TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRAMMEL NET DI KABUPATEN BANGKA SELATAN OCTA FRIDA SANIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRAMMEL NET DI KABUPATEN BANGKA SELATAN OCTA FRIDA SANIA"

Transkripsi

1 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRAMMEL NET DI KABUPATEN BANGKA SELATAN OCTA FRIDA SANIA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 04

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Kesejahteraan Nelayan Trammel net di Kabupaten Bangka Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 04 Octa Frida Sania NIM C440005

4

5 ABSTRAK OCTA FRIDA SANIA. Tingkat Kesejahteraan Nelayan Trammel net di Kabupaten Bangka Selatan. Dibimbing oleh DINIAH dan AKHMAD SOLIHIN. Nelayan di Kabupaten Bangka Selatan memanfaatkan sumberdaya udang menggunakan trammel net. Semakin banyak hasil tangkapan udang yang diperoleh, seharusnya pendapatan nelayan ikut meningkat dan seyogyanya tingkat kesejahteraan nelayan pun akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keragaan unit penangkapan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan dan menentukan tingkat kesejahteraan nelayan di Kabupaten Bangka Selatan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Analisis data yang dilakukan berupa analisis teknis dan deskripsi kesejahteraan. Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa konstruksi trammel net terdiri atas jaring lapisan luar (outer net), jaring lapisan dalam (inner net), selvedge, tali ris, pelampung dan pemberat. Trammel net dioperasikan oleh satu orang nelayan menggunakan kapal kayu berukuran panjang (L) 9,00 meter, lebar (B),50 meter dan tinggi (D),0 meter. Musim penangkapan udang berlangsung bulan Januari sampai dengan bulan April. Nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan termasuk dalam kategori tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 9,% dan tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 6,67%. Guna melengkapi hasil studi tentang tingkat kesejahteraan nelayan trammel net, maka disarankan melakukan penelitian lebih lanjut terkait aspek ekonomi dari segi finansial usaha penangkapan ikan dan budaya. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan yang ditentukan tersebut tidak hanya kesejahteraan fisik. Kata kunci: Bangka Selatan, tingkat kesejahteraan nelayan, trammel net

6 ABSTRACT OCTA FRIDA SANIA. Welfare of Trammel net Fishermen in South Bangka Regency. Supervised by DINIAH and AKHMAD SOLIHIN. Fishermen in South Bangka Regency utilize the shrimp resources using trammel net. The more shrimp caught, it should increase not only fishermen s income but also their level of welfare. This study aimed to describe the variability of trammel net and determine the level of fishermen s welfare in South Bangka Regency. The method used in this study was descriptive method with a case study research. Technical and descriptive analysis were used in this research. Technical analysis showed that construction of trammel net consist of outer net, inner net, selvedge, rope buoy and ballast. A trammel net was operated by one fisherman using wooden boat which its length was 9.00 metres, breadth.50 metres and depth was.0 metres. Shrimp catching season occured from January until April. There were 9.% of trammel net fishermen in South Bangka Regency who were categorized into high level prosperity and 6.67% of fishermen were categorized into medium level prosperity. In order to complement the study on prosperity of trammel net fishermen, it is advisable to conduct further study related to financial and cultural aspects. Therefore, the level of welfare is not only defined based on physically aspect. Keywords: South Bangka, fishermen s welfare, trammel net

7 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRAMMEL NET DI KABUPATEN BANGKA SELATAN OCTA FRIDA SANIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 04

8

9 Judul Skripsi : Tingkat Kesejahteraan Nelayan Trammel net di Kabupaten Bangka Selatan Nama : Octa Frida Sania NIM : C Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui oleh Dr Ir Diniah, MSi Pembimbing I Akhmad Solihin, SPi MH Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusunan skripsi berjudul Tingkat Kesejahteraan Nelayan Trammel net di Kabupaten Bangka Selatan dapat diselesaikan. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada. Dr Ir Diniah, MSi dan Akhmad Solihin, SPi MH selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan nasihat yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini;. Ir Moch. Prihatna Sobari, MS (alm) yang telah memberikan ilmu dan saran terbaik bagi penulis;. Bapak dan Ibu dosen di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk ilmu yang diberikan, khususnya Dr Fis Purwangka, SPi MSi selaku dosen penguji dan Vita Rumanti Kurniawati, SPi MT yang mewakili Komisi Pendidikan; 4. Arief Febrianto, MSi dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bangka Selatan, Bapak Jemi dan Bapak Yundra dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bangka Selatan, Bapak Hassan selaku Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sadai dan Bapak Maryono atas segala bantuannya selama penelitian di Kabupaten Bangka Selatan; 5. Keluarga atas kasih sayang, pengertian, kesabaran, teladan, doa, saran, bantuan dan dukungannya; 6. Seluruh temanteman, khususnya PSP 47 (Dira, Poe, Adhlan, Dopang, Pawitra, Wanda, Muthe, Dikha, Audie, Febby dan Martunis) atas bantuan, dukungan, doa dan keceriaan yang senantiasa berlimpah; 7. Ponjo Rangers Bara III (Kak Linda, Kak Nyiun, Devi, Lia, Mei) dan Wisma Intan (Anong, Sandya dan Debby) atas pengertian, saran, dukungan, doa dan pelajaran kehidupannya; dan 8. Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Juli 04 Octa Frida Sania

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Hasil 7 Pembahasan 0 KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 4 RIWAYAT HIDUP 40

13 DAFTAR TABEL Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Bangka Selatan tahun Perkembangan armada penangkapan ikan di Kabupaten Bangka Selatan tahun Volume dan nilai produksi ikan di Kabupaten Bangka Selatan tahun Komposisi hasil tangkapan ratarata alat tangkap trammel net tahun 0 5 Produktivitas alat tangkap trammel net 6 Sebaran umur nelayan responden 7 Tingkat pendidikan nelayan responden 8 Jumlah tanggungan rumah tangga nelayan responden 9 Pendapatan ratarata rumah tangga nelayan responden 4 0 Indikator pendapatan per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah 4 Pengeluaran ratarata rumah tangga nelayan responden 5 Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Sajogyo 5 Matriks klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden 0 DAFTAR GAMBAR Peta lokasi penelitian Konstruksi trammel net di Kabupaten Bangka Selatan 9 Komposisi hasil tangkapan unit penangkapan trammel net tahun 0 4 Keadaan tempat tinggal rumah tangga nelayan responden 5 5 Fasilitas tempat tinggal rumah tangga nelayan responden 6 6 Kesehatan anggota rumah tangga nelayan responden 7 7 Kemudahan rumah tangga responden mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis 7 8 Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan 8 9 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan fasilitas transportasi 8 0 Kehidupan beragama rumah tangga nelayan responden 9 Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan 9 Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan olahraga 0

14 DAFTAR LAMPIRAN Indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS 00 yang dimodifikasi 4 Bahan pembuatan alat tangkap trammel net 5 Kapal dan mesin pada unit penangkapan trammel net 5 4 Gambar teknis kapal trammel net 6 5 Peta daerah penangkapan udang di Perairan Kabupaten Bangka Selatan 6 6 Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan 7 7 Harga 9 bahan pokok di Kabupaten Bangka Selatan 8 8 Tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan 9 9 Tabungan rumah tangga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan 0 Keadaan tempat tinggal rumah tangga nelayan responden Keadaan tempat tinggal nelayan trammel net 4 Fasilitas tempat tinggal rumah tangga nelayan responden 5 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis 6 4 Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan 7 5 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan fasilitas transportasi 7 6 Indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan 8

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bangka Selatan merupakan satusatunya daerah yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (KPDT 00). Meskipun demikian, kabupaten ini adalah salah satu daerah penghasil utama sektor perikanan. Pada tahun 0, volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan mencapai 7.95,8 ton (DKP 0), dengan komoditas utama ikan tenggiri, kakap merah, kerapu, tongkol, cumicumi dan udang. Permintaan pasar terhadap udang (Penaeus sp.) terus meningkat (Pratama 0). Nelayan di Kabupaten Bangka Selatan pada umumnya menangkap udang menggunakan trammel net, jaring klitik dan dogol. Sebagian besar nelayan lebih senang menggunakan trammel net dengan jumlah unit penangkapan sebanyak.46 unit pada tahun 0. Prinsip kerja alat tangkap ini adalah menangkap udang secara terpuntal. Hasil tangkapan udang turut menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh nelayan. Semakin banyak hasil tangkapan udang yang diperoleh, maka pendapatan nelayan pun akan ikut meningkat. Namun demikian, volume produksi udang di Kabupaten Bangka Selatan tahun 0 mengalami penurunan menjadi.50,68 ton dari tahun sebelumnya yang menghasilkan udang sebanyak.90 ton. Ini memicu munculnya pertanyaan apakah dengan terjadinya penurunan produksi udang, tingkat kesejahteraan nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan juga rendah. Penelitian mengenai tingkat kesejahteraan sudah pernah dilakukan di beberapa daerah. Namun sampai saat ini, belum ada kajian ilmiah mengenai tingkat kesejahteraan nelayan di Kabupaten Bangka Selatan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keragaan teknis unit penangkapan udang trammel net dan menentukan tingkat kesejahteraan keluarga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan. Perumusan Masalah Hasil tangkapan udang menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh nelayan. Semakin banyak hasil tangkapan udang yang diperoleh, seharusnya pendapatan nelayan ikut meningkat dan seyogyanya tingkat kesejahteraan nelayan pun akan meningkat. Namun demikian, volume produksi udang di Kabupaten Bangka Selatan mengalami penurunan produksi sebanyak 6.08%. Ini memicu munculnya pertanyaan apakah dengan terjadinya penurunan produksi udang, tingkat kesejahteraan nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan juga rendah.

16 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: ) Mendeskripsikan keragaan teknis unit penangkapan udang trammel net; dan ) Menentukan tingkat kesejahteraan keluarga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: ) Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor; ) Menambah khasanah ilmu dan wawasan bagi penulis tentang kesejahteraan nelayan, khususnya melayan trammel net; dan ) Menyediakan informasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan pesisir pada umumnya dan nelayan di Kabupaten Bangka Selatan khususnya. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapangan dimulai pada tanggal sampai dengan bulan Agustus tahun 0. Penelitian bertempat di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung. Peta lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar. Gambar Peta lokasi penelitian

17 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Satuan kasus yang digunakan yaitu nelayan trammel net yang menangkap udang di sekitar perairan Bangka Selatan. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di lapangan melalui wawancara berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu: ) Aspek teknis () Konstruksi unit penangkapan trammel net; () Metode pengoperasian trammel net; () Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh; dan (4) Musim dan lokasi pengoperasian trammel net. ) Aspek kesejahteraan () Karakteristik responden nelayan, meliputi umur dan pendidikan; dan () Keadaan indikator kesejahteraan yang digunakan BPS dalam SUSENAS tahun 00 yang dimodifikasi dengan kriteria kemiskinan Sajogyo. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, misalkan literatur, dokumen, laporan tahunan dari Badan Pusat Statistik Daerah serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, meliputi: ) Jumlah kapal, alat tangkap, hasil tangkapan dan jumlah nelayan trammel net; ) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis dan keadaan umum perikanan secara umum di Kabupaten Bangka Selatan. Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa responden adalah nelayan yang mengoperasikan trammel net di perairan Bangka Selatan dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam menjawab kuesioner dan kesediaan untuk dijadikan responden. Jumlah responden nelayan trammel net dalam penelitian ini sebanyak 0 responden. Penentuan jumlah responden didasarkan pada pedoman penentuan sampel menurut Roscoe (975) diacu dalam Sekaran (009) yang menyebutkan bahwa ukuran minimal dari sampel adalah 0 sampel. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Bungin (007) bahwa ukuran sampel dalam teknik purposive sampling didasarkan atas teori kejenuhan (titik dalam pengumpulan data saat data baru tidak lagi membawa wawasan untuk pertanyaan penelitian). Data wawancara bersifat homogen dengan alat tangkap yang digunakan adalah sama. Metode Analisis Data Analisis data dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat diinterpretasikan, yaitu tabel dan gambar. Data dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara terpisah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis teknis dan analisis tingkat kesejahteraan.

18 4 ) Analisis teknis Pengkajian aspek teknis diperlukan untuk melihat efektivitas unit penangkapan trammel net yang beroperasi di Kabupaten Bangka Selatan. Analisis teknis dilakukan untuk melihat hubungan teknis yang mempengaruhi produksi, yaitu konstruksi, cara pengoperasian dan produktivitas alat tangkap, yaitu: () Bangun dan metode pengoperasian unit penangkapan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan dianalisis secara deskriptif; dan () Produktivitas alat tangkap trammel net diperoleh dengan menggunakan rumus (Sobari et al.009): volume produksi (ton) Produktivitas per alat tangkap = jumlah unit penangkapan Produktivitas per trip = volume produksi (ton) jumlah trip penangkapan Produktivitas nelayan = volume produksi (ton) jumlah nelayan ) Analisis tingkat kesejahteraan Tingkat kesejahteraan bersifat subyektif dan luas sehingga data yang mampu mengukur semua segi kesejahteraan tidak dapat disajikan. Tingkat kesejahteraan pada penelitian ini diamati dengan menggunakan aspekaspek yang dapat diukur, yaitu kesejahteraan fisik. Analisis tingkat kesejahteraan bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang terdapat dalam lingkup kesejahteraan nelayan trammel net. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menghitung pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga, pengukuran tingkat kemiskinan dan pengukuran tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan dalam penelitian ini diukur berdasarkan pada kriteria indikator tingkat kesejahteraan yang digunakan oleh BPS dalam SUSENAS 00 yang dimodifikasi, yaitu dengan memasukkan kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah pada indikator pendapatan rumah tangga dan kriteria kemiskinan Sajogyo pada indikator pengeluaran rumah tangga. Alasan mengapa diperlukannya dilakukan modifikasi adalah adanya perbedaan status pekerjaan di dalam masyarakat, sehingga pengukuran tingkat pendapatan dan pengeluaran menurut BPS tidak dapat digunakan (Sobari MP dan Suswanti W 007). Sementara sembilan indikator lainnya tetap sesuai dengan kriteria menurut BPS dalam SUSENAS 00. () Pendapatan rumah tangga Analisis pendapatan rumah tangga adalah besaran yang mengukur total pendapatan rumah tangga selama satu tahun baik dari usaha perikanan maupun usaha lainnya. Perhitungan pendapatan rumah tangga nelayan dilakukan dengan mengunakan: R tn = R + R Keterangan: Rtn = Total pendapatan rumah tangga nelayan (Rp per tahun) R = Pendapatan dari usaha perikanan (Rp per tahun) = Pendapatan dari usaha non perikanan (Rp per tahun) R

19 5 () Konsumsi rumah tangga Konsumsi rumah tangga nelayan meliputi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri atas pengeluaran untuk pangan, sandang dan papan. Total pengeluaran rumah tangga dapat diformulasikan sebagai berikut: C t = C + C + C + C 4 Keterangan: Ct = Total pengeluaran rumah tangga (Rp per tahun) C = Pengeluaran untuk pangan (Rp per tahun) C = Pengeluaran untuk sandang (Rp per tahun) C = Pengeluaran untuk papan (Rp per tahun) = Pengeluaran untuk lainlain (Rp per tahun) C4 () Pengukuran kemiskinan a) Kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah Tingkat kemiskinan masyarakat dapat digambarkan dengan pendapatan atau penghasilannya. Penentuan tingkat pendapatan rumah tangga nelayan menurut Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat Jenderal Agraria (996). Konsep tersebut mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Kebutuhan minimun yang digunakan, yaitu 00 kg beras, 5 kg ikan asin, 6 kg minyak goreng, 60 liter minyak tanah, 6 kg gula pasir, 9 kg garam, 0 batang sabun, dan potong kain batik kasar. Besarnya standar kebutuhan hidup minimum per kapita per tahun dijadikan sebagai batas garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:. Tidak miskin, yaitu apabila tingkat pendapatan lebih besar dari 00% total harga 9 bahan pokok;. Hampir miskin, yaitu apabila tingkat pendapatan setara dengan 6 00% total harga 9 bahan pokok;. Miskin, yaitu apabila tingkat pendapatan bernilai 755% total harga 9 bahan pokok; dan 4. Miskin sekali, yaitu apabila tingkat pendapatan bernilai lebih kecil 75% b) Kriteria kemiskinan Sajogyo Sajogyo menentukan tingkat kemiskinan dengan melihat besarnya pengeluaran per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara dari harga beras setempat. Harga beras ratarata yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rp9.500 per kilogram. Harga beras tersebut dihubungkan dengan sejumlah beras yang dikonsumsi masyarakat perkotaan berdasarkan konsep Sajogyo dan disetarakan dengan pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bangka Selatan merupakan daerah perkotaan. Tingkat kemiskinan untuk daerah perkotaan dibagi dalam empat kategori, yaitu:. Tidak miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih tinggi dari 480 kg beras;

20 6. Miskin, (nilai ambang kecukupan pangan), yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 480 kg beras;. Miskin sekali, (tidak cukup pangan), yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 60 kg beras; dan 4. Paling miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 70 kg beras. (4) Pengukuran tingkat kesejahteraan Tingkat kesejahteraan diukur berdasarkan kriteria yang digunakan BPS dalam SUSENAS tahun 00, yaitu sebelas indikator kesejahteraan. Secara umum tingkat kesejahteraan merupakan kombinasi dari indikator yang dapat dituliskan sebagai berikut: TK = f (I, I, I, I 4, I 5, I 6, I 7, I 8, I 9, I 0, I ) Keterangan: TK = Tingkat kesejahteraan I = Pendapatan rumah tangga I = Pengeluaran rumah tangga I = Keadaan tempat tinggal I4 = Fasilitas tempat tinggal I5 = Kesehatan anggota rumah tangga I6 = Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan I7 = Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan I8 = Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi I9 = Kehidupan beragama I0 = Rasa aman dari gangguan tindak kejahatan = Kemudahan dalam melakukan olahraga I Penjelasan tentang masingmasing indikator lebih rinci tercantum dalam Lampiran (Sobari MP dan Suswanti W 007). Skor tingkat klasifikasi baik pada sebelas indikator kesejahteraan maupun tingkat kesejahteraan, dihitung berdasarkan pedoman range skor metode baru Maret 994 dari BPS yang dimodifikasi dengan kriteria kemiskinan Sajogyo dan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah (BPS 994). Tingkat kesejahteraan diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Masingmasing klasifikasi ditentukan dengan cara mengurangkan jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah, kemudian dibagi dengan jumlah klasifikasi yang digunakan. Berdasarkan range score tersebut, tingkatan kesejahteraan dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: ) Tingkat kesejahteraan tinggi jika mencapai skor 75; ) Tingkat kesehteraan sedang jika mencapai skor 96; dan ) Tingkat kesejahteraan rendah jika mencapai skor 08.

21 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan Umum Daerah Kabupaten Bangka Selatan Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bangka yang terletak di bagian Selatan Pulau Bangka dengan luas wilayah ±.607,08 km² atau ha. Secara administratif, wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Kabupaten Bangka Selatan terdiri atas 7 kecamatan, kelurahan dan 50 desa serta meliputi 76 dusun/lingkungan. Ketujuh kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Simpang Rimba, Payung, Air Gegas, Toboali, Lepar Pongok, Pulau Besar dan Tukak Sadai. Secara umum wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan memiliki batasbatas wilayah sebagai berikut: ) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai Selan dan Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah; ) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar; ) Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Selat Bangka; dan 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 0 mencapai jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 5 orang per km². Dari seluruh kecamatan, kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Tukak Sadai yaitu 79 orang per km², sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Air Gegas yaitu 44 orang per km². Jumlah penduduk lakilaki pada tahun 0 sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 88.9 jiwa. Rasio jenis kelamin tahun yang sama sebesar 07, artinya pada tahun 0 untuk setiap 07 penduduk di Kabupaten Bangka Selatan terdapat 00 penduduk perempuan dan 07 penduduk lakilaki. Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Bangka Selatan Nelayan Jumlah nelayan di Kabupaten Bangka Selatan meningkat dari tahun 007 sebanyak 4.88 orang menjadi sebanyak 7.7 orang pada tahun 0. Peningkatan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 008 yaitu sekitar 8,09% atau sebanyak.7 orang. Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Bangka Selatan tahun 0070 secara rinci dapat dilihat pada Tabel. Armada Perikanan Tangkap Armada penangkapan ikan di Kabupaten Bangka Selatan mengalami perubahan jumlah di setiap tahunnya. Jumlah armada mengalami peningkatan dari tahun 007 sebanyak.76 unit menjadi 4.45 unit pada tahun 0.

22 8 Perkembangan armada penangkapan ikan di Kabupaten Bangka Selatan tahun 0070 dapat dilihat pada Tabel. Tabel Jumlah nelayan di Kabupaten Bangka Selatan 0070 No Tahun Jumlah (orang) Perubahan (%) , , , , , Sumber: BPS Bangka Selatan 0070 Tabel Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Bangka Selatan tahun 0070 No Tahun Jumlah armada (unit) Perahu tanpa motor Motor tempel Kapal motor Jumlah (unit) Sumber: BPS Bangka Selatan 0070 Volume dan nilai produksi Volume produksi ikan yang dihasilkan oleh Kabupaten Bangka Selatan mengalami perubahan setiap tahunnya. Volume produksi terbesar terjadi pada tahun 0 yaitu sebesar 7.007,40 ton. Volume produksi terkecil pada tahun 007 yaitu.07,50 ton. Nilai produksi secara umum terus mengalami peningkatan. Hal ini berbanding lurus dengan volume produksi ikan yang juga terus meningkat. Perkembangan volume dan nilai produksi di Kabupaten Bangka Selatan secara rinci dapat dilihat pada Tabel. Tabel Volume dan nilai produksi ikan di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 0070 No Tahun Jumlah Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp.000,) , , , , , , , , , ,00 Sumber: BPS Bangka Selatan 0070 Unit Penangkapan Ikan Trammel net Unit penangkapan ikan trammel net merupakan satuan teknis dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri atas alat penangkapan ikan trammel net, kapal dan nelayan. Berikut adalah uraian mengenai unit penangkapan ikan trammel net.

23 9 ) Alat Penangkapan Ikan Trammel net Trammel net digunakan nelayan di Kabupaten Bangka Selatan untuk menangkap udang. Dalam bahasa lokal, trammel net disebut juga sebagai jaring kantong atau jaring udang. Trammel net terdiri atas badan jaring, tali ris atas dan bawah, pelampung, selvedge dan pemberat. Konstruksi trammel net di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar. Keterangan : () Pelampung : plastik, 5 cm ; () Tali ris atas : PE multifilamen, mm ; () Selvedge : PE multifilamen, inci ; (4) Inner net : nilon monofilamen 0/ d,.7 inci ; (5) Outer net : nilon monofilamen0/ d, 5 inci ; (6) Pemberat : timah, 5 mm ; (7) Tali ris bawah : PE multifilamen,,5 mm ; (8) Tali selambar : PE multifilamen, 5mm. Gambar Konstruksi trammel net di Kabupaten Bangka Selatan Panjang jaring yang dioperasikan nelayan setempat yaitu 5 piece, setiap piece memiliki panjang jaring bagian atas,5 meter dan jaring bagian dasar,5 meter. Badan jaring trammel net terdiri atas dua jaring lapisan luar (outer net) dan satu jaring bagian dalam (inner net). Jaring lapisan luar (outer net) terbuat dari nilon monofilamen 0/ d dengan ukuran mata jaring yang digunakan sebesar 5 inci. Inner net terbuat dari nilon monofilamen 0/ d dengan ukuran mata jaring yang digunakan sebesar,7 inci. Tali ris pada trammel net terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah. Bahan yang digunakan yaitu Polyethylene (PE) multifilamen. Tali ris atas mempuyai diameter mm dan tali ris bawah berdiameter,5 mm. Tali ris atas berfungsi untuk menggantungkan badan jaring dan tempat mengikat pelampung. Tali ris bawah berfungsi untuk tempat mengikatkan pemberat dan menghubungkan pemberat dengan badan jaring. Selvedge adalah bagian dari jaring yang menghubungkan badan jaring dengan tali pelampung dan dengan tali pemberat. Fungsi dari selvedge adalah untuk memperkuat kedudukan jaring pada penggantungnya. Selvedge terbuat dari

24 0 bahan PE dengan mata jaring berukuran inci. Tinggi selvedge adalah 4 mata jaring di bagian atas dan mata jaring di bagian bawah. Pelampung terbuat dari bahan plastik berbentuk oval. Dalam setiap piece jaring dibutuhkan pelampung sebanyak 54 buah. Fungsi pelampung adalah untuk mengangkat tali ris atas agar jaring terbentang sempurna dalam air (Astrini 004). Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah berjumlah 5 buah dengan bobot total kg. Pemberat berfungsi sebagai penyeimbang dari bouyancy force yang dihasilkan oleh pelampung, sehingga jaring dapat terentang di dalam air dan kedudukan jaring menjadi stabil (Astrini 004). Gambar bahan pembuatan alat tangkap trammel net dapat dilihat pada Lampiran. ) Kapal Kapal yang digunakan dalam pengoperasian trammel net memiliki dimensi panjang (L) 9 m, lebar (B),5 m, tinggi (D), m, dan draft (d) 0,5 m. Kapal menggunakan satu mesin luar (outboard engine) dengan kekuatan 5 PK. Kapasitas solar sebanyak 8 liter dan kecepatan ratarata 57 knot. Perawatan yang dilakukan adalah perawatan tahunan dan perawatan rutin. Perawatan tahunan dilakukan setahun sekali seperti pengecatan perahu, sedangkan untuk perawatan rutin dilakukan setiap minggu seperti pendempulan. Gambar kapal dan mesin pada unit penangkapan trammel net dapat dilihat pada Lampiran, sedangkan gambar teknis kapal trammen net dapat dilihat pada Lampiran 4. ) Nelayan Nelayan yang mengoperasikan trammel net umumnya orang per unit penangkapan ikan. Setiap nelayan mempunyai tugas masingmasing, yaitu sebagai juru mudi dan anak buah kapal. Juru mudi bertugas dalam pencarian fishing ground dan mengemudikan kapal dari fishing base ke fishing ground. Anak buah kapal (ABK) bertugas dalam operasional dan perawatan alat tangkap yang rusak. Apabila alat penangkapan ikan trammel net dioperasikan oleh satu orang, maka nelayan tersebut bertugas sebagai juru mudi sekaligus melakukan setting. 4) Metode pengoperasian Operasi penangkapan ikan dilakukan pada pagi hingga sore hari, yaitu pada pukul WIB. Setelah menemukan lokasi penangkapan ikan, maka dilakukan setting dengan menurunkan pelampung tanda, tali ris, jaring dan pemberat tambahan. Jaring dipasang dengan posisi memotong arah pergerakan arus secara tegak lurus. Pada proses setting, kapal tetap bergerak dengan kecepatan rendah. Setelah setting selesai dan tali selambar diikat pada haluan kapal, lalu kapal bergerak menarik jaring di dasar perairan. Proses penyapuan jaring berlangsung hingga jaring membentuk setengah lingkaran selama kurang lebih 0 menit, dilanjutkan dengan proses hauling atau pengangkatan jaring ke kapal. Operasi penangkapan udang dilakukan sebanyak 45 kali proses settinghauling dalam satu trip. 5) Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama trammel net adalah udang putih (Penaeus merguiensis), udang dogol (Metapenaeus ensis), udang merah (Parapenaeopsis sculptitis), udang tiger (Penaeus monodon), udang kawat (Penaeus latisulcatus),

25 dan udang flower (Penaeus semisucatus). Hasil tangkapan sampingan adalah ikan demersal, seperti ikan gulamah (Nibea albiflora), ikan selanget (Anodonstoma selangkat) dan rajungan (Portunus pelagicus). Jumlah hasil tangkapan utama dalam satu trip ratarata 7,5 kg, dengan individu terbanyak udang putih sebanyak %. Komposisi hasil tangkapan ratarata alat tangkap trammel net dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar. Tabel 4 Komposisi hasil tangkapan ratarata alat tangkap trammel net tahun 0 No Hasil Tangkapan Jumlah (kg) Udang Putih (Penaeus merguiensis) 968 Udang Dogol (Metapenaeus ensis) 768 Udang Merah (Parapenaeopsis sculptitis) Udang Tiger (Penaeus monodon) Udang Kawat (Penaeus latisulcatus) Udang Flower (Penaeus semisucatus) 5 7 Gulamah (Nibea albiflora) Selanget (Anodonstoma selangkat) 96 9 Rajungan (Portunus pelagicus) 47 Jumlah 6.07 Sumber: diolah dari data primer Rajungan 8% Udang Putih 6% Selanget 5% Udang Dogol % Gulamah 7% Udang Flower 8% Udang Merah % Udang Kawat % Udang Tiger % Sumber: diolah dari data primer Gambar Komposisi hasil tangkapan unit penangkapan trammel net tahun 0 6) Daerah dan musim pengoperasian trammel net Trammel net dioperasikan di kedalaman sekitar 5 meter dengan dasar perairan yang berpasir atau berlumpur. Daerah pengoperasian trammel net di Kabupaten Bangka Selatan, yaitu di perairan Kepoh, Tukak Sadai, Kubu, Pasir Putih, Tanjung Briga dan Pulau Panjang (Lampiran 5). Daerah pengoperasian

26 trammel net yang lebih dekat adalah ke arah pantai atau muara Kepoh dengan lama perjalanan sekitar 5 jam. Musim penangkapan udang dibagi menjadi dua musim, yaitu musim Barat dan musim Timur. Berdasarkan wawancara dengan nelayan trammel net, pada musim Barat biasanya hasil tangkapan udang melimpah. Musim ini terjadi sekitar bulan Januari sampai dengan bulan April. Pada musim Timur biasanya hasil tangkapan udang cenderung tidak ada atau paceklik. Musim ini terjadi sekitar bulan Mei sampai dengan September. 7) Produktivitas Produktivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk memperoleh hasil tangkapan. Produktivitas per alat tangkap sebanyak.998,5 kg per unit dalam setahun, produktivitas per trip sebanyak 8,0 kg per trip, produktivitas per nelayan sebanyak 999, kg per orang per tahun. Produktivitas unit penangkapan trammel net disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Produktivitas unit penangkapan trammel net No Produktivitas Jumlah Per alat tangkap (kg/unit/tahun).998,5 Per trip (kg/trip) 8,0 Per nelayan (kg/orang/tahun) 999, Sumber: DKP Bangka Selatan 0 Karakteristik Nelayan Responden Nelayan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah nelayan yang mengoperasikan alat penangkapan ikan trammel net di sekitar perairan Kabupaten Bangka Selatan. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai karakteristik nelayan responden: ) Umur Umur nelayan responden dikelompokkan menjadi lima kelompok umur, yaitu umur kurang dari 0 tahun, 04 tahun, 59 tahun, 4044 tahun dan diatas 45 tahun. Menurut BPS 00, umur produktif manusia adalah umur 564 tahun. Berdasarkan Tabel 6, semua nelayan trammel net termasuk dalam umur produktif. Umur tertua responden yaitu 60 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 0 tahun. Sebaran responden nelayan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran umur nelayan responden Kelompok umur (tahun) Nelayan trammel net Jumlah (orang) Persentase (%) <0 0, , 59 0, ,67 >45 40,00 Total 0 00,00 Sumber: diolah dari data primer

27 ) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan nelayan responden terbanyak adalah tamat SD, yaitu sebanyak orang atau sekitar 4,%. Sebanyak 9 orang atau sekitar 0,00% tidak tamat SD, sedangkan sebanyak 6 orang atau 0,00% tamat SMP dan lainnya tamat SMA. Tingkat pendidikan nelayan trammel net dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Tingkat pendidikan nelayan responden Tingkat Pendidikan Nelayan trammel net Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak tamat SD 9 0,00 Tamat SD 4, Tidak tamat SMP Tamat SMP 6 0,00 Tidak tamat SMA Tamat SMA 6,67 Total 0 00,00 Sumber: diolah dari data primer ) Tanggungan keluarga Tanggungan keluarga nelayan responden paling banyak berkisar antara 4 yaitu 4 orang atau sebesar 80%. Jumlah tanggungan keluarga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah tanggungan rumah tangga nelayan responden Jumlah tanggungan (otang) Nelayan trammel net Jumlah (orang) Persentase (%) 0 0, , ,67 >6 Total 0 00,00 Sumber: diolah dari data primer 4) Pendapatan total Pendapatan rumah tangga terdiri atas pendapatan perikanan dan non perikanan dari seluruh anggota rumah tangga. Pendapatan non perikanan umumnya didapatkan dari pekerjaan sampingan. Contoh pekerjaan sampingan nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan, yaitu petani lada putih, pengumpul bijih timah dan buruh. Total pendapatan rumah tangga nelayan trammel net sebesar Rp per tahun. Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga Penjelasan mengenai indikator tingkat kesejahteraan keluarga nelayan responden diuraikan sebagai berikut. ) Pendapatan rumah tangga nelayan responden Ratarata pendapatan perikanan nelayan trammel net sebesar Rp per tahun dan lebih besar dibandingkan ratarata pendapatan non perikanan

28 4 sebesar Rp per tahun. Total pendapatan ratarata rumah tangga nelayan responden sebesar Rp per tahun, dengan pendapatan ratarata per kapita sebesar Rp per tahun (Tabel 9 dan Lampiran 6). Tabel 9 Pendapatan ratarata rumah tangga nelayan responden Sumber Pendapatan Pendapatan (Rp) Sektor perikanan Non perikanan Total Pendapatan Pendapatan per kapita Sumber: diolah dari data primer Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan trammel net diukur dengan menggunakan kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah yaitu membandingkan pendapatan per kapita per tahun dengan standar kebutuhan hidup dengan harga setempat. Besarnya standar kebutuhan hidup per tahun per kapita di Kabupaten Bangka Selatan didasarkan pada harga sembilan bahan pokok 00 kg beras, 5 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 60 liter minyak tanah, 9 kg garam, 0 batang sabun, 4 meter kain kasar, dan meter batik kasar adalah Rp (Lampiran 7). Hasil perbandingan dari pendapatan per kapita per tahun rumah tangga nelayan responden sebanyak 00% termasuk ke dalam kategori tidak miskin. Hal ini dikarenakan ratarata pendapatan per kapita per tahun nelayan responden sebesar Rp atau setara dengan 4,68% dari harga sembilan bahan pokok setahun. Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden menurut kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah dapat dilihat pada Tabel 0. Tabel 0 Indikator pendapatan rumah tangga nelayan responden Nelayan trammel net Kriteria Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak miskin (pendapatan per kapita per 4 tahun > Rp ) 0 00,00 Hampir Miskin (pendapatan per kapita per tahun Rp..80Rp ) Miskin (pendapatan per kapita per tahun Rp Rp ) Miskin Sekali (pendapatan per kapita per tahun < Rp ) Total 0 00,00 Sumber: diolah dari data primer ) Pengeluaran rumah tangga nelayan responden Pengeluaran rumah tangga terdiri atas pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan non pangan. Pengeluaran pangan nelayan trammel net sebesar Rp lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk non pangan sebesar Rp.45.. Ratarata pengeluaran per kapita per tahun nelayan responden sebesar Rp9.8. (Tabel dan Lampiran 8). Tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan trammel net dapat diukur dengan menggunakan konsep kemiskinan menurut kriteria kemiskinan Sajogyo,

29 5 yaitu menggunakan tingkat konsumsi beras per kapita atau disetarakan dengan pengeluaran per kapita keluarga nelayan. Ratarata pengeluaran per kapita per tahun rumah tangga nelayan trammel net seluruhnya dikategorikan tidak miskin dengan nilai sebesar Rp atau setara dengan 68,58 kg beras di daerah perkotaan. Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel. Tabel Pengeluaran ratarata rumah tangga nelayan responden Jenis Pengeluaran Pengeluaran (Rp) Pangan , Non pangan.45., Total Pengeluaran.4., Pengeluaran per kapita 9.8., Sumber: diolah dari data primer Tabel Indikator pengeluaran per kapita rumah tangga nelayan responden Kriteria Skor Nelayan trammel net Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak miskin (pengeluaran per kapita 4 per tahun > Rp ) 0 00,00 Hampir Miskin (pengeluaran per kapita per tahun Rp Rp ) Miskin (pengeluaran per kapita per tahun Rp Rp ) Miskin Sekali (pendapatan per kapita per tahun < Rp ) Total 0 00,00 Sumber: diolah dari data primer ) Keadaan tempat tinggal Keadaan tempat tinggal nelayan trammel net umumnya menggunakan atap seng, bilik kayu, status kepemilikan rumah sewa dan lantainya menggunakan plester. Keadaan tempat tinggal 7 orang nelayan responden termasuk ke dalam kategori permanen, sedangkan orang nelayan responden lainnya masuk ke dalam kategori semi permanen. Keadaan ini menggambarkan bahwa perhatian nelayan trammel net terhadap tempat tinggal cukup besar. Keadaan tempat tinggal nelayan responden dapat dilihat pada Gambar 4 dan Lampiran 0. nelayan responden (orang) Permanen Semi Permanen Non Permanen Gambar 4 Keadaan tempat tinggal rumah tangga nelayan responden

30 6 4) Fasilitas tempat tinggal Fasilitas tempat tinggal juga merupakan indikator keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Nelayan responden yang mempunyai pekarangan sempit sebanyak 86,67%. Fasilitas hiburan yang umumnya dimiliki oleh responden adalah mempunyai TV sebanyak 70%, sedangkan,% mempunyai tape recorder dan 6,67% nelayan responden memiliki radio. Sebanyak 50% dari nelayan responden mempunyai kipas angin sebagai pendingin. Semua nelayan responden sudah memanfaatkan listrik untuk sumber penerangan. Sebanyak 4,% nelayan responden memanfaatkan gas sebagai bahan bakar, sedangkan 6,67% memanfaatkan kayu dan 0% memanfaatkan minyak tanah sebagai bahan bakar. Sebanyak 56,67% nelayan responden memanfaatkan air sumur, dan 4,% lainnya memanfaatkan air PAM. Sebanyak 96,67% nelayan responden mempunyai kamar mandi sendiri dan sisanya,% menggunakan kamar mandi umum. Berdasarkan Gambar 5, rumah tangga nelayan trammel net yang memiliki fasilitas tempat tinggal yang lengkap berjumlah keluarga (4,%), sedangkan 7 keluarga (56,67%) memiliki fasilitas yang cukup. Rincian fasilitas tempat tinggal rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Lampiran. nelayan responden (orang) Lengkap Cukup Kurang Gambar 5 Fasilitas tempat tinggal rumah tangga nelayan responden 5) Kesehatan anggota rumah tangga Kesehatan anggota keluarga rumah tangga nelayan trammel net dapat dilihat dalam menentukan skor yaitu keseluruhan anggota rumah tangga yang ada dan beberapa orang yang sakit dalam satu bulan. Sebanyak 8 keluarga rumah tangga nelayan trammel net menyatakan kesehatan anggota keluarganya termasuk dalam kategori baik dan keluarga (40%) termasuk ke dalam kategori cukup. Penyakit yang sering diderita adalah sakit kepala, batuk dan influenza yang bisa diatasi dengan meminum obat yang mudah didapatkan di pasar. Kesehatan anggota rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Gambar 6. 6) Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi jarak ke rumah sakit terdekat, jarak ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, biaya berobat, penanganan berobat, alat kontrasepsi dan konsultasi KB. Sebanyak 9 keluarga (6,%) nelayan responden menyatakan bahwa tidak ada rumah sakit terdekat dari tempat tinggalnya, sedangkan keluarga (6,67%) nelayan responden menyatakan bahwa jarak rumah sakit terdekat dari tempat tinggal lebih dari km.

31 7 Seluruh nelayan responden (00%) menyatakan bahwa jarak terdekat ke poliklinik dari tempat tinggal adalah antara 0,0 sampai km. Sebanyak 56,67% nelayan responden menyatakan bahwa biaya berobat cukup terjangkau, sedangkan sisanya (4,%) menyatakan sudah terjangkau. Untuk penanganan berobat, sebanyak 46,67% nelayan responden menyatakan sudah baik, sedangkan 5,% sisanya menyatakan cukup baik. Bagi 9,% nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan, alat kontrasepsi cukup mudah didapatkan dan 70% nelayan responden menyatakan pelayanan konsultasi KB cukup mudah untuk didapatkan. Sebanyak 50% nelayan responden menyatakan harga obatobatan sudah terjangkau, sedangkan sisanya menyatakan cukup terjangkau. Kemudahan anggota rumah tangga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Gambar 7 dan Lampiran. nelayan responden (orang) Baik Cukup Kurang Gambar 6 Kesehatan anggota rumah tangga responden nelayan responden (orang) Mudah Cukup Kurang Gambar 7 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis 7) Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan Sebanyak nelayan responden (76,67%) menyatakan bahwa biaya sekolah mudah terjangkau. Untuk jarak sekolah terdekat, sebanyak 4 nelayan responden (46,67%) menyatakan jarak sekolah terdekat 0 km dari tempat tinggal, sedangkan 9 nelayan responden (0%) menyatakan antara 0,0 sampai dengan km dan 7 nelayan responden (,%) menyatakan lebih dari km. Prosedur penerimaan sekolah bagi 5,% nelayan responden tergolong mudah dan sisanya (46,67%) menyatakan cukup mudah. Kemudahan rumah tangga nelayan responden

32 8 memasukkan anak ke jenjang pendidikan dapat dilihat pada Gambar 8 dan Lampiran 4. nelayan responden (orang) Mudah Cukup Kurang Gambar 8 Kemudahan rumah tangga nelayan responden memasukkan anak ke jejang pendidikan 8) Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Tersedianya sarana transportasi di Kabupaten Bangka Selatan sangat penting untuk menunjang kegiatan masyarakat seharihari, khususnya kegiatan yang berhubungan dengan perekonomian. Terdapat 9 nelayan responden (6,%) menyatakan biaya yang dikeluarkan transportasi dapat terjangkau, 0 keluarga (,%) berpendapat bahwa biaya transportasi masih cukup terjangkau, sedangkan keluarga lainnya (,%) menyatakan sulit untuk dijangkau. Untuk fasilitas kendaraan yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, sebagian besar (6,%) menyatakan cukup tersedia dan sisanya (6,67%) menyatakan sudah tersedia. Nelayan responden memiliki kendaraan sendiri sebanyak 40%, sedangkan 5,% menggunakan kendaraan sewa dan 6,67% menggunakan kendaraan umum. Indikator kemudahan mendapatkan sarana transportasi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 9 dan Lampiran 5. nelayan responden (orang) Mudah Cukup Kurang Gambar 9 Kemudahan rumah tangga nelayan responden mendapatkan fasilitas transportasi 9) Kehidupan beragama Umumnya penduduk di Kabupaten Bangka Selatan beragama Islam. Sebanyak 56,67% nelayan responden menyatakan toleransi antar umat beragama yang tinggi, sedangkan 4,% lainnya menyatakan toleransi antar umat

33 9 beragama yang cukup. Selengkapnya mengenai indikator kehidupan beragama nelayan trammel net dapat dilihat dalam Gambar 0. nelayan responden (orang) 0nelayan responden (orang) Tinggi Sedang Rendah Gambar 0 Kehidupan beragama rumah tangga nelayan responden 0) Rasa aman dari gangguan kejahatan Indikator rasa aman dari gangguan kejahatan dilihat dari sering tidaknya responden mengalami tindak kejahatan. Sebanyak 6 kasus tindak pidana tercatat di tahun 0 (BSDA 0). Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan trammel net, sebanyak 60% nelayan responden menyatakan aman dari gangguan kejahatan, sedangkan 40% nelayan responden merasa cukup aman dari gangguan kejahatan. Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan dapat dilihat pada Gambar Aman Cukup Aman Tidak Aman Gambar Rasa aman rumah tangga nelayan responden dari gangguan kejahatan ) Kemudahan dalam melakukan olahraga Kemudahan melakukan olahraga dilihat dari sering atau tidaknya nelayan trammel net melakukan olahraga. Sebanyak 6,% atau 9 orang nelayan responden menyatakan kurang olahraga. Sebanyak 6,67% atau orang nelayan responden menyatakan cukup sering olahraga. Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan olahraga dapat dilihat pada Gambar.

34 0 nelayan responden (orang) Mudah Cukup mudah Sulit Gambar Kemudahan rumah tangga nelayan responden dalam melakukan olahraga Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Nelayan Responden Sebanyak 8 responden nelayan (9,%) trammel net termasuk dalam tingkat kesejahteraan tinggi dan responden lainnya (6,67%) termasuk dalam tingkat kesejahteraan sedang. Matriks klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden dapat dilihat pada Tabel. Matriks ini menunjukkan skor ratarata dari indikator kesejahteraan nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan. Tabel Matriks klasifikasi tingkat kesejahteraan nelayan responden No Indikator 4 Pendapatan rumah tangga* Pengeluaran rumah tangga** Keadaan tempat tinggal 4 Fasilitas tempat tinggal 5 Kesehatan anggota rumah tangga 6 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis/paramedis 7 Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 8 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi 9 Kehidupan beragama 0 Rasa aman dari gangguan kejahatan Kemudahan dalam melakukan olahraga ** : Kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah ** : Kriteria kemiskinan Sajogyo Pembahasan Menurut Nomura dan Yamazaki (977), trammel net adalah alat penangkapan ikan yang tergolong dalam jenis entangle net. Prinsip kerja dari alat tangkap ini adalah menjerat hasil tangkapan secara terbelit atau terpuntal. Konstruksi trammel net yang digunakan nelayan di Bangka Selatan secara umum adalah sama dengan konstruksi yang dikemukakan oleh Von Brandt (005) dan

35 konstruksi trammel net di Surabaya (Milasari 0), yaitu terdiri atas jaring lapisan luar (outer net), jaring lapisan dalam (inner net), selvedge, tali ris, pelampung dan pemberat. Sedikit perbedaan terdapat pada bentuk trammel net di Kabupaten Bangka Selatan yang trapesium, sedangkan bentuk trammel net yang umum adalah persegi panjang. Alat tangkap trammel net merupakan alat yang paling banyak digunakan nelayan penangkap udang di Kabupaten Bangka Selatan dengan jumlah unit penangkapan sebanyak.46 unit. Secara teknis, pengoperasian alat tangkap trammel net efektif menangkap udang. Penurunan produktivitas unit penangkapan trammel net pada tahun 0 disebabkan oleh meningkatnya jumlah unit penangkapan trammel net, sehingga meningkat pula usaha atau effort dalam memperoleh hasil tangkapan, sementara sumberdaya udang tetap terbatas. Tingkat pendidikan nelayan tidak begitu berpengaruh terhadap pelaksanaan penangkapan ikan. Hal ini karena operasi penangkapan ikan bergantung pada hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil tangkapan yang diperoleh menentukan pendapatan yang diterima oleh nelayan trammel net. Semakin banyak hasil tangkapan yang diperoleh, maka semakin banyak pula pendapatan yang diterima. Berdasarkan hasil perhitungan, pendapatan nelayan trammel net yang diperoleh menurut kriteria Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan masuk kategori tidak miskin, namun dalam kepemilikan fasilitas tempat tinggal sebagian besar (56,67%) memiliki fasilitas kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan trammel net cukup hanya memenuhi kebutuhan fasilitas rumah tangga yang penting untuk keperluan seharihari karena pendapatan yang diperoleh sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pada saat musim paceklik atau musim tidak ada udang, yaitu pada bulan Mei sampai dengan September, biasanya nelayan trammel net beralih profesi menjadi pengumpul kerang. Nelayan mengumpulkan kerang tanpa menggunakan alat khusus penangkap kerang, melainkan hanya dengan tangan dan alat bantu ember. Dalam satu hari nelayan bisa menghasilkan 0 kilogram kerang dan dijual dengan harga Rp.000 per kilogram. Selain dalam bidang perikanan, pada musim paceklik nelayan juga beralih profesi menjadi pencari bijih timah dan berkebun sahang atau lada putih. Usaha ini bagi nelayan sangat membantu pemasukan pendapatan keluarga karena untuk satu kilogram bijih timah dihargai Rp85.000,, sedangkan sahang dari hasil usaha perkebunan dihargai Rp84.000, per kilogramnya. Pendapatan ratarata dari sektor perikanan sebesar Rp , per tahun, sedangkan pengeluaran ratarata Rp.4., per tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa besar pendapatan dari sektor perikanan sudah mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga nelayan trammel net. Angka pendapatan rumah tangga nelayan trammel net lebih besar dari tingkat pengeluaran, maka terdapat sisa pendapatan yang dapat ditabung. Sisa pendapatan ini disimpan dalam tabungan yang dikelola oleh kelompok nelayan trammel net. Tabungan ini digunakan untuk biaya perawatan dan perbaikan kapal, selain itu juga digunakan sebagai modal dalam pembelian unit penangkapan trammel net yang baru. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesejahteraan nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan termasuk dalam kategori tingkat kesejahteraan tinggi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu indikator kesejahteraan yang sangat penting

36 yaitu nilai pendapatan nelayan. Pendapatan semakin besar maka 0 indikator kesejahteraan lainnya akan semakin baik, sehingga semakin baik pula tingkat kesejahteraannya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Rismayani (0) yang melakukan penelitian serupa di Palabuhanratu yang menyatakan bahwa semakin besar pendapatan nelayan maka 0 indikator kesejahteraan lainnya mudah terpenuhi, sehingga tingkat kesejahteraan semakin baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: ) Konstruksi trammel net terdiri atas jaring lapisan luar (outer net), jaring lapisan dalam (inner net), selvedge, tali ris, pelampung dan pemberat. Jaring trammel net lapisan luar terbuat dari nilon monofilamen 0/d dengan ukuran mata jaring 5 inci dan,7 inci untuk jaring lapisan dalam. Kapal berdimensi panjang (L) 9 meter, lebar (B),5 meter dan draft (d) 0,5 meter terbuat dari material kayu dan dioperasikan oleh orang nelayan. Musim udang terjadi sekitar bulan Januari sampai dengan bulan April, sedangkan musim paceklik terjadi sekitar bulan Mei sampai dengan September. Hasil tangkapan didominasi oleh udang putih (Penaeus merguiensis). Produktivitas trammel net sebesar.998,5 kg per unit per tahun; dan ) Hasil klasifikasi tingkat kesejahteraan berdasarkan indikator kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS tahun 00 menunjukkan bahwa nelayan trammel net termasuk dalam kategori kesejahteraan tinggi sebanyak 9,% dan tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 6,67%. Saran Tingkat kesejahteraan dalam penelitian ini diamati menggunakan aspekaspek yang dapat diukur, yaitu kesejahteraan fisik, sehingga saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang aspek ekonomi dari segi finansial usaha penangkapan ikan dan budaya terkait tingkat kesejahteraan nelayan. DAFTAR PUSTAKA Astrini E. D Selektivitas Trammel net terhadap Udang di Perairan Pelabuhanratu, Jawa Barat [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 59 hlm.

37 [BPS] Badan Pusat Statistik. 00. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta (ID): Biro Pusat Statistik. 0 hlm. [BPS] Biro Pusat Statistik Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga: Metode dan Analisis. Jakarta (ID): Biro Pusat Statistik.6 hlm.. Statistik Kesejahteraan Rakyat. Jakarta (ID): Biro Pusat Statistik. 80 hlm. Bungin B Penelitian Kualitatif. Jakarta (ID): Kencana. 56 hlm. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 009 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kep. Bangka Belitung (ID): Dinas Kelautan dan Perikanan.89 hlm Statistik Perikanan Tangkap Tahun 00 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kep. Bangka Belitung (ID): Dinas Kelautan dan Perikanan.6 hlm.. 0. Statistik Perikanan Tangkap Tahun 0 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kep. Bangka Belitung (ID): Dinas Kelautan dan Perikanan.6 hlm. [KPDT] Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. 00. Penetapan Daerah Tertinggal dalam RPJMN 0004 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. [Internet]. [diunduh 04 Apr 8]. Tersedia pada: Milasari V. 0. Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap di Surabaya, Jawa Timur [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 08 hlm. Nomura M, Yamazaki Y Fishing Techniques. Tokyo (JP): Japan International Cooperation Agency. 06 p. Pratama A. 0. Permintaan Udang Indonesia Kian Meningkat. [Internet]. [diunduh 04 Apr 8]. Tersedia pada: Rismayani A. 0. Alokasi Waktu Kerja dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Payang di Palabuhanratu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sobari MP dan W Suswanti Tingkat Kesejahteraan Bagan Motor Teluk Banten, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Buletin Ekonomi Perikanan Vol VII No., Tahun 007, ISSN Bogor (ID): Kelompok Ilmuilmu Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautanm FPIKIPB. 68 hlm. Sobari MP, Diniah dan Isnaini Kajian Bioekonomi dan Investasi Optimal Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning di Perairan Kepulauan Seribu. Jurnal Mangrove dan Pesisir IX (): ISSN Padang (ID): Pusat Studi Pesisir dan Kelautan (PSPK) dan Bung Hatta Press. 66 hlm. Sekaran U Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta (ID): Salemba Empat. von Brandt Fishing Catching Methods of the World. Edisi ke4. Otto G, Klaus L, Erdmann D, Thomas W, editor. Oxfort. Blackwell Publishing. 5p.

38 4 Lampiran Indikator Tingkat Kesejahteraan Menurut BPS dalam SUSENAS 009 yang dimodifikasi No Indikator Kesejahteraan Kriteria Skor Pendapatan Rumah Tangga Tolak ukur yang digunakan adalah kriteria konsep kemiskinan menurut Tidak miskin Hampir miskin 4 Direktorat Jendral Tata Guna Lahan, yang didasarkan pada kebutuhan 9 bahan Miskin pokok dalam setahun dengan kriteria: tidak miskin, miskin, miskin sekali, dan Miskin sekali paling miskin. Pengeluaran Rumah Tangga Tolak ukur yang digunakan adalah konsep kemiskinan menurut Sajogyo yang menyertakan pengeluaran per kapita per tahun dengan konsumsi beras per kapita per tahun, dan diklasifikasikan menjadi emapat tingkatan: tidak miskin, miskin, miskin sekali, dan paling miskin. Keadaan Tempat Tinggal. Atap : Genting(5)/ Asbes(4) /Seng()/ Sirap()/ Daun().Dinding : Tembok(5)/Setengah tembok(4)/kayu()/bambu kayu()/bambu(). Status : Milik sendiri()/sewa()/numpang() 4. Lantai : Porselin(5)/Ubin(4)/Plester()/Papan()/Tanah() 5. Luas Lantai : >00m()/5000m()/<50m() 4 Fasilitas Tempat Tinggal.Pekarangan : Luas(>00m )()/Sedang(5000m )()/Sempit(<50m )(). Hiburan : Video(4)/TV()/Tape Recorder()/Radio(). Pendingin : AC(4)/Lemari Es()/Kipas Angin()/Alam() 4. Penerangan : Listrik()/Petromaks()/Lampu Tempel() 5. Bahan Bakar : Gas()/Minyak Tanah()/Kayu Arang() 6. Sumber Air : PAM(6)/Sumur Bor(5)/Sumur(4)/Mata Air Umum()/Air Hujan()/Sungai() 7.MCK : Kamar Mandi Sendiri(4)/Kamar Mandi Umum()/Sungai/Laut()/Kebun() 5 Kesehatan Anggota Rumah Tangga Keseluruhan anggota keluarga yang ada dan berapa orang yang sering mengalami sakit dalam satu bulan 6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis/Paramedis (termasuk didalamnya kemudahan pelayanan Keluarga Berencana dan Obatobatan). Jarak RS terdekat : 0 km(4)/ 0.0 km()/> km()/missing().jarak ke Poliklinik terdekat : 0 km(4)/0.0 km()/> km()/missing(). Biaya Berobat : Terjangkau()/Cukup terjangkau()/sulit terjangkau() 4. Penanganan berobat : Baik()/Cukup baik()/kurang baik() 5. Alat kontrasepsi : Mudah didapat()/cukup mudah didapat()/sulit didapat() 6. Konsultasi KB : Mudah ()/Cukup()/Kurang() 7.Harga obatobatan : Terjangkau()/Cukup terjangkau()/sulit terjangkau() 7 Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan. Biaya sekolah : Terjangkau()/Cukup terjangkau()/sulit terjangkau(). Fasilitas kendaraan : Tersedia()/Cukup tersedia()/sulit tersedia(). Prosedur penerimaan : Mudah()/Sedang()/Sulit() 8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi. Ongkos dan biaya : Terjangkau()/Cukup terjangkau()/sulit terjangkau(). Fasilitas kendaraan : Tersedia()/Cukup tersedia()/sulit tersedia(). Kepemilikan : Sendiri()/Sewa()/Ongkos() Tidak miskin Miskin Miskin sekali Paling miskin Permanen (Skor 5 ) Semi Permanen (Skor 40) Non Permanen (Skor 59) Lengkap (Skor 7) Cukup Lengkap (Skor 40) Kurang Lengkap (Skor 7) Baik (<5% sering sakit) Cukup (5%50% sering sakit) Kurang (>50% sering sakit) Mudah (Skor 7) Cukup Mudah (Skor 6) Sulit (Skor 7) Mudah (Skor 89) Cukup Mudah (Skor 67) Sulit (Skor 5) Mudah (Skor 79) Cukup Mudah (Skor 56) Sulit (Skor 4) 9 Kehidupan Beragama Toleransi tinggi Toleransi sedang Toleransi rendah 0 Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan Frekuensi terjadinya kejahatan per bulan pada lingkungan tempat tinggal rumah tangga Aman (tidak pernah) Cukup aman (pernah) Tidak aman (sering) Kemudahan dalam Melakukan Olahraga Mudah Cukup mudah Sulit Sumber : Sobari MP dan Suswanti W (007) 4

39 5 Lampiran Bahan pembuatan alat tangkap Trammel net Lampiran Kapal dan mesin pada unit penangkapan trammel net

40 6 Lampiran 4 Gambar teknis kapal trammel net Lampiran 5 Peta penangkapan udang di Kabupaten Bangka Selatan

41 7 Lampiran 6 Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan Responden Perikanan Pendapatan (Rp per tahun) Perikanan per kapita Non perikanan Non perikanan per kapita Total pendapatan (Rp per tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pendapatan per kapita (Rp per tahun) Kriteria Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin 7

42 8 Lampiran 6 (lanjutan) Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Jumlah Ratarata , Lampiran 7 Harga 9 bahan pokok di Kabupaten Bangka Selatan No Satuan Harga (Rp) Ketentuan Total (Rp) Beras Kg Ikan Asin Kg Minyak goreng Kg Minyak tanah Liter Gula pasir Kg Garam Kg Sabun Batang Kain kasar Meter Batik kasar Meter Jumlah , Sumber: BPS Bangka Selatan 0

43 9 Lampiran 8 Tingkat pengeluaran rumah tangga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan Responden Pangan (Rp per tahun) Non Pangan (Rp per tahun) Sandang Papan Lainlain Total pengeluaran (Rp per tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pengeluaran per kapita (Rp per tahun) Kriteria Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin 9

44 Lampiran 8 (lanjutan) Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Jumlah Ratarata ,

45 Lampiran 9 Tabungan rumah tangga nelayan trammel net di Kabupaten Bangka Selatan Responden Pendapatan (Rp per tahun) Pendapatan per kapita (Rp per tahun) Pengeluaran (Rp per tahun) Pengeluaran per kapita (Rp per tahun) Saving (Rp per tahun) Saving per kapita (Rp per tahun)

46 Lampiran 9 (lanjutan) Jumlah Ratarata

47 Lampiran 0 Keadaan tempat tinggal rumah tangga nelayan trammel net Keadaan tempat tinggal Atap Genting Asbes Seng Sirap Daun Dinding Tembok Setengan tembok Kayu Bambu kayu Bambu Status Milik sendiri Sewa Menumpang Lantai Porselin Ubin Plester Papan Tanah Luas lantai Luas (< 00 m ) Sedang (5000 m ) Sempit (> 50 m ) Skor Nelayan trammel net Jumlah (orang) Persentase (%) ,00 0,00 50,00 Jumlah 0 00, ,67 6,67 46,67 Jumlah 0 00, ,67 5, Jumlah 0 00, ,00 70,00 Jumlah 0 00, ,00, 56,67 Jumlah 0 00,00

48 4 Lampiran Keadaan tempat tinggal nelayan responden

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 0.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan berlangsung pada Maret 0. Penelitian ini dilakukan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Peta lokasi penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel. JARING TRAMMEL Trammel net (Jaring trammel) merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang banyak digunakan oleh nelayan terutama sejak pukat harimau dilarang penggunaannya. Di kalangan nelayan, trammel

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan (sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menteri

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base. 31 4 HASIL 4.1 Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Kapal Jumlah perahu/kapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahu/kapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province) USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province) Tiara Anggia Rahmi 1), Tri Wiji Nurani 2), Prihatin IkaWahyuningrum

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 21-32 ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU Hendrik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net Gillnet Keterangan: 1. Tali pelampung 2. Pelampung 3. Tali ris atas 4. Badan jarring 5. Tali ris bawah 6. Tali pemberat 7. Pemberat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan konsepsional bagi penulis mengenai cara yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Untuk lebih

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 1. Ilustrasi Peta Lokasi Penelitian 42 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Alat yang Digunakan GPS (Global Positioning System) Refraktometer Timbangan Digital

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya terkandung kekayaan hayati sumberdaya ikan, yang apabila potensi tersebut dikelola dengan baik,

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir merupakan salah satu desa di Kecamatan Teluknaga dimana masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional, kata tanjung

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi tiga lapis (trammel net ) induk udang ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Error! Bookmark not defined. Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

IKHWANUL CHAIR NAWAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

IKHWANUL CHAIR NAWAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 ANALISIS HASIL TANGKAPAN ALAT PENANGKAPAN JARING INSANG SATU LEMBAR (GILLNET) DAN TIGA LEMBAR (TRAMMEL NET) DI PERAIRAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI IKHWANUL CHAIR NAWAR 090302056 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh Susi Novela FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 Analisis Pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Wawancara (Kuisioner) Penelitian DAFTAR WAWANCARA NAMA RESPONDEN : Muhammad Yusuf ALAMAT : Dusun III Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat I. ASPEK OPERASIONAL

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaring Arad Jaring arad (mini trawl) adalah jaring yang berbentuk kerucut yang tertutup ke arah ujung kantong dan melebar ke arah depan dengan adanya sayap. Bagian-bagiannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Komponen Alat Tangkap Jaring Kembung a. Jaring Kembung b. Pengukuran Mata Jaring c. Pemberat d. Pelampung Utama e. Pelampung Tanda f. Bendera Tanda Pemilik Jaring Lampiran 2. Kapal

Lebih terperinci

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN 40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan

Lebih terperinci

ALOKASI WAKTU KERJA DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU ANI RISMAYANI

ALOKASI WAKTU KERJA DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU ANI RISMAYANI ALOKASI WAKTU KERJA DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU ANI RISMAYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG Dwi Siskawati, Achmad Rizal, dan Donny Juliandri Prihadi Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah Ani Satul Fitriyati dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG Bangbang Prayuda*,Atikah Nurhayati** dan Walim Lili** *) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Unit Penangkapan Jaring Rajungan dan Pengoperasiannya Jaring rajungan yang biasanya digunakan oleh nelayan setempat mempunyai kontruksi jaring yang terdiri dari tali ris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014 KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGOLAH IKAN TERI ASIN DI PULAU PASARAN KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG (The Household Welfare of Salted Anchovy Fish producers in Pasaran Island, Sub-District

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut 34 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak dan Geografis Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang terletak pada lintang 06 30 LS-07 00

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu (Traps) Bubu merupakan alat penangkapan ikan yang pasif (pasif gear). Alat tangkap ini memanfaatkan tingkah laku ikan yang mencari tempat persembunyian maupun

Lebih terperinci

A N A L I S I S D A N F A K T O R - F A K T O R Y A N G RUMAH TANGGA MASYARAKAT NELAYAN

A N A L I S I S D A N F A K T O R - F A K T O R Y A N G RUMAH TANGGA MASYARAKAT NELAYAN A N A L I S I S D A N F A K T O R - F A K T O R Y A N G MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT NELAYAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program

Lebih terperinci

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora ISSN 4-0903 : eissn: 2443-2660 POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN Vol. 20, No., Maret 208: 39-44

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan 5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian menunjukan bahwa sumberdaya ikan di perairan Tanjung Kerawang cukup beragam baik jenis maupun ukuran ikan yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK MINIMUM KELUARGA NELAYAN DI DESA MAJA KECAMATAN KALIANDA. Muhammad Rido 1) Budiyono 2) Yarmaidi 3)

UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK MINIMUM KELUARGA NELAYAN DI DESA MAJA KECAMATAN KALIANDA. Muhammad Rido 1) Budiyono 2) Yarmaidi 3) 1 UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK MINIMUM KELUARGA NELAYAN DI DESA MAJA KECAMATAN KALIANDA Muhammad Rido 1) Budiyono 2) Yarmaidi 3) This research aims to assess the efforts of the needs fulfillment on

Lebih terperinci

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI 3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu di Kota Serang menyediakan fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan berupa pelayanan kebutuhan BBM, air bersih, es, dermaga,

Lebih terperinci

Trammel Net Fishermen Revenue Analysis in the village of Siklayu, Batang, Central Java.

Trammel Net Fishermen Revenue Analysis in the village of Siklayu, Batang, Central Java. ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING GONDRONG (TRAMMEL NET) DI DESA SIKLAYU, KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH. Trammel Net Fishermen Revenue Analysis in the village of Siklayu, Batang, Central Java. Fredi Priadana,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat

Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat Roisul Ma arif, Zulkarnain, Sulistiono P4W LPPM IPB

Lebih terperinci