SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KROM(III) DAN MANGAN(II) DENGAN 8-HIDROKSIKUINOLIN. Disusun oleh PITOYO BAYU AJI M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KROM(III) DAN MANGAN(II) DENGAN 8-HIDROKSIKUINOLIN. Disusun oleh PITOYO BAYU AJI M"

Transkripsi

1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KROM(III) DAN MANGAN(II) DENGAN 8-HIDROKSIKUINOLIN Disusun oleh PITOYO BAYU AJI M SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

2 ii HALAMAN PENGESAHAN Pembimbing I Skripsi ini dibimbing oleh : Pembimbing II Prof. Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D NIP Saptono Hadi, M.Si, Apt NIP Dipertahankan di depan TIM Penguji Skripsi pada : Hari : Senin Tanggal : 3 Agustus 2009 Anggota TIM Penguji : 1. Sri Hastuti, M.Si. NIP Yuniawan Hidayat, M.Si NIP Disahkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta Ketua Jurusan Kimia, Prof. Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D NIP ii

3 iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KROM(III) DAN MANGAN(II) DENGAN 8-HIDROKSIKUINOLIN adalah benar benar hasil penelitian sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat kerja atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Ponorogo, Juli 2009 PITOYO BAYU AJI M iii

4 iv ABSTRAK Pitoyo Bayu Aji, SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KROM(III) DAN MANGAN(II) DENGAN 8-HIDROKSIKUINOLIN. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara sintesis, formula dan karakteristik kompleks 8-hidroksikuinolin dengan Cr(III) dan Mn(II). Kompleks 8-hidroksikuinolin dengan Cr(III) dan Mn(II) telah disintesis dalam metanol dengan perbandingan mol Cr(III) dan mol ligan 1 : 3 dan perbandingan mol Mn(II) dan ligan 1 : 2. Terbentuknya kompleks ditandai oleh adanya pergeseran panjang gelombang maksimum spektra elektronik kompleks. Formula kompleks diperkirakan dari analisis kadar logam pada tiap-tiap kompleks dengan spektroskopi serapan Atom (SSA). Formula kompleks yaitu Cr(8- hidroksikuinolin) 3 (H 2 O)n (n = 3, 4, 5) dan Mn(8-hidroksikuinolin) 2 (Cl) 2 (H 2 O) 4. Perbandingan besar muatan kation : anion diukur dengan konduktivitimeter. Pengukuran untuk Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) menunjukkan perbandingan besar muatan kation : anion 2 : 1, hal ini berarti bahwa Cl - tidak terkoordinasi pada Mn(II), sedangkan Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) bersifat non elektrolit, hal menunjukkan bahwa 8-hidroksikuinolin terkoordinasi pada Cr(III) sebagai anion. Analisis termal mengindikasikan bahwa kedua kompleks mengandung beberapa hidrat, kemunginan formula kompleks adalah Cr(8-hidroksikuinolin) 3 ](H 2 O) 3 dan [Mn(8-hidroksikuinolin) 2 ](Cl) 2 (H 2 O) 4. Analisis spektra IR kompleks menunjukkan adanya pergeseran serapan gugus C=N dan C-O yang mengindikasikan kedua gugus terkoordinasi pada ion pusat. Pengukuran momen magnet menunjukkan bahwa kompleks bersifat paramagnetik dengan µ eff Cr(III)- (8-hidroksikuinolin) 3,77±0,03 BM dan µ eff Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) 5,33±0,07 BM. Spektra UV-Vis kompleks menunjukkan transisi intra ligan n π* dan π π*. Koordinasi ligan 8-hidroskikuinolin pada ion pusat Cr(III) diperkirakan oktahedral, sementara koordinasi 8-hidroskikuinolin pada ion puat Mn(II) diperkirakan tetrahedral. Kata kunci : Sintesis, Karakterisasi, Kompleks Cr(III) dan Mn(II), 8-hidroksikuinolin iv

5 v ABSTRACT Pitoyo Bayu Aji, SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF COMPLEXES OF CHROMIUM(II) AND MANGANESE(II) WITH 8-HIDROXIQUINOLINE. Thesis. Department of Chemistry. Mathematics and Natural Sciences Faculty. Sebelas Maret University. The purpose of this research is to find out the synthesis, formula, and characteristic of complexes of 8-hidroxiquinoline with Cr(III) and Mn(II). Complexes of 8-hidroxiquinoline with Cr(III) and Mn(II) have been synthesized in methanol, with 1 : 3 mole ratio of Cr(III) to ligan and 1 : 2 mole ratio of Mn(II) to ligan. The forming of complexes were indicated by maximum absorption shiff of electronic spectra. The formula of complexes were predicted from analysis of % metal in each complexes by Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS). The formula complexes are Cr(8-hidroxiquinoline) 3 (H 2 O)n (n = 3, 4, 5) and Mn(8- hidroxiquinoline) 2 (Cl) 2 (H 2 O) 4. The charge size ratio of cation and anion of complexes were measured by conductivitymeter. The measurement for Mn(II)-(8- hidroksikuinolin) shows that the charge size ratio of cation and anion 2 : 1, it means that Cl - do not coordinate to the Mn(II), while Cr(III)-(8-hidroxiquinoline) is non electrolyte, it corresponds that 8-hidroxiquinoline coordinate to the Cr(III) as an anionic form. The thermal analysis indicates that both of complexes contain some hydrate. Thus formula possibility of complexes are [Cr(8- hidroxiquinoline) 3 ](H 2 O) 3 and [Mn(8-hidroxiquinoline) 2 ](Cl) 2 (H 2 O) 4. Analysis of IR spectra of the complexes shows a shiff of C=N and C-O group and indicates those groups are coordinated to the center ion. Magnetic suscepbility measurement shows that the complexes are paramagnetic with µ eff of Cr(III)-(8- hidroxiquinoline) 3,77±0,03 BM and µ eff of Mn(II)-(8-hidroxiquinoline) 5,33±0,07 BM. The UV-Vis spectra of complexes shows intra ligan n π* and π π* transitions. The ligand of 8-hidroxiquinoline coordinated to Cr(III) center ion is predicted as octahedral, while 8-hidroxiquinoline coordinated to Mn(II) center ion is predicted as tetrahedral. Key words : Synthesis, Characterization, Complexes Cr(III) and Mn(II), 8-hidroxiquinoline v

6 vi MOTTO DENGAN ILMU HIDUP MENJADI MUDAH, DENGAN SENI HIDUP MENJADI INDAH (KI.A.S) vi

7 vii PERSEMBAHAN Karya besar ini penulis persembahkan untuk: Ibunda dan Ayahanda Adik dan Kakak tersayang Pembimbing tugas akir Pembimbing akademis Saudara seperjuangan Tuhan YME vii

8 viii KATA PENGANTAR Teriring syukur kepada Allah atas segala limpahan nikmat dan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KROM(III) DAN MANGAN(II) DENGAN 8- HIDROKSIKUINOLIN. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, tauladan umat manusia. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Drs. Sutarno, MSc, PhD selaku Dekan FMIPA UNS. 2. Drs. Sentot Budi Rahardjo,PhD selaku Ketua Jurusan Kimia dan Pembimbing I. 3. Saptono Hadi, M.Si. Apt.selaku pembimbing II 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia, FMIPA UNS atas semua ilmu yang berguna dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr.rer.nat. Fajar Rakhman Wibowo, M.Si selaku Ketua Sub Laboratorium Kimia Lab. Pusat FMIPA UNS dan semua stafnya. 6. IF. Nur Cahyo, M.Si selaku Ketua Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNS beserta stafnya : Mbak Nanik dan Mas Anang. 7. Soerya Dewi Marliyana, M.Si. atas saran dan motivasinya selaku Pembimbing Akademis 8. Rekan rekan TA anorganik NALAR (Nurhalimah, Antok, Lanjar, Anggun, Rus Maysharoh) atas semangat kebersamaanya. 9. Rekan rekan terbaik di area 17+ Dormintory HAMBEGS ( Hendro, Aris, Mbeki, Gigih, Saiful huda) atas dukungannya. 10. Rekan rekan angkatan 04, 05, 06, 07, Rekan TA organik Icha 12. Pihak pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah berkenan memberikan balasan yang lebih baik atas pengorbanan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu penulis viii

9 ix dalam memperbaikinya. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kita semua. Surakarta, Juli 2009 Pitoyo Bayu Aji ix

10 x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v HALAMAN MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah Identifikasi Masalah Batasan Masalah Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian... 6 BAB II LANDASAN TEORI... 7 A. Tinjauan Pustaka Sintesis Senyawa Kompleks Kompleks Cr(III) dan Mn(II) Teori Pembentukan Kompleks a. Teori Ikatan Valensi b. Teori Medan Ligan ). Kompleks Oktahedral ). Kompleks Tetrahedral x

11 xi c. Teori Orbital Molekul Spektroskopi UV-Vis Sifat magnetik Analisis Termal Spektroskopi Infra Merah Daya hantar Listrik senyawa 8-hidroksikuinolin B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Waktu dan Tempat C. Alat dan Bahan Alat Bahan-bahan D. Prosedur Penelitian Sintesis Senyawa Kompleks a. Sintesis kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) 32 b. Sintesis Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Pengukuran Logam dalam Kompleks Pengukuran Momen Magnet Pengukuran Spektra elektronik Pengukuran Daya Hantar Listrik Pengukuran Spektra Infra Merah Analisis TG/DTA E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis Kompleks Sintesis Kompleks Cr(III) dengan 8-hidroksikuinolin Sintesis Kompleks Mn(II) dengan 8-hidroksikuinolin 36 B. Penentuan Formula Kompleks xi

12 xii 1. Penentuan kadar Logam dalam Kompleks a. Pengukuran Kadar krom dalam Kompleks b. Pengukuran Kadar mangan dalam Kompleks Pengukuran Daya Hantar Listrik Analisis Termal TG/DTA Spektra infra Merah a. Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) b. Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Spektra Elektronik a. Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) b. Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Sifat Kemagnetan a. Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) b. Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) C. Perkiraan struktur Kompleks Perkiiraan Struktur Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) Perkiraan Struktur Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Bentuk Hibridisasi Dan Konfigurasi Geometri Tabel 2. Sebagian faktor koreksi diamagnetik untul ion dan molekul 21 Tabel 3. Kadar krom dalam kompleks secara teoritis Tabel 4. Kadar mangan dalam kompleks secara teoritis Tabel 5. Daya Hantar Listrik Larutan Standar 10-3 M dan Larutan Sampel Kompleks 10-3 M dalam DMSO Tabel 6. Serapan Gugus Fungsi Ligan 8-hidrosksikuinolin dan Senyawa Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) Tabel 7. Serapan Gugus Fungsi Ligan 8-hidrosksikuinolin dan Senyawa Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Tabel 8. Panjang Gelombang (λ maks), Absorbansi dan Absorbtivitas Molar (ε) Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Ligan 8-hidroksikuinolin dalam Metanol Tabel 9. Panjang Gelombang (λ maks), Absorbansi dan Absorbtivitas Molar (ε) Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) dan ligan 8-hidroksikuinolin dalam metanol Tabel 10. Data dan Hasil Perhitungan Kdar Krom dengan SSA dalam Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) Tabel 11. Data dan Hasil Perhitungan Kdar Krom dengan SSA dalam Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Tabel 12. Data Daya Hantar Larutan Standar dan Sampel Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) (dalam DMSO dengan konsentrasi 10-3 M) Tabel 13. Data Daya Hantar Larutan Standar dan Sampel Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) (dalam DMSO dengan konsentrasi 10-3 M) Tabel 14. Hasil Pengukuran Kerentanan Magnetik xiii

14 xiv Tabel 15. Harga µ eff pada Beberapa Harga X g dari Sampel Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Tabel 16. Serapan Gugus Fungsi Ligan 8-hidroksikuinolin, Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Tabel 17. Kondisi Pengukuran Sampel Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dengan TG/DTA Tabel 18. Kondisi Pengukuran Sampel Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) dengan TG/DTA Tabel 19. Hasil TG Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Tabel 20. Hasil DTA Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Tabel 21. Analisa TG Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) xiv

15 xv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur 8-hidroksikuinolin... 2 Gambar 2. Koordinasi bpmp pada Co(II) yang membentuk kompleks Co 2 (bpmp)(ch 3 COO) 3.3H 2 O dengan melibatkan atom donor N cincin siklik... 3 Gambar 3. Koordinasi PDC pada Ni(II) yang membentuk kompleks {[Ni(PDC)(dpa)(H 2 O)].2H 2 O} dengan melibatkan atom donor N cincin siklik... 3 Gambar 4. Koordinasi L pada Cu(II) yang membentuk kompleks CuL 2 (L adalah 3-[(2-Hydroxy-quinolin-3-ylmethylene)- amino]-2-phenyl-3h-quinazolin-4-one)... 4 Gambar 5. Kemungkinan Ikatan antara Cr(III) dengan 8-hidroksikuinolin... 5 Gambar 6. Kemungkinan Ikatan antara Mn(II) dengan 8-hidroksikuinolin... 5 Gambar 7. Struktur senyawa kompleks Cr(III) dengan ligan makrosiklik 1,5-diaza-8,12-dioxa-6,7:13,14- dibenzocyclo tetradodecane yang bergeometri oktahedral... 8 Gambar 8. Struktur kompleks oktahedral Mn(II) dengan [N -(2- methoxybenzoyl) hydrazinecarbodithioate]ethyl ester... 9 Gambar 9. Struktur {Mn(N,N-bis[4-(benzeneazo)salicylaldehyde]- o-phenylenediamine}dengan geometri square Gambar 10. Ilustrasi Pembentukan kompleks CrL(CNS) 3 (L=1,5-diaza-8,12-dioxa-6,7:13,14-dibenzocyclo tetradodecane) yang bergeometri oktahedral Gambar 11. Ilustrasi Pembentukan kompleks MnL 2 (L= [N -(2- methoxybenzoyl)hydrazinecarbodithioate] ethyl ester yang bergeometri oktahedral Gambar 12. Kontur orbital d xv

16 xvi Gambar 13. Arah sumbu x,y, dan z dalam medan oktahedral Gambar 14. Diagram tingkat energi orbital d pada medan oktahedral 13 Gambar 15. Hubungan tetrahedral dengan kubus Gambar 16. Diagram energi orbital d pada medan tetrahedral Gambar 17. Diagram tingkat energi kompleks oktahedral Gambar 18. Diagram tingkat energi kompleks tetrahedral Gambar 19. Tingkat energi elektron molekul Gambar 20. Spektrum [Mn(HO) 6 ] 2+ ( ) dengan skala absorbansi di bagian kiri dan spektrum [Mn(Br) 4 ] 2- (---) dengan skala absorbansi di bagian kanan Gambar 21. Diagram tingkat energi ion Mn(II) d 5 pada medan oktahedral Gambar 22. Diagram tingkat energi ion d 3 pada medan oktahedral Gambar 23. Termogram (TG) dekomposisi Co(C 8 H 10 N 4 )(NO 3 ) 2 di udara Gambar 24. Termogram (DTA) dekomposisi Co(C 8 H 10 N 4 )(NO 3 ) 2 di udara Gambar 25. Vibrasi rentangan : (a) Rentangan simetri, (b) rentangan asimetri. Vibrasi bengkokan : (c) Guntingan, (d) Goyangan, (e) Kibasan dan (f) Pelintiran Gambar 26. Struktur 8-hidroksikuinolin dan dua gugus donor elektron yaitu (1) gugus O-H dan (2) gugus C=N Gambar 27. Kompleks [Ag-(8-quinolinol)(8-quinolate)] Gambar 28. Kemungkinan ikatan kovalen koordinasi antara 8-hidroksikuinolin dengan atom pusat Cr(III) dan Mn(II) Gambar 29. Spektra Elektronik (a) senyawa 8-hidroksikuinolin dalam metanol (b) senyawa Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dalam metanol Gambar 30. Spektra elektronik senyawa MnCl 2.4H 2 O dalam metanol xvi

17 xvii Gambar 31. Spektra Elektronik (a) kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) dalam metanol (b) 8-hidroksikuinolin dalam metanol Gambar 32. Termogram TG/DTA Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 33. Termogram TG/DTA Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 34. Serapan gugus fungsi O-H (warna merah), gugus fungsi C=N (warna biru), gugus fungsi C-O (warna hijau) pada (a) 8-hidroksikuinolin dan (b) kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 35. Serapan gugus fungsi O-H (warna merah), gugus fungsi C=N (warna biru), gugus fungsi C-O (warna hijau) pada (a) 8-hidroksikuinolin dan (b) kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 36. Perkiraan Struktur [Cr(8-hidroksikuinolin) 3 ](H 2 O) Gambar 37. Perkiraan Struktur [Mn(8-hidroksikuinolin) 2 ](Cl) 2 (H 2 O) Gambar 38. Diagram Sintesis dan Karakterisasi senyawa Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 39. Diagram Sintesis dan Karakterisasi senyawa Kompleks Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 40. Kurva Standar Cr(III) pada konsentrasi 0 11 ppm Gambar 41. Kurva Standar Mn(II) pada konsentrasi 1-5 ppm Gambar 42. Spektra Infra Merah 8-hidroksikuinolin Gambar 43. Spektra Infra Merah Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 44. Spektra Infra Merah Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 45. Termogram TG/DTA Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) Gambar 46. Termogram TG/DTA Mn(II)-(8-hidroksikuinolin) xvii

18 xviii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Diagram Alir Percobaan Lampiran 2. Perhitungan rendemen Hasil Sintesis Lampiran 3. Pengukuran Kadar Krom dalam Kompleks Menggunakan SSA Lampiran 4. Pengukuran Kadar Mangan dalam Kompleks Menggunakan SSA Lampiran 5. Pengukuran Daya Hantar Listrik Kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dengan konduktivitimeter. 63 Lampiran 6. Perhitungan Momen Magnet efektif Lampiran 7. Perhitungan Nilai absorbtivitas Molar Lampiran 8. Spektra Infra Merah Ligan 8-hidroksikuinolin dan Kompleks Lampiran 9. Hasil TG/DTA Logam dan Kompleks xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senyawa kompleks memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena dapat diaplikasikan pada berbagai bidang seperti bidang farmasi, kesehatan, industri, dan lingkungan. Salah satu kompleks yang telah banyak diaplikasikan adalah kompleks logam dengan ligan 8-hidroksikuinolin. Kompleks yang terbentuk antara 8-hidroksikuinolin dengan Fe(III) diaplikasikan untuk ekstraksi ion Fe(III) secara sinergis dengan TOPO (trioktil pospin oksida) menggunakan metode Batch (Wijayanti, 2004). Diperkirakan struktur kompleks Fe(III)-(8-hidroksikuinolin) adalah oktahedral (Sugiharto, 2006). Kompleks ini juga dapat diaplikasikan sebagai anti bakteri karena terbentuknya senyawa kelat tidak jenuh (2:1) dan (1:1) (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Pembentukan kompleks Pb(II)-(8- hidroksikuinolin) diaplikasikan untuk penentuan logam Pb(II) dengan metode voltametri menggunakan elektroda pasta karbon terlapisi pirol yang termodifikasi 8-hidroksikuinolin (Danawati, 2008). Namun demikian struktur kompleks 8-hidroksikuinolin belum banyak dilaporkan, demikian pula pada kompleks antara 8-hidroksikuinolin dengan Cr(III) dan Mn(II). Krom mempunyai hubungan erat dengan masalah lingkungan, terutama masalah pencemaran logam. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa Cr(II) dapat mengendapkan RNA dan DNA pada ph 7. Cemaran krom dalam tubuh dapat menyebabkan masalah kesehatan misalnya Cr(III) dapat bereaksi dengan protein secara lambat untuk membentuk suatu kompleks yang stabil (Palar, 1994). Mangan termasuk dalam logam berat essensial, dimana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus ( Mangan bertindak sebagai komponen dari enzim

20 2 yang terlibat dalam bermacam jalur metabolisme, termasuk sintesis DNA, metabolisme zat gula dan modifikasi protein (Jain et. al., 2002:1-2). Pada proses modifikasi protein logam mangan yang terdapat pada enzim Mn-arginase dapat menghidrolisis L-arginin menjadi L-ornitin dan urea (Moon et. al., 2008: ). Kompleks Cr(III) dengan berbagai ligan dapat membentuk geometri datar, tetrahedral terdistorsi, trigonal bipiramid, oktahedral dan pentagonal bipiramid terdistorsi (Cotton, and Wilkinson, 1998: ). Seperti pada kompleks Cr(III) dengan ligan 1,7-diaza-10,14-dioxa-4-thia-8,9:15,16-dibenzocyclohexadeca-2,6- dione yang disintesis dengan menambahkan ligan ke dalam larutan etanol yang mengandung garam hidrat Krom(III), kemudian direfluks pada suhu C, diperkirakan kompleks bergeometri oktahedral (Kumar, and Singh, 2006:77-87). Kompleks [Cr(etdtc)Cl] 2 (etdtc= ethylenediamine dithiocarbamato) yang disintesis dengan mencampurkan antara asetilaseton dalam metanol dengan etilendiamin dan karbon disulfida dengan CrCl 3.6H 2 O dalam metanol, diperkirakan bergeometri oktahedral terdistorsi (Saddiqi et. al.,2006: ). Kompleks Mn(II) dengan berbagai ligan juga dapat membentuk geometri tetrahedral, segiempat datar, trigonal bipiramid terdistorsi, trigonal bipiramid, oktahedral (Cotton, and Wilkinson, 1998:689). Pada kompleks [Mn 2 (etdtc) 2 ] yang disintesis dengan mencampurkan antara asetilaseton dalam metanol dengan etilendiamin dan karbon disulfida dengan MnCl 2 2H 2 O dalam metanol, diperkirakan bergeometri tetrahedral (Saddiqi et. al., 2006: ). Pada 8-hidroksikuinolin (Gambar 1) mempunyai atom donor elektron lebih dari satu, yaitu O pada gugus OH dan N pada rantai sikliknya, yang dapat digunakan untuk berikatan secara kovalen koordinasi dengan ion logam krom dan mangan sehingga terbentuk senyawa kompleks. Gambar 1. Struktur 8-hidroksikuinolin 2

21 3 Donor elektron atom N dalam cincin siklis tidak selalu bisa terkoordinasi ke dalam atom pusat. Pada kompleks Co 2 (bpmp)(ch 3 COO) 3.3H 2 O, ligan (bpmp= 2,6-bis((4-(pyridin-2-yl)pyrimidin-2-ylthio)methyl)-4-methylphenol) terkoordinasi pada atom pusat melalui atom N pada cincin siklis (ditunjukkan Gambar 2). N S S N N O N Co Co N O O N O O O O Gambar 2. Koordinasi bpmp pada Co(II) yang membentuk kompleks Co 2 (bpmp)(ch 3 COO) 3.3H 2 O dengan melibatkan atom donor N cincin siklik (Huang et. al., 2008:5-8) Begitu juga ligan (PDC=2,6-pyridinedicarboxylate, dpa = 4,4- dipyridylamine) dapat membentuk kompleks {[Ni(PDC)(dpa)(H 2 O)].2H 2 O} melalui koordinasi atom N cincin siklik (struktur ditunjukkan Gambar 3). Gambar 3. Koordinasi PDC pada Ni(II) yang membentuk kompleks {[Ni(PDC)(dpa)(H 2 O)].2H 2 O} dengan melibatkan atom donor N cincin siklik (Saylor et. al., 2008: ) 3

22 4 ylmethylene)-amino]-2-phenyl-3h-quinazolin-4-one), atom N cincin siklik tidak terlibat pada proses koordinasi (struktur ditunjukan Gambar 4). N N O N O Cu(II) O N O N N Sedangkan pada kompleks CuL 2 (L=3-[(2-Hydroxy-quinolin-3- Gambar 4. Koordinasi L pada Cu(II) yang membentuk kompleks CuL 2 (dengan L adalah 3-[(2-Hydroxy-quinolin-3-ylmethylene)-amino]-2-phenyl-3Hquinazolin-4-one) (Siddappa et. al., 2008: ) Ligan 8-hidroksikuinolin yang mempunyai atom donor N dalam cincin siklik dapat membentuk kompleks dengan Cr(III) dan Mn(II) dengan berbagai kemungkinan seperti ditunjukkan oleh Gambar 5 dan Gambar 6. N N N OH OH OH Cr(III) C r(iii) Cr(III) Gambar 5. Kemungkinan ikatan antara Cr(III) dengan 8-hidroksikuinolin 4

23 5 N N N OH OH OH M n(ii) M n(ii) Mn(II) Gambar 6. Kemungkinan ikatan antara Mn(II) dengan 8-hidroksikuinolin Oleh karena itu sintesis dan karakterisasi kompleks Cr(III) dan Mn(II) dengan ligan 8-hidroksikuinolin menarik untuk dipelajari. B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah a. Sintesis kompleks dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain mencampurkan larutan logam dan ligan dengan pelarut seperti air, metanol, etanol, atau piridin tanpa pemanasan, disertai pemanasan, atau refluks. b. Penentuan formula kompleks dapat dilakukan berdasarkan analisis unsur C, H, N, O, logam, atau diperkirakan dari hasil analisis logam saja. c. Kedudukan anion dalam senyawa kompleks dapat bertindak sebagai ligan atau sisa asam. d. Kompleks yang dihasilkan dapat mengandung H 2 O ataupun tidak. e. Gugus yang terkoordinasi pada logam dapat ditentukan secara kristalografi sinar X atau diperkirakan dari data spektra IR. f. Karakterisasi kompleks meliputi spektra (Ultra Violet-Visible, UV-Vis), spektra ( Infra Red, IR), sifat kemagnetan dan potensial redoks. 2. Batasan Masalah a. Penentuan formula kompleks diperkirakan dari hasil penentuan kadar logam dalam masing-masing kompleks. b. Gugus fungsi ligan yang terkoordinasi pada atom pusat diperkirakan dari spektra IR. 5

24 6 c. Karakterisasi kompleks yang dilakukan meliputi spektra UV-Vis, spektra IR dan sifat kemagnetan. 3. Rumusan Masalah Masalah utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana sintesis kompleks Cr(III) dengan ligan 8-hidroksikuinolin dan Mn(II) dengan ligan 8-hidroksikuinolin? b. Bagaimana formula kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin)? c. Bagaimana karakteristik kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin)? d. Bagaimana perkiraan struktur kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin)? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui cara sintesis senyawa kompleks Cr(III) dan Mn(II) dengan ligan 8-hidroksikuinolin. 2. Mengetahui formula kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin). 3. Mengetahui karakteristik kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin). 4. Mengetahui struktur kompleks Cr(III)-(8-hidroksikuinolin) dan Mn(II)-(8-hidroksikuinolin). D. Manfaat Penelitian Memberikan informasi tentang pembentukan kompleks antara krom(iii) dan mangan(ii) dengan 8-hidroksikuinolin. 6

25 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sintesis Senyawa Kompleks Sintesis kompleks dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara antara lain dengan pencampuran larutan pada berbagai perbandingan mol logam : mol ligan dalam berbagai pelarut tanpa pemanasan, pencampuran larutan disertai pemanasan pada berbagai temperatur. Kompleks [Mn 2 (H 3 bida) 2 (H 2 O) 2 ] (H 3 bida = N-(benzimidazol-2-ylmethyl iminodiacetic acid) disintesis dengan cara menambahkan [Mn(CH 3 COO) 2 ].4H 2 O ke dalam larutan H 3 bida dalam campuran metanol dan piridin (Moon et. al., 2008: ). Kompleks [Mn(ptalat)].½H 2 O disintesis dengan cara menambahkan garam Mn(CH 3 COO) 2 kedalam etanol yang mengandung asam ptalat (perbandingan 1:1) kemudian campuran direfluks selama 2 jam (Devereux et. al., 2000: ). Sintesis lain dapat dilakukan dengan pemanasan campuran MnCl 2 dan L (L= salicylideneimine) dalam etanol dengan perbandingan 1:1, kemudian direfluks selama 4-5 jam untuk menghasilkan kompleks [MnL(H 2 O) n ] (n = 0-2) (Belaid et. al., 2008:63-69). Sintesis kompleks Cr(C 26 N 4 H 26 )(NO 3 ) 3 dilakukan dalam dengan menambahkan C 26 N 4 H 26 kedalam larutan etanol yang mengandung garam Cr(III), kemudian campuran direfluks selama beberapa jam pada suhu 75-85ºC (Kumar et. al., 2006:77-87). 2. Kompleks Cr(III) dan Mn(II) Krom adalah salah satu unsur logam transisi golongan VIB yang berwarna putih, nomor atom 24 dengan massa atom 51,996 g/mol, mempunyai titik lebur 1765ºC, dapat larut dalam asam klorida encer atau pekat, asam sulfat encer dan asam nitrat (Vogel, 1979:285). Krom memiliki bilangan oksidasi yang paling stabil dan penting yaitu +2 dan +3. Dalam senyawa kompleks krom banyak terdapat sebagai Cr(III), membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 3,4,5 dan 6. Pada umumya kompleks Cr(III) memiliki bilangan koordinasi 6 dengan

26 8 geometri oktahedral (Cotton, and Wilkinson, 1998: ). Selain itu kompleks Cr(III) juga bisa mempunyai geometri nonoktahedral, misalnya pentagonal bipiramid terdistorsi (Cotton,. and Wilkinson, 1988:689). Kompleks Cr(III) dengan ligan makrosiklik 1,5-diaza-8,12-dioxa- 6,7:13,14-dibenzocyclo tetradodecane memiliki bilangan koordinasi 6 dengan struktur oktahedral (Kumar et. al., 2006:77-87) seperti ditunjukkan Gambar 7. HN CNS NH Cr (CNS) O CNS O Gambar 7. Struktur senyawa kompleks Cr(III) dengan ligan makrosiklik 1,5- diaza-8,12-dioxa-6,7:13,14-dibenzocyclo tetradodecane yang bergeometri oktahedral (Kumar et. al., 2006:77-87) Pada kompleks tersebut terjadi pergeseran bilangan gelombang serapan infra merah gugus N-H (3285 cm -1 pada lingan menjadi 3200 cm -1 pada kompleksnya) dan serapan gugus Ph-O-CH 2 juga mengalami pergeseran ke arah yang lebih kecil. Pergeseran tersebut mengindikasikan bahwa kedua gugus terkoordinasi pada Cr(III). Mangan merupakan salah satu unsur logam transisi golongan VIIB, berwarna putih abu-abu, nomor atom 25 dengan massa atom 54,938 g/mol. Mempunyai titik lebur 1250ºC. Mangan dapat larut dalam asam mineral encer dan juga asam asetat dan dapat mempunyai bilangan oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7 (Vogel, 1979:285). Dalam senyawa kompleks mangan banyak terdapat sebagai Mn(II), membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 4, 5 serta memiliki semua jenis geometri utama yaitu tetrahedral, segiempat, trigonal bipiramid terdistorsi dan trigonal bipiramid. Pada umumnya kompleks Mn(II) memiliki 8

27 9 bilangan koordinasi 6 dengan struktur oktahedral (Cotton, and Wilkinson, 1988: ). Mangan(II) yang membentuk kompleks dengan [N -(2- methoxybenzoyl)hydrazinecarbodithioate] ethyl ester memiliki bilangan koordinasi 6 dengan geometri oktahedral (Singh et. al., 2009: ) seperti ditunjukkan Gambar 8. Gambar 8. Struktur kompleks oktahedral Mn(II) dengan [N -(2-methoxybenzoyl) hydrazinecarbodithioate]ethyl ester (Singh et. al., 2009: ) Pada kompleks tersebut Atom N, S, dan O dari ligan terkoordinasi pada ion pusat Mn(II) yang ditandai dari pergeseran serapan infra merah gugus N-N (1086 cm -1 pada ligan bebasnya menjadi 1101cm -1 pada kompleks) dan C=S (968 cm -1 pada ligan bebasnya menjadi 905 cm -1 pada kompleks) dan bergesernya serapan infra merah C=O (1645 cm -1 pada ligan bebasnya menjadi 1603 cm -1 pada kompleks). N,N-bis[4-(benzeneazo)salicylaldehyde]-o-phenylenediamine membentuk kompleks dengan Mn(II) mempunyai 4 bilangan koordinasi (Liu et. al., 2006:41-48) seperti ditunjukkan Gambar 9. Pada kompleks ini pergeseran serapan IR gugus C-O (1281 cm -1 pada ligan bebasnya menjadi 1260 cm -1 pada kompleks) mengindikasikan terkoordinasinya C-O pada atom pusat. Pergeseran serapan 9

28 10 gugus C=N (1605 cm -1 pada ligan bebasnya menjadi 1613 cm -1 pada kompleks) mengindikasikan terkoordinasinya gugus C=N pada atom pusat. N N O O N N Mn N N Gambar 9. Struktur kompleks {Mn(N,N-bis[4-(benzeneazo)salicylaldehyde]-ophenylenediamine}dengan geometri square (Liu et. al., 2006:41-48) 3. Teori Pembentukan Kompleks a. Teori Ikatan Valensi Pada teori ikatan valensi yang dikembangkan oleh Pauling, senyawa kompleks mengandung ion kompleks, dengan ligan harus mempunyai pasangan elektron bebas yang terkoordinasi pada atom pusat yang mempunyai orbital kosong (Lee, 1994 :202). Pada senyawa kompleks, Cr(III) dan Mn(II) dapat berperan sebagai atom pusat, sehingga Cr(III) dan Mn(II) harus menyediakan orbital kosong untuk ditempati pasangan elektron bebas dari ligan, contohnya pada pembentukan kompleks Cr(III) dengan 1,5-diaza-8,12-dioxa-6,7:13,14-dibenzocyclo tetradodecane (Kumar, and Singh, 2006:77-87) dan pembentukan kompleks Mn(II) dengan ligan [N -(2-methoxybenzoyl)hydrazinecarbodithioate] ethyl ester (Singh et. al., 2009: ). Kompleks Cr(III) dengan 1,5-diaza-8,12-dioxa- 6,7:13,14-dibenzocyclo tetradodecane yang bergeometri oktahedral dapat terbentuk apabila Cr(III) menyediakan 6 orbital kosong untuk ditempati pasangan elektron bebas dari ligan. Keenam orbital kosong tersebut adalah satu orbital 4s, tiga orbital 4p dan dua orbital 4d yang kemudian membentuk hibridisasi sp 3 d 2 yang berbentuk oktahedral seperti diilustrasikan Gambar

29 11 Cr Ar 3d 5 4s 1 4p 0 4d 0 Cr(III) Ar 3d 3 4s 0 4p0 4d 0 : N : N : O : O : CNS: CNS CrL(CNS) 3 Ar 3d 7 4s 2 4p 6 4d 0 Donasi oleh 2 atom O, 2 N dan 2 CNS Hibrida d 2 sp 3 = oktahedral Gambar 10. Ilustrasi Pembentukan kompleks CrL(CNS) 3 (L= 1,5-diaza-8,12- dioxa-6,7:13,14-dibenzocyclo tetradodecane) yang bergeometri oktahedral (Kumar, and Singh, 2006:77-87) Kompleks [N -(2-methoxybenzoyl) hydrazinecarbodithioate] ethyl ester dengan Mn(II) yang bergeometri oktahedral dapat terbentuk apabila Mn(II) menyediakan 6 orbital kosong untuk ditempati pasangan elektron bebas dari ligan, seperti diilustrasikan oleh Gambar 11. Keenam orbital kosong tersebut adalah satu orbital 4s, tiga orbital 4p dan dua orbital 4d yang kemudian membentuk hibridisasi sp 3 d 2 oktahedral. Mn Ar 3d 5 4s 1 4p 0 4d 0 Mn(II) Ar 3d 5 4s 0 4p0 4d 0 : O : O : S : N : N : S MnL 2 Ar 3d 5 4s 2 4p 6 4d 0 Donasi oleh 2 atom O, 2 N dan 2 S Hibrida sp 3 d 2 = oktahedral Gambar 11. Ilustrasi Pembentukan kompleks MnL 2 (L= [N -(2- methoxybenzoyl)hydrazinecarbodithioate] ethyl ester yang bergeometri oktahedral (Singh et. al., 2009: ) 11

30 12 Orbital hibridisasi dapat digunakan untuk meramalkan geometri suatu senyawa, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.(Lee, 1994:85). Tabel 1. Bentuk Hibridisasi dan Konfigurasi Geometri (Lee, 1994:85) Bilangan Koordinasi Bentuk Hibridisasi Geometri 2 sp Lurus 3 sp 2 Segitiga datar 4 sp 3 Tetrahedral 4 dsp 2 Segiempat datar 5 sp 3 d Trigonal bipiramida 6 sp 3 d 2 Oktahedral 7 sp 3 d 3 Pentagonal bipiramida b. Teori Medan Ligan Pada teori medan ligan diasumsikan bahwa ligan dan ion logam sebagai titik muatan, interaksi logam dan ligan adalah elektrostatik. Tidak ada interaksi antara orbital logam dan ligan. Orbital d logam (kontur ditunjukkan Gambar 12) mempunyai tingkat energi yang sama (terdegenerasi), akan tetapi ketika terbentuk kompleks mengalami pembelahan karena adanya medan ligan (Lee, 1994 :204). z y y z z y x x y x x 3 d z 2 d x 2 -y 2 d xy d yz d xz Gambar 12. Kontur orbital d (Huheey, et. al., 1993:396) 1). Medan Ligan Pada kompleks oktahedral Pada medan oktahedral oktahedral, ion logam terletak ditengah oktahedron dan ligan berada dikeenam sudutnya seperti ditunjukkan pada Gambar 13. Orbital 12

31 13 d terpisah menjadi dua kelompok yaitu d xy, d xz, d yz yang disebut t 2g dan d x 2 -d y 2, d z 2 adalah orbital e g. Z Y X Gambar 13. Arah sumbu x, y dan z dalam medan oktahedral (Lee, 1994). Medan ligan akan menyebabkan kenaikan tingkat energi orbital e g lebih besar jika dibandingkan t 2g. Diagram tingkat energi orbital d dalam medan ligan oktahedral ditunjukkan pada Gambar 14. Perbedaan energi antara orbital t 2g dan e g adalah 10 Dq atau o. Orbital e g mempunyai energi +0,6 o diatas tingkat energi rata-rata, sedangkan orbital t 2g mempunyai energi -0,4 o di bawah tingkat energi rata-rata (Lee, 1994:208). e g +0,6 A o tingkat energi rata-rata -0,4 A o A o energi rata-rata ion logam dalam medan spherical t 2g ion logam dalam m edan ok tahedral Gambar 14. Diagram tingkat energi orbital d pada medan oktahedral (Lee, 1994 :206). 2). Kompleks tetrahedral Tetrahedral sering dihubungkan dengan sebuah kubus. Pada kompleks tetrahedral, atom pusat terletak di tengah kubus dan empat dari delapan sudutnya terisi oleh ligan, seperti Gambar

32 14 Z X Y Gambar 15. Hubungan tetrahedral dengan kubus (Lee, 1994:219). Ligan yang terkoordinasi menyebabkan orbital t 2g mengalami kenaikan energi yang lebih besar jika dibandingkan orbital e g. Hal ini dikarenakan orbital t 2g lebih dekat pada ligan. Diagram tingkat energi orbital d pada medan tetrahedral ditunjukkan Gambar 16. Medan ligan kuat dapat menyebabkan perbedaan energi pemisahan t 2g dan e g yang lebih besar. Akan tetapi, energi pemisahan tetrahedral selalu lebih kecil jika dibandingkan energi pemisahan oktahedral. Kompleks tetrahedral mempunyai energi pemisahan sebesar 4/9 o jika dibandingkan dengan kompleks oktahedral (Lee, 1994 : 220). t 2g +0,4A t Tingkat energi rata-rata -0,6A t A t Energi e g Energi rata-rata ion logam pada medan sphericalal Ion logam dalam medan tetrahedral Gambar 16. Diagram tingkat energi orbital d pada medan tetrahedral (Lee, 1994 : 221). d. Teori Orbital Molekul Teori orbital molekul dapat digunakan untuk menjelaskan adanya ikatan kovalen dalam senyawa kompleks. Orbital atom logam dan ligan digunakan untuk membentuk orbital molekul. Pada kompleks oktahedral, orbital d xy, d xz, d yz yang 14

33 15 arahnya berada diantara arah ligan menuju ion pusat tidak terlibat dalam membentuk ikatan, sedangkan orbital d 2 x -d 2 y dan d 2 z yang mengarah langsung pada ligan dapat membentuk orbital molekul ikatan (bonding) dan antiikatan (anti bonding). Selain itu orbital 4s dan 4p juga terlibat dalam pembentukan orbital molekul (Lee, 1994 :228). Diagram tingkat energi untuk kompleks oktahedral ditunjukkan Gambar 17. ti*g (n+1)p t1u (n+1)s a1g a1*g nd eg,t2g e*g t2g Dq a1g, eg, t1u eg t1u a1g M ML6 6L Gambar 17. Diagram tingkat energi kompleks oktahedal (Huheey, et. al., 1993 :417). 15

34 16 Pada kompleks tetrahedral, lima orbital d logam terpisah menjadi dua kelompok yaitu orbital e (d 2 x -d 2 y dan d 2 z ) dan t 2 (d xy, d xz, d yz ). Orbital (d 2 x -d 2 y dan d 2 z ) merupakan orbital nonbonding e, yang tak terlibat dalam pembentukan ikatan. Ketiga orbital p membentuk orbital molekul bonding t 2 dan orbital molekul antibonding t 2 *. Orbital d 2 x -d 2 y dan d 2 z membentuk orbital molekul bonding t 2 dan orbital antibonding t 2 *. Orbital s membentuk orbital molekul bonding a 1 dan orbital antibonding a 1 *. Empat orbital ligan juga mempunyai orbital molekul bonding dan antibonding (Huheey, et. al., 1993: ). Diagram tingkat energi untuk kompleks tetrahedral ditunjukkan Gambar 18. t*2 (n+1)p t2 (n+1)s a1 a*1 nd e, t2 t*2 e Dt t2, a1 a1 M ML4 4L Gambar 18. Diagram tingkat energi kompleks tetrahedral (Huheey, et. al., 1993 :419). t2 16

35 17 4. Spektroskopi UV-Vis Absorbsi radiasi sinar UV-Vis oleh atom/molekul akan menyebabkan atom/molekul (misalnya M) mengalami eksitasi elektronik. Produk dari reaksi ini berupa atom atau molekul dalam keadaan tereksitasi (misalnya M*), setelah selang waktu tertentu ( detik) akan terjadi proses relaksasi, yang paling umum yaitu dengan mengubah energi eksitasi menjadi energi panas. Proses absorbsi dan relaksasi tersebut seperti pada reaksi berikut : M + hv M* M* M + panas Absorbsi radiasi UV-Vis biasanya dihasilkan dari ekitasi elektron ikatan. Spesies yang dapat mengabsorbsi radiasi UV-Vis meliputi : (1) elektron-elektron n, π, σ, (2) elektron-elektron d dan f, dan (3) elektron transfer muatan (Skoog, et. al., 1998:330). Penggunaan spektroskopi serapan umumnya didasarkan pada transisi elektron n dan π ke keadaan tereksitasi π* karena energi yang diperlukan untuk proses ini cukup rendah, yaitu pada daerah (200 sampai 700 nm). Energi-energi untuk beberapa jenis orbital molekul sangat berbeda. Biasanya, tingkat energi elektron-elektron nonbonding terletak diantara orbital-orbital π dan σ bonding dan antibonding. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 19. σ* antibonding π* antibonding n nonbonding π bonding σ bonding Gambar 19. Tingkat energi elektron molekul (Hendayana, dkk., 1994:158) Absorbtivitas molar puncak spektrum yang dihasilkan dari transisi n π* umumnya lemah dan mempunyai rentang harga L.cm -1.mol -1, sedangkan untuk transisi π π* mempunyai rentang harga L.cm -1.mol -1. Sifat lain yang berbeda antara dua tipe transisi tersebut adalah efek pelarut terhadap λ 17

36 18 puncak spektra. Puncak n π* biasanya bergeser ke arah λ yang lebih kecil dengan meningkatnya polaritas pelarut, disebut dengan pergeseran biru (hypsochromic). Biasanya, tetapi tidak selalu keadaan yang berkebalikan akan teramati untuk transisi π π*, disebut dengan pergeseran merah (bathochromic) (Skoog, et. al., 1998:330). Efek hypsochromic disebabkan oleh bertambahnya solvasi pasangan elektron yang mengakibatkan menurunnya energi orbital n. Pergeseran merah atau bathochromic disebabkan oleh gaya polarisasi antara pelarut dan spesies, yang berakibat menurunnya selisih tingkat energi eksitasi dan tingkat energi tidak tereksitasi (Hendayana, dkk., 1994:161). Kebanyakan ion logam transisi mengabsorbsi radiasi di daerah spektrum sinar tampak. Untuk deret pertama logam transisi menyebabkan transisi elektron 3d yang cenderung mengabsorbsi dengan pita absorbsi melebar (Hendayana, dkk., 1994: ). Pada spektrum kompleks oktahedral Mn(II) yaitu [Mn(HO) 6 ] 2+ dan kompleks tetrahedral Mn(II) yaitu [Mn(Br) 4 ] 2- yang ditunjukkan Gambar 20. Gambar 20. Spektrum [Mn(HO) 6 ] 2+ ( ) dengan skala absorbansi di bagian kiri dan spektrum [Mn(Br) 4 ] 2- (---) dengan skala absorbansi di bagian kanan (Cotton, and Wilkinson, 1998:578) 18

37 19 Karakteristiknya adalah: mempunyai serapan yang lemah, mempunyai banyak puncak serapan dan mempunyai variasi lebar pita serapan. Hal ini dikarenakan transisi terjadi dari tingkat energi dasar 6 A 1 ke tingkat energi eksitasi dengan spin multilisitas yang berbeda (Gambar 21). Transisi ini akan menghasilkan puncakpuncak dengan intensitas yang lemah dan nilai absorbtivitas yang rendah. Harga absortivitas molar kompleks oktahedral Mn(II) sekitar 100 kali lebih lemah jika dibandingkan dengan absorbtivitas molar kompleks tetrahedral Mn(II). Gambar 21. Diagram tingkat energi ion Mn(II) d 5 (Cotton, and Wilkinson, 1998:580) pada medan oktahedral Begitu juga pada spektra elektronik Cr(III). Jika dilihat diagram tingkat energi Cr(III) dalam medan oktahedral (Gambar 20) terindikasikan adanya tiga transisi spin yang diijinkan (spin-allowed transitions). Misalnya pada kompleks [Cr(F) 6 ] -3 tiga pita transisi tersebut adalah : transisi 4 A 1g (F) 4 T 2g (F), yang 19

38 20 muncul di daerah cm -1, transisi 4 A 1g (F) 4 T 1g (F) mempunyai puncak serapan di daerah cm -1 dan transisi 4 A 1g (F) 4 T 1g (P) muncul di daerah cm -1 (Huheey, et. al., 1993:447). Gambar 22. Diagram tingkat energi ion d 3 pada medan oktahedral (Cotton, F.A. and Wilkinson, G., 1998 : 690) 5. Sifat Magnetik Senyawa kompleks dengan orbital d dan f yang belum terisi penuh, dapat diketahui rentang sifat kemagnetannya, yang tergantung pada tingkat oksidasi, konfigurasi elektron dan bilangan koordinasi atom logamnya. Perkalian kerentanan spesifik (Xg) dari suatu senyawa dengan berat molekulnya akan diperoleh harga kerentanan molar (X m ) yang dapat dihubungkan dengan momen paramagnetik permanen (µ) suatu molekul dengan Persamaan 1 (Huheey, et. al., 1993:459). X m = N 3RT 2 µ 2... (1) 20

39 21 Dengan N adalah bilangan Avogadro, R adalah tetapan gas ideal, T adalah suhu (dalam K) dan µ dalam satuan BM (1 BM = eh/4mπ). Dari Persamaan 1 dapat diketahui besarnya harga µ, yaitu dengan : 1 2 3RTX µ = m 2... (2) N µ = 2,84 (X m T) 1/2... (3) Untuk mengubah µ kedalam jumlah spin elektron tak berpasangan, perlu menyertakan kontribusi paramagnet dan diamagnet. Kontrisbusi diamagnet dari suatu senyawa dapat diperoleh dari jumlah kerentanan diamagnetik setiap komponennya (atom, ion dan molekul netral sebagian di tunjukkan Tabel 2). Tabel 2. Sebagian faktor koreksi diamagnetik untuk ion dan molekul (Szafarn, et. al., 1991;52) dan (Huheey, et. al., 1994:463) Kation/ Anion/Atom netral/ Molekul Faktor koreksi (10-6 cgs) Cr(III) 13 Mn(II) 13 Cl - 23 H 2 O 13 C -6 N -4,61 H -4,61 Dengan demikian diperoleh kerentanan molar terkoreksi, seperti ditunjukkan Persamaan 4. X A = X m - X l...(4) Sehingga persamaan 3 dapat ditulis menjadi : µ = 2,84 (X A T) 1/2... (5) 21

40 22 Senyawa kompleks dengan tingkat energi dasar A seperti d 3 oktahedral, dan d 5 spin tinggi mempunyai rumusan momen paramagnet permanen (µs) secara teoritis : µs = 2 [S (S+1)] 1/2...(6) Persamaan 6 dikenal dengan formula spin-only, dimana S adalah bilangan kuantum momentum anggular spin, S berhubungan dengan jumlah elektron tak berpasangan (n) = S/2, sehingga didapatkan Persamaan 7 (Lee, 1994 : 225). µs = [n(n+2)] 1/2... (7) 6. Analisis Termal Teknik-teknik yang dicakup dalam metode analisis termal diantaranya adalah analisis termogravimetri (Thermogravimetric Analysis / TGA) yang didasari pada perubahan berat akibat pemanasan dan analisis diferensial termal (Differential Thermal Analysis /DTA) yang didasari pada perubahan kandungan panas akibat perubahan temperatur. Pada analisis termogravimetri, perubahan berat sampel diamati sebagai fungsi temperatur. Informasi yang diperoleh dari metode termografimetri terbatas pada dekomposisi, reaksi oksidasi dan beberapa proses fisik seperti penguapan, sublimasi dan desorbsi (Skoog et. al., 1998:800). Plot persen kehilangan berat sebagai fungsi temperatur disebut sebagai termogram. Salah satu contoh termogram adalah termogram kompleks Co(C 8 H 10 N 4 )(NO 3 ) 2 yang terdapat pada gambar Gambar 23. Pada termogram (TG) Co(C 8 H 10 N 4 )(NO 3 ) 2 (Gambar 21) terdapat daerah yang mendatar yang mengindikasikan senyawa kobalt dalam keadaan stabil. Dekomposisi tahap pertama terjadi pada C mengindikasikan bahwa kompleks kehilangan senyawa nitrat dalam bentuk radikal. Pada tahap kedua terjadi kehilangan 1,2 diimidazolethane (Arshad et. al., 2008: ). 22

41 23 Gambar 23. Termogram (TG) dekomposisi Co(C 8 H 10 N 4 )(NO 3 ) 2 di udara (Arshad et. al., 2008: ). Differential Thermal Analysis (DTA) mengukur perbedaan temperatur antara sampel dan materi pembanding inert sebagai fungsi temperatur, jika temperatur keduanya dinaikkan dengan kecepatan sama dan konstan. Proses yang terjadi dalam sampel adalah eksoterm dan endoterm, yang ditampilkan dalam bentuk termogram differensial (Skoog et. al., 1998:803). Salah satu contoh termogram differensial (DTA) adalah termogram Cu(C 8 H 10 N 4 )(NO 3 ) 2 dengan laju kenaikan temperatur 10 C/min dapat dilihat pada Gambar 24. Pada Gambar 24 terlihat adanya puncak maksimum yang menunjukkan terjadinya reaksi endoterm (320 C) konsekuensinya, sampel menjadi bersuhu lebih tinggi daripada material inert pembandingnya. Satu puncak minimum (eksoterm) pada (600 C) menunjukkan terlepasnya C 8 H 10 N 4 (Arshad et. al., 2008: ). 23

42 24 Gambar 24. Termogram (DTA) dekomposisi Cu(C 8 H 10 N 4 )(NO 3 ) 2 di udara (Arshad et. al., 2008: ). 7. Spektroskopi Infra Merah Atom-atom dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi. Bila radiasi infra merah yang kisaran energinya sesuai dengan frekuensi vibrasi rentangan (stretching) dan vibrasi bengkokan (bending) dari ikatan kovalen dalam kebanyakan molekul dilewatkan dalam suatu cuplikan, maka molektul-molekul akan menyerap energi tersebut dan terjadi transisi diantara tingkat energi vibrasi dasar dan tingkat vibrasi tereksitasi (Hendayana, dkk., 1994:189). Namun demikian tidak semua ikatan dalam molekul dapat menyerap energi infra merah meskipun mempunyai frekuensi radiasi sesuai dengan gerakan ikatan. Hanya ikatan yang mempunyai momen dipol dapat menyerap radiasi infra merah 24

43 25 (Sastrohamidjojo, 1992:3). Umumnya daerah radiasi infra merah (IR) terbagi dalam daerah IR dekat ( cm -1 ), IR jauh ( cm -1 ) dan IR tengah ( cm -1 ). Daerah yang paling banyak digunakan untuk keperluan penyidikan terbatas pada daerah IR tengah (Silverstein, et. al., 1986:95). Menurut hukum Hooke, gerakan harmonik sederhana atom-atom diberikan oleh Persamaan 8. ν = Keterangan : 1 2cπ m m 1 2 / k m 1 + m 2 1/ 2 V = bilangan gelombang (cm -1 ) c k m1 m2 = kecepatan cahaya (cm/detik) = tetapan gaya ikatan (dyne/cm), = massa atom 1 (g) = massa atom 2 (g).... (8) Vibrasi rentangan dapat dibedakan vibrasi rentangan simetri dan vibrasi rentangan asimetri. Sedangkan vibrasi bengkokan dibedakan menjadi guntingan (scissoring), kibasan (waging), pelintiran (twisting) dan goyangan (rocking). Ragam vibrasi rentangan dan bengkokan ditunjukkan oleh Gambar 25. H H H H H H H H H H H H a b c d e f Gambar 25. Vibrasi rentangan : (a) Rentangan simetri, (b) rentangan asimetri. Vibrasi bengkokan : (c) Guntingan, (d) Goyangan, (e) Kibasan dan (f) Pelintiran (Sastrohamidjojo, 1992 : 5) Gugus fungsi tertentu dapat menyerap radiasi sinar inframerah antara lain : a). Karbon-karbon pada rantai siklik 25

44 26 Ikatan antara karbon sp 2 (C=C) seringkali menunjukkan serapan dengan intensitas sedang-lemah pada cm -1 (Sastrohamidjojo, 1992 : 15). b). Karbon-Oksigen Ikatan antara C-O dari suatu alkohol dan eter menyerap radiasi infra merah karena vibrasi rentang di daerah cm -1 (Hendayana, 1994:196). c). Karbon-Nitrogen imin dan oksin Ikatan antara C=N imin dan oksin menyerap radiasi infra merah dengan intensitas lemah-kuat pada cm -1 (Sastrohamidjojo, 1992 :16). d). Oksigen-Hidrogen Ikatan O-H fenol dan alkohol yang bersifat bebas akan menyerap dengan intensitas kuat pada cm -1. Sedangkan gugus O-H yang berikatan hidrogen menyerap dengan intensitas sedang pada daerah cm -1 (Silverstein, et. al., 1986:112). 8. Daya Hantar Listrik Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan, yang bergantung pada konsentrasi dan jenis ion dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion dalam larutan. Ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar (Hendayana, dkk., 1994:90). Daya hantar listrik larutan elektrolit dapat dinyatakan sebagai daya hantar molar (Λ m ), yang didefinisikan sebagai daya hantar yang ditimbulkan oleh satu mol zat dirumuskan sesuai dengan Persamaan 9 (Atkins, 1990: 301). κ Λ m =...(9) C keterangan : Λ m = daya hantar molar (S.cm 2.mol -1 ) к = daya hantar listrik spesifik larutan elektrolit (S.cm -1 ) C = konsentrasi (mol.cm -3 ) Apabila satuan konsentrais larutan elektrolit adalah mol. L -1, maka Persamaan 9 di atas dapat ditulis menjadi : 26

45 κ Λ m =...(10) C keterangan : Λ m = daya hantar molar (S.cm 2.mol -1 ) к = daya hantar listrik spesifik larutan elektrolit (S.cm -1 ) C = konsentrasi (mol.l -1 ) Daya hantar molar larutan bergantung pada konsentrasi dan jumlah ion senyawa elektrolit. Jumlah muatan atau jumlah ion dari spesies yang terbentuk ketika larutan kompleks dilarutkan dapat diketahui dengan cara membandingkan daya hantar molar kompleks tersebut dengan senyawa ionik sederhana dalam berbagai pelarut yang sesuai dan telah diketahui daya hantar molarnya (Lee, 1994: ). 9. Senyawa 8-hidroksikuinolin Senyawa 8-hidroksikuinolin disebut juga oxine merupakan senyawa aromatik bisiklik yang dapat berfungsi sebagai ligan. Hal ini dikarenakan kedua jenis atom donor yaitu N dan O dalam senyawa 8-hidroksikuinolin dapat digunakan untuk berikatan dengan logam. Senyawa 8-hidroksikuinolin mempunyai berat molekul 145,16 g/mol, berupa serbuk putih, tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut organik dan asam seperti asam asetat. Dengan ion logam dapat membentuk molekul yang larut dalam kloroform atau karbon tetraklorida (Day, And Underwood, 1980:454). Ligan 8-hidroksikuinolin mempunyai tittik leleh o C dan mempunyai titik didih 276 o C, densitas 1,034 g/mol. Senyawa ini merupakan salah satu jenis dari kelompok obat antiamuba. Obat antiamuba atau amubasida merupakan senyawa yang digunakan untuk pengobatan amubiasis, yaitu suatu infeksi yang disebabkan oleh amuba parasitik. Senyawa ini bekerja pada amuba yang terdapat pada usus, melalui dua mekanisme, yaitu : oksidasi oleh atom iodida dan pembentukan kelat dengan ion fero oleh gugus 8-kuinolinol (Siswandono, dan Soekardjo, 1995:314). Sugiharto (2006) mensintesis kompleks Fe(III)-(8-hidroksikuinolin) yang bergeometri oktahedral. Indikasi terbentuknya kompleks ditandai dengan adanya 27

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN Disusun Oleh : MUHAMMAD RIZQON ARIFIANTO M0308045 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PEDAHULUA A. Latar Belakang Senyawa kovalen koordinasi terbentuk antara ion logam yang memiliki orbital d yang belum terisi penuh (umumnya ion logam transisi) dengan ligan yang memiliki pasangan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Beberapa teori telah dirumuskan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawaan koordinasi dan untuk merasionalisasi serta meramalkan sifat-sifatnya: teori ikatan valensi,

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS TEMBAGA(II) DENGAN DIFENILAMIN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS TEMBAGA(II) DENGAN DIFENILAMIN SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS TEMBAGA(II) DENGAN DIFENILAMIN Disusun oleh : ENDAH SUCININGRUM M0306026 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

KOMPLEKS TEMBAGA(II)-BENZOKAIN : SINTESIS, KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SECARA IN VITRO

KOMPLEKS TEMBAGA(II)-BENZOKAIN : SINTESIS, KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SECARA IN VITRO KOMPLEKS TEMBAGA(II)-BENZOKAIN : SINTESIS, KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SECARA IN VITRO Disusun Oleh : HUSNA SYAIMA M0311035 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS Co 2+ DENGAN 4, 4 -DIAMINODIPHENYLSULFONE (DAPSON) SEBAGAI ANTIBAKTERI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS Co 2+ DENGAN 4, 4 -DIAMINODIPHENYLSULFONE (DAPSON) SEBAGAI ANTIBAKTERI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS Co 2+ DENGAN 4, 4 -DIAMINODIPHENYLSULFONE (DAPSON) SEBAGAI ANTIBAKTERI Disusun Oleh : QONITA HAFIDZ AL MUJAHIDAH M0312057 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Problem resistensi bakteri terhadap antibakteri mula-mula ditemukan pada tahun 1980-an dengan ditemukannya kasus multipel resisten pada strain bakteri Streptococcus

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BESI HEKSASULFANILATOBESI(II) DIHIDRAT

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BESI HEKSASULFANILATOBESI(II) DIHIDRAT SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BESI HEKSASULFANILATOBESI(II) DIHIDRAT Disusun Oleh : HERLINA NURWIDYA RATNA M0309066 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (1), 2006, h. 7-12 Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C 2 O 4 ) 2 (H 2 O) 2 ].2H 2 O dan [N(n-C 4 H 9 ) 4 ][CrFe(C 2 O 4 ) 3 ].H 2 O Kiki Adi Kurnia, 1 Djulia Onggo, 1 Dave Patrick,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KROMIUM(III) DENGAN BENZOKAIN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KROMIUM(III) DENGAN BENZOKAIN SINTESIS DAN KARAKTERISASI KMPLEKS KRMIUM(III) DENGAN BENZKAIN Disusun oleh: LANJAR SARIYANT M0304044 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS DI(8-HIDROKSIKUINOLIN)TEMBAGA(II) TRIHIDRAT DAN TRI(8-HIDROKSIKUINOLIN)BESI(III) DIHIDRAT

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS DI(8-HIDROKSIKUINOLIN)TEMBAGA(II) TRIHIDRAT DAN TRI(8-HIDROKSIKUINOLIN)BESI(III) DIHIDRAT SITESIS DA KARAKTERISASI KOMPLEKS DI(8-HIDROKSIKUIOLI)TEMBAGA(II) TRIHIDRAT DA TRI(8-HIDROKSIKUIOLI)BESI(III) DIHIDRAT Disusun oleh SUGIARTO M0399039 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara mengandung sejumlah oksigen, yang merupakan komponen esensial bagi kehidupan,

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Salah satu keistimewaan logam transisi adalah dapat membentuk senyawa klompeks, yaitu senyawa yang paling sedikit terdiri dari satu ion kompleks (terdiri dari kation

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom: Senyawa Koordinasi Terdiri dari atom pusat (kation logam transisi), ligan(molekul yang terikat pada ion kompleks) dan di netralkan dengan bilangan koordinasi. Dari gambar [Co(NH 3 )6]CI 3, 6 molekul NH3

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B)

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B) Senyawa Koordinasi Aspek umum dari logam transisi adalah pembentukan dari senyawa koordinasi (kompleks). Senyawa koordinasi ini setidaknya memiliki satu ion kompleks yang terdiri dari logam kation yang

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KOBAL(II) DENGAN PIRAZINAMIDA. Disusun oleh : NURHALIMAH UMIYATI M

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KOBAL(II) DENGAN PIRAZINAMIDA. Disusun oleh : NURHALIMAH UMIYATI M SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KOBAL(II) DENGAN PIRAZINAMIDA Disusun oleh : NURHALIMAH UMIYATI M 0304054 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

! " "! # $ % & ' % &

!  ! # $ % & ' % & Valensi ! " "! # $ % & ' %& # % ( ) # *+## )$,) & -#.. Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +1 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +2 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +3. Tl juga memiliki bilangan

Lebih terperinci

BAB I P ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I P ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I P ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tembaga dalam tubuh manusia mempunyai peranan yang sangat penting, walaupun dalam jumlah yang sedikit (Caret, R.L.; Denniston,K.J.; Topping, J.J., 1993 : 61).

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI ISLAM ADIGUNA PROGRAM STUDI S-1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN HIDANTOIN SEBAGAI ANTIBAKTERI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN HIDANTOIN SEBAGAI ANTIBAKTERI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN HIDANTOIN SEBAGAI ANTIBAKTERI Disusun Oleh : ATISA JANNATI M0311014 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP kimia K e l a s XI REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami teori atom mekanika kuantum dan hubungannya dengan bilangan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond)

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond) 1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond) Sifat yang paling khas pada logam transisi adalah tentang persenyawaan dan ikatannya. Yang biasa disebut dengan ion kompleks. Ion kompleks sendiri terdiri

Lebih terperinci

KIMIA ANORGANIK TRANSISI

KIMIA ANORGANIK TRANSISI KIMIA ANORGANIK TRANSISI cermin cermin Prof. Drs. Kristian H. Sugiyarto, M.Sc., Ph.D. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 2009 i PRAKATA Materi Kimia Anorganik Transisi merupakan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA Tri Silviana Purwanti 1, I Wayan Dasna 1, dan Neena Zakia 1.

Lebih terperinci

Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929.

Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929. Teori Medan Kristal Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929. Pada mulanya merupakan model yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

SKL 1. Ringkasan Materi

SKL 1. Ringkasan Materi SKL 1 Menganalisis struktur atom, sistem periodik unsur dan ikatan kimia untuk menentukan sifat-sifat unsur dan senyawa. o o o Mendeskripsikan notasi unsur dan kaitannya dengan konfigurasi elektron serta

Lebih terperinci

~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1. Ikatan Kimia Struktur Molekul 1.1 Pengertian ~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam 1. Ikatan Ion: ikatan kimia yang

Lebih terperinci

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya: . Atom X memiliki elektron valensi dengan bilangan kuantum: n =, l =, m = 0, dan s =. Periode dan golongan yang mungkin untuk atom X adalah A. dan IIIB B. dan VA C. 4 dan III B D. 4 dan V B E. 5 dan III

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Ikatan Kimia 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam Ikatan Kimia Ikatan Ion:

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI PIGMEN MERAH DARI KAYU SECANG DAN PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKUINON UNTUK APLIKASI CAT AKRILIK ARISTA MARGIANA

EKSTRAKSI PIGMEN MERAH DARI KAYU SECANG DAN PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKUINON UNTUK APLIKASI CAT AKRILIK ARISTA MARGIANA EKSTRAKSI PIGMEN MERAH DARI KAYU SECANG DAN PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKUINON UNTUK APLIKASI CAT AKRILIK Disusun Oleh: ARISTA MARGIANA M0310009 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu sintesis dan karakterisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O. Pada sintesis garam rangkap tersebut dilakukan variasi perbandingan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ) Vol. 7, No. 1, Oktober 005, hal : 16-0 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN,6-DI--PIRIDIL-1,,4,5-TETRAZIN (DPTZ) ABSTRAK Dini Zakiah Fathiana 1 dan Djulia Onggo 1 Pusat Penelitian

Lebih terperinci

1. Ikatan Kimia. Struktur Molekul. 1.1 Pengertian. 1.2 Macam-Macam. ~ gaya tarik antar atom

1. Ikatan Kimia. Struktur Molekul. 1.1 Pengertian. 1.2 Macam-Macam. ~ gaya tarik antar atom 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian ~ gaya tarik antar atom Struktur Molekul 1.2 Macam-Macam 1. Ikatan Ion: ikatan kimia yang terbentuk akibat tarik-menarik elektrostatik antara ion positif (kation) dan ion

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR)

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) Spektrum Elektromagnetik tinggi tinggi Frekuensi (ν) Energi rendah rendah X-RAY ULTRAVIOLET INFRARED MICRO- WAVE RADIO FREQUENCY Ultraviolet Visible Vibrasi Infrared Resonansi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut 1. Suatu logam nickel dapat ditulis sebagai [Ar] 4s 2 3d 8, manakah representasi

Lebih terperinci

Aris Arianto. Guru Kimia di SMAN Madani Palu. STUDENT S BOOk

Aris Arianto. Guru Kimia di SMAN Madani Palu. STUDENT S BOOk STUDENT S BOOk Aris Arianto Guru Kimia di SMAN Madani Palu Website/blog penulis : Website : http://blendedlearningkimia.com Weblog : 1. http://www.arisarianto.web.id 2. http://arisarianto.wordpress.com

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Co(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN- 2,6-DIKARBOKSILAT

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Co(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN- 2,6-DIKARBOKSILAT SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Co(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN- 2,6-DIKARBOKSILAT Dosen Pembimbing: Dr. Fahimah Martak, M.Si Septy Sara Janny Sinaga NRP 14 09 100 066 Jurusan Kimia

Lebih terperinci

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE SAINS NASIONAL SELEKSI KABUPATEN / KOTA UjianTeori Waktu 2 Jam Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) Bagian I: Pilihan Ganda 1) Suatu atom yang mempunyai energi ionisasi pertama bernilai besar, memiliki sifat/kecenderungan : A. Afinitas elektron rendah

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL UjianTeori Waktu: 100 menit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi. TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (laelatriagustina@gmail.com)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Senyawa kompleks oktahedral yang mengandung ion logam pusat transisi seri pertama dengan konfigurasi d 4 d 7 dapat berada dalam dua keadaan elektronik

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia :

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : Ikatan Kimia Ikatan Kimia : Gaya tarik yang menyebabkan atom-atom yang terikat satu sama lain dalam suatu kombinasi untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : 1. Ikatan ion

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. 1 Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. Subcapaian pembelajaran: 1. Menjelaskan sifat unsur golongan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI KIMIA ANORGANIK 14 OKTOBER 2012 RINGKASAN MATERI SENYAWA KOMPLEKS Definisi Senyawa kompleks itu: Ada ion logam sebagai atom pusat Ada ligan yang berupa anion atau molekul netral Memiliki counter ion supaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB 3 GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL

BAB 3 GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL 3.1 PENGANTAR MENGENAI BENTUK MOLEKUL Bentuk molekul mengontrol sifat-sifat fisik maupun kimia molekul. Geometri elektron dan bentuk molekul ditentukan oleh orientasi semua

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BESI(III) DAN NIKEL(II) DENGAN PIRAZINAMIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BESI(III) DAN NIKEL(II) DENGAN PIRAZINAMIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BESI(III) DAN NIKEL(II) DENGAN PIRAZINAMIDA Disusun Oleh RUS MAYSYAROH M 0304061 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. B. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa diharapkan mampu mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam karboksilat adalah salah satu grup senyawa organik oleh grup karboksil yang berasal dari dua kata yaitu karbonil dan hidroksil. Pada umumnya formula dari asam

Lebih terperinci

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7 1. Jika gas belerang dioksida dialirkan ke dalam larutan hidrogen sulfida, maka zat terakhir ini akan teroksidasi menjadi... A. S B. H 2 SO 3 C. H 2 SO 4 D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7 Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN DIFENILAMIN FITA NURDIYAH

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN DIFENILAMIN FITA NURDIYAH SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN DIFENILAMIN Disusun oleh : FITA NURDIYAH M 0306033 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia FAKULTAS

Lebih terperinci

PB = Psgan elektron bebas Dari BK dan PB atom pusat dpt diramalkan struktur molekul dng teori VSEPR

PB = Psgan elektron bebas Dari BK dan PB atom pusat dpt diramalkan struktur molekul dng teori VSEPR Pasangan elektron valensi mempunyai gaya tolak menolak Pasangan elektron bebas menempati ruang sesuai jenisnya BK = Bilangan Koordinasi = Jumlah atom / substituen yang terikat pada atom pusat PB = Psgan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK Nama : Ririn Vidiastuti NIM : 06111010015 Shift : A Kelompok : 5 (Lima) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK A. Jumlah Ion yang Ada Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2011 Manado 11-16 September 2011 LEMBAR JAWAB UjianTeori Bidang Kimia Waktu 210 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci