STUDI POTENSI PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS IBU KOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA
|
|
- Ari Iskandar
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI POTENSI PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS IBU KOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA Oleh: Hamdeni Medriosa¹, Fredi Desfiana Putra² Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstract Adanya era globalisasi di Indonesia menunjukkan kebutuhan sarana transportasi yang cukup tinggi bagi masyarakat. Hal ini berpengaruh dalaam Masalah lalu lintas di Indonesia, baik secara nasional maupun secara lokal termasuk beberapa Kota besar di Pulau Sumatera, masalah lalu lintas memang sangat kompleks, kecendrungan yang terjadi adalah pertambuhan penduduk yang sangat tinggi, bertambahnya jumlah kendaraan yang sangat tinggi, pembangunan infrastruktur seperti jembatan dan jalan, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang tidak stabil. Dari berbagai hal terebut, dapat kita ketahui dilevel mana dan bagiamana potensi penyebab masalah lalu lintas dibeberapa kota besar di Pulau Sumatera. Dengan metode Cluster Analysis, yang menggunakan software SPSS, masalah tersebut akan dikelompokkan dengan metode hirarkis. Berdasarkan penelitian dengan metode dendogram di peroleh untuk kota Medan berada pada level I dan dilevel II yaitu kota Palembang kecendrungan penyebab masalah lalu lintas yang terjadi di kota ini adalah pertambahan jumlah kendaraan yang tinggi serta jumlah penduduk yang padat, untuk Ibu Kota Provinsi lainnya hanya berada di level selanjutnya. Kata Kunci: Cluster Analysis, SPSS, Hirarkis, Dendogram. 1. PENDAHULUAN Pada saat ini masalah transportasi menjadi masalah yang sangat penting, karena disamping mengindikasikan kemajuan suatu daerah juga sebagai tanda apakah daerah tersebut berkembang atau tidak. Terlebih lagi bagi negara yang sedang berkembang. Dengan adanya era globalisasi tidak dipungkiri bahwa transportasi merupakan sarana penunjang untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. (Medriosa;2007) Indonesia adalah negara kepulauan, di mana setiap pulau memiliki kota kota besar yang sangat terpengaruh akibat adanya era globalisasi dengan salah satu Pulau Sumatera dimana pulau ini terdapat beberapa Provinsi yang mempunyai kota besar, seperti Medan, Palembang, Pekan baru dan lainnya. Saat ini kondisi sosial dan tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja transportasi di suatu wilayah. Penyebab masalah lalu lintas lintas terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, panjang jalan, pertambahan jumlah kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Karena masalah di ataslah maka beberapa kota harus bisa memberikan pelayanan yang memadai, khusunya di bidang transportasi dan sarana angkutan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 21. Umum Transportasi merupakan bagian integral dari suatu fungsi masayarakat. Ia menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif, dan selingan serta barang-barang dan pelayanan yang tersedia untuk di konsumsi. Indonesia merupakan daerah yang mempunyai masalah lalu lintas yang sangat komplek. Dimana didalam pengelolaannya selalu saja menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga kita harus dapat megelompokkan masalah lalu lintas Indonesia ini kedalam suatu organisir tertentu, yang diamati berdasarkan data ke dalam struktur yang penuh arti. Terutama sekali untuk wilayah Indonesia khususnya ibukota provinsi di Pulau Sumatra. (Medriosa;2007) DOI /JM.2017.V ITP Press. All right reserved. 27
2 2.2 Cluster Analysis Tujuan Umum Istilah analisis gugus pertama yang digunakan oleh meliputi sejumlah metoda berbeda untuk menggolongkan object sesama serupa ke dalam kategori masing-masing. Suatu pertanyaan umum yang menghadapi penelitian di dalam area pemeriksaan bagaimana cara mengorganisir diamati data ke dalam struktur penuh arti. (Tryon, 1939). Analisis Cluster termasuk dalam analisis statistik multivariate metode interdependen, sebagai alat analisis interdependen maka tujuan analisis cluster tidak untuk menghubungkan ataupun membedakan dengan sample ataupun variable yang lain. Analisis cluster merupakan salah satu alat analisis yang berguna dalam meringkas data atau sejumlah variabel untuk menjadi lebih sedikit. Analysis cluster bertujuan untuk mengelompokan objek berdasarkan variat yang memiliki kesamaan karakteristik diantara objek-objek tersebut. Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih cluster (kelompok) sehingga objek - objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kemiripan atau kesamaan karakter (Supranto, J ;2004). Dalam melakukan proses meringkas data ini dapat di lakukan dengan jalan mengelompokan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu di antara objek- objek yang hendak di teliti. Pembentukan kelompok-kelompok observasi / kasus ini berdasarkan jarak, observasi yang mirip seharusnya berada dalam kelompok yang sama, dan data observasi yang jauh seharusnya berada dalam kelompok yang berbeda. Pembentukan kelompok ini akan di ikuti dengan terjadinya pengelempokan yang menunjukan kedekatan kesamaan antar kasus. (Ariyanto ; 2005). Agar hasil analisis dapat ideal sebaiknya di lakukan beberapa kali analisis cluster dengan menggunakan beberapa metode jarak cluster (LucaGaribaldi; 2003). Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam melakukan analisis cluster adalah : 1. Lakukan beberapa kali analisis cluster 2. Pastikan data yang di dapatkan adalah data yang valid, baik secara validitas maupun validitas konten. 3. Berikan justifikasi logika pada output analisis cluster yang telah di keluarkan SPSS, jika output yang di hasilkan jauh dari logika, kemungkinan terjadi berbagai kesalahan baik pengukuran maupun sample.(nursalim AA ; 2006) Dendogram Dendogram adalah output SPSS yang memvisualisasikan hasil analisis cluster yang di di lakukan peneliti. Garis vertical (Y) menunjukan cluster yang di gabung bersama, posisi garis pada skala (X) menunjukan jarak (Distance), dimana cluster di gabung, dendogram harus di baca mulai dari kiri ke kanan Hierarki Cluster dan K Means Cluster Analisis cluster dilakukan dengan dua cara, yaitu Hierarki Cluster dan K Means Cluster, Hierarki Cluster digunakan untuk analisis data dengan sample kecil sedangkan K Means Cluster di gunakan untuk analisis data dengan sample yang relatif besar (>100). Dalam penelitian ini hanya digunakan hierarki cluster karena sampel yang kecil. Sebagai contoh, masalah kemacetan di Indonesia kalau kita telusuri dapat disebabkan oleh beberapa komponen seperti banyaknya jumlah penduduk, panjang jalan, banyaknya jumlah kendaraan dan Produk Domestik Regional Bruto. Hal ini dijadikan landasan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kemacetan, disamping lusanya suatu daerah. Dari faktorfaktor yang komplek itulah dijadikan analisa penyebab masalah kemacetan yang akan kita analisa dengan menggunakan metoda cluster analysis denganmenggunakan software SPSS. (Nursalim AA;2006). Ciri-ciri cluster yang baik adalah (Santoso, S ;2002) : 1. Homogenitas ( within-cluster), yaitu kesamaan yang tinggi antar anggota dalam satu cluster. 2. Heterogenitas ( between-cluster), yaitu perbedaan yang tinggi antar cluster yang satu dengan klaster yang lain. Cluster analysis telah diberlakukan bagi suatu permasalahan riset yang luas menyediakan suatu ringkasan yang sempurna banyak studi diterbitkan yang melaporkan 28
3 hasil analisa seikat. Sebagai contoh, dalam bidang kedokteran, suatu penyakit, cara perawatan untuk penyakit, atau gejala penyakit dapat mendorong kearah yang sangat bermanfaat. Dan di bidang transportasi seperti menganalisa masalah kemacetan dan masalah transportasi lainnya. (Hartigan 1975). 3. METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data sekunder penelitian ini dilakukan dengan mengunduh data pada website penyedia data. Masingmasing data diunduh secara gratis melalui situs resmi web BPS masing-masing kota maupun Provinsi yang bersangkutan, permintaan data melalui ke masingmasing kantor BPS, dan media cetak online. Data yang digunakan adalah data total jumlah penduduk setiapa kota pertahun dari tahun , data jumlah kendaraan dari tahun diamana jumlah kendaraan terdiri dari jumlah kendaraan roda dua dan lendaraan mobil penumpang,bis dan truck., data panjang jalan yang di dapat dari penjumlahan dari panjang jalan negara ditambah jalan provinsi ditambah lagi dengan jalan kabupaten/kota dari tahun , dan PDRB ADHB setiap kota pertahun dari tahun Untuk penelitian ini akan di ambil data untuk 10 Ibu Kota Provinsi yang ada di Pulau Sumatera, seperti pada pada Gambar 1. Dalam pengumpulan data sekunder ini dikelompokkan dahulu kedalam sub bidang masing masing. Sub bidang masingmasingnya yaitu jumlah penduduk, panjang jalan, jumlah kendaraan dan PDRB. kemudian dikelompokkan berdasarkan tahun dan daerahnya. 3.2 Pengolahan Data Untuk penelitian ini data yang telah dikelompokkan ke dalam sub bidang masing masing, akan di analisis dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23. Pengklasteran dengan IBM SPSS Statistics 23 menggunakan metode Classify - Hierarchical Cluster. Konsep dari metode ini di mulai dengan dengan menggabungkan dua obyek yang paling mirip, kemudian gabungan dua obyek tersebut akan bergabung lagi dengan satu atau lebih obyek yang paling mirip lainnya. Pada akhirnya proses clustering ini akan menggumpal menjadi satu cluster besar yang mencangkup semua obyek, yang akan digambarkan melalui output IBM SPSS Statistics 23 yang digambarkan dengan dendogram. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah studi penelitian ini meliputi semua daerah daerah ibukota provinsi di Pulau Sumatera, yaitu : Tabel 4.1 Nama Ibukota Provinsi di Pulau Sumatera NO Provinsi Ibu Kota 1 Nanggroe Aceh Banda Aceh Darussalam (NAD) 2 Sumatera Utara Medan 3 Sumatera Barat Padang 4 Riau Pekanbaru 5 Jambi Jambi 6 Sumatera Selatan Palembang 7 Bengkulu Bengkulu 8 Lampung Bandar Lampung 9 Bangka Belitung Pangkal Pinang 10 Kepulauan Riau Tanjung Pinang Sumber : BPS.go.id Gambar 1. Ibu Kota Provinsi di Pulau Sumatera (Google) 29
4 Vol.19 No.1 Februari 2017 Jurnal Momentum ISSN : X 4.1 Hasil Pengumpulan Dataa Data Jumlah Penduduk km, dimana Kota Medan menjadi Kota yang memiliki total panjang jalan yang panjang dibanding dengan Kota lainnya Data Jumlah Kendaraan Grafik 4.1 Jumlah total penduduk di Ibu Kota Provinsi di Pulau Sumatera total jumlah penduduk IbuKota IbuKota Provinsi di Pulau Sumatera dari tahun Jumlah total penduduk pada tahun 1994 yaitu berjumlah juta jiwa dan jumlah total penduduk pada tahun 2014 sebanyak juta jiwa, dimana penduduk terbanyak berada di Kota Medan Data Panjang Jalan Grafik 4.3 Jumlah total kendaraan di Ibu Kota Provinsi di Pulau Sumatera total jumlah kendaraan IbuKota IbuKota Provinsi di Pulau Sumatera dari tahun Jumlah total penduduk pada tahun 1994 yaitu berjumlah juta unit dan jumlah total penduduk padaa tahun 2014 sebanyak juta unit, dimana kendaraan terbanyak berada di Kota Medan Data Jumlah PDRB Grafik 4.2 Jumlah total panjang jalan di Ibu Kota Provinsi di Pulau Sumateraa panjang jalan IbuKOta IbuKota Provinsi di Pulau Sumatera dari tahun Jumlah total panjang jalan padaa tahun 1994 yaitu berjumlah km dan jumlah total penduduk pada tahun 2014 sebanyak Grafik 4.4 Jumlah total PDRB di Ibu Kota Provinsi di Pulau Sumatera 30
5 total jumlah PDRB IbuKota IbuKota Provinsi di Pulau Sumatera dari tahun Jumlah total PDRB pada tahun 1994 yaitu berjumlah Rp ,00,- dan jumlah total PDRB pada tahun 2014 sebanyak Rp ,00,-, dimana PDRB tertinggi berada di Kota Medan. kota Pekanbaru sedangkan untuk kota yang lain berada pada level selanjutnya. 4.2 Hasil Pengolahan dan Analisa Data Hasil dari proses clustering ini maka didapatkan sebuah dendogram, yang mencangkup semua obyek dan menjadi satu cluster besar, berikut adalah dendogram tahun 1994, 1999, 2004, 2009 dan 2014 : Gambar 4.3 Dendogram tahun 2004 II yaitu kota Pekanbaru dan di level III yaitu kota Palembang, Padang dan Bandar Lampung, sedangkan untuk kota yang lain berada pada level selanjutnya. Gambar 4.1 Dendogram tahun 1994 kota Pekanbaru sedangkan untuk kota yang lain berada pada level selanjutnya. Gambar 4.4 Dendogram tahun 2009 kota Pekanbaru dan Padang sedangkan untuk kota yang lain berada pada level selanjutnya. Gambar 4.2 Dendogram tahun
6 mempunyai masalah lalu lintas namun tidak seperti yang terjadi kota di level II apalagi di level I. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 4.5 Dendogram tahun 2014 kota Pekanbaru dan Padang sedangkan untuk kota yang lain berada pada level selanjutnya. 4.3 Pembahasan Analisa Dendogram Setelah melihat dendogram hasil proses clustering di atas, maka dapat di analisa untuk beberapa kota sebagai berikut : a. Medan : untuk 20 tahun dendogram yang ada Medan selalu menepati di level I, dikarenakan diliahat dari empat variabel Kota Medan menjadi kota dengan penduduk terbanyak, jumlah kendaraan terbanyak, panjang jalan dan PDRB tertinggi hal ini tidak lupu karena kota ini adalah salah satu kota metropolitan di Pulau Sumatera. b. Palembang : kota ini hampir selalu masuk dalam level II dalam proses clutering, ini juga dikarenakan kota ini adalah salah satu kota padat penduduk dan juga kenaikan jumlah kendaraan sangat tinggi terjadi di setiap tahun. c. Pekanbaru dan Padang : kedua kota ini adalah salah satu kota besar di Pulau Sumatera, bisa dilihat dari dendogram tahun 2004 Kota Pekanbaru masuk ke level II, masalah yang terjadi di kedua kota ini adalah peningkatan jumlah kendaraan yang cukup tinggi. d. Untuk kota selanjutnya seperti : Bandar Lampung, Banda aceh, Jambi, Bengkulu, Tanjung Pinang, dan Pangkal Pinang juga 5.1 Kesimpulan Dari analisis dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Pada analysis cluster yang dilakukan umumnya terdapat 4 (empat) level dalam dendogram. 2. Dari 10 (sepuluh) Ibu Kota provinsi di Pulau Sumatera kota yang paling berpotensi dalam mengalami masalh lalu lintas adalah Kota Medan, Palembang, dimana masing masing berada pada level I dan II. 3. Kota Pekanbaru dan Padang merupakan ibukota provinsi yang mengalami perkembangan yang sangat cepat dari tahun ke tahun dalam potensi penyabab masalah lalu lintas. 4. Ibukota provinsi lainnya selain di atas, juga mempunyai masalah lalu lintas namun tidak sekompleks yang terjadi pada kota yang berada pada level III, II dan I. 5.2 Saran Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa hal yang perlu di perhatikan : 1. Untuk data yang lebih spesifik dan lengkap pengambilan data sebaiknya langsung ke kantor BPS masing masing kota, seperti BPS Kota Padang, Kota Medan. 2. Faktor yang mempengaruhi potensi masalah lalu lintas ditambah satu lagi yaitu luas daerah. 3. Dalam menggunakan program SPSS diharapakan menggunakan program yang versi terbaru agara output yang dihasilkan lebih kompleks sehingga mudah dimengerti. 4. Sangat disarankan agar pengambilan data sekunder, surveyor memahami mengenai hal hal yang akan dilakukan. Daftar Pustaka Aldenderfer, T., (1984), Cluster Analysis,Publishing, Google. Ariyanto.,(2005), Pengembangan Analisis 32
7 Multivariate SPSS 12, Salemba Infotek, Jakarta. Basuki Yudi, (2016), Modul Cluster Planologi, Universiyas Dipenogoro, Semarang. Cahyono, T, (2006), Analisa dampak Lalu Lintas di Beberapa Kota Besa di Indonesia, Publishing, Google. Hartigan, (1975), Cluter Analysis, Publishing, Google. J.A. Hartigan, M.A Wong, (1975), A K- Means Clustering Algorith,. Yale University, New Haven Morlok,E,K (1997), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi Erlangga, Jakarta. Nursalim, A,A, (2006), Analysis Cluster dan Penjabaran Dendogram, publishing, Google Pekka malo, (201 5), Cluster Analysis Tutorial, Aalto University, Greater Helsinki, Finland. Peter Tryfos, (1997), Cluster Analysis, Publishing, Google. Santoso, S, (2002), Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Supranto, J, (2004 ), Analisis Multivariat Arti dan Interprestasi, PT Rineka Cipta, Jakarta. Walpole, Ronald, E., 1982, Pengantar Statistika Edisi ke-3, cetakan keenam tahun 1995, Gramedia, Jakarta. Web BPS.go.id Yulianto S, Hidayatullah, K,H, (2014) Analysis Cluster Untuk Pengelompokkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengan Berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat, Universitas Muhammadiyah, Semarang. 33
Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X METODE CLUSTER ANALYSIS
METODE CLUSTER ANALYSIS Oleh: Hamdeni Medriosa Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Abstrak Masalah lalu lintas di Indonesia memang sangat komplek. Mulai
Lebih terperinciStudy Potensi Penyebab Masalah Lalu Lintas dengan Metode Cluster Analysis (Study Kasus Ibukota-Ibukota Provinsi Seluruh Indonesia)
Study Potensi Penyebab Masalah Lalu Lintas dengan Metode Cluster Analysis (Study Kasus Ibukota-Ibukota Provinsi Seluruh Indonesia) H. MEDRIOSA 1* dan F. NUGROHO 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi
Lebih terperinciVol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X FAKTOR PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DI KABUPATEN DAN KOTAMADYA DI SUMATRA BARAT
FAKTOR PENYEBAB MASALAH LALU LINTAS DI KABUPATEN DAN KOTAMADYA DI SUMATRA BARAT Oleh: Hamdeni Medriosa Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 7). Analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis dependensi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis multivariat merupakan analisis multivariabel yang berhubungan dengan semua teknik statistik yang secara simultan menganalisis sejumlah pengukuran pada individu
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER
PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 05/01/Th.XV, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 TUMBUH 5,08 PERSEN, MELAMBAT 0,7 PERSEN DARI TAHUN 2013 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam gaya hidup masyarakat sekarang ini. Serangkaian aktifitas menuntut seseorang untuk berada di suatu tempat bahkan
Lebih terperinciAnalisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016
Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah
Lebih terperinciUANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH
LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/02/18 Tahun XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/18/Th.XVIII, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017
Pertumbuhan Ekonomi Aceh Triwulan III-2017 No. 51/11/Th. XX, 6 November 2017 PROVINSI ACEH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 DENGAN MIGAS NAIK 4,78 PERSEN, TANPA
Lebih terperinciAnalisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan
Analisis cluster pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Pola-pola dalam suatu cluster akan memiliki kesamaan ciri/sifat daripada pola-pola dalam
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015
No. 10/02/14/Th. XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 0,22 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014
PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 No. 13/02/19/Th.IX, 5 Februari 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 TUMBUH 4,68 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2015
-9,000-8,000 4,85481 4,52823 3,92159 6,47735 6,82849 7,15099 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH TAHUN DENGAN MIGAS TURUN 0,72 PERSEN,
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terlebih dahulu memerlukan berbagai usaha yang konsisten dan terus menerus dari seluruh stakeholders
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 21/05/11/Th.I, 5 Mei 2011 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI ACEH DAN SUMATERA TRIWULAN I-2011 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanpa memperhatikan bidang penelitian yang dikaji, mengumpulkan data
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanpa memperhatikan bidang penelitian yang dikaji, mengumpulkan data yang informatif pada situasi yang kompleks kadang-kadang merupakan suatu pekerjaan yang sulit dilakukan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah
Lebih terperinciAnalisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008
Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar
Lebih terperinciEKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014
No. /2/1/Th.XVI, 5 Februari 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2 berbasis SNA 28 EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,62 PERSEN Perekonomian Riau tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN IV-2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 15/02/21/Th.XII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN IV-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Kepulauan Riau tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017
2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN IV-2016
No.14/02/19/Th.VII, 06 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN IV-2016 ITK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBESAR 104,59 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan IV-2016 Menurut persepsi
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 No. 062/11/15/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak
PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA Muhammad Ridwan 1, Renni Anggraini 2, Nurlely 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala 2 Staf
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015
No. 26/5/14/Th.XVI, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 MENGALAMI KONTRAKSI,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-214 Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
, BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.23/05/Th.XIX, 04 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN ITK TRIWULAN II-2016 Di awal tahun 2016, selama periode triwulan I, konsumen
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013
BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015
No. 34/05/19/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,10 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan III- 2017 Tumbuh 5,21 Persen Melambat Dibandingkan Triwulan III- 2016 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13//1/Th.XVIII, 5 Februari 15 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 1 EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 1 TUMBUH 5,3 PERSEN Perekonomian Sumatera Utara tahun 1 yang diukur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016
2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 05/02/Th.XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015 TUMBUH 5,13 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung tahun
Lebih terperinciPENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 1 FEBRUARI 2017)
1 PT Banda Aceh Lengkap 2 PT Medan Lengkap 3 PT Padang Lengkap 4 PT Pekanbaru Belum Lengkap - 5 PT Jambi Belum Lengkap - 6 PT Palembang Lengkap 7 PT Bangka Belitung Belum Lengkap - - 8 PT Bengkulu Belum
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Bengkulu No. 30/05/17/II, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) MARET 2017, KOTA DUMAI DEFLASI 0,19 PERSEN.
No. 03/03/14.73/Th.X, 3 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) MARET 2017, KOTA DUMAI DEFLASI 0,19 PERSEN. Bulan Maret 2017, Kota Dumai mengalami deflasi sebesar 0,19 persen dengan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 16/05/Th. I, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftaran Sensus
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciPREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi
LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN
No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-61/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K/2001
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING
Lebih terperinciPENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 16 FEBRUARI 2017)
1 PT Banda Aceh Lengkap 2 PT Medan Lengkap 3 PT Padang Lengkap 4 PT Pekanbaru Lengkap Notulen dikirim tanggal 2 Februari 2017 jam 16:58 WIB 5 PT Jambi Belum Lengkap - 6 PT Palembang Lengkap 7 PT Bangka
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 22/05/12/Th.II, 7Mei 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI ACEH DAN SUMATERA TRIWULAN I-2012 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Aceh pada triwulan I-2012
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 67/08/21/Th.XI, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 5,40 PERSEN LEBIH LAMBAT DIBANDING
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XVII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,05 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2015 Perekonomian Lampung triwulan I-2016
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) JANUARI 2017, KOTA DUMAI INFLASI 1,58 PERSEN.
No. 01/01/14.73/Th.X, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) JANUARI 2017, KOTA DUMAI INFLASI 1,58 PERSEN. Bulan Januari 2017, Kota Dumai mengalami inflasi sebesar 1,58 persen
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini menggunakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiono dalam bukunya Metodologi Penelitian Bisnis (2009)
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN I-2017
No.33/05/19/Th.VII, 05 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN I-2017 ITK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBESAR 98,34 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2017 Menurut persepsi konsumen,
Lebih terperinciVisi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT
Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2017 No. 76/11/19/Th.VII, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III TAHUN
Lebih terperinciPENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 31 JANUARI 2017 JAM 16:00 WIB FIX)
1 PT Banda Aceh Lengkap 2 PT Medan Lengkap 3 PT Padang Lengkap 4 PT Pekanbaru Belum Lengkap - 5 PT Jambi Belum Lengkap - 6 PT Palembang Lengkap tgl 31 Januari 2017 via ) tgl 31 Januari 2017 via ) 7 PT
Lebih terperinciPemetaan Pulau-pulau di Indonesia terhadap Atribut Indikator Kesejahteraan Rakyat dengan Multidimensional Scaling
Pemetaan Pulau-pulau di Indonesia terhadap Atribut Indikator Kesejahteraan Rakyat dengan Multidimensional Scaling Nadia Dwi Andriani 1, Atika Nurani Ambarwati 2 1,2 Statistika, Akademi Statistika Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017
No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016
No.75/11/19/Th.VI, 07 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016 ITK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBESAR 112,38 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan III-2016 Menurut persepsi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,26 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN III-2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/11/Th.XVII, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,26 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN III-2015
Lebih terperinciSATUAN BIAYA UANG HARIAN LUAR DAERAH / DALAM DAERAH LUAR KOTA
LAMPIRAN I BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM DAERAH DAN LUAR DAERAH UNTUK GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, PIMPINAN/ANGGOTA DPRD/PNS/TOKOH MASYARAKAT/ANGGOTA MASYARAKAT DAN PEGAWAI TIDAK TETAP SATUAN BIAYA UANG HARIAN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA PEKANBARU No. 01/08/1471/Th. I, 29 Agustus 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) JULI 2017, KOTA PEKANBARU INFLASI 0,58 PERSEN Inflasi Kota Pekanbaru
Lebih terperinciLIST PENGADILAN TINGGI YANG SUDAH KIRIM SOSIALISASI ( PER TANGGAL 31 JANUARI 2017 JAM 14:10)
1 PT Banda Aceh - tgl 26 Januari 2017 via ) 2 PT Medan (Lengkap) 3 PT Padang (Lengkap) 4 PT Pekanbaru 5 PT Jambi - 6 PT Palembang (Lengkap) tgl 31 Januari 2017 via ) 7 PT Bangka Belitung 8 PT Bengkulu
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,11 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2016 Perekonomian Lampung triwulan I-2017
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 70/11/17/XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 Ekonomi Bengkulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU
No. 27/05/17/Th.2, 4 Mei PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU A. TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR DAN RATA-RATA LAMA MENGINAP TAMU HOTEL BINTANG Tingkat
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016
No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 No. 63/11/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 EKONOMI DIY TRIWULAN III-
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang ada di
Lebih terperinciMenakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia
Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia Oleh Doni J Widiantono dan Ishma Soepriadi Kota-kota kita di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat, selama kurun waktu 10 tahun terakhir muncul kurang lebih 31
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA PEKANBARU No. 01/03/1471/Th. I, 20 Maret 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) FEBRUARI 2017, KOTA PEKANBARU DEFLASI 0,60 PERSEN Deflasi Kota Pekanbaru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
, BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.10/02/Th.XIX, 05 Februari 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN IV-2015 DAN PERKIRAAN ITK TRIWULAN I-2016 Pada triwulan IV tahun 2015, dari hasil survei
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI BENGKULU No. 47/08/17/X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,41 PERSEN, MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN
Lebih terperinciPowered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten / Kota Provinsi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
No. 12/02/19/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI TAHUN TUMBUH 4,08 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN
7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.41/08/Th.XVIII, 05 Agustus 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN II-2015 DAN PERKIRAAN ITK TRIWULAN III-2015 Pada triwulan II tahun 2015, konsumen di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya kebutuhan untuk melakukan perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk beraktivitas dalam
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam
V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata
Lebih terperinci