BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai identitas diri pada remaja beserta kerangka berpikir. 2.1 Pengertian Identitas Diri Identitas diri adalah identitas konstruksi sosial-psikologis yang mencerminkan pengaruh sosial melalui proses imitasi dan identifikasi, kemudian menghasilkan sebuah konstruksi pribadi dalam pembentukannya apa yang penting bagi diri sendiri dan orang lain (Adams, 1998). Sementara pengertian lain mengenai identitas diri disebutkan sebagai kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Menjadi diri-sendiri adalah hal yang terpenting dari identitas (Keliat, 1992). Selanjutnya Marcia dan Watterman (dalam Yusuf, 2007) menjelaskan bahwa, identitas diri merujuk pada pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafat hidup. Gunarsa (1991), mendefinisikan identitas diri secara lebih rinci, diantaranya sebagai berikut : Identitas dapat diartikan sebagai suatu inti pribadi yang tetap ada, walaupun mengalami perubahan bertahap dengan pertambahan usia dan perubahan lingkungan. Identitas dapat diartikan sebagai cara hidup tertentu yang sudah dibentuk pada masa- 11

2 12 masa sebelumnya dan menentukan peran sosial manakah yang harus dijalankan. Identitas merupakan suatu hasil yang diperolehnya pada masa remaja, akan tetapi tetap masih akan mengalami perubahan dan pembaharuan. Identitas dialami sebagai suatu kelangsungan di dalam dirinya dan dalam hubungannya dengan luar dirinya. Identitas merupakan suatu penyesuaian peran sosial yang pada azasnya mengalami perubahan Identitas Diri Pembentukan identitas diri pada remaja merupakan masalah yang penting, karena krisis identitas timbul akibat dari konflik internal yang berawal dari masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja, maka perlu segera mendapatkan penyelesaian yang baik dengan mengelola ulang (reorganization) atau membentuk ulang (restructuring) identitas dirinya (Steinberg, dalam Purwadi, 2004). Keberhasilan merestrukturisasi identitas diri sebagai sosok individu remaja akan sangat membantu untuk mengambil peran yang tepat dalam kehidupannya. Terbentuknya identitas diri pada masa remaja, akan dapat mengarahkan tingkah laku dan sikap terhadap lingkungan, berpengaruh pada unjuk kerja dalam melihat serta mentukan pilihan terhadap alternatif yang muncul. Menurut Stuart & Sundeen (1998), identitas sering didapat dari observasi diri seseorang dan dari apa yang kita katakan tentang diri kita. Selanjutnya Rumini & Sundari (2004) menjelaskan bahwa, selama masa remaja, tugas emosional utama adalah perkembangan rasa diri atau identitas. Banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial pada remaja. Jika remaja tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu mereka mengidentifikasikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas.

3 13 Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi bukan terbelah. Marcia (dalam Yusuf, 2007) menambahkan bahwa ketika individu gagal mengintegrasikan aspekaspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka individu tersebut akan mengalami kebingungan (confusion). Erikson dalam Santrock (2003) juga menjelaskan bahwa identity confusion atau kebingungan identitas merupakan suatu kemunduran dalam perspektif waktu, inisiatif, dan kemampuan untuk mengkoordinasikan perilaku dimasa kini, dengan tujuan di masa depan. Kebingungan ini dapat ditandai dengan munculnya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, tidak percaya diri pada individu, dan berakibat pesimis dalam menghadapi masa depan (Dariyo, 2004). Berdasarkan definisi-definisi identitas diri yang telah dijabarkan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa identitas diri adalah pengalaman subyektif yang merupakan kesatuan dan berkesinambungan dalam ruang dan waktu yang berisi nilai, keyakinan, sikap dan ide-ide yang mengarahkan tingkah laku dan menggambarkan kekuatan, kelemahan, dan keunikan individu dalam rentang kehidupan Faktor yang Mendahului Pembentukan Identitas Purwadi (2004) menjelaskan terdapat beberapa faktor yang mendahului dalam pembentukan identitas diri yang dimulai sebelum individu memasuki masa remaja. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : 1. Tingkat identifikasi pada orang tua. Sejak masa kanak-kanak hingga mencapai masa remaja, orang tua sangat berperan memberikan arah pembentukan identitas diri remaja, sebab orang tua adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak.

4 14 Semua sikap dan perilaku orang tua menjadi sumber identifikasi bagi anak, dan selanjutnya menjadi bagian dari komponen pembentuk identitas dirinya. Namun, pada kenyataannya tidak semua orang tua dapat menjadi tokoh idola bagi anak, sehingga dapat dijadikan sumber identifikasi bagi proses pembentukan identitas diri, ketika anak-anak itu telah menginjak masa remaja. 2. Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua (significant others). Pengasuhan orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan pembentukan identitas diri remaja. Dalam hal ini, bagaimana orang tua mendidik dan memperlakukan anak. Hal ini dikarenakan selama dalam masa pengasuhannya, anak melihat, merasakan, dan menilai semua tindakan pengasuh. 3. Keluarga termasuk dalam faktor ini sebab, keluarga merupakan lingkungan pertama anak dan sosok yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal (Hurlock, 1989). proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pembentukan identitas dirinya, sangat tergantung pada orang tua. Orang tua jugalah yang pertama kali memberi fasilitas, termasuk kesempatan kepada anak untuk memainkan fungsi dan peran dalam keluarga dan konteks kehidupan yang lebih luas. 4. Harapan sosial tentang identitas seseorang, ikut memberi kontribusi bagi pembentukan identitas diri remaja. Harapanharapan itu muncul dalam keluarga, sekolah, dan teman sebayanya. Sehingga setiap individu akan selalu menghadapi tuntunan-tuntunan tersebut. Individu bergaul dengan lingkungannya selalu berhadapan dengan nilai atau kriteria yang dipandang utama menurut ukuran masyarakat dimana individu tersebut berbeda. Kriteria tersebut, secara langsung

5 15 maupun tidak langsung akan membuat individu berusaha untuk dapat memenuhinya. Setiap individu ingin dipandang oleh orang-orang sekitar sebagai orang baik, dan memenuhi tuntunan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, kriteria tentang keutamaan (baik-buruk) tersebut akan memerikan arah pada remaja dalam membentuk identitas dirinya Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Dalam perkembangan kepribadian terdapat dua faktor yang berperan (Gunarsa, 1991). Kedua faktor yang dimaksud adalah identifikasi dan eksperimentasi, dapat dijelaskan bahwa : 1. Identifikasi, identifikasi dapat disamakan dengan peniruan, akan tetapi bersifat lebih mendalam dan menetap. Dengan identifikasi yang dimaksud bahwa tingkah laku, pandangan, pendapat, nilai-nilai norma, minat dan aspek-aspek lain dari kepribadian seseorang akan diambilnya dan dijadikan bagian dari kepribadian masing-masing individu. 2. Eksperimentasi, individu yang memasuki masa remaja harus memperoleh kesempatan untuk melakukan eksperimentasi atau mencoba beberapa peran sosial sebelum mereka menentukan peranan sosial yang akan diambilnya untuk masa dewasa, karena eksperimentasi berkaitan erat dengan peran sosial di kemudian hari Perkembangan Identitas Diri Identitas diri terus mengalami perkembangan selama kehidupan manusia, berubah-ubah seiring dengan perjalanan dan dinamika, sesuai dengan kehidupan yang dialami. Perkembangan dan perubahan identitas diri terjadi dikarenakan pengaruh pendidikan, budaya, jenis kelamin, serta lingkungan. Steinberg, (dalam Purwadi, 2004).

6 16 Perkembangan masa remaja sangat dipengaruhi oleh konteks dimana remaja itu sendiri berada. Latar belakang lingkungan, sosio-kultur masyarakat sekitar, maupun latar belakang keluarga (orang tua), akan ikut memberikan corak dan arah proses perkembangan maupun proses pembentukan identitas diri remaja yang bersangkutan. Demikian juga, dimana orang tua, keluarga atau pengasuh remaja itu tinggal (Purwadi, 2004). Misalnya, apakah orang tuanya tinggal di kota atau di desa. Sebab, diantara desa dengan kota, keduanya memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga masing-masing memberikan kontribusi berbeda terhadap pembentukan identitas remaja. Identitas diri juga berkaitan dengan berbagai ragam domain kehidupan yang terdapat ditengah masyarakat. Marcia (dalam Santrock, 2005) membedakan domain menjadi dua kelompok, yaitu domain utama dan domain pelengkap. Domain utama mengungkap pekerjaan, keyakinan agama, politik, peran jenis, dan domain ekspresi sosial. Sedang domain-domain pelengkap meliputi minat yang menyenangkan, hubungan dengan teman, hubungan dengan kekasih, peran sebagai suami/istri, peran sebagai orang tua, tugas-tugas utama pada keluarga, dan karir. Status identitas seseorang pada sesuatu domain akan berbeda dengan status identitasnya pada domain yang lain. Hal ini disebabkan adanya kemampuan dan tingkat keberhasilan eksplorasi dan komitmen seseorang juga berbeda untuk domain satu dengan domain yang lain. Hal ini sangat wajar karena dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti : latar belakang keluarga, jenis pekerjaan orang tua, serta pengalaman yang diperoleh dari pengasuhan orang tua pada masa kanak-kanak pada masyarakat kota maupun masyarakat desa, hal tersebut akan dapat mempengaruhi eksplorasi dan komitmennya. Pengalaman selama hidup dan tinggal bersama orang tua dalam suasana gaya pengasuhan yang diterapkan, memberikan pengalaman

7 17 yang bersifat psikologis, kemudian hal tersebut dapat dijadikan informasi tambahan ketika individu akan menentukan pilihan alternatif. Dapat juga dijadikan pertimbangan dalam membuat keputusan, dan memilih alternatif tertentu yang memberikan jaminan masa depan. Dengan demikian, sangat mungkin pada domain tertentu, eksplorasi dan komitmen berada pada tingkat tertentu (tinggi). Tetapi pada domain yang lain, eksplorasi dan komitmen dapat lebih tinggi, atau lebih rendah. Sebagai contoh, untuk domain pekerjaan, seseorang berada pada status achievement, sedang pada domain agama seseorang dengan status identitas foreclosure, dan sebagainya (Santrock, 2005). Tingkat eksplorasi dan komitmen yang dicapai seseorang sangat dipengaruhi oleh hasil perkembangan yang dicapai pada masa sebelumnya Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Identitas Perkembangan identitas menurut Yusuf (2007) dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu iklim keluarga, tokoh idola, dan peluang pengembangan diri. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Iklim keluarga, berkaitan dengan interaksi sosio-emosional antar anggota keluarga, sikap dan perlakuan orangtua terhadap anaknya. Apabila hubungan antar anggota keluarga hangat, harmonis, serta sikap perlakuan orangtua terhadap anak positif dan penuh kasih sayang, maka remaja akan mampu mengembangkan identitasnya secara realistik dan stabil, sehingga terbentuk identitas yang sehat. Sebaliknya, bila dalam sebuah keluarga dipenuhi konflik, tegang, dan orangtua bersikap keras kepada anak, maka remaja akan berpotensi mengalami kegagalan dalam mencapai identitasnya secara

8 18 matang, mereka akan mengalami kebingungan, konflik bahkan frustasi. 2. Tokoh idola, orang-orang yang dipersepsikan oleh remaja sebagai figur yang memiliki posisi di masyarakat. Pada umumnya, seseorang yang menjadi idola remaja berasal dari kalangan selebritis. Namun ada juga remaja yang menjadikan tokoh masyarakat, tokoh agama, pejuang atau pahlawan sebagai tokoh idola mereka. 3. Peluang pengembangan diri, merupakan kesempatan untuk melihat kedepan dan menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam. Dalam hal ini, eksperimentasi atau pengalaman dalam menyampaikan gagasan, penampilan peranperan dan bergaul dengan orang lain (dalam aktivitas yang positif) sangat penting bagi perkembangan identitasnya Dimensi Status Identitas Marcia melakukan pengembangan teori psikososial yang dikemukakan oleh Erikson mengenai status identitas diri, pengembangan teori tersebut kemudian menghasilkan dua dasar pengembangan status identitas, yaitu krisis (eksplorasi) dan komitmen. Selanjutnya, definisi krisis (eksplorasi) dan komitmen dijelaskan oleh Santrock (2003) sebagai berikut: a. Krisis merupakan suatu periode perkembangan identitas dimana remaja memilih berbagai macam pilihan-pilihan yang bermakna, dan kebanyakan peneliti kontemporer menggunakan istilah ini dengan istilah eksplorasi. b. Komitmen didefinisikan sebagai bagian dari perkembangan identitas dimana remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan mereka lakukan.

9 19 Eksplorasi dan komitmen merupakan dimensi identitas yang dapat digunakan untuk melihat dan mengukur perkembangan status identitas pada remaja (Santrock, 2005). Status identitas dapat diramalkan dari hasil tahapan psikososial sebelumnya, dan dapat digunakan untuk memprediksikan penampilan tahapan psikososial berikutnya. Proses pembentukan identitas, merupakan suatu pengalaman yang sangat peting bagi individu. Proses pembentukan identitas mencakup perpaduan antara keterampilan, keyakinan, dan identifikasi pada seluruh masa kanak-kanak yang sesuai dan unik, yang menjadikan masa dewasa muda akan merasa berhasil dimasa lalu, sedang dipihak lain, memberikan arah pada masa yang akan datang. Identitas diri dicapai melalui proses eksplorasi terhadap alternatif yang ada disekitarnya; dan tingkat komitmen yang dimiliki terdapat alternatif yang telah dipilih atas dasar hasil eksplorasinya, Santrock (2005). Keberhasilan memecahkan masalah pada masa remaja yang berujung pada pencapaian struktur identitas diri baru di akhir masa remaja dari akumulasi sejumlah pengalaman-pengalaman baru, merupakan suatu capaian yang sangat memungkinkan remaja memperoleh ketenangan. Dengan kata lain remaja telah memperoleh identitasnya yang sesuai (Achievement Identity). Kondisi ini yang selanjutnya akan menjamin tercapainya siklus M-A-M-A (Moratorium-Achievement- Moratorium- Achievement) (Santrock, 2005) Status Identitas Diri Marcia (dalam Nisfianoor&Valentini, 2006) membagi status identitas diri menjadi empat, dalam menentukan empat status identitas tersebut Marcia telah melakukan wawancara semistruktur pada remaja

10 20 tentang ideologi (menyangkut aspek pekerjaan, agama, filosofi dan politik) dan interpersonal (menyangkut peran gender, hubungan dengan lawan jenis, pertemanan, dan hobi). Selanjutnya wawancara tersebut dinilai berdasarkan dua kriteria, yaitu krisis dan komitmen. Marcia (dalam Papalia, Old, dan Feldman, 2009) mendefinisikan ideologi sebagai sistem keyakinan. Sementara identitas interpersonal oleh Marcia (dalam Santrock, 2005) sebagai kemampuan individu dalam hubungan terhadap individu lain yang berkaitan pada hubungan pertemanan, peran gender dalam pernikahan, hubungan dengan lawan jenis (berkencan), dan hubungan dengan individu lain dalam melakukan kegiatan yang disukai (hobi). Empat status identitas diri menurut Marcia (dalam Santrock, 2005) diantaranya adalah: 1. Identitas achievement, merupakan status identitas yang terbentuk pada individu yang berhasil melakukan eksplorasi yang cukup dan menguasai sejumlah informasi mengenai halhal baru bagi dirinya, remaja mampu membandingkan dengan rasa senang (sikap positif) berbagai segi positif-negatifnya masing-masing. Dengan demikian remaja dengan segera mampu menentukan pilihan informasi mana yang diambil sebagai komponen pembentuk identitas dirinya. Di sisi lain, ketika menentukan pilihan, maka remaja pada identitas ini menunjukkan kesetian atau komitmen yang kuat terhadap pilihannya, karena remaja tahu bahwa pilihannya itu memang tepat bagi dirinya. 2. Identitas moratorium, merupakan status identitas yang terbentuk dari hasil eksplorasi yang cukup, akan tetapi tidak didukung dengan tingkat komitmen yang seimbang. Dari segi komitmen, remaja dengan identitas ini kurang menunjukkan keteguhan untuk mempertahankan alternatif yang telah menjadi

11 21 pilihannya, hal ini bisa disebabkan karena yang bersangkutan kurang menguasai informasi tentang alternatif yang menjadi pilihannya. Sehingga tidak tahu tentang apa, bagaimana, kelebihan dan kekurangan dari pilihannya itu, sehingga cenderung mudah terombang-ambing oleh kemunculan alternatif baru yang berhasil dieksplorasi. 3. Identitas foreclosure, identitas ini terbentuk dari hasil eksplorasi yang tidak maksimal. Pengetahuan tentang berbagai alternatif tidak dikuasai dengan baik, bahkan individu dengan status identitas ini cenderung kurang senang mencari informasi. Pilihan-pilihan dibuat tanpa didukung dengan pemahaman yang lengkap tentang kelebihan dan kelemahan secara obyektif dan proporsional. Akan tetapi individu ini setelah menentukan pilihan, remaja menunjukkan tingkat komitmen yang sangat kuat atas pilihannya sehingga remaja tidak mudah tergoyahkan oleh kemunculan alternatif baru. Hal ini sangat mungkin karena yang bersangkutan tidak begitu suka untuk mencari pengetahuan tentang alternatif baru. 4. Identitas diffusion, identitas yang terbentuk pada individu baik eksplorasi maupun komitmen dengan tingkat yang sama-sama rendah. Individu dengan identitas ini tidak memiliki semangat untuk menggali informasi yang diperlukan untuk membentuk identitas dirinya, sehingga tidak mampu membandingkan antara alternatif pilihan satu dengan yang lain, pada akhirnya remaja juga akan mengalami kesulitan ketika harus membuat keputusan dengan cepat. Pada bagian lain individu dengan identitas ini tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankan apa yang menjadi pilihannya, karena tidak tahu mengapa dan bagaimana remaja memilih alternatif tersebut. Dengan demikian, individu ini menjadi sangat mudah berubah haluan,

12 22 mengganti pilihan jika ada pengaruh yang datang padanya, terlebih jika pengaruh itu datang dari orang yang dihormati atau penting bagi dirinya, seperti orang tua, tokoh lain yang banyak berperan dalam hidupnya. 2.2 Remaja Definisi Remaja WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Monks (dalam Nisfianoor&Kartika, 2004) memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara tahun dengan perincian tahun masa remaja awal, tahun masa remaja pertengahan, dan tahun masa remaja akhir. Senada dengan pendapat Suryabrata (dalam Nisfianoor&Kartika, 2004) membagi masa remaja menjadi tiga, masa remaja awal tahun, masa remaja pertengahan tahun dan masa remaja akhir tahun. Berbeda dengan pendapat Hurlock (dalam Nisfianoor&Kartika, 2004) yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal tahun, sedangkan masa remaja akhir tahun.

13 Ciri-ciri Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanakkanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. Nisfianoor&Kartika (2011) menjelaskan bahwa pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai- nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja: a. Perubahan fisik Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anatomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormon, seperti hormon gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, estrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks, 1999). Dampak dari produksi hormon tersebut dijelaskan oleh Atwater (1992) adalah: (1) Ukuran otot bertambah dan semakin kuat. (2) Testosteron menghasilkan sperma dan estrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan. (3) Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama,

14 24 tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan wajah. b. Perubahan Emosional. Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yang ekstrem dan selalu merasa mendapatkan tekanan (Hurlock, 1999). Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil (Hurlock, 1999). Nuryoto (1992) menyebutkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut: (1) tidak bersikap kekanak-kanakan. (2) bersikap rasional. (3) bersikap objektif (4) dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut. (5) bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. (6) mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi. c. Perubahaan sosial Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja, Monks, (1999) menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju ke arah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati

15 25 diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya. 2.3 Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang, teori-teori dan penelitian terdahulu dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut: Iklim keluarga, pengaruh teman sebaya, hubungan orangtua anak, sosok idola KRISIS Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

16 26 Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa, terbentuknya identitas diri pada remaja ditinjau berdasarkan bagaimana proses masa krisis yang dilalui oleh remaja dan bagaimana tingkat komitmen yang ditunjukkan oleh remaja terhadap pilihan yang telah ditentukan. Krisis merupakan suatu masa perkembangan identitas di masa remaja memilah-milah alternatif-alternatif peran yang berarti dan tersedia guna membantu mereka dalam menemukan identitas dirinya (Marcia dalam Santrock, 2003). Remaja yang mampu menyelesaikan krisis dengan baik cenderung mudah untuk menemukan identitas diri barunya. Pada masa krisis, remaja cenderung mudah terpengaruh oleh kondisi sekitarnya, seperti suasana dalam keluarga, hubungan baik atau buruk mereka dengan orangtua, teman sepergaulan, serta tokoh idola. Sementara komitmen merupakan bagian dari perkembangan identitas ketika remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan mereka lakukan. Ketika remaja telah melewati krisis dengan baik dan menunjukkan kesetiaan yang kuat atas peran baru yang dipilihnya, maka remaja tersebut dikatakan mmemiliki identitas achievement. Selanjutnya, identitas moratorium akan diperoleh apabila remaja cukup dalam melakukan eksplorasi mengenai hal-hal baru namun tidak dikukung oleh komitmen yang kuat atas pilihannya, hal ini diakibatkan oleh remaja yang tidak maksimal dalam memanfaatkan masa krisisnya. Kemudian identitas forclosure merupakan identitas yang dihasilkan oleh remaja yang kurang dalam melakukan eksplorasi, cenderung malas mencari tahu hal-hal baru yang belum diketahuinya secara mendalam, namun remaja akan menunjukkan komitmen yang baik atas pilihannya. Remaja dengan identitas forclosure dalam menetapkan pilihan cenderung karena adanya tuntutan atau paksaan dari pihak lain, orang tua secara umum.

17 27 Remaja yang sedang dalam masa krisis identitas sangat memerlukan figure yang baik yang dapat dijadikan contoh bagi remaja dan memberi arahan mengenai hal-hal baru yang dibutuhkan remaja. Figure tersebut merupakan orang yang dianggap dekat dengan remaja yang bersangkutan, seperti orang tua atau significant others lainnnya. Dalam konteks remaja yang mendapat binaan di dalam lapas dianggap memiliki status identitas diri yang tidak lebih bila dibandingkan dengan remaja lainnya. Remaja lapas cenderung tidak memiliki kesempatan dalam mengembangkan dirinya, hal ini dipengaruhi ketika remaja belum mendapat binaan di lapas, yaitu saat masih tinggal di lingkungannya sebelumnya. Tidak tercapainya identitas achievement atau moratorium yang seharusnya dimiliki remaja bisa dipengaruhi oleh kurangnya arahan yang diberikan oleh orang tua dan juga sebaliknya,orang tua terlalu menetapkan banyak hal yang harus dilakukan oleh remaja, sehingga remaja tidak memiliki kesempatan untuk mencoba hal-hal baru yang dia inginkan. Hal tersebut akhirnya membuat remaja tidak merasa perlu mencari tahu segala hal yang dia butuhkan, karena semua sudah diatur dan ditetapkan oleh orang tua atau significant others, pengasuhan tersebut akhirnya akan membuat remaja membentuk identitas diri forclosure. Peran orang tua dalam pembentukan identitas diri remaja didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Santrock 2007), yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi adanya pengaruh keluarga, etnis dan budaya serta jenis kelamin. Sebaliknya, orang tua yang terlalu membebaskan anaknya dalam melakukan sesuatu tanpa adanya arahan, akan membuat anak memiliki identitas diffusion. Remaja mencari akhirnya terpengaruh oleh lingkungan teman sebanyanya. Banyak informasi mereka dapatkan dari teman sebaya dan dijadikan pilihannya tanpa mencari

18 28 tahu sisi postif dan negatif dari informs tersebut. Sementara, dalam perkembangan identitas dirinya, remaja tersebut harus dapat menyaring informasi yang dia terima sehingga informasi tersebut dapat berguna bagi perkembangan dirinya. Remaja yang dapat mencapai identitas achievement merupakan remaja yang banyak melakukan ekplorasi terhadap hal-hal baru bagi dirinya dan dapat memilah apa saja informasi yang patut mereka gali lebih dalam maupun informasi yang tidak berguna. Setelah cukup melakukan eksplorasi, remaja kemudian mampu menentukan informasi baru tersebut menjadi identitas baru yang tepat bagi dirinya dan disertai dengan komitmen yang baik dalam mempertahankan pilihannya tersebut. Identitas achievement merupakan identitas yang dinilai positif. Sementara identitas moratorium diperoleh remaja atas hasil eksplorasi informasi-informasi baru yang cukup baik, namun tidak didukung dengan tingkat komitmen yang seimbang. Remaja dengan identitas ini kurang menunjukkan keteguhan untuk mempertahankan informasi pilihannya, hal ini disebabkan oleh kurang dikuasainya informasi yang telah mereka pilih. Identitas berikutnya adalah forclosure, dalam identitas ini remaja melakukan eksplorasi informasi baru yang tidak maksimal dan pengetahuan mengenai informasi baru tersebut tidak dikuasai dengan baik, remaja cenderung kurang senang mencari informasi. Akan tetapi, setelah remaja menentukan pilihan, remaja akan menunjukkan tingkat kesetiaan/komitmen yang tinggi atas pilihannya tersebut. Identitas yang terakhir adalah diffusion, remaja dengan identitas ini tingkat ekplorasi dan komitmen atas informasi baru sama-sama rendah. Remaja tidak memiliki semangat dalam mencari informasi.

19 29 Terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi remaja dapat unggul di identitas tertentu, diantaranya adalah aspek pekerjaan, peran jenis kelamin, peran sosial, aspek ideologi politik dan agama. 2.3 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, status identitas diri remaja (anak didik) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Pria Tangerang berada pada status identitas Ideologi Forclosure. Status identitas diri remaja (anak didik) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Pria Tangerang berada pada status identitas Interpersonal Diffusion.

20 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Perkembangan Remaja Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Preface Masa remaja sering disebut sebagai

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson BAB II LANDASAN TEORI A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson (dalam Kroger, 2001) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan dan harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Namun saat ini adolescence memiliki arti yang lebih luas mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di masa depan? Apa peranan saya bagi dunia? Mungkin pertanyaan-pertanyaannya tersebut merupakan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terus mengalami perkembangan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan menuju suatu kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris BAB II LANDASAN TEORI A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Resiliensi (daya lentur) merupakan sebuah istilah yang relatif baru dalam khasanah psikologi, terutama psikologi perkembangan (Desmita, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd Pertumbuhan : Perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berjalan normal pada anak yang sehat dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi Identitas Menurut Erikson (dalam Corsini, 2002), identitas adalah suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB II. 1. Pengertian Kepuasan Hidup Lanjut Usia. pengalaman - pengalaman yang disertai dengan tingkat kegembiraan.

BAB II. 1. Pengertian Kepuasan Hidup Lanjut Usia. pengalaman - pengalaman yang disertai dengan tingkat kegembiraan. 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kepuasan Hidup Lanjut Usia 1. Pengertian Kepuasan Hidup Lanjut Usia Kepuasan merupakan kondisi subyektif dari keadaan pribadi seseorang sehubungan dengan perasaan senang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembantu rumah tangga (PRT) sudah tidak asing lagi keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia, dan diantara pembantu tersebut masih banyak yang berada dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Williya Novianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Williya Novianti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Siswa sekolah menengah pertama berada pada masa remaja. Piaget (Hurlock, 1980, hlm. 206) menyatakan secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun psikologis menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan dalam perilaku atau berbicara sehari-hari yang berasal dari hasil meniru terhadap temannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja, menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja, dianggap sebagai masa topan-badai dan stres (storm and stress), karena mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si Fak Psikologi UMBY DIRI Pemahaman Diri Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di masa remaja, individu mengalami peningkatan drastis terhadap berbagai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN 1. Pengertian Kemandirian Kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku sesuai keinginannya. Perkembangan kemandirian merupakan bagian penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang terlahir pada umumnya dapat mengenal lingkungan atau orang lain dari adanya kehadiran keluarga khususnya orangtua yg menjadi media utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada nilai, norma sosial, serta pola interaksi dengan orang lain. Pada perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta DIRI Pemahaman Diri Pemahaman diri remaja merupakan konstruksi

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini khususnya bagi remaja merupakan suatu gejala yang dianggap normal, sehingga dampak langsung terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik

BAB II LANDASAN TEORI. arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau istilah lainnya adolescene berasal dari kata adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa Latin adolescere (kata

BAB 2 TINJAUAN TEORI. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa Latin adolescere (kata BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Remaja Akhir Menurut Mar at (2006) di negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa Latin adolescere (kata bendanya adolescentia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran yang penting dalam hidup (Papalia, 2008), suatu kesadaran akan kesatuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran yang penting dalam hidup (Papalia, 2008), suatu kesadaran akan kesatuan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identitas Diri 1. Pengertian Identitas Diri Identitas diri adalah proses menjadi seorang individu yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Papalia, 2008), suatu kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Pernikahan 2.1.1. Definisi Kepuasan Pernikahan Kepuasan pernikahan merupakan suatu perasaan yang subjektif akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. IDENTITAS DIRI 1. Pengertian Identitas Diri Menurut Erikson (dalam Berk, 2007) identitas merupakan pencapaian besar dari kepribadian remaja dan merupakan suatu tahap yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Definisi Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan tujuan menyamakan persepsi mengenai hal yang sedang dibahas. Dalam hal

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Formation 1. Pengertian Identity Formation Marcia (1993) menyatakan bahwa identity formation atau pembentukan identitas diri merupakan: Identity formation involves

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah seksual telah menjadi problematika sosial di kalangan masyarakat. Masalah tersebut tidak sekedar berwujud dalam satu bentuk, tetapi ada beberapa permasalahan

Lebih terperinci