ALOKASI WAKTU KERJA DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU ANI RISMAYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALOKASI WAKTU KERJA DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU ANI RISMAYANI"

Transkripsi

1 ALOKASI WAKTU KERJA DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU ANI RISMAYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Alokasi Waktu kerja dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Payang di Palabuhanratu adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2012 Ani Rismayani C

3 ABSTRAK ANI RISMAYANI, C Alokasi Waktu Kerja dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Payang di Palabuhanratu. Dibimbing oleh DINIAH dan MOCH. PRIHATNA SOBARI. Jumlah payang pada tahun 2011 menurun 12,96% dari tahun 2010, tetapi hasil tangkapannya meningkat 69,21%. Hasil penelitian Sari (2011) menunjukkan bahwa secara finansial operasional payang di Perairan Teluk Palabuhanratu mengalami kerugian. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah keadaan ini mendatangkan manfaat bagi nelayan, bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan payang dan bagaimana alokasi waktu kerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keragaan unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu, menghitung alokasi waktu kerja nelayan payang dalam kegiatan penangkapan dan non penangkapan dan menghitung tingkat kesejahteraan nelayan payang di Palabuhanratu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Analisis data yang dilakukan berupa analisis teknis, deskripsi alokasi waktu kerja dan kesejahteraan. Hasil analisis teknis, konstruksi payang terdiri atas sayap, badan, kantong, tali temali, pelampung dan pemberat. Payang dioperasikan oleh 8-23 orang nelayan menggunakan kapal kayu dan atau kapal fiber berukuran panjang 10,4-12 m, lebar 1,5-3 m, dan dalam 0,7-1,8. Curahan waktu kerja melaut nelayan buruh lebih besar daripada nelayan pemilik. Curahan waktu kerja nelayan buruh lebih banyak digunakan untuk kegiatan melaut dari pada kegiatan non melaut. Nelayan pemilik memiliki tingkat kesejahteraan tinggi, sedangkan nelayan buruh memiliki tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 40%. Kata Kunci : alokasi waktu kerja, PPN Palabuhanratu, tingkat kesejahteraan nelayan payang

4 ABSTRACT ANI RISMAYANI, C The Working Time Allocation and The Prosperity Rate of Payang Fishermen in Palabuhanratu. Supervised by DINIAH and MOCH. PRIHATNA SOBARI. The number of Payang in 2011 has decreased 12,96% from 2010, but the catch was increased 69,21% in sometime. Sari (2011) showed that financial of payang operational in Palabuhanratu waters is losses. Many question for this conditions, is this gives some benefit to fishermen, how the prosperity rate of Payang fishermen and how the working time allocation. The objective of this research is to describe the Payang unit in PPN Palabuhanratu, counting the working time allocation of Payang fishermen in the fishing and non-fishing activity, and counting the prosperity rate of Payang fishermen. The method was surveys method with kind the case study. The data analyzed by techniqal analysis, description of working time and the prosperity. The Payang construction consist of wings, body, cod end, ropes, floats and sinkers. Payang is operated by 8-23 fishermen. Fishing vessels material from wood and fiber. Fishing vessel dimention is L = 10,4-12 m, B = 1,5-3 m and D = 0,7-1,8 m. The working time of labours more than owners. The time of fishing activities of the labours more than non-fishing activities. The owner has high prosperity rate, but the labour has medium prosperity rate (40%). Keyword : PPN Palabuhanratu, the prosperity rate of payang fishermen, working time allocation.

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

6 ALOKASI WAKTU KERJA DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU Ani Rismayani Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Program Studi : Alokasi Waktu Kerja dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Payang di Palabuhanratu. : Ani Rismayani : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Dr.Ir. Diniah, M.Si. Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. NIP NIP Diketahui Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP Tanggal Ujian : 28 Juni 2012 Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Jumlah alat tangkap payang di PPN Palabuhanratu semakin menurun. Penurunan jumlah alat tangkap payang ini berbanding terbalik dengan hasil tangkapannya. Selain itu, menurut penelitian terdahulu menyatakan bahwa secara finansial usaha payang mengalami kerugian. Beberapa pertanyaan telah muncul berdasarkan keadaan tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengevaluasi alokasi waktu dan tingkat kesejahteraan nelayan payang di Perairan Teluk Palabuhanratu. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjadi acuan untuk perubahan maupun peningkatan kesejahteraan nelayan di Perairan Teluk Palabuhanratu. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dr.Ir. Diniah, M.Si. dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. sebagai Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan karya ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Juni 2012 Ani Rismayani

9 UCAPAN TERIMA KASIH Rampungnya penyusunan skripsi ini juga melibatkan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1) Kedua orangtua, Bapak Jaji dan Ibu Kokom yang setiap saat mendoakan dan memberikan semangat serta nasehat yang membangun. Kelima kakakku, Nining, Mimin, Rahman, Mahmud dan Nunung, yang membantu membiayai selama menempuh masa strata 1; 2) Dr.Ir. Diniah, M.Si. dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. sebagai Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya selama penyelesaian skripsi; 3) Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. sebagai ketua Komisi Pendidikan dan Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi. sebagai dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi; 4) Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. sebagai ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan perhatiannya selama memasuki perkuliahan di departemen; 5) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi beserta staf, Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu beserta staf yang telah membantu di lapangan selama penelitian; 6) Bapak Jana dan keluarga, Bapak Empay Supardi serta Eka Widya Mattasari dan keluarga yang telah banyak membantu selama penelitian; 7) Responden yang telah membantu perolehan data selama penelitian; 8) Rekan-rekan selama penelitian, Cut, Insan, Eka, Alvin, Haidir untuk semua bantuan dan semangatnya; 9) Kakak PSP 43, kakak PSP 44 dan seluruh kawan seperjuangan di PSP 45; 10) Sahabat terbaik, Herul Paturohman Cumi untuk kenangan, keceriaan dan semangatnya; 11) Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 23 Maret Penulis merupakan puteri keenam dari enam bersaudara pasangan Bapak Jaji dan Ibu Kokom. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Cisolok. Selain itu, penulis aktif di kegiatan ROHIS dan menjadi sekertaris ROHIS SMA Negeri 1 Cisolok periode Selama mengikuti kegiatan belajar, penulis aktif di ekstrakurikuler kesenian Gentra Kaheman. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008 dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa kegiatan diantaranya menjadi anggota Divisi Pengembangan Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul Alokasi Waktu Kerja dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Payang di Palabuhanratu. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang diselenggarakan oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor pada tanggal 28 Juni 2012.

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA Unit Penangkapan Payang Alat tangkap Kapal Nelayan Hasil Tangkapan Alokasi Waktu Pendapatan Keluarga Konsumsi Rumah Tangga Tingkat Kemiskinan Tingkat Kesejahteraan METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Peralatan Metode Penelitian Metode Pengambilan Data Metode Pengambilan Responden Metode Analisis Data Analisis teknik Deskripsi alokasi waktu Analisis tingkat kesejahteraan Batasan Penelitian xiii xv xvi

12 Halaman 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi Letak geografis Penduduk Kondisi perikanan tangkap sukabumi Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Letak geografis Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Teknik Unit penangkapan payang Metode pengoperasian payang Hasil tangkapan payang Daerah dan musim pengoperasian payang Produktivitas Karakteristik Nelayan Responden Umur Tingkat pendidikan Tanggungan keluarga Pendapatan total Deskripsi Alokasi Waktu Kerja Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pendapatan rumah tangga nelayan responden Pengeluaran rumah tangga nelayan responden Keadaan tempat tinggal Fasilitas tempat tinggal Kesehatan anggota rumah tangga Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Kehidupan beragama Rasa aman dari gangguan kejahatan Kemudahan dalam melakukan olahraga Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... 56

13 Halaman DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 60

14 DAFTAR TABEL Halaman 1 Indikator kesejahteraan menurut Biro Pusat Statistik dalam SUSENAS 2009 yang dimodifikasi Jumlah penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Sukabumi Tahun Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun Kabupaten Sukabumi Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan Kabupaten Sukabumi tahun Volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi tahun Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu tahun Alokasi waktu keberangkatan operasi penangkapan payang menuju ke fishing ground hingga kembali ke fishing base Jumlah hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang Produktivitas alat tangkap payang Sebaran umur nelayan responden Tingkat pendidikan nelayan responden Jumlah tanggungan rumah tangga nelayan responden Total pendapatan rumah tangga nelayan responden Alokasi waktu kerja nelayan responden Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut Kegiatan nelayan responden dalam satu hari apabila tidak melaut Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan responden Rata-rata pendapatan per kapita nelayan responden... 38

15 Halaman 23 Indikator pendapatan rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo Rata-rata total pengeluaran rumah tangga nelayan responden Selisih pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga nelayan responden Harga sembilan bahan pokok berdasarkan harga di Palabuhanratu Rata-rata pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah Keadaan tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Fasilitas tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Kesehatan anggota rumah tangga nelayan responden Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukan anak ke jenjang pendidikan Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan transportasi Kehidupan beragama nelayan responden Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan Kemudahan rumah tangga nelayan responden melakukan olahraga Klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden... 52

16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran Konstruksi payang Konstruksi payang di Palabuhanratu Kapal payang di Palabuhanratu Komposisi hasil tangkapan unit penangkapan payang Kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo Tabungan per kapita nelayan responden Kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah... 42

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta daerah penelitian Karakteristik responden nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Karakteristik responden nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Alokasi waktu kerja melaut nelayan buruh dalam satu hari Alokasi waktu kerja melaut nelayan payang dalam satu hari Alokasi waktu non melaut nelayan pemilik dalam satu hari Alokasi waktu non melaut nelayan buruh dalam satu hari Alokasi waktu nelayan pemilik dalam satu hari apabila tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan Alokasi waktu nelayan buruh dalam satu hari apabila tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Tabungan nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Tabungan nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Peralatan pembuatan payang Keadaan tempat tinggal responden Sarana ibadah Sarana pendidikan Pelayanan kesehatan Pelayanan keamanan Pasar induk palabuhanratu... 84

18 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan (sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menteri Kelautan dan Perikanan mempunyai tiga program unggulan sebagai upaya meningkatkan pendapatan nelayan. Kenyataannya masih terjadi kesenjangan sosial yang cukup tinggi, seperti halnya keadaan nelayan di daerah Palabuhanratu. Pada tahun terjadi penurunan jumlah alat tangkap payang di PPN Palabuhanratu. Menurut data statistik PPN Palabuhanratu (2010), alat tangkap payang yang dioperasikan di Perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 2009 berjumlah 121 unit dan pada tahun 2010 berjumlah 54 unit. Dari data tersebut terlihat bahwa alat tangkap payang yang dioperasikan di Perairan Teluk Palabuhanratu mengalami penurunan sebesar 55,37% atau pengurangan jumlah payang sebanyak 67 unit. Alat tangkap payang yang dioperasikan di Perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 2011 berjumlah 47 unit. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi penurunan sebesar 12,96% atau pengurangan jumlah payang sebanyak 7 unit. Hasil tangkapan payang pada tahun 2010 sebesar kg per unit per tahun (Sari 2011) dan pada tahun 2011 sebesar kg per unit per tahun. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan sebesar 69,21% atau sebesar kg. Menurut Sari (2011), secara finansial operasional payang di Perairan Teluk Palabuhanratu mengalami kerugian, namun pada kenyataannya operasional unit penangkapan payang masih dilakukan juga. Berdasarkan data di atas bahwa jumlah unit penangkapan payang menurun dan hasil tangkapan payang meningkat, maka seharusnya pendapatan nelayan pun meningkat. Berdasarkan hal tersebut juga, seharusnnya secara finansial unit penangkapan payang tidak mengalami kerugian. Beberapa pertanyaan muncul berdasarkan keadaan tersebut, diantaranya apakah keadaan ini mendatangkan manfaat bagi nelayan, bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan payang dan bagaimana alokasi waktu kerja nelayan payang.

19 2 Berdasarkan hal tersebut maka dianggap perlu adanya perhatian secara khusus terhadap masyarakat nelayan payang dalam meningkatkan taraf hidupnya melalui peningkatan pendapatan. Apakah kondisi tersebut sudah dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan nelayan payang yang tinggi atau masih rendah. Sehubungan dengan hal di atas, maka informasi dasar mengenai kegiatan unit penangkapan payang secara menyeluruh di dalam sub sektor perikanan tangkap diperlukan, antara lain membandingkan alokasi waktu kerja melaut dan non melaut, kontribusi pendapatan anggota keluarga rumah tangga nelayan payang dalam kegiatan perikanan dan non perikanan, pola pengeluaran rumah tangga dan peluangnya berada dalam kemiskinan. Kegiatan tersebut memerlukan kajian ilmiah. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesejahteraan nelayan payang yang beroperasi di Perairan Palabuhanratu. 1.2 Perumusan Masalah Jumlah alat tangkap payang pada tahun 2011 sebanyak 47 unit, menurun sebesar 12,96% atau 7 unit payang dari tahun sebelumnya. Hasil tangkapan pada tahun 2011 meningkat sebesar 69,21%. Berdasarkan hasil penelitian Sari (2011), diungkapkan bahwa secara finansial operasional payang mengalami kerugian. Jumlah unit penangkapan menurun, hasil tangkapan meningkat maka seharusnya pendapatan pun meningkat dan usaha payang tidak mengalami kerugian Berdasarkan uraian terdahulu, maka permasalahan yang perlu dijawab dalam perikanan payang di Palabuhanratu antara lain: 1) Bagaimana keragaan teknis payang di Palabuhanratu; 2) Bagaimana alokasi waktu kerja nelayan payang dalam kegiatan melaut dan non melaut; 3) Bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan payang yang mengoperasikan alat tangkap payang. 1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menggambarkan keragaan teknis unit penangkapan payang di Palabuhanratu.

20 3 2) Menghitung alokasi waktu kerja nelayan payang dalam kegiatan melaut dan non melaut. 3) Menghitung tingkat kesejahteraan nelayan payang di Palabuhanratu. 1.4 Manfaat Bagi penulis, skripsi sebagai bagian dari tugas akhir dalam penyelesaian studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Manfaat lain dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan wawasan tentang alokasi waktu kerja dan tingkat kesejahteraan nelayan payang di Palabuhanratu. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi perencana pembangunan atau ahli-ahli ekonomi pembangunan dalam mengkaji masalahmasalah kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat buruh nelayan. 1.5 Kerangka Pemikiran Palabuhanratu merupakan daerah tempat pariwisata yang memiliki potensi perikanan yang melimpah. Pemanfaatan sumberdaya laut di Palabuhanratu dimanfaatkan untuk penangkapan ikan. Permasalahan yang ada dalam perikanan payang di Palabuhanratu, yaitu bagaimana alokasi waktu kerja dan tingkat kesejahteraan nelayan payang. Jumlah alat tangkap payang di Palabuhanratu pada tahun 2011 mengalami penurunan. Oleh karena alat tangkap payang menurun maka akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan nelayan payang tersebut. Analisis teknis digunakan untuk mengetahui apakah secara teknik alat tangkap payang efektif atau tidak bila dioperasikan. Unsur yang dilihat dalam aspek teknik diantaranya keragaan unit penangkapan payang dan produktivitasnya. Keragaan unit penangkapan payang dianalisis secara deskriptif dan dilengkapi dengan studi pustaka untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Produktivitas alat tangkap diperoleh dengan merata-ratakan produksi per trip unit penangkapan payang. Selain itu juga akan dihitung melalui produksi per alat tangkap, produksi per nelayan dan produksi per setting. Alokasi waktu kerja dihitung berdasarkan waktu nelayan payang dalam melakukan kegiatan melaut dan non melaut pada saat musim ikan dan tidak

21 4 musim ikan, sehingga dapat diketahui pendapatan yang diperoleh dari hasil melaut dan non melaut. Selain itu menggambarkan kegiatan nelayan responden selama satu hari dalam kegiatan melaut dan setelah pulang melaut, serta menggambarkan kegiatan nelayan responden apabila tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan selama satu hari pada saat tidak musim ikan. Analisis tingkat kesejahteraan digunakan untuk mengetahui pendapatan dari perikanan dan non perikanan, serta pengeluarannya. Tingkat kesejahteraan rumah tangga diukur berdasarkan 11 Indikator Tingkat Kesejahteraan yang digunakan BPS dalam SUSENAS tahun 2009 yang dimodifikasi. Modifikasi dilakukan dengan memasukkan kriteria kemiskinan Sajogyo pada indikator pendapatan rumah tangga dan kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah pada indikator konsumsi rumah tangga. Bagan alir dari kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

22 5 Unit Penangkapan Payang : - Jumlah alat tangkap menurun - HT meningkat - Menurut Sari (2011), usaha payang merugi Analisis Teknis : - Keragaan unit penangkapan payang - Produktivitas payang Analisis Alokasi Waktu Analisis Tingkat Kesejahteraan Melaut Non melaut Pengeluaran Keluarga Pendapatan Keluarga Usaha perikanan Usaha non perikanan Kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah Kriteria kemiskinan Sajogyo (1996) Faktor sosial lainnya (9 indikator) Keterangan : : Dihitung serta melihat hubungan : Dihitung tanpa melihat hubungan Pengukuran tingkat kesejahteraan Gambar 1 Kerangka pemikiran

23 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume produksi PPN Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu 2011). Unit penangkapan payang terdiri atas alat tangkap, kapal dan nelayan. Berikut merupakan penjelasan tentang unit penangkapan payang secara lengkap Alat tangkap Payang (Gambar 1) merupakan pukat kantong lingkar yang terdiri atas bagian kantong (bag), badan (body), dan dua buah sayap di bagian kiri dan kanan (wing), serta tali ris. Menurut von Brandt (2005), payang termasuk ke dalam kelompok seine net. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2005), payang merupakan salah satu pukat tarik yang pengoperasiannya menggunakan satu kapal. Menurut SNI yang dikeluarkan oleh BSN tersebut, payang memiliki beberapa bagian, diantaranya sayap atau kaki jaring (wing) yang terdiri atas sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing), medan jaring bawah (bosoom), badan jaring (body), kantong jaring (cod end), tali ris atas (head rope), tali ris bawah (ground rope), dan tali selambar (warp rope). Alat ini dioperasikan dengan tali selambar di permukaan perairan dengan cara melingkari area seluasluasnya pada gerombolan ikan pelagis, kemudian penarikan dan pengangkatan jaring ke atas kapal. Pada payang tali ris atas lebih panjang dari pada tali ris bawah dengan tujuan agar ikan dapat masuk ke dalam kantong jaring dengan mudah dan mencegah lolosnya ikan ke arah vertikal bawah. Payang merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring. Jaring yang biasa digunakan terbuat dari bahan nilon. Menurut Subani dan Barus (1989), payang digunakan untuk menangkap jenis ikan pelagis yang hidup di lapisan atas air dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah perairan apabila telah terkurung jaring. Ukuran mata jaring payang mulai dari ujung kantong sampai ke ujung kaki berbeda-beda, yaitu kira-kira 1 cm di bagian kantong dan semakin besar hingga di bagian ujung kaki atau sayap sekitar 40 cm.

24 7 Parameter utama dari alat tangkap ini adalah kesempurnaan mulut jaring dalam membuka. Menurut Monintja (1991), secara rinci alat tangkap payang terdiri atas bagian-bagian: 1) Sayap, terdiri atas sayap kiri dan sayap kanan yang merupakan lembaranlembaran jaring yang disatukan dan berfungsi sebagai pengurung ikan; 2) Badan, merupakan lembaran jaring yang disatukan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan dan biasanya mata jaring pada badan lebih kecil dari sayap; 3) Kantong, merupakan satu kesatuan lembaran jaring yang berbentuk kerucut terpacung, semakin ke ujung jumlah mata jaringnya berkurang dan ukurannya semakin kecil; 4) Tali ris, terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah, berfungsi untuk merentangkan jaring; 5) Pelampung, berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaring sesuai dengan yang diinginkan dan juga memelihara jaring agar tetap terapung; dan 6) Pemberat, berfungsi untuk memberikan daya berat ke bawah. Gambar 2 Konstruksi payang ( Sari 2011) Kapal Kapal payang adalah salah satu jenis kapal ikan yang mengoperasikan alat tangkap payang dengan cara mengejar ataupun melingkari kelompok ikan (Saptaji 2005). Kapal payang memiliki konstruksi khusus, yaitu memiliki tiang pengamat yang disebut kakapa (Ayodhyoa 1981). Kapal atau perahu yang digunakan dalam unit penangkapan payang terbuat dari bahan kayu. Perahu ini menggunakan

25 8 tenaga penggerak motor tempel berkekuatan 40 PK. Bertambahnya kekuatan mesin akan mempercepat kapal dalam melakukan pelingkaran gerombolan ikan pada saat operasi penangkapan ikan sehingga operasi penangkapan ikan menjadi lebih efisien. Perahu ini tidak mempunyai rumah-rumahan (deck house), dengan tujuan agar luasan di atas dek saat pengoperasian alat cukup luas, sehingga tidak mengganggu berlangsungnya operasi penangkapan ikan (Suharyadie 2004) Nelayan Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap payang berjumlah 6 orang untuk payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang berukuran besar (Subani dan Barus 1989). Menurut Saptaji (2005), jumlah nelayan dalam satu unit penangkapan payang di Palabuhanratu adalah orang. Jumlah nelayan yang dipakai ditentukan berdasarkan jenis ikan sasaran penangkapan serta ukuran kapal yang digunakan. Tiap nelayan mempunyai tugas masing-masing yang merupakan satu kesatuan kerja dalam mengoperasikan alat tangkap payang. Ayodhyoa (1981) mengungkapkan bahwa nelayan telah membentuk satu kesatuan kerja yang tetap dan dipimpin oleh juru mudi yang sekaligus bertindak sebagai fishing master. Pembagian tugas tersebut adalah 1) Tekong, merupakan kapten kapal yang bertanggung jawab atas keberhasilan operasi penangkapan ikan; 2) Juru mudi, bertugas mengemudikan kapal menuju fishing ground sampai kembali ke fishing base, serta bertanggung jawab terhadap kondisi mesin kapal; 3) Juru batu, bertugas dalam merapikan alat tangkap sebelum atau sesudah hauling di atas kapal; 4) Pengawas, bertugas mengawasi keberadaan ikan target penangkapan; dan 5) Tukang renang, bertugas menakut-nakuti ikan agar tidak lolos melewati bagian bawah kapal dan sayap payang. Tukang renang akan meloncat ke dalam air dan dilakukan berulang-ulang. 2.2 Hasil Tangkapan Hasil tangkapan adalah spesies ikan yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil tangkapan yang diperoleh alat tangkap payang sangat

26 9 bergantung pada keadaan daerah dan jumlah ikan yang berkumpul di daerah penangkapan. Hasil tangkapan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Menurut Mawardi (1990) menjelaskan bahwa sasaran utama dari pengoperasian payang di Perairan Teluk Palabuhanratu adalah jenis-jenis ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti : cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard) dan banjar (Euthynus alleratus). Hasil tangkapan sampingan, yang diperoleh adalah spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch). 2.3 Alokasi Waktu Menurut Sayogyo (1982), penggunaan waktu di rumah tangga pedesaan ada perbedaan antara rumah tangga miskin dan rumah tangga kaya. Rumah tangga miskin menggunakan waktu kerja lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga kaya, sedangkan imbalan yang diperoleh dalam bentuk upah sangat kecil. Hasil penelitian Aryani (1994) di Desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi tentang curahan kerja dan kontribusi penerimaan keluarga nelayan terungkap bahwa semakin besar sumbangan dari hasil kegiatan melaut terhadap total penerimaan rumah tangga maka semakin baik kondisi ekonomi rumah tangga. Intensitas sumbangan curahan tenaga kerja rumah tangga terlihat dari tingkat partisipasi dan tingkat waktu kerja. Prasodjo (1993) mengungkapkan bahwa faktor musim mempengaruhi keragaan pola kerja antara pria dan wanita dalam rumah tangga nelayan dengan ekspansi demografi yang berbeda-beda. Perubahan dari normal ke musim paceklik direspon oleh rumah tangga nelayan dengan meningkatkan pola nafkah ganda. Dengan kata lain, pengalokasian tenaga kerja wanita rumah tangga nelayan pada musim paceklik tidak optimal karena masih terdapat potensi tenaga kerja wanita dan waktu luang yang cukup besar. Pekerjaan sebagai nelayan tidak diragukan lagi adalah pekerjaan yang sangat berat. 2.4 Pendapatan Keluarga (Family Income) Pengertian penerimaan adalah seluruh penerimaan semua anggota rumah tangga ekonomi, baik berupa barang maupun jasa. Adapun penerimaan ini mencakup:

27 10 1) Pengambilan tabungan atau simpanan 2) Penjualan atau pengadaan barang 3) Penerimaan piutang Kiriman atau hadiah dari keluarga atau pihak lain secara tidak rutin, warisan atau hibah dan lainnya (Biro Pusat Statistik 1993). Menurut Biro Pusat Statistik (1993), pendapatan dan penerimaan keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi. Pendapatan terdiri dari: 1) Pendapatan dari upah atau gaji yang mencakup upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh. 2) Pendapatan dari hasil usaha seluruh anggota rumah tangga yang berupa pendapatan kotor yaitu selisih nilai jual barang dan jasa yang diproduksi dengan biaya produksinya. 3) Pendapatan lainnya yaitu pendapatan diluar upah atau gaji yang menyangkut usaha lain dari; (a) perkiraan sewa rumah milik sendiri, (b) bunga, deviden, royalti, paten, sewa atau kontrak, lahan, rumah, gedung, bangunan, peralatan, dsb, (c) buah hasil usaha sampingan yang dijual, (d) pensiunan dan klaim asuransi jiwa, (e) kiriman keluarga atau pihak lain secara rutin, ikatan dinas, beasiswa, dsb. Fenomena keberagaman sumber pendapatan rumah tangga relative lebih nyata pada rumah tangga petani dibandingkan pada rumah tangga nelayan dan buruh perkebunan. Besar pendapatan dari berbagai sumber relatif lebih merata, sedangkan pada rumah tangga nelayan dan buruh perkebunan pendapatan rumah tangga lebih mengandalkan pada pekerjaan utamanya (Sujana 1992). 2.5 Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dan pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran untuk bukan makanan (Biro Pusat Statistik 1999). Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Pengeluaran atau konsumsi rumah

28 11 tangga dibedakan menjadi dua, yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi atau pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau yang diberikan kepada pihak lain (Badan Pusat Statistik 2000). Menurut Hanafiah (1984), pos-pos atau bagian mata anggaran rumah tangga perikanan (RTP) dan rumah tangga buruh perikanan (RTBP) dibagi dalam empat kelompok masing-masing adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan pokok; pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, penerangan rumah, dan perbaikan rumah. 2) Sumbangan Sosial dan Keagamaan; upacara keagamaan, sumbangan sosial, sumbangan keamanan, Pajak atau Iuran Pembangunan Daerah atau lain-lain. 3) Pengeluaran yang dipandang mengandung unsur pemborosan; pengeluaran untuk rokok, minuman keras, pesta dan hiburan. 4) Tabungan dan Bayar Hutang; sisa pendapatan yang merupakan potensi untuk saving dan bayar hutang. 2.6 Tingkat kemiskinan Tingkat kemiskinan masyarakat dapat digambarkan dengan pendapatan atau penghasilannya. Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut pangan, sandang dan papan. Menurut Esmara diacu dalam Primayuda (2002) mengemukakan pada garis kemiskinan berdasarkan ukuran dibawah rata-rata yaitu: 1) Konsumsi beras dalam jumlah kilogram untuk setiap orang 2) Konsumsi 9 bahan pokok 3) Pengeluaran rumah tangga 4) Konsumsi kalori dan protein setiap orang per hari secara terpisah dengan membedakan nilai rata-rata menurut Daerah Jawa dan lain daerah, desa atau kota. Di bawah rata-rata itulah yang disebut miskin. Sajogyo (1996) mengatakan bahwa garis kemiskinan mempunyai ciriciri spesifikasi atas tiga garis kemiskinan yang mencakup nilai ambang kecukupan pangan dan menghubungkan tingkat pendapatan rumah tangga dengan ukuran

29 12 kecukupan pangan. Garis kemiskinan ciri pertama dinyatakan dalam rupiah per tahun, tetapi dalam bentuk ekuivalen nilai tukar beras dengan ukuran kilogram setiap orang per bulan agar dapat saling dibandingkan nilai tukar antar daerah dan antar zaman sesuai dengan harga beras setempat. Klasifikasi tingkat kemisikinan untuk perkotaan, antara lain : 1) Tidak miskin, pendapatan per kapita per tahun diatas 480 kg beras, nilai tukar beras per orang dalam setahun; 2) Miskin untuk pedesaan ialah pendapatan per kapita per tahun rumah tangga di bawah 480 kg beras, nilai tukar beras per orang dalam setahun; 3) Miskin sekali, pangan tak cukup di bawah 360 kg beras, nilai tukar beras per orang dalam setahun; dan 4) Paling miskin, pendapatan per kapita per tahun di bawah 270 kg beras, nilai tukar beras per orang per tahun. Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah, mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Kebutuhan hidup minimal yang dipergunakan sebagai tolok ukur yaitu 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9 kg garam, 60 liter minyak tanah, 20 batang sabun, 4 meter tekstil kasar dan 2 meter batik kasar. Besarnya standar kebutuhan hidup minimum per kapita per tahun dijadikan sebagai batas garis kemiskinan. Dengan menggunakan tingkat pengeluaran setara dengan pengeluaran untuk konsumsi sembilan bahan pokok. Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah membagi tingkat kemiskinan menjadi empat golongan, yaitu : 1) Tidak miskin : Apabila tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari 200 % dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 2) Hampir miskin : Apabila tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari % dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 3) Miskin : Apabila tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari % dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 4) Miskin sekali : Apabila tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari 75 % dari total pengeluaran 9 bahan pokok.

30 Tingkat Kesejahteraan Menurut Gunawan (2007), kebijakan khusus pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan merupakan bagian integral pembangunan nasional yang harus mempunyai arah pembangunan yang jelas. Arah pembangunan tersebut harus ditindaklanjuti melalui strategi peningkatan kesejahteraan dan dijabarkan melalui kebijakan peningkatan kesejahteraan guna menanggulangi kemiskinan. Kesejahteraan bersifat subyektif, setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda terhadap faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Nilai tukar nelayan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui perkembangan tingkat kesejahteraan nelayan. UU No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Badan Pusat Statistik (2009) menentukan tingkat kesejahteraan menyangkut segi-segi yang dapat diukur (measurable welfare). Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah: 1) Pendapatan rumah tangga; 2) Konsumsi rumah tangga; 3) Keadaan tempat tinggal; 4) Fasilitas tempat tinggal; 5) Kesehatan anggota rumah tangga; 6) Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis atau paramedis, termasuk didalamnya kemudahan mengikuti Keluarga Berencana (KB) dan memperoleh obat-obatan; 7) Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan; 8) Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi; 9) Kehidupan beragama;

31 14 10) Perasaan aman dari gangguan tindak kejahatan; dan 11) Kemudahan dalam melakukan olahraga.

32 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan berlangsung pada Maret Penelitian ini dilakukan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah : 1) Kuesioner untuk pengumpulan data; 2) Alat dokumentasi berupa kamera; 3) Alat pengukur panjang berupa penggaris dengan skala minimal 1 mm. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang terinci tentang suatu objek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khusus dari keseluruhan personalitas. Satuan kasus yang digunakan yaitu nelayan payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter dari suatu keadaaan yang ada pada waktu penelitian (Nazir M 1988). 3.4 Metode Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di lapangan, meliputi seluruh kegiatan unit penangkapan payang dan data hasil wawancara responden. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan dan selanjutnya dibagikan kepada para responden.

33 16 Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu : 1) Aspek teknik (1) Konstruksi unit penangkapan payang; (2) Metode pengoperasian payang; (3) Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh; (4) Lokasi pengoperasian payang. 2) Aspek alokasi waktu kerja meliputi curahan waktu kerja yang digunakan untuk melaut dan non melaut dalam suatu rumah tangga nelayan pemilik dan rumah tangga nelayan buruh pada saat musim ikan dan tidak musim ikan. 3) Aspek kesejahteraan (1) Karakteristik responden nelayan, meliputi umur, pendidikan dan pengalaman melaut; (2) Keadaan 11 indikator kesejahteraan yang digunakan BPS dalam SUSENAS tahun 2009 yang dimodifikasi dengan kriteria kemiskinan Sajogyo dan kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah. Data sekunder dikumpulkan dari statistik perikanan PPN Palabuuhanratu tahun , meliputi : 1) Jumlah kapal, alat tangkap, hasil tangkapan dan jumlah nelayan payang pada periode ) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis dan keadaan umum perikanan tangkap secara umum di PPN Palabuhanratu. 3.5 Metode Pengambilan Responden Sampel atau contoh ialah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi (Simamora 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan pemilik dan nelayan buruh unit penangkapan payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di Palabuhanratu. Jumlah sampel diambil sebanyak 15 sampel. Sampel yang diambil untuk diwawancara terdiri dari 5 nelayan pemilik dengan 2 ABK dari masing-masing nelayan pemilik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu cara mengambil sampel secara tidak acak atau peneliti menganggap sampel yang diambil memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Nelayan yang

34 17 memiliki alat tangkap payang merupakan purposive yang digunakan sebagai responden, yaitu nelayan tersebut mendaratkan hasil tangkapannya di Palabuhanratu. Pemilihan responden dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuisioner dan berpengalaman dalam pengoperasian alat tangkap payang. 3.6 Metode Analisis Data Analisis data dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat diinterpretasikan, yaitu tabel dan gambar. Data dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara terpisah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan lebih lanjut Analisis teknis Pengkajian aspek teknik diperlukan untuk melihat efektivitas unit penangkapan payang yang beroperasi di Palabuhanratu. Analisis teknik dilakukan untuk melihat hubungan teknik yang mempengaruhi produksi, yaitu desain dan konstruksi, cara pengoperasian serta produktivitas alat tangkap, yaitu : 1) Rancang bangun dan metode pengoperasian unit penangkapan payang Rancang bangun dan metode pengoperasian payang di PPN Palabuhanratu dianalisis secara deskriptif dan dilengkapi dengan studi pustaka untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. 2) Produktivitas alat tangkap payang Produktivitas alat tangkap diperoleh dengan merata-ratakan produksi per trip unit penangkapan payang. Produktivitas juga dihitung melalui produksi per unit alat tangkap, produksi per nelayan, produksi per trip, dan produksi per setting Deskripsi alokasi waktu kerja Gambaran mengenai alokasi waktu kerja diketahui dengan melakukan analisis deskriptif. Kegiatan yang dilakukan nelayan responden dalam satu hari untuk kegiatan melaut dan setelah pulang melaut. Alokasi waktu kerja melaut di deskripsikan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama 12 jam, seperti saat

35 18 perbekalan sampai kegiatan bongkar muat. Alokasi waktu non melaut di deskripsikan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama 12 jam, seperti saat pulang melaut sampai persiapan berangkat melaut dari rumah. Selain itu mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan nelayan responden apabila tidak melakukan penangkapan ikan dalam satu hari. Alokasi waktu kerja melaut dan non melaut dihitung pada saat musim ikan dan tidak musim ikan. Musim penangkapan ikan yang digunakan yaitu musim ikan dan tidak musim ikan. Alokasi waktu kerja rumah tangga untuk kegiatan-kegiatan ekonomi adalah banyaknya jam kerja yang dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan melaut dan non melaut, dituliskan sebagai berikut: TA = ML+NL Keterangan: TA = Total alokasi waktu kerja rumahtangga (jam per bulan) ML=Curahan tenaga kerja keluarga melaut (jam per bulan) NL=Curahan tenaga kerja keluarga non melaut (jam per bulan) Analisis tingkat kesejahteraan Analisis tingkat kesejahteraan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang terdapat dalam ruang lingkup kesejahteraan nelayan payang. Data yang telah terkumpul dideskripsikan untuk memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan keluarga nelayan buruh payang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Pendapatan keluarga Analisis pendapatan keluarga adalah besaran yang mengukur total pendapatan keluarga selama satu tahun baik dari usaha perikanan dan usaha yang lainnya. Untuk menghitung pendapatan keluarga buruh nelayan digunakan rumus sebagai berikut : R tn = R 1 + R 2 Keterangan : R tn = Total Pendapatan Rumah Tangga Nelayan (Rp per tahun) R 1 = Pendapatan dari Usaha Perikanan (Rp per tahun) = Pendapatan dari Usaha Non Perikanan (Rp per tahun) R 2 2) Konsumsi rumah tangga Pengeluaran keluarga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri dari pengeluaran

36 19 untuk pangan, sandang dan papan. Pengukurannya dilakukan dengan cara menghitung kebutuhan harian, mingguan dan bulanan. Total pengeluaran rumah tangga dapat diformulasikan sebagai berikut : C t = C 1 + C 2 + C 3 +C 4 Keterangan : C t = Total Pengeluaran Rumah Tangga (Rp per tahun) C 1 = Pengeluaran untuk Pangan (Rp per tahun) C 2 = Pengeluaran untuk Sandang (Rp per tahun) C 3 = Pengeluaran untuk Papan (Rp per tahun) = Pengeluaran untuk lain-lain (Rp per tahun) C 4 3) Pengukuran tingkat kemiskinan (1) Kriteria kemiskinan Sajogyo Sajogyo menentukan tingkat kemiskinan dengan melihat besarnya pendapatan per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara dari harga beras setempat. Daerah Palabuhanratu merupakan daerah perkotaan. Tingkat kemiskinan untuk daerah perkotaan dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1) Tidak miskin, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih tinggi dari 480 kg beras. 2) Miskin, (nilai ambang kecukupan pangan),yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 480 kg beras. 3) Miskin sekali, (tidak cukup pangan), yaitu apabila pengdapatan per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 360 kg beras. 4) Paling miskin, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 270 kg beras. (2) Kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah membagi tingkat kemiskinan menjadi empat golongan, yaitu : 1) Tidak miskin : Apabila tingkat pengeluaran lebih besar dari 200 % dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 2) Hampir miskin : Apabila tingkat pengeluaran lebih besar dari % dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 3) Miskin : Apabila tingkat pengeluaran lebih besar dari % dari total pengeluaran 9 bahan pokok;

37 20 4) Miskin sekali : Apabila tingkat pengeluaran lebih besar dari 75 % dari total pengeluaran 9 bahan pokok. 4) Pengukuran tingkat kesejahteraan Tingkat kesejahteraan diukur berdasarkan kriteria yang digunakan BPS dalam SUSENAS tahun 2009 yaitu sebelas indikator kesejahteraan. Secara umum tingkat kesejahteraan merupakan kombinasi dari 11 indikator yang dapat dituliskan sebagai berikut : TK = ƒ (I 1, I 2, I 3, I 4, I 5, I 6, I 7, I 8, I 9, I 10, I 11 ) Keterangan : TK = Tingkat kesejahteraan I 1 = Pendapatan rumah tangga I 2 = Pengeluaran rumah tangga I 3 = Keadaan tempat tinggal I 4 = Fasilitas tempat tinggal I 5 = Kesehatan anggota rumah tangga I 6 = Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan I 7 = Kemudahan memasukan anak ke suatu jenjang pendidikan I 8 = Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi I 9 = Kehidupan beragama I 10 = Rasa aman dari gangguan tindak kejahatan I 11 = Kemudahan dalam melakukan olahraga Penjelasan tentang masing-masing indikator lebih rinci seperti tercantum dalam Tabel 1. Skor tingkat klasifikasi baik pada sebelas indikator kesejahteraan maupun tingkat kesejahteraan, dihitung berdasarkan pedoman penentuan range skor metode baru Maret 1994 dari BPS yang dimodifikasi dengan kriteria kemiskinan Sajogyo dan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah. Klasifikasi kesejahteraan dibagi menjadi tiga dengan cara mengurangkan jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan hasil pengurangan itu dibagi dengan jumlah klasifikasi, yaitu tiga, terdiri atas tinggi, sedang dan rendah. Skor tingkat kesejahteraan menurut klasifikasi adalah sebagai berikut : 1) Tingkat kesejahteraan tinggi jika mencapai skor = ) Tingkat kesejahteraan sedang jika mencapai skor = ) Tingkat kesejahteraan rendah jika mencapai skor = 11-18

38 21 Tabel 1 Indikator kesejahteraan menurut Biro Pusat Statistik dalam SUSENAS 2009 yang dimodifikasi No Indikator kesejahteraan Skor 1. Pendapatan rumah tangga Pendapatan rumah tangga berdasarkan pada kriteria kemiskinan Sajogyo 1. Tidak miskin (pengeluaran perkapita per tahun >320 kg beras) 2. Miskin ( kg beras) 3. Miskin sekali ( kg beras) 2. Konsumsi rumah tangga Konsumsi rumah tangga berdasarkan pada kriteria kemisikinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah 3. Keadaan tempat tinggal: Atap:Genting(5)/Asbes(4)/Seng(3)/Sirap(2)/Daun(1) Bilik:Tembok(5)/Setengah tembok(4)/kayu(3)/bambu kayu(2)/bambu(1) Status:Milik sendiri(3)/sewa(2)/numpang(1) Lantai:Porselin(5)/Ubin(4)/Plester(3)/Papan(2)/Tanah(1) Lantai:Luas(>100m 2 )(3)/Sedang(50-100m 2 )(2)/ Sempit(<50m 2 )(1) 4. Fasilitas tempat tinggal: Pekarangan:Luas(>100m 2 )(3)/Cukup(50-100m 2 )(2)/Sempit(50m 2 )(1) Hiburan:Video(4)/TV(3)/Tape Recorder(2)/Radio(1) Pendingin:AC(4)/Lemari Es(3)/Kipas Angin(2)/Alam(1) Sumber Penerangan:Listrik(3)/Petromak(2)/Lampu Tempel(1) Bahan bakar:gas(3)/minyak tanah(2)/kayu (arang)(1) Sumber air:pam(6)/sumur bor(5)/ Sumur(4)/Mata air(3)/air hujan(2)/sungai(1) MCK:Kamar mandi sendiri(4)/ Kamar mandi umum(3)/ 4. Paling miskin (<180 kg beras) 5. Tidak miskin ( >200% dari total pengeluaran sembako) 6. Miskin ( %) 7. Miskin sekali (75-125%) 8. Paling miskin (<75%) 1. Permanen (skor = 15-21) 2. Semi permanen (skor = 10-14) 3. Non permanen (skor = 5-9) 1. Lengkap (skor = 21-27) 2. Cukup (skor = 14-20) 3. Kurang (skor = 7-13) Sungai/Laut(2)/Kebun(1) 5. Kesehatan anggota rumah tangga 1. Bagus (<25% sering sakit) 2. Cukup (25%-50% sering sakit) 3. Kurang (>50% sering sakit) 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis (termasuk didalamnya kemudahan pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan obat-obatan: Jarak RS terdekat (0km)(4)/(0,01-3km)(3)/(>3km)(2) Jarak ke Poliklinik:(0km)(5)/(0,01-2km)(3)/(>2km)(2)/missing(1) Biaya Berobat: Terjangkau(3)/ Cukup terjangkau(2)/ Sulit terjangkau(1) Penanganan berobat: Baik(3)/ cukup(2)/ Sulit(1) Alat Kontrasepsi:Mudah didapat(3)/ Cukup didapat(2)/ Sulit didapat(1) Konsultasi KB:Mudah(3)/ Cukup(2)/ Sulit(1) Harga Obat-obatan:Terjangkau(3)/ Cukup(2)/ Sulit terjangkau(1) 7. Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan: Biaya sekolah:terjangkau(3)/ cukup(2)/ sulit(1) Jarak ke sekolah:(0km)(4)/(0,01-3km)(3)/(>3km)(2) Prosedur penerimaan:mudah(3)/cukup(2)/sulit(1) 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Ongkos dan biaya:terjangkau(3)/ Cukup(2)/ Sulit(1) Fasilitas kendaraan:tersedia(3)/cukup(2)/sulit(1) Kepemilikan:Sendiri(3)/Sewa(2)/Ongkos(1) 1. Mudah (skor = 18-24) 2. Cukup (skor = 13-17) 3. Sulit (skor = 8-12) 1. Mudah (skor = 8-10) 2. Cukup (skor = 6-7) 3. Sulit (skor = 4-5) 1. Mudah (skor = 7-9) 2. Cukup (skor = 5-6) 3. Sulit (skor = 3-4) 9. Kehidupan beragama 1. Toleransi tinggi 2. Toleransi cukup 3. Toleransi rendah 10. Rasa aman dari gangguan kejahatan 1. Aman (tidak pernah mengalami gangguan kejahatan) 2. Cukup aman (pernah mengalami tindak kejahatan) 3. Kurang aman (seringmengalami tindak kejahatan) 11. Kemudahan dalam melakukan olahraga 1. Mudah (sering olahraga) 2. Cukup (cukup sering olahraga) 3. Sulit (kurang olahraga) Sumber: BPS

39 Batasan Penelitian Batasan yang digunakan dalam kegiatan penelitian yaitu: 1) Wilayah penelitian adalah di PPN Palabuhanratu; 2) Alat tangkap yang menjadi bahan kajian penelitian adalah payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. 3) Aspek yang menjadi kajian yaitu aspek teknik, aspek alokasi waktu kerja dan aspek kesejahteraan; 4) Aspek teknik meliputi deskripsi unit penangkapan payang, metode pengoperasian dan pendugaan produktivitas alat tangkap; 5) Musim penangkapan yang digunakan adalah musim ikan dan tidak musim ikan; 6) Aspek alokasi waktu kerja meliputi curahan waktu kerja melaut dan non melaut; 7) Aspek kesejahteraan meliputi karakteristik responden nelayan dan keadaan dari 11 indikator kesejahteraan.

40 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi Letak geografis Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara Lintang Selatan (LS) dan Bujur Timur (BT) dengan luas daerah km 2. Kabupaten Sukabumi memiliki batasbatas wilayah seperti berikut: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor; 2) Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; 3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Indonesia; 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Potensi areal penangkapan berada di 9 kecamatan yaitu Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, Tegalbuleud Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2008 mencapai jiwa, terdiri atas laki-laki dan perempuan. Rasio jenis kelamin sebesar 101, artinya dalam 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2008 sebesar 590,45 orang per km 2. Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Sukabumi tahun Tahun Jumlah penduduk (orang) Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio jenis kelamin Kepadatan penduduk (orang per km 2 ) Sumber: Sari (2011)

41 Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi 1) Nelayan Berdasarkan data statistik Kabupaten Sukabumi tahun 2010, jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan pada tahun 2010 sebanyak orang, terbagi atas orang sebagai nelayan buruh dan orang sebagai nelayan pemilik. Jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi pada tahun meningkat, walaupun tidak banyak. Perkembangan jumlah nelayan pada tahun disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun Kabupaten Sukabumi Tahun Nelayan (orang) Nelayan buruh Nelayan pemilik Jumlah (orang) Sumber : Statistik bidang perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi ) Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan yang ada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 sebanyak unit, terbagi atas 230 unit perahu tanpa motor, 910 unit motor tempel, dan 403 unit kapal motor. Pada tahun armada penangkapan ikan yang ada di Kabupaten Sukabumi mengalami kenaikan namun pada tahun mengalami penurunan. Perkembangan armada penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi tahun secara rinci disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan Kabupaten Sukabumi tahun Tahun Jumlah armada (unit) Perahu tanpa motor Motor tempel Kapal motor Jumlah (unit) Sumber : Statistik bidang perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi 2010

42 25 3) Volume dan nilai produksi Volume produksi perikanan tangkap yang dihasilkan Perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 sebesar 6.992,146 ton dengan nilai produksi sebesar Rp Volume produksi tahun mengalami penurunan. Perkembangan volume dan nilai produksi secara rinci tahun disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi tahun Tahun Volume penangkapan (ton) Nilai penangkapan (Rp.1.000) , , , , , , , , , ,00 Sumber : Statistik bidang perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Letak geografis Teluk Palabuhanratu terletak di desa Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis teluk Palabuhanratu terletak pada posisi , Lintang Selatan (LS) dan Bujur Timur (BT). PPN Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis PPN Palabuhanratu terletak pada posisi Lintang Selatan (LS) dan ,884 Bujur Timur (BT). Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi. Kecamatan Palabuhanratu memiliki luas wilayah sebesar ,91 ha, terbagi menjadi 13 desa, yaitu Citepus, Tanjong, Cikadu, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji, Cibuntu, Mekarasih, Kertajaya, Cihaur, Buniwangi dan Cibodas. Batas-batas wilayah Kecamatan Palabuhanratu secara administratif yaitu : 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpenan 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Bantar Gadung 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia

43 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu 1) Nelayan Jumlah nelayan di Palabuhanratu menurun dari tahun 2007 sebanyak orang menjadi orang pada tahun Terjadi penurunan sebesar 4,53%. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 2,12% dari tahun sebelumnya. Perkembangan nelayan yang berada di PPN Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun No Tahun Jumlah (orang) Perubahan % % % % % Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu ) Alat tangkap Ada 11 jenis alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Jumlah yang terbanyak adalah alat tangkap pancing tonda, sebanyak 156 unit. Alat tangkap payang berjumlah 47 unit atau 11,69% dari total. Hampir semua alat penangkapan ikan mengalami penurunan jumlah, kecuali pancing tonda. Perkembangan alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Perkembangan alat penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun Tahun Alat penangkapan ikan (unit) PYG PU PL PT JK JR TN GN BGN RW PS LL GN & RW Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011 Ket: PYG = Payang, PU = Pancing Ulur, PL = Pancing Layur, PT = Pancing Tonda, JK = Jaring Klitik, JR = Jaring Rampus, TN = Trammelnet, GN = Gillnet, BGN = Bagan, RW = Rawai, PS = Purse Seine, LL = Long Line, GN & RW = Gillnet & Rawai

44 27 3) Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu mengalami perubahan jumlah setiap tahunnya. Pada tahun 2011, armada penangkapan ikan di Palabuhanratu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan jumlah unit atau 30,23%. Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun No Tahun Perahu motor tempel (unit) Kapal motor (unit) Jumlah (unit) Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu ) Volume dan nilai produksi Volume produksi yang dihasilkan oleh PPN Palabuhanratu mengalami perubahan jumlah setiap tahun nya. Volume produksi terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu kg. Volume produksi terkecil pada tahun 2009 yaitu kg. Nilai produksi secara umum terus meningkat. Hal ini berbanding terbalik dengan volume produksi ikan yang setiap tahun nya menurun. Perkembangan volume dan nilai produksi di PPN Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu pada tahun Tahun Ikan yang didaratkan di PPNP Ikan yang masuk ke PPNP Jumlah Produksi (Kg) Nilai (Rp) Produksi (Kg) Nilai (Rp) Produksi (Kg) Nilai (Rp) Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011

45 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah alat penangkapan ikan, kapal dan nelayan yang mengoperasikan. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai unit penangkapan payang di Palabuhanratu. 1) Alat penangkapan ikan Alat tangkap payang termasuk dalam klasifikasi pukat kantong lingkar (Subani dan Barus 1989). Payang terdiri atas jaring, tali ris, tali selambar, pelampung dan pemberat. Jaring payang terdiri atas sayap, badan dan kantong. Bahan yang digunakan yaitu nilon atau Polyamide (PA) multifilamen. Konstruksi payang di Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Konstruksi payang di Palabuhanratu Panjang total payang sekitar 202,5 m, terdiri atas panjang sayap sekitar 148,5 m, panjang badan sekitar 34 m dan panjang kantong sekitar 20 m. Ukuran bukaan mata jaring antara sayap, badan dan kantong berbeda satu sama lain.

46 29 Semakin ke arah bagian kantong maka ukurannya semakin kecil. Pada bagian sayap, ukuran mata jaring mencapai 33-34,5 cm. Badan jaring memiliki ukuran mata berkisar antara 18,8-30 cm, sedangkan bagian kantong berkisar 1,1-17,8 cm. Tali ris terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah. Bahan yang digunakan yaitu Polyethylene (PE) multifilamen. Tali ris atas mempunyai diameter 3-4 mm dan tali ris bawah berdiameter 5-6 mm. Panjang tali ris atas sekitar 200 m dan tali ris bawah sekitar 175 m. Tali selambar terbuat dari bahan Polyethylene (PE) multifilamen panjang 300 m dengan diameter mm. Tali selambar berfungsi sebagai tali penarik payang ke atas kapal. Pelampung terbuat dari potongan bambu sepanjang 1 m atau 2 ruas bambu dengan diameter 8-12 cm. Pelampung bambu yang digunakan berjumlah 30 buah pada satu unit payang. Selain itu, terdapat pelampung busa berukuran 49,5 m 3 atau derigen berukuran 5 liter sebanyak 4 buah. Pelampung ini diletakkan berdekatan dengan pelampung jerigen 30 liter. Pelampung jerigen 30 liter diletakkan di tengah bibir jaring bagian atas. Pada ujung tali selambar terdapat pelampung tanda berbentuk bola dari plastik berdiameter sekitar cm. Pelampung tanda ini digunakan saat tali selambar pertama kali diturunkan. Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah berjumlah buah dengan bobot 2 kg. Pemasangan pemberat bersilangan dengan pelampung untuk menentukan bukaan mulut jaring saat dioperasikan. Selain itu terdapat 1 buah batu cakel dengan bobot 2 kg di tengah bibir jaring bagian bawah. 2) Kapal Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan terbuat dari material kayu dan fiber. Jenis kayu yang digunakan biasanya kayu bungur dan meranti. Kapal payang mempunyai kekhususan yaitu adanya kakapa. Kakapa terbuat dari beberapa batang bambu. Fungsi kakapa sebagai tempat fishing master untuk mencari gerombolan ikan. Kapal payang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.

47 30 Kapal bermaterial kayu Kapal bermaterial fiber Gambar 4 Kapal payang di Palabuhanratu Dimensi kapal dengan material kayu biasanya memiliki panjang 10,4-12 m, lebar 2,65-3 m dan tinggi 1-1,2 m. Dimensi kapal dengan material fiber umumnya lebih kecil, memiliki panjang 11-11,5 m, lebar 1,5-1,6 m dan tinggi 0,7-1,8 m. Kapal payang material fiber memiliki cadik di sebelah kiri dan kanan badan kapal. Kapal payang tidak memiliki palkah untuk tempat hasil tangkapan, hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam blong. Kapal payang menggunakan mesin tempel (outboard engine) berkekuatan 15 PK, 25 PK dan 40 PK sebagai tenaga penggerak. Bahan bakar yang digunakan yaitu bensin. Perlengkapan lain yang ada di perahu adalah box untuk es dan ban sebagai peralatan dalam tugas juru batu. 3) Nelayan Jumlah nelayan untuk kapal payang material kayu berbeda dengan kapal payang material fiber. Jumlah nelayan kapal payang material kayu berkisar antara orang, sedangkan jumlah nelayan kapal payang material fiber biasanya 8-15 orang. Anak buah kapal payang memiliki peran dan tugas masing-masing yaitu: 1) Juru mudi, bertugas memegang kemudi kapal, baik saat menuju maupun kembali dari fishing ground; 2) Juru batu, bertugas untuk melabuhkan kapal serta bertanggung jawab jaring payang terbuka sempurna di dalam perairan; 3) Pengawas, bertugas mencari gerombolan ikan serta menentukan arah operasi penangkapan ikan; 4) Petawuran, bertugas untuk menurunkan jaring; dan 5) Anak payang, bertugas berenang untuk menakut-nakuti ikan serta menggiring ikan ke arah mulut jaring.

48 31 Selain peran dan tugas yang disebutkan di atas, kadang-kadang ada anak payang yang bertugas sebagai asisten juru mudi. Pada saat proses penarikan jaring, semua anak buah kapal saling membantu dalam proses hauling kecuali juru mudi Metode pengoperasian payang Operasional payang biasanya dimulai pukul WIB untuk persiapan perbekalan, mesin, es dan anak buah kapal. Unit penangkapan payang beroperasi setiap hari, kecuali hari Jumat. Pada saat musim barat, sumberdaya ikan dilaut banyak, tetapi cuaca dilaut tidak mendukung untuk operasi penangkapan ikan, sehingga nelayan tidak melaut. Kapal meninggalkan fishing base sekitar pukul WIB. Kegiatan operasi penangkapan ikan dimulai dengan pencarian gerombolan ikan. Kegiatan ini dilakukan oleh fishing master serta ABK lainnya dengan melihat tanda-tanda keberadaan ikan. Tanda-tanda tersebut antara lain lompatan ikan di permukaan air, adanya buih-buih di permukaan air, banyaknya ikan berukuran kecil di permukaan air, sehingga banyak burung-burung laut yang menukik ke permukaan air, dan warna perairan terlihat keruh. Setelah terlihat ada gerombolan ikan, kemudian setting dilakukan. Setting diawali dengan pelemparan pelampung tanda, jaring, pelampung dan pemberat. Kemudian pembentukan lingkaran jaring untuk mengitari gerombolan ikan dengan kecepatan kapal. Proses ini memerlukan waktu sekitar 15 menit atau bergantung pada kecepatan gerombolan ikan yang mempengaruhi kecepatan kapal, kemudian beberapa anak payang berenang ke dalam lingkaran jaring dengan menggunakan bambu untuk menakut-nakuti gerombolan ikan dan menggiringnya ke arah mulut jaring. Setelah ikan terkurung, selanjutnya dilakukan proses hauling atau penarikan jaring ke atas kapal. Penarikan dilakukan oleh sejumlah ABK tanpa menggunakan alat bantu. Dalam proses hauling, mesin kapal dimatikan. Penarikan jaring dimulai dari tali selambar dan selanjutnya kedua sayap, proses ini dilakukan secara serempak dan cepat. Pada bibir jaring bagian bawah, batu cakel diangkat terlebih dahulu, sehingga bentuk jaring mengerucut ke arah kantong untuk menghindari lolosnya ikan. Setelah proses hauling selesai, hasil

49 32 tangkapan dikeluarkan dari jaring dan disortir berdasarkan jenisnya. Kegiatan setting-hauling dilakukan di lambung kiri kapal. Pada satu trip penangkapan ikan, biasanya dilakukan kali setting dan hauling, bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh serta bahan bakar yang tersedia. Kapal kembali ke fishing base sekitar pukul WIB. Lebih rinci mengenai alokasi waktu pengoperasian payang, mulai menuju ke fishing ground hingga kembali ke fishing base, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Alokasi waktu keberangkatan pengoperasian payang, mulai menuju fishing ground hingga kembali ke fishing base No Kegiatan Durasi (menit) Pukul (WIB) 1 Keberangkatan ke fishing ground Setting-hauling Kembali ke fishing base Sumber : Diolah dari data primer Hasil tangkapan payang Ikan yang menjadi tangkapan utama yaitu tongkol (Auxis thazard). Jenis ikan lainnya yang tertangkap adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), kantong semar (Mene maculata), layur (Lepthuracanthus savala), teri (Stolephorus sp), pepetek (Leioghnatus lineolatus), tenggiri (Scomberomorus commersonii) dan madidihang (Thunnus albacares). Hasil tangkapan payang didominasi oleh jenis ikan pepetek dengan jumlah kg atau 60,07% dari total hasil tangkapan yang diperoleh. Jumlah hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang dapat dilihat pada Tabel 12 dan komposisi hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 12 Jumlah hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang per unit Tahun 2011 No Jenis Ikan Jumlah (kg per unit per tahun) 1 Tongkol (Auxis thazard) Kantong semar (Mene maculata) Cakalang (Katsuwonus pelamis) Layur (Lepthuracanthus savala) Teri (Stolephorus sp) Pepetek (Leioghnatus lineolatus) Tenggiri (Scomberomorus commersonii) 90 8 Madidihang (Thunnus albacares) Jumlah Sumber: Diolah dari data primer

50 33 Gambar 5 Komposisi hasil tangkapan unit penangkapan payang Daerah dan musim pengoperasian payang Payang dioperasikan di kedalaman sekitar m dalam keadaan perairan yang tenang. Pada saat gelombang besar, payang tertarik gelombang sehingga dioperasikan pada kedalaman sekitar m. Daerah pengoperasian payang di Palabuhanratu yaitu di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian dalam (Lampiran 1). Daerah pengoperasian payang lebih dekat ke arah pantai sekitar 3-4 mil dari pantai. Musim penangkapan ikan dibagi menjadi dua musim, yaitu musim ikan dan tidak musim ikan. Berdasarkan wawancara dengan nelayan payang, musim ikan terjadi sekitar Bulan Agustus November dan tidak musim ikan terjadi sekitar Bulan Desember Juli. Namun, musim-musim tersebut tidak sama sepanjang tahun, bergantung perubahan cuaca Produktivitas Produktivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk memperoleh hasil tangkapan. Produktivitas per alat tangkap sebanyak kg per unit dalam setahun, produktivitas per trip sebanyak 424,51 kg per trip, produktivitas per nelayan sebanyak 28,30 kg per orang, produktivitas per setting sebanyak 38,59 kg per setting. Produktivitas unit penangkapan payang disajikan pada Tabel 13.

51 34 Tabel 13 Produktivitas alat tangkap payang No Produktivitas Jumlah 1 Per alat tangkap (kg/unit/tahun) Per trip (kg/trip) 424,51 3 Per nelayan (kg/orang) 28,30 4 Per setting (kg/setting) 38,59 Sumber: Diolah dari data primer 5.2 Karakteristik Nelayan Responden Rumah tangga yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan pemilik dan nelayan buruh alat tangkap payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai karakteristik nelayan responden Umur Data umur nelayan responden dikelompokkan menjadi lima kelompok umur, yaitu kelompok umur kurang dari 30 tahun, tahun, tahun, tahun dan di atas 45 tahun. Persentase umur tertinggi kelompok nelayan buruh ada pada kelompok umur di atas 45 tahun (Tabel 13). Menurut BPS, umur produktif manusia adalah umur tahun. Berdasarkan Lampiran 2 dan 3, umur produktif nelayan buruh sebanyak 90% dan nelayan pemilik sebanyak 100%. Umur tertua responden nelayan pemilik yaitu 53 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 38 tahun. Umur tertua responden nelayan buruh yaitu 66 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 40 tahun. Pengalaman melaut nelayan buruh lebih lama daripada nelayan pemilik. Sebaran responden nelayan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran umur nelayan responden Nelayan pemilik Nelayan buruh Kelompok umur (tahun) Jumlah Persentase Jumlah Persenrtase (orang) (%) (orang) (%) < , , ,00 > , ,00 Jumlah Total 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer

52 Tingkat pendidikan Sebagian besar tingkat pendidikan nelayan pemilik adalah tamat SMP, yaitu 60%. Tingkat pendidikan nelayan buruh sebagian besar adalah tamat SD, sebanyak 7 orang atau 70%. Tingkat pendidikan nelayan payang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Tingkat pendidikan nelayan responden Tingkat pendidikan Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak tamat SD ,00 Tamat SD 2 40, ,00 Tidak tamat SMP Tamat SMP 3 60, Tidak tamat SMA Tamat SMA ,00 Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer Tanggungan keluarga Tanggungan keluarga nelayan pemilik berkisar antara 3-7 orang, sedangkan nelayan buruh berkisar antara 1-6 orang. Tanggungan keluarga nelayan pemilik paling banyak adalah berkisar antara 3-4 orang, sebanyak 60%. Tanggungan keluarga nelayan buruh paling banyak berkisar antara 1-2 orang, yaitu sebanyak 50%. Secara lengkap mengenai tanggungan keluarga nelayan payang dapat dilihat pada Tabel 16, Lampiran 2 dan 3. Tabel 16 Jumlah tanggungan rumah tangga nelayan responden Jumlah tanggungan (orang) Nelayan pemilik Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Nelayan buruh Persentase (%) , , , , ,00 >6 1 20, Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer

53 Pendapatan total Pendapatan rumah tangga terdiri atas pendapatan perikanan dan non perikanan dari seluruh anggota rumah tangga. Total pendapatan nelayan pemilik sebesar Rp ,00 per tahun, sedangkan total pendapatan nelayan buruh sebesar Rp ,00 per tahun. Total pendapatan rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Total pendapatan rumah tangga nelayan responden No Kategori nelayan Total pendapatan (Rp per tahun) 1 Pemilik ,00 2 Buruh ,00 Sumber: Diolah dari data primer 5.3 Deskripsi Alokasi Waktu Kerja Alokasi waktu kerja terdiri atas waktu kerja melaut dan non melaut pada musim ikan dan tidak musim ikan. Pada saat musim ikan waktu kerja nelayan buruh (96%) lebih banyak dari pada nelayan pemilik (28%), sedangkan pada saat tidak musim ikan waktu kerja nelayan buruh adalah sebaliknya. Total alokasi waktu kerja nelayan buruh pada saat musim ikan sebesar 341,13 jam per bulan, sedangkan alokasi waktu kerja nelayan pemilik sebesar 251,75 jam per bulan. Total alokasi waktu kerja nelayan buruh pada saat tidak musim ikan sebesar 115,78 jam per bulan, sedangkan alokasi waktu kerja nelayan pemilik sebesar 202,57 jam per bulan. Alokasi waktu kerja rata-rata per bulan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Alokasi waktu kerja nelayan responden Kegiatan nelayan Musim ikan Tidak musim ikan Pemilik Buruh Pemilik Buruh Dalam jam : Kerja melaut 70,88 329,88 21,6 100,53 Kerja non melaut 180,97 15,25 180,97 15,25 Total kerja 251,75 341,13 202,57 115,78 Dalam persen : Kerja melaut 28,00 96,00 11,00 87,00 Kerja non melaut 72,00 4,00 89,00 13,00 Total kerja 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Diolah dari data primer

54 37 Total alokasi waktu pada saat melaut dalam satu hari adalah 731 menit, sedangkan total alokasi waktu pada saat non melaut dalam satu hari adalah 679 menit. Sebagian besar kegiatan melaut dalam satu hari digunakan untuk hauling (19%), sedangkan sebagian besar kegiatan non melaut dalam satu hari digunakan untuk tidur (25%). Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut Melaut Non melaut Kegiatan Waktu Persentase Waktu Persentase Kegiatan (menit) (%) (menit) (%) Persiapan 46 3 Ibadah 30 2 Perjalanan menuju fishing ground Makan 25 2 Setting 55 4 Istirahat 20 1 Hauling Nonton TV Perjalanan menuju fishing base Tidur Bongkar Muat 49 3 Perjalanan rumahfishing base Persiapan melaut Lain-lain 40 3 Jumlah Jumlah Sumber : Diolah dari data primer Sebagian besar kegiatan nelayan responden di luar penangkapan ikan dalam satu hari digunakan untuk tidur sebesar 35,61% dan menonton TV sebesar 18,15%. Kegiatan nelayan responden apabila tidak melaut dalam satu hari dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Kegiatan nelayan responden dalam satu hari apabila tidak melaut Kegiatan Ibadah Tidur Makan Waktu (menit) Persentase (%) Melihat perbaikan jarring Perbaikan jaring Istirahat Nonton TV Kerja bakti Bertani ,98 35,61 4,01 1,01 3,41 4,73 0,35 18,15 2,27 7,39 19, Sumber : Diolah dari data primer Perjalanan TPIrumah Lainlain Jumlah 5.4 Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga Penjelasan mengenai 11 indikator tingkat kesejahteraan keluarga nelayan responden seperti diuraikan lebih lanjut.

55 Pendapatan rumah tangga nelayan responden Rata-rata total pendapatan dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan kemudian dibagi dengan jumlah responden. Rata-rata pendapatan perikanan nelayan pemilik lebih besar dari pada rata-rata pendapatan non perikanan. Rata-rata pendapatan perikanan nelayan pemilik sebesar Rp ,00 per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan non perikanan sebesar Rp ,00 per tahun. Rata-rata pendapatan non perikanan nelayan buruh lebih besar dari pada rata-rata pendapatan perikanan. Rata-rata pendapatan non perikanan nelayan buruh sebesar Rp ,00 per tahun, sedangkan ratarata pendapatan perikanan sebesar Rp ,00 per tahun. Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan Rata-rata Pendapatan (Rp per tahun) Perikanan Non perikanan Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun) Pemilik , , ,00 Buruh , , ,00 Sumber: Diolah dari data primer Rata-rata pendapatan per kapita nelayan pemilik sebesar Rp ,00 per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan per kapita nelayan buruh sebesar Rp ,00 per tahun. Rata-rata pendapatan per kapita nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Rata-rata pendapatan per kapita nelayan responden Kategori nelayan Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun) Rata-rata Jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata pendapatan per kapita (Rp per tahun) Pemilik , ,00 Buruh , ,00 Sumber: Diolah dari data primer Konsep kemiskinan Sajogyo memberikan gambaran hubungan antar tingkat pendapatan dengan tingkat kemiskinan. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat kemiskinan berbanding terbalik. Harga beras rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rp 9.375,00 per kilogram, yaitu pada

56 39 bulan Maret 2012 saat penelitian berlangsung. Harga beras tersebut dihubungkan dengan sejumlah beras yang dikonsumsi masyarakat perkotaan berdasarkan konsep Sajogyo dan disetarakan dengan pendapatan per kapita keluarga nelayan. Daerah Palabuhanratu merupakan daerah perkotaan. Seluruh responden nelayan pemilik termasuk dalam golongan tidak miskin, 5 responden nelayan buruh termasuk golongan tidak miskin, 3 responden nelayan buruh termasuk golongan miskin, 1 responden nelayan buruh termasuk golongan miskin sekali dan 1 responden nelayan buruh lainnya termasuk golongan paling miskin. Penjelasan lebih rinci mengenai indikator pendapatan rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo dapat dilihat pada Tabel 23 dan kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 23 Indikator pendapatan rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo Nelayan pemilik Nelayan buruh Kriteria Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak miskin , ,00 Miskin ,00 Miskin sekali ,00 Paling miskin ,00 Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer Gambar 6 kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo

57 Pengeluaran rumah tangga nelayan responden Pengeluaran rumah tangga terdiri atas pengeluaran untuk pangan dan non pangan. Pengeluaran untuk pangan merupakan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan keluarga. Pengeluaran pangan nelayan payang lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk non pangan. Pengeluaran pangan dan non pangan nelayan pemilik lebih besar dibandingkan nelayan buruh. Pengeluaran secara rinci dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Rata-rata total pengeluaran rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan Pangan (Rp per tahun) Non pangan (Rp per tahun) Sandang Papan Lain-lain Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun) Pemilik , , , , ,00 Buruh , , , ,00 Sumber: Diolah dari data primer Tabungan merupakan nilai selisih antara rata-rata total pendapatan dengan rata-rata total pengeluaran. Tabungan per kapita nelayan pemilik sebesar Rp ,00 per tahun, sedangkan nelayan buruh memiliki hutang per kapita sebesar Rp ,00 per tahun. Lebih rinci mengenai tabungan disajikan pada Tabel 25 dan Gambar 7. Tabel 25 Selisih pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan Rata-rata total pendapatan (Rp per tahun) Rata-rata pendapatan per kapita (Rp per tahun) Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun) Rata-rata pengeluaran Per kapita (Rp per tahun) Tabungan (Rp per tahun) Tabungan per kapita (Rp per tahun) Pemilik , , , , , ,00 Buruh , , , , , ,00 Sumber: Diolah dari data primer Gambar 7 Tabungan per kapita nelayan responden

58 41 Standar kebutuhan hidup tersebut dibandingkan dengan pengeluaran per kapita per tahun. Besarnya standar kebutuhan hidup per tahun per kapita di Palabuhanratu berdasarkan harga Sembilan bahan pokok adalah Rp ,00. Rincian kebutuhan hidup tersebut dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Harga sembilan bahan pokok berdasarkan harga di Palabuhanratu No Satuan Harga Ketentuan Total 1 Beras Kg Ikan asin Kg Minyak goring Kg Minyak tanah Liter Gula pasir Kg Garam Kg Sabun cuci Batang Batik kasar Meter Kain kasar Meter Jumlah Sumber: Diolah dari data primer Pengeluaran per kapita merupakan total pengeluaran dibagi dengan banyaknya anggota keluarga dalam rumah tangga. Rata-rata pengeluaran per kapita nelayan pemilik sebesar Rp ,00 per tahun, sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita nelayan buruh sebesar Rp ,00 per tahun. Pengeluaran per kapita secara rinci dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Rata-rata pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden Kategori nelayan Rata-rata total pengeluaran (Rp per tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata pengeluaran per kapita (Rp per tahun) Pemilik , ,00 Buruh , ,00 Sumber: Diolah dari data primer Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Rumah tangga nelayan pemilik sebanyak 100% termasuk kedalam kategori tidak miskin, sedangkan nelayan buruh sebanyak 90% termasuk kedalam kategori tidak miskin dan 10% termasuk

59 42 kedalam kategori hampir miskin. Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah dapat dilihat pada Tabel 28 dan kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 28 Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah Kriteria Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak miskin Hampir miskin Miskin Miskin sekali Jumlah Sumber: Diolah dari data primer Gambar 8 kriteria kemiskinan nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah Keadaan tempat tinggal Keadaan tempat tinggal nelayan pemilik seluruhnya menggunakan atap genting, bilik tembok, status rumah milik sendiri dan lantainya menggunakan ubin. Sebanyak 3 responden memiliki luas rumah dengan kategori luas dan 2 responden lainnya memiliki luas rumah dengan kategori sedang. Keadaan tempat tinggal 5 responden nelayan pemilik dapat dimasukkan dalam kategori permanen. Keadaan ini menggambarkan bahwa perhatian nelayan pemilik terhadap keadaan tempat tinggal cukup besar. Keadaan tempat tinggal nelayan buruh sebagian besar menggunakan atap genting, yaitu 9 responden dengan persentase 90%, dan sisanya masih

60 43 menggunakan atap asbes. Bilik rumah dari 8 responden sudah terbuat dari tembok dan sisanya terbuat dari setengah tembok. Status kepemilikan rumah dari 9 responden merupakan milik sendiri dan sisanya merupakan sewa. Keadaan lantai rumah dari 9 responden memakai ubin dan sisanya memakai plester. Luas lantai rumah dari 3 responden masuk dalam kategori sedang dan 7 responden lainnya memiliki luas rumah dengan kategori sempit. Keadaan tempat tinggal seluruh responden nelayan buruh dapat dimasukkan dalam kategori permanen. Keadaan tempat tinggal nelayan responden dapat dilihat pada Tabel Fasilitas tempat tinggal Fasilitas tempat tinggal juga merupakan indikator keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Sebagian besar responden nelayan buruh mempunyai pekarangan yang sempit, yaitu 90%, dan sisanya 10% tidak mempunyai pekarangan rumah. Fasilitas hiburan yang dimiliki oleh sebagian besar responden adalah mempunyai TV, sebanyak 70%, sedangkan 10% responden mempunyai radio dan 20% responden tidak mempunyai alat hiburan. Sebagian besar rumah tangga nelayan buruh (80%) memanfaatkan alam sebagai alat pendingin, sedangkan sisanya 20% responden mempunyai lemari es. Sumber penerangan yang digunakan masingmasing rumah tangga seluruhnya memanfaatkan listrik. Bahan bakar yang digunakan adalah gas (40%), kayu bakar (40%), minyak tanah 10% dan tidak menggunakan bahan bakar apapun 10%. Namun, jenis bahan bakar yang digunakan tidak selalu tetap, bergantung pada ketersediaan uang untuk membelinya. Sebagian besar nelayan buruh (40%) memanfaatkan air sumur sebagai sumber air, sedangkan sisanya yaitu memanfaatkan air PAM (20%), memanfaatkan mata air (20%) dan memanfaatkan air sungai (20%). Sebagian besar (80%) nelayan buruh mempunyai kamar mandi sendiri dan sisanya 20% menggunakan kamar mandi umum.

61 44 Tabel 29 Keadaan tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Keadaan tempat tinggal 1. Atap Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Genting , ,00 Asbes ,00 Seng Sirap Daun Bilik Jumlah 5 100, ,00 Tembok , ,00 Setengah tembok ,00 Kayu Bambu kayu Bambu Status Jumlah 5 100, ,00 Milik sendiri , ,00 Sewa ,00 Numpang Lantai Jumlah 5 100, ,00 Porselin Ubin , ,00 Plester ,00 Papan Tanah Luas lantai Jumlah 5 100, ,00 Luas (< 100 m 2 ) , Sedang ( m 2 ) , ,00 Sempit (>50 m 2 ) ,00 Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer

62 45 Tabel 30 Fasilitas tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Fasilitas tempat tinggal Skor Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Pekarangan Luas (< 100 m2) , Sedang ( m2) Sempit (>50 m2) , ,00 Jumlah 5 100, ,00 2. Hiburan Video TV , ,00 Tape recorder Radio ,00 Jumlah Pendingin AC Lemari es , ,00 Kipas angin Alam ,00 Jumlah 5 100, ,00 4. Sumber penerangan Listrik , ,00 Petromak Lampu temple Jumlah 5 100, ,00 5. Bahan bakar Gas , ,00 Kayu ,00 Minyak tanah ,00 Jumlah ,00 6. Sumber air PAM , ,00 Sumur bor Sumur , ,00 Mata air , ,00 Air hujan Sungai , ,00 7. MCK Jumlah 5 100, ,00 Kamar mandi sendiri , ,00 Kamar mandi umum , ,00 Sungai/laut Kebun Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer Sebanyak 80% responden nelayan pemilik mempunyai pekarangan yang sempit, sedangkan sisanya 20% mempunyai pekarangan yang luas. Seluruh

63 46 rumah tangga nelayan pemilik mempunyai fasilitas hiburan TV dan alat pendingin lemari es. Seluruh rumah tangga nelayan pemilik menggunakan listrik sebagai sumber penerangan dan gas untuk bahan bakar. Sumber air yang dimanfaatkan oleh sebagian besar rumah tangga nelayan pemilik (40%) adalah dari mata air, sedangkan sisanya 20% memanfaatkan air PAM, 20% memanfaatkan air sumur dan 20% lainnya memanfaatkan air sungai. Sebagian besar rumah tangga responden nelayan pemilik (80%) mempunyai kamar mandi sendiri dan sisanya 20% menggunakan kamar mandi umum. Fasilitas tempat tinggal nelayan responden lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 30. Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa sebanyak 5 responden nelayan pemilik memiliki rata-rata skor fasilitas tempat tinggal sebanyak 21, artinya bahwa fasilitas keadaan tempat tinggal responden nelayan pemilik dapat dikategorikan ke dalam fasilitas keadaan tempat tinggal yang lengkap. Sebanyak 10 responden nelayan buruh memiliki rata-rata skor fasilitas tempat tinggal sebanyak 16, artinya bahwa fasilitas keadaan tempat tinggal responden nelayan buruh dapat dikategorikan ke dalam fasilitas keadaan tempat tinggal yang cukup Kesehatan anggota rumah tangga Seluruh responden rumah tangga nelayan pemilik termasuk dalam kategori bagus, artinya dalam satu bulan kurang dari 25% anggota rumah tangga nelayan pemilik sering sakit. Sebagian besar responden nelayan buruh (80%) termasuk dalam kategori bagus, sisanya 10% termasuk dalam kategori cukup dan 10% lainnya termasuk dalam kategori kurang. Kesehatan anggota rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Kesehatan anggota rumah tangga nelayan responden Kesehatan anggota rumah tangga Skor Nelayan pemilik Jumlah (orang) Persentase (%) Nelayan buruh Jumlah (orang) Persentase (%) Bagus (<25% sering sakit) , ,00 Cukup (25%-50% sering sakit) ,00 Kurang (>50% sering sakit) ,00 Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer

64 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan Secara keseluruhan nelayan pemilik dan 90% rumah tangga nelayan buruh menyatakan bahwa jarak rumah sakit terdekat dari masing-masing rumah adalah antara 0,01 sampai 3 km. Sementara 10% rumah tangga nelayan buruh menyatakan bahwa jarak rumah sakit terdekat dari rumah lebih dari 3 km. Sebagian besar reponden nelayan pemillik (60%) menyatakan bahwa jarak ke poliklinik lebih dari 2 km dan 40% diantaranya menyatakan bahwa jarak ke poliklinik antara 0,01 sampai 2 km. Sebagian besar responden nelayan buruh (70%) menyatakan bahwa jarak ke poliklinik lebih dari 2 km dan 30% menyatakan bahwa jarak ke poliklinik antara 0,01 sampai 2 km. Seluruh nelayan pemilik menyatakan bahwa biaya berobat sudah terjangkau. Tidak demikian dengan nelayan buruh, 30% responden menyatakan bahwa biaya berobat sudah terjangkau, 50% responden menyatakan bahwa biaya berobat cukup terjangkau dan 20% responden menyatakan bahwa biaya berobat sulit terjangkau. Seluruh nelayan pemilik menyatakan bahwa penanganan berobat dari tenaga medis di daerah Palabuhanrau dan sekitarnya sudah baik. Sementara 30% responden nelayan buruh menyatakan sudah baik, 50% menyatakan cukup baik dan 20% responden masih kesulitan dalam hal penanganan berobat dari tenaga medis. Permasalahan keluarga berencana, alat kontrasepsi dan konsultasi KB tergolong mudah didapat di daerah Palabuhanratu dan sekitarnya, akan tetapi baik nelayan pemilik maupun nelayan buruh tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sementara untuk konsultasi KB, 60% responden nelayan pemilik dan 30% responden nelayan buruh menyatakan mudah dalam konsultasi KB, 20% nelayan pemilik tidak konsultasi KB, sisanya 20% responden nelayan pemilik tergolong sulit dalam konsultasi KB dan 70% responden nelayan buruh tidak konsultasi atau tidak menggunakan KB. Seluruh nelayan pemilik dan 30% reponden nelayan buruh menyatakan harga obat-obatan sudah terjangkau, sedangkan 70% responden nelayan buruh menyatakan cukup terjangkau. Kemudahan anggota rumah tangga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 32.

65 48 Tabel 32 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedic 1. Jarak RS terdekat Sk or Nelayan pemilik Jumlah (orang) Persentas e (%) Nelayan buruh Jumlah (orang) 0 km Persentas e (%) 0,01-3 km , ,00 >3km ,00 2. Jarak ke Poliklinik Jumlah 5 100, ,00 0 km ,01-2 km , ,00 >2km , ,00 Missing Biaya berobat Jumlah 5 100, ,00 Terjangkau , ,00 Cukup terjangkau ,00 Sulit terjangkau ,00 4. Penanganan berobat Jumlah 5 100, ,00 Baik , ,00 Cukup ,00 Sulit ,00 5. Alat Kontrasepsi Jumlah 5 100, ,00 Mudah didapat Cukup didapat Sulit didapat Konsultasi KB Jumlah Mudah , ,00 Cukup Sulit , Harga obat-obatan Jumlah 4 80, ,00 Terjangkau , ,00 Cukup ,00 Sulit terjangkau Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer

66 Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan Seluruh responden nelayan pemilik menyatakan bahwa biaya sekolah dan prosedur penerimaannya mudah terjangkau. Bagi responden nelayan pemilik, jarak tempuh ke sekolah antara 0,01 sampai 3 km. Artinya nelayan pemilik termasuk ke dalam kriteria mudah dalam memasukkan anak ke jenjang pendidikan. Sebanyak 10% responden nelayan buruh termasuk mudah terjangkau dalam biaya sekolah, biaya sekolah bagi 60% responden cukup terjangkau dan 30% responden lainnya tidak memberikan jawaban karena tidak ada tanggungan keluarga yang masuk ke jenjang pendidikan. Sebanyak 70% responden nelayan buruh menyatakan bahwa jarak tempuh ke sekolah tidak terlalu jauh antara 0,01 sampai 3 km. Prosedur penerimaan sekolah bagi 50% responden nelayan buruh tergolong mudah terjangkau dan 20% responden nelayan buruh tergolong cukup terjangkau. Dari penilaian tersebut dapat dikatakan bahwa nelayan buruh termasuk ke dalam kriteria mudah dalam memasukkan anak ke jenjang pendidikan. Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33 Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan 1. Biaya sekolah Skor Nelayan pemilik Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Nelayan buruh Persentase (%) Mudah terjangkau , ,00 Cukup ,00 Sulit terjangkau Jumlah 5 100, ,00 2. Jarak ke sekolah 0 km ,01-3 km , ,00 > 3 km Jumlah 5 100, ,00 3. Prosedur penerimaan Mudah , ,00 Cukup ,00 Sulit Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer

67 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Seluruh rumah tangga nelayan pemilik terjangkau dalam hal ongkos dan biaya transportasi dengan fasilitas kendaraan yang sudah tersedia. Namun, dalam hal kepemilikan kendaraan, 60% responden nelayan pemilik telah memiliki kendaraan sendiri dan 40% lainnya menggunakan kendaraan umum. Menurut 40% nelayan buruh, ongkos dan biaya transportasi sudah terjangkau dan 60% responden cukup terjangkau. Apabila dilihat dari fasilitas kendaraan yang ada, 30% responden nelayan buruh menyatakan sudah tersedia dan 70% responden nelayan buruh menyatakan cukup tersedia. Nelayan buruh yang memiliki kendaraan sendiri berjumlah 20%, sedangkan 80% lainnya menggunakan kendaraan umum. Indikator kemudahan mendapatkan sarana transportasi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan transportasi Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi 1. Ongkos dan biaya Sk or Nelayan pemilik Jumlah (orang) Persentase (%) Nelayan buruh Jumlah (orang) Persentase (%) Terjangkau , ,00 Cukup ,00 Sulit Jumlah 5 100, ,00 2. Fasilitas kendaraan Tersedia , ,00 Cukup ,00 Sulit Jumlah 5 100, ,00 3. Kepemilikan Sendiri , ,00 Sewa Ongkos , ,00 Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer Kehidupan beragama Sebagian besar penduduk di daerah Palabuhanratu beragama Islam. Sebanyak 80% nelayan pemilik memiliki toleransi antar umat beragama yang cukup, sedangkan 20% lainnya memiliki toleransi antar umat beragama yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan buruh, diketahui bahwa

68 51 80% responden memiliki toleransi antar umat beragama yang cukup dan 20% responden memiliki toleransi antar umat beragama yang rendah. Selengkapnya mengenai indikator kehidupan beragama nelayan payang dapat dilihat dalam Tabel 35. Tabel 35 Kehidupan beragama rumah tangga nelayan responden Nelayan pemilik Nelayan buruh Kehidupan beragama Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Toleransi tinggi Toleransi cukup , ,00 Toleransi rendah , Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer Rasa aman dari gangguan kejahatan Indikator rasa aman dari gangguan kejahatan dilihat dari sering tidaknya responden mengalami tindak kejahatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan responden menyatakan bahwa 80% responden nelayan pemilik dan 90% responden nelayan buruh menyatakan merasa aman dari gangguan kejahatan, sedangkan 20% responden nelayan pemilik dan 10% responden nelayan buruh merasa cukup aman karena nelayan tersebut pernah menjadi korban pencurian. Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36 Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan Nelayan pemilik Nelayan buruh Rasa aman dari gangguan Sk kejahatan or Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) Aman , ,00 Cukup aman , ,00 Kurang aman Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer Kemudahan dalam melakukan olahraga Kemudahan dalam melakukan olahraga dilihat dari sering tidaknya responden melakukan olahraga. Sebanyak 20% responden nelayan pemilik

69 52 menyatakan sering olahraga, 40% menyatakan cukup sering olahraga dan 40% lainnya menyatakan kurang olahraga. Sebanyak 20% responden nelayan buruh menyatakan cukup sering olahraga dan 80% responden menyatakan kurang olahraga. Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan olahraga dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan olahraga Kemudahan dalam melakukan olahraga Skor Nelayan pemilik Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Nelayan buruh Persentase (%) Sering olahraga , Cukup sering olahraga , ,00 kurang olahraga , ,00 Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer 5.5 Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Nelayan Responden Seluruh nelayan pemilik termasuk dalam tingkat kesejahteraan tinggi. Sementara sebanyak 60% responden nelayan buruh termasuk dalam tingkat kesejaheraan tinggi dan 40% responden lainnya termasuk dalam tingkat kesejahteraan sedang. Klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38 Klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden Klasifikasi Nelayan pemilik Nelayan buruh Total tingkat skor Jumlah Persentase Jumlah Persentase kesejahteraan (orang) (%) (orang) (%) Tinggi , ,00 Sedang ,00 Rendah Jumlah 5 100, ,00 Sumber: Diolah dari data primer 5.6 Pembahasan Alat tangkap payang banyak digunakan di Perairan Teluk Palabuhanratu. Secara teknik, operasional alat tangkap payang efektif menangkap ikan. Produktivitas payang meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi kg per unit per tahun. Meningkatnya produktivitas payang disebabkan pengurangan

70 53 jumlah unit penangkapan payang, sehingga mengurangi persaingan dalam perolehan hasil tangkapan. Hasil tangkapan payang umumnya ikan pelagis, seperti tongkol, kantong semar, cakalang dan madidihang. Pada saat tidak musim ikan, kadang-kadang bagian kantong payang diganti menggunakan jaring dengan ukuran mata lebih kecil. Hal ini dimaksudkan untuk menangkap ikan teri. Saat tidak musim ikan, dengan payang yang sama, kadang-kadang tertangkap ikan layur, tenggiri dan pepetek. Tahun 2007 dan sebelumnya, payang lebih banyak menangkap jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti tembang, hanya sesekali secara kebetulan menangkap ikan pelagis besar seperti cakalang. Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap kesediaan sumberdaya ikan di Perairan Palabuhanratu bahwa telah terjadi pengurangan sediaan jenis ikan tertentu. Keadaan ini dapat dijawab melalui penelitian tentang sumberdaya ikan di Perairan Palabuhanratu. Metode penangkapan ikan yang dilakukan yaitu dengan cara melingkari gerombolan ikan dengan jaring. Pengoperasian payang, terutama pada saat hauling, memerlukan tenaga nelayan dengan energi yang lebih tinggi, terlebih saat mendapatkan banyak hasil tangkapan. Hasil penelitian bahwa hauling memerlukan porsi waktu yang paling banyak saat nelayan melaut. Jika hal ini dikaitkan dengan umur nelayan buruh, yaitu di atas 45 tahun walaupun masih termasuk dalam kriteria umur produktif, akan lebih baik jika payang dioperasikan oleh nelayan yang lebih muda. Nelayan yang lebih muda umumnya memiliki energi yang lebih besar, sehingga hauling dapat dilakukan lebih cepat. Artinya semakin cepat jaring payang mencapai kapal, maka akan semakin baik dan peluang lolosnya ikan hasil tangkapan semakin kecil. Tingkat pendidikan nelayan buruh tampaknya tidak begitu berpengaruh terhadap pelaksanaan operasi penangkapan ikan, karena operasi penangkapan ikan bergantung pada hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil tangkapan yang diperoleh menentukan pendapatan yang diterima nelayan buruh. Pendapatan yang diterima nelayan buruh bergantung pada sistem bagi hasilnya. Porsi melaut nelayan buruh lebih tinggi dibandingkan nelayan pemilik, sehingga alokasi waktu kerja nelayan buruh lebih banyak digunakan untuk melaut. Hal ini yang menyebabkan pendapatan nelayan buruh di luar sektor

71 54 penangkapan ikan tidak ada. Keadaan ini terkait dengan tingkat pendapatan nelayan buruh yang rendah, sehingga nelayan buruh tidak bisa menabung. Hal ini ditunjukkan dengan 50% nelayan buruh masuk dalam kategori miskin, miskin sekali dan paling miskin. Kategori miskin hingga paling miskin ini pula yang menyebabkan nelayan buruh lebih banyak memilih tidur dan menonton TV saat tidak melaut. Keadaan ini yang menyebabkan nelayan buruh tidak memiliki pendapatan pada saat tidak melaut, sehingga nelayan buruh memilih berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan nelayan buruh adalah menciptakan lapangan kerja untuk rumah tangga nelayan buruh, misalnya menciptakan usaha sampingan rumah tangga. Nelayan buruh dapat melakukan pekerjaan ini saat tidak melaut, namun istri atau anak nelayan buruh dapat melakukannya setiap hari. Usaha sampingan yang diciptakan seharusnya dapat dilakukan oleh rumah tangga. Hasil penelitian bahwa pendapatan nelayan pemilik lebih besar dibandingkan nelayan buruh. Pendapatan semakin besar maka 10 indikator kesejahteraan lainnya semakin baik. Artinya semakin besar pendapatan maka 10 indikator kesejahteraan lainnya mudah terpenuhi, sehingga tingkat kesejahteraan semakin baik. Hal ini menyebabkan tingkat kesejahteraan nelayan pemilik lebih tinggi dibandingkan nelayan buruh.

72 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1) Konstruksi payang terdiri atas kantong, badan, sayap, tali ris, tali selambar, pelampung dan pemberat. Payang terbuat dari bahan jaring polyamide multifilamen dengan berbagai mesh size berkisar antara 1,1-34,5 cm. Tali temali terbuat dari bahan PE multifilamen dengan berbagai diameter 3-16 mm. Kapal bermaterial kayu dioperasikan oleh nelayan, sedangkan kapal bermaterial fiber dioperasikan oleh 8-15 nelayan. Hasil tangkapan didominasi oleh pepetek (Leioghnatus lineolatus), tongkol (Auxis thazard) dan ikan kantong semar (Mene maculata). Musim ikan terjadi sekitar Bulan Agustus- November, sedangkan tidak musim ikan terjadi sekitar Bulan Desember-Juli. Produktivitas payang sebesar kg per unit per tahun; 2) Rata-rata alokasi waktu kerja melaut secara keseluruhan nelayan buruh (85%) lebih besar dari pada nelayan pemilik, sedangkan waktu kerja non melaut adalah sebaliknya. Secara keseluruhan rata-rata total waktu kerja nelayan buruh lebih besar dari pada nelayan pemilik (50,14%); 3) Tingkat kesejahteraan nelayan buruh (skor 26) lebih kecil dari pada nelayan pemilik, seluruh nelayan pemilik (skor 31) termasuk dalam kategori tingkat kesejahteraan tinggi.

73 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan yaitu: 1) Melakukan penelitian lebih lanjut tentang aspek sosial dan budaya terkait tingkat kesejahteraan nelayan payang. 2) Perlu perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan rumah tangga nelayan buruh payang melalui pembinaan usaha sampingan rumah tangga nelayan buruh payang.

74 DAFTAR PUSTAKA Aryani F Analisis Curahan Kerja dan Kontribusi Penerimaan Keluarga Nelayan Dalam Kegiatan Ekonomi di Desa Pantai. (Studi Kasus : Di Desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi). Bogor: Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 116 hal. Ayodhyoa AU Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 245 hal. Badan Pusat Statistik Statistik Kesejahteraan Rakyat Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik. 110 hal Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Biro Pusat Statistik. 230 hal. Biro Pusat Statistik Statistik Kesejahteraan Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik. Halaman Indikator Kesejahteraan Rakyat Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik. 99 hal. Brandt AV Fish Catching Methods of the World 4th Edition. England: Fishing New Book Ltd. 523 hal. Gunawan S Pemberdayaan Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka. 334 hal. Hanafiah A Pola Pengeluaran dari Rumah Tangga Perikanan (RTP) dan Rumah Tangga Buruh Perikanan (RTBP) Payang di Kecamatan Bojonegoro Perairan Teluk Banten, Kabupaten Serang. Bogor: Balai Penelitian Perikanan Laut, Institut Pertanian Bogor. 43 hal. Mawardi W Studi Modifikasi Jaring Payang Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Penangkapan Ikan di Palabuhanratu, Sukabumi [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 70 hal. Monintja DR Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Laut II. (Diktat Kuliah). Bogor: Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi, Institut Pertanian Bogor. 42 hal. Mudjizat NK Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Tongkol di Perairan Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 82 hal. Nazir M Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 110 hal.

75 58 PPN Palabuhanratu Laporan Tahunan PPN Palabuhanratu Tahun Sukabumi: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 78 hal Laporan Tahunan PPN Palabuhanratu Tahun Sukabumi: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 107 hal Data Statistik PPN Palabuhanratu Tahun Sukabumi: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Prasodjo dan Nuraini W Pola Kerja Rumahtangga Miskin Pada Musim Paceklik : Studi Perbandingan Pada Komunitas Nelayan dan Pertanian Tanaman Pangan Di Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. [Tesis] Magister Sains. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 269 hal. Priyamuda A Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan dan Pariwisata di Pantai Sendang Biru Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 117 hal. Saptaji T Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Unit Penangkapan Payang di Palabuhanratu, Sukabumi. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 70 hal. Sajogyo Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Yogyakarta: Aditya Media. 11 hal Proyek Studi Sektoral Regional Pembinaan Penelitian Evaluasi Pembangunan Desa. Buku Stensilan. Bogor : Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan, Institut Pertanian Bogor. 28 hal. Sari WM Penilaian Penggantian Unit Penangkapan Payang di PPN Palabuhanratu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 100 hal. Simamora RR Penerapan Metode Kuadrat Terkecil Parsial Knonik pada Analisis Hubungan Antara Peubah Ekonomi dengan Peubah Kesejahteraan Rakyat. [Tesis] Magister Sains. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 37 hal. Standar Nasional Indonesia. SNI Bentuk baku konstruksi pukat kantong payang berbadan jaring panjang. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional. 5 hal.

76 59 Subani W dan HR Barus Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Perikanan Laut Nomor: 50 Th. 1988/1989 edisi Khusus. Jakarta: Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian. 248 hal. Sujana AST Pembagian Pekerjaan Pendapatan pada Rumah Tangga Pengambil Rumput Laut Alami di Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 174 hal. Suharyadie E Pemetaan Pola Pergerakan Armada Payang di Palabuhanratu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 61 hal. Sumiati Kajian Fasilitas dan Produksi Hasil Tangkapan Dalam Menunjang Industri Pengolahan Ikan di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 117 hal. Undang-Undang Nomor 6 Tahun Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

77 LAMPIRAN

78 Lampiran 1 Peta daerah penelitian 61

79 62 Lampiran 2 Karakteristik responden nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Responden Umur (tahun) Pendidikan terakhir Lamanya pendidikan yang diikuti (tahun) Pengalaman (tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Keterangan anggota keluarga 1 42 SMP Istri, 3 anak, nenek, 2 saudara 2 40 SMP Istri, 3 anak, nenek 3 38 SMP Istri, anak, nenek 4 53 SD Istri, 3 anak 5 48 SD Istri, 2 anak Jumlah Rata-rata

80 63 Lampiran 3 Karakteristik responden nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Responden Umur (tahun) Pendidikan terakhir Lamanya pendidikan yang diikuti (tahun) Pengalaman (tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Keterangan anggota keluarga 1 43 SD Nenek 2 60 STM Istri 3 47 SD Istri, 4 anak 4 57 SMEA Anak 5 45 Tidak sekolah Istri, anak 6 66 SD Istri, 2 anak, 2 cucu 7 40 SD Istri, 3 anak 8 54 SD Istri, 3 anak 9 43 SD Istri, 2 anak SD Istri Jumlah Rata-rata

81 64 Lampiran 4 Alokasi waktu kerja melaut nelayan pemilik dalam satu hari Responden Persiapan Perbekalan BBM Es Perjalanan menuju fishing ground Kegiatan (menit) Setting Hauling Perjalanan menuju TPI Bongkar muat

82 65 Lampiran 5 Alokasi waktu kerja melaut nelayan buruh dalam satu hari Kegiatan (menit) Total Responden Persiapan Perjalanan Perjalanan Bongkar menuju fishing Setting Hauling (menit) Perbekalan BBM Es menuju TPI muat ground Jumlah Rata-rata

83 66 Lampiran 6 Alokasi waktu non melaut nelayan pemilik dalam satu hari Responden Kegiatan (menit) Ibadah Makan Istirahat Nonton TV Tidur Perjalanan rumah-fishing base Persiapan melaut Lain-lain

84 67 Lampiran 7 Alokasi waktu kerja non melaut nelayan buruh dalam satu hari Responden Kegiatan (menit) Total Ibadah Makan Istirahat Nonton TV Tidur Perjalanan rumah-fishing base Persiapan melaut Lain-lain (menit) Jumlah Rata-rata

85 68 Lampiran 8 Alokasi waktu nelayan pemilik dalam satu hari apabila tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan Responden Ibadah Tidur Makan Melihat perbaikan jaring Perbaikan jaring Kegiatan (menit) Istirahat Perjalanan TPI-rumah Nonton TV Kerjabakti Bertani Lain-lain

86 69 Lampiran 9 Alokasi waktu nelayan pemilik apabila tidak melakukan kegiatan penangkapan dalam satu hari Responden Ibadah Tidur Makan Melihat perbaikan jaring Perbaikan jaring Kegiatan (menit) Istirahat Perjalanan TPI-rumah Nonton TV Kerjabakti Jumlah Rata-rata Bertani Lainlain Total (menit)

87 70 Lampiran 10 Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Responden Perikanan Pendapatan (Rp per tahun) Perikanan per kapita Non perikanan Non perikanan per kapita Total pendapatan (Rp per tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pendapatan per kapita (Rp per tahun) 1 55,200, ,900, ,000, ,500, ,200, ,400, Tidak Miskin 2 183,600, ,950, ,600, ,600, Tidak Miskin 3 73,200, ,150, ,000, ,000, ,200, ,300, Tidak Miskin 4 75,600, ,450, ,000, ,400, ,600, ,520, Tidak Miskin 5 48,000, ,000, ,200, ,300, ,200, ,300, Tidak Miskin Jumlah 435,600, ,450, ,200, ,200, ,800, ,120, Rata-rata 87,120, ,890, ,040, ,240, ,160, ,824, Kriteria

88 71 Lampiran 11 Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Responden Perikanan Pendapatan (Rp per tahun) Perikanan per kapita Non perikanan Non Perikanan per kapita Total pendapatan (Rp per tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pendapatan per kapita (Rp per tahun) 1 9,420, ,710, ,420, ,710, Tidak miskin 2 4,704, ,352, ,400, ,200, ,104, ,552, Miskin 3 4,704, , ,600, ,600, ,304, ,384, Tidak miskin 4 6,276, ,138, ,200, ,600, ,476, ,738, Tidak miskin 5 5,880, ,960, ,600, ,200, ,480, ,160, Tidak miskin 6 7,068, ,178, ,080, ,180, ,148, ,358, Paling miskin 7 7,068, ,413, ,000, ,600, ,068, ,013, Tidak miskin 8 5,496, ,099, ,320, ,664, ,816, ,763, Miskin 9 6,276, ,569, ,800, ,200, ,076, ,769, Miskin sekali 10 6,276, ,138, ,200, , ,476, ,738, Miskin Jumlah 63,168, ,341, ,200, ,844, ,368, ,185, Rata-rata 6,316, ,134, ,820, ,084, ,136, ,218, Kriteria

89 72 Lampiran 12 Tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Responden Pangan (Rp per tahun) Non pangan (Rp per tahun) Sandang Papan Lain-lain Total pengeluaran (Rp per tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pengeluaran per kapita (Rp per tahun) Kriteria 1 31,998, ,648, ,160, ,806, ,850, Tidak Miskin 2 49,980, ,860, ,156, ,996, ,166, Tidak Miskin 3 32,352, ,500, ,616, ,468, ,617, Tidak Miskin 4 28,122, ,344, ,034, ,500, ,700, Tidak Miskin 5 43,020, , ,040, ,100, ,310, ,827, Tidak Miskin Jumlah 185,472, , ,392, ,066, ,080, ,161, Rata-rata 37,094, , ,878, ,613, ,616, ,632,266.00

90 73 Lampiran 13 Tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Responden Pangan (Rp per tahun) Non pangan (Rp per tahun) Sandang Papan Lain-lain Total pengeluaran (Rp per tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pengeluaran per kapita (Rp per tahun) 1 9,204, , ,180, ,224, ,612, Tidak miskin 2 8,268, , , ,564, ,782, Tidak miskin 3 21,948, ,818, ,027, ,793, ,132, Tidak miskin 4 16,470, ,084, ,288, ,842, ,921, Tidak miskin 5 13,734, , ,628, ,154, ,718, Tidak miskin 6 10,608, , ,440, ,408, ,068, Hampir miskin 7 22,716, , ,992, ,380, ,276, Tidak miskin 8 20,700, , ,412, ,508, ,901, Tidak miskin 9 12,372, , ,660, ,932, ,483, Tidak miskin 10 9,324, , , ,548, ,274, Tidak miskin Jumlah 145,344, ,086, ,925, ,355, ,168, Rata-rata 14,534, ,008, ,392, ,935, ,116, Kriteria

91 74 Lampiran 14 Tabungan nelayan pemilik payang di PPN Palabhanratu Responden Total Pendapatan (Rp per tahun) Pendapatan per kapita (Rp per tahun) Total Pengeluaran (Rp per tahun) Pengeluaran per kapita (Rp per tahun) Saving (Rp per tahun) Saving per kapita (Rp per tahun) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Jumlah , , , , , ,00 Rata-rata , , , , , ,00

92 75 Lampiran 15 Tabungan nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Responden Total Pendapatan (Rp per tahun) Pendapatan per kapita (Rp per tahun) Total Pengeluaran (Rp per tahun) Pengeluaran per kapita (Rp per tahun) Saving (Rp per tahun) Saving per kapita (Rp per tahun) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Jumlah , , , , , ,00 Rata-rata , , , , , ,00

93 76 Lampiran 16 Indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan pemilik payang di PPN Palabuhanratu Responden Indikator tingkat kesejahteraan I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 Total skor Klasifikasi tingkat kesejahteraan Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Jumlah Rata-rata Tinggi Keterangan : I 1 = Pendapatan rumah tangga I 2 = Pengeluaran rumah tangga I 3 = Keadaan tempat tinggal I 4 = Fasilitas tempat tinggal I 5 = Kesehatan anggota rumah tangga I 6 = Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan I 7 = Kemudahan memasukan anak ke suatu jenjang pendidikan I 8 = Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi I 9 = Kehidupan beragama I 10 = Rasa aman dari gangguan tindak kejahatan I 11 = Kemudahan dalam melakukan olahraga

94 77 Lampiran 17 Indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan buruh payang di PPN Palabuhanratu Responden Indikator tingkat kesejahteraan I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 Total skor Klasifikasi tingkat kesejahteraan Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Jumlah Rata-rata Sedang Keterangan : I 1 = Pendapatan rumah tangga I 9 = Kehidupan beragama I 2 = Pengeluaran rumah tangga I 10 = Rasa aman dari gangguan tindak kejahatan I 3 = Keadaan tempat tinggal I 11 = Kemudahan dalam melakukan olahraga I 4 = Fasilitas tempat tinggal I 5 = Kesehatan anggota rumah tangga I 6 = Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan I 7 = Kemudahan memasukan anak ke suatu jenjang pendidikan = Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi I 8

95 Lampiran 18 Peralatan pembuatan payang 78

96 79 Lampiran 19 Keadaan tempat tinggal responden Tempat tinggal nelayan pemilik Tempat parkir nelayan pemilik Tempat tinggal nelayan buruh Halaman rumah nelayan buruh Tempat tinggal nelayan buruh Keadaan dapur nelayan buruh

97 Lampiran 20 Sarana ibadah 80

98 Lampiran 21 Sarana pendidikan 81

99 Lampiran 22 Pelayanan kesehatan 82

100 Lampiran 23 Pelayanan keamanan 83

101 Lampiran 24 Pasar induk palabuhanratu 84

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan berlangsung pada Maret 0. Penelitian ini dilakukan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Peta lokasi penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan (sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 0.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Secara umum usaha perikanan tangkap dapat dibedakan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, antara lain gill net, payang, dogol, pancing tonda, dll,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU Oleh : EDWIN SUHARYADIE C05499058 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi pukat tarik lampara dasar

Bentuk baku konstruksi pukat tarik lampara dasar Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi pukat tarik lampara dasar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRAMMEL NET DI KABUPATEN BANGKA SELATAN OCTA FRIDA SANIA

TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRAMMEL NET DI KABUPATEN BANGKA SELATAN OCTA FRIDA SANIA TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRAMMEL NET DI KABUPATEN BANGKA SELATAN OCTA FRIDA SANIA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 04

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang

Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN 40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG DEDE SEFTIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG

HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG HARDINAL SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1 ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA THE ANALYSIS OF PURSE SEINE AT THE PORT OF SIBOLGA ARCHIPELAGO FISHERY TAPANULI REGENCY

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaring Arad Jaring arad (mini trawl) adalah jaring yang berbentuk kerucut yang tertutup ke arah ujung kantong dan melebar ke arah depan dengan adanya sayap. Bagian-bagiannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan konsepsional bagi penulis mengenai cara yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Untuk lebih

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian, ini dilaksanakan di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara, dengan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU i ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU DESI HARMIYATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 2.1.1 Alat tangkap payang Payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas relatif cukup tinggi karena termasuk alat tangkap aktif, payang dikenal

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 127-136 ISSN : 2088-3137 KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS Trie

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA (Studi Kasus di Perumahan Cipinang Elok, Jakarta Timur) GANIS DWI CAHYANI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING

Lebih terperinci

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI 3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu di Kota Serang menyediakan fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan berupa pelayanan kebutuhan BBM, air bersih, es, dermaga,

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Oktober 2012, pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu pada bulan Juli 2012. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN PAYANG DI PERAIRAN PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN PETRUS RELADI PANE SKRIPSI

PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN PAYANG DI PERAIRAN PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN PETRUS RELADI PANE SKRIPSI PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN PAYANG DI PERAIRAN PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN PETRUS RELADI PANE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi pukat hela ikan

Bentuk baku konstruksi pukat hela ikan Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi pukat hela ikan ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Simbol

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi pukat hela arad

Bentuk baku konstruksi pukat hela arad Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi pukat hela arad ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh 1 SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh Wendy Alan 1) Hendrik (2) dan Firman Nugroho (2) Email : wendyalan@gmail.com

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci