para akademisi dan peneliti. Bab VIII 6

225 Tindak lanjut dan hasil monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan dirumuskan dalam pembahasan antar Perangkat Daerah/instansi dan pertemuan/dengar pendapat dengan DPRD untuk menanggapi laporan monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan. Hasil pembahasan tersebut dituangkan dalam bentuk reorientasi perencanaan dan penganggaran pembangunan. Selanjutnya akan dikeluarkan kebijakan dalam bentuk keputusan untuk meneruskan, menghentikan sementara ataupun membatalkan suatu kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Keputusan yang disusun dengan memperhatikan dampak bagi masyarakat miskin, administrasi penganggaran dan pertimbangan lain yang mendesak. Bab VIII 7

226 BAB IX PENUTUP SPKD adalah dokumen strategis daerah yang digunakan sebagai dasar kebijakan pembangunan daerah pada bidang penanggulangan kemiskinan daerah yang dimuat dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). SPKD yang sudah ditetapkan menjadi payung kebijakan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara. SPKD disusun dengan berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2015 tentang percepatan pananggulangan kemiskinan. Dalam implementasi SPKD ini perlu adanya partisipasi berbagai pihak dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Dokumen SPKD Kabupaten Jepara Tahun diharapkan menjadi acuan bagi seluruh perangkat daerah, Dunia Usaha, Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara. SPKD Kabupaten Jepara harus dapat mengisi, memperkaya dan memperkuat proses penyusunan dokumen perencananaan dan penganggaran reguler di daerah. Hal ini sejalan dan sesuai dengan semangat otonomi daerah yang sedang berjalan menuju arah perbaikan kesejahteraan masyarakat di daerah. Perencanaan strategis untuk jangka lima tahun ke depan ini akan sangat berarti jika perangkat daerah yang berkepentingan dapat menterjemahkannya ke dalam Rencana Kerja tahunan termasuk penganggarannya. Sehingga apa yang direncanakan dalam SPKD dapat terealisasi dan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten Jepara dapat tercapai sesuai harapan.. Bab IX 1

227 BUPATI JEPARA PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR :... TAHUN... T E N T A N G STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jepara, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten menyelenggarakan fungsi pengkoordinasian penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Jepara Tahun Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah - daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah ; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial; 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Pembentukan Peraturan Perundang Undangan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH A. Kondisi Umum Daerah 1. Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI i ii iii v BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Acuan Kebijakan I-1 1.2. Pendekatan Kebijakan Nasional I-4 1.3. Pokok Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN RAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015 KERANGKA ANALISIS SITUASI KEMISKINAN KOMPONEN ANALISIS Perubahan akibat intervensi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) disusun sebagai bahan informasi tentang pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta pada tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan permasalahan besar di berbagai daerah yang menjadi tantangan untuk diselesaikan. Kemiskinan masih menjadi isu strategis dalam pembangunan karena

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LP2KD Pemprov. Kaltara, 2017

BAB I PENDAHULUAN. LP2KD Pemprov. Kaltara, 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan masalah kemiskinan merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) serta seluruh pemangku kepentingan yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan memiliki kewajiban dalam menangani permasalahan kemiskinan pada masing-masing wilayahnya. Upaya penanggulangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Isu kemiskinan masih menjadi isu strategik dan utama dalam pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, maupun di provinsi dan kabupaten/kota. Di era pemerintahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 47/08/12/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60 528 s/d 70 248 Lintang Selatan 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015 No. 13/0/33/Th.X, 5 Februari 016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 TUMBUH 5, PERSEN MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jawa Tengah

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Oleh: AHMAD YUNANI, SE, M.Si (NIDN )

LAPORAN PENELITIAN PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Oleh: AHMAD YUNANI, SE, M.Si (NIDN ) LAPORAN PENELITIAN PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 2012 Oleh: AHMAD YUNANI, SE, M.Si (NIDN 0015067310) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2012 BAB 1 PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 No. 35/05/33/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,5 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 7/08/1/Th. XX, 7 Agustus 017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 017 EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 017 TUMBUH,80 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 No. 12/02/82/Th.XVI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 5,77 PERSEN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN IV- 2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 6,54 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 No. 62/11/75/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 Perekonomian Gorontalo

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016 No. 77/11/33/Th.X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- TUMBUH 5,6 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III-15 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar. PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp15.184 miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp 11.451 miliar. Perekonomian triwulan II-2015 tumbuh sebesar 3,93 persen, namun mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

https://binjaikota.bps.go.id

https://binjaikota.bps.go.id BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT PUSAT STATISTIK STATISTIK KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN No. 01/11/1215/Thn.2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Humbang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan pemerintah dalam proses perkembangan ekonomi untuk masing-masing Negara mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. 1 Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 27/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,24 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2017

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 HALAMAN SAMPUL DEPAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016-2020 DENGAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 11/02/32/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,07 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 No. 01/08/12.77/Th.XVII, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2016 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci