HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Atribut Kualitas Produk Konsumen yang mengkonsumsi Teh baik lokal maupun orang asing memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap kualitas dari produk teh. Hal ini disebabkan perbedaan kepentingan dan kebiasaan terhadap produk teh tersebut. Perbedaan ini harus bisa dipahami oleh perusahaan dengan mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Jika perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen maka peningkatan dalam volume penjualan akan tercapai sehingga kemampuan perusahaan untuk bersaing semakin tinggi. Identifikasi terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen menghasilkan beberapa b atribut kualitas produk teh. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen ahli produk teh terdapat beberapa atribut kualitas produk teh yang telah dikembangkan dari ciri fisik dan atribut internal kualitas produk. Adapun spesifikasi harapan konsumen terhadap atribut-atribut kualitas produk tersebut adalah sebagai berikut : 1. Jenis teh (low, Medium, High Grown) 2. Grade yang diminta pasar (Small, Broken, Leafy, Mix) 3. Rasa seduhan 4. Warna Air Seduhan 5. Appearance (kenampakan) teh kering 6. Aroma Seduhan teh 7. Infusion (kenampakan ampas) 8. Berbagai jenis cacat rasa air seduh teh 9. Berbagai cacat warna air seduhan teh 10. Berbagai cacat appearance (Kenampakan) teh 11. Berbagai jenis cacat infusion 12. Desain Kemasan menarik 71

2 13. Harga 14. Kemudahan mendapatkan Berdasarkan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) gabungan pendapat para pakar maka diperoleh pembobotan atribut kualitas produk yang memperhatikan bahwa atribut warna, rasa, aroma, ampas, penampakan, harga, desain kemasan menarik dan kemudahaan mendapatkan secara berturut-turut merupakan enam atribut mutu utama yang menjadi prioritas konsumen dalam mengkonsumsi teh dan sekaligus menjadi parameter utama konsumen dalam menilai produk teh mana yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Atribut yang memiliki bobot konversi atau tingkat kepentingan tertinggi adalah atribut Rasa, hal ini menunjukkan bahwa atribut tersebut merupakan harapan tertinggi konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan teh Goalpara untuk dapat merebut hati konsumennya. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran terhadap pentingnya Rasa dalam mengkonsumsi suatu produk sangat besar karena cita rasa sangat berpengaruh terhadap kenikmatan dalam mengkonsumsi teh. Urutan dari atribut-atribut kualitas produk berdasarkan hasil penilaian bobot atribut kualitas produk teh dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini : Tabel 7 Hasil Penilaian Bobot Atribut Kualitas Produk Teh Hitam Goalpara No Atribut Kualitas Produk Target Nilai Skor Evaluasi Tingkat kepentingan Rasio Perbaikan 1. Rasa Seduhan Aroma Seduhan teh Harga Warna Seduhan Appearance Atau Kenampakan Teh Kering 6. Infues Leaf/ Kenampakan Ampas Seduhan teh 7. Kemudahan mendapatkan , Desain Kemasan Menarik 9. Jenis Teh

3 No Atribut Kualitas Produk Grade Teh yang diminta pasar Berbagai jenis Cacat rasa seduhan the Berbagai cacat warna Seduhan Teh Berbagai Cacat Apprearance / Kenapakan teh kering Berbagai Jenis Cacat Ampas Seduhan Target Nilai Skor Evaluasi Tingkat kepentingan Rasio Perbaikan , Ket : (3) = cukup memuaskan, (4) = memuaskan, (5) = sangat memuaskan Penilaian konsumen terhadap atribut kualitas teh dikonversikan ke dalam kelas interval yang telah dihitung. Hasil penilaian konsumen pada Teh hitam terhadap atribut kualitas produk, memperlihatkan kualitas teh yang akan mempengaruhi jumlah konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 30 orang responden. Hasil kuesioner memperlihatkan bahwa kualitas produk Teh Goalpara sudah memuaskan konsumen untuk atribut Rasa, Aroma, Harga, dan Warna,. Sedangkan untuk atribut Penampakan, Ampas, Kemudahan mendapatkan dan Desain Kemasan belum memuaskan untuk seluruh atribut kualitas produk. Aktivitas Proses Berdasarkan hasil brainstorming dengan pihak perusahaan, diskusi dengan para pakar serta studi literatur yang mendalam, diperoleh beberapa aktivitas proses yang dilakukan oleh PTPN. VIII Goalpara Sukabumi dalam melakukan kegiataan perusahaan. Aktivitas proses tersebut akan mempengaruhi kualitas produk baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas proses yang mempengaruhi kualitas produk Teh hitam (orthodok) dilihat mulai dari bahan baku diterima oleh perusahaan sampai produk jadi diterima oleh konsumen. Adapun aktivitas proses yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Pemetikan, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi seluruh kebutuhan bahan baku berupa pucuk teh selama operasi. 73

4 2. Penerimaan Bahan Baku/ Pucuk, yaitu aktivitas memberikan perlakuan tambahan dan menyimpan bahan baku untuk sementara waktu di tempat tertentu sebelum diolah ke tahap selanjutnya. 3. Pembeberan, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk membeberkan/ menghamparkan pucuk teh sebelum diolah ke proses pelayuan. 4. Pelayuan, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk melayukan pucuk teh/ sehingga mengurangi kadar air dalam pucuk teh. 5. Penggilingan, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mengecilkan ukuran teh. 6. Oksidasi Enzimatis, yaitu aktivitas fermentasi untuk teh hitam (orthodox) selama jam dengan suhu rendah o C. 7. Pengeringan, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk menurunkan kadar air dalam pucuk teh dan juga untuk menghentikan proses fermentasi. 8. Sortasi, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk memisahkan jenis mutu teh ke dalam kelompok-kelompok mutu tertentu. 9. Pengepakan, yaitu aktivitas yang dilakukan dengan pengemasan yang bertujuan untuk menjaga kualitas/mutu teh. Berdasarkan aktivitas proses diatas, dilakukan penilaian untuk melihat kemampuan aktivitas proses perusahaan dalam membentuk atribut kualitas produk guna mencapai kepuasan konsumen. Hasil penilaian responden pakar terhadap aktivitas proses produksi dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini : 74

5 Tabel 8. Hasil analisis tanggapan atas karakteristik proses produksi teh hitam PTPN. VIII Goalpara (Technical Matrix Response) Tingkat Kepentingan Pemetikan Penerimaan Bahan Baku/Pucuk Tahapan Proses No. Produksi 1 Berbagai Jenis Cacat ampas seduhan Berbagai cacat Appearance /kenampakan teh kering 3 Berbagai cacat warna seduhan The Berbagai jenis cacat rasa seduhan the Grade Teh yang diminta pasar Jenis teh Desain Kemasan Menarik kemudahan mendapatkan Infused Leaf atau Kenampakan Ampas Seduhan The Appearance atau Kenampakan Teh Kering 11 Warna Seduhan Harga Aroma Seduan The Pembeberan 14 Rasa Seduhan Nilai Tingkat Kepentingan Nilai Relatif Ranking Pelayuan Penggilingan Oksidasi Enzimatis Pengeringan Sortasi Pengepakan T O T A L Prioritas Tanggapan Teknis dan Target Teknis (Technical Matrix) Technical Matrix berisi informasi mengenai tingkat kepentingan tanggapan teknis berdasarkan kebutuhan dan harapan konsumen, serta nilai relatif dari karakteristik proses yang menjadi target performansi teknis yang harus dicapai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis tanggapan atas karakteristik proses 75

6 produksi Teh hitam di PTPN VIII Goalpara Sukabumi (Technical Matrix Response) diperoleh aktivitas proses yang menempati ranking pertama dalam menentukan mutu produk teh hitam PTPN VIII Goalpara Sukabumi yang akan dikonsumsi sehari-hari adalah proses Pelayuan sesuai standar dengan bobot nilai kepentingan 452 dan nilai relatif 0,298, sedangkan karakteristik proses produksi PTPN VIII Goalpara Sukabumi yang menempati ranking terakhir dalam menentukan mutu produk teh adalah Pemetikan dengan bobot nilai kepentingan 13 dan nilai relatif 0,009. Hasil analisis tanggapan atas karakteristik proses produksi teh hitam PTPN. VIII Goalpara (Technical Matrix Response) dapat dilihat pada Tabel 8. Proses penilaian analisis Quality Function Deployment (QFD) adalah menyusun satu atau lebih matriks yang disebut dengan rumah mutu (The House of Quality). Matriks tersebut menjelaskan hal-hal yang menjadi kebutuhan, keinginan konsumen, dan cara untuk memenuhinya. Rumah mutu dapat menggambarkan hubungan antara keinginan konsumen dengan aktivitas perusahaan serta mengevaluasi kemampuan perusahaan (Gasperzs, 2001). Analisa yang dilakukan terhadap rumah mutu, maka diperoleh tiga hal yang harus dilakukan oleh perusahaan, yaitu memperbaiki, mempertahankan, dan meningkatkan mutu produk Teh Hitam. Berdasarkan hasil analisis Quality Function Deployment (QFD) yang diaplikasikan ke dalam Matriks Rumah Mutu (Gambar 9), diketahui bahwa beberapa atribut mutu yang perlu mendapat perbaikan oleh perusahaan adalah kemudahan mendapatkan dan grade teh yang diminta pasar 76

7 Hubungan aktivitas proses terkait dengan aktivitas proses lainnya : + + = hubungan kuat positif + = dipengaruhi - = hubungan negatif -- = hubungan kuat negatif Hubungan antar persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik : 10 = kuat 5 = sedang 1 = lemah 0 = tidak ada hubungan Tahapan Proses Produksi Atribut t Mutu Bobot Konversi Pemetikan Penerimaan Bahan Baku/Pucuk Pembeberan Pelayuan Berbagai Jenis Cacat ampas seduhan Berbagai cacat Appearance ance /kenampakan ka n teh kering Berbagai cacat warna seduhan Teh Berbagai jenis cacat rasa seduhan teh Grade Teh yang diminta pasar Jenis teh Desain Kemasan Menarik kemudahan mendapatkan Infused Leaf atau Kenampakan Ampas Seduhan Teh Appearance atau Kenampakan Teh Kering Warna Seduhan Harga Aroma Seduan Teh Rasa Seduhan Nilai ingkat Kepentingan n Nilai Relatif Ranking Penggilingan Oksidasi Enzimatis Pengeringan Sortasi Pengepakan Skor Evaluasi Target PTPN VIII Goalpara Rasio Perbaikan Gambar 9. Matriks Rumah Mutu (The House of Quality) Produk Teh Hitam PTPN VIII Goalpara Sukabumi Berdasarkan Hasil Analisis QFD 77

8 Analisis Self Assessment Pada Penilaian Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 A. Manajemen Umum Manajemen umum adalah manajemen puncak yang terdiri dari Administratur dan wakil manajemen atau Quality Mangement Representative (QMR) (AS/NZS, 2001). Direksi mempunyai tanggung jawab untuk menetapkan kebijakan dan menjalankan roda perusahaan. QMR adalah wakil manajemen yang menjalankan kebijakan manajemen mutu dan betanggung jawab terhadap penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM). Adanya dukungan dan komitmen manajemen adalah hal yang penting dalam penerapan SMM ISO 9001:2000. Tanpa dukungan manajemen puncak, penerapan SMM sangat sulit dan tidak mungkin dilaksanakan. a. Administrtur Penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 oleh Administratur PTPN VIII Goalpara Sukabumi diketahui berdasarkan dokumen ISO. Hasil penilaian penerapan SMM ISO 9001:2000 oleh Administratur di PTPN VIII Goalpara Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Penilaian Penerapan SMM ISO 9001:2000 oleh Administratur PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi 4.0. Persyaratan sistem manajemen mutu 4.1. Persyaratan Umum 4.2. Persyaratan Dokumentasi Umum Pedoman Manual Mutu Pengendalian Dokumen Pengendalian Rekaman 5.0. Tanggung jawab manajemen 5.1. Komitmen manajemen 5.2. Fokus pada pelanggan 5.3. Kebijakan mutu 5.4. Komitmen manajemen 5.5. Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi 5.6. Tinjauan manajemen Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi 78

9 PTPN VIII Goalpara Sukabumi mempunyai manajemen puncak yang terdiri dari Administratur atau disebut dengan Adm yang dibantu oleh Kepala Tanaman, Kepala administrasi dan Kepala pengolahan. Struktur organisasi PTPN VIII Goalpara dapat dilihat pada Lampiran 1 Terdapat dua unsur-unsur ISO yang terkait dengan Administrasi dalam pelaksanaannya, yaitu persyaratan sistem manajemen umum dan tanggung jawab manajemen. Melalui salah seorang wakil manajemen yang ditunjuk oleh Adm, maka SMM dikembangkan, dikoordinasikan, dan dikelola sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh SMM ISO 9001:2000. Tanggung jawab tertinggi unit implementasi kebijakan mutu dan pencapaian sasaran mutu terletak pada Administrasi (ADM) yang dibantu oleh Kepala Tanaman, Kepala Administrasi dan Kepala pengolahan. b. Wakil Manajemen Secara umum wakil manajemen disebut dengan Quality Mangement Representative (QMR) yang merupakan perwakilan Administrsi dalam menjalankan kebijakan mutu dan bertanggung jawab terhadap penerapan SMM. Hasil penilaian penerapan SMM ISO 9001:2000 oleh Wakil Manajemen di PTPN VIII Goalpara Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 11. Manajer puncak PTPN VIII Goalpara Sukabumi menunjuk salah seorang wakil manajemen untuk menjadi QMR dalam melaksanakan SMM. Persyaratan penerapan yang disyaratkan untuk QMR telah dipenuhi sesuai dengan yang ditetapkan oleh ISO. Unsur-unsur SMM persyaratan umum dan persyaratan dokumen telah dipenuhi oleh QMR. Bersama Administrasi, QMR menetapkan, mendokumentasikan, melaksanakan, memelihara, dan secara terus-menerus melakukan peningkatan SMM. Pelaksanaan SMM didasarkan oleh interaksi proses yang berbentuk Business Process Mapping dan aliran proses pengolahan seluruh kegiatan, sumber daya, personil yang dimiliki dapat dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan SMM. 79

10 Tabel 11. Hasil Penilaian Penerapan SMM ISO 9001:2000 oleh Wakil Manajemen PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi 4.0. Persyaratan sistem manajemen mutu 4.1. Persyaratan Umum 4.2. Persyaratan Dokumentasi 5.0. Tanggung jawab manajemen 5.1. Komitmen manajemen 5.2. Fokus pada pelanggan 5.3. Kebijakan mutu 5.4. Komitmen manajemen 5.5. Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi 5.6. Tinjauan manajemen 8.0. Pengukuran, analisis dan peningkatan 8.1. Umum 8.2. Pengukuran dan pemantauan Kepuasan pelanggan x Audit internal Pengukuran dan pemantauan proses Pengukuran dan pemantauan produk 8.3. Pengendalian produk yang tidak sesuai x 8.4. Analisis data 8.5. Perbaikan Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi Berdasarkan hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 pada Wakil Manajemen, diketahui bahwa PTPN VIII Goalpara Sukabumi telah memenuhi sebagian besar dari keseluruhan unsur-unsur terkait dengan SMM, yaitu persyaratan sistem manajemen mutu, tanggung jawab manajemen. Di lain pihak, pengukuran, analisis, dan peningkatan hanya memenuhi sebagian dari unsur-unsur SMM yang terkait dengan wakil manajemen. B. Kepala Tanaman Kepala tanaman terkait dengan unsur-unsur pembelian Pucuk teh (apabila mengalami kekurangan produksi) pada SMM ISO 9001:2000 yang terdiri dari proses pembelian, informasi pembelian dan verifikasi produk yang dibeli. Proses pembelian organisasi harus melakukan penetapan kriteria pemilihan pemasok, melakukan seleksi pemasok dan evaluasi pemasok Organisasi harus melakukan dokumentasi prosedur pembelian, sehingga evaluasi pemasok dan peninjauan ulang dapat dilakukan 80

11 secara berkelanjutan (AS/NZS, 2001). Hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO pada manajemen pemasok di PTPN VIII Goalpara Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Penilaian Penerapan Unsur-unsur ISO pada kepala Tanaman di PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi 7.4. Pembelian Proses pembelian Informasi pembelian Verifikasi produk yang dibeli Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi Sumber pasokan bahan baku produk Teh berupa pucuk teh PTPN VIII Goalpara Sukabumi berasal dari Petani stempat dan PTPN VIII kebon gedeh, yaitu petani setempat yang dibina PTPN VIII Goalpara Sukabumi sendiri dan mitra PTPN VIII Goalpara Sukabumi dengan PTPN VIII Kebun Gedeh Cianjur. Pembelian ini terjadi bilamana terjadi kekurangan pasokan pucuk perhari dalam memproduksi teh hitam. Manajemen pemasok PTPN VIII Goalpara Sukabumi sudah memenuhi unsur-unsur ISO dan terlaksana dengan baik. Informasi pembelian yang terdiri dari proses pembelian, informasi, verifikasi produk yang dibeli dan sudah terurai, serta terdokumentasi dengan baik. C. Kepala Adminstrasi Kepala Administrasi adalah penunjang penerapan SMM ISO 9001:2000. Tersedianya kedua unsur-unsur pendukung tersebut akan mendukung dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan SMM. Hasil penilaian penerapan unsurunsur ISO 9001:2000 pada Kepala Administrsi PTPN VIII Goalpara Sukabumi dapat dilihat pada Tabel

12 Tabel 13. Hasil Penilaian Penerapan Unsur-unsur ISO 9001:2000 pada Kepala Administrasi di PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi a. Sumber Daya Manusia (SDM) 6.1. Sumber daya manusia 6.4. Lingkungan kerja b. Infratruktur dan Teknik 6.3. Infratruktur x 7.5. Produksi dan Penyediaan sumber daya Pengendalian produksi dan penyediaan jasa 8.5. Perbaikan Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi a. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah personalia yang bertanggung jawab dalam melaksanakan SMM yang mempunyai kompetensi, yaitu pendidikan, pelatihan, kemampuan, dan pengalaman. Lingkup SMM ISO 9001:2000 yang terkait dengan SMM adalah unsur-unsur SDM yang meliputi kompetensi, kesadaran, pelatihan, serta pemeliharaan lingkungan kerja yang mendukung pelaksanaan dan keberhasilan SMM. PTPN VIII Goalpara Sukabumi mempunyai 2500 orang karyawan yang mempunyai kualifikasi pendidikan sesuai dengan bagian-bagiannya. Pelatihan-pelatihan hanya diberikan kepada koordinator karyawan sesuai bidang masing-masing, khususnya pelatihan ISO seri Koordinator karyawan sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan mereka, baik berupa in house training, training pusat maupun luar perusahaan. b. Infrastruktur dan Teknik Infrastruktur mencakup bangunan, ruang kerja dan fasilitas yang sesuai, peralatan proses dan pelayanan pendukung, seperti transportasi dan komunikasi. Unsur-unsur yang terkait dengan bagian teknik dalam penerapan ISO adalah infrastruktur, pengendalian produksi, pelayanan, dan perbaikan. Organisasi harus menetapkan, menyediakan, memelihara, dan melakukan perbaikan infrastruktur untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk. 82

13 Secara umum, PTPN VIII Goalpara Sukabumi mempunyai infrastruktur yang cukup lengkap dan mendukung dalam proses produksi. Beberapa infrastruktur sedang dalam penyempurnaan, seperti gudang, fasilitas sanitasi dan alat komunikasi. D. Kepala Pengolahan Kepala Pengolahan terdiri dari bagian Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA), penelitian dan pengembangan atau Research and Development (litbang atau R&D), Production Planning and Inventory Control (PPIC), produksi dan penggudangan bahan penunjang, serta produk jadi. a. Quality Assurance (QA)dan Quality Control (QC) Quality Assurance (QA) atau jaminan mutu adalah istilah yang menyatakan keseluruhan kegiatan yang terencana dan resmi yang memberikan kepercayaan bahwa keluaran akan memenuhi tingkat mutu yang diinginkan, sedangkan Quality Control (QC) atau pengendalian mutu adalah keseluruhan kegiatan dan proses untuk menciptakan karakteristik mutu tertentu. Kegiatan tersebut mencakup pemantauan, mengurangi kemungkinan perubahan atau perbedaan, dan penghilangan sebab-sebab yang diketahui (Hadiwiardjo, 2002). Unsur-unsur SMM ISO 9001:2000 yang terkait dengan QA/QC adalah manajemen sumber daya (infrastruktur dan lingkungan kerja), realisasi produk dan pemantauan (perencanaan realisasi produk, desain dan pengembangan, proses pembelian, produksi dan penyediaan jasa, serta pengendalian sarana pengukuran dan pemantauan), analisa, dan perbaikan (pemantauan dan pengukuran proses, pemantauan dan pengukuran produk, pengendalian produk yang tidak sesuai, analisis data dan perbaikan). Hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 pada manajemen operasi bagian QA/QC di PTPN VIII Goalpara Sukabumi dapat dilihat pada Tabel

14 Tabel 14. Hasil Penilaian Penerapan Unsur-Unsur ISO 9001:2000 pada Kepala tanaman di PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi 6.3. Infrastruktur x 6.4. Lingkungan kerja 7.1. Perencanaan realisasi produk x 7.3. Desain dan pengembangan x 7.4. Pembelian Proses pembelian 7.5. Produksi dan penyediaan jasa 7.6. Pengendalian sarana pengukuran dan pemantauan 8.2. Pengukuran dan pemantauan Pengukuran dan pemantauan proses Pengukuran dan pemantauan produk 8.3. Pengendalian produk yang tidak sesuai x 8.4. Analisis data 8.5 Perbaikan Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi Berdasarkan hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 pada manajemen operasi bagian QA/QC, diketahui bahwa PTPN VIII Goalpara Sukabumi telah memenuhi sebagian besar dari keseluruhan unsur-unsur SMM yang terkait dengan manajemen operasi bagian QA/QC, yaitu lingkungan kerja, proses pembelian, produksi dan penyediaan jasa, pengendalian sarana pengukuran dan pemantauan, pengukuran dan pemantauan proses serta produk, analisis data, dan perbaikan. Di lain pihak, infrastruktur, perencanaan dan realisasi produk, desain dan pengembangan, serta pengendalian produk yang tidak sesuai hanya memenuhi sebagian unsur-unsur SMM yang terkait dengan manajemen operasi bagian QA/QC. b. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) atau Research and Development Unsur- unsur yang terkait dengan penelitian dan pengembangan adalah perencanaan realisasi produk, proses yang berkaitan dengan pelanggan desain dan pengembangan, dan analisa data. Hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 pada manajemen operasi bagian penelitian dan pengembangan (Research and Development) dapat dilihat di PTPN VIII Goalpara Sukabumi pada Tabel

15 Tabel 15. Hasil Penilaian Penerapan Unsur-Unsur ISO 9001:2000 pada Kepala Tanaman Bagian Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) di PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi 7.1. Perencanaan realisasi produk x 7.2. Prroses yang terkait dengan pelanggan 7.3. Desain dan pengembangan x 8.4. Analisis data Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi Berdasarkan hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 pada manajemen operasi bagian penelitian dan pengembangan (R&D), diketahui bahwa PTPN VIII Goalpara Sukabumi telah memenuhi sebagian dari keseluruhan unsur-unsur SMM yang terkait dengan manajemen operasi bagian R&D. Di lain pihak, perencanaan realisasi produk, desain, dan pengembangan hanya memenuhi sebagian dari unsur-unsur.smm yang terkait dengan manajemen operasi bagian R&D. c. Production Planning and Inventory Control (PPIC) Unsur-unsur yang terkait dengan PPIC adalah perencanaan realisasi produk, produk, proses yang berkaitan dengan pelanggan dan pengendalian produksi serta penyediaan jasa. Hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 pada PPIC PTPN VIII Goalpara Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Penilaian Penerapan Unsur-unsur ISO 9001:2000 pada PPIC di PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi 7.1. Perencanaan realisasi produk x 7.2. Proses yang terkait dengan pelanggan Ketentuan pengendalian produksi dan pelayanan Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi Berdasarkan hasil penilaian unsur-unsur ISO 9001:2000 pada PPIC, diketahui bahwa PTPN VIII Goalpara Sukabumi telah memenuhi sebagian besar dari keseluruhan unsur-unsur SMM, yaitu proses yang terkait dengan 85

16 pelanggan, ketentuan pengendalian produksi, dan pelayanan. Di lain pihak, perencanaan realisasi produk hanya memenuhi sebagian dari unsur-unsur SMM yang terkait dengan PPIC di PTPN VIII Goalpara Sukabumi. d. Produksi Unsur-unsur yang terkait dengan bidang produksi adalah pengendalian produksi dan penyediaan jasa, identifikasi mampu telusur, pemeliharaan produk, pengukuran dan pemantauan produk, serta pengendalian produk yang tidak sesuai. Hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 bidang produksi di PTPN VIII Goalpara Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Penilaian Penerapan Unsur-unsur ISO 9001:2000 pada Bidang Produksi di PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi Pengendalian produksi dan penyediaan jasa Identifikasi mampu telusur Pemeliharaan produk Pengukuran dan pemantauan produk 8.3. Pengendalian produk yang tidak sesuai x Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi Berdasarkan hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 pada bidang produksi, diketahui bahwa PTPN VIII Goalpara Sukabumi telah memenuhi sebagian besar dari keseluruhan unsur-unsur SMM yang terkait dengan bidang produksi, yaitu pengendalian produksi dan penyediaan jasa, identifikasi mampu telusur, pemeliharaan produk, pengukuran dan pemantauan produk. Di lain pihak, pengendalian produk yang tidak sesuai hanya memenuhi sebagian dari unsur-unsur SMM pada bidang produksi. e. Penggudangan Unsur-unsur yang terkait dengan penggudangan adalah infrastruktur, produksi dan penyediaan jasa, pengendalian produksi dan penyediaan jasa, pemeliharaan produk, dan pengendalian produk yang tidak sesuai. Hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO pada manajemen operasi bagian penggudangan di PTPN VIII Goalpara Sukabumi dapat dilihat pada Tabel

17 Tabel 18. Hasil Penilaian Penerapan Unsur-unsur ISO 9001:2000 pada kepala Pengolahan Bagian Penggudangan di PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penerapan di Unsur-unsur ISO PTPN VIII Goalpara Sukabumi Penggudangan bahan baku atau bahan penunjang 6.3. Infrastruktur x 7.5. Produk dan penyediaan jasa Penggudangan produk akhir 6.3. Infrastruktur x Pengendalian produksi dan penyediaan jasa Pemeliharaan produk 8.3. Pengendalian produk yang tidak sesuai x Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi Berdasarkan hasil penilaian penerapan unsur-unsur ISO 9001:2000 pada manajemen operasi bagian penggudangan, diketahui bahwa PTPN VIII Goalpara Sukabumi telah memenuhi sebagian dari keseluruhan unsur-unsur SMM yang terkait dengan proses penggudangan, yaitu produk dan penyediaan jasa, pengendalian produksi dan penyediaan jasa, dan pemeliharaan produk. Di lain pihak, infrastruktur dan pengendalian produk yang tidak sesuai hanya memenuhi sebagian dari unsur-unsur SMM pada bagian penggudangan. Analisis Self Assessment Pada Penilaian Sistem Manajemen Keamanan Pangan (SMKP) HACCP Keamanan pangan tercantum dalam Pasal 1 UU RI Nomor 7 Tahun 1996 (UU Pangan) tentang batasan keamanan pangan, yaitu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Hadiwiardjo, 2002). Penilaian penerapan SMKP berdasarkan sistem HACCP menunjukkan bahwa PTPN VIII Goalpara Sukabumi telah memenuhi sebagian besar dari keseluruhan unsur-unsur SMM yang terkait dengan SMKP (HACCP). Di lain pihak, organisasi dan prinsip HACCP hanya memenuhi sebagian dari unsur-unsur SMM yang terkait dengan SMKP (HACCP). Hasil penilaian penerapan sistem manajemen keamanan pangan (HACCP) dapat dilihat pada Tabel

18 Tabel 19. Hasil Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan (SMKP) HACCP di PTPN Goalpara Sukabumi Unsur-unsur ISO Penerapan di P 1. Kebijakan mutu 2. Organisasi 2.1. Tim HACCP 2.2. Struktur organisasi x 2.3. Bidang kegiatan x 2.4. Personil dan pelatihan x 3. Deskripsi produk 4. Persyaratan dasar 4.1. GMP x 4.2. SSOP x 5. Bagan alir produksi 6. Prinsip HACCP 6.1. Analisa bahaya x 6.2. Penetapan CCP 6.3. Penetapan batas kritis (metode & penerapannya) 6.4. Pemantauan CCP atau monitoring 6.5. Tindakan koreksi terhadap penyimpangan 6.6. Catatan dan dokumentasi 6.7. Penetapan verifikasi 7. Prosedur verifikasi x 8. Penetapan dokumentasi dan pemeliharaan pencatatan 9. Prosedur penanganan konsumen 10. Prosedur Recall 11. Revisi amandemen dokumen Keterangan : ( ) = dipenuhi (x) = dipenuhi sebagian (-) = tidak dipenuhi Kebijakan Mutu Kebijakan mutu adalah suatu pernyataan dari manajemen puncak yang menunjukkan komitmennya untuk menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem HACCP dalam rangka mencapai tingkat mutu dan keamanan yang tinggi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan (SNI, 1999). Penisella et al., (1999) mengungkapkan hasil survei yang dilakukan 127 perusahaan makanan yang sudah menerapkan HACCP di Inggris, bahwa beberapa alasan dukungan manajemen pada penerapan HACCP, yaitu untuk meningkatkan keamanan produk yang dihasilkan (50%), memenuhi tekanan konsumen (37,5%), memenuhi persyaratan hukum (31,3%), mengikuti tren yang berkembang (15,6%), dan 3,1% lainnya karena membaca jurnal/buku. 88

19 Corlett (1998) menyatakan bahwa dukungan manajemen adalah hal yang sangat penting dalam penerapan HACCP. Terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong manajemen untuk memberikan dukungan dan komitmennya dalam menerapkan HACCP, seperti dijelaskan di bawah ini : a. Ditemukan bahaya pada produk, pada batas yang tidak dapat diterima yang mengindikasikan bahwa sistem keamanan pangan yang dijalankan tidak efektif, adanya produk return, dan keluhan dari konsumen yang menyebabkan kerugian dan hilangnya pasar. b. Adanya desakan dari konsumen agar perusahaan menerapkan HACCP. c. Peraturan yang mensyaratkan perusahaan mengembangkan dan menerapkan HACCP, terutama produk daging dan perikanan. d. Produk yang dihasilkan akan dipasarkan di luar negeri dan memerlukan persyaratan HACCP. Penerapan HACCP memerlukan waktu, kesiapan infrastruktur dan faktor pendukung seperti GMP dan SSOP, yang keseluruhannya merupakan bagian dari dukungan penuh manajemen puncak untuk menerapkan SMKP. Menurut Mayes (1994), penerapan HACCP bukan pekerjaan semalam karena meliputi evaluasi teknis secara rinci terhadap proses dan produk serta membutuhkan dukungan dan komitmen manajemen disamping pengalaman untuk menganalisa bahaya dan mengembangkan prosedur pengendalian dan pemantauan. PTPN VIII Goalpara Sukabumi memiliki kebijakan mutu yang hanya memenuhi sebagian dari yang dipersyaratkan oleh HACCP. Kebijakan mutu yang ditetapkan oleh PTPN VIII Goalpara Sukabumi belum menyatakan secara spesifik tentang kebijakan terhadap keamanan produk yang dihasilkan bagi konsumen. Selain itu, kebijakan yang ditetapkan manajemen puncak belum sepenuhnya diikuti i dengan penyediaan faktor-faktor pendukung penerapan HACCP seperti GMP dan SSOP hal ini dikarenakan produk teh memiliki resiko kecil terhadap keamanan pangan. 89

20 Organisasi Dalam SMKP HACCP, manajemen harus menetapkan uraian tentang sistem tanggung jawab, wewenang, fungsi, struktur organisasi dan personil yang bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan produk. Dalam hal ini, manajemen membentuk suatu tim HACCP yang terdiri dari beberapa personil yang memiliki latar belakang berbagai disiplin ilmu untuk menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian spesifik tertentu tersedia untuk pengembangan program HACCP efektif. Dalam organisasinya tercakup pembentukan tim HACCP, struktur organisasi, bidang kegiatan, serta personalia dan pelatihan. Manajemen puncak PTPN VIII Goalpara Sukabumi telah menetapkan uraian tentang sistem tanggung jawab, wewenang dan fungsi setiap personil di dalam struktur organisasi dan deskripsi kerja, namun belum memenuhi persyaratan organisasi yang diinginkan oleh HACCP secara keseluruhan karena perusahaan ini memiliki tim HACCP tapi belum dibentuk struktur organisasinya. Pelatihanpelatihan bagi karyawan telah dilakukan namun belum merupakan pelatihan mengenai sistem HACCP. Deskripsi Produk Dalam penerapan HACCP, perusahaan harus menetapkan deskripsi produk dan rencana penggunaan produk. Deskripsi produk berisi penjelasan dan spesifikasi produk akhir yang mencakup nama produk/nama dagang, komposisi produk, cara penyiapan dan penyajian, tipe pengemasan, masa kadaluarsa, cara penyimpanan, sasaran konsumen, cara distribusi, dan lain-lain. PTPN VIII Goalpara Sukabumi memproduksi Teh hitam dengan merek Cap GoalparaProduk teh yang di pasarkan di wilayah lokal berupa teh bubuk dan teh celuk yang bermerk dagang Teh Goalpara. Sedangkan sebagian besar roduk utamanya di jual untuk kepentingan eksport. Produk teh yang dijual di lokal hanya tersebar di beberapa toko dan supermarket di wilayah Jawa Barat, seperti Sukabumi, Cianjur, Bandung dan lainnya. 90

21 Persyaratan Dasar Persyaratan dasar (Prequisite) adalah suatu persyaratan teknis yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh suatu perusahaan yang akan memulai proses produksi dan menerapkan HACCP. Persyaratan ini berupa peraturan teknis proses produksi dan penerapan HACCP, dan dalam operasionalisasinya diwujudkan dalam standar prosedur operasi (SPO) atau dalam bentuk dokumentasi lainnya. Persyaratan dasar tersebut adalah sistem sanitasi/sanitation standard operating procedures (SSOP) dan diterapkannya cara-cara berproduksi yang baik atau GMP (Good Manufacturing Practice). Good Manufacturing Practice (GMP) Sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI No. 23/MEN/SK/I/1978 mengenai pedoman cara berproduksi yang baik untuk makanan, pedoman ini mencakup lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk akhir, laboratorium, personil, kemasan, label dan penyimpanan. Berikut ini dijelaskan penerapan GMP di PTPN VIII Goalpara Sukabumi. PTPN VIII Goalpara Sukabumi sudah memiliki sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001 : Demikian pula halnya untuk sistem manajemen keamanan pangan HACCP, walaupun sebagian besar unsur-unsurnya telah dipenuhi dan dilaksanakan, namun belum memiliki sertfiikasi HACCP. Prinsip-prinsip GMP sebagai prasyarat sistem HACCP belum dilaksanakan sesuai dengan standar yang seharusnya. Kegiatan sanitasi dilaksanakan sesuai dengan pengalaman yang biasa dilakukan. 1) Lokasi Lokasi Pabrik PTPN VIII Goalpara Sukabumi yang sangat strategis, karena berada tidak jauh dari jalan raya sekitar 13 km dari jalan provinsi dan lokasinya tepat dikaki gunung gede. 2) Bangunan Bangunan merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan suatu kegiatan industri terutama industri pengolahan pangan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam bangunan adalah tata ruang, lantai, atap dan langit-langit, pintu, jendela, penerangan, dan ventilasi atau pengatur suhu. 91

22 Tata ruang bangunan terdiri dari ruangan produksi dan ruang kantor yang terpisah sehingga tidak mengganggu proses produksi Teh dan tidak mengakibatkan pencemaran. Susunan ruangan proses produksi diatur sesuai dengan urutan proses produksi sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang simpang-siur dan tidak mengakibatkan pencemaran terhadap produk teh. Ruangan proses pengolahan dan ruang pelengkap (gudang, bengkel, dan lainlain) terletak terpisah, hal ini menjaga kontaminasi bahan dan peralatan lain. Luas masing-masing ruang pengolahan, ruang pelengkap dan kantor sesuai dengan jenis, kapasitas produksi, serta jumlah karyawan yang bekerja. Lantai yang dipersyaratkan dalam GMP berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23/Men.Kes/SK/I/1978 harus rapat air, tahan terhadap air, garam, basa, asam, dan bahan kimia lainnya, permukaan rata dan halus tetapi tidak licin dan mudah dibersihkan serta memiliki kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan air. Kondisi lantai di unit pengolahan tidak sepenuhnya sesuai dengan persyaratan GMP menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23/Men.Kes/SK/I/1978. Lantai di unit pengolahan rapat air, tahan terhadap air, garam, basa, asam, dan bahan kimia lainnya, permukaan tidak rata, tidak halus dan tidak licin namun mudah dibersihkan sesuai standar kebersihan serta memiliki kelandaian yang cukup kearah saluran pembuangan air. Dinding pada ruangan pengolahan terbuat dari beton semen. Atap bangunan unit pengolahan terbuat dari seng yang tahan terhadap air dan mudah diperbaiki ataupun diganti bila terjadi kerusakan atau kebocoran. Tinggi dari lantai lima meter sesuai persyaratan GMP. Pintu di bagian unit pengolahan merupakan pintu yang terbuat dari bahan tahan lama, permukaan tidak rata, tidak halus, dan mudah dibersihkan, dapat ditutup dengan baik. Bangunan yang digunakan sebagai pabrik dan kantor di PTPN VIII Goalpara Sukabumi Selatan sesuai dengan persyaratan teknik dan higienis, dimana bangunan mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan tindakan sanitasi dan mudah dipelihara. Untuk penerangan, bangunan unit pengolahan termasuk bangunan yang cukup penerangan karena di beberapa sudut ruangan pengolahan terlihat cukup terang. 92

23 3) Fasilitas Sanitasi Fasilitas sanitasi terdiri dari sarana penyediaan air, sarana pembuangan (sisaan dan limbah), sarana toilet, dan sarana cuci tangan. PTPN VIII Goalpara Sukabumi sudah mengelola fasilitas sanitasi dengan baik. Penyediaan sarana cuci tangan dan sabun sudah terdapat di lingkungan proses pengolahan. Kamar mandi (toilet) sudah memadai, dimana bak air tidak pecah-pecah, berjamur dan berlumut. Air yang tersedia juga memadai untuk membersihkan anggota tubuh sebelum dan sesudah bekerja. 4) Peralatan produksi Peralatan yang dipergunakan pabrik Pengolahan teh sudah memadai, dimana peralatan yang digunakan dalam keadaan baik dan mencukupi untuk proses pengolahan. Peralatan produksi sudah sesuai dengan persyaratan teknik yaitu sesuai dengan jenis produksi. Kendala pada peralatan adalah usianya yang sudah tua sehingga kinerja mesin dan peralatannya menjadi berkurang. 5) Bahan Bahan baku dan bahan penolong telah mengalami pemeriksaan oleh pihak manajemen dan sortasi. Bahan baku yang berupa Pucuk teh telah disortasi sesuai dengan kriteria Analisis Petik dan analisis Pucuk, persyaratan mutu dan komposis panen yang sudah ditetapkan oleh perusahaan dan sudah terdokumentasi dan terstandarisasi. 6) Proses pengolahan Proses pengolahan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, tetapi belum terdokumentasi dalam instruksi kerja (IK) bagian Pengolahan. Instruksi kerja proses pengolahan terdiri dari Penerimaan Bahan Baku/pucuk, Penimbangan, Pembebran, Pelayuan, Penggilingan, Oksidasi, Pengeringan, dan Pengepakan. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama pengolahan dengan mengingat faktor suhu, kelembaban, tekanan dan lain-lain, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan dan pencemaran pada produk akhir, alat pelindung diri, hal-hal emergency yang perlu diperhatikan selama pengolahan, serta hal lain yang dianggap perlu. 93

24 7) Produk akhir Produk akhir yang berupa Teh memiliki persyaratan mutu yang ditetapkan perusahaan, yang sesuai dengan standar mutu teh hitam di Indonesia (SNI). Produk akhir yang dihasilkan, sebelum didistribusikan ke masyarakat terlebih dahulu mengalami pemeriksaan secara fisik, kimia dan rasa. Pemeriksaan ini dilakukan di kantor pengolahan sudah terdapat laboratorium pengujian. 8) Laboratorium PTPN VIII Goalpara Sukabumi sudah memiliki laboarorium pengujian produk yang letaknya di bagian atas pengolahan. 9) Higiene Karyawan Seluruh personil yang berhubungan langsung dengan produksi konsentrat dan sari buah markisa ataupun karyawan yang bekerja di pabrik seharusnya mengenakan pakaian kerja yang telah ditetapkan perusahaan seperti baju, sarung tangan, tutup kepala, penutup mulut, penutup telinga, dan sepatu kerja. Tetapi di pabrik Pengolahan Teh Goalpara Sukabumi, permasalahan yang masih dan sering ditemukan adalah ketidakkonsistenan dalam menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang ada. Pada standar prosedur operasi (SOP), hal tersebut penting untuk digunakan, tetapi masih banyak karyawan yang lalai untuk menggunakannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pekerja, perlengkapan tersebut disediakan oleh perusahaan, tetapi pekerja malas menggunakannya. Ini merupakan ketidaktegasan pihak manajemen untuk mengawasi karyawannya dalam mematuhi peraturan yang sudah dibuat padahal peaturan tersebut sudah terstandarisasi dalam SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja). 10) Wadah dan Pembungkus Teh Goalpara untuk eksport dikemas dalam kantong kertas beralumunium folil sesuai standar pengepakan. Sedangkan untuk produksi lokal dikemas dengan menggunakan kotak kertas berwarna merah. 11) Label 94

25 Label pada kemasan teh terdiri atas nama merek, komposisi, volume isi (netto), saran penyajian, tanggal kadaluarsa, kode produksi, informasi nilai gizi, dan nama perusahaan yang memproduksi. Label kemasan sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh Menteri Kesehatan RI tentang pelabelan. 12) Penyimpanan Produk teh disimpan di masing-masing gudang yang terpisah dengan menetapkan sistem penyimpanan secara FIFO (First In First Out), artinya setiap Produk teh yang masuk terlebih dahulu akan digunakan terlebih dahulu. Masing-masing bahan yang akan disimpan dan digunakan memiliki catatan yang berisi nama bahan, tanggal penerimaan, asal, jumlah penerimaan, tanggal pengeluaran dan jumlah pengeluaran. 13) Pemeliharaan Bangunan dan bagian-bagian lainnya dipelihara secara teratur dan berkala, hingga selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan dibersihkan dan dilakukan tindak sanitasi secara teratur sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir. Alat pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit produksi selalu bersih dan tidak merusak barang yang diangkut dan dipindahkan baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, serta produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir selalu bersih dan dapat melindungi produk baik fisik maupun mutunya sampai ke tempat tujuan. Limbah padat diletakkan dibelakang pabrik, untuk pembuatan pupuk kanadang (organic) sedangkan limbah cair dibuang langsung ke got saluran pembuangan. Hal yang belum terangkum jelas dalam prosedur operasi untuk pemeliharaan ini adalah prosedur dalam pencegahan masuknya serangga, binatang pengerat, unggas dan binatang lain ke dalam bangunan serta pembasmian mikroorganisme, serangga dan binatang pengerat dengan menggunakan desinfektan, insektisida, atau rodentisida. 95

26 Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) Menurut Corlett (1998), SSOP adalah prosedur tertulis yang harus digunakan oleh produsen pangan dalam melaksanakan produksi dan sanitasi di pabrik. Ada delapan bagian dalam SSOP yang terdiri dari 1) keamanan air untuk proses produksi, 2) kondisi kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan, 3) pencegahan kontaminasi silang dari obyek yang tidak saniter, 4) penyediaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi, cuci tangan dan toilet, 5) perlindungan bahan pangan, 6) pelabelan dan penyimpanan, 7) kontrol kesehatan pekerja, dan 8) pencegahan hama penyakit. Berikut ini diuraikan penerapan SSOP PTPN VIII Goalpara Sukabumi. 1. Keamanan air untuk proses produksi Air yang digunakan oleh Pabrik PTPN VIII Goalpara Sukabumi adalah air yang berasal dari Sumebr air pegunungan yang masih alami. Syarat mutu untuk air pengolahan adalah sesuai dengan syarat air minum yang digunakan. 2. Kondisi kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan Peralatan yang digunakan di Pabrik PTPN VIII Goalpara Sukabumi termasuk sarung tangan dan baju produksi terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak toksik dan tidak mudah terkikis. Pembersihan peralatanperalatan memiliki prosedur yang dilakukan sebelum dan sesudah peralatan digunakan. Sarung tangan dan baju yang dikenakan pada waktu bekerja terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah terkelupas, bersih dan dibersihkan setiap hari setelah selesai produksi. 3. Pencegahan kontaminasi silang dari obyek yang tidak saniter Pencegahan kontaminasi dari obyek yang tidak saniter, terdiri dari material kemasan, makanan, dari permukaan yang kontak dengan bahan pangan seperti perlatan, sarung tangan, seragam produksi dan kontaminasi silang dari bahan baku. Tangan pekerja, sarung tangan, seragam produksi, peralatan dan perlengkapan yang kontak dengan bahan pangan harus dalam keadaan bersih dan tidak boleh digunakan jika terkena cemaran atau kotoran. Tangan pekerja, sarung tangan dan seragam produksi, khususnya di unit pengemasan sangat memiliki peluang yang besar terjadinya kontaminasi 96

27 dikarenakan metode pengemasan yang masih manual, yang dilakukan oleh tangan pekerja langsung. Menurut Soekarto (1990), bagian tubuh pekerja industri pengolahan pangan yang sangat mudah mengotori/mencemari produk adalah tangan, kepala terutama bagian muka dan rambut, serta kaki. Oleh karenanya, bagianbagian tubuh tersebut perlu mendapat sarana untuk pencegahan kontaminasi seperti sarung tangan, sepatu khusus, penutup kepala dan mulut. Pekerja dibagian produksi terutama berhubungan langsung dengan makanan diwajibkan mengenakan penutup rambut, sarung tangan dan masker. Pekerja tidak diperkenankan mengenakan perhiasan (cincin, arloji), tidak diijinkan makan dan minum serta merokok selama berada di ruang produksi (Manley 1991). Untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan cara menerapkan peraturan yang tegas dengan disertai pengawasan yang lebih ketat tentang penggunaan seragam kerja pada saat bekerja, serta meningkatkan pengetahuan pekerja tentang sanitasi (higiene) yang dapat ditempuh melalui pendidikan, penyuluhan serta pelatihan pekerja yang berhubungan dengan praktek sanitasi dan higiene yang baik. Menurut Winarno (1994), pimpinan perusahaan harus memberikan pendidikan untuk karyawan tentang higiene perorangan dan pengolahan makanan agar karyawan mengetahui tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi makanan. Pendidikan harus dilaksanakan, bukan hanya sampai pada taraf kognitif (tahu), tetapi sampai pada perubahan pola tingkah laku (attitude). Untuk sampai pada tahap ini, pendidikan harus dilaksanakan secara rutin, berkala, dan diawasi terus-menerus (Winarno 2002). Komitmen manajemen untuk mengawasi para pekerja masih kurang, karena tidak ada penegasan terhadap karyawan yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) pada saat bekerja. 4. Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi, cuci tangan dan toilet Perusahaan PTPN VIII Goalpara Sukabumi menyediakan dua buah toilet untuk pekerja. Jumlah ini tidak sepadan dengan jumlah pekerja yang ada. Kondisi toiletnya cukup memadai dimana lantai dan dindingnya bersih. 97

28 Sebaiknya perusahaan memperbaiki dan merenovasi toilet. Selain itu sebaiknya dibuat sarana tempat mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun yang selalu tersedia. Fasilitas lain yang seharusnya juga tersedia adalah tempat penyimpanan pakaian (loker) dan tempat penggantian pakaian. Sebaiknya di area pengemasan sebaiknya memiliki fasilitas hand cleaning dan pengering tangan, mengingat pengemasan masih mengandalkan tangan manusia. 5. Perlindungan bahan pangan, kemasan untuk produk akhir dan bahaya yang kontak dengan bahan pangan. Bahan pangan, kemasan untuk produk akhir dan bahan yang kontak dengan bahan pangan sudah terlindungi dari cemaran kimia, fisik dan biologis, tetesan, aliran air dan debu/kotoran yang jatuh ke bahan pangan. Masing-masing bahan dan kemasan disimpan terpisah untuk menghindari kontaminasi. Para pekerja juga diharuskan untuk menggunakan sarung tangan sebelum dan sesudah mempergunakan atau berhubungan dengan bahanbahan. 6. Pelabelan dan penyimpanan Pabrik PTPN VIII Goalpara Sukabumi sudah melakukan proses penyimpanan dengan baik, dimana bahan baku, bahan penolong, produk akhir, bahan pengemas disimpan terpisah dan menggunakan sistem FIFO sehingga bahan yang masuk terlebih dahulu akan keluar terlebih dahulu. Untuk mengetahui bahan yang masuk terlebih dahulu, dilakukan sistem pelabelan sehingga bahan-bahan tersebut mudah terdeteksi. 7. Kontrol kesehatan pekerja Di Pabrik PTPN VIII Goalpara Sukabumi, general check-up sudah ditangani oleh pihak perusahaan sendiri dengan menyediakan balai keshatan untuk mkaryawan dan masyarakat sekitarnya. Karena pekerja yang dalam kondisi sakit, luka yang dapat menjadi sumber kontaminasi pada proses pengolahan, kemasan dan produk akhir tidak diperbolehkan masuk sampai kondisinya normal. General check-up sangat diperlukan untuk mengetahui kesehatan pekerja. 8. Pencegahan hama penyakit 98

29 Ruang produksi, gudang dan ruang lain di Pabrik PTPN VIII Goalpara Sukabumi kemungkinan belum bebas dari hama pabrik seperti tikus, serangga dan lain-lain. Hal ini dikarenakan belum adanya penerapan standar prosedur sanitasi untuk pemberantasan hama di lingkungan pabrik. Bagan Alir Proses Bagan alir proses merupakan sebuah diagram yang menggambarkan tahaptahap operasional dalam pengerjaan sebuah produk atau produk lainnya dalam suatu proses pengolahan. Pada umumnya proses pembuatan sudah terdapat bagan alir proses baik itu dari masing-masing pengolahan maupun secara keseluruhan. Prinsip HACCP Tim HACCP harus menerapkan tujuh prinsip HACCP yang menjadi persyaratan utama HACCP. Ketujuh prinsip tersebut, yaitu identifikasi bahaya dan penetapan resiko, penetapan titik kendali kritis (Critical Control Point/CCP), penetapan batas kritis, pemantauan CCP, tindakan koreksi terhadap penyimpangan, verifikasi dan dokumentasi. 1. Identifikasi bahaya dan penetapan resiko Mengidentifikasi bahaya-bahaya potensial yang mungkin timbul yang berhubungan dengan produksi makanan dan cara-cara pencegahan untuk mengendalikannya pada setiap tahap mulai dari penerimaan, penanganan bahan baku, proses produksi, produk akhir hingga distribusi. Untuk menjamin keamanan produk industri pangan, dikembangkan suatu sistem yang sifatnya mencegah yang disebut HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) yang merupakan salah satu program dari sistem jaminan mutu pangan (Food Quality Assurance). HACCP adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap bahan, produk atau proses untuk menentukan komponen, kondisi atau tahap proses yang harus mendapatkan pengawasan yang ketat untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman menurut persyaratan yang ditetapkan oleh persyaratan keamanan pangan. Menurut Sumiati (1995), HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) merupakan suatu sistem kontrol dan pencegahan yang 99

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 MANAJEMEN UMUM Manajemen umum adalah manajemen puncak yang terdiri dari direksi dan wakil manajemen/quality Management Representative (QMR). Direksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 88 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Quality Function Deployment (QFD) Harapan Konsumen (Costumer Needs and Benefits ) Pengumpulan data primer dengan wawancara langsung kepada konsumen produk karkas ayam pedaging

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Semakin ketatnya persaingan akan produk pangan agroindustri merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen. Oleh karena itu, setiap perusahaan melakukan berbagai

Lebih terperinci

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN (SMKP) HACCP

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN (SMKP) HACCP PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN (SMKP) HACCP Penilaian penerapan SMKP HACCP industri pengolahan kelapa sawit dan minyak goreng menggunakan beberapa peubah penelitian, yaitu kebijakan mutu, organisasi,

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Atribut Mutu Produk

HASIL DAN PEMBAHASAN Atribut Mutu Produk HASIL DAN PEMBAHASAN Atribut Mutu Produk Konsumen yang mengkonsumsi sirup markisa memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap mutu produk sirup markisa. Hal ini disebabkan perbedaan kepentingan terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah 20 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah (UKM) Chrisna Snack, Perumahan Josroyo 19 RT 7 RW

Lebih terperinci

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan BAB III METODE PELAKSANAAN Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai bulan Maret - Juni 2016 di UKM tahu bakso EQ di Perumahan Singkil Rt 02 Rw 05, Singkil,

Lebih terperinci

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi III. METODA KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 1. Jaminan Mutu Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. No.358, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 75/M-IND/PER/7/2010 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN 93 LAMPIRAN. DAFTAR PERTANYAAN Pertanyaan yang diberikan kepada responden Unit Usaha Jasa Boga dan Unit Usaha Pengguna Jasa Boga mengenai pengetahuan tentang sertifikat keamanan pangan.. Apakah anda mengetahui

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan layur (Trichiurus sp.) adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia terutama di perairan Palabuhanratu.

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011

GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011 GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES Manajemen Mutu Definisi: Prosedur dalam perusahaan yang menggaransi keamanan produksi Presenter: Nur Hidayat Manajer Mutu Lab Sentral Ilmu Hayati

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR3 TAHUN2017 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETENSI KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Fokus Menghindari Pencemaran dan Penurunan Mutu Produk Pemeliharaan dan Pembersihan Prosedur Pembersihan dan Sanitasi Program Pengendalian Hama (Mencegah, Pemasangan

Lebih terperinci

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya

Lebih terperinci

ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN

ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN KONSUMEN CPO A. Customer Needs and Benefits (Harapan Pelanggan) Survei pendahuluan dilakukan dengan wawancara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisikan tentang alasan dilakukannya penelitian dan menjelaskan permasalahan yang terjadi di PT Gunung Pulo Sari. Penjelasan yang akan dijabarkan pada pendahuluan ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii xiv xx BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar dalam mengulas berita tentang keamanan pangan. Ulasan berita tersebut menjadi tajuk utama, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

1 dari1717 I. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

1 dari1717 I. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembinaan terhadap sarana produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dalam rangka pengamanan alat kesehatan dan PKRT seperti yang disebutkan dalam Permenkes 1184/MENKES/PER/IX/2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, dimana persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. Syarat-syarat makanan yang baik diantaranya

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Lingkungan Produksi 1. Evaluasi a. Lokasi UKM Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi UKM Al-Fadh terletak ditengah perkampungan yang berdekatan dengan area persawahan

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK. 00.05.5.1639 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-IRT) KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri berbasis rumah tangga yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan pangan asal ternak dan supermarket.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH...iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH...iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK...i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH...iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan hasil perikanan memegang peranan penting dalam kegiatan pascapanen, sebab ikan merupakan komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk, di samping itu

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

From Farm to Fork...

From Farm to Fork... TITIS SARI KUSUMA From Farm to Fork... GAP GHP GTP GHP GLP GMP Konsumen Praktek Produksi yang baik (GMP) Merupakan kombinasi dari produksi dan prosedur pengawasan kualitas yang ditujukan untuk memastikan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 24/PER-DJPDSPKP/2017 TENTANG PEMERINGKATAN SERTIFIKAT KELAYAKAN PENGOLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pedoman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Persaingan produk yang semakin terbuka merupakan tantangan bagi industri pertanian, khususnya pangan, untuk memenuhi harapan dan tuntutan konsumen akan produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK

ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK 45 ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi dangke dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat setempat. Konsumsi dangke sudah menjadi kebiasaan masyarakat dan bersifat turun

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: DELLA YUNITA W. 6103009076 MELISA SUGIARTO 6103009077

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA TUJUAN KHUSUS Memberikan

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini?

Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini? 105 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini? Ya Tidak Pertanyaan 2 (P2) Apakah anda/ pelanggan

Lebih terperinci

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

The Hazard Analysis and Critical Control Point System The Hazard Analysis and Critical Control Point System HACCP merupakan metode yang rasional & alamiah untuk penjaminan mutu makanan. Sistem ini terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini perkembangan zaman yang diingiringi dengan inovasi-inovasi dalam bidang pangan khususnya. Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya generasi menuntut inovasi tidak hanya terhadap produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu sistem keamanan pangan dan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di PT. Graha Insan Sejahtera yang berlokasi di salah satu Perusahaan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jalan Muara

Lebih terperinci