BAB I PENDAHULUAN. Perilaku konsumen merupakan proses yang berdinamika. Dari waktu ke

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Perilaku konsumen merupakan proses yang berdinamika. Dari waktu ke"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku konsumen merupakan proses yang berdinamika. Dari waktu ke waktu perubahan yang luas terjadi dalam perilaku konsumen. Sebagai contohnya, lima puluh tahun yang lalu, konsumen memiliki pilihan merek yang jauh lebih sedikit dan pengaruh iklan yang diberikan juga lebih sedikit. Sebaliknya, saat ini akses komunikasi yang mudah memungkinkan mereka dapat lebih terhubung dan dengan mudah dapat mencari penawaran produk secara online, melihat promosi produk di beberapa media, dan memeriksa apa yang orang lain pikirkan mengenai merek tersebut dengan mencarinya dalam website atau dalam media sosial (Hoyer, Maclnnis & Pieters, 2008) Dalam perilaku konsumen, ditemukan beberapa tahapan proses pembelian. Tahapan tersebut, dikonseptualisasikan dalam model lima tahap proses membeli. Tahap pertama ialah tahap pengenalan masalah, timbulnya masalah dari dalam diri konsumen yang berupa kebutuhan. Kedua ialah tahap pencarian informasi, konsumen mencari informasi tentang objek yang bisa memenuhi keinginannya. Tahap ketiga adalah penilaian alternatif, digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif yang dihadapi serta daya tarik masing-masing alternatif. Tahap keempat merupakan keputusan membeli dan tahap terakhir ialah perilaku setelah pembelian, setelah melakukan pembelian konsumen akan

2 merasakan kepuasan atau mungkin ketidakpuasan (Hawkins, Mothersbaugh, & Best, 2007). Penting bagi produsen untuk memperhatikan tindakan konsumen setelah melakukan pembelian, karena evaluasi negatif konsumen dapat berakibat buruk terhadap reputasi produk. Konsumen dalam memenuhi keinginannya mempunyai pengharapan agar bisa terpuaskan (Sunyoto, 2012). Dengan kata lain, tidak semua pembelian akan disusul oleh kepuasan dari konsumen. Terdapat beberapa pembelian yang mengundang ketidakpuasan konsumen, ketidakpuasan ini dapat diwujudkan dengan bentuk kecemasan psikologis atau disonansi kognitif atau disebut dengan postpurchase dissonance. Fenomena postpurchase dissonance diperlihatkan melalui potongan wawancara berikut dengan S (23 tahun) : Iya aku pernah abis beli itu kayak gak puas.. ada rasa cemas apa yang aku beli ini benar-benar aku perluin kalo udah ngerasain itu aku sering nanya-nanya sendiri dalam hati kenapa aku jadi beli ini ya.. padahal aku udah punya produk yang sama tapi modelnya aja beda.. (Wawancara personal April, 2013) Reaksi tersebut adalah reaksi konsumen setelah membuat keputusan yang sulit, keraguan dan kecemasan ini yang disebut postpurchase dissonance. Dalam buku consumers, Arnould, Prince serta Zinkhan (dalam Bowo, 2010) berpendapat bahwa disonansi kognitif adalah : that when a costumers beliefs and behavior don t agree, in procedures discomfort and the person is motivated to alter something in order to bring them into digment.

3 Ketidaknyamanan yang dirasakan konsumen terjadi ketika kepercayaan konsumen tidak sejalan dengan perilakunya dan kemudian termotifasi untuk mengubah suatu agar dapat sejalan dengan harapannya. Simamora (2003) juga berpendapat bahwa atas produk yang dibelinya konsumen memiliki semacam keraguan (postpurchase dissonance). Keraguraguan ini rendah jika banyak informasi yang dipakai dalam mengevaluasi, baik melalui pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, maupun media massa. Kecemasan atau keraguan akan produk yang telah dibeli juga disebabkan oleh beberapa faktor. Hawkins, Mothersbaugh, & Best (2007) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi postpurchase dissonance adalah the importance of the decision to the consumer yakni, semakin penting suatu keputusan dibuat oleh konsumen maka akan lebih besar kemungkinan mengalami dissonance. Hal Ini tergantung pada prinsip kepentingan yang dimiliki konsumen. Bila kepentingannya adalah mengenai harga, semakin tinggi harga barang yang akan dibeli maka semakin penting tingkat keputusan yang akan diambil serta besar kemungkinan konsumen mengalami dissonance. Ini dapat diihat dari wawancara dengan N (21 tahun) Jelaslah kalo misalnya aku beli barang yang agak mahal terus nyesel pasti aku lebih nyesek.. contohnya aja kayak aku beli HP kmaren, tapi kalo misalnya beli makanan biasa atau barang yang gak mahal-mahal kali paling nyeselnya bentar aja.. (Wawancara personal Maret, 2013) Selain itu faktor pilihan akan alternatif yang banyak juga merupakan salah satu faktor penyebab postpurchase dissonance (Hawkins, Mothersbaugh, & Best, 2007). Ini dapat terjadi pada saat membeli suatu produk yang memiliki banyak

4 alternatif lainnya dimana masing-masing alternatif memiliki kelebihan ataupun kekurangan yang relatif sama. Begitu banyaknya pilihan alternatif yang ditawarkan pasar. Sebagai contoh, belakangan begitu banyak merek handphone yang ditawarkan pasar, dimana masing-masing merek sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan yang relatif sama. Sulit dibandingkan mana yang seharusnya lebih diunggulkan dari yang lainnya. Misalnya saja pada pembelian handphone dengan merek Blackberry atau I-phone seorang konsumen akan sangat sulit memilih dari salah satu dari kedua merek ini karena masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan yang relatif sama. Semakin sulit keputusan itu dibuat, semakin besar pula kemungkinan dissonance yang dirasakan konsumen. Menurut Festinger (dalam Sweeney, Hausknecht, & Soutar, 2000) cognitive dissonance merupakan suatu keadaan ketidaknyamanan psikologis yang mendorong seseorang untuk mengurangi keraguan (disonansi) atas keputusan yang telah terjadi. Disini Festinger (dalam Sweeney, Hausknecht, & Soutar, 2000) menyebutkan postpurchase dissonance dengan istilah cognitive dissonance. Sementara Loudon & Bitta (1993) menyatakan postpurchase dissonance merupakan hasil dari perbedaan keputusan konsumen dengan evaluasi sebelumya. Setelah pembelian dilakukan, konsumen mungkin akan menggunakan satu atau beberapa pendekatan untuk mengurangi dissonance yang dirasakannya (Hawkins, Mothersbaugh, & Best, 2007). Contohnya bila seseorang sudah membeli gadget dengan merek Samsung dan mengalami dissonance maka konsumen tersebut akan mencoba meningkatkan kesukaannya pada merek tersebut dibandingkan dengan merek Apple. Selain itu konsumen juga

5 mengurangi rasa suka terhadap alternatif yang ditolak. Hal ini dapat dilihat dari pemaparan dalam wawancara singkat dengan S (23 tahun): Siap dibeli enggakmau dipikirin kalila baju tadi.. walaupun itu bahannya lebih bagus, toh yang ini modelnya gak kalah cantik daripada yang tadi terus harganya juga lebih murah bisa dipake santai bisa dipake kerja kalo baju yang itukan kesannya formal kali.. (Wawancara personal April, 2013) Kecemasan dan keragu-raguan yang dirasakan tidak sama tingkatannya pada semua konsumen. Perbedaan ini dapat dihubungkan dengan kepribadian yang dimiliki masing-masing konsumen. Kepribadian merupakan faktor internal yang cukup berperan dalam kemunculan postpurchase dissonance yang dirasakan konsumen selain faktor eksternal (Kardes, 2002). Hawkins, Mothersbaught, dan Best (2007) berpendapat bahwa kepribadian merupakan kecenderungan respon karakteristik yang dimiliki individu dalam situasi serupa. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan ciri-ciri sifat dan watak yang khusus yang menentukan perbedaan perilaku dari tiap-tiap individu dan yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Carl Jung merupakan salah satu tokoh yang menggolongkan kepribadian menjadi beberapa dimensi. Dua dimensi utama yang dikemukakannya adalah introvert dan ekstrovert. Menurut Jung (dalam Suryabrata, 1982) aktifitas psikis seseorang dapat mengarah keluar atau kedalam, demikian pula arah orientasi manusia. Apabila orientasi terhadap segala sesuatu ditentukan oleh faktor luar yang objektif, maka orang itu dikatakan ekstrovert. Sebaliknya orang yang mempunyai tipe orientasi ditentukan oleh faktor subjektif yakni faktor yang berasal dari batin sendiri, dikatakan dengan tipe orientasi introvert. Kedua sikap

6 ini saling bertentangan, namun, salah satu cenderung menjadi dominan dan memerintah, sedangkan kepribadian yang lain cenderung ditekan dan tidak sadar. Introvert biasanya dijelaskan dengan istilah "penyendiri", "pendiam," "mandiri", "pribadi" yakni kata-kata yang menunjukkan parsimoni emosional dan pribadi yang sempit. Tetapi pada pria terkadang tipe kepribadian introvert diasumsikan sebagai pria yang tangguh dan kuat. Namun pada kalangan tertentu, terutama di Midwest, wanita tipe kepribadian introvert tampaknya kehilangan alternatif untuk terlihat lebih baik dan sering dianggap sebagai pemalu, suka menarik diri atau angkuh (Rauch, 2003). Selain itu, dalam melakukan pembelian juga, wanita berbeda dengan pria. Banyak penelitian yang telah membuktikan hal itu, contoh sederhana saja, wanita suka berlama-lama berbelanja hanya untuk mencari satu produk, sedangkan pria biasanya langsung pada tujuan produk yang akan dibeli dan tidak suka membuang waktu berlama-lama dalam belanja. Bakshi (2012) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa wanita dan pria berbeda dalam seluruh proses pembelian baik dari information search hingga postpurchase process. Hasilnya didapatkan bahwa disonansi ditemukan lebih besar pada wanita dari pada pria. Dari hasil penelitian Sitorus (2007) ditemukan bahwa tipe kepribadian introvert cenderung akan merasakan postpurchase yang lebih besar dari pada tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini karena tipe kepribadian introvert cenderung untuk membuat keputusan yang voluntary (bebas), karena tipe kepribadian ini sangat berorientasi pada dirinya sendiri. Maka pengaruh kepribadian memiliki andil besar dalam keputusan pembelian.

7 Engel, Blackwell dan Miniard (2004) menyatakan bahwa dalam pengambilan keputusan konsumen, terdapat beberapa tahapannya. Dalam tahap pencarian informasi, apabila konsumen tidak dapat menemukan solusi dari pencarian internal, maka ia kerap mencari sumber external. Dimana salah satunya ialah mencari opini dan sikap dari kelompok acuan seperti keluarga, teman, atau kenalan. Hal berbeda ditemukan dalam potongan wawancara bersama C (21 tahun) yang pernah mengikuti tes kepribadian Big five dengan hasil kepribadian introvert. aku kalo beli sesuatu itu gak mikir-mikir panjang, enggak suka tanya sana-sini, jadi asal cocok dimata, keliatan lucu dan aku suka langsung beli aja gitu, waktu udah sampe rumah aku mikir sendiri kenapa aku beli ini ya (Wawancara personal, Maret 2013) Dapat dilihat pada potongan wawancara diatas, bahwa pencarian infromasi yang melibatkan opini dan sikap dari sumber external tidak begitu disukai oleh konsumen wanita dengan tipe kepribadian introvert. Hal ini terkait dengan tipe kepribadian introvert yang mengakibatkannya cenderung berfokus pada innerselfnya. Tipe kepribadian introvert akan mempengaruhi proses membeli, yang mengakibatkannya cenderung merasakan disonansi. Tipe kepribadian Introvert dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur untuk melihat tipe orientasi seseorang. Selain Bigfive, alat ukur lain yang dapat digunakan untuk melihat tipe kepribadian adalah MBTI. MBTI adalah psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam melihat dunia dan keputusan. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat dan tipe kepribadian seseorang (Briggs & Myers, 1976). Dalam penelitian ini pengertian Introvert yang mangacu pada pengertian dari Jung mengarahkan

8 peneliti untuk menggunakan tes MBTI (Myerss Briggs Type Indicator). Dengan alat ukur ini dapat diketahui sampel yang memiliki tipe kpribadian introvert, agar benar-benar diperoleh sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk melihat postpurchase dissonance pada wanita dengan tipe kepribadian introvert. Sweeney, Hausknecht dan Soutar (2000) menyatakan bahwa dissonance dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu emotional yang berupa ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan membeli. Kedua adalah wisdom of purchase, yakni ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian. Mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Dan yang terakhir concern over deal yaitu ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah pembelian dimana mereka bertanya tanya apakah telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Dari ketiga dimensi, dua dimensi ditemukan pada C, seorang konsumen wanita dengan tipe kepribadian introvert yang menceritakan pengalamannya yang pernah membeli produk laptop bersama dengan ibunya. Kemaren aku beli laptop, sama mama.. mama bilang suruh beli merk lain.. aku bilang aku mau sama yang ini aja.. aku udah suka sama yang putih ini, menurutku lebih bagus lebih prestige aja.. tapi memang kayaknya kalo kualitas bagus yang dipilihkan mama.. lebih tahan lama.. kayaknya sih lebih bagusla.. tapi aku gak suka modelnya.. udah suka yang ini gimana ya.. yaudah terus aku bilang enggak.. aku mau yang ini aja ma.. (Wawancara personal, Mei 2014) Introvert adalah tipe kepribadian yang ditandai dengan ketertutupan yang berorientasi terhadap pengalaman subyektif, ia cenderung untuk berfokus pada batin, dunia pribadi di mana realitas direpresentasikan sebagaimana hal itu

9 dirasakannya, introspektif, sibuk dengan sendiri, dan urusan internal mereka (Jung dalam Hall 1985). Pada kasus C, tipe kepribadianya cenderung menuntunnya untuk berorientasi pada pengalamannya sendiri, sehingga mengabaikan pendapat orang lain dan memenangkan keputusannya sendiri. Udah pas lah ya yang kubeli ini.. ragu-ragu sih.. dipikirin lagi belinya itu memang bukan karena modelnya ajakan atau takutnya malah sebaliknya.. tapi nguatkan dirinya gitu.. ah udah pas lah ini yang kubeli gitu-gitu haha.. soalnya itu seingatnya aku gak lamalama kali mutusin itunya.. beli apa enggaknya gitu.. (Wawancara personal, Mei 2014) Dapat dilihat dalam potongan wawancara diatas C merasakan keraguraguan setelah transaksi pembelian. Sehingga muncullah pertanyaan-pertanyaan mengenai keputusan yang telah diambilnya. Hal ini menggambarkan aspek wisdom of purchase yang dirasakan C. Tidak berhenti sampai disitu, perasaan keragu-raguan C diiringi pula dengan kecemasan akan kualitas produk yang telah dibelinya... Ini bener gak ya yang aku beli.. ada rasa-rasa insecure sama yang aku beli ini.. udah pas gak ya.. pas liat yang lain aku takuttakut kalo yang kubeli ini punya kualitas yang.. rendah gitu soalnya gak begitu ngerti juga (Wawancara personal, Mei 2014) Saat seseorang merasakan keadaan yang tidak nyaman secara psikologis setelah membeli suatu produk yang dirasakan sebagai produk yang penting bagi dirinya, maka dapat dikatakan orang tersebut mengalami postpurchase dissonance (Sweeney, Hausknecht, and Soutar, 2000). Keadaan yang dipaparkan C merupakan kecemasan yang memicu dimensi emotional yang dirasakan C setelah melakukan pembelian.

10 Kejadian yang mirip juga terjadi pada FR. FR merupakan salah seorang konsumen wanita dengan tipe kepribadian introvert. Sebelumnya FR diberikan alat ukur MBTI dengan hasil INFJ yang berarti ia tergolong tipe kepribadian introvert dengan tingkat moderate. FR menceritakan mengenai pengalamannya dalam membeli produk sepatu croccs. Dalam melakukan pembelian FR mempercayai evaluasi produk yang dibuatnya sendiri dan mengabaikan saran yang diberikan oleh teman belanjanya... kata mama udah beli yang nomer 8 aja biasanya juga beli kan nomer 8.. kekgitu terus aku bilang tapi yang 8 kegedean aku gak suka pake sepatu yang gede-gede lebih.. terus mama bilangkan kak itu kekecilan lo.. Terus kubilang alah sepatu-sepatu kekgini paling kalo keseringan gede sendiri nanti dia.. (Wawancara personal, Maret 2014) Dari potongan wawancara diatas dapat dilihat beberapa ciri-ciri kepribadian introvert yang dikemukakan oleh Jung (dalam Schultz & Schultz, 1994) yakni tipe kepribadian introvert merupakan individu yang cenderung berpusat pada diri mereka sendiri, terdapat pada FR. Hal ini membuat FR lebih mempercayai dirinya sendiri dan cenderung membuat keputusan yang bebas (mandiri). Namun setelah pembelian dilakukan FR merasa cemas dan ragu. Ia mulai mengevaluasi kembali keputusan membelinya dan bertanya-tanya apakah sudah membeli produk yang tepat. terus pas pulang.. Waktu dijalan itu sedikit sedikit aku liatin kotaknya.. cobak lagi liat kotaknya coba lagi.. kubilang sama mama ah bisanya itu ma.. padahal dalem hati aduh ini nomornya udah sesuai gak ya sama aku.. gimana ya.. gimana ya.. (Wawancara personal, Maret, 2014)

11 Kecemasan dan keraguan yang dirasakan FR merupakan bentuk postpurchase dissonance sesuai pengertian Hawkins, Mothersbaugh & Best (2007). Setelah pembelian, tipe kepribadian introvert juga berperan dalam munculnya postpurchase dissonance. Tipe kepribadian introvert memiliki kecenderungan akan keberfokusan pada batin serta menjadi introspektif (Jung dalam Hall, 1985). Hal ini membuat FR menyimpan sendiri dilema yang dialaminya pasca pembelian, sehingga berkontribusi menambah kecemasan (emotional) yang dirasakannya. Selain FR, RP juga merupakan salah seorang responden yang menggunakan MBTI sebagai alat ukur untuk melihat orientasi kepribadiannya. Hasil MBTI yang didapatkan RP adalah INFJ yang berarti ia termasuk dalam tipe kepribadian introvert. Namun tidak seperti FR, RP mendapatkan hasil introvert dalam tingkat slight (ringan). RP merasakan postpurchase dissonance pada pembelian handphone. Sebelum memutuskan membeli, RP mencari informasi mengenai produk dari berbagai media yaitu internet, dan beberapa kali juga bertanya pada orang lain yang sudah memiliki pengalaman terhadap produk yang ingin dibelinya. Namun saat produk yang diinginkan RP tidak tersedia, ia memutuskan untuk membeli produk yang lain. Hal ini mengakibatkan RP tidak begitu mengetahui produk baru yang akan dibelinya. Alhasil sony gaada, samsung juga barangnya mengecewakan. Disitu aku udah bingung.. yah udah gajadi beli nih kayaknya.. padahal nyarinya udah capek dari pagi sampe sore. Aku sempet duduk diem mikir, yaudah deh belinya yang lain aja selain yang dari awal diincar (Wawancara personal, Desember 2013)

12 Setelah membeli, RP tidak dapat berhenti memikirkan pembelian yang baru saja dilakukannya. RP merasa ragu terhadap produk yang dipilihnya sebab ia belum begitu mengenal produk tersebut. Akibatnya RP menghindari toko yang menjual produk handphone untuk mengurangi pengalaman dissonance yang dirasakannya setelah membeli. Kupikirin aja sih kak, kayak orang kata kakakku kau kok stress kali dari tadi kenapa kau salah beli ya yang tadi terus besoknya aku ke toko-toko lagi aku jadi melewatkan toko handphone kak hhaha biar gak ngeliat lagi.. (Wawancara personal, Desember 2013) Pada beberapa konsumen dissonance dirasakan sangat besar dan mengganggu. Namun terdapat beberapa konsumen yang tidak terlalu merasakan dissonance. Ini terbukti dari hasil wawancara dengan F (21 tahun). Hal berbeda ditunjukkan dari wawancara ini, meski dalam tes kepribadian Big Five ia termasuk wanita berkepribadian introvert dan mengalami postpurchase dissonance, namun ia tidak terlalu merasakan sesuatu yang mengganggu, Sebenarnya enggak gimana-gimana kali, tapi yah paling ada kepikiran bentar aja apa yang dibeli ini udah tepat apa gimana, apa mestinya beli yang gede aja.. abis itu udah biasa-biasa aja gakmau dipikirin kali (Wawancara personal, Maret 2013 ) F tidak terlalu merasakan kecemasan meski ia kurang puas dengan pembelian yang dilakukannya. Sangat menarik melihat bagaimana perilaku konsumen dengan kepribadian introvert dapat sangat mempengaruhi proses pembelian hingga mengakibatkan pospurchase dissonance. Kepribadian introvert pada wanita mengakibatnya cenderung merasakan postpurchase dissonance yang lebih besar dari pada tipe kepribadian lain. Selain

13 itu faktor gender feminism dari wanita juga mendukung disonansi yang terjadi pada mereka (Bakshi, 2012). Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi para produsen karena disonansi yang terjadi akan mengakibatkan konsumen memberi evaluasi negatif terhadap produk. Maka penting untuk marketers mengetahui bagaimana pengalaman seorang wanita introvert hingga merasakan postpurchase dissonance. Untuk hal itu kita harus mengetahui proses pembelian yang dilakukan wanita introvert terlebih dahulu hingga ia mengalami postpurchase dissonance. Disonansi yang dirasakan konsumen sangat beragam karena pada saat proses pembuatan keputusan dalam membeli berbeda-beda. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan akan menggunakan pendekatan kualitatif agar dapat memahami proses pembuatan keputusan oleh wanita dengan kepribadian introvert, hingga ia mengalami postpurchase dissonance sebagaimana individu yang mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan diri individu dan bukan semata-mata penarikan kesimpulan sebab akibat yang dipaksakan (Bogdan & Taylor, dalam Moloeng, 2005). Selain itu penelitian sebelumnya telah mendukung gagasan bahwa tipe kepribadian introvert cenderung merasakan disonansi yang lebih besar. Oleh karena itu, bagaimana dinamika postpurchase dissonance yang dialami oleh wanita dengan tipe kepribadian introvert, cukup penting untuk ditelusuri secara kualitatif. Berdasarkan asumsi diatas peneliti tertarik untuk melihat dinamika mengenai postpurhase dissonance pada konsumen wanita dengan tipe kepribadian introvert.

14 B. Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran postpurchase dissonance pada konsumen wanita dengan tipe kepribadian introvert? C. Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana gambaran postpurchase dissonance pada seorang wanita dengan tipe kepribadian introvert. D. Manfaat Penelitian Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu : D.1. Manfaat teoritis Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu psikologi terutama pada bidang psikologi industri dan organisasi, tentang Dinamika postpurhase dissonance pada konsumen dengan tipe kepribadian introvert. D.2. Manfaat praktis a. Menjadi sumber informasi bagi pembaca agar dapat menangani permasalahan yang terjadi pada wilayah marketing khususnya pada perilaku konsumen setelah pembelian b. Sebagai sumber informasi bagi konsumen khususnya wanita dengan tipe kepribadian introvert, agar dapat lebih memahami proses yang terjadi dalam pembelian sehingga dapat mengurangi kecenderungan mengalami

15 postpurchase dissonance. c. Sebagai rujukan bagi marketers agar lebih memahami proses pembelian yang dilakukan oleh wanita introvert hingga mengalami postpurchase dissonance. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB I : Pendahuluan berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : Landasan teori berisi landasan teoritis yang bersumber dari literatur dan pendapat para ahli/pakar yang dapat digunakan sebagai landasan berpikir dalam pembahasan penelitian ini. BAB III : Metode penelitian menjelaskan mengenai metode penelitian kualitatif, responden penelitian, metode pengambilan data, alat bantu pengumpulan data, kredibilitas dan validitas penelitian, dan prosedur penelitian. BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan berisi pendeskripsian data responden, analisa dan interpretasi data yang dperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dan pembahasan data-data penelitian sesuai dengan teori yang relevan. BAB V : Kesimpulan, dan Saran yang menjelaskan kesimpulan dari penelitian ini, serta saran-saran yang dianjurkan mengenai penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan konsumsi. Konsumsi, dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan konsumsi. Konsumsi, dari bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak pernah lepas dari salah satu kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan konsumsi. Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari atau kebutuhan primer, kebutuhan sekunder seperti televisi serta

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari atau kebutuhan primer, kebutuhan sekunder seperti televisi serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia tidak bisa lepas dari kegiatan membeli. Kegiatan membeli tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, mulai dari kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan primer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari perilaku konsumsi untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari perilaku konsumsi untuk dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia tidak pernah lepas dari perilaku konsumsi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan perilaku konsumsi, konsumen harus mampu untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang adalah belanja online. Berdasarkan UCLA Center for Communication

BAB I PENDAHULUAN. sekarang adalah belanja online. Berdasarkan UCLA Center for Communication BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belanja adalah aktivitas yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Salah satu alternatif belanja yang sudah mengikuti gaya hidup sekarang adalah belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat terpuaskan secara permanen. Dalam usahanya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat terpuaskan secara permanen. Dalam usahanya untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas. Hal ini dikarenakan kebutuhan manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat dewasa ini. mengakibatkan tingkat konsumsi yang cukup tinggi di kalangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat dewasa ini. mengakibatkan tingkat konsumsi yang cukup tinggi di kalangan masyarakat BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat dewasa ini mengakibatkan tingkat konsumsi yang cukup tinggi di kalangan masyarakat Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Postpurchase dissonance adalah suatu tahap dari postpurchase consumer

BAB II LANDASAN TEORI. Postpurchase dissonance adalah suatu tahap dari postpurchase consumer BAB II LANDASAN TEORI II. A. Postpurchase Dissonance II. A. 1. Pengertian Postpurchase Dissonance Postpurchase dissonance adalah suatu tahap dari postpurchase consumer behavior yang dapat dialami oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. POSTPURCHASE DISSONANCE A.1 Definisi Postpurchase Postpurchase (pasca pembelian) adalah evaluasi setelah pembelian yang melibatkan sejumlah konsep, antara lain harapan konsumen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya mulai dari hal yang kecil dan besar. Manusia juga sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya mulai dari hal yang kecil dan besar. Manusia juga sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial dan makhluk individual. Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia pasti memerlukan orang lain dalam kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang penting dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang penting dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern seperti sekarang ini, sarana komunikasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jurnal penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jurnal penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Jurnal penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Mobil Toyota Avanza dilakukan oleh Edwin Japarianto, staf pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman tentang perilaku konsumen adalah tugas penting para pemasar. Para pemasar harusnya mencoba memahami perilaku pembelian para konsumen agar mereka bisa memberikan

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka 7 BAB 2 Tinjauan Pustaka Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang akan berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah impulsive buying

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Jurnal penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Mobil Toyota Avanza dilakukan oleh Edwin Japarianto, staf pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti sekarang ini, sarana transportasi telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti sekarang ini, sarana transportasi telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman modern seperti sekarang ini, sarana transportasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah BAB II LANDASAN TEORI A. TIPE PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Membeli Pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah (John Dewey dalam Engel, Blackwell

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Japarianto (2006) dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif

BAB II URAIAN TEORITIS. Japarianto (2006) dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan disonansi kognitif dilakukan oleh Edwin Japarianto (2006) dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen

Lebih terperinci

Psikologi Kelas E 2014

Psikologi Kelas E 2014 Perilaku Konsumtif Nama Anggota Kelompok : Antung Yasmita Dini (2014-241) Elsa Tri Mardiyati (2014-267) Hastari Ajeng Mukti Rahayu (2014-278) Rival Maulana (2014-284) Olly Rizqi Hanifah (2014-290) Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan internet semakin popular dikacamata para generasi muda tak terkecuali mahasiswi. Mahasiswi adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan persoalan akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. toko dapat memicu munculnya needs atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak disadari

BAB I PENDAHULUAN. toko dapat memicu munculnya needs atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak disadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap konsumen rata-rata membuat ratusan keputusan setiap harinya. Hal ini termasuk tidak hanya keputusan mengenai produk atau merk yang akan mereka beli dan kuantitasnya,

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :...

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :... LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA A. Latar Belakang Pendidikan 1. Pendidikan terakhir : Cukup 2. Latar belakang pendidikan : Cukup 3. Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai teknik dalam pengumpulan data dan dalam pelaksanaannya akan dilakukan wawancara yang mendalam dan terstruktur guna mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,

Lebih terperinci

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care Naskah Manajemen Complain dan Customer Care 1. Karakter Emosional Complain Seorang ibu yang merupakan anggota keluarga pasien datang ke customer service menanyakan perihal tidak adanya tempat tidur yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN DAFTAR P ERTANYAAN INFORMAN KUNCI Informan Kunci adalah Bapak Nasrullah (Pemilik Toko) Marketing Mix (Produk) 1. Apa saja jenis produk pakaian yang dijual oleh Toko Naufal Fashion? 2. Apa yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dasawarsa silam dalam sebuah tayangan sinetron berjudul Si Doel Anak Sekolah, yang menceritakan tentang kehidupan sehari hari masyarakat Betawi, kita diperlihatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jurnal penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jurnal penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Jurnal penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Mobil Toyota Avanza dilakukan oleh Edwin Japarianto(2006), staf pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak wanita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak wanita yang mengenakan hijab. Hijab dimasa sekarang tidak lagi dengan warna dan motif yang gelap, seperti warna hitam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan sistem pendidikan pondok modern (khalafi). Sistem pendidikan pondok pesantren modern

Lebih terperinci

This is the beginning of everything

This is the beginning of everything This is the beginning of everything Sudah cukup lama rasanya aku tak berhubungan lagi dengan Tomi. Dan sekarang, aku sudah kuliah. Ya, kuliah. Aku menjadi mahasiswa sekarang. Dimana inilah saat-saat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman globalisasi sekarang ini, Indonesia harus mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman globalisasi sekarang ini, Indonesia harus mempersiapkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman globalisasi sekarang ini, Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar pada berbagai aspek kehidupan khususnya aspek

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN. Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN. Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian, serta keterbatasan penelitian. Selain itu, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak kembar adalah dua orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa juga berbeda. Secara

Lebih terperinci

Interview Guide. 1. Apakah Inteeshirt terlebih dulu melakukan perencanaan promosi? 2. Mengapa harus ada perencanaan promosi?

Interview Guide. 1. Apakah Inteeshirt terlebih dulu melakukan perencanaan promosi? 2. Mengapa harus ada perencanaan promosi? Lampiran 1 : Interview Guide Interview Guide Strategi Promosi 1. Apakah Inteeshirt terlebih dulu melakukan perencanaan promosi? 2. Mengapa harus ada perencanaan promosi? 3. Siapa yang menjadi target audiens

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pada perkembangan jaman modern dengan globalisasi yang terus semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya pusat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1.1 Pengertian Keputusan Pembelian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1.1 Pengertian Keputusan Pembelian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Keputusan Pembelian 1.1 Pengertian Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2012), perilaku pembelian konsumen mengacu

Lebih terperinci

Sepanjang jalan tiada henti bercerita dan tertawa, aku menghitung bintang-bintang dan tak terasa sudah sampai di tempat mie ayam rica-ricanya Pasti

Sepanjang jalan tiada henti bercerita dan tertawa, aku menghitung bintang-bintang dan tak terasa sudah sampai di tempat mie ayam rica-ricanya Pasti Sepanjang jalan tiada henti bercerita dan tertawa, aku menghitung bintang-bintang dan tak terasa sudah sampai di tempat mie ayam rica-ricanya Pasti abang nya bingung nih kakak bawa cewek lain lagi Iyalah

Lebih terperinci

Keindahan Seni Pendatang Baru

Keindahan Seni Pendatang Baru Pendatang Baru Hari ini adalah hari pertama Fandi masuk ke kampus. Karena dia baru pulang dari Aussie, setelah tiga tahun menetap dan sekolah disana, bersama dengan keluarganya. Orangtuanya telah mendaftarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia pada

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana komunikasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia pada zaman modern seperti sekarang ini,. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang sering dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama hidup, manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membahas tentang postpurchase dissonance, terlebih dahulu perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membahas tentang postpurchase dissonance, terlebih dahulu perlu BAB II LANDASAN TEORI A. Postpurchase Dissonance A.1. Pengertian Postpurchase Dissonance Sebelum membahas tentang postpurchase dissonance, terlebih dahulu perlu dipahami tentang cognitive dissonance. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi rokok terbesar di dunia, dan terdapat 1.664 perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut penuturan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belanja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada bulan Juni 2013, Nielsen melaporkan studi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terjadi karena mulai maraknya junk food menjadi bagian dalam gaya hidup mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terjadi karena mulai maraknya junk food menjadi bagian dalam gaya hidup mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini semakin banyak orang yang mengalami obesitas di Indonesia, hal ini terjadi karena mulai maraknya junk food menjadi bagian dalam gaya hidup mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang dapat membantu perkembangan negara Indonesia. Melalui bidang pendidikan, Indonesia dapat mencetak sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Gambar 1: Proses Wawancara dengan Informan dan Barang Online Shop

LAMPIRAN. Gambar 1: Proses Wawancara dengan Informan dan Barang Online Shop LAMPIRAN Sumber: Data primer Gambar 1: Proses Wawancara dengan Informan dan Barang Online Shop 89 Gambar : Proses transaksi belanja Online Shop Sumber: Data primer 90 Gambar : Proses transaksi belanja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ Bab 1 Dina sangat bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia merasa sangat terpojok. Kenapa disaat-saat seperti ini ia bertemu lagi dengannya padahal ia sudah berhasil melupakannya. Dina kan? seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menjalani hidupnya dalam berbagai rentang kehidupan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menjalani hidupnya dalam berbagai rentang kehidupan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menjalani hidupnya dalam berbagai rentang kehidupan. Salah satu rentang hidup yang dijalani oleh setiap individu adalah masa dewasa. Papalia (2008) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat perbelanjaan baru sehingga masyarakat Bandung memiliki banyak pilihan tempat untuk membeli barang-barang

Lebih terperinci

Mungkin banyak yang berpikir, Ah kalo cuma kenalan doang, gue juga bisa.

Mungkin banyak yang berpikir, Ah kalo cuma kenalan doang, gue juga bisa. Berikut ini adalah artikel yang tidak akan Anda lewatkan begitu saja. Anda ingin mencari tehnik yang praktis, ini adalah hari keberuntungan Anda. Saya akan membeberkan sedikit tentang teknik dan cara-cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terduga. Setiap pebisnis atau perusahaan berlomba-lomba untuk. agar sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terduga. Setiap pebisnis atau perusahaan berlomba-lomba untuk. agar sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi di abad 21 ini, perkembangan dunia usaha selalu tidak terduga. Setiap pebisnis atau perusahaan berlomba-lomba untuk mensukseskan bisnisnya. Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan peserta didik di tingkat perguruan tinggi yang akan mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pengembangan kemampuan ini khususnya dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 1 LAMPIRAN 2 I. Identitas Pribadi Subjek 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Agama 4. Suku Bangsa Pedoman Wawancara Lampiran 1: Pedoman Wawancara II. Gambaran Pribadi Subjek 1. Masa Kecil Subjek (Prob: Peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan hampir di semua bidang. Hal ini dikarenakan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan hampir di semua bidang. Hal ini dikarenakan peran teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem informasi berbasis komputer mengalami perubahan yang signifikan hampir di semua bidang. Hal ini dikarenakan peran teknologi komputer yang memberikan banyak kemudahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Postpurchase Dissonance A. 1. Pengertian Postpurchase Dissonance Cornwell (2007) menjelaskan bahwa konsep postpurchase dissonance adalahkonsep cognitive dissonance yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik. Hal ini terjadi karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik secara budaya, latar belakang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian Gartner (2009), pasar komputer di seluruh dunia mengalami. produk komputer dewasa ini ialah komputer tablet.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian Gartner (2009), pasar komputer di seluruh dunia mengalami. produk komputer dewasa ini ialah komputer tablet. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelian merupakan perilaku konsumen yang diaplikasikan dalam berbagai hal, termasuk pada bidang teknologi. Salah satu produk teknologi yang banyak dibeli konsumen

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menganalisis tentang preferensi konsumen terhadap paket wisata Kusuma Agrowisata. Kerangka pemikiran teoritis disusun berdasarkan penelusuran

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI Inisial Klien Nama Mahasiswa : Ny. S (69 tahun) : Sinta Dewi Status Interaksi M-K : Pertemuan, ke-2,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Pada BAB IV ini akan dibahas mengenai; a) proses berpikir reflektif siswa dalam memecahkan masalah sistem pertidaksamaan linear dua variabel (SPtLDV) bagi mereka yang memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mengalami banyak perubahan seiring berkembangnya zaman. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang. tersebut. Banyak produk elektronik yang beragam jenis dan variasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang. tersebut. Banyak produk elektronik yang beragam jenis dan variasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya berupaya memenuhi kebutuhan dari mulai kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Perkembangan kebutuhan dari setiap individu yang beranekaragam

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Informan kunci : pemilik toko pakaian bekas Bapak Marbun. 1. Produk apa saja yang dijual di toko Bapak?

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Informan kunci : pemilik toko pakaian bekas Bapak Marbun. 1. Produk apa saja yang dijual di toko Bapak? DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Informan kunci : pemilik toko pakaian bekas Bapak Marbun Tipe Pertanyaan Produk Daftar Pertanyaan 1. Produk apa saja yang dijual di toko Bapak? 2. Apa yang membedakan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulis ilmiah atau skripsi merupakan persyaratan wajib bagi mahasiswa yang

BAB I PENDAHULUAN. tulis ilmiah atau skripsi merupakan persyaratan wajib bagi mahasiswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Gunawati, dkk 2006). Pada umumnya mahasiswa untuk program S1 menempuh waktu

Lebih terperinci

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal Hasil Wawancara Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal Pertanyaan berdasarkan empathy : 1. Apa perasaan anda saat pertama kali melihat poster garansi kekecewaan ini? 2. Apakah menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini, peneliti akan menunjukkan hasil penghitungan untuk menentukan batas kelompok subjek penelitian dan mendeskripsikan data tentang kemampuan berpikir aljabar siswa

Lebih terperinci

INTERVIEW GUIDE A. Company Profil B. Tahap Perencanaan strategi Positioning C. Tahap Pelaksanaan strategi Positioning

INTERVIEW GUIDE A. Company Profil B. Tahap Perencanaan strategi Positioning C. Tahap Pelaksanaan strategi Positioning INTERVIEW GUIDE A. Company Profil 1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Mimikri Invitation? 2. Bagaimana struktur organisasi Mimikri Invitation? 3. Bagaimana logo yang digunakan Mimikri Invitation? 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung dalam Kompas, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung dalam Kompas, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker tulang merupakan salah satu jenis kanker yang cukup sering dijumpai di Indonesia. Berbeda dengan kanker mulut rahim atau kanker payudara, informasi tentang gejala

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 4. Menurut kamu sudah baik kah pelayanan humas? Ya mereka sudah bekerja dengan baik.

LAMPIRAN. 4. Menurut kamu sudah baik kah pelayanan humas? Ya mereka sudah bekerja dengan baik. LAMPIRAN Transkip 1 : Informant bernama Vimala (2011-58-008) status mahasiswa aktif UEU fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Broadcasting. 1. Apakah yang kamu ketahui tentang opini publik? Opini publik bagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan dijelaskan hasil perolehan data di lapangan yang selanjutnya dianalisis untuk memperoleh deskripsi profil kemampuan estimasi berhitung siswa ditinjau dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. DISONANSI SETELAH PROSES PEMBELIAN. Menurut Solomon (1992), Teori Disonansi Kognitif adalah salah satu dari

BAB II LANDASAN TEORI A. DISONANSI SETELAH PROSES PEMBELIAN. Menurut Solomon (1992), Teori Disonansi Kognitif adalah salah satu dari BAB II LANDASAN TEORI A. DISONANSI SETELAH PROSES PEMBELIAN 6. Pengertian Disonansi Menurut Solomon (1992), Teori Disonansi Kognitif adalah salah satu dari pendekatan terhadap tingkah laku yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dengan hasilnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dengan hasilnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dengan hasilnya yang nyata telah berpengaruh terhadap kebudayaan dunia (Pikiran Rakyat, 6 Februari 2009). Pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju dan canggih menumbuhkan berbagai pengaruh bagi penggunanya. Adapun kemajuan teknologi tersebut tidak lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan membeli merupakan aktifitas sehari-hari yang lazim dilakukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan membeli merupakan aktifitas sehari-hari yang lazim dilakukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan membeli. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri. Apabila seorang remaja telah merasa dapat bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri. Apabila seorang remaja telah merasa dapat bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau diatas jembatan goyang, yang menghubungkan masa anak-anak yang penuh kebergantungan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Halaman. Lampiran 1 Pedoman Wawancara. Lampiran 2 Verbatim Wawancara. Lampiran 3 Rekonstruksi Data. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN. Halaman. Lampiran 1 Pedoman Wawancara. Lampiran 2 Verbatim Wawancara. Lampiran 3 Rekonstruksi Data. Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Verbatim Wawancara Lampiran 3 Rekonstruksi Data LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA PEDOMAN WAWANCARA I. Identitas Informan: 1. Nama : 2. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini telah membuat berbagai perusahaan berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat secara nyata barang atau jasa yang mereka inginkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat secara nyata barang atau jasa yang mereka inginkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pengelola bisnis dewasa ini sebaiknya senantiasa memfokuskan perancangan strateginya pada bagaimana melayani dan mempertahankan pelanggan. Persaingan bisnis saat ini

Lebih terperinci

Gambar tersebut adalah sebuah hati, ditengah-tengahnya terdapat sebuah gedung dan disamping kiri gambar tersebut ada angka satu besar sekali.

Gambar tersebut adalah sebuah hati, ditengah-tengahnya terdapat sebuah gedung dan disamping kiri gambar tersebut ada angka satu besar sekali. Sesampainya dirumah, Ilham bergegas menghidupkan komputer dan langsung mengirimkan pesan kepada orang yang memberinya note sesuai dengan isi notenya, bahwa Ilham harus mengirimkan pesan setelah menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa SD kelas IV hingga VI umumnya berada pada masa kanakkanak akhir yang berusia 6-12 tahun. Masa kanak-kanak akhir merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produktivitas kerja merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh setiap institusi/organisasi. Secara umum, produktivitas yang semakin tinggi merupakan

Lebih terperinci

LDR (Long Distance relationship)

LDR (Long Distance relationship) LDR (Long Distance relationship) Abis gue tanyain tentang cowok yang di taksir Siska, Diki ngerasa dia butuh pacar baru. Akhirnya dia buka facebook.. nyari-nyari cewek. dia nemu tuh nama sama cewek cantik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan

BAB I PENDAHULUAN. BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan Research In Motion (RIM), yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh perusahaan

Lebih terperinci