HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah cair tahu yang diperoleh dari industri tahu tersebut cenderung menimbulkan bau busuk yang merupakan hasil degradasi mikroba yang hidup dalam air limbah. Menurut Wardhana (1) mikroba yang hidup di dalam air akan mengubah bahan buangan organik, terutama gugus protein terdegradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau. Bau busuk, senyawa organik yang belum terdekomposisi, dan nilai ph yang rendah yaitu 3, sampai yang terkandung dalam limbah cair tahu akan menghambat pertumbuhan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengenceran dan menjadi media tanam bagi, perlu dilakukan aerasi untuk menaikkan ph serta menguraikan senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Menurut Suriawiria () fungsi aerasi ini adalah untuk menguraikan secara sempurna senyawa organik yang berasal dari buangan di dalam perioda waktu yang relatif singkat. Penguraian dilakukan oleh sejumlah mikroba terutama bakteri. Proses aerasi yang dilakukan membuat ph limbah menjadi naik sampai. Hal ini merupakan standar minimum untuk menumbuhkan pada air limbah sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa kisaran ph optimum untuk pertumbuhan Eceng Gondok adalah - (Gopal dan Sharma, 191). Pada tahap selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap limbah cair tahu yang telah diaerasi. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data karakterisasi awal limbah cair tahu sebagaimana disajikan pada Tabel. Tabel. Karakterisasi limbah cair tahu setelah aerasi (pra perlakuan) Parameter Satuan Nilai Fosfat (PO 3- ) mg/l,59-,1 Nitrat (NO 3 ) mg/l,339-,3 Amonia (NH 3 ) mg/l 1,-11, TKN mg/l,-3 COD mg/l 7 TSS mg/l ph - Berdasarkan Tabel, diketahui bahwa limbah cair tahu yang telah diaerasi selama 3 minggu memiliki jumlah amonia (NH 3 ) serta nilai TKN yang cukup tinggi. Tingginya jumlah amonia (NH 3 ) dan TKN ini disebabkan oleh bahan baku tahu yaitu kedelai yang mengandung protein tinggi. Bahan berprotein tersebut dinyatakan sebagai nitrogen organik yang merupakan nitrogen total yang terikat dalam air sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan dapat meningkatkan total nitrogen. Nilai amonia yang tinggi pada karakterisasi awal disebabkan oleh adanya proses dekomposisi bahan organik yang banyak mengandung senyawa nitrogen (protein) oleh mikroba (amonifikasi) yang terjadi saat proses aerasi berlangsung.

2 Nilai COD yang diuji pada karakterisasi awal menunjukkan nilai yang tinggi juga. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat di oksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Kandungan fosfat dan nitrat pada limbah tahu tergolong sedang namun tetap dapat mencemari lingkungan. Nitrat terbentuk dari proses nitrifikasi dan membutuhkan peran bakteri nitrobakter dan nitrosomonas dengan ph optimum 7,5- (Laraspedi, ). Namun, pada kondisi ini, limbah cair tahu yang diproses tersebut memiliki kondisi asam sehingga menyebabkan amonia belum secara maksimal di oksidasi untuk menjadi nitrat. Fosfat yang terdapat dalam limbah terdiri atas fosfat organik dan fosfat anorganik. Penjumlahan kedua fosfat tersebut dinyatakan sebagai total fosfat. Nilai total fosfat yang yang dihasilkan tersebut menunjukkan bahwa fosfat yang terdapat dalam limbah cair tahu merupakan fosfat yang bersifat anorganik. Kondisi ph sebelum dilakukan aerasi menunjukkan kondisi asam. Setelah dilakukan proses aerasi, nilai ph naik menjadi. Hal ini menunjukkan bahwa limbah berasal dari senyawa organik seperti protein yang kemudian didekomposisi menjadi amonia (NH 3 ) sedangkan nilai TSS menunjukkan nilai yang tidak terlalu tinggi namun tetap dapat mencemari perairan karena bahan tersuspensinya dapat menghambat pertumbuhan biota air. Setelah dilakukan karakterisasi, langkah selanjutnya adalah melakukan pengenceran terhadap limbah cair tahu sebagai media tanam. Pengenceran dilakukan hingga kali. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui titik kritis awal tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan meliputi ph, DO, dan jumlah helai daun. Tanaman yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar yang distabilkan terlebih dahulu pada air bersih selama satu hari sebelum ditanam di kolam. Hasil pengamatan pada penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian pendahuluan, nilai ph berada dalam kisaran normal sehingga pada ph tersebut Eceng Gondok masih dapat tumbuh dan berkembang biak. Selain itu, nilai DO menunjukkan titik kritis yang memungkinkan biota air untuk hidup. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya nilai nitrogen total serta amonia yang terkandung dalam limbah. Kondisi pertumbuhan selama penelitian pendahuluan ditunjukkan pada Lampiran dan dapat dilihat bahwa dengan media limbah cair tahu yang tidak diencerkan lebih cepat layu, mengering, dan akhirnya mati. Pertumbuhan tanaman pada kolam percobaan ini lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman yang di tanam di kolam percobaan yang lain. Pada kolam ini, tanaman tidak dapat berkembang biak dengan baik sampai akhir pengamatan. Hal ini disebabkan oleh kadar amonia (NH 3 ) yang tinggi. NH 3 memiliki ukuran molekul yang kecil sehingga dapat menembus sel membran dengan cepat melalui proses difusi tanpa diserap (Gopal dan Sharma, 191). Berdasarkan pengamatan terhadap pertumbuhan disimpulkan bahwa mulai dapat tumbuh dengan baik pada pengenceran 1:. Perbandingan ini kemudian dijadikan dasar dalam penelitian utama yang akan dilakukan. Selain itu, pada penelitian utama limbah cair tanpa pengenceran pun digunakan juga sebagai pembanding antara limbah cair pengenceran 1: dengan tanpa pengenceran. Penanaman tersebut diharapkan dapat menjadi agen hayati untuk mereduksi nutrien pada limbah cair tahu.

3 . PENELITIAN UTAMA..1 Penurunan Parameter Fisika dan Kimia pada Limbah Cair Tahu..1.1 Total Suspended Solid (TSS) Parameter fisika TSS merupakan parameter yang mengindikasikan kekeruhan dari suatu limbah cair. TSS ini terbentuk karena banyaknya partikel terlarut baik organik maupun anorganik dalam limbah sehingga limbah pun berwarna keruh. Hasil pengujian untuk TSS pada limbah cair tahu yang ditanami oleh ditunjukkan pada Gambar. TSS (mg/l) 7 5 PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: 3 1 Gambar. Penurunan Kandungan TSS Selama Waktu Penelitian pada Perlakuan dengan Gambar memperlihatkan bahwa TSS pada limbah cair tahu mengalami penurunan. Penurunan terbesar diperoleh saat hari ke-1 untuk pada kolam pengenceran 1: dan tanpa pengenceran. Penurunan nilai TSS tersebut berkorelasi dengan tingkat kejernihan air limbah karena adanya penyerapan bahan-bahan tersuspensi oleh Eceng Gondok dan Kiambang. Pada hari ke-1 terlihat bahwa warna dari limbah cair tahu tersebut menjadi lebih jernih dari sebelumnya. Perubahan warna limbah tahu disertai dengan penurunan nilai TSS menunjukkan bahwa memiliki kemampuan untuk menyerap padatan-padatan tersuspensi sehingga perairan pun menjadi lebih jernih dibandingkan sebelumnya. Presentase perubahan penurunan terbesar diperoleh pada tanaman Eceng Gondok dengan pengenceran 1: yaitu 9,3 %. Hal tersebut pun sejalan dengan efektivitas rata-rata tanaman Eceng Gondok dalam menurunkan nilai TSS selama hari yaitu dari 37 mg/l menjadi 1,5 mg/l (Lampiran ). Efektivitas penurunan TSS tersebut disebabkan adanya aktivitas pengikatan padatan-padatan tersuspensi yang terdapat pada limbah oleh sistem perakaran Eceng Gondok yang lebat dan kemudian diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan kualitas air yang lebih jernih.

4 TSS (mg/l) Gambar 7. Penurunan TSS pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian (Error Bar Menunjukkan Standar Deviasi) TSS (mg/l) PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: Gambar. Penurunan TSS pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian Gambar 7 dan menunjukkan penurunan TSS pada pengenceran 1: dan 1: selama penelitian yang dilengkapi dengan rentang pengukuran. Penurunan hari ke- memiliki rentang pengukuran dan standar deviasi terbesar antara. Penurunan hari ke- hingga hari ke- menunjukkan bahwa antara memiliki pola yang relatif sama...1. ph Air merupakan kombinasi dari hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan perbandingan atom hidrogen dan 1 atom oksigen. Atom-atom tersebut membentuk muatan atau ion, yaitu ion hidrogen positif (H + ) dan ion hidroksil negatif (OH - ). Nilai ph atau potential hidrogen merupakan perbandingan dari ion-ion tersebut (Lesmana, 1). Nilai ph selama penelitian, baik pada perlakuan tumbuhan air dengan 1% persen limbah maupun limbah dengan pengenceran 1:, menunjukkan nilai yang terus meningkat tiap waktu pengamatan yang ditunjukkan pada Gambar 9 dan Lampiran. Nilai awal ph air limbah adalah sebesar kemudian meningkat terus hingga mencapai nilai 9,5 pada hari ke-.

5 ph 1 1 PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: Gambar 9. Peningkatan Nilai ph Selama Waktu Penelitian pada Perlakuan dengan Gambar 9 menunjukkan pola yang terjadi yaitu seiring bertambahnya waktu, nilai ph pun meningkat. Peningkatan nilai ph tersebut disebabkan adanya konsumsi karbondioksida bebas di dalam air yang digunakan untuk proses fotosintesis, baik oleh tumbuhan air maupun oleh algae yang berada dalam limbah. Dalam kolam percobaan tidak hanya tanaman air yang melakukan fotosintesis, algae pun tumbuh dengan berikatan dengan tanaman air serta melakukan fotosintesis. Adanya algae tersebut terlihat dari warna air limbah yang berwarna agak hijau. Menurut Effendi (3), pertumbuhan algae yang pesat dapat mengurangi keberadaan karbondioksida hingga lebih kecil dari konsentrasi kesetimbangan karbondioksida di air dengan di udara, selanjutnya dapat meningkatkan nilai ph menjadi lebih tinggi lagi Gambar 1. Peningkatan Nilai ph Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian ph 1 1 PENGENCERAN 1: Gambar 11. Peningkatan Nilai ph Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian ph

6 Pada Gambar 1 dan 11 menunjukkan peningkatan ph pada pengenceran 1: dan 1: selama penelitian yang dilengkapi dengan rentang pengukuran. Peningkatan nilai ph pada hari ke- hingga hari ke- menunjukkan bahwa antara memiliki pola yang relatif sama Dissolved Oxygen (DO) DO merupakan nilai kandungan oksigen terlarut di dalam air. Sumber oksigen terlarut di dalam air pada sistem tertutup dapat berupa difusi dari atmosfer maupun dari proses fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Nilai rata-rata DO yang ditunjukkan pada Lampiran menunjukkan nilai yang meningkat kemudian menurun pada hari ke-. Peningkatan tertinggi diperoleh perlakuan tanaman Eceng Gondok dengan pengenceran 1: pada hari ke-1 yaitu,5 mg/l. Perubahan oksigen terlarut yang terkandung pada limbah cair tahu selama penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. DO (mg/l) 1 ECENG GONDOK PENGENCERAN 1: PENG ENCERAN 1: Gambar 1. Perubahan Nilai DO Selama Waktu Penelitian pada Perlakuan dengan Gambar 1 mengindikasikan perubahan peningkatan oksigen terlarut selama penelitian. Selama hari, terjadi peningkatan nilai DO sehingga memperlihatkan kemampuan tumbuhan air dalam mengoksigenasi air limbah melalui sistem perakarannya serta melepaskan oksigen dari proses fotosintesis. Peningkatan nilai DO mencapai puncaknya pada hari ke-1 untuk masing-masing jenis tanaman. Peningkatan tersebut dikarenakan bahan organik yang tersisa dalam air limbah tinggal sedikit sehingga oksigen yang diperlukan untuk proses dekomposisi juga sedikit dan oksigen pun disuplai ke perairan. Menurut Brix dan Schierup (197) dalam Khiatuddin (3), akar tumbuhan akuatik dapat mengeluarkan oksigen yang berasal dari bagian batang setelah berdifusi dari atmosfer melalui pori-pori daun. Pelepasan oksigen oleh akar tumbuhan air menyebabkan air di sekitar rambut akar memiliki kadar oksigen lebih tinggi dibandingkan air yang tidak terdapat tumbuhan air.

7 DO (mg/l) 1 Gambar 13. Perubahan Nilai DO Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian 1 PENGENCERAN 1: 1 Gambar 1. Perubahan Nilai DO Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian DO (mg/l) Pada Gambar 13 dan 1 menunjukkan peningkatan DO pada pengenceran 1: dan 1: selama penelitian yang dilengkapi dengan rentang pengukuran. Eceng Gondok pada hari ke- dan hari ke-1 memiliki rentang pengukuran dan standar deviasi terbesar. Perubahan nilai DO selama hari menunjukkan bahwa antara memiliki pola yang relatif sama...1. Chemical Oxygen Demand (COD) Nilai COD merupakan indikator pencemaran di badan air. Nilai tersebut menunjukkan keberadaan zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis sehingga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di perairan. Semakin tinggi nilai COD berarti jumlah bahan organik semakin banyak dan akan membawa pencemaran ke tingkat yang lebih tinggi (Marlina, ). Nilai COD mengalami penurunan seiring dengan pertambahan waktu seperti ditunjukkan pada Lampiran. Perubahan nilai COD pada pengenceran 1: untuk adalah dari 7 mg/l menjadi 93,5 mg/l dan dari 7 mg/l menjadi 11,9 mg/l serta pengenceran 1: untuk adalah dari 775 mg/l menjadi 37,1 mg/l dan dari 775 mg/l menjadi 17,1 mg/l. Dari data tersebut diketahui penyisihan COD tertinggi diperoleh pada perlakuan tanaman Eceng Gondok dengan pengenceran 1: yaitu dari 7 mg/l menjadi 93,5 mg/l dengan presentase sebesar 73,%.

8 COD (mg/l) 1 PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: Gambar 15. Penurunan Kandungan COD Selama Waktu Penelitian pada Perlakuan dengan Pada Gambar 15 diketahui bahwa pola penurunan nilai COD selama hari menunjukkan pola yang fluktuatif namun mengacu pada penurunan nilai COD. Penurunan nilai COD diduga disebabkan oleh aktivitas dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang terdapat pada akar tanaman air yang diawali dengan adanya proses penyerapan bahan organik yang cukup banyak oleh akar tanaman sehingga secara bertahap mikroorganisme merombak bahan organik tersebut. Semakin banyak mikroorganisme yang melakukan perombakan maka semakin efektif pula penurunan yang didapatkan. Dalam hal ini Eceng Gondok memiliki efektivitas tertinggi karena tanaman Eceng Gondok memiliki akar yang lebat sebagai tempat mikroorganisme berkembang biak sehingga aktivitas perombakan mikroorganisme pun semakin tinggi dan penurunan COD pun semakin besar. COD (mg/l) Gambar 1. Penurunan COD Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian COD (mg/l) 1 PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: Gambar 17. Penurunan COD Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian

9 Gambar 1 dan 17 menunjukkan penurunan COD pada pengenceran 1: dan 1: selama waktu penelitian yang dilengkapi dengan rentang pengukuran. pada hari ke- memiliki rentang pengukuran dan standar deviasi terbesar. Penurunan nilai COD dari hari ke- hingga hari ke- menunjukkan bahwa antara memiliki pola yang relatif sama... Penurunan Nutrien pada Limbah Cair Tahu...1 Nitrogen Total Unsur nitrogen dalam perairan dapat berbentuk gas nitrogen (N ), amonia (NH 3 ) terlarut atau senyawa amonium (NH + ), nitrit (NO ), dan nitrat (NO 3 ) yang merupakan mata rantai daur (siklus) nitrogen dalam perairan alami (Rahmaningsih, ). Nitrogen total adalah gambaran nitrogen dalam bentuk organik dan anorganik pada air limbah (Davis dan Cornwell, 1991). Nitrogen total merupakan penjumlahan dari nitrogen anorganik yang berupa N-NO 3, N-NO, dan N-NH 3 yang bersifat larut, dan nitrogen organik yang bersifat partikulat yang tidak larut dalam air (Mackereth et al. 199 dalam Rahmaningsih, ). Nilai nitrogen total mengalami penurunan selama hari seperti ditunjukkan pada Lampiran. Nilai penurunan nitrogen total pada pengenceran 1: dan pengenceran 1: untuk Eceng Gondok dan Kiambang adalah dari, mg/l menjadi 9, mg/l, dari, mg/l menjadi 1,55 mg/l, dari 3 mg/l menjadi 1,9 mg/l, dan dari 3 mg/l menjadi 1, mg/l. Penurunan nitrogen total terbesar terdapat pada perlakuan tanaman Eceng Gondok pengenceran 1: dengan nilai penurunan dari, mg/l menjadi 9, mg/l dan presentase penurunan sebesar 35,5%. Penurunan jumlah nitrogen total selama hari ditunjukkan pada Gambar 1. NITROGEN TOTAL (mg/l) PENGENCERAN 1: 1: 1 5 Gambar 1. Penurunan Nilai Nitrogen Total Selama Waktu Penelitian pada Perlakuan dengan Pada Gambar 1 terjadi penurunan nilai nitrogen total pada hari ke- dan hari ke- kemudian mengalami kenaikan pada hari ke-1 dan hari ke-1. Namun, pada hari ke- hingga hari ke- mengalami penurunan. Adanya penurunan nitrogen total menyebabkan perubahan senyawa-senyawa nitrogen yang lain di antaranya amonia dan nitrat. Perubahan nitrogen total disebabkan oleh adanya proses reaksi pada kolam percobaan, di antaranya reaksi nitrifikasi yang mendekomposisi nitrogen menjadi nitrat menyebabkan perubahan pada kandungan nitrat dalam kolam percobaan. Hal ini didukung dengan adanya nilai DO yang mencukupi untuk reaksi nitrifikasi. Adapun mekanisme yang terjadi pada kolam percobaan termasuk ke dalam mekanisme reaksi kolam aerobik karena jumlah DO yang terdapat didalam air lebih dari 3 mg/l sehingga pada kondisi ini tidak terjadi reaksi denitrifikasi.

10 Apabila nilai kandungan oksigen terlarut tidak sesuai dengan kebutuhan reaksi nitrifikasi, maka kolam berada dalam kondisi anaerob dan senyawa nitrogen yang terbentuk didalamnya adalah senyawa amonia (NH 3 ) sehingga jumlah nitrogen total akan berkurang dan jumlah senyawa amonia akan mengalami peningkatan. Efektivitas dalam menurunkan nilai nitrogen total diperoleh pada perlakuan tanaman Eceng Gondok dengan pengenceran 1:. Degradasi bahan organik dalam proses nitrifikasi pada tanaman tersebut lebih besar dibandingkan yang lain karena Eceng Gondok memiliki resistensi yang tinggi dalam kondisi lingkungan dengan nutrien yang banyak sehingga dengan kondisi beban nitrogen yang tinggi, Eceng Gondok tetap dapat mendegradasi nutrien dengan baik Gambar 19. Penurunan Nitrogen Total Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian NITROGEN TOTAL (mg/l) 35 PENGENCERAN 1: 3 PENGENCERAN 1: Gambar. Penurunan Nitrogen Total Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian NITROGEN TOTAL (mg/l) Gambar 19 dan menunjukkan penurunan nitrogen total pada pengenceran 1: dan 1: selama penelitian yang dilengkapi dengan rentang pengukuran. Kiambang dan Eceng Gondok pada hari ke-1 memiliki rentang pengukuran dan standar deviasi terbesar. Dari gambar tersebut terlihat bahwa perlakuan jenis tanaman pada pengenceran 1: dan 1: memiliki pola yang relatif sama terhadap laju penurunan kandungan nitrogen total.... Amonia Penanaman pada kolam percobaan memberikan pengaruh terhadap kandungan amonia. Selama penelitian berlangsung, terjadi perubahan kandungan amonia pada air kolam percobaan. Tanaman Eceng Gondok dengan pengenceran 1: memiliki penurunan kandungan amonia terbesar yaitu dari 1, mg/l menjadi 1,5 mg/l serta presentase penurunan amonia

11 terbesar yaitu 3,5%. Gambar 1 menunjukkan penurunan yang terjadi pada kandungan amonia selama penelitian seperti yang ditunjukkan pada Lampiran. AMONIA (mg/l) PENGENCERAN 1: 1: Gambar 1. Penurunan kandungan amonia selama penelitian pada Perlakuan dengan Pada Gambar 1 tersebut diketahui bahwa pola perubahan kandungan amonia selama hari menunjukkan penurunan kandungan amonia pada masing-masing perlakuan. Peningkatan amonia terlihat pada hari ke-1 kemudian diikuti dengan penurunan terus hingga hari ke-. Semua perlakuan menunjukkan pola yang sama yaitu penurunan pada hari ke-. Peningkatan amonia yang terjadi pada hari ke-1 disebabkan oleh kondisi kolam yang tidak diberi tambahan sistem aerasi. Selain itu, peningkatan ini dapat pula disebabkan oleh banyaknya nitrat yang diserap oleh akar tanaman untuk pertumbuhan tanaman lalu diubah menjadi amonia (amonifikasi). Tingginya kandungan amonia dapat pula disebabkan oleh limbah cair yang sebagian besar terdiri atas bahan organik berupa protein dan nitrogen yang berada dalam bentuk organik atau nitrogen, protein, dan amonia (Abel, 199) Efektivitas penurunan terbesar kandungan amonia diperoleh pada tanaman Eceng Gondok dengan pengenceran 1:. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas absorbsi amonia oleh Eceng Gondok untuk proses metabolisme tanaman. Ketika ph air limbah meningkat dan amonia pun meningkat, mikroorganisme terbanyak yang terdapat pada akar Eceng Gondok menguraikannya sehingga terjadilah penurunan kandungan amonia yang paling efektif pada tanaman Eceng Gondok Gambar. Penurunan Amonia Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian AMONIA (mg/l)

12 AMONIA (mg/l) PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: Gambar 3. Penurunan Amonia Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian Gambar dan 3 menunjukkan penurunan amonia pada pengenceran 1: dan 1: selama waktu penelitian yang dilengkapi dengan rentang pengukuran. Kiambang pada hari ke- dan Eceng Gondok pada hari ke-1 memiliki rentang pengukuran dan standar deviasi terbesar. Penurunan nilai amonia selama hari menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanaman memiliki pola yang relatif sama....3 Nitrat Kandungan nitrat dan nitrit dapat digunakan sebagai indikator perairan. Parameter ini dalam perairan sangat tergantung pada ketersediaan DO, sumber dan tipe bahan organik, serta tipe dan kondisi perairan (Uhlman, 1979 dan Abel, 199). Nitrat merupakan senyawa penting karena dalam bentuk nitrat lebih mudah diserap oleh tanaman air dan digunakan dalam fotosintesis. Apabila dibandingkan dengan senyawa yang lain, nitrat tersedia dalam jumlah yang paling banyak dan sumber nitrat berasal dari difusi udara dan oksidasi nitrit. Selain itu, nitrat mewakili produk akhir dan pengoksidasian zat yang bersifat senyawa nitrogen sehingga jumlah nitrat menunjukkan lajunya pembenahan menuju oksidasi lengkap (Mahida, 19). Perlakuan jenis tanaman dan waktu (hari) tersebut berpengaruh terhadap nilai kandungan nitrat pada kolam percobaan. Penurunan kandungan nitrat terbesar yaitu dari,339 mg/l menjadi,17 mg/l dengan presentase penurunan sebesar 37,19% diperoleh Eceng Gondok dengan pengenceran 1: yang ditunjukkan pada Lampiran. Gambar menunjukkan pengaruh perlakuan jenis tanaman terhadap kandungan nitrat. NITRAT (mg/l),,3,,1 PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: Gambar. Pengaruh perlakuan Terhadap Kandungan Nitrat (NO 3 ) Selama Waktu Penelitian

13 Gambar menunjukkan bahwa laju penurunan nitrat sejalan dengan penurunan nitrogen total pada kolam percobaan. Namun, kondisi ini berbanding terbalik dengan perubahan kandungan amonia pada kolam percobaan. Pada hari ke- terlihat bahwa terjadi penurunan kandungan nitrat yang besar dari kolam percobaan. Setelah itu, pada hari berikutnya yaitu hari ke-1 hingga ke, nitrat berada pada kondisi dimana tidak terjadi penurunan dalam jumlah yang besar. Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan tanaman dalam menyerap nitrat dan diketahui bahwa nitrat yang terdapat dalam limbah tidak dapat dihilangkan secara sempurna. Adanya penurunan kandungan nitrat dalam kolam percobaan sejalan dengan pertambahan amonia yang terdapat pada masing-masing kolam percobaan. Efektivitas penurunan kandungan nitrat tertinggi yaitu pada Eceng Gondok mengindikasikan bahwa pada akar Eceng Gondok terdapat aktivitas penyerapan kandungan nitrat yang digunakan sebagai nutrien utama untuk tumbuh. Akar Eceng Gondok yang terdiri atas bulu-bulu halus yang lebat dan kuat menyebabkan penyerapan yang terjadi lebih besar dibandingkan yang lain sehingga menghasilkan efektivitas yang besar pula. NITRAT (mg/l),,35,3,5,,15,1,5 Gambar 5. Penurunan Nitrat Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian NITRAT (mg/l),,35,3,5,,15,1,5 PENGENCERAN 1: Gambar. Penurunan Nitrat Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian Gambar 5 dan menunjukkan penurunan nitrat pada pengenceran 1: dan 1: selama waktu penelitian yang dilengkapi dengan rentang pengukuran. Eceng Gondok pada hari ke- dan Kiambang pada hari ke- memiliki rentang pengukuran dan standar deviasi terbesar. Walaupun demikian, secara keseluruhan pada Gambar 5 dan menunjukkan kecenderungan nilai standar deviasi yang kecil. Penurunan nilai nitrat selama hari menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanaman memiliki pola yang relatif sama.

14 ... Fosfat Fosfat merupakan unsur hara kunci dalam produktivitas primer perairan dan kesuburan perairan dipengaruhi oleh bentuk senyawa fosfat yang ditemukan. Fosfat dalam perairan alami terdapat dalam jumlah sedikit sehingga fosfat sering merupakan faktor pembatas bagi produktivitas perairan (Hutchinson, 197). Hasil pengujian yang dilakukan terhadap limbah cair tahu dengan perlakuan Eceng Gondok dan Kiambang ditunjukkan pada Lampiran. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa terdapat pengaruh perubahan nilai kandungan fosfat yang diperoleh Eceng Gondok pada pengenceran 1: dengan presentase sebesar 7,11% dan penurunan dari,59 mg/l menjadi,15 mg/l. Penurunan kandungan fosfat ditunjukkan pada Gambar 7. FOSFAT (mg/l),3,5,,15,1,5 Gambar 7. Perubahan Kandungan Fosfat Selama Penelitian pada Perlakuan dengan Pada Gambar 7 diketahui bahwa terdapat pola penurunan kandungan fosfat dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan. Penurunan terbesar diperoleh pada hari ke-1 kemudian terjadi peningkatan sedikit dan kembali menurun sampai akhir pengamatan. Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya proses penyaringan oleh jaringan batang dan akar pada selama lima hari (Haller et al. 197 dalam Gopal dan Sharma, 191). Dijelaskan lebih lanjut oleh Clock (193) dalam Gopal dan Sharma (191) bahwa Eceng Gondok dapat menurunkan fosfat hingga 1% pada kolam percobaan berisi limbah. Pada lampiran ditunjukkan bahwa presentase penurunan fosfat terbesar mencapai 7,11%. Peningkatan fosfat pun terjadi pada hari ke-1 karena diduga terdapat beberapa helai daun yang mati sehingga meningkatkan nilai fosfat di kolam percobaan. Efektivitas penurunan kandungan fosfat terbesar diperoleh pada Eceng Gondok. Hal tersebut didukung oleh adanya penyerapan oleh akar Eceng Gondok untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dalam jumlah banyak serta adanya kecepatan transpirasi yang lebih cepat dari tanaman lain sehingga meningkatkan efektivitas penurunan nutrien oleh Eceng Gondok.

15 ,3,5,,15,1,5 Gambar. Penurunan Fosfat Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian FOSFAT (mg/l),3,5 PENGENCERAN 1:,,15,1,5 WAKTU(HARI) Gambar 9. Penurunan Fosfat Pada Pengenceran 1: Selama Waktu Penelitian FOSFAT (mg/l) Gambar dan 9 menunjukkan penurunan kandungan fosfat pada pengenceran 1: dan 1: selama waktu penelitian yang dilengkapi dengan rentang pengukuran. Eceng Gondok pada hari ke- dan Kiambang pada hari ke- memiliki rentang pengukuran dan standar deviasi terbesar. Penurunan nilai fosfat selama hari menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanaman Eceng Gondok dan Kiambang memiliki pola yang relatif sama...3 Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart) Solms ) dan Kiambang (Salvinia molesta) Kemampuan tanaman untuk tumbuh di dalam air sangat bervariasi tergantung pada kandungan hara yang terdapat di dalamnya. Seperti halnya tumbuhan lain, unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman terdiri atas unsur makro : N, P, K, Ca, Mg, Fe, serta unsur mikro : Zn, Mn, Cu (Gopal, 197). masih dapat tumbuh dalam keadaan miskin unsur hara dan pada perairan yang subur tanaman ini dapat berkembang biak dengan cepat (Rahmaningsih, ). Berdasarkan pengamatan terhadap pertumbuhan, semua Eceng Gondok dan Kiambang yang ditanam di kolam percobaan mengalami perubahan jumlah helai daun. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 5.

16 Tabel 5. Kondisi pertumbuhan tanaman (jumlah helai daun) Perlakuan Waktu (hari) ECENG GONDOK1: : ECENG GONDOK1: : Pertambahan jumlah Eceng Gondok terbanyak terdapat pada dengan pengenceran 1:. Adanya peningkatan jumlah helai daun menunjukkan bahwa tanaman Eceng Gondok dan Kiambang mampu berkembang biak selama waktu pengamatan serta memiliki kemampuan untuk menyerap unsur hara dalam kolam percobaan sehingga terjadi perubahan yaitu dengan pertambahan jumlah helai daun. Selain karena tanaman memperoleh nutrisi untuk pertumbuhannya terdapat faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman Eceng Gondok di antaranya adalah terdapat cahaya yang cukup yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh. Hal ini disebabkan kolam percobaan diletakkan pada lingkungan yang terbuka sehingga cahaya dapat masuk dan membantu pertumbuhan tanaman. Efektivitas rata-rata menunjukkan kemampuan dalam menurunkan nutrien sebagaimana diilustrasikan pada Tabel. Berdasarkan Tabel, efektivitas ratarata penurunan nutrien pada umumnya menurun dengan meningkatnya waktu kontak untuk parameter nitrat dan fosfat, meskipun demikian presentase penurunan nutrien mengalami peningkatan (Gambar 3 dan 31). Efektivitas rata-rata parameter lain disajikan pada Lampiran 5. Dari Tabel serta Gambar 3 dan 31 dapat disimpulkan bahwa efektivitas rata-rata berbanding terbalik dengan presentase penurunan nutrien. Tabel. Efektivitas rata-rata penurunan nitrat dan fosfat (mg/l.hari) Perlakuan Waktu (hari) FOSFAT 1:,,39,3,19,13,1,1 1:,,3,1,19,1,1,1 1:,,,7,,15,1,1 1:,,39,,,1,11,9 NITRAT 1:,,3,1,1,9,,7 1:,,,1,13,9,7, 1:,,7,15,1,9,,5 1:,,9,1,1,9,7,

17 PRESENTASE PENURUNAN (%) 1 PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: Gambar 3. Presentase Penurunan Kandungan Nitrat pada Perlakuan dengan 5 PRESENTASE PENURUNAN (%) 3 1 PENGENCERAN 1: PENGENCERAN 1: Gambar 31. Presentase Penurunan Kandungan Fosfat pada Perlakuan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu Berdasarkan analisis ANAVA (α=0.05) terhadap Hubungan antara kualitas fisik dan kimia

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Diperoleh penurunan kadar COD optimum pada variasi tumbuhan Tapak Kuda + Kompos 1 g/l. Nilai COD lebih cepat diuraikan dengan melibatkan sistem tumbuhan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sebelum dibuang ke lingkungan, keberadaan suatu limbah membutuhkan pengolahan dan pengendalian agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang tidak terkendali. Sehingga, setiap

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Tambak udang vannamei masyarakat Desa Poncosari, Srandakan, Bantul merupakan tambak udang milik masyarakat yang berasaskan koperasi dari kelompok tambak yang ada

Lebih terperinci

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter EFEKTIVITAS PENURUNAN BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN TUMBUHAN KAYU APU ( (Pistia statiotes L.) SEBAGAI BIOFILTER Decreasing Effectiveness of Organic and Inorganic

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang hidup di perairan tawar yang menyerap nutrien untuk pertumbuhannya. Penyerapan nutrien dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat mencemari perairan karena kandungan zat organiknya tinggi, tingkat keasaman yang rendah, dan mengandung unsur hara

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kimia Perairan 1 BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di perairan A. Definisi dan Komponen Penyusun Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Denpasar dengan kondisi awal lumpur berwarna hitam pekat dan sangat berbau. Air

BAB VI PEMBAHASAN. Denpasar dengan kondisi awal lumpur berwarna hitam pekat dan sangat berbau. Air BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembibitan (Seeding) Lumpur Aktif Pembibitan (seeding) lumpur aktif dilakukan dengan mengambil sedimen lumpur dari tiga sumber (lokasi). Sumber lumpur pertama adalah IPAL Suwung Denpasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisa Kualitas Air Seperti yang di jelaskan di bab bab sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran penuruan kadar yang terkandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, aktivitas pengurangan amonium oleh bakteri nitrifikasi dan anamox diamati pada dua jenis sampel, yaitu air limbah industri dan lindi. A. Pengurangan amonium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Dan Pembagian Limbah Secara Umum. kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Dan Pembagian Limbah Secara Umum. kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Dan Pembagian Limbah Secara Umum Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketersediaan P dalam Tanah Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk organik P ditemukan dalam bahan organik dan humus. Fosfor dalam bahan organik

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK Efektivitas Eceng Gondok Terhadap Penurunan Kadar COD dan BOD pada Limbah Cair Industri Kembang Gula Lunak Mega Masittha, Dra. Ani Iryani, M.Si dan Farida Nuraeni, M.Si. Program Studi Kimia, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos Odum (1993) menyatakan bahwa benthos adalah organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK Karakteristik limbah ternak dipengaruhi : a. unit produksi: padat, semipadat, cair b. Kandang : Lantai keras : terakumulasi diatas lantai kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Aerasi untuk Menurunkan Polutan Lindi Pengolahan lindi menjadi efluen yang aman untuk dibuang ke lingkungan dilakukan melalui proses aerasi dengan memberikan empat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK KARAKTERISTIK LIMBAH KARAKTERISTIK LIMBAH Karakteristik limbah ternak dipengaruhi : a. unit produksi: padat, semipadat, cair b. Kandang : Lantai keras : terakumulasi diatas lantai kelembaban dan konsistensinya

Lebih terperinci

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL 63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan menggunakan Fluidized Bed Reaktor secara aerobik dengan media styrofoam ini dimulai dengan melakukan strarter bakteri yaitu dengan penambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Resirkulasi Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus melalui perantara sebuah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke perairan yang menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian terletak di belakang Perumahan Nirwana Estate, Cibinong yang merupakan perairan sungai kecil bermuara ke Situ Cikaret sedangkan yang terletak di belakang Perumahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi terdapat kendala yang dapat menurunkan produksi berupa kematian budidaya ikan yang disebabkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan menggunakan gabungan metode elektrokoagulasi dan EAPR. Parameter yang digunakan yaitu logam berat Pb, Cu, COD dan ph.

Lebih terperinci

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN 8.1. Fotosintesis Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan

Lebih terperinci

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati 3307 100 026 Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D Latar Belakang Intrusi Air Laut pada Lokasi TPA Benowo Lindi TPA Benowo memiliki salinitas tinggi 6552

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph Salah satu karakteristik limbah cair tapioka diantaranya adalah memiliki nilai ph yang kecil atau rendah. ph limbah tapioka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA Program Magister Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan beragamnya kegiatan manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah dapat berasal dari kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai ekonomis tinggi dan merupakan spesies asli Indonesia. Konsumsi ikan gurami (Osphronemus gouramy)

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

Karakteristik Limbah Ternak

Karakteristik Limbah Ternak Fakultas Peternakan UNHAS Karakteristik Limbah Ternak Dr.Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P 2014 J l. P e r i n t i s K e m e r d e k a a n K m. 1 0 M a k a s s a r KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK Dr. Muhammad

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci