BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Fanny Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan kadar ambang atas (LC jam) dan kadar ambang bawah (LC 0-48 jam) limbah cair industri nata de coco terhadap ikan nila. Kadar ambang atas dan ambang bawah tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar penentuan kadar perlakuan uji toksisitas. Uji pendahuluan dilaksanakan selama 48 jam dengan satu perlakuan kontrol dan menggunakan deretan konsentrasi rentang skala logaritmik yaitu 10-2 %, 10-1 %, 10 0 %, 10 1 %, dan 10 2 % volume limbah cair industri nata de coco. 37
2 Tabel 1. Mortalitas Ikan Nila (O. niloticus) pada Hasil Uji Pendahuluan Limbah Cair Nata De Coco. Variasi Mortalitas ikan kadar Jumlah Total Ulangan Rerata limbah ikan 48 mortalitas ke : 0 jam 24 jam (%) (% (ekor) jam (%) volume) Kontrol (0,01) (0,1) (1) , (10) (100) Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan uji pendahuluan maka diperoleh kadar ambang bawah (LC 0-48 jam) dan kadar ambang atas (LC jam) limbah cair industri nata de coco adalah 1% dan 10%. Batas ambang tersebut digunakan dalam penentuan kadar perlakuan untuk uji toksisitas. 2. Uji Toksisitas/Definitif Uji toksisitas merupakan uji lanjutan yang dilakukan setelah uji pendahuluan telah dilakukan. Pegamatan pada uji definitif dilakukan selama 38
3 96 jam. Berdasarkan uji pendahuluan akan diketahui ambang bawah dan ambang atas yaitu 1% dan 10%. Penentuan kadar uji untuk uji toksisitas atau uji sesungguhnya menggunakan skala Duodoroff (Sukiya, 1999:17) sehingga diperoleh kadar 1,58%; 2,52%; 4,01%; 6,39%; 7,95% dan 0% sebagai kontrol. Berikut data kelangsungan hidup ikan nila pada uji toksisitas : Tabel 2. Kelangsungan Hidup Ikan Nila (O. niloticus) pada Hasil Uji Definitif Limbah Cair Nata De Coco. Variasi kadar limbah (% volume) Ulangan ke: Jumlah ikan (ekor) Kelangsungan hidup (ekor) Awal / No (ekor) Akhir / Nt (ekor) SR (Survival Rate) (%) , , , , , Sumber : Analisis data primer Rerata (%)
4 rerata kelangsungan hidup (%) kontrol 1,58 2,52 4,01 6,38 7,95 variasi kadar limbah (%) Gambar 3. Grafik kelangsungan hidup ikan pada uji toksisitas Hasil uji toksisistas menunjukan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila terendah terdapat pada kadar 4,01%, 6,38%, dan 7,95% sedangkan kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada kadar 1,58% dan 2,52% yaitu sebesar 30% dan 10%. Berdasarkan hasil uji toksisitas tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi kadar perlakuan maka semakin rendah tingkat kelangsungan hidup ikan nila. Hal ini terjadi karena semakin tinggi kadar toksikan yang diberikan dalam kurun waktu tertentu secara konstan maka semakin banyak zat toksik yang masuk ke dalam tubuh ikan uji. Zat toksik yang masuk secara terus menerus ke dalam tubuh ikan uji akan mempengaruhi proses fisiologis didalam tubuh ikan sehingga berdampak pada kelangsungan hidup ikan. Hasil dari uji toksikologi pengaruh antara variasi kadar terhadap kelangsungan hidup ikan nila kemudian dianalisis menggunakan analisis One Way Anova. Berikut ini merupakan hasil analisis One Way Anova menggunakan SPSS. 40
5 Tabel 3. Analisis One Way Anova Toksisitas Limbah Cair Nata De Coco Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Nila ANOVA kelangsungan_hidup Pengaruh antar kelompok (kombinasi) L i n e a r jumlah df Rata-rata F Sig T e r m Dalam kelompok Jumlah Sumber : Analisis data primer Hasil analisis One Way Anova menunjukan bahwa faktor kadar pada perlakuan berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan nila karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0,01 (p < 0,01) yaitu 0,000. Rendahnya kelangsungan hidup ikan nila disebabkan karena penyerapan air yang telah terpapar limbah cair nata de coco. Limbah cair nata de coco yang telah masuk ke badan air akan mempengaruhi kondisi fisikokomia air. Ikan nila yang diperlakukan menggunakan limbah cair nata de coco mengalami stress ditandai dengan berenang cepat kemudian lama-kelamaan melemah dan mati. 41
6 3. Pengukuran Parameter Fisikokimia Limbah Cair Nata De Coco dan Air Perlakuan Hasil pengukuran parameter fisikokimia limbah cair nata de coco murni meliputi ph, DO, BOD, COD, TSS dan Amonia bebas sedangkan pada air perlakuan selama uji toksisitas limbah cair nata de coco terhadap ikan nila meliputi ph, DO, TSS dan Amonia bebas disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4. Hasil Analisis Fisikokimia Limbah Cair Nata De Coco Parameter Baku Mutu (mg/liter) Hasil (mg/liter) ph 6,0 9 (Permen LH No.6 Tahun 2007) 3,49 DO (mg/l) 5 (SNI Tahun 2000) 200 COD (Permen LH No.6 Tahun 2007) 100 BOD (Permen LH No.6 Tahun 2007) 100 TSS (mg/l) (Permen LH No.6 Tahun 2007) 1 Amonia bebas (mg/l) Pescod (Munawar Ali, 2011: 13) Sumber : Laporan Hasil Uji BLK-Yogyakarta 0, , ,78 15,20 5,455 Tabel 4 diatas merupakan pengukuran parameter fisikokimia limbah cair nata de coco dari sentra industri nata de coco di Jalan Pleret, Bantul. Limbah cair nata de coco setelah penampungan selama dua hari memiliki warna putih keruh kekuningan, kental dan berbau yang sangat menyengat. 42
7 Tabel 5. Hasil Analisis Fisikokimia Air Perlakuan Perlakuan Parameter Kontrol A B C D E Baku Mutu ph 7,36 6,78 5,12 4,19 4,35 3,93 6,0 9 DO (mg/l) 5,57 5,60 5,19 4,32 4,83 4,39 5 TSS (mg/l) Amonia (mg/l) ,414 6,560 4,510 3,173 4,064 0,870 1 Sumber : Laporan Hasil Uji BLK-Yogyakarta Keterangan : A = konsentrasi 1,58% B = konsentrasi 2,52% C = konsentrasi 4,01% D = konsentrasi 6,38% E = konsentrasi 7,95% ph DO (mg/l) Amonia (mg/l) 1 0 Kontrol 1,58% 2,52% 4,01% 6,38% 7,95% Gambar 4. Grafik uji fisikokimia (ph, DO dan Aminia bebas) air perlakuan 43
8 TSS (mg/l) Kontrol 1,58% 2,52% 4,01% 6,38% 7,95% Gambar 5. Grafik uji fisikokimia (TSS) air perlakuan Tabel 5 merupakan pengukuran parameter fisikokimia air perlakuan dengan berbagai kadar perlakuan yang diperoleh dari pengenceran berdasarkan ambang atas dan ambang bawah pada uji pendahuluan. Hasil tersebut kemudian dibanding dengan hasil pengukuran parameter fisikokimia limbah cair nata de coco murni sebelum diencerkan. Secara umum, kualitas air perlakuan yang diperoleh sebelum masa pemeliharaan ikan berada didalam kisaran normal untuk parameter DO, TSS dan Amonia bebas, sedangkan ph dibawah kisaran aman yaitu 3,93 7,36. ph pada air perlakuan memiliki kisaran ph yang tidak sesuai untuk kelangsungan hidup ikan, berdasarkan baku mutu sebesar 6,0-8,5. Oksigen terlarut dari berbagai kadar air perlakuan mengalami kondisi fluktuatif. Pengukuran DO pada setiap air perlakuan berkisar antara 4,32 5,60 mg/l yang artinya masih optimal untuk kelangsungan hidup ikan nila. 44
9 Pengukuran parameter TSS (Total Suspended Solid) air perlakuan juga mengalami kondisi fluktuatif dengan kisaran mg/l. Pada perlakuan 3 (4,01%) dan 5 (7,95%) menunjukan hasil diatas baku mutu yaitu 121 mg/l dan 122 mg/l dari baku mutu yang ditetapkan sebesar 100 mg/l. Amonia bebas hasil pengukuran fisikokimia menunjukan hasil yang fluktuatif berkisar antara 0,870-6,560 mg/l. Berdasarkan baku mutu yaitu 1 mg/l maka kandungan amonia bebas setiap air perlakuan kecuali perlakuan 5 (7,95%) berada dikondisi yang tidak aman untuk kelangsungan hidup ikan. Tabel 6. Analisis Regresi Pengaruh Uji Fisikokimia Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Nila Koefisien a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Konstanta) ph DO TSS NH3N a. Dependent Variable: kelangsungan_hidup 45
10 Case Casewise Diagnostics a Number Std. Residual kelangsungan_hidup Predicted Value Residual a. Dependent Variable: kelangsungan_hidup Sumber : Analisis data primer berikut: Berdasarkan tabel hasil analisis regresi diperoleh persamaan sebagi Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 Y = 196,835 + (23,775)X 1 + (46,786)X 2 + (- 0,610)X 3 + (- 7,496)X 4 Y = 196,835 + (23,775)X ,786X 2-0,610X 3-7,496X 4 Keterangan : Y = Kelangsungan hidup yang diprediksi a b 1 X 1 ;b 2 X 2 ;b 3 X 3 ;b 4 X 4 X 1 X 2 X 3 = Konstanta = Koefisien regresi = ph = DO = TSS X 4 = Amoniak bebas (NH 3 N) Interpretasi dari persamaan regresi yaitu : 46
11 - Konstanta sebesar 196,835; artinya jika ph, DO, TSS dan NH 3 N nilainya 0, maka kelangsungan hidup (Y ) nilainya adalah 196,835 - Koefisien regresi variabel ph (X 1 ) sebesar 23,775; artinya jika variabel bebas lain nilainya tetap dan ph mengalami kenaikan 1 % maka kelangsungan hidup (Y ) akan mengalami peningkatan sebesar 23,775. Koefisien regresi variabel DO (X 2 ) sebesar 46,786 memiliki arti yang sama juga dimana peningakatan 1% akan mempengaruhi kelangsungan hidup. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ph dan DO dengan kelangsungan hidup, semakin naik ph maka semakin meningkat kelangsungan hidup. - Koefisien regresi variabel TSS (X 3 ) sebesar 0,610; artinya jika variabel bebas lain nilainya tetap dan TSS mengalami kenaikan 1% maka kelangsungan hidup (Y ) akan mengalami penurunan sebesar 0,610. Koefisien regresi NH3N (X 4 ) sebesar - 7,496 yang berarti peningkatan 1 % akan mempengaruhi penurunan kelangsangngan hidup. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan bertentangan antara TSS dan Amoniak bebas kelangsungan hidup, semakin naik TSS dan Amoniak bebas turun kelangsungan hidup. - Nilai kelangsungan hidup yang diprediksi (Y ) dapat dilihat pada tabel Diagnosis Casewise dimana nilai residual yang telah terstandarisasi mendekati 0 yang artinya model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi. 47
12 4. Pengukuran Kandungan Bahan Organik Limbah Cair Nata De Coco Hasil pengukuran persentase bahan organik yang terkandung didalam limbah cair nata de coco yang dilakukan di Laboratoriun Penelitian dan Pengujian Terpadu, UGM disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 7. Persentase Kandungan Bahan Organik dalam Limbah Cair Nata De Coco No Parameter Uji Hasil Satuan Metode 1 Protein 1,61 % b/v Kjeldahl 2 Lemak total 0,04 % Gravimetri 3 Kadar air 97,50 % Gravimetri 4 Kadar abu 0,74 % Gravimetri 5 Karbohidrat 0,11 % By difference Sumber: Analisis data primer (LPPT UGM) Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa dalam 100% limbah cair nata de coco mengandung kadar air yang sangat tinggi yaitu 97,50 % diikuti persentase protein sebesar 1,61 %. Persentase protein terlarut yang tinggi dibandingkan bahan-bahan organik lain yang terkandung dalam limbah cair ini akan mempengaruhi kualitas perairan kaitannya dengan TSS (Total Suspended Solid) dan amonia bebas. 5. Kerusakan Organ Hepatopankreas Ikan Nila Berdasarkan uji toksisitas yang berlangsung selama 96 jam diperoleh ikan yang masih dalam keadaan hidup pada kontrol, perlakuan 1 (konsentrasi 1,58%) dan perlakuan 2 (2,52%). Sampel ikan yang masih hidup dari setiap perlakuan kemudian dibedah dan diambil organ hepatopankreasnya untuk selanjutnya dibuat menjadi preparat. Tabel 8 merupakan persentase kerusakan histologik organ hepatopankreas berdasarkan pengamatan 48
13 menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x. Pengamatan terhadap kerusakan dibagi menjadi 3 kriteria kerusakan yaitu piknosis, karioreksis dan lisis. Pengamatan dilakukan dengan cara sampling. Tabel 8. Persentase Kerusakan Organ Hepatopankreas Ikan Nila Persentase Kerusakan Perlakuan Ulangan Total Piknosis Karioreksis Lisis 1 1,34 % 0,84% 0,1% 2,28% Kontrol 2 1,34% 0,58% 0,18% 2,1% 3 1,5% 0,67% 0,34% 2,51% 1 2,75% 1,34% 1,58% 5,67% Perlakuan 2 1,58% 1,08% 1,58% 4,24% 1 (1,58%) 3 2,58% 1,67% 1,25% 5,5% Perlakuan 1 4,75% 2,58% 1,67% 9% 2 (5,52%) 2 4,25% 3,41% 2,33% 9,99% Sumber : Analisis data primer Hasil pengamatan menunjukan bahwa terjadi peningkatan persentase kerusakan struktur histologik organ hepatopankreas seiring peningkatan kadar perlakuan yang diberikan. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa dari 5 variasi kadar yang digunakan 3 diantaranya semua sampel hewan uji mengalami kematian setelah uji toksisitas selama 96 jam, sehingga hanya dari 2 perlakuan saja yang dapat dibuat preparat untuk selanjutnya diamati kerusakan organnya. Piknosis memiliki persentase tertinggi dalam kerusakan organ hepatopankreas ikan nila, sedangkan lisis paling sedikit terjadi. 49
14 Tabel 9. Analisis One Way Anova Toksisitas Limbah Cair Nata De Coco terhadap Kerusakan Struktur Histologik Hepatopankreas Ikan Nila kerusakan Between Groups Sumber : Analisis data primer ANOVA Sum of Squares Hasil analisis One Way Anova menunjukan bahwa faktor kadar pada perlakuan berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan struktur histoligik organ hepatopankreas ikan nila karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0,01 (p < 0,01) yaitu 0,000. Berdasarkan signifikansi tersebut maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan s Multiple Range Test). Hasil dari dilakukannya uji lanjut DMRT adalah sebagai berikut: df Mean Square F Sig. (Combined) LWeighted i Deviation n e a r T e r m Within Groups Total
15 Tabel 10. Uji Lanjut Duncan Toksisitas Limbah Cair Nata De Coco terhadap Kerusakan Struktur Histologik Hepatopankreas Ikan Nila Duncan kerusakan Subset for alpha = 0.05 kadar N Sig Sumber: Analisis data primer Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test dengan taraf 5% menunjukan bahwa kadar perlakuan 2,52% merupakan kadar perlakuan yang paling berpengaruh terhadap penurunan kelangsungan hidup ikan nila. 51
16 b d c a Gambar 6. Preparat kondisi histologik hepar pada perlakuan kontrol (0%). Skala yang digunakan 50μm (1:50). Perbesaran 400X. Keterangan a: piknosis, b: karioreksis, c: lisis, d: hepatosit b d a Gambar 7. Preparat kondisi histologik hepar pada perlakuan kontrol (0%). Skala yang digunakan 20μm (1:20). Perbesaran 1000X. Keterangan a: piknosis, b: karioreksis, c: lisis, d: hepatosit c 52
17 c b d a Gambar 8. Preparat histologik hepar pada perlakuan 1 (1,58%). Skala yang digunakan 50μm (1:50). Perbesaran 400X. Keterangan a: piknosis, b: karioreksis, c: lisis, d: hepatosit b a Gambar 9. Preparat histologik hepar pada perlakuan 1 (1,58%). Skala yang digunakan 20μm (1:20). Perbesaran 1000X. Keterangan a: piknosis, b: karioreksis 53
18 b c Gambar 10. Preparat kondisi histologik hepar pada perlakuan 2 (2,52%). Skala yang digunakan yaitu 50μm (1:50). Perbesaran 400X. Keterangan a: piknosis, b: karioreksis, c: lisis a c b a Gambar 11. Preparat kondisi histologik hepar pada perlakuan 2 (2,52%). Skala yang digunakan yaitu 20μm (1:20). Perbesaran 1000X. Keterangan a: piknosis, b: karioreksis, c: lisis 54
19 a Gambar 12. Preparat kondisi histologik pankreas pada perlakuan kontrol (0%). Skala yang digunakan yaitu 50μm (1:50). Perbesaran 400X. Keterangan a: lobulus pancreaticus a b Gambar 13. Preparat kondisi histologik pankreas pada perlakuan 1 (1,58%). Skala yang digunakan yaitu 50μm (1:50). Perbesaran 400X. Keterangan a: sel asinus, b: lobulus pancreaticus 55
20 a b Gambar 14. Preparat kondisi histologik pankreas pada perlakuan 2 (2,52%%). Skala yang digunkan yaitu 50μm (1:50). Perbesaran 400X. Keterangan a: sel asinus, b: lobulus pancreaticus B. Pembahasan Berdasarkan interpretasi data diketahui bahwa rendahnya kelangsungan hidup ikan nila pada uji pendahuluan dan uji toksisitas disebabkan oleh penyerapan air yang terpapar limbah cair nata de coco yang bersifat toksik. Faktor yang berperan dalam mempengaruhi rendahnya kelangsungan hidup ikan adalah parameter fisikokimia yang berkaitan erat dengan kandungan bahan organik dari limbah cair nata de coco. Hasil analisis fisikokimia limbah cair nata de coco dari semua parameter uji yaitu ph, DO, BOD, COD, TSS, dan Amonia bebas berturut-turut yaitu 3,49; 0,0 mg/l; ,76 mg/l; ,78 mg/l; 15,20 mg/l; dan 5,455 mg/l. karakteristik limbah cair cair tersebut apabila dibandingkan dengan baku mutu, kadar ph, DO,BOD,COD, TSS dan Amonia bebas telah melampui baku mutu. Limbah cair nata de coco yang dibuang secara 56
21 langsung ke badan air penerima tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu merupakan salah satu sumber pencemaran perairan yang menyebabkan kematian biota aquatik akibat menurunnya kualitas perairan. Dampak yang paling terasa oleh masyarakat yaitu timbulnya bau busuk akibat adanya kondisi aerobik yang menghasilkan karbondioksida dan hidrogen. Berdasarkan analisis fisikokimia menggunakan uji regresi diketahui bahwa ph dan Amonia bebas memiliki efek yang nyata (signifikan) terhadap rendahnya kelangsungan hidup ikan nila setelah uji toksisitas selama 96 jam. Uji analisis ph di Balai Laboratorium Kesehatan menunjukkan bahwa dari variasi kadar perlakuan 1 sampai 5, ph menunjukan kisaran dibawah aman yaitu 3,93 6,78 dimana pada perlakuan kontrol dan kadar 1,58% derajat keasaman masih mampu mendukung kelangsungan hidup ikan nila; sedangkan Amonia bebas hasil pengukuran fisikokimia menunjukan hasil yang fluktuatif berkisar antara 0,870-6,560 mg/l. Berdasarkan baku mutu yaitu 1 mg/l, maka kandungan amonia bebas setiap air perlakuan kecuali air perlakuan dengan konsentrasi limbah 7,95% berada pada kisaran yang tidak aman untuk kelangsungan hidup hewan budidaya seperti ikan nila karena melebihi baku mutu. Penurunan nilai ph pada setiap kadar perlakuan disebabkan karena dekomposisi bahan organik dan respirasi dalam perairan yang akan menurunkan kandungan oksigen terlarut dan menaikkan kandungan CO 2. Nilai ph akan mempengaruhi peningkatan kandungan amonia, dan CO 2 yang bersifat racun (toksik) bagi organisme akuatik. Di dalam air sebagian amoniak akan terionisasi menjadi NH + 4 dan sebagian lagi masih berupa NH 3 bebas yang bersifat racun bagi 57
22 biota perairan. Pengaruh ph terhadap toksisitas amonia ditunjukkan dengan kondisi ph yang rendah (asam) akan bersifat racun bila jumlah amonia banyak sedangkan dengan kondisi ph tinggi (basa), hanya dengan jumlah amonia rendah pun sudah bersifat racun. Jika zat asam terserap oleh darah menyebabkan asidosis yaitu, kondisi dimana terjadi akumulasi asam dan ion hidrogen dalam darah dan jaringan tubuh sehingga menurunkan ph. Sumber amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organic (urea dan protein). Amonia di perairan pada umumnya berasal dari hasil penguraian sisa bahan organik seperti limbah rumah tangga dan hasil samping dari metabolisme ikan yang berupa feses. Hasil dari penguraian bahan organik tersebut salah satunya dapat berupa senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen yang terbentuk tersebut apabila masuk ke perairan akan mengalami akumulasi dan dioksidasi menjadi amonia. Tingginya persentase kandungan protein dalam limbah cair nata de coco dibandingkan bahan organik lainnya akan meningkatkan kandungan amonia di perairan seiring dengan peningkatan ph. Jenie dan Rahayu (Sandriati, 2010: 7-8), menyatakan bahwa konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air dapat menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan tersebut. Amonia dapat mengakibatkan keadaan kekurangan oksigen pada air karena pada konversi amonia menjadi nitrat membutuhkan 4,5 bagian oksigen untuk setiap bagian amonia. Dengan keadaan tersebut, maka kadar oksigen terlarut dalam cairan akan turun yang menyebabkan makhluk biologis misalnya ikan tidak dapat hidup di sana. 58
23 Kadar oksigen terlarut yang berkisar pada kondisi aman yaitu 5,60 4,32 mg/l menunjukkan bahwa DO pada setiap air perlakuan masih mendukung kelangsungan hidup ikan. menurut Makmur (Priyadi, dkk., 2015: 209) kelarutan oksigen di dalam air berpengaruh terhadap kesetimbangan kimia perairan dan kehidupan biota. Nilai DO berkaitan erat dengan nilai BOD dan COD dimana, semakin tinggi nilai BOD suatu badan air maka kebutuhan oksigen terlarut semakin besar bahkan mengambil oksigen yang seharusnya dimanfaatkan oleh mahluk hidup air begitu pula dengan nilai COD. Keberadaan senyawa organik terlarut seperti protein, lemak dan karbohidrat akan mempengaruhi kandungan TSS yang akan menyebabkan kekeruhan air sehingga cahaya matahari sulit menembus dasar perairan. Proses akumulasi senyawa organik dalam suatu mahluk hidup perairan dimulai dari masuknya senyawa organik tersebut melalui dua cara yaitu, sistem respirasi dan sistem pencernaan. Senyawa organik (amonia dan asam asetat) masuk ke dalam sistem respirasi melalui insang sedangkan pada sistem pencernaan masuk melalui rongga mulut. Senyawa organik yang masuk melalui kedua sistem tersebut setelah masuk kedalam tubuh akan bercampur dengan cairan sirkulatori yang akan belanjut untuk metabolisme atau disimpan dalam bentuk lipid. Senyawa organik yang tidak terurai tersebut ketika masuk kedalam metabolisme jika bersifat toksik akan didetoksifikasi di hati untuk selanjutnya diekskresikan oleh ginjal dalam bentuk urin. Berdasarkan hasil pengamatan struktur histologik hepar ikan nila diketahui bahwa kerusakan dari tiga perlakuan yaitu, kontrol, perlakuan 1 (1,58%) dan 59
24 perlakuan 2 (2,52%) berkisar antara 2,1% - 9,99%. Kerusakan hati yang diamati merupakan gejala nekrosis yang terdiri dari tiga tahapan yaitu piknosis, karioreksis dan lisis. Price dan Wilson (Yakub, 2015: 24-25) menyatakan bahwa nekrosa merupakan jenis kematian sel ireversibel yang terjadi ketika terdapat cidera berat atau lama hingga suatu saat sel tidak dapat beradaptasi atau memperbaiki dirinya sendiri. Ada tiga proses nekrosis sel, yaitu: 1) Inti sel yang nekrosis akan menyusut, memiliki batas yang tidak teratur dan bewarna gelap. Proses ini dinamakan piknosis. 2) Kemungkinan lain inti dapat hancur dan membentuk fragmenfragmen materi kromatin yang tersebar di dalam sel, proses ini disebut sebagai karioreksis. 3) Beberapa keadaan dimana inti sel tidak dapat diwarnai lagi dan benar-benar hilang proses ini disebut sebagai kariolisis. Pengaruh nekrosis mengakibatkan hilangnya fungsi pada daerah yang nekrosa. Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (Fitrian, 2013: 58) ada dua alasan yang menyebabkan hati mudah terkena racun. Pertama hati menerima 89% suplai darah dari vena porta yang mengalirkan darah dari sistem gastrointestinal. Substansi zat-zat toksik termasuk tumbuhan, fungi, logam, mineral dan zat-zat kimia lainnya yang diserap ke dalam portal ditransportasikan ke hati. Kedua, hati menghasilkan enzim-enzim yang mempunyai kemampuan sebagai biotransformasi pada berbagai macam zat eksogen dan endogen yang dieliminasi tubuh. Salah satu penyebab terjadinya nekrosis pada sel hati adalah menurunya derajat keasaman (ph) dalam sel hati. Hal ini dapat terjadi karena kondisi air perlakuan yang cenderung bersifat asam dan mengandung amonia yang berada 60
25 diatas ambang aman. Kondisi ph yang rendah ini disebabkan karena tingginya asam asetat yang terkandung dalam limbah nata de coco seperti yang diungkapkan (Pembayun, 2002: 32) yaitu limbah cair nata de coco bersifat asam karena mengandung asam asetat dalam konsentrasi tinggi. Asam asetat dalam hal ini merupakan senyawa organik yang timbul akibat penurunan ph dan akan terus berada di perairan karena sifatnya yang mudah berikatan dengan pelarut polar maupun non polar. Jika hal ini terjadi terus menerus dan terserap oleh biota air (ikan) akan mengakibatkan kerusakan sel hati karena kondisi lingkungan yang cenderung asam. Menurut Anderson (Yuniar, 2009: 15) kariolisis terjadi akibat derajat keasaman (ph) sel yang menurun. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya, namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan, karena dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah (Fessenden dan Fessenden, 1997: ). Menurut Isnaeni (2006: 156) bahwa pankreas memiliki sel endokrin dan sel eksokrin, sel-sel tersebut letaknya berhubungan dengan kapiler darah menyebabkan pankreas rentan rusak yang diakibatkan oleh zat toksik. Kerusakan seperti nekrosis pada sel asinus pankreas tidak begitu jelas teramati, karena sel asinus tidak beraturan. Hal ini sama dengan yang terjadi di penelitian Munro, dkk,. (1983: 3) bahwa nekrosis pada sel asinus tidak pernah jelas terlihat bahkan pada keadaan zat toksik tinggi di sel asinus nekrosisi hanya sekali ditemukan. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Jumlah Ikan (ekor)
A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Pendahuluan Variasi Kadar Limbah (% vol.) Uji pendahuluan dilakukan untuk memperoleh kadar ambang atas (LC 100-24 jam) dan ambang bawah
Lebih terperinciTOKSISITAS LIMBAH CAIR NATA DE COCO TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
271 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 5 Tahun 2017 TOKSISITAS LIMBAH CAIR NATA DE COCO TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) TOXICITY OF
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Limbah cair nata de coco Air kelapa memiliki banyak kegunaan dalam bidang industri makanan salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian
Lebih terperinciUJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)
UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) BRIAN PRAMUDITA 3310100032 DOSEN PEMBIMBING: BIEBY VOIJANT TANGAHU
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu Berdasarkan analisis ANAVA (α=0.05) terhadap Hubungan antara kualitas fisik dan kimia
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan
Lebih terperinciTOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus
TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciTingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.
Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus., L) Oleh: Annisa Rakhmawati, Agung Budiantoro Program Studi Biologi Fakultas
Lebih terperinciKonsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling
Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran
Lebih terperinciTUGAS AKHIR (SB )
TUGAS AKHIR (SB-091358) Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Juvenile Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) secara In-Situ di Kali Mas Surabaya Oleh : Robby Febryanto (1507 100 038) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau aktivitas yang dianggap sebagai suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah maupun kering,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai
TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing
Lebih terperinciPENENTUAN KUALITAS AIR
PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan industri yang dapat mengubah kulit mentah menjadi kulit yang memiliki nilai ekonomi tinggi melalui proses penyamakan, akan tetapi
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan
Lebih terperinciMukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang
OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh kosentrasi limbah terhadap gerakan insang Moina sp Setelah dilakukan penelitian tentang gerakan insang dan laju pertumbuhan populasi Moina sp dalam berbagai kosentrasi
Lebih terperinciUji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )
Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus ) Oleh : Shabrina Raedy Adlina 3310100047 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan
Lebih terperinciSISTEM EKSKRESI. - Sistem ekskresi pada uniseluler dan multiseluler. - Pembuangan limbah nitrogen dan CO 2
SISTEM EKSKRESI 1. Pendahuluan - Pengertian Ekskresi - Sistem ekskresi pada uniseluler dan multiseluler 2. Fungsi pokok sistem ekskresi - Pembuangan limbah nitrogen dan CO 2 - Keseimbangan air, garam,
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman
Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA Nama : Ridwan Maulana NPM : 16212320 Pembimbing : Widiyarsih, SE.,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan
Lebih terperinciPenyebaran Limbah Percetakan Koran Di Kota Padang (Studi Kasus Percetakan X dan Y)
Penyebaran Limbah Percetakan Koran Di Kota Padang (Studi Kasus Percetakan X dan Y) Oleh: Komala Sari (Dibawah bimbingan Prof. Dr. Hamzar Suyani, M.S dan Dr. Tesri Maideliza, MS) RINGKASAN Limbah percetakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,
Lebih terperinciJurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :
KAJIAN UJI HAYATI AIR LIMBAH HASIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DR. RAMELAN SURABAYA Candra Putra Prokoso 1 Agus Romadhon 2 Apri Arisandi 2 1 Alumni Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD 5.1.1. Parameter BOD Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membandingkan teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan ekonomi daerah. Namun industri tahu juga berpotensi mencemari
Lebih terperinciPEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017
PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air di negara berkembang seperti Indonesia saat ini telah menunjukkan gejala cukup serius dan harus segera mendapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan
Lebih terperinciGambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai
BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai proteksi kerusakan sel-sel ginjal. Bawang putih diperoleh dari Superindo dan diekstraksi di Lembaga Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya
I. PENDAHULUAN Budidaya jamur pangan (edible mushroom) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan budidaya jamur ini, akan menghasilkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) benih ikan patin yang dipelihara dengan masa pemeliharaan 30 hari memiliki hasil
Lebih terperinciTOKSISITAS LIMBAH CAIR PABRIK BATIK TERHADAP MORTALITAS DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Toksisitas Limbah Cair Pabrik Batik... (Dixy Dhyanti Prillyaning Saraswati) 17 TOKSISITAS LIMBAH CAIR PABRIK BATIK TERHADAP MORTALITAS DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI. Disusun oleh: Sukiya Rizka Apriani Putri
PETUNJUK PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI Disusun oleh: Sukiya Rizka Apriani Putri PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat
41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Skema pembuatan yoghurt kunir asam
LAMPIRAN Lampiran 1. Skema pembuatan yoghurt kunir asam 72 73 Lampiran 2. Skema kerja analisis sifat kimia yoghurt kunir asam 1. Kadar abu total ( Dry Ashing ) 2. Kadar lemak total ( Soxhletasi ) 3. Kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang
Lebih terperinciHasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri
Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Semua limbah yang dihasilkan home industry dibuang langsung ke sungai, selokan atau, bahkan, ke pekarangan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak dimanfaatkan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis
IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang
BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Air 2.1.1 Air Bersih Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang dinamakan siklus hidrologi. Air yang berada di permukaan menguap ke langit, kemudian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan adanya kontrol
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan
BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan menggunakan gabungan metode elektrokoagulasi dan EAPR. Parameter yang digunakan yaitu logam berat Pb, Cu, COD dan ph.
Lebih terperinciMAKALAH KIMIA ANALITIK
MAKALAH KIMIA ANALITIK Aplikasi COD dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Disusun oleh : Ulinnahiyatul Wachidah ( 412014003 ) Ayundhai Elantra ( 412014017 ) Rut Christine ( 4120140 ) Universitas Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data penelitian ini diperoleh dari siswa kelas V SD Islam Al Madina Semarang tahun pelajaran 2015/2016 sebagai subyek penelitian dan merupakan populasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai kemampuan memori, kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid.
Lebih terperinci