BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 0. Hasil data dikumpulkan mulai dari bulan Agustus sampai dengan September 0.. Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan metode survey, dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Metode tersebut dapat digunakan jika narasumber atau responden yang diwawancarai adalah orang yang ahli atau berkecimpung dalam suatu bidang, sebagai contoh penelitian tentang makanan maka sumber datanya atau narasumbernya ialah orang yang ahli makanan (Sugiyono 00). Metode purposive sampling atau judgement, dimana penentuan sampel didapat dari pertimbangan pewawancara, dengan catatan bahwa responden yang diwawancarai ialah orang yang ahli atau berkecimpung dibidang penelitian yang sedang diteliti atau responden tersebut telat memenuhi kriteriakriteria yang telah ditentukan oleh pewawancara (Fauzi 00).. Jenis Data Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan data sekunder (Tabel ). Menurut Irwandi (00) dalam Yuliriane (0), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambil data sebagai sumber informasi berupa wawancara, kuesioner, atau observasi. Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan dari instansi terkait. 8

2 9 Data primer diperoleh dari responden dalam hal ini rumah tangga nelayan yang terlibat langsung dengan kegiatan rumah tangga nelayan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perikanan, dan bukubuku yang relevan dengan penelitian. Tabel. Data primer dan data sekunder penelitian Jenis Data Data Sumber Sekunder Data Jumlah Nelayan Jenis dan Jumlah Kapal / Alat Tangkap Produksi Harga Ikan Balai Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Primer Sosio Demografi Pola Usaha / Data Ekonomi Nelayan Pola Pengeluaran Tabungan Hutang Nelayan dan Anggota Keluarga Nelayan (Istri, Anak, dan Anggota keluarga lainnya).4 Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta serta hubungan antar variabel untuk mendapatkan kebenaran, sedangkan metode kuantitatif bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan variabel, dan fenomenafenomena yang terjadi saat sekarang dan menyajikan apa adanya (Sugiono 00). Adapun kriteriakriteria yang harus dianalisis dalam penelitian ini dijelaskan pada sub bab berikutnya..4. Analisis Bagi Hasil Nelayan Rumpon Analisis bagi hasil dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang didapat oleh nelayan rumpon di Palabuhanratu. Sistem bagi hasil nelayan rumpon yang ada di PPN Palabuhanratu yaitu dengan cara menghitung nilai produksi dikurangi biaya operasi, perbekalan, ongkos lelang, dan biaya iuran.

3 0 Bagi hasil yang dimaksud adalah cara pembagian hasil bersih (penggarap : pemilik) dari masingmasing nelayan rumpon yang berkisar antara 50% : 50% sampai 50% : 75%..4. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon Pendapatan rumah tangga berasal dari tiga sumber, yaitu suami, istri dan sumber lainnya. Menurut Mardiana (004), pendapatan rumah tangga dapat dihitung dengan: TPRN = PN + PAN + PIN Dimana : TPRN = Pendapatan rumah tangga PN = Pendapatan suami PAN = Pendapatan istri PIN = Pendapatan sumber lain Berdasarkan konsep garis kemiskinan menurut Sajogyo (997), mengukur kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disertakan dengan jumlah kilogram beras per orang pertahun, dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan. Berdasarkan wilayahnya, yaitu: A. Wilayah Pedesaan :. Miskin : < 0 kg. Miskin Sekali : < 40 kg. Paling Miskin : < 80 kg B. Wilayah Perkotaan :. Miskin : < 480 kg. Miskin Sekali : < 80 kg. Paling Miskin : < 40 kg.4. Analisis Pengeluaran Keluarga Pengeluaran Rumah Tangga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri

4 dari pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk bukan makanan. Total pengeluaran rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut : Ct = C + C Dimana : Ct = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/Tahun) C = Pengeluaran untuk makanan (Rp/Tahun) C = Pengeluaran untuk non makanan (Rp/Tahun) C= c + c + c + c4 + c5 + c6 + c7 + c8 c = Pengeluaran untuk perumahan, bahan bakar, penerangan dan komunikasi c = Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa c = Pengeluaran untuk pendidikan c4 = Pengeluaran untuk kesehatan c5 = Pengeluaran untuk pakaian dan alas kaki c6 = Pengeluaran untuk barangbarang tahan lama c7 = Pengeluaran untuk rekreasi c8 = Pengeluaran untuk pengeluaran lainlain Berdasarkan pada kriteria kemiskinan menurut Direktorat Tata Guna Tanah yang didasarkan pada kebutuhan Sembilan bahan pokok dalam setahun, yaitu 00 kg beras, 5 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9kg garam, 60 L minyak tanah, 0 batang sabun, 4 m tekstil kasar, m batik kasar. Penggunaan Sembilan bahan pokok dalam pengukuran tingkat konsumsi rumah tangga didasarkan pada kebutuhan pangan dan non pangan dari masyarakat (Sajogyo 997)..4.4 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Konsep nilai tukar nelayan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Nilai Tukar Nelayan (NTN), yang pada dasarnya merupakan indikator

5 untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. NTN dapat dirumuskan sebagai berikut : NTN = Yt/Et Yt = YFt + YNFt Et = EFt + EKt Dimana : YFt = Total penerimaan nelayan dari usaha perikanan YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan EFt = Total pengeluaran nelayan untuk usaha perikanan Et = Total pengeluaran keluarga nelayan periode t EKt = Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga nelayan t = Periode waktu (bulan, tahun, dll).4.5 Analisis Tingkat Kesejahteraan Pada penelitian ini, pengukuran tingkat kesejahteraan mengacu pada sebelas kriteria BPS dalam SUSENAS 00 yang dimodifikasi. Modifikasi dilakukan dengan memasukan kriteria kemiskinan Sajogyo pada indikator pendapatan rumah tangga dan kriteria kemiskinan Direktorat Jendral Tata Guna Tanah pada indikator konsumsi rumah tangga. Keterangan lebih lengkap mengenai indikator kesejahteraan berdasarkan kriteria BPS yang sudah di modifikasi dapat dilihat pada Tabel.

6 Tingkat Kesejahteraan diukur berdasarkan kriteria yang digunakan Biro Pusat Statistik (BPS) dalam SUSENAS 99 yaitu sebelas indikator kesejahteraan. Secara umum tingkat kesejahteraan dapat dirumuskan sebagai berikut : TK= I+ I +I+ I4 +I5 + I6 + I7 + I8 + I9+ I0 + I Dimana: TK = Tingkat Kesejahteraan I = Pendapatan rumah tangga I = Konsumsi/pengeluaran rumah tangga I = Keadaan tempat tinggal I4 = Fasilitas tempat tinggal I5 = Kesehatan anggota rumah tangga I6 = Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan I7 = Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan I8 = Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi I9 = Kehidupan beragama I0 = Rasa aman dari tindakan kejahatan I = Kemudahan dalam melakukan olah raga Apabila tingkat kesebelas indikator kesejahteraan tersebut setiap indikatornya memiliki skor tertinggi, maka jumlah total skor adalah 5. Nilai ini merupakan jumlah skor tertinggi (Tabel ). Jika kesebelas indikator memiliki nilai terendah untuk masingmasing indikator, maka jumlah total skor adalah yang merupakan jumlah skor terendah. Range score diperoleh dengan mengurangkan jumlah skor tertinggi dari sebelas indikator kesejahteraan (5) dengan skor terendah (), kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi tiga, maka akan didapat nilai 8 sebagai range score. Berdasarkan range score tersebut, penentuan tingkat kesejahteraan dikelompokkan ke dalam bagian, yaitu: a) Skor antara 7 5 (Tingkat kesejahteraan tinggi) b) Skor antara 9 6 (Tingkat kesejahteraan sedang) c) Skor antara 8 (Tingkat kesejahteraan rendah)

7 4 Tabel. Indikator Tingkat Kesejahteraan (menurut BPS dalam SUSENAS 00) yang dimodifikasi disertai variabel dan skornya. No. Indikator Kesejahteraan Pendapatan rumah tangga Berdasarkan konsep garis kemiskinan menurut Sajogyo yang menyertakan pendapatan perkapita per tahun dengan konsumsi beras perkapita pertahun. Konsumsi/pengeluaran rumah tangga Berdasarkan pada kriteria kemiskinan menurut Direktorat Tata Guna Tanah yang didasarkan pada kebutuhan 9 bahan pokok dalam setahun. Keadaan tempat tinggal. Atap: genting (5)/ asbes (4)/ seng ()/ sirap ()/ daun ().. Bilik: tembok (4)/ setengah tembok ()/ kayu ()/ bambu ().. Status: milik sendiri ()/ sewa ()/ numpang (). 4. Lantai: porselin (5)/ ubin (4)/ plester ()/ kayu ()/ tanah (). 5. Luas lantai: luas(.00m)()/ sedang (5000m)()/ sempit (<50m)() 4 Fasilitas tempat tinggal. Pekarangan: Luas (>00m)()/ cukup (5000m)()/ sempit (<50m)().. Hiburan: Video (4)/ TV ()/ Tape recorder ()/ radio ().. Pendingin: AC (4)/ Lemari es ()/ Kipas angin ()/ alami (). 4. Sumber penerangan: Listrik ()/ petromak ()/ lampu tempel (). 5. Bahan bakar: gas ()/ minyak tanah ()/ kayu arang(). 6. Sumber air: PAM (6)/ sumur bor (5)/ sumur (4)/ mata air ()/ air hujan ()/ sungai (). 7. MCK: kamar mandi sendiri (4)/ kamar mandi umum ()/ sungai ()/ kebun (). Kriteria Tidak miskin Miskin Miskin sekali Paling miskin Tidak miskin Hampir miskin Miskin Miskin sekali Permanen (skor 5) Semi permanen (skor 04) Non permanen (skor 59) Lengkap ( skor 7) Cukup ( skor 40) Kurang (skor 7) Bobot Skor 4 5% 6% % 4

8 5 No. Indikator Kesejahteraan 5 Kesehatan anggota rumah tangga Banyaknya anggota keluarga yang sering mengalami sakit dalam satu bulan Kemudahan mendapatkan pelayannan kesehatan dari tenaga medis. Jarak RS terdekat: 0 Km (4)/ 0.0 Km ()/ > Km ()/ missing (). Jarak ke poliklinik: 0Km(4)/ 0.0Km()/ >Km()/ missing (). Biaya berobat: terjangkau ()/ cukup terjangkau ()/ sulit terjangkau (). 4. Penanganan berobat: baik ()/ cukup ()/ jelek (). 5. Alat kontrasepsi: mudah didapat ()/ cukup mudah ()/ sulit (). 6. Konsultasi KB: mudah ()/ cukup ()/ sulit (). 7. Harga obatobatan: terjangkau ()/ cukup terjangkau ()/ sulit terjangkau (). Kemudahan memasukan anak kejenjang pendidikan. Biaya sekolah : terjangkau ()/ cukup terjangkau ()/ sulit terjangkau ().. Jarak sekolah: 0 Km ()/ 0.0 Km ()/ > Km().. Prosedur penerimaan: mudah ()/ cukup ()/ sulit (). Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi. Ongkos dan biaya: terjangkau ()/ cukup ()/ sulit ().. Fasilitas kendaraan: tersedia ()/ cukup tersedia ()/ sulit tersedia (). Kepemilikan: sendiri()/ sewa ()/ ongkos (). Kriteria Bobot Skor Baik (<5% sering sakit) Cukup (550% 0% sering sakit) Kurang (>50% sering sakit) Mudah (skor 7) Cukup ( skor 6) Sulit (skor 7) Mudah (skor 89) Cukup (skor 67) Sulit (skor 5) Mudah (skor 79) Cukup (skor 56) Sulit (skor 4) %

9 6 No. Indikator Kesejahteraan 9 Kehidupan beragama 0 Rasa aman dari gangguan kejahatan Kemudahan dalam melakukan olahraga Frekuensi responden dalam melakukan olahraga dalam satu minggu Sumber: Badan Pusat Statistik (00). Kriteria Bobot Skor Toleransi tinggi Toleransi sedang Toleransi kurang Aman (tidak pernah mengalami kejahatan) Cukup aman (pernah mengalami kejahatan) Kurang aman (sering mengalami kejahatan) Mudah (sering melakukan olahraga) Cukup mudah (cukup sering melakukan olahraga) Sulit (kurang melakukan olahraga)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,

Lebih terperinci

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora ISSN 4-0903 : eissn: 2443-2660 POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN Vol. 20, No., Maret 208: 39-44

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan berlangsung pada Maret 0. Penelitian ini dilakukan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Peta lokasi penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG Bangbang Prayuda*,Atikah Nurhayati** dan Walim Lili** *) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian 61 62 Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian Pantai Patra Sambolo 63 64 Lampiran 3. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN I. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Palabuhanratu, tepatnya di Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi (Lampiran 1). Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

4 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN

4 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN.1 Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Pendapatan dan konsumsi rumah tangga merupakan indikator kesejahteraan penting yang dikeluarkan oleh BPS (1991) dalam mengukur tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah pesisir Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. adalah orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian, ini dilaksanakan di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara, dengan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan (sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menteri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan penelitian. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 29 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan tingkat kemiskinan pada rumah tangga

Lebih terperinci

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA Form : I Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus Di - K U D U S Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Mei 2012 dan bertempat di hutan Desa Pasir Madang, Kec. Sukajaya, Kab. Bogor, Jawa Barat. 3.2. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai 32 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara

Lebih terperinci

'8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P> TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

'8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P> TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN '8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P>. 2 744-2007 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Mount Prosperity of Bagan Motor Fisherman of Say Banten, Serang Regency,.."'::"'-..

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BULUNGAN No. 03/10/65/XIX, 4 Oktober 2016 KONDISI PERUMAHAN KABUPATEN BULUNGAN 2015 88,9 PERSEN PENDUDUK BULUNGAN MENGGUNAKAN LISTRIK PLN Rumah yang ditempati rumah tangga Kabupaten Bulungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 43 III. METODELOGI PENELITIAN 3.. Kerangka Pemikiran Pariwisata adalah suatu kegiatan yang langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Dampak

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu dengan

METODE PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu dengan METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu dengan pertimbangan bahwa daerah dipilih secara cermat agar sesuai dengan kondisi yang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 1, Januari 2011 Hal 253-264 ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun

Lebih terperinci

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It)

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 69/11/35/Th.X, 1 November 212 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 212 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Oktober 212 turun sebesar 1,25 persen.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan masyarakat repong damar Desa Bandarjaya di Kecamatan Bengkunat Kabupaten

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 59 TAHUN 203 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang :

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH o. 04/04/62/Th. I, 2 Mei 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/10/62/Th.VIII, 1 Oktober 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pada September 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian. Lokasi Penelitian Kecamatan Dawuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Letak geografis berdasarkan

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di ruang Perawatan Bayi Sehat (R. X) dan

Lebih terperinci

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung PADUAN WAWANCARA PENELITIAN Judul Skripsi Lokasi Penelitian : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Tempat Tanggal

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ummul Hairah ummihairah@gmail.com Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH o. 04/04/62/Th. I, 2 Mei 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/12/62/Th.VIII, 1 Desember 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pada November 2014 Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Dusun/RT/RW

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/10/62/Th.IX, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pada September 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat

Lebih terperinci

KUESIONER PERAN IBU. Lampiran:

KUESIONER PERAN IBU. Lampiran: Lampiran: KUESIONER PERAN IBU Petunjuk Pengisian 1. Untuk pertanyaan A, B, C, D diharapkan mengisi jawaban sesuai kolom yang tersedia dan memilih satu jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN PERIKANAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI NURUL UTAMI RAHARJO

PERAN PELABUHAN PERIKANAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI NURUL UTAMI RAHARJO PERAN PELABUHAN PERIKANAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI NURUL UTAMI RAHARJO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 12 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjaun Pustaka 1. Pengertian Geografi Ekonomi Menurut Nursid, 1998:54, Geografi Ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

SENSUS PENDUDUK 1980

SENSUS PENDUDUK 1980 SP 80 - s TANPA RANGKAP DAFTAR RUMAH TANGGA REPUBLIK INDONESIA BIRO PUSAT STATISTIK SENSUS PENDUDUK 1980 PENCACAHAN SAMPLE RAHASIA I PENGENALAN TEMPAT KODE 1. Propinsi 1 2. Kabupaten / Kotamadya *) 3 3.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan konsepsional bagi penulis mengenai cara yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Untuk lebih

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 91 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei - Juni 2009 bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 106 20 ' 10 6 0 '

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN MINI PURSE SEINE DI PPN PENGAMBENGAN, JEMBRANA, BALI

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN MINI PURSE SEINE DI PPN PENGAMBENGAN, JEMBRANA, BALI ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN MINI PURSE SEINE DI PPN PENGAMBENGAN, JEMBRANA, BALI Prosperity Level Analysis of Employer and Crew Mini Purse Seine in PPN Pengambengan, Jembrana, Bali Ratih Wijayaningrum,

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG 1 WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN KRITERIA RUMAH USULAN REHAB RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/04/62/Th.X,1 April PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Selama Februari, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 96,42 Persen Nilai Tukar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Secara umum usaha perikanan tangkap dapat dibedakan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, antara lain gill net, payang, dogol, pancing tonda, dll,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. 21 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. M. Nazir (1986: 63) mengungkapkan bahwa: Metode deskriptif adalah suatu metode

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH o. 04/04/62/Th. I, 2 Mei 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/02/62/Th.IX, 2 Februari PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pada Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat sebesar 99,30

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, III. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaan studi terdiri dari beberapa tahapan proses penelitian antara lain tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap analisis. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 34/6/32/Th XVII, 1 Juni 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2015 SEBESAR 102,48 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/07/72/Th. XII, 01 Juli 2009 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan Juni 2009 di Kota Palu terjadi inflasi sebesar 0,15 persen, dengan indeks dari 115,86 pada Mei 2009 menjadi 116,03

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 48/09/32/Th XIX, 4 September PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI AGUSTUS SEBESAR 105,37 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 6 STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisbank Semarang Abstrak Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Kuesioner

Daftar Pertanyaan Kuesioner Daftar Pertanyaan Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar No. Responden

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 21-32 ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU Hendrik

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini 24 III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini bermaksud menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana gambaran pendapatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 52/09/32/Th XVII, 1 September PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI AGUSTUS SEBESAR 104,11 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/11/62/Th.IX, 2 November 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pada Oktober 2015 Nilai T ukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 32/06/32/Th XIX, 2 Juni PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI MEI SEBESAR 103,94 (2012=100) Nilai Tukar Petani

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN y BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 57/10/32/Th XVII, 1 Oktober PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER SEBESAR 105,95 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03/02/62/Th.X,1 Februari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) Pada Januari 2016 NTP Kalimantan Tengah tercatat sebesar 96,94 atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 9 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 00 hingga Januari 0 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) No. 03/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 Selama Desember, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 98,81 Persen dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 02/1/32/Th XVII, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER SEBESAR 105,16 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 23/05/32/Th XIX, 2 Mei PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL SEBESAR 102,87 (2012=100) Nilai Tukar Petani

Lebih terperinci