4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas. Pertumbuhan individu merupakan kemampuan untuk meningkatkan ukuran seperti peningkatan jumlah sel mencapai ukuran yang maksimal. Pertumbuhan beberapa tanaman air dapat dilihat dari perkembangan biomassa dan produktivitas. a. Biomassa Pertumbuhan biomassa beberapa tanaman air dipengaruhi oleh kandungan nutrien dalam air pada media percobaan. Pertumbuhan biomassa ini dilihat dari jumlah bobot basah ditiap waktu pengamatan. Hasil rataan biomassa beberapa tanaman air pada tiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 12 (Lampiran 3). 11,0 10,5 10,0 Bobot basah (gram) 9,5 9,0 8,5 8,0 7, Waktu pengamatan (hari) Gambar 12. Rataan pertumbuhan bobot basah beberapa tanaman air Pada awal penumbuhan, masing-masing tanaman air perlakuan (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) dimasukkan sebesar 9 gram berat basah kedalam akuarium berkanal sebagai inokulan. Pada Gambar 12 dapat dilihat rataan biomassa tanaman air pada berbagai perlakuan tiap waktu pengamatan. Tiap

2 20 perlakuan mempunyai pertumbuhan biomasa yang berbeda. Pada awal penumbuhan, C. caroliniana dan E. densa mengalami penurunan biomassa pada hari ke-3. Hal ini diduga sebagai fase adaptasi dari tanaman air dalam massa pertumbuhannya. Biomassa kemudian mengalami peningkatan pertumbuhan pada hari ke-12 dan diperkirakan akan terus tumbuh. Hal ini diduga sebagai fase awal pertumbuhan logaritmik dari tanaman air. Pertumbuhan biomassa masing-masing tanaman air perlakuan mengalami peningkatan dengan nilai yang berbeda. Pertumbuhan M. fluviatilis menunjukan laju pertumbuhan yang paling besar. Nilai bobot basah tertinggi terjadi pada hari ke-18 sebesar 10,47 gram. Pada perlakuan C. caroliniana juga menunjukan peningkatan grafik pertumbuhan. Nilai bobot basah tertinggi terjadi pada hari ke-18 sebesar 9,63 gram, tetapi sempat menurun pada hari ke-6 dan ke-12 masing-masing sebesar 7,84 gram dan 7,87 gram. Demikian pula halnya pada perlakuan E. densa. Pada perlakuan ini, nilai bobot basah terbesar terdapat pada hari ke-18 sebesar 10,36 gram, dan terendah pada hari ke-3 sebesar 8,61 gram. Berdasarkan hasil pengujian statistik (Lampiran 5), dapat disimpulkan bahwa sedikitnya ada satu jenis tanaman air yang memiliki laju pertumbuhan biomassa yang berbeda berkaitan dengan pemanfaatan nutrien N dan P dari sedimen Waduk Cirata (P<0,05). b. Produktivitas tanaman air Produktivitas merupakan jumlah bahan organik yang dihasilkan per satuan luas per unit waktu (Odum 1993). Beberapa jenis tanaman air memiliki tingkat produktivitas yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui produktivitas C. caroliniana 0,0300 g/m 2 /hari, E. densa 0,0624 g/m 2 /hari, dan M. fluviatilis 0,0672 g/m 2 /hari. Produktivitas tanaman air juga dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Tingkat pertumbuhan dapat diketahui dari laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time). b.1. Laju pertumbuhan relatif (relative growth rate/ RGR) Laju pertumbuhan relatif (RGR) didefinisikan sebagai peningkatan materi per unit materi per unit waktu (Mitchell 1974). Laju pertumbuhan relatif ini dapat menunjukan besarnya peningkatan pertumbuhan tanaman air per hari. Nilai RGR didapat dari selisih bobot basah pada awal penumbuhan dengan bobot basah akhir

3 21 penumbuhan. Laju pertumbuhan relatif beberapa tanaman air uji disajikan pada Tabel 6. b.2. Waktu penggandaan (doubling time) Waktu penggandaan atau doubling time adalah waktu yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk menggandakan biomassanya menjadi dua kali lipat dari biomassa awalnya. Penentuan waktu penggandaan ini dapat dilakukan dengan pendekatan laju pertumbuhan relatif (RGR) (Mitchell 1974). Laju pertumbuhan dan waktu penggandaan beberapa tanaman air dapat dilihat pada Tabel 6 (Lampiran 3). Tabel 6. Laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time) Perlakuan W0 (gram) Wt (gram) RGR (gram/hari) DT (Hari) C. caroliniana 9,0000 9,6293 0, E. densa 9, ,3568 0, M. fluviatilis 9, ,4680 0, Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa ketiga jenis tanaman air uji memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda. Hal ini diketahui dari laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time) yang berbeda. Nilai RGR tertinggi terdapat pada perlakuan M. fluviatilis sebesar 0,01007 gram/hari, dan terendah pada perlakuan C. caroliniana sebesar 0,0045 gram/hari. Waktu penggandaan M. fluviatilis memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan dengan C. caroliniana dan E. densa. Berdasarkan laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan, maka diketahui bahwa M. fluviatilis menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan C. caroliniana dan E. densa. Dengan kata lain, M. fluviatilis lebih efektif dalam memanfaatkan nutrien N dan P dari sedimen Waduk Cirata. Oleh karena itu, tanaman air yang memiliki produktivitas tertinggi adalah tanaman air dari jenis M. fluviatilis dengan pertumbuhan yang lebih baik, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada jenis C. caroliniana Kualitas air a. Parameter fisika Parameter fisika yang diukur adalah suhu air. Pada ketiga perlakuan, suhu yang diukur tidak memiliki perbedaan nilai yang berarti. Hal ini ditunjukkan

4 22 dengan kisaran suhu air setiap perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) masing-masing sebesar 23,9-25,5 C, 23,1-25,5 C, dan 23,5-25,5 C. b. Parameter kimia Pengukuran oksigen terlarut (dissolved oxygen/do) dan ph air selama penelitian dilakukan setiap 3 hari. Kisaran DO dan ph pada media penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. pengukuran DO dan ph (Tabel 7) (Lampiran 4). Tabel 7. Kisaran hasil pengukuran suhu DO dan ph Berikut adalah besar kisaran nilai hasil Parameter Unit Perlakuan C. caroliniana E. densa M. fluviatilis DO mg/l 8,10-8,70 8,03-8,73 8,10-8,40 ph 7,23-7,86 7,23-7,92 7,27-7,99 Pada Tabel 7 dapat dilihat kisaran kondisi DO dan ph air selama penelitian. Oksigen terlarut (DO) dan ph juga memiliki nilai yang relatif seragam. Berturutturut besar kisaran nilai DO dan ph air selama penelitian adalah 8,0-8,7 mg/l dan 7,23-7, Nutrien Nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya berasal dari nitrat, amonium, dan ortofosfat. Nutrien ini dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya. Besarnya kisaran nilai kandungan nutrien pada ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 8 (Lampiran 4). Tabel 8. Kisaran hasil pengukuran kandungan nutrien Parameter Unit Perlakuan C. caroliniana E. densa M. fluviatilis Nitrat mg/l 0,6053-0,8033 0,4769-0,7866 0,4340-0,8002 Ortofosfat mg/l 0,0058-0,0941 0,0055-0,0941 0,0020-0,0941 Amonium mg/l 0,2877-2,6642 0,4255-3,0699 1,4595-7,3973 Nitrit mg/l 0,0231-1,1145 0,0111-0,5241 0,0231-0,2687 Pada Tabel 8 dapat dilihat kisaran kondisi perubahan nutrien yang beragam antar perlakuan. Kandungan nutrien ini mengalami perubahan karena adanya

5 23 pemanfaatan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya. Besar kandungan nutrien mengalami perubahan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. a. Nitrat (NO - 3 ) Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang banyak ditemukan di perairan alami dan merupakan nutrien utama yang dibutuhkan tanaman dan alga bagi pertumbuhannya (Goldman and Hore 1983). Besarnya nilai konsentrasi nitrat selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 13 (Lampiran 4). 0,9 0,8 Nitrat (mg/l) 0,7 0,6 0,5 0, Waktu pengamatan (hari) Gambar 13. Konsentrasi nitrat terhadap waktu (hari) Pada Gambar 13 dapat dilihat perubahan konsentrasi nitrat pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berbeda-beda. Kandungan nitrat pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami penurunan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 0,6053 mg/l, 0,4769 mg/l, dan 0,4988 mg/l. Nilai nitrat terendah terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi sebesar 0,4340 mg/l pada hari ke-9, dan tertinggi terdapat pada perlakuan C. caroliniana pada hari ke-12 sebesar 0,8033 mg/l. b. Ortofosfat (PO 3-4 ) Ortofosfat merupakan merupakan salah satu betuk fosfor yang langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman, terutama oleh tanaman akuatik (Dugan 1972). Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil, dengan kadar yang lebih

6 24 sedikit dibandingkan dengan kadar nitrogen. selama penelitian disajikan pada Gambar 14 (Lampiran 4). Besarnya konsentrasi ortofosfat 0,10 0,08 Ortofosfat (mg/l) 0,06 0,04 0,02 0, Waktu pengamatan (hari) Gambar 14. Konsentrasi ortofosfat terhadap waktu (hari) Pada Gambar 14 dapat dilihat perubahan konsentrasi ortofosfat pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berbeda-beda. Kandungan ortofosfat pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami penurunan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 0,0058 mg/l, 0,0055 mg/l, dan 0,0020 mg/l. Nilai ortofosfat terendah terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi ortofosfat sebesar 0,0020 mg/l pada hari ke-6, dan ortofosfat tertinggi terdapat pada awal penelitian sebelum dimasukan tanaman air sebesar 0,0941 mg/l. c. Amonium (NH + 4 ) Amonia bersifat toksik dan tidak dimanfaatkan oleh plankton tetapi amonia dapat dimanfaatkan oleh plankton apabila mengalami perubahan bentuk transisi dari amonia yaitu menjadi ion amonium. Kandungan amonium merupakan salah satu sumber nitrogen yang dapat diserap dan dimanfaatkan dengan cepat oleh fitoplankton dan tanaman air (Toetz 1971 in Goldman and Horne 1983). Amonium merupakan ion yang tidak beracun bagi tanaman (Goldman and Horne 1983).

7 25 Namun, menurut Horne & Kaufman 1974 in Goldman and Horne 1983 amonium dapat menjadi racun pada tingkat konsentrasi yang tinggi yang dipengaruhi oleh besarnya nilai ph. Besarnya konsentrasi amonium selama penelitian dapat dilihat pada Gambar Ammonium (mg/l) Waktu pengamatan (hari) Gambar 15. Konsentrasi amonium terhadap waktu (hari) Pada Gambar 15 dapat dilihat perubahan konsentrasi amonium pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berfluktuasi. Kandungan amonium pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami peningkatan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 2,3649 mg/l, 2,4350 mg/l, dan 7,3973 mg/l. Nilai amonium terendah terdapat pada perlakuan C. caroliniana dengan konsentrasi sebesar 0,2877 mg/l pada hari ke-12, dan amonium tertinggi terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi sebesar 7,3973 mg/l pada hari ke-6. d. Nitrit (NO - 2 ) Kadar nitrit diperairan jarang melebihi 1 mg/l (Sawyer et al. 2003). Nitrit di perairan bersifat tidak stabil dan biasanya nilainya sangat kecil bahkan tidak ada. Konsentrasi nitrit pada tiap perlakuan dan waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 16.

8 26 1,0 0,8 Nitrit (mg/l) 0,6 0,4 0,2 0, Waktu pengamatan (hari) Gambar 16. Konsentrasi nitrit terhadap waktu (hari) Pada Gambar 16 terlihat bahwa konsentrasi nitrit memiliki nilai yang berbeda-beda pada tiap perlakuan. Besarnya konsentrasi menunjukkan nilai yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Konsentrasi nitrit terendah terjadi pada perlakuan E. densa pada hari ke-15 sebesar 0,0111 mg/l, dan konsentrasi tertinggi pada perlakuan C. caroliniana pada hari ke-12 sebesar 0,8626 mg/l Hubungan antara nutrien dengan tanaman air Peningkatan biomassa tanaman air dapat terjadi dengan adanya pemanfaatan nutrien sebagai sumber nutrisi untuk menambah biomassa. Pada penelitian digunakan nilai amonium, nitrat, nitrit, dan ortofosfat sebagai wakil dari sumber nutrien tanaman air. Berdasarkan analisis regresi berganda terhadap produktivitas tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) diperoleh persamaan sebagai berikut (Lampiran 6). C. caroliniana = - 29,76 + 3,41 amonium + 56,59 nitrat 5,43 nitrit 137,32 ortofosfat Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat dilihat bahwa C. caroliniana lebih dipengaruhi oleh nilai nitrat dengan r=0,76 (p>0,05). Pada awal penumbuhannya, sebagian C. caroliniana mati pada fase adaptasi, sehingga nilai koefisien pertumbuhannya menunjukkan nilai yang negatif.

9 27 E. densa = 9,16 + 0,46 Amonium + 1,02 Nitrat - 2,60 Nitrit - 22,56 Ortofosfat Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat diketahui bahwa E. densa lebih dipengaruhi oleh nitrat dengan r=0,82 (p>0,05). M. fluviatilis = 9,91 + 0,01 Amonium + 4,98 Nitrat- 1,21 Nitrit - 1,28 Ortofosfat Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat diketahui bahwa M. fluviatilis lebih dipengaruhi oleh nitrat dengan r=0,92 (p>0,05). Berdasarkan persamaan regresi berganda dari ketiga tanaman air tersebut, dapat disimpulkan bahwa nitrat merupakan nutrien yang memberikan pengaruh terhadap produktivitas dari tanaman air karena berkontrribusi positif terhadap tanaman air Pembahasan Tanaman air tenggelam didefinisikan sebagai tanaman yang seluruh bagian tubuh serta daunnya tenggelam dan akarnya menancap pada substrat (Jacobs and Sainty 1988). Tanaman air berperan penting dalam siklus karbon, nutrisi, dan menyerap bahan kimia berbahaya di lahan basah kedalam bentuk biomassanya (Asaeda et al. 2008). Ketiga jenis tanaman air yang diujikan memiliki laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada awal penumbuhan tanaman air perlakuan (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) ditumbuhkan dengan bobot basah yang sama sebesar 9 gram dengan sedimen Waduk Cirata sebagai sumber nutrien sebesar 300 gram. Bobot basah masing-masing tanaman air mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal pemeliharaan, bobot basah C. caroliniana dan E. densa mengalami penurunan. Fase penurunan bobot basah ini diduga sebagai fase adaptasi dari tanaman air pada lingkungan yang baru. Masing-masing tanaman memiliki lama fase adaptasi yang berbeda-beda. C. caroliniana mengalami dua kali penurunan bobot basah pada hari ke-6 dengan bobot sebesar 7,83 gram dan hari ke12 dengan bobot basah sebesar 7,87 gram, kemudian mengalami peningkatan bobot basah hingga akhir pengamatan. E. densa juga mengalami dua kali penurunan bobot basah pada hari ke-3 sebesar 8,61 gram dan pada hari ke-12 sebesar 9,13 gram, sedangkan M. fluviatilis tidak mengalami penurunan bobot basah.

10 28 Laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time) dapat menentukan tingkat produktivitas dari tanaman air. Laju pertumbuhan relatif (RGR) dapat menentukan waktu penggandaan (doubling time). Laju pertumbuhan relatif (RGR) yang besar dapat menunjukkan waktu penggandaan (doubling time) yang kecil sehingga tingkat produktivitas tanaman air tinggi. Sebaliknya, laju pertumbuhan relatif (RGR) yang kecil, menunjukkan waktu penggandaan (doubling time) yang besar sehingga tingkat produktivitasnya rendah. Produktivitas tanaman air tertinggi terdapat pada jenis M. fluviatilis sebesar 0,0672 g/m 2 /hari dengan laju pertumbuhan relatif sebesar 0,01007 gram/hari serta waktu penggandaan (doubling time) 69 hari. Selanjutnya, produktivitas tanaman air terendah terjadi pada jenis C. caroliniana sebesar 0,0300 g/m 2 /hari dengan laju pertumbuhan relatif sebesar 0,00451 gram/hari dan waktu penggandaan (doubling time) 154 hari. Kondisi lingkungan perairan, baik suhu, ph, atau pun DO dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman air. Suhu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman air (Woodward 1987 in Burnett et al. 2007). Suhu perairan yang terjadi selama penelitian berkisar antara C. Hal ini sesuai dengan suhu yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk tumbuh dengan baik pada kisaran suhu C (DEEDI 2010). Perairan yang ideal bagi pertumbuhan organisme akuatik termasuk tanaman air berkisar antara 6,8-8,5. Pada penelitian ini, ph perairan berkisar antara 7,2-7,9 yang sesuai dengan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan tanaman air. Thorp (2000) dan Washington Department of Ecology (2011) menyatakan bahwa C. caroliniana merupakan tanaman air yang biasa tumbuh di perairan yang berarus kecil hingga stagnan, namun bisa hidup di sungai yang berarus. Tanaman ini tumbuh baik di perairan yang kaya akan nutrien, dengan ph 4-6 dan suhu C sebagai ph dan suhu optimal untuk pertumbuhannya. Namun, tanaman ini dapat mentoleransi ph asam dan basa. E. densa juga merupakan tanaman air yang memiliki toleransi yang luas terhadap suhu dan ph (King County 2010). M. fluviatilis dapat hidup pada perairan dengan ph yang rendah serta kondisi fosfor dan nitrogen yang rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa habitat dari tanaman ini berada pada perairan dengan bahan organik yang tinggi (Philipps 2010).

11 29 Tanaman air memerlukan nutrien untuk pertumbuhannya. Nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya di antaranya adalah nitrat (NO - 3 ), amonium (NH + 4 ), dan fosfor. Besarnya kandungan nutrien-nutrien ini mengalami perubahan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Penurunan besarnya kandungan nutrien diiringi dengan peningkatan bobot basah dari tanaman air. Pada hari ke-6, rata-rata tanaman air mengalami penurunan kandungan nutrien. Hal ini diduga bahwa pada hari ke-6 nutrien dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya yang diiringi dengan terjadinya peningkatan bobot basah pada masing-masing tanaman air pada hari ke-9. Nutrien yang dimanfaatkan oleh tanaman air tidak langsung diubah kedalam bentuk bobot basah, namun diubah kedalam bobot basah tanaman pada hari berikutnya. Penambahan sedimen Waduk Cirata pada tiap media percobaan dapat menyediakan nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman air. Sebelum tanaman air dimasukan ke dalam media percobaan, sedimen Waduk Cirata diendapkan selama 3 hari. Hal ini dimaksudkan agar sedimen tersebut mengalami proses dekomposisi dari senyawa organik menjadi senyawa-senyawa anorganik sehingga terbentuk nitrogen anorganik dan fosfor anorganik yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhan yang optimal. Menurut Gunawan dan Zahidah (2010), sedimen Waduk Cirata memiliki bahan organik yang tinggi terutama N dan P karena adanya pemupukan sisa pakan dan sisa metabolisme di dasar perairan hasil budidaya dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Menurut Goldman and Horne (1983) nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga dan juga merupakan bentuk akhir nitrogen yang paling banyak ditemukan di perairan alami. Dugan (1972) dan Goldman and Horne (1983) menyatakan bahwa ortofosfat juga merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tumbuhan dan alga serta sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas perairan (Goldman and Horne 1983). Amonium merupakan salah satu komponen utama yang dihasilkan dari air limbah dan limpasan limbah pertanian. Namun, pengayaan amonium secara langsung dapat menyebabkan stress pada

12 30 tanaman air, sehingga dapat menyebabkan populasi tanaman air di perairan alami menurun (Ni 2001; Brun et al. 2002; Cao et al in M. Zhang et al. 2011). Konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) berfluktuasi seiring dengan waktu. Grafik konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) berbanding terbalik dengan grafik pertambahan bobot basah. Pada hari ke-9 masing-masing tanaman air mengalami penurunan konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) dan mengalami peningkatan bobot basah. Hal ini diduga bahwa nutrien dimanfaatkan oleh tanaman air yang kemudian diubah menjadi bobot tanaman air. Melalui hubungan antara tanaman air dengan nutrien dapat dilihat jenis nutrien yang dibutuhkan. Berdasarkan persamaan regresi berganda, dapat dilihat bahwa nitrat dan amonium memiliki kontribusi yang positif bagi pertumbuhan tanaman air. Hal ini sesuai dengan Goldman and Horne (1983) yang menyatakan bahwa nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman air. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, secara umum menunjukkan bahwa sedimen Waduk Cirata dapat dijadikan sebagai salah satu sumber nutrien alternatif untuk penumbuhan tanaman air. Penumbuhan tanaman air ini (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) menunjukkan perbedaan capaian biomassa yang berbeda (p<0,005). Biomassa tertinggi terjadi pada perlakuan M. fluviatilis, sedangkan biomassa terendah terjadi pada perlakuan E. densa. Beberapa tanaman air memiliki produktivitas yang berbeda. Produktivitas tanaman air tertinggi terjadi pada M. fluviatilis sebesar 0,0672 g/m 2 /hari dengan laju pertumbuhan relatif (RGR) sebesar 0,01007 gram/hari dan doubling time (DT) 69 hari, sedangkan produktivitas terendah pada C. caroliniana sebesar 0,0300 g/m 2 /hari (RGR=0,00451 gram/hari dan DT 154 hari). Hasil pengukuran suhu air, ph, dan oksigen terlarut (dissolved oxygen/do) pada saat percobaan sesuai untuk pertumbuhan tanaman air. Kandungan nutrien (nitrat, ortofosfat, nitrit dan amonia) menunjukkan nilai yang berfluktuasi dari waktu ke waktu selama penelitian. Produktivitas masing-masing tanaman air dipengaruhi oleh kandungan nutrien. Produktivitas C. caroliniana, E. densa,dan M. fluviatilis dipengaruhi oleh konsentrasi nitrat dengan koefisien korelasi masing-masing 0,76; 0,82; dan 0,92.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dibagi ke dalam dua bagian, yaitu kegiatan observasi awal (pendahuluan) dan penelitian utama. Observasi awal dilakukan pada

Lebih terperinci

Gambar 3. Skema akuarium dengan sistem kanal (a) akuarium berkanal (b) akuarium tanpa sekat

Gambar 3. Skema akuarium dengan sistem kanal (a) akuarium berkanal (b) akuarium tanpa sekat 10 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Plankton, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS Cabomba caroliniana, Egeria densa, DAN Mayaca fluviatilis BERKAITAN DENGAN PEMANFAATAN NUTRIEN N DAN P DARI SEDIMEN WADUK CIRATA

PRODUKTIVITAS Cabomba caroliniana, Egeria densa, DAN Mayaca fluviatilis BERKAITAN DENGAN PEMANFAATAN NUTRIEN N DAN P DARI SEDIMEN WADUK CIRATA PRODUKTIVITAS Cabomba caroliniana, Egeria densa, DAN Mayaca fluviatilis BERKAITAN DENGAN PEMANFAATAN NUTRIEN N DAN P DARI SEDIMEN WADUK CIRATA REZA ZULMI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah satu unsur yang dapat mempengaruhi kualitas air yakni unsur karbon (Benefield et al., 1982).

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen Kualitas air merupakan salah satu sub sistem yang berperan dalam budidaya, karena akan mempengaruhi kehidupan komunitas biota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas perairan merupakan faktor utama yang harus dipenuhi sebelum menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya perikanan tidak sekedar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Danau merupakan perairan tergenang yang berada di permukaan tanah, terbentuk akibat proses alami atau buatan. Danau memiliki berbagai macam fungsi, baik fungsi

Lebih terperinci

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsugan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan terhadap ikan didapatkan suatu parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup berupa laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak dan derajat kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1. Kualitas Warna Perubahan warna ikan maskoki menjadi jingga-merah terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 1, 2 dan 4 hari yaitu sebanyak 11,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai ekonomis tinggi dan merupakan spesies asli Indonesia. Konsumsi ikan gurami (Osphronemus gouramy)

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO OLEH: RIVAL S. NAKI NIM. 631409029 1 KAJIAN HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi terdapat kendala yang dapat menurunkan produksi berupa kematian budidaya ikan yang disebabkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, aktivitas pengurangan amonium oleh bakteri nitrifikasi dan anamox diamati pada dua jenis sampel, yaitu air limbah industri dan lindi. A. Pengurangan amonium

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Kondisi alami sampel karang berdasarkan data (Lampiran 1) dengan kondisi tempat fragmentasi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen) 2.1.1. Sumber DO di perairan Oksigen terlarut (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut di dalam air (Wetzel 2001). DO dibutuhkan

Lebih terperinci

APLIKASI TUMBUHAN AIR Mayaca fluviatilis DENGAN SISTEM KANAL DALAM BIOREMEDIASI LIMBAH ORGANIK DARI WADUK CIRATA

APLIKASI TUMBUHAN AIR Mayaca fluviatilis DENGAN SISTEM KANAL DALAM BIOREMEDIASI LIMBAH ORGANIK DARI WADUK CIRATA APLIKASI TUMBUHAN AIR Mayaca fluviatilis DENGAN SISTEM KANAL DALAM BIOREMEDIASI LIMBAH ORGANIK DARI WADUK CIRATA ILMAN FATUROCHMAN SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas 240 ha. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Cengklik sebagian besar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar, telah mendorong peningkatan kebutuhan akan perumahan. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN.. Hasil Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola distribusi vertikal oksigen terlarut, fluktuasi harian oksigen terlarut, produksi primer, rincian oksigen terlarut, produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Penentuan carrying capacity dalam lingkungan dapat didekati secara biologi dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan konsep ekologi

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Pada Tabel 2 dijelaskan bahwa pada minggu pertama nilai bobot biomasa rumput laut tertinggi terjadi pada perlakuan aliran air 10 cm/detik, dengan nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisa Kualitas Air Seperti yang di jelaskan di bab bab sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran penuruan kadar yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate) Selama 40 hari masa pemeliharaan nilem terjadi peningkatan bobot dari 2,24 ± 0,65 g menjadi 6,31 ± 3,23 g. Laju

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah dan di perairan

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Danau Danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau yang lain serta

Lebih terperinci

IV. HASIL DA PEMBAHASA

IV. HASIL DA PEMBAHASA IV. HASIL DA PEMBAHASA 4.1 Hasil 4.1.1 Pertumbuhan 4.1.1.1 Bobot Bobot rata-rata ikan patin pada akhir pemeliharaan cenderung bertambah pada setiap perlakuan dan berkisar antara 6,52±0,53 8,41±0,40 gram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nilem yang digunakan berasal dari Cijeruk. Pada penelitian ini digunakan ikan nilem berumur 4 minggu sebanyak 3.150 ekor dengan ukuran panjang 5,65 ± 0,62

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, oleh karena itu kualitas air perlu dipertahankan sesuai dengan peruntukannya, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu kegiatan penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Masing-masing kegiatan tersebut dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold 1 I. PENDAHULUAN Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien di suatu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Resirkulasi Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus melalui perantara sebuah

Lebih terperinci

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji 13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu Berdasarkan analisis ANAVA (α=0.05) terhadap Hubungan antara kualitas fisik dan kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan ikan lele hasil persilangan antara induk betina F 2 dengan induk jantan F 6 sehingga menghasilkan F 26. Induk jantan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau Pengamatan moulting kepiting bakau ini dilakukan setiap 2 jam dan dinyatakan dalam satuan moulting/hari. Pengamatan dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mikroalga Scenedesmus sp. sebagai bioremidiator limbah cair tapioka. Hal ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mikroalga Scenedesmus sp. sebagai bioremidiator limbah cair tapioka. Hal ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Scenedesmus sp. Sebagai Bioremidiator Limbah Cair Tapioka Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa ada pengaruh mikroalga Scenedesmus sp. sebagai bioremidiator

Lebih terperinci

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA Program Magister Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penelitian Tahap I 4.1.1.1. Percobaan 1: 4.1.1.1.a. Komposisi Perifiton Selama penelitian ditemukan tiga kelas perifiton yaitu Bacillariophyceae (9 genus),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

PARAMETER KUALITAS AIR

PARAMETER KUALITAS AIR KUALITAS AIR TAMBAK PARAMETER KUALITAS AIR Parameter Fisika: a. Suhu b. Kecerahan c. Warna air Parameter Kimia Salinitas Oksigen terlarut ph Ammonia Nitrit Nitrat Fosfat Bahan organik TSS Alkalinitas Parameter

Lebih terperinci