LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero)"

Transkripsi

1 LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero) GITA SUKMANA RAJAGUKGUK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017

2 ii

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Laporan Kerja Praktek ini disusun untuk memenuhi penyelesaian salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa di Jurusan Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Selama proses pengerjaan laporan ini penulis tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan saran dari berbagai pihak yang terkait. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada : 1. Tuhan YME yang senantiasa memberikan rahmat dan perlindungan kepada penulis. 2. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung penulis 3. Ibu Deny Ratna Yuniartha, S.T., M.T., selaku Koordinator Kerja Praktek Jurusan Teknik Industri UAJY. 4. The Jin Ai, ST., MT., D.Eng, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan selama pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Bapak Susyam Widodo selaku Manager Seksi Smelter Corporate Development (SCD) dan Ibu Neng Ratnawaty yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan Kerja Praktek. 6. Bapak Rahman Tarigan, selaku Manajer Seksi Spare Parts Warehouse (SWH) PT INALUM (Persero) yang telah meluangkan waktu dan bersedia membimbing kami selama menjalani kerja Praktek. 7. Bapak Pra Femila Afredo, ST, selaku Pembimbing Lapangan di seksi Spare Parts Warehouse (SWH) PT INALUM (Persero) yang telah bersedia untuk membimbing dan membantu penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek. 8. Faldy Maulana Yuantoro dan Reza Alfiansyah, selaku tim kerja penulis selama melaksanakan Kerja Praktek. 9. Teman-teman peserta On the Job Training Angkatan III 2017 yang turut membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. 10. Nelson Malau, selaku teman yang telah membantu dan mendukung penulis selama proses penyelesaian laporan Kerja Praktek. ii

4 11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama kerja praktek yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini masih terdapat banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan mengharapkan adanya saran maupun kritik yang dapat membangun dari semua pihak agar tercipta laporan Kerja Praktek yang lebih baik. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan dapat membantu dalam proses pembelajaran selanjutnya serta dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun jurusan. Yogyakarta, 6 November 2017 Penulis iv

5 DAFTAR ISI BAB JUDUL Hal Halaman Judul. i Halaman Pengesahan ii Kata Pengantar iii Daftar Isi. v Daftar Tabel vii Daftar Gambar viii 1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 1 2 Tinjauan Umum Perusahaan Sejarah Singkat Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Manajemen Perusahaan 13 3 Tinjauan Sistem Perusahaan Proses Bisnis Unit Usaha Produk yang Dihasilkan Proses Produksi Fasilitas Produksi 27 4 Tinjauan Pekerjaan Mahasiswa Lingkup Pekerjaan Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Hasil Pekerjaan 32 5 Penutup Kesimpulan Saran 79 v

6 Daftar Pustaka 80 Lampiran 81 vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Komposisi Pemilikan Saham PT INALUM (Persero) Tabel 2.2. Jumlah Karyawan PT INALUM (Persero) Tabel 3.1. Komposisi Unsur dan Kandungan Ingot (2015) Tabel 3.2. Komposisi Unsur dan Kandungan Alloy (JIS, A ) Tabel 3.3. Komposisi Unsur dan Kandungan Billet (JIS, A1 6063) Tabel 4.1. Data Permintaan Spare part per Tanggal Juli 2016 Juni Tabel 4.2. Data Purchase Requisition dan Purchase Order dari Juli 2016 Juni Tabel 4.3. Rekap Data Permintaan dan Lead Time untuk Setiap Part Tabel 4.4. Data Variabel tiap Spare part Tabel 4.5. Perhitungan Safety Stock Cost Aktual Tabel 4.6. Minimum Service Level setiap Klasifikasi Tabel 4.7. Skenario Penyelesaian Model Tabel 4.8. Hasil Running Model Skenario Tabel 4.9. Hasil Running Model Skenario 1 (Lanjutan) Tabel Hasil Replikasi Model Skenario Tabel Hasil Running Model Skenario Tabel Hasil Running Model Skenario 2 (Lanjutan) Tabel Hasil Replikasi Model Skenario Tabel Hasil Running Model Skenario Tabel Hasil Running Model Skenario 3 (Lanjutan) Tabel Hasil Replikasi Model Skenario Tabel Perbandingan Safety Stock Aktual dan Skenario Perbaikan Tabel Perbandingan Inventory Value Aktual dan Skenario Perbaikan Tabel Perbandingan Nilai Inventory Target Service Level 95% dan Hasil Solver vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gas Cleaning System PT INALUM (Persero)... 5 Gambar 2.2. Pelabuhan PT INALUM (Persero)... 6 Gambar 2.3. Komplek Perumahan Tanjung Gading... 7 Gambar 2.4. Struktur Organisasi PT INALUM... 8 Gambar 2.5. Alat Pelindung Diri PT INALUM (Persero) Gambar 2.6. Logo PT INALUM (Persero) Gambar 2.7. Bendungan Pengatur (Regulating Dam) Gambar 2.8. Bendungan Penadah Air Siguragura Gambar 2.9. Bendungan Penadah Air Tangga Gambar Menara Transmisi PT INALUM (Persero) Gambar Sekolah PT INALUM (Persero) Gambar Pemberdayaan Masyarakat oleh PT INALUM (Persero) Gambar 3.1. Aliran Barang pada Seksi SWH Gambar 3.2. Produk Aluminium Ingot Gambar 3.3. Produk Aluminium Alloy Gambar 3.4. Produk Aluminium Billet Gambar 3.5. Proses Produksi PT INALUM (Persero) Gambar 3.6. Pabrik Karbon Gambar 3.7. Anoda Tongkat Gambar 3.8. Pabrik Reduksi Gambar 3.9. Tungku Reduksi Gambar Pabrik Penuangan Gambar Tumpukan Ingot di Stock Yard Gambar 4.1. Tampilan Model Penyelesaian dengan Solver Gambar 4.2. Model Dalam Solver yang Dikembangkan Gambar 4.3. Nilai Parameter dalam Model Gambar 4.4. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Item A Skenario Gambar 4.5. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Item B Skenario Gambar 4.6. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Item C Skenario viii

9 Gambar 4.7. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Total Item Skenario Gambar 4.8. Jumlah Part tiap Service level Skenario Gambar 4.9. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Total Item Skenario Gambar Jumlah Part tiap Service level Skenario Gambar Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Total Item Skenario Gambar Jumlah Part tiap Service level Skenario Gambar Perbandingan Safety Stock Tiap Item Gambar Perbandingan Safety Stock 20 Item Gambar Perbandingan Inventory Value Antar Skenario Gambar Perbandingan Target Service Level dengan Adjustment ix

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri. Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa teknik industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahan masalah. Karenanya dalam kerja praktek kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah: a. Mengenali ruang lingkup perusahaan b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor atau pembimbing lapangan d. Mengamati perilaku sistem e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis Kerja praktek ini harus dilakukan selama minimal 1 (satu) bulan di perusahaan yang bisa dipilih sendiri oleh para mahasiswa sepanjang perusahaan itu me menuhi persyaratan sebagai tempat kerja praktek yang ditetapkan oleh PSTI UAJY Tujuan Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah: a. Melatih kedisiplinan. b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan dalam perusahaan. c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja. d. Melihat secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan menjalankan bisnisnya. 1

11 e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya yang ada di pabrik. f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja praktek dilaksanakan di PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) yang terletak di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara. Penulis ditempatkan di Departemen Logistik, Seksi SWH (Spare Parts Warehouse) di Inalum Smelter Plant (ISP) selama 30 hari. Kerja Praktek dilakukan pada tanggal 10 Juli 2017 sampai dengan 18 Agustus

12 BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT INALUM (Persero) merupakan perusahaan yang memanfaatkan sungai Asahan dari Danau Toba di Provinsi Sumatra Utara untuk menghasilkan listrik. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sebelum adanya perusahaan PT INALUM (Persero), pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mengalami kegagalan dan akhirnya berhenti, namun setelah berhenti cukup lama akhirnya pemerintahan Republik Indonesia bertekad melanjutkan pembangunan tersebut. Tahun 1972, pemerintah Indonesia dibantu oleh Nippon Koei yang merupakan perusahaan dari Jepang. Nippon Koei ini merupakan sebuah perusahaan konsultan yang membantu dalam sebuah pengajaran tentang kelayakan pembangunan PLTA. Pada Tahun 1973, Pemerintah Indonesia melakukan penawaran satu paket Penanaman Modal Asing untuk membangun pabrik peleburan alumunium dan PLTA dengan investasi yang sangat besar sehingga tidak ada yang berminat dengan penawaran tersebut. Hingga pada tahun 1975 Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan 12 Perusahaan penanam modal Jepang untuk membangun PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan dengan menandatangani Perjanjian Induk. Awal mula proyek tersebut dinamakan dengan Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd. (NAA Co. Ltd) dengan perbandingan saham sebesar 50% dengan Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1976 didirikan kantor pusat dengan nama PT Indonesia Asahan Aluminium (PT INALUM) yang berlokasi di Jakarta. Pada tanggal 14 Oktober 1982 ekspor perdana produksi PT INALUM pun dilakukan ke Jepang yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pengekspor terbesar aluminium batangan di dunia. PT INALUM (Persero) yang telah didirikan sejak tanggal 6 Januari 1967 masih berstatus sebagai perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah menjadi sebuah Perjanjian antara Pemerintahan Republik Indonesia dengan Konsorsium Investor dari Jepang yang berlaku selama 30 tahun yang terhitung sejak awal pengoperasian tungku reduksi yakni tanggal 31 Oktober 1983 sampai dengan 31 Oktober Hingga akhirnya 3

13 sejak tanggal 1 November 2013 PT Inalum (Persero) bisa dimiliki Pemerintah Indonesia, walaupun belum sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dikarenakan Pemerintah Indonesia harus mengembalikan modal awal kepada Investor Jepang. Pemerintah Indonesia harus melakukan negosiasi yang cukup panjang yang diwakili oleh 3 (tiga) Kementrian Indonesia yakni Kementrian Keuangan, BUMN, dan Perindustrian. Pemerintah Indonesia akhirnya bisa memiliki sepenuhnya PT INALUM (Persero) dengan kesepakatan pengembalian modal kepada para Investor Jepang pada tanggal 9 Desember 2013 yang ditandai dengan penandatanganan pengakhiran perjanjian dimana pemerintah Jepang melakukan penyerahan aset kepada Pemerintah Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 2013 perusahaan tersebut resmi menjadi perusahaan BUMN dengan nama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero). Setelah berstatus perusahaan BUMN, maka perusahaan berkewajiban untuk membuat peraturan dan kebijakan yang sesuai dengan perundang undangan Ruang Lingkup Perusahaan Secara garis besar, ruang lingkup PT INALUM (Persero) meliputi : 1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sungai Asahan di Paritohan, Kecamatam Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir. 2. Pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Asahan. 3. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kedua proyek tersebut, seperti Pelabuhan, Jalan raya, perumahan karyawan, sekolah dan lain-lain. Adapun penulis melakukan kerja praktek di pabrik peleburan aluminium berlokasi di Kuala Tanjung sehingga penjelasan selanjutnya akan berfokus pada lokasi penempatan kerja praktek. Secara umum, pabrik peleburan (Inalum Smelter Plant) terdiri dari tiga unit besar pabrik yang bekerja secara kontinu. Ketiga pabrik tersebut adalah : 1) Carbon Plant Pada unit ini dibuatlah anode carbon yang dibutuhkan untuk elektrolisa dan reaksi reduksi. Bagian ini terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian carbon mentah (Anode Green Plant), bagian pemanggangan anoda (Anode Baking Plant) dan bagian pangkaian (Anode Rodding Palnt). 4

14 2) Reduction Plant Unit ini merupakan jantung PT INALUM dimana pada unit inilah dilakukan elektrolisa dan reaksi reduksi untuk menghasilkan aluminium cair 3) Casting Plant Aluminium cair dari tungku diangkut ke Pabrik Penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung. Kemudian diangkut menjadi aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (22,7 kg) yang merupakan produk akhir PT INALUM (Persero), kemudian dipasarkan ke dalam dan ke luar negeri Fasilitas Perusahaan Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai fasilitas di PT INALUM (Persero) berupa gas cleaning dan prasarana penunjang. a. Gas Cleaning (Pembersih Gas) Demi membangun sebuah pabrik yang ramah lingkungan, PT INALUM (Persero) membersihkan gas yang mengandung Flourida dan debu yang berasal dari proses produksi di tungku reduksi secara rutin. Sistem dalam pembersihan gas ini adalah dengan menggunakan ventilator penghisap dan mengeluarkannya melalui pipa gas. Berikut ini merupakan gas cleaning system di PT INALUM (Persero) : Gambar 2.1. Gas Cleaning System PT INALUM (Persero) Berdasarkan Gambar 2.1, dapat dilihat adanya gas cleaning system di PT INALUM (Persero) dimana dapat membersihkan gas yang dihasilkan dari tungku reduksi. Selain itu pembersihan limbah rumah tangga dari perumahan karyawan di komplek Tanjung Gading dialirkan menuju instalasi air untuk kemudian dilakukan proses pembersihan dari kotoran-kotorannya baru kemudian dapat 5

15 disalurkan atau dibuang ke sungai. Adapun tujuan dilakukannya hal tersebut adalah agar tidak adanya pencemaran air di komplek maupun sekitar komplek perumahan karyawan. b. Prasarana Penunjang Prasarana penunjang di PT INALUM (Persero) meliputi jalan perusahaan, pelabuhan, perumahan, pendidikan, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya. i. Jalan Perusahaan PT INALUM (Persero) sangat memperhatikan kontur jalan sepanjang 17 km yang menghubungkan antara komplek perumahan karyawan di Tanjung Gading dengan Pabrik di Kuala Tanjung dengan memperbaiki setiap jalan rusak yang ada. Tidak hanya jalan yang rusak namun juga jembatan - jembatan yang sudah tua di sekitar pabrik dilakukan perbaikan agar dapat digunakan bersama baik karyawan maupun masyarakat umum. ii. Pelabuhan PT INALUM (Persero) memiliki pelabuhan dengan tiga dermaga yang menjorok ke selat malaka sepanjang 2,5 Km. Ketiga dermaga tersebut terbagi atas kegunaannya masing masing yaitu Dermaga A dan B dipergunakan untuk kebutuhan pembongkaran material dan segala keperluan dalam proses produksi di pabrik peleburan aluminium dan juga keperluan di PLTA. Pada dermaga ini juga sebagai sarana distribusi dari hasil produksi PT INALUM (Persero). Sedangkan dermaga C telah diberikan kepada pemerintah untuk dapat dipergunakan secara umum sejak tahun Gambar 2.2. Pelabuhan PT INALUM (Persero) iii. Perumahan (Perkotaan) PT INALUM (Persero) memiliki wilayah yang disediakan untuk pemukiman karyawan dengan luas sebesar 200 ha yang berlokasi di Tanjung Gading. Bagi 6

16 kategori karyawan yang sudah berkeluarga disediakan rumah sebanyak 1340, sedangkan bagi karyawan yang masih lajang disediakan sebanyak 7 asrama. Selain karyawan di Tanjung Gading, untuk karyawan yang bekerja di PLTA yang ada di Paritohan disediakan fasilitas akomodasi dengan luas 80 ha. Gambar 2.3. Komplek Perumahan Tanjung Gading iv. Pendidikan PT INALUM (Persero) menginginkan adanya semangat belajar yang tinggi bagi para pelajar yang ada di sekitar proyek, sehingga berlandaskan hal tersebut pada tahun 1997 PT INALUM (Persero) memberikan beasiswa yang bersifat tidak mengikat untuk warga setempat yang SMA, STM, dan yang kuliah di Universitas Sumatera Utara. Bagi siswa yang masih SD dan SMP juga disediakan TABANAS untuk yang memiliki prestasi. v. Fasilitas Umum Di daerah perumahan Tanjung Gading didirikan sebuah Sekolah, rumah ibadah seperti Mesjid dan Gereja, serta Rumah Sakit yang terbuka untuk umum. Pada akhir tahun 1980, PT INALUM (Persero) juga memberikan kepada PERUMTEL sebuah Gedung dan juga fasilitas telekomunikasi yang memiliki kapasitas hingga 1000 satuan sambungan. vi. Fasilitas Lainnya Terdapat fasilitas lainnya yang disediakan oleh PT INALUM (Persero) untuk digunakan masyarakat sekitar perumahan yaitu lapangan golf, lapangan tenis, lapangan bola volley, lapangan sepak bola, gedung olah raga, gedung pertemuan, kolam renang, pertokoan, supermarket, danau buatan, internet, telekomunikasi, perpustakaan, dan kantor pos. 7

17 2.2. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi pada PT INALUM (Persero) adalah struktur organisasi fungsional, yaitu susunan organisasi berdasarkan atas fungsi-fungsi dari bagian yang terdapat pada organisasi tersebut. Berikut ini merupakan struktur organisasi pada PT INALUM (Persero). Gambar 2.4. Struktur Organisasi PT INALUM (Sumber: PT INALUM (Persero) memiliki kewenangan tertinggi pada Dewan Komisaris yang terdiri dari Direktur Utama, Direksi, Dewan Komisaris, dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). PT INALUM (Persero) memiliki 5 Direktorat yang terbagi kedalam 21 Departemen. Dari Departemen tersebut kemudian terbagi lagi ke dalam 55 seksi. 8

18 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia terdiri dari sistem organisasi, sistem penerimaan dan penempatan tenaga kerja, serta sistem pengembangan SDM. a. Sistem Organisasi PT INALUM (Persero) memiliki struktur organisasi fungsional. Pembagian kerja pada struktur organisasi fungsional dilakukan berdasarkan fungsi manajemennya. Struktur organisasi fungsional ini cocok untuk diterapkan pada sebuah perusahaan atau organisasi yang menghasilkan sedikit jenis produk. Berdasarkan gambar struktur organisasi PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) tersebut dapat diketahui bahwa pada RUPS adalah merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan penjelasan dari struktur organisasi tersebut. 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) RUPS adalah organisasi perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi. RUPS terdiri dari: a. Rapat tahunan yang diadakan selambat-lambatnya pada akhir bulan September setiap tahun kalender. b. Rapat umum luar biasa diadakan setiap saat jika dianggap perlu oleh direksi dan/atau pemegang saham. Hak dan wewenang RUPS adalah mengangkat dan memberhentikan komisaris dan direksi 2. Dewan Komisaris Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya dua orang anggota, salah seorang diantaranya bertindak sebagai Presiden Komisaris. Para Anggota Komisaris dan Presiden Komisaris diangkat oleh RUPS dari calon-calon yang diusulkan oleh para pemegang saham pihak asing dan pemegang saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masingmasing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota komisaris harus ada calon yang diusulkan oleh pemegang saham pihak Indonesia. Tugas dan wewenang komisaris yaitu: a. Komisaris bertugas mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi. 9

19 b. Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang dipertanyakan. c. Komisaris setiap waktu berhak menghentikan untuk sementara waktu seorang atau lebih anggota direksi berdasarkan keputusan yang disetujui oleh lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota komisar is jikalau mereka bertindak bertentangan dengan anggaran dasar dan/atau undang-undang dan peraturan yang berlaku. 3. Dewan Direksi Direksi terdiri dari sekurang-kurangnya 6 (enam) orang anggota, diantara seorang sebagai Presiden Direktur. Para Anggota Direksi diangkat dari Rapat Umum Pemegang Saham. Para anggota Direksi diangkat dari caloncalon yang diusulkan para Pemegang Saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya satu orang anggota Direksi harus dari calon yang diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia. Tugas dan wewenang Dewan Direksi adalah: a. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya. b. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh Rapat Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris. c. Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri, berhak pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasa yang diatur dalam surat kuasa. d. Direksi berhak mewakili perseroan di dalam atau di luar pengadilan serta melakukan suatu tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan serta mengikat perseroan dengan pihak lain dan/atau pihak lain dengan perseroan, dengan pembatasan-penbatasan yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham. 4. Direktur Utama Direktur Utama adalah salah seorang Direksi yang oleh karena jabatannya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili Perseroan. 10

20 5. Direktur Direktur adalah anggota Direksi karena jabatannya melaksanakan tugas untuk kepentingan perseroan sesuai dengan ruang lingkup/fungsi masingmasing seperti tersebut dibawah ini: a. Umum dan Sumber Daya Manusia b. Keuangan c. Pengembangan dan Bisnis d. Operasi 6. Divisi Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup/fungsi Direktur masing-masing. Divisi dikepalai General Manager (GM). 7. Departemen Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan/ditentukan oleh Divisi masing-masing. Departemen dikepalai oleh Senior Manager (SM). 8. Seksi Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan yang telah ditentukan/digariskan oleh departemen masingmasing. Seksi dikepalai oleh Manager. 9. Sub-seksi Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan yang telah ditentukan/digariskan oleh seksi masing-masing. Sub-Seksi dikepalai oleh Junior Manager (JM). 10. Auditor Internal Auditor Internal merupakan unit organisasi yang berdiri sendiri yang bertanggung jawab atas pemeriksaan dan pelayanan kegiatan perusahaan dan melaporkan hasil pemeriksaan dan penilaian tersebut kepada Presiden Direktur. 11. Wakil Manajemen Tugas dan tanggung jawab Wakil Manajemen antara lain: a. Mengarahkan dan memberi petunjuk kepada seluruh tingkatan Manajemen mengenai Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Sistem 11

21 Manajemen Lingkungan, dan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perusahaan. b. Penghubung Perusahaan dengan Badan Sertifikasi mengenai Sistem Manajemen Mutu Standar ISO 9001, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001, dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Memberikan saran kepada Presiden Direktur untuk melakukan tinjauan Manajemen mengenai Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, tindakan pencegahan dan koreksi sesuai dengan Prosedur Mutu, Prosedur Lingkungan, dan Prosedur K3. c. Bertanggungjawab atas peningkatan Sistem Manajemen Mutu, Lingkungan, dan K3 Perusahaan. b. Sistem Penerimaan dan Penempatan Tenaga Kerja Pada dasarnya PT INALUM (Persero) hanya menerima karyawan yang baru menyelesaikan pendidikan (Fresh Graduate), sesuai dengan tingkat pendidikan yang dibutuhkan. Namun untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang membutuhkan keahlian khusus, perusahaan dapat merekrut tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dan telah berpengalaman. Sistem penerimaan dan penempatan tenaga kerja di PT INALUM (Persero) terbagi atas beberapa bagian, yaitu : i. Bagian A Sarjana ii. Bagian B Diploma iii. Bagian C SMA / SMK Sistem Recruitment (penerimaan) yang ada di PT INALUM (Persero) dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu: Seleksi kelengkapan administrasi Test tertulis, terdiri dari test akademik dan psychology test Interview Kesehatan Magang (On the Job Training) selama enam bulan c. Sistem Pengembangan SDM Pengembangan SDM dilakukan untuk menjaga kelangsungan operasi perusahaan yang unggul dan dalam usaha mengembangkan karyawan yang patriotik, professional, dan bertanggung jawab sesuai dengan visi dan misi PT INALUM (Persero). Perusahaan menyediakan sarana dan prasarana untuk 12

22 penyelenggaraan bimbingan atau penyuluhan, pendidikan atau latihan, dan pengembangan lainnya bagi karyawan. Adapun sistem pengembangan SDM yang dilakukan oleh perusahaan disesuaikan dengan kedudukan dan jabatan karyawan, yaitu: a. Karyawan baru : Introductory Training Course (ITC) b. Staff : Supervisory Training Course (STC) c. Managerial Staff : Management Developing Program (MDP) d. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengelolaan K3 di PT INALUM (Persero) bersifat desentralisasi, yaitu dimana pengelolaan K3 berada langsung di bawah presiden direktur. Seksi SSE (Smelter Safetyand Environmental) adalah seksi khusus yang menangani pengelolaan K3 yang berada dalam Departemen IIC (INALUM Internal Control). Seksi inilah yang merupakan kunci utama pengimplementasian SMK3 di PT INALUM (Persero). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, PT INALUM (Persero) telah melaksanakan pengelolaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik dan mendapatkan predikat Bendera Emas. Semua departemen/seksi harus turut serta dalam mendukung dan menerapkan kebijakan dari manajemen puncak mengenai pengelolaan K3. Frekuensi kecelakaan kerja mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal positif ini dapat tercapai akibat adanya komitmen dan kerja sama yang baik antara P2K3, Safety Promotor, SSE, dan personil K3 di setiap seksi serta komunikasi dan kemauan dari pekerja sendiri. Frekuensi kerusakan juga menurun. PT INALUM (Persero) telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang berfungsi untuk membantu manajemen dan meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Secara struktural, garis koordinasi P2K3 terpisah dengan struktur organisasi perusahaan dan berada sejajar dengan manager. Sedang Safety Promotor ada di setiap masing-masing seksi kerja di PT INALUM (Persero) dan mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan pelaksanaan Safety dan sanitasi di PT INALUM (Persero). Safety Promotor ini dijabat oleh orang-orang dari tiap seksi kerja di masing-masing seksi kerja. Dalam usaha pengelolaan K3, terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) yaitu diantaranya rapat bulanan, patrol K3, evaluasi data K3 dan kecelakaan kerja, informasi dan penyuluhan K3, 13

23 mengusulkan pelatihan tenaga spesialisasi K3, serta rekomendasi K3. Terdapat Safety Promotor di setiap seksi, yaitu tim yang bertugas untuk mengelola pengawasan K3 di seksi tersebut. Manajemen risiko pengelolaan K3 terdiri dari identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko, serta implementasi, monitoring, dan evaluasi pengendalian risiko. Implementasi pengendalian risiko tersebut dilakukan melalui tahap-tahap berikut. Eliminasi Substitusi (Contoh: Non-Asbestos Program), Rekayasa teknik (Contoh: Fool and Fail Free Program), Administrasi kontrol (Contoh: Review SOP), dan Alat perlindungan diri, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 2.5. Alat Pelindung Diri PT INALUM (Persero) Lingkungan kerja PT INALUM (Persero) selalu dilakukan pemantauan untuk memastikan terjaganya keberlangsungan kerja yang aman, selamat, dan sehat. Pemantauan dilakukan dengan meninjau layout dan lokasi sampling, pengukuran kebisingan, pengukuran pencahayaan, temperatur lingkungan kerja, serta pengukuran debu. 14

24 2.3. Manajemen Perusahaan Logo dan Arti Logo Perusahaan Berikut ini merupakan logo dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) beserta makna dari logo tersebut : Gambar 2.6. Logo PT INALUM (Persero) Berdasarkan Gambar 2.6, berikut ini merupakan makna atau arti dari logo PT INALUM (Persero) a. Arah Logogram : Mengarah ke kanan atas Arti : Mengekspresikan karater yang progresif sebagai pelopor dan leader market industri berbasis alumnium di Indonesia dan siap bersaing di kancah global. b. Gagasan visual : Stilasi huruf A dan L Arti : Menyimbolkan struktur kimia dari aluminium menyiratkan ruang lingkup usaha Inalum yakni industri aluminium c. Logotype : Menggunakan font Gotham Bold Lowercase Arti : Memberikan makna bahwa personifikasi Inalum adalah sosok yang disiplin dan profesional (bold), sekaligus ramah dan humaniora (lowercase). d. Warna Logogram dan Logotype Biru : Industri berteknologi canggih Hijau : Ramah lingkungan Merah : Kebanggan Bangsa Indonesia Visi, Misi, Nilai Perusahaan Adapun visi, misi, dan nilai yang digunakan sebagai pedoman berkembangnya PT INALUM (Persero) adalah sebagai berikut. 15

25 VISI Menjadi Perusahaan Global Terkemuka Berbasis Aluminium Terpadu Ramah Lingkungan. MISI 1. Menjalankan Operasi Peleburan Aluminium terpadu yang menguntungkan, aman dan ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai bagi pemangku kepentingan. 2. Memberikan sumbangsih kepada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional melalui kegiatan operasional dan pengembangan usaha berkesinambungan. 3. Berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar melalui program CSR dan PKBL yang tepat sasaran. 4. Meningkatkan kompetensi SDM secara terencana dan berkesinambungan untuk kelancaran operasional dan pengembangan industri aluminium. NILAI Nilai Prospektif : Profesional : Inalum bekerja secara professional dengan menerapkan praktik bisnis terbaik. Pengembangan : Inalum tumbuh menjadi besar melalui pengembangan berkesinambungan. Kerjasama : Inalum tangguh melampaui harapan melalui kerjasama yang sinergi Tanggung jawab : Inalum bertanggungjawab untuk memberikan kontribusi terbaik Integritas : Inalum menjalankan bisnis dengan integritas Faedah : Inalum berusaha menjalankan bisnis yang menguntungkan untuk kesejahteraan Riwayat Perbandingan Saham Sebelum menjadi BUMN Komposisi kepemilikan saham sejak PT INALUM (Persero) berdiri dan sebelum menjadi BUMN ditunjukkan dengan Tabel 2.1 berikut ini : 16

26 Tabel 2.1. Komposisi Pemilikan Saham PT INALUM (Persero) Keterangan Pemerintah RI NAA Co., Ltd. Awal pendirian 10,00 % 90,00 % 20 Juli ,00 % 75,00 % 29 Juni ,13 % 58,87 % 10 Februari ,12 % 58,88 % Desember % 0% (Sumber: Ketenagakerjaan PT INALUM (Persero) terletak di 4 (empat) lokasi yang berbeda, yaitu: Kantor Pusat Pabrik Peleburan, Kuala Tanjung Kantor PLTA, Paritohan Kantor Penghubung, Jakarta Kantor Penghubung, Medan Berikut ini merupakan jumlah karyawan PT INALUM (Persero) per 31 Mei Tabel 2.2. Jumlah Karyawan PT INALUM (Persero) Lokasi Kerja Jumlah Kuala Tanjung Orang Paritohan 222 Orang Jakarta 16 Orang Medan 7 Orang Total Orang (Sumber : Pada PT INALUM (Persero) terdapat 3 shift pembagian jam kerja, yaitu: i. Shift 1 : Pukul WIB ii. Shift 2 : Pukul WIB iii. Shift 3 : Pukul WIB Penggunaan Energi Untuk mendukung kegiatan produksi maka suatu pabrik membutuhkan energi berupa tenaga listrik dimana PT INALUM (Persero) menggunakan energi yang dialirkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) milik PT INALUM (Persero). 17

27 PLTA PT INALUM (Persero) terdiri dari : i. Bendungan Pengatur Bendungan Pengatur berlokasi di desa Siruar yaitu sejauh 14,6 km dari Danau Toba. Bendungan ini digunakan untuk mengontrol tinggi permukaan serta aliran air yang keluar dari Danau Toba. Bendungan ini dibangun dengan tipe beton massa dengan panjang 7m dan tinggi 39 m. Gambar 2.7. Bendungan Pengatur (Regulating Dam) ii. Bendungan Penadah Air Sigura-gura Bendungan ini berlokasi di Simorea yang merupakan sumber air yang bersifat stabil yang digunakan untuk stasiun pembangkit listrik Siguragura. Bendungan ini menampung air yang akan digunakan di Stasiun pembangkit listrik Siguragura (Siguragura Power Station). Pembangkit listrik tersebut berada sejauh 200 m di dalam perut bumi. Terdapat 4 unit generator dengan total kapasitas tetap sebesar 203 MW. Di Indonesia, PLTA ini merupakan PLTA bawah tanah pertama. Tipe bendungan penadah air ini adalah beton massa dengan ketinggian 47 meter. 18

28 Gambar 2.8. Bendungan Penadah Air Siguragura iii. Bendungan Penadah Air Tangga Bendungan ini berlokasi di Tangga yaitu sebagai pembendung air yang sebelumnya sudah dipakai oleh PLTA Siguragura untuk digunakan kembali oleh PLTA Tangga. Adapun bendungan ini adalah bendungan busur yang pertama ada di Indonesia. Terdapat 4 unit Generator pada stasiun ini dengan total kapasitas tetap sebesar 223 MW. Tipe bendungan penadah air tangga ini adalah beton massa yang berbentuk busur dengan ketinggian 82 meter. Gambar 2.9. Bendungan Penadah Air Tangga iv. Stasiun Pembangkit Listrik Sigura-gura Stasiun pembangkit listrik ini terletak sejauh 200 m di dalam perut bumi. Memiliki 4 unit generator dengan kapasitas masing-masing sebesar 71,5 MW. Pembangkit Listrik ini adalah PLTA bawah tanah yang pertama ada di Indonesia. 19

29 v. Stasiun Pembangkit Listrik Tangga Air akan dialirkan ke bawah tanah dengan menggunakan sebuah terowongan yang memiliki panjang m. Pada stasiun ini ada 4 unit generator yang dipasang dengan kapasitas masing-masing adalah 79,2 MW yang diletakkan di atas permukaan tanah. vi. Jaringan Transmisi Tenaga listrik dari stasiun pembangkit lsitrik Siguragura dan Tangga akan dialirkan ke Kuala Tanjung dengan jaringan transmisi yang memiliki panjang 120 km dengan jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 KV. Kemudian listrik akan dialirkan melalui gardu induk Kuala Tanjung dengan tegangan yang diturunkan menjadi 33 KV. Dari situ selanjutnya disalurkan ke tiga gedung tungku reduksi dan gedung penunjang lainnya. Setiap gedung tungku reduksi terdapat 2 unit penyearah silikon dengan DC 37 KA dan 800 V. Adapun kelebihan dari tenaga listrik ini akan diserahkan kepada pemerintah yaitu melalui PLN yang akan didistribusikan kepada masyarakat. Gambar Menara Transmisi PT INALUM (Persero) Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan terkait dengan produksi dan penjualan serta sertifikasi dan penghargaan yang diperoleh oleh PT INALUM (Persero). a. Produksi dan Penjualan Setiap tahunnya PT INALUM (Persero) dapat memproduksi aluminum ingot hingga ton aluminium. Namun setelah karyawan melakukan perbaikan maka PT INALUM (Persero) dapat meningkatkan produksinya. Kapasitas produksi aluminium batangan pada PT INALUM (Persero) ini sangat bergantung 20

30 pada asupan listrik dari PLTA milik PT INALUM (Persero). Adapun PLTA tersebut sangat bergantung dengan ketersediaan sumber air di Danau Toba. PT INALUM (Persero) memiliki lebih dari 50 perusahaan pelanggan di seluruh Indonesia dan beberapa Negara. Kualitas aluminium yang dihasilkan PT INALUM (Persero) adalah 99.90%, dan 99.70%. Sebanyak 60% dari produk tersebut diekspor sedangkan 40% sisanya dipasarkan di dalam negeri. b. Sertifikasi atau Prestasi Perusahaan Sertifikat Internasional dan penghargaan yang telah diterima PT INALUM (Persero) antara lain: Quality Management System (QMS) PT INALUM (Persero) telah mendapatkan sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 dari SGS, Internasional dan memperoleh dua sertifikat, masingmasing: - No. AU98/1054 sejak Pebruari 1988 untuk PLTA. - No. : ID03/0239, sejak April 1988 untuk Pabrik Peleburan. Environment Management System (EMS) Dalam rangka turut melestarikan lingkungan, PT INALUM (Persero) telah mendapatkan sertifikat ISO tentang Sistem Managemen Lingkungan No. : GB02/55087 sejak April 2002 dari SGS Internasional. Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT INALUM (Persero) telah menerapkan Sistem Manajemen K3 dan Mendapatkan predikat Bendera Emas (Gold Flag) sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2005 & 2008 (Sertifikat No. : 00351/SE/2004 & No. : 00351/SE/2007 untuk PLTA dan Sertifikat No. : 00352/SE/2004 & No.: 00352/SE/2007 untuk Pabrik Peleburan) dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Proper PT INALUM (Persero) Proper PT INALUM (Persero) juga telah mendapatkan 3 (tiga) kali peringkat BIRU dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) yaitu pada tahun 2004, 2005 dan 2008 dari Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia. International Ship & Port Facility Security (ISPS) Code Untuk mendeteksi ancaman keamanan dan tindakan pencegahan di Pelabuhan, PT INALUM telah mendapatkan sertifikasi ISPS Code No. : 02/1060-DV tanggal 3 Juni 2005 dari Pemerintah Republik Indonesia. Syahwali Awards 21

31 Perusahaan juga menerima Syahwali Awards tentang Environmentally Friendly Businessman pada tanggal 13 Nopember 1992 dari Indonesian Environmental Management and Information Center (IEMIC) Kontribusi PT INALUM (Persero) PT INALUM (Persero) melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan hubungan baik dengan masyarakat di sekitarnya, seperti: a. Bidang Pendidikan PT INALUM (Persero) ingin meningkatkan kualitas pendidikan anak dengan melakukan beberapa hal seperti melakukan perbaikan gedunggedung sekolah, bantuan alat pendukung belajar, mobiler, dan membangun 1 unit sekolah yang bernama SMA Mitra. Dengan sarana dan prasarana yang dibangun ini diharapkan dapat mendukung masyarakat sekitar untuk dapat bersekolah. Gambar Sekolah PT INALUM (Persero) Selain itu, PT INALUM (Persero) juga memberikan bantuan komputer dan multimedia projector kepada universitas - universitas yang ada di Sumatera Utara. PT INALUM (Persero) juga memberikan bantuan pendidikan kepada guru dan siswa yang berprestasi, pelatihan guru, manajemen sekolah, dan beasiswa kepada guru-guru yang belum mempunyai akta IV. Perusahaan juga menerima siswa dan mahasiswa untuk melaksanakan kerja praktek atau on the job training dan riset di perusahaan. b. Bidang Pemberdayaan Masyarakat PT INALUM (Persero) sangat peduli dengan masyarakat sekitar dengan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan kepada masyarakat seperti sablon, menjahit, bordir, rias pengantin, bengkel, las, dan lain sebagainya. Perusahaan juga memberikan modal bergulir. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak lagi bergantung pada PT INALUM (Persero), melainkan 22

32 mereka dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dan menjadi lebih mandiri. Gambar Pemberdayaan Masyarakat oleh PT INALUM (Persero) c. Bidang Olahraga dan Kebudayaan PT INALUM (Persero) mengadakan kegiatan-kegiatan olah raga seperti Turnamen Sepak Bola, Turnamen Bola Volley, dan lain sebagainya. PT Inalum juga aktif menjadi sponsor dalam kegiatan Arung Jeram di Sungai Asahan, lomba mendayung di Danau Toba, Karate, dan lain sebagainya. Perusahaan juga berupaya untuk melestarikan budaya bangsa dengan mengadakan Festival Budaya setiap tahunnya. Perusahaan juga mengadakan Lomba Tari dan Pantun, dan pertunjukan budaya lainnya. d. Bidang Agama Dalam bidang agama, Perusahaan tidak hanya membantu memperbaiki mesjid dan gereja, namun juga fasilitas pendukung kedua rumah ibadah tersebut. Selain itu, Perusahaan juga melakukan kegiatan lain seperti Safari Ramadhan, bantuan Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Paskah, dan bentuk kegiatan lainnya. e. Fasilitas Umum Fasilitas umum yang telah dibangun PT INALUM (Persero) yang paling nyata dan sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar adalah Access Road (jalan penghubung) yang telah dibangun oleh PT Inalum di kedua Pabrik, Pabrik Peleburan Aluminium dan PLTA. Selain itu, perusahaan juga membangun jalan-jalan alternatif dan jembatan yang menghubungkan beberapa wilayah yang terisolir. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi di sekitar PT Inalum berkembang dengan pesat. Banyak bermunculan perusahaan - perusahaan lain dan usaha - usaha kerakyatan di sekitar perusahaan. 23

33 f. Bantuan Sosial Lainnya Perusahaan juga melakukan bentuk - bentuk kegiatan lainnya seperti dalam bidang Kepemudaan dan Organisasi Masyarakat, bantuan bencana alam, bantuan kegiatan, dan lain sebagainya hingga bantuan pasokan listrik ke Sistem Pembangkit Tenaga Listrik Sumatera Utara dengan sistem SWAP, pada saat terjadinya krisis listrik di Sumatera Utara. 24

34 BAB 3 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN 3.1. Proses Bisnis Unit Usaha Pada sub bab ini tidak menjelaskan semua proses bisnis yang ada di PT INALUM (Persero) secara keseluruhan melainkan hanya mencakup unit usaha atau seksi dimana penulis ditempatkan yaitu seksi Spare parts Warehouse (SWH). Spare parts Warehouse (SWH) merupakan bagian yang mengurusi persediaan spare part yang merupakan bahan pendukung untuk peralatan maupun mesin yang digunakan untuk proses produksi. Spare part warehouse mempunyai lebih dari jenis item. Proses maintenance berbagai peralatan dan mesin di PT INALUM (Persero) sangat bergantung pada ketersediaan produk pada seksi ini. Seksi SWH bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan spare parts pada seksi SSW (Smelter Service and Workshop) yaitu sebagai pemakai (user) dan seksi SPO (Smelter Procurement Operational) yaitu yang melakukan proses pembelian kepada vendor. Berikut ini akan ditunjukkan alur proses bisnis pengadaan dan aliran barang yang ada di seksi SWH. 25

35 Proses Bisnis Pengadaan dan Aliran Barang di Seksi SWH User (Seksi SSW) SPO SWH Vendor Mulai Membuat reservasi/cp/mo Melakukan analisa kebutuhan (MRP) di SAP Membuat referensi harga untuk HPS Melakukan proses penerbitan PR Menyetujui PR oleh Manajer Melakukan proses tender Mengevaluasi teknis penawaran Menerima spesifikasi yang ditawarkan pemasok untuk dievaluasi Sesuai spesifikasi? Y T Konfirmasi evaluasi teknis Terjadi PPA (Permohonan Penambahan Anggaran)? Konfirmasi PPA Balasan konfirmasi PPA Melakukan proses kontrak pengadaan (PO) Melakukan claim misdelivery Mengirimkan barang Menerima dan pelabelan barang di bagian reveiving Y Melakukan inspeksi barang Barang reject? T Penyimpanan barang ke gudang Phase Selesai Gambar 3.1. Aliran Barang pada Seksi SWH 26

36 3.2. Produk yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah aluminium batangan. Berat aluminium batangan adalah 22,7 kg per batang. Terdapat 2 jenis kualitas produk aluminium yang dihasilkan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) yaitu aluminium batangan dengan kemurnian 99,90% dan 99,70%. Aluminium batangan yang dihasilkan PT INALUM ini terdaftar pada London Metal Exchange (LME) sejak tanggal 23 September Standar Mutu Aluminium Batangan PT INALUM (Persero) mengacu pada JIS H2-102, 1968 (Reaffirmed 1974) dan Western, Aluminium Assosiation Designation and Chemical composition Limits for Unalloyed Aluminium of Aluminium Assosiation Inc., USA. a. Aluminium Ingot Aluminium ingot adalah produk utama dari PT INALUM (Persero) yaitu aluminium batangan dengan berat 22,7 kg per item. Berikut ini adalah komposisi unsur dan kandungan yang ada pada ingot tersebut. Tabel 3.1. Komposisi Unsur dan Kandungan Ingot (2015) No Grade Komposisi Kadar(%) Besi maks S1-A Silika maks 0.04 Tembaga maks 0.01 Aluminium min Besi maks S1-B Silika maks 0.04 Tembaga maks 0.01 Aluminium min Besi maks G1 Silika maks 0.1 Tembaga maks 0.01 Aluminium min

37 Gambar 3.2. Produk Aluminium Ingot b. Aluminium Alloy Aluminium alloy ini merupakan produk diversifikasi yang pertama kali dicetak dan dikirimkan pada tahun Produk ini memiliki panjang 0,7 m dengan berat 10 kg per item. Berikut ini adalah komposisi unsur dan kandungan yang ada pada alloy tersebut. Tabel 3.2. Komposisi Unsur dan Kandungan Alloy (JIS, A ) No Komposisi Kadar(%) 1 Besi maks Silika Magnesium Aluminium balance Gambar 3.3. Produk Aluminium Alloy c. Aluminium Billet Aluminium billet ini sama halnya dengan alloy yang merupakan produk diversifikasi yang pertama kali dicetak dan dikirimkan pada tahun Produk ini memiliki panjang 6 m dengan diameter ada yang 5, 6, 7, atau 8 28

38 inch dan berat 800 kg per item. Berikut ini adalah komposisi unsur dan kandungan yang ada pada billet tersebut. Tabel 3.3. Komposisi Unsur dan Kandungan Billet (JIS, A1 6063) No Komposisi Kadar (%) 1 Besi maks Silika Magnesium Mangan maks Tembaga maks Seng maks Krom maks Titanium maks 0.1 Gambar 3.4. Produk Aluminium Billet 3.3. Proses Produksi Dalam melangsungkan proses produksi di suatu Perusahaan tentunya sangat membutuhkan tenaga listrik berjumlah besar. Tenaga listrik yang digunakan untuk proses produksi di PT INALUM (Persero) berasal dari PLTA Siguragura dan Tangga yang merupakan kepemilikan PT INALUM (Persero). Adapun penggunaan tenaga listrik ini adalah dengan cara menyalurkan listrik melalui 271 unit jaringan transmisi dari Samosir menuju ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung. Pabrik peleburan aluminium yang berlokasi di Kuala Tanjung tersebut terdapat gardu induk yang berfungsi sebagai penyalur listrik ke bagian bagian gedung tempat proses produksi maupun gedung lainnya yang sebagai penunjang. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pada Perusahaan ini didapatkan dengan melakukan impor dari negara Jepang. Bahan baku yang 29

39 diimpor tersebut akan diterima dan dilakukan pembongkaran di Pelabuhan yang dimiliki PT INALUM (Persero). Setelah bahan baku dibongkar di pelabuhan, kemudian didistribusikan ke masing masing silo produksi dengan menggunakan belt conveyor. Bahan baku Alumina yang ada di silo tersebut kemudian disalurkan ke Dry Scrubber System untuk selanjutnya dilakukan reaksi dengan gas HF yang terdapat di tungku reduksi. Hasil dari reaksi alumina tersebut selanjutnya dibawa menuju Hopper Pot dengan menggunakan Anode Changing Crane (ACC) dan memasukkannya ke dalam tungku reduksi. Di setiap silo terdapat bahan baku kokas yang akan dicampurkan dengan butt atau puntung anoda yang kemudian akan dipanaskan terlebih dahulu dan digunakan pitch untuk merekatkan campuran material tersebut. Selanjutnya bahan campuran tersebut akan dicetak pada Shaking Machine menjadi berbentuk sebuah blok yang dinamakan dengan blok anoda mentah untuk dilakukan pemanggangan di Baking Furnace. Blok-blok anoda yang telah dipanggang kemudian akan dipasangi tangkai (anode assembly) di pabrik anode baking plant. Anoda tersebut kemudian akan dikirimkan ke pabrik reduction plant untuk keperluan proses elektrolisis alumina menjadi aluminium. Setelah 28 hari anoda diganti dan sisa-sisa anoda (butt) dibersihkan. Butt ini kemudian akan dihancurkan dan dimasukkan ke silo butt. Butt kemudian dipakai kembali (recycle) sebagai bahan pembuatan anoda bersama kokas dan pitch. Pada tungku reduksi akan terjadi proses elektrolisis alumina. Pada proses ini akan dihasilkan gas HF yang akan dialirkan ke dry scrubber system untuk bereaksi dengan alumina dan dibersihkan lalu dibuang melalui cerobong gas cleaning system. Aluminium cair (molten) yang dihasilkan pada tungku kemudian dibawa ke casting shop menggunakan Metal Transport Car (MTC). Di casting shop aluminium cair dimasukkan ke holding furnace, lalu dituang ke casting machine untuk dicetak menjadi Aluminium Ingot, Aluminium Billet, dan Aluminium Alloy. 30

40 Gambar 3.5. Proses Produksi PT INALUM (Persero) (Sumber: Data Bagian Produksi PT INALUM (Persero)) 3.4. Fasilitas Produksi Fasilitas dalam menunjang proses produksi aluminium terdiri dari 3 pabrik utama yaitu pabrik Karbon, pabrik Reduksi, dan pabrik Penuangan. i. Pabrik Karbon Bagian Pabrik Karbon memproduksi balok-balok anoda karbon. Balok - balok anoda karbon ini akan dipakai nantinya pada tungku-tungku reduksi. Pabrik ini terbagi atas 3 bagian yaitu : - Karbon Mentah - Pemanggang Anoda - Penangkaian Pada bagian Karbon Mentah, material kokas dan pitch keras dicampurkan dan dicetak menjadi berbentuk balok-balok anoda mentah. Selanjutnya balok balok tersebut dibawa ke bagian Pemanggang Anoda. Pada bagian ini terdapat 106 unit tungku panggang dengan tipe Riedhammer yang tertutup. Hal tersebut bertujuan agar blok dapat dipanggang hingga temperatur mencapai 1225ºC. Selanjutnya balok - balok anoda yang telah dipanggang tersebut dipindahkan ke bagian Penangkaian. Pada bagian ini balok anoda tersebut diberi tangkai yang akan berguna sebagai lintasan penghantar arus yang berasal dari dalam tungku 31

41 reduksi. Setelah diproses pada bagian tungku reduksi selanjutnya puntung balok tersebut dapat dipakai lagi untuk memproduksi balok karbon mentah. Gambar 3.6. Pabrik Karbon Gambar 3.7. Anoda Tongkat ii. Pabrik Reduksi Unit reduksi terdiri dari 3 gedung yang masing-masing dipasangi 170 tungku tipe anoda prapanggang (Prebaked Anode Furnace) dengan desain 170 KA dan saat ini telah dikembangkan menjadi 190 KA, dengan lisensi dari Sumitomo Aluminium Smelting Co. Ltd. Total kapasitas desain produksi adalah ton aluminium per tahun dari 510 tungku yang terpasang. Namun kapasitas produksi PT INALUM (Persero) telah dikembangkan menjadi ton per tahun. Pada tungku reduksi, bahan baku alumina (Al 2O 3) dilebur dengan proses elektrolisis menjadi cairan aluminium. 32

42 Gambar 3.8. Pabrik Reduksi Gambar 3.9. Tungku Reduksi iii. Pabrik Casting (Penuangan) Di pabrik penuangan aluminium cair dituangkan ke dalam Holding Furnace dengan kapasitas 30 ton. Aluminium cair ini kemudian dicetak ke dalam cetakan Casting Machine dengan kapasitas 12 ton/jam dan menghasilkan aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 lbs (± 22,7 kg). Prinsip dasar dari industri peleburan aluminium adalah reaksi elektrolisa. Dimana proses elektrolisa di dalam tungku dapat berlangsung dengan adanya materialmaterial yang digunakan untuk memproduksi aluminium. Adapun materialmaterial tersebut adalah: Alumina (Al 2O 3), anoda karbon (C), katoda, larutan bath yang terdiri atas kliorit (Na 3AlF 6), AlF 3, soda abu (Na 2CO 3), tegangan listrik, dsb. Material ini akan dimasukkan ke dalam tungku dengan temperatur operasi 945 o C 965 o C, dengan kuat arus normal sebesar 190 ka dan tegangan antara 4,20 4,30 V. 33

43 Gambar Pabrik Penuangan Gambar Tumpukan Ingot di Stock Yard 34

44 BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA 4.1. Lingkup Pekerjaan Dalam pelaksanaan kerja praktek di PT INALUM (Persero), penulis ditempatkan di Seksi Spare parts Warehouse (SWH). Seksi SWH termasuk ke dalam Departemen Logistik yang dibawahi oleh Direktorat Keuangan. Seksi SWH sendiri terbagi 2 yaitu berada di Inalum Smelter Plant (Kuala Tanjung) dan Inalum Power Plant (Paritohan). Penulis melaksanakan kerja praktek di SWH Inalum Smelter Plant. Selama melaksanakan kerja praktek penulis bekerja sama dengan Bapak Pra Femila Afredo sebagai pembimbing lapangan dan para Asisten Superintendent setiap sub seksi untuk memberikan penjelasan dan pelatihan kerja kepada penulis di setiap sub seksi yang ada di SWH. Selama dalam pelaksanaan kerja praktek, penulis mendapatkan tugas dalam hal manajemen sistem persediaan yang ada di seksi SWH yaitu mengevaluasi penetapan jumlah safety stock yang belum optimum sehingga mengakibatkan tingginya nilai inventori di gudang. Dalam mengerjakan tugas tersebut penulis bekerja secara team dengan rekan dari Universitas lain yaitu mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh November Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan Selama melaksanakan Kerja Praktek di PT INALUM (Persero), penulis diberikan tanggung jawab untuk dapat mengevaluasi safety stock agar jumlahnya optimum sehingga dapat meminimasi nilai inventori barang di gudang. Adapun wewenang penulis dalam melakukan pekerjaan ini adalah dapat memperoleh data yang dibutuhkan terkait dengan pekerjaan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Dari sub seksi yang ada di SWH, penulis berfokus di sub seksi pengendalian persediaan untuk mendapatkan perhitungan safety stock agar jumlahnya optimum sehingga dapat meminimasi nilai inventori barang di gudang. Berikut ini adalah langkah langkah yang dilakukan penulis dalam mengerjakan tugas tersebut. 35

45 Melakukan Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam perhitungan safety stock adalah data historis permintaan part dan data lead time. Data permintaan yang digunakan adalah data issuing setiap bulan selama satu tahun dari Juli 2016 sampai Juni Jenis spare part yang dipilih merupakan consumable item yang tergolong ke dalam mechanical part karena jenis item ini yang memiliki safety stock. Penulis melakukan batasan pada data yang akan diolah yaitu item yang memiliki reservasi selama minimum 4 bulan dalam 1 tahun. Kemudian diklasifikasikan menjadi 12 tipe item Menghitung Safety Stock Value Cost Aktual Perhitungan Safety stock Value Cost dilakukan untuk mengetahui nilai dari safety stock suatu item. Perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus sesuai dengan Working Instruction (WI) di SWH PT INALUM (Persero). Kemudian menyusun 3 skenario sebagai perbandingan hasil perhitungan yang memberikan nilai inventori terkecil saat dilakukan running model skenario Mengembangkan Model Solver Setelah dilakukan pengumpulan data, selanjutnya memasukkan model optimasi yang digunakan ke dalam tabel di Microsoft Excel untuk selanjutnya diselesaikan menggunakan Solver. Model optimasi akan diselesaikan dengan menggunakan Evolutionary Membandingkan Hasil Perhitungan Aktual dengan Perbaikan Dari running model pada Solver dan perhitungan safety stock kondisi aktual, didapatkan total inventory value, penghematan inventory balance, dan efisiensi dari item yang akan dibandingkan untuk dapat dipilih skenario terbaik yang akan direkomendasikan Melakukan Analisis dan Interpretasi Data Langkah terakhir adalah melakukan analisis dan interpretasi data untuk menjelaskan hasil dari pengolahan data yang dilakukan pada langkah sebelumnya. 36

46 4.4. Hasil Pekerjaan Selama melaksanakan Kerja Praktek di PT INALUM (Persero), penulis berfokus pada tugas yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut ini adalah hasil pekerjaan yang telah dilakukan penulis dari langkah langkah yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya. 37

47 Hasil Pengumpulan Data Berikut ini merupakan data permintaan (issuing) part yang didapatkan dari data transaksi issuing pada sistem SAP. Terdapat 74 part yang akan dianalisis. Tabel 4.1. Data Permintaan Spare part per Tanggal Juli 2016 Juni 2017 No. Nomor Material Deskripsi Material Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun BEARING,BALL,ANNULAR, Z-SKF BRG, BALL,ANNLR-6202 ZZ-NTN BEARING,BALL,ANNULAR, Z-C3-SKF BRG, BALL,ANNLR-6203 ZZ-NTN BEARING,BALL,ANNULAR, Z-C3-SKF BEARING,BALL,ANNULAR, Z-C3-SKF BRG, BALL,ANNLR-6205 LLB NR-NTN BRG, BALL,ANNLR-6205 ZZ-NTN BRG, BALL,ANNLR-6206 ZZ C3-NTN BRG, BALL,ANNLR-6206 ZZ-NTN BRG, BALL,ANNLR-6206 ZZ-NTN BRG, BALL,ANNLR-6210-NSK BRG, BALL,ANNLR-6211 NR-NTN BRG, BALL,ANNLR-6213-NTN BRG, BALL,ANNLR-6215-NTN BRG, BALL,ANNLR-6305-NTN BRG, BALL,ANNLR-6306 ZZ C3-NTN BEARING,BALL,ANNULAR, 6310-Z-SKF BEARING,BALL,ANNULAR, Z-C3-SKF BRG, BALL,TRST SKF BEARING,ROLLER,TAPERED, J2/Q-SKF BRG, RLLR,TPR J2-SKF BEARING,ROLLER,TAPERED, J2/Q-SKF BEARING,ROLLER, CC/W33-SKF BRG, SLV-DBB3220-DAIDO METAL BRG, SLV-R-ML7060-NTN CORK SHEET-600MM.WX900MM.LGX1.6MM.THK GASKET-1.5X100MMX30MR/RL-TAPE-NON ASB GASKET-D120/141X1MM-NON ASB-RND GASKET, PN.IX HITACHI

48 No. Nomor Material Deskripsi Material Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun O-RING-G30-F422-NOK O-RING-P24-A305-NOK O-RING-P39-A305-NOK SEAL,PLAIN-GLY 40F-RF905-SAKAGAMI SEAL,PLAIN-GY 250-RF905-SAKAGAMI SEAL,PLN,ECS-SB AB4399AO-NOK SEAL,PLN,ECS-SB AB3732EO-NOK SEAL,PLN,ECS-TB AD1563EO-NOK SEAL,PLAIN,ENCASED, TC F422-NOK SEAL,PLN,ECS-TC AE2864AO-NOK SEAL,PLN,ECS-TC AE3400AO-NOK SEAL,PLN,ECS-TC AE3842AO-NOK BELT, V-A 40-BANDO BELT, V-IN16038-HITACHI ROLLER, MH /2BF-HITACHI STRAINER ELMN-PT3/4-D64X164MM/D62X160MM STRAINER ELMN-PN.0253Z5044-DANFOSS FTTNG, LUBR-STR-DN.HC IN.39-CKD DISK,VALVE, D120X66MM-PN HITACHI SUCTION SIDE STP VALVE-PN.AS13046-DAIKIN VALVE, CHECK-BPR 803D-Q48-SAGINOMIYA BATTERY, STRG-N120-12V-GS COMPRSSR-PN.JT100B-UYE-P IN FREON, LQD GAS-R134A-13.62KG GAUGE,PRESSURE, D-0~5MPA-D60MM-TOYOKEIKI PIN, SPRING-D5X45MM-SK5M-DBL FACE CHFR RING,WIPER, DN.HC IN.13-BC6-CKD RING,WIPER-DN.HD IN.20-SPL-CKD RUBBER SHT-3.2X1000X1000MM-FPM-ANY MAKER SHAFT,STRAIGHT, PN IN.65-HITACHI SPROCKET WHEEL, PN HITACHI SPROCKET WHEEL, PN HITACHI BF-LINK CHAIN-PN.83981A-F/.HOIST-HITACHI CHAIN,RLR-RS60-230LK-TSUBAKI CHAIN,RLR-RS60-35LK-TSUBAKI RING, LANTERN-DN.AAB-I IN.28-INL RING, LANTERN-DN.AAB-I IN.12-INL ROLLER, MH-DN.APR-E IN.2-INALUM SEAT, VALVE-D125/103X12 MM-TEFLON

49 No. Nomor Material Deskripsi Material Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun SEAT, VALVE-D156/193.8X18MM-PTFE FLAP, INNER TUBE, PNT-20IN-RUBBER INNER TUBE, PV LONG VALVE TIRE, PNEUMTC PR-BS TIRE, PNEUMTC PR-V-LUG-BS Sumber: Data Inventory Control SWH PT INALUM (Persero) Data lead time dari setiap part didapatkan dari perhitungan tanggal penerimaan barang dikurangi dengan tanggal purchase order. Berikut ini adalah data tanggal purchase order dan tanggal penerimaan barang. Tabel 4.2. Data Purchase Requisition dan Purchase Order dari Juli 2016 Juni 2017 Purchase Requisition Material Short Text Purchase Order Quantity Ordered Purchase Order Date Requisition Date Receiving Date BEARING, BALL, ANNULAR Z-SKF /1/2017 8/26/2016 4/28/ BEARING, BALL, ANNULAR-6202 ZZ /19/2016 2/11/2016 9/30/ BEARING, BALL, ANNULAR-6202 ZZ /24/2016 4/1/2016 4/8/ BEARING, BALL, ANNULAR ZZ-NTN /25/2016 5/4/ /27/ BEARING, BALL, ANNULAR Z/C /23/2016 3/4/2016 9/30/ BEARING, BALL, ANNULAR Z/C3-SKF /30/ /7/2016 6/9/ BEARING, BALL, ANNULAR ZZ /25/2016 4/1/ /18/ BEARING, BALL, ANNULAR Z-SKF /1/2017 8/26/2016 4/28/ BEARING, BALL, ANNULAR Z C /24/2016 3/4/2016 4/12/ BEARING, BALL, ANNULAR Z C3-SKF /26/2016 5/4/ /21/ BEARING, BALL, ANNULAR Z-C3-SKF /30/ /8/2016 6/23/ BEARING, BALL, ANNULAR Z C /25/2016 3/4/ /18/ BEARING, BALL, ANNULAR Z-C3-SKF /30/ /8/2016 6/23/ BEARING, BALL, ANNULAR-6205 LLB NR /19/2016 2/11/ /27/ BEARING, BALL, ANNULAR LLB NR-NTN /25/2016 7/18/ /27/ BEARING, BALL, ANNULAR Z-SKF /5/2017 8/3/2016 4/8/

50 Purchase Requisition Material Short Text Purchase Order Quantity Ordered Purchase Order Date Requisition Date Receiving Date BEARING, BALL, ANNULAR Z-SKF /30/ /8/2016 6/23/ BEARING, BALL, ANNULAR /21/2017 2/29/2016 3/6/ BEARING, BALL, ANNULAR /19/2016 3/4/ /27/ BEARING, BALL, ANNULAR NTN /25/2016 5/4/ /27/ BEARING, BALL, ANNULAR-6206 ZZ C /19/2016 2/11/ /27/ BEARING, BALL, ANNULAR ZZ C3-NTN /25/2016 5/4/ /27/ BEARING, BALL, ANNULAR ZZ-C3-NTN /30/ /8/2016 6/9/ BEARING, BALL, ANNULAR ZZ-C3-NTN /13/ /24/2016 5/16/ BEARING, BALL, ANNULAR-6206 ZZ /13/2016 3/4/2016 8/31/ BEARING, BALL, ANNULAR ZZ-NTN /25/2016 7/18/ /27/ BEARING, BALL, ANNULAR ZZ-NTN /5/2017 8/3/2016 3/30/2017 Sumber: Data Inventory Control SWH PT INALUM (Persero) 41

51 Berdasarkan data permintaan tiap bulan dan rekap lead time tiap part yang telah didapatkan, selanjutnya melakukan perhitungan rata-rata dan standar deviasi demand dan lead time dengan mengasumsikan data berdistribusi normal. No. Tabel 4.3. Rekap Data Permintaan dan Lead Time untuk Setiap Part Nomor Material Deskripsi Material Avg D Stdev D BEARING,BALL,ANNULAR, Z-SKF 1,75 2,67 8,05 2, BRG, BALL,ANNLR-6202 ZZ-NTN 5,75 8,06 8,55 3, BEARING,BALL,ANNULAR, Z-C3- SKF 2,75 3,11 6,97 0, BRG, BALL,ANNLR-6203 ZZ-NTN 2,00 2,52 7,32 1, BEARING,BALL,ANNULAR, Z-C3- SKF 3,33 2,46 9,45 3, BEARING,BALL,ANNULAR, Z-C3- SKF 10,75 9,81 7,48 0, BRG, BALL,ANNLR-6205 LLB NR-NTN 2,00 1,71 5,92 3, BRG, BALL,ANNLR-6205 ZZ-NTN 5,58 6,68 7,81 0, BRG, BALL,ANNLR-6206 ZZ C3-NTN 4,08 4,12 6,50 1, BRG, BALL,ANNLR-6206 ZZ-NTN 1,50 2,84 6,02 1, BRG, BALL,ANNLR-6206 ZZ-NTN 1,92 1,78 6,48 1, BRG, BALL,ANNLR-6210-NSK 3,25 2,70 9,22 4, BRG, BALL,ANNLR-6211 NR-NTN 1,25 1,29 10,32 3, BRG, BALL,ANNLR-6213-NTN 1,42 1,16 8,84 3, BRG, BALL,ANNLR-6215-NTN 1,33 0,89 5,85 0, BRG, BALL,ANNLR-6305-NTN 13,08 11,06 7,04 5, BRG, BALL,ANNLR-6306 ZZ C3-NTN 5,17 1,95 6,21 2, BEARING,BALL,ANNULAR, 6310-Z-SKF 4,50 4,83 10,16 6, BEARING,BALL,ANNULAR, Z-C3-19 1,83 1,90 6,08 1,72 SKF BRG, BALL,TRST SKF 30,58 53,32 10,34 7, BEARING,ROLLER,TAPERED, ,92 8,36 9,83 4,88 J2/Q-SKF BRG, RLLR,TPR J2-SKF 2,33 3,06 5,13 2, BEARING,ROLLER,TAPERED, ,17 14,00 11,25 2,75 J2/Q-SKF BEARING,ROLLER, CC/W33-SKF 2,00 2,83 5,92 2, BRG, SLV-DBB3220-DAIDO METAL 3,50 5,05 9,99 3, BRG, SLV-R-ML7060-NTN 20,00 30,79 9,76 4, CORK SHEET- 600MM.WX900MM.LGX1.6MM.THK GASKET-1.5X100MMX30MR/RL-TAPE- NON ASB Avg LT Stdev LT 3,67 6,61 11,01 3,32 2,17 1,34 9,67 3, GASKET-D120/141X1MM-NON ASB-RND 3,50 5,05 8,48 2, GASKET, PN.IX HITACHI 6,75 9,32 12,07 1, O-RING-G30-F422-NOK 101,4 2 97,28 11,13 4, O-RING-P24-A305-NOK 4,67 5,85 10,88 3, O-RING-P39-A305-NOK 1,75 2,53 14,70 3, SEAL,PLAIN-GLY 40F-RF905-SAKAGAMI 36,17 36,13 9,90 4, SEAL,PLAIN-GY 250-RF905-SAKAGAMI 57,83 93,12 8,14 2, SEAL,PLN,ECS-SB AB4399AO- NOK 1,33 1,44 10,11 1, SEAL,PLN,ECS-SB AB3732EO- NOK 2,83 6,89 8,52 2,92 42

52 No. Nomor Material Deskripsi Material Avg D Stdev D SEAL,PLN,ECS-TB AD1563EO- NOK 17,83 27,86 8,86 0, SEAL,PLAIN,ENCASED, TC F422-NOK 12,08 28,49 8,32 2, SEAL,PLN,ECS-TC AE2864AO- NOK 2,83 7,15 9,44 3, SEAL,PLN,ECS-TC AE3400AO- NOK 1,17 1,34 7,30 2, SEAL,PLN,ECS-TC AE3842AO- NOK 2,17 1,11 8,78 1, BELT, V-A 40-BANDO 1,08 0,90 5,98 4, BELT, V-IN16038-HITACHI 1,08 1,16 4,80 2, ROLLER, MH /2BF-HITACHI 1,08 0,90 7,56 3, STRAINER ELMN-PT3/4- D64X164MM/D62X160MM 1,17 0,58 14,27 3, STRAINER ELMN-PN.0253Z5044- DANFOSS 2,83 2,21 5,92 2, FTTNG, LUBR-STR-DN.HC IN.39- CKD 17,50 32,45 7,76 2, DISK,VALVE, D120X66MM-PN HITACHI 3,75 4,45 12,62 3, SUCTION SIDE STP VALVE-PN.AS DAIKIN 1,17 1,47 8,26 7, VALVE, CHECK-BPR 803D-Q48- SAGINOMIYA 1,33 1,61 6,20 2, BATTERY, STRG-N120-12V-GS 2,50 4,96 8,07 1, COMPRSSR-PN.JT100B-UYE-P IN.2 1,42 2,64 8,76 9, FREON, LQD GAS-R134A-13.62KG 3,42 3,12 11,10 5, GAUGE,PRESSURE, D-0~5MPA-D60MM- TOYOKEIKI 2,92 3,18 9,87 5, PIN, SPRING-D5X45MM-SK5M-DBL FACE CHFR 7,50 9,77 8,30 0, RING,WIPER, DN.HC IN.13-BC6- CKD 46,42 42,57 10,60 2, RING,WIPER-DN.HD IN.20-SPL- CKD 15,83 13,71 10,60 2, RUBBER SHT-3.2X1000X1000MM-FPM- ANY MAKER 1,92 2,43 8,02 1, SHAFT,STRAIGHT, PN IN.65- HITACHI 1,75 1,96 9,96 6, SPROCKET WHEEL, PN HITACHI 2,08 1,62 10,75 2, SPROCKET WHEEL, PN HITACHI 1,33 0,78 9,39 3, BF-LINK CHAIN-PN.83981A-F/.HOIST- 63 1,58 1,73 9,50 1,81 HITACHI CHAIN,RLR-RS60-230LK-TSUBAKI 1,33 2,02 12,66 3, CHAIN,RLR-RS60-35LK-TSUBAKI 1,58 2,78 5,65 2, RING, LANTERN-DN.AAB-I IN.28- INL 1,50 2,02 7,50 3, RING, LANTERN-DN.AAB-I IN.12- INL 1,50 2,02 7,33 3, ROLLER, MH-DN.APR-E IN.2- INALUM 9,75 7,20 8,19 2, SEAT, VALVE-D125/103X12 MM-TEFLON 2,33 1,15 7,94 4, SEAT, VALVE-D156/193.8X18MM-PTFE 6,83 8,63 9,39 5, FLAP, INNER TUBE, PNT-20IN-RUBBER 3,25 3,11 7,62 3, INNER TUBE, PV LONG VALVE 8,42 6,50 9,29 2, TIRE, PNEUMTC PR-BS 3,42 4,93 6,19 0, TIRE, PNEUMTC PR-V-LUG-BS 3,17 4,73 6,64 1,02 Sumber: Data Inventory Control SWH PT INALUM (Persero) Avg LT Stdev LT 43

53 Dalam perhitungan model matematis diperlukan klasifikasi ABC atau critical code sebagai minimum service level (MSLi) dan inventory value per satuan item untuk menghitung fungsi tujuan dari model. Sedangkan safety stock aktual digunakan untuk membandingkan inventory cost aktual dan perbaikan. Berikut merupakan data variabel yang digunakan di dalam model optimasi. No. Nomor Material Tabel 4.4. Data Variabel tiap Spare part Critical Code Safety stock ROP Max Stock Level Inventory Value (USD) A , A , A , A , B , A , C , C , C , A , A , B , A , C , C , C , A , A , C , A , B , A , A , A , B , B , B , A , B , A , A , A , A , A , A , B , B , A , A ,140 44

54 No. Nomor Material Critical Code Safety stock ROP Max Stock Level Inventory Value (USD) A , A , A , C , A , B , B , B , A , B , C , A , C , B , A , A , A , A , A , B , B , B , B , A , B , C , B , B , B , B , B , B , B , C , A ,309 Sumber: Data Inventory Control PT INALUM (Persero) 45

55 Hasil Perhitungan Safety stock Value Cost Aktual Sesuai dengan Working Instruction (WI) di SWH PT INALUM (Persero), nilai safety stock didapatkan dari rumus berikut. Dengan: Li : Rata-rata permintaan Item dalam setahun : Lead Time : Demand selama lead time z : standardize score = 1.65 (Target Service Level = 95%) (4.1) Perhitungan total nilai safety stock dengan target service level 95% total perkalian antara nilai inventory dikali safety stock tiap item. Berikut merupakan perhitungan total safety stock value untuk 74 part. Tabel 4.5. Perhitungan Safety Stock Cost Aktual No. Nomor Material µi Li Safety Stock Inventory Value (USD) Safety stock Value (USD) ,75 8,05 7 0,228 1, ,75 8, ,406 4, ,75 6,97 8 0,570 4, ,00 7,32 7 0,598 4, ,33 9, ,700 7, ,75 7, ,180 17, ,00 5,92 6 1,300 7, ,58 7, ,519 16, ,08 6,50 9 1,539 13, ,50 6,02 5 1,903 9, ,92 6,48 6 2,251 13, ,25 9, ,331 23, ,25 10,32 6 2,450 14, ,42 8,84 6 2,470 14, ,33 5,85 5 2,820 14, ,75 8, ,842 45, ,33 7, ,984 29, ,83 9, ,000 36, ,25 7,62 6 3,169 19, ,42 9, , , ,42 6, ,412 61, ,17 6,64 6 4,844 29, ,75 8, ,955 94, ,75 8,55 6 5,120 30, ,75 6, ,038 60, ,00 7, , , ,33 9, , , ,75 7, ,206 81, ,00 5, ,090 99, ,58 7, , , ,08 6, , , ,50 6, , , ,92 6, , , ,25 9, , , ,25 10, , ,560 46

56 No. Nomor Material µi Li Safety Stock Inventory Value (USD) Safety stock Value (USD) ,42 8, , , ,33 5, , , ,75 8, , , ,33 7, , , ,83 9, , , ,25 7, , , ,42 9, , , ,42 6, , , ,17 6, , , ,75 8, , , ,75 8, , , ,75 6, , , ,00 7, , , ,33 9, , , ,75 7, , , ,00 5, , , ,58 7, , , ,08 6, , , ,50 6, , , ,92 6, , , ,25 9, , , ,25 10, , , ,42 8, , , ,33 5, , , ,75 8, , , ,33 7, , , ,83 9, , , ,25 7, , , ,42 9, , , ,42 6, , , ,17 6, , , ,75 8, , , ,75 8, , , ,75 6, , , ,00 7, , , ,33 9, , , ,75 7, , , ,00 5, , , ,58 7, , ,471 TOTAL ,005 Sumber: Data Inventory Control SWH PT INALUM (Persero) Dari perhitungan pada tabel tersebut, didapatkan total safety stock value untuk 74 part di dalam Gudang sebesar ,003 USD Pengembangan Model Solver Sebelum melakukan running model menggunakan Solver pada Microsoft Excel, ditetapkan minimum service level berdasarkan klasifikasi ABC. Minimum service level tiap item tersebut didasarkan pada kebutuhan setiap klasifikasi bahwa item A maksimum terjadi peluang 5% stockout, item B berpeluang 15% stockout, dan item C berpeluang 25% stockout. Berikut merupakan tabel minimum service level setiap klasifikasi. 47

57 Tabel 4.6. Minimum Service Level setiap Klasifikasi Critical Minimum Type 1 Service Level Code Part A 95% B 85% C 75% Sumber: Pengolahan Data Penulis Setelah dilakukan pengumpulan data, model optimasi dapat dimasukkan ke dalam tabel di Microsoft Excel untuk selanjutnya diselesaikan menggunakan Solver. Adapun model optimasi mengikuti rumus perhitungan berikut ini. (4.2) Notasi dan perhitungan variabel dari model adalah sebagai berikut. i = {1...N}; set part dari 1 sampai N. ci = biaya penyimpanan untuk part i. µi = rata-rata permintaan part i, untuk satu periode µltdi = rata-rata permintaan part i selama lead time σi = standar deviasi permintaan pada part i σltdi = standar deviasi permintaan pada part i selama lead time µtotal = rata-rata total permintaan untuk semua part dari 1 sampai N Li = rata-rata lead time dari part i LSi = standar deviasi dari lead time untuk part i Di = permintaan untuk part i, selama lead time Li. zi = standardized score untuk part i MSLi = Minimum type 1 service level untuk setiap individu spare part i. SLi = Type 1 service level untuk part I aktual yang berkaitan dengan zi. 48

58 Berikut merupakan tampilan dari data yang akan dilakukan penyelesaian menggunakan Solver. Gambar 4.1. Tampilan Model Penyelesaian dengan Solver Sumber: Pengolahan Data Penulis Variabel keputusan model tersebut terletak pada kolom I (kolom zi). Sementara pada kolom P merupakan target service level yang didapatkan dari perhitungan model berdasarkan variabel keputusan zi dan kolom U merupakan Aggregate Service Level yang didapatkan dari perhitungan model. Fungsi tujuan dari model tersebut adalah untuk meminimasi total safety stock value cost pada cell L77. Model tersebut akan diselesaikan menggunakan Evolutionary. Evolutionary digunakan karena terdapat non linearity pada model yang terletak pada perhitungan cumulative distribution (Φ(zi)) atau dengan Excel menggunakan formula =NORM.S.DIST(). Nilai zi diberi batas bawah sebesar 0 (Service Level = 50%) dan batas atas bernilai 4 (Service Level = 100%). Berikut merupakan fungsi tujuan, variabel keputusan, dan konstrain di dalam Solver yang bersesuaian dengan model yang telah dikembangkan sebelumnya. 49

59 Gambar 4.2. Model Dalam Solver yang Dikembangkan Sumber: Pengolahan Data Penulis Evolutionary sendiri memiliki beberapa parameter dalam proses penyelesaiannya, seperti mutation rate, konvergen, dan populasi. Sementara itu model diberikan Batasan waktu yaitu maksimum waktu tanpa improvement selama 3600 detik atau 1 jam. Berikut merupakan nilai-nilai dari parameter yang digunakan dalam model evolutionary yang digunakan. 50

60 Gambar 4.3. Nilai Parameter dalam Model Sumber: Pengolahan Data Penulis Model Evolutionary tersebut dikembangkan dengan tiga skenario. Skenario tersebut terletak pada perbedaan penggunaan rumus safety stock yang melihat pada rumus aktual di SWH, rumus yang memperhatikan fluktuasi demand, dan rumus yang memperhatikan fluktuasi lead time. Berikut merupakan tabel skenario yang akan digunakan dalam penyelesaian model matematis. Tabel 4.7. Skenario Penyelesaian Model Skenario Kategori Rumus Safety stock Skenario 1 Berdasarkan Working Instruction SWH PT INALUM Skenario 2 Memperhatikan adanya fluktuasi demand Safety stock = z x x σi Skenario 3 Memperhatikan adanya fluktuasi lead time Safety stock = z x Lsi x Sumber: Pengolahan Data Penulis 51

61 Dengan keterangan notasi sebagai berikut, = Rata-rata permintaan Item i dalam setahun σi Li Lsi z = Standard Deviasi permintaan pada item i = Lead Time pada item i = Standard Deviasi lead time pada item i = Demand selama lead time untuk item i = standardize score untuk service level i. Hasil Running Model Skenario 1 Setelah dibangun model dalam Solver dan penetapan nilai-nilai dalam parameter, model di-solve selama waktu yang ditentukan untuk mencari total nilai safety stock yang minimum dengan mencapai konstrain service level. Hasil metode Evolutionary Algorithm pada Solver tidak selalu menunjukkan hasil global optimal, tetapi didapatkan hasil satisfied solution. Berikut merupakan hasil running pada Solver untuk Skenario 1. 52

62 Tabel 4.8. Hasil Running Model Skenario 1 Material Critical Safety Demand No. µi Li ci zi σiltd Ci Φ(zi) MSLi Number Code Stock Act A 1,75 8,05 0,228 3,083 3, ,740 99,90% 95% 1, A 5,75 8,55 0,406 3,308 7, ,736 99,95% 95% 5, A 2,75 6,97 0,570 1,990 4, ,127 97,67% 95% 2, A 2,00 7,32 0,598 2,189 3, ,386 98,57% 95% 1, B 3,33 9,45 0,700 2,325 5, ,805 99,00% 85% 3, A 10,75 7,48 1,180 3,222 8, ,220 99,94% 95% 10, C 2,00 5,92 1,300 2,414 3, ,697 99,21% 75% 1, C 5,58 7,81 1,519 1,776 6, ,232 96,22% 75% 5, C 4,08 6,50 1,539 2,682 5, ,549 99,63% 75% 4, A 1,50 6,02 1,903 1,695 3, ,415 95,50% 95% 1, A 1,92 6,48 2,251 2,241 3, ,007 98,75% 95% 1, B 3,25 9,22 2,331 1,637 5, ,982 94,92% 85% 3, A 1,25 10,32 2,450 2,096 3, ,600 98,20% 95% 1, C 1,42 8,84 2,470 2,140 3, ,758 98,38% 75% 1, C 1,33 5,85 2,820 1,972 2, ,920 97,57% 75% 1, C 13,08 7,04 2,842 2,062 9, ,843 98,04% 75% 12, A 5,17 6,21 2,984 2,006 5, ,805 97,76% 95% 5, A 4,50 10,16 3,000 1,902 6, ,000 97,14% 95% 4, C 1,83 6,08 3,169 2,107 3, ,351 98,24% 75% 1, A 30,58 10,34 3,860 2,018 17, ,960 97,82% 95% 29, B 6,92 9,83 4,412 1,376 8, ,943 91,57% 85% 6, A 2,33 5,13 4,844 2,005 3, ,911 97,75% 95% 2, A 11,17 11,25 4,955 1,841 11, ,045 96,72% 95% 10, A 2,00 5,92 5,120 2,082 3, ,960 98,14% 95% 1, B 3,50 9,99 6,038 1,563 5, ,378 94,10% 85% 3, B 20,00 9,76 8,663 1,561 13, ,578 94,07% 85% 18,815 53

63 Material Critical Safety Demand No. µi Li ci zi σiltd Ci Φ(zi) MSLi Number Code Stock Act B 3,67 11,01 10,147 1,392 6, ,321 91,80% 85% 3, A 2,17 9,67 10,206 1,946 4, ,857 97,42% 95% 2, B 3,50 8,48 11,090 1,283 5, ,632 90,02% 85% 3, A 6,75 12,07 11,710 1,845 9, ,070 96,75% 95% 6, A 101,42 11,13 12,604 1,797 33, ,815 96,38% 95% 97, A 4,67 10,88 14,033 2,063 7, ,495 98,05% 95% 4, A 1,75 14,70 14,910 1,724 5, ,190 95,76% 95% 1, A 36,17 9,90 15,580 1,717 18, ,140 95,70% 95% 34, A 57,83 8,14 17,460 1,704 21, ,020 95,58% 95% 55, B 1,33 10,11 19,380 1,557 3, ,280 94,03% 85% 1, B 2,83 8,52 23,060 1,172 4, ,360 87,93% 85% 2, A 17,83 8,86 29,634 1,659 12, ,304 95,14% 95% 16, A 12,08 8,32 32,140 1,666 10, ,380 95,21% 95% 11, A 2,83 9,44 33,280 1,665 5, ,520 95,20% 95% 2, A 1,17 7,30 36,280 1,928 2, ,679 97,31% 95% 1, A 2,17 8,78 38,577 1,831 4, ,614 96,64% 95% 2, C 1,08 5,98 40,116 0,917 2, ,349 82,04% 75% 0, A 1,08 4,80 41,280 1,695 2, ,120 95,50% 95% 1, B 1,08 7,56 48,914 1,043 2, ,742 85,15% 85% 0, B 1,17 14,27 49,542 1,177 4, ,710 88,04% 85% 1, B 2,83 5,92 51,644 1,439 4, ,863 92,50% 85% 2, A 17,50 7,76 57,659 1,677 11, ,182 95,33% 95% 16, B 3,75 12,62 70,377 1,142 6, ,020 87,33% 85% 3, C 1,17 8,26 72,923 0,927 3, ,768 82,31% 75% 0, A 1,33 6,20 73,970 2,028 2, ,820 97,87% 95% 1, C 2,50 8,07 89,180 0,862 4, ,720 80,57% 75% 2, B 1,42 8,76 100,170 1,365 3, ,850 91,38% 85% 1, A 3,42 11,10 105,725 1,766 6, ,975 96,13% 95% 3,284 54

64 Material Critical Safety Demand No. µi Li ci zi σiltd Ci Φ(zi) MSLi Number Code Stock Act A 2,92 9,87 111,140 1,674 5, ,260 95,29% 95% 2, A 7,50 8,30 111,141 1,647 7, ,836 95,02% 95% 7, A 46,42 10,60 119,880 1,658 22, ,560 95,14% 95% 44, A 15,83 10,60 139,051 1,681 12, ,117 95,36% 95% 15, B 1,92 8,02 146,173 1,268 3, ,863 89,76% 85% 1, B 1,75 9,96 163,258 1,164 4, ,291 87,78% 85% 1, B 2,08 10,75 165,178 1,214 4, ,067 88,77% 85% 1, B 1,33 9,39 212,240 1,105 3, ,960 86,55% 85% 1, A 1,58 9,50 234,960 1,776 3, ,720 96,21% 95% 1, B 1,33 12,66 248,710 1,129 4, ,550 87,05% 85% 1, C 1,58 5,65 262,400 0,873 2, ,200 80,86% 75% 1, B 1,50 7,50 262,640 1,123 3, ,560 86,92% 85% 1, B 1,50 7,33 279,606 1,064 3, ,425 85,62% 85% 1, B 9,75 8,19 340,850 1,114 8, ,500 86,73% 85% 8, B 2,33 7,94 469,110 1,160 4, ,550 87,71% 85% 2, B 6,83 9,39 602,140 1,101 8, ,260 86,46% 85% 5, B 3,25 7, ,202 1,169 4, ,214 87,89% 85% 2, B 8,42 9, ,480 1,077 8, ,800 85,93% 85% 7, C 3,42 6, ,360 0,849 4, ,442 80,21% 75% 2, A 3,17 6, ,309 1,679 4, ,471 95,34% 95% 3,019 µtot 570,67 Total Cost ,390 Weighted Demand 542,142 Sumber: Pengolahan Data Penulis Dari data running tersebut, didapatkan nilai ASL sebesar dari target ASL sebesar 95%. 55

65 Dari hasil tersebut dapat dilakukan beberapa replikasi untuk mencari hasil fungsi tujuan yang lebih optimum. Berikut merupakan rekapan data dari 3 kali replikasi dalam penyelesaian model. Tabel 4.9. Hasil Replikasi Model Skenario 1 Replikasi Total Inventory Value Waktu ASL (USD) (detik) ,0498 0, ,3924 0, ,3899 0, Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan hasil 3 replikasi tersebut didapatkan nilai inventory minimum sebesar ,3899 USD dengan Aggregate Service Level 95,0015% selama 1 jam waktu penyelesaian. 56

66 ii. Hasil Running Model Skenario 2 Berikut merupakan hasil running Solver untuk perhitungan safety stock dengan mempertimbangkan adanya fluktuasi demand. Tabel Hasil Running Model Skenario 2 No. Material Number Critical Code σi Li ci zi σiltd Safety Stock Ci Φ(zi) MSLi Mi/Mtot Weighted Type 1 SL A 2,67 8,05 0,228 1,914 7, ,425 97,22% 95% 0, , , A 8,06 8,55 0,406 2,533 23, ,339 99,43% 95% 0, , , A 3,11 6,97 0,570 2,235 8, ,824 98,73% 95% 0, , , A 2,52 7,32 0,598 2,443 6, ,173 99,27% 95% 0, , , B 2,46 9,45 0,700 1,840 7, ,805 96,71% 85% 0, , , A 9,81 7,48 1,180 2,191 26, ,620 98,58% 95% 0, , , C 1,71 5,92 1,300 1,745 4, ,397 95,95% 75% 0, , , C 6,68 7,81 1,519 1,691 18, ,619 95,46% 75% 0, , , C 4,12 6,50 1,539 2,327 10, ,481 99,00% 75% 0, , , A 2,84 6,02 1,903 2,119 6, ,538 98,30% 95% 0, , , A 1,78 6,48 2,251 2,340 4, ,760 99,04% 95% 0, , , B 2,70 9,22 2,331 1,916 8, ,301 97,23% 85% 0, , , A 1,29 10,32 2,450 2,990 4, ,850 99,86% 95% 0, , , C 1,16 8,84 2,470 1,793 3, ,288 96,35% 75% 0, , , C 0,89 5,85 2,820 2,451 2, ,920 99,29% 75% 0, , , C 11,06 7,04 2,842 2,742 29, ,215 99,69% 75% 0, , , A 1,95 6,21 2,984 1,832 4, ,854 96,65% 95% 0, , , A 4,83 10,16 3,000 2,460 15, ,000 99,30% 95% 0, , , C 1,90 6,08 3,169 2,015 4, ,689 97,81% 75% 0, , , A 53,32 10,34 3,860 1, , ,000 95,99% 95% 0, , , B 8,36 9,83 4,412 1,690 26, ,536 95,45% 85% 0, , , A 3,06 5,13 4,844 2,072 6, ,667 98,09% 95% 0, , ,289 Demand Act 57

67 No. Material Number Critical Code σi Li ci zi σiltd Safety Stock Ci Φ(zi) MSLi Mi/Mtot Weighted Type 1 SL A 14,00 11,25 4,955 1,756 46, ,227 96,05% 95% 0, , , A 2,83 5,92 5,120 3,533 6, ,000 99,98% 95% 0, , , B 5,05 9,99 6,038 2,683 15, ,624 99,64% 85% 0, , , B 30,79 9,76 8,663 1,444 96, ,105 92,57% 85% 0, , , B 6,61 11,01 10,147 1,735 21, ,724 95,87% 85% 0, , , A 1,34 9,67 10,206 1,768 4, ,650 96,14% 95% 0, , , B 5,05 8,48 11,090 1,391 14, ,896 91,79% 85% 0, , , A 9,32 12,07 11,710 2,408 32, ,380 99,20% 95% 0, , , A 97,28 11,13 12,604 1, , ,492 95,06% 95% 0, , , A 5,85 10,88 14,033 2,246 19, ,453 98,76% 95% 0, , , A 2,53 14,70 14,910 1,995 9, ,200 97,70% 95% 0, , , A 36,13 9,90 15,580 1, , ,840 95,93% 95% 0, , , A 93,12 8,14 17,460 1, , ,400 95,08% 95% 0, , , B 1,44 10,11 19,380 1,974 4, ,800 97,58% 85% 0, , , B 6,89 8,52 23,060 2,090 20, ,520 98,17% 85% 0, , , A 27,86 8,86 29,634 1,645 82, ,791 95,00% 95% 0, , , A 28,49 8,32 32,140 1,655 82, ,040 95,10% 95% 0, , , A 7,15 9,44 33,280 1,847 21, ,480 96,77% 95% 0, , , A 1,34 7,30 36,280 1,879 3, ,959 96,99% 95% 0, , , A 1,11 8,78 38,577 1,798 3, ,461 96,39% 95% 0, , , C 0,90 5,98 40,116 2,382 2, ,699 99,14% 75% 0, , , A 1,16 4,80 41,280 1,964 2, ,680 97,52% 95% 0, , , B 0,90 7,56 48,914 2,011 2, ,570 97,79% 85% 0, , , B 0,58 14,27 49,542 1,968 2, ,710 97,55% 85% 0, , , B 2,21 5,92 51,644 1,819 5, ,439 96,56% 85% 0, , , A 32,45 7,76 57,659 1,649 90, ,861 95,04% 95% 0, , , B 4,45 12,62 70,377 1,303 15, ,927 90,38% 85% 0, , , C 1,47 8,26 72,923 1,922 4, ,305 97,27% 75% 0, , ,135 Demand Act 58

68 No. Material Number Critical Code σi Li ci zi σiltd Safety Stock Ci Φ(zi) MSLi Mi/Mtot Weighted Type 1 SL A 1,61 6,20 73,970 1,842 4, ,760 96,73% 95% 0, , , C 4,96 8,07 89,180 1,296 14, ,420 90,25% 75% 0, , , B 2,64 8,76 100,170 1,229 7, ,700 89,04% 85% 0, , , A 3,12 11,10 105,725 2,118 10, ,950 98,29% 95% 0, , , A 3,18 9,87 111,140 1,758 9, ,520 96,06% 95% 0, , , A 9,77 8,30 111,141 1,679 28, ,778 95,34% 95% 0, , , A 42,57 10,60 119,880 1, , ,520 95,06% 95% 0, , , A 13,71 10,60 139,051 1,656 44, ,759 95,12% 95% 0, , , B 2,43 8,02 146,173 1,853 6, ,243 96,81% 85% 0, , , B 1,96 9,96 163,258 1,111 6, ,807 86,68% 85% 0, , , B 1,62 10,75 165,178 1,321 5, ,423 90,68% 85% 0, , , B 0,78 9,39 212,240 2,027 2, ,200 97,87% 85% 0, , , A 1,73 9,50 234,960 1,872 5, ,600 96,94% 95% 0, , , B 2,02 12,66 248,710 1,277 7, ,100 89,93% 85% 0, , , C 2,78 5,65 262,400 0,894 6, ,400 81,43% 75% 0, , , B 2,02 7,50 262,640 1,387 5, ,120 91,73% 85% 0, , , B 2,02 7,33 279,606 1,796 5, ,062 96,37% 85% 0, , , B 7,20 8,19 340,850 1,063 20, ,700 85,62% 85% 0, , , B 1,15 7,94 469,110 1,228 3, ,440 89,04% 85% 0, , , B 8,63 9,39 602,140 1,058 26, ,920 85,50% 85% 0, , , B 3,11 7, ,202 1,041 8, ,821 85,10% 85% 0, , , B 6,50 9, ,480 1,051 19, ,080 85,34% 85% 0, , , C 4,93 6, ,360 0,733 12, ,244 76,84% 75% 0, , , A 4,73 6, ,309 1,645 12, ,487 95,00% 95% 0, , ,008 Total ,585 Weighted Demand 542,144 Cost Sumber: Pengolahan Data Penulis Demand Act 59

69 Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai dari ASL sebesar 0, dengan target ASL 95%. Dari hasil tersebut dapat dilakukan beberapa replikasi untuk mencari hasil fungsi tujuan yang lebih optimum. Berikut merupakan rekapan data dari 3 kali replikasi dalam penyelesaian model. Tabel Hasil Replikasi Model Skenario 2 Replikasi Total Inventory Value (USD) ASL Waktu (detik) ,5851 0, ,0197 0, ,4575 0, Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan hasil 3 replikasi tersebut didapatkan nilai inventory minimum sebesar USD dengan Aggregate Service Level % selama 1 jam waktu running model untuk skenario 2. 60

70 iii. Hasil Running Model Skenario 3 Berikut merupakan hasil running Solver untuk perhitungan safety stock dengan mempertimbangkan adanya fluktuasi pada lead time. No. Material Number Critical Code Tabel Hasil Running Model Skenario 3 µi Lsi ci zi σiltd Safety Stock Ci Φ(zi) MSLi Mi/Mtot Weighted Type 1 SL A 1,75 2,84 0,228 3,216 4, ,653 99,94% 95% 0, , , A 5,75 3,32 0,406 3,037 19, ,528 99,88% 95% 0, , , A 2,75 0,09 0,570 3,741 0, ,570 99,99% 95% 0, , , A 2,00 1,05 0,598 3,336 2, ,189 99,96% 95% 0, , , B 3,33 3,32 0,700 2,797 11, ,711 99,74% 85% 0, , , A 10,75 0,02 1,180 3,968 0, , ,00% 95% 0, , , C 2,00 3,67 1,300 2,584 7, ,693 99,51% 75% 0, , , C 5,58 0,49 1,519 3,288 2, ,674 99,95% 75% 0, , , C 4,08 1,64 1,539 2,832 6, ,246 99,77% 75% 0, , , A 1,50 1,97 1,903 2,703 2, ,220 99,66% 95% 0, , , A 1,92 1,39 2,251 2,611 2, ,756 99,55% 95% 0, , , B 3,25 4,25 2,331 2,382 13, ,932 99,14% 85% 0, , , A 1,25 3,58 2,450 2,455 4, ,950 99,30% 95% 0, , , C 1,42 3,23 2,470 2,381 4, ,167 99,14% 75% 0, , , C 1,33 0,09 2,820 3,903 0, , ,00% 75% 0, , , C 13,08 5,60 2,842 2,062 73, ,167 98,04% 75% 0, , , A 5,17 2,49 2,984 2,540 12, ,463 99,45% 95% 0, , , A 4,50 6,60 3,000 2,085 29, ,000 98,15% 95% 0, , , C 1,83 1,72 3,169 2,502 3, ,351 99,38% 75% 0, , , A 30,58 7,51 3,860 1, , ,880 96,22% 95% 0, , , B 6,92 4,88 4,412 1,925 33, ,774 97,29% 85% 0, , , A 2,33 2,26 4,844 2,270 5, ,133 98,84% 95% 0, , , A 11,17 2,75 4,955 2,145 30, ,000 98,40% 95% 0, , ,988 Demand Act 61

71 No. Material Number Critical Code µi Lsi ci zi σiltd Safety Stock Ci Φ(zi) MSLi Mi/Mtot Weighted Type 1 SL A 2,00 2,43 5,120 2,049 4, ,200 97,98% 95% 0, , , B 3,50 3,16 6,038 1,981 11, ,831 97,62% 85% 0, , , B 20,00 4,79 8,663 1,514 95, ,081 93,50% 85% 0, , , B 3,67 3,32 10,147 1,641 12, ,935 94,96% 85% 0, , , A 2,17 3,11 10,206 1,752 6, ,476 96,01% 95% 0, , , B 3,50 2,84 11,090 1,863 9, ,715 96,88% 85% 0, , , A 6,75 1,58 11,710 1,902 10, ,910 97,14% 95% 0, , , A 101,42 4,53 12,604 1, , ,735 95,43% 95% 0, , , A 4,67 3,30 14,033 1,740 15, ,892 95,91% 95% 0, , , A 1,75 3,83 14,910 1,770 6, ,920 96,16% 95% 0, , , A 36,17 4,65 15,580 1, , ,240 95,04% 95% 0, , , A 57,83 2,36 17,460 1, , ,500 95,05% 95% 0, , , B 1,33 1,00 19,380 2,218 1, ,140 98,67% 85% 0, , , B 2,83 2,92 23,060 1,439 8, ,720 92,49% 85% 0, , , A 17,83 0,77 29,634 1,866 13, ,471 96,90% 95% 0, , , A 12,08 2,88 32,140 1,658 34, ,120 95,14% 95% 0, , , A 2,83 3,07 33,280 1,703 8, ,200 95,57% 95% 0, , , A 1,17 2,70 36,280 1,733 3, ,679 95,85% 95% 0, , , A 2,17 1,44 38,577 1,889 3, ,461 97,05% 95% 0, , , C 1,08 4,84 40,116 0,946 5, ,582 82,79% 75% 0, , , A 1,08 2,19 41,280 2,054 2, ,400 98,00% 95% 0, , , B 1,08 3,09 48,914 1,426 3, ,570 92,31% 85% 0, , , B 1,17 3,78 49,542 1,300 4, ,252 90,31% 85% 0, , , B 2,83 2,80 51,644 1,233 7, ,439 89,12% 85% 0, , , A 17,50 2,79 57,659 1,660 48, ,385 95,15% 95% 0, , , B 3,75 3,55 70,377 1,117 13, ,662 86,81% 85% 0, , , C 1,17 7,04 72,923 0,723 8, ,537 76,51% 75% 0, , , A 1,33 2,86 73,970 2,092 3, ,760 98,18% 95% 0, , ,309 Demand Act 62

72 No. Material Number Critical Code µi Lsi ci zi σiltd Safety Stock Ci Φ(zi) MSLi Mi/Mtot Weighted Type 1 SL C 2,50 1,17 89,180 1,009 2, ,540 84,36% 75% 0, , , B 1,42 9,28 100,170 1,057 13, ,380 85,47% 85% 0, , , A 3,42 5,14 105,725 1,649 17, ,024 95,04% 95% 0, , , A 2,92 5,56 111,140 1,662 16, ,780 95,18% 95% 0, , , A 7,50 0,53 111,141 1,968 4, ,130 97,55% 95% 0, , , A 46,42 2,49 119,880 1, , ,200 95,00% 95% 0, , , A 15,83 2,49 139,051 1,647 39, ,301 95,02% 95% 0, , , B 1,92 1,95 146,173 1,217 3, ,863 88,82% 85% 0, , , B 1,75 6,74 163,258 1,129 11, ,615 87,05% 85% 0, , , B 2,08 2,28 165,178 1,052 4, ,889 85,35% 85% 0, , , B 1,33 3,36 212,240 1,110 4, ,200 86,65% 85% 0, , , A 1,58 1,81 234,960 1,735 2, ,800 95,86% 95% 0, , , B 1,33 3,56 248,710 1,263 4, ,260 89,67% 85% 0, , , C 1,58 2,38 262,400 0,795 3, ,200 78,67% 75% 0, , , B 1,50 3,30 262,640 1,211 4, ,840 88,70% 85% 0, , , B 1,50 3,53 279,606 1,132 5, ,637 87,12% 85% 0, , , B 9,75 2,86 340,850 1,037 27, ,650 85,02% 85% 0, , , B 2,33 4,39 469,110 1,070 10, ,210 85,78% 85% 0, , , B 6,83 5,09 602,140 1,063 34, ,180 85,62% 85% 0, , , B 3,25 3, ,202 1,087 10, ,428 86,14% 85% 0, , , B 8,42 2, ,480 1,049 24, ,480 85,29% 85% 0, , , C 3,42 0, ,360 1,212 1, ,721 88,72% 75% 0, , , A 3,17 1, ,309 1,841 3, ,853 96,72% 95% 0, , ,063 Total µtot 570, ,052 Weighted Demand 542,139 Cost Demand Act Sumber: Pengolahan Data Penulis 63

73 Dari hasil running tersebut didapatkan nilai ASL sebesar dari target service level 95%. Dari hasil tersebut dapat dilakukan beberapa replikasi untuk mencari hasil fungsi tujuan yang lebih optimum. Berikut merupakan rekapan data dari 3 kali replikasi dalam penyelesaian model. Replikasi Tabel Hasil Replikasi Model Skenario 3 Total Inventory Value (USD) ASL Waktu (detik) ,3 0, ,8 0, ,1 0, Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan hasil 3 replikasi tersebut didapatkan nilai inventory minimum sebesar USD dengan Aggregate Service Level 95,0009% selama 1 jam waktu running model untuk skenario Perbandingan Hasil Perhitungan Aktual dan Perbaikan Dari running model pada Solver dan perhitungan kondisi aktual, didapatkan total inventory value, penghematan inventory balance, dan efisiensi untuk 74 item. Penghematan biaya merupakan selisih dari safety stock value kondisi aktual dan hasil dari running model, kemudian dihitung tingkat efisiensi dari safety stock yang direkomendasikan. Berikut merupakan nilai safety stock dari setiap material berdasarkan beberapa skenario dan hasil running model. Tabel Perbandingan Safety Stock Aktual dan Skenario Perbaikan. Material Number Critical Code Perhitungan Aktual Skenario 1 Skenario 2 Skenario A A A A B A C C C A A B A C C C A

74 Material Number Critical Code Perhitungan Aktual Skenario 1 Skenario 2 Skenario A C A B A A A B B B A B A A A A A A B B A A A A A C A B B B A B C A C B A A A A A B B B B A B C B B B B B B B C A Total Rata-rata 11,54 11,76 49,99 45,73 Sumber: Pengolahan Data Penulis 65

75 Berikut merupakan hasil perhitungan dari safety stock value di perusahaan dengan safety stock value dari hasil Solver. Tabel Perbandingan Inventory Value Aktual dan Skenario Perbaikan Skenario Inventory Value Saving (USD) Kondisi Aktual $ ,01 Tingkat Efisiensi Skenario 1 $ ,39 $41.208,62 24,18% Skenario 2 $ ,59 -$ ,58-101,03% Skenario 3 $ ,05 -$80.910,05-47,48% Sumber: Pengolahan Data Penulis Jika setiap item dicoba menggunakan target service level yang sama sebesar 95% (zi = 1,65) untuk setiap item dengan rumus safety stock yang berbeda sesuai dengan skenario yang dibuat, maka didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel Perbandingan Nilai Inventory Target Service Level 95% dan Skenario Hasil Solver Inventory Value Target Service Level 95% tiap item Adjustment Service Level Saving (USD) Tingkat Efisiensi Skenario 1 $ ,01 $ ,39 $41.208,62 24,18% Skenario 2 $ ,85 $ ,59 $94.661,26 21,65% Skenario 3 $ ,72 $ ,05 $84.378,66 25,14% Sumber: Pengolahan Data Penulis Dari tabel tersebut penghematan biaya yang didapatkan untuk skenario 1 sebesar 24,18%, skenario 2 sebesar 21,65%, sedangkan skenario 3 sebesar 25,14% Analisis dan Interpretasi Data Pada sub bab berikut ini akan ditampilkan analisis dan interpretasi data berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan penulis. a. Analisis Hasil Running Skenario 1 Dalam skenario 1 adalah skenario perhitungan dengan menggunakan rumus safety stock yang ada pada Working Instruction (WI) di PT INALUM (Persero). Semua item pada data yang diolah diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepentingan (criticallity) item tersebut. Item dengan criticallity A adalah item dengan tingkat kepentingan yang tinggi. Berikut ini merupakan grafik scatter plot 66

76 item A yang menunjukkan hubungan antara besarnya target service level terhadap inventory value berdasarkan hasil running Solver Microsoft Excel. Gambar 4.4. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Item A Skenario 1 Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan grafik di atas, maka dapat diketahui persebaran target service level untuk setiap part. Adapun dari yang telah disebutkan bahwa tujuan dari simulasi yang dilakukan adalah untuk minimasi cost dengan constraint service level. Item dengan harga yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat service level yang rendah dan sebaliknya dengan item berharga rendah akan memiliki tingkat service level yang cenderung lebih tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan inventory value sesuai tujuan yang ingindicapai namun tetap sesuai dengan Minimum Service Level keseluruhan item A (MSL = 95%). Sebagai contoh pada nomor material dengan nilai inventori terendah yaitu sebesar 2,74 USD memiliki Service Level 99,90%, sedangkan pada nomor material dengan nilai inventori tertinggi sebesar ,471 USD memiliki service level 95.34%. Minimum service level pada item A adalah sebesar 95% sehingga terdapat beberapa adjustment terhadap tingkat service level agar semua item tersebut dapat memenuhi batas minimal service level yang ditetapkan. Sedangkan kenaikan service level diatas nilai MSLi dilakukan untuk menjaga agar keseluruhan item dapat memenuhi target Aggregate Service Level 95%. Item B merupakan item dengan tingkat kepentingan yang lebih rendah dibandingkan dengan item A. Item tipe B memiliki tingkat service level minimal 67

77 sebesar 85%. Berikut merupakan grafik yang menunjukka persebaran scatter plot untuk item tipe B. Gambar 4.5. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Item B Skenario 1 Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa item dengan harga yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat service level yang mendekati batas minimal. Item dengan harga yang rendah akan cenderung memiliki tingkat service level yang lebih tinggi. Item dengan harga yang tinggi akan memiliki tingkat service level yang mendekati MSLi item B. Terdapat beberapa adjustment pada item dengan harga yang rendah dengan menaikkan service level item tersebut untuk memenuhi target ASL 95%. Misalnya saja pada nomor material dengan nilai inventory 9,805 USD memiliki service level sebesar 99.0%, sedangkan pada material dengan nilai inventory ,8 USD memiliki service level sebesar 85,93%. Item C merupakan item dengan tingkat kepentingan yang paling rendah dibandingkan dengan item A dan B. Hal tersebut karena item C tidak terlalu berpengaruh besar terhadap jalannya sistem bisnis perusahaan jika terjadi stockout. Item tipe C memiliki tingkat service level minimal sebesar 75%. Berikut merupakan grafik yang menunjukkan persebaran scatter plot untuk item tipe C. 68

78 Gambar 4.6. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Item C Skenario 1 Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa item dengan harga yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat service level yang mendekati batas minimal. Item dengan harga yang rendah akan cenderung memiliki tingkat service level yang lebih tinggi. Item dengan harga yang tinggi akan memiliki tingkat service level yang mendekati MSLi item C. Misalnya pada nomor material yang memiliki nilai inventory terendah yaitu sebesar 11,697 USD mendapatkan Service Level 99,21%, sedangkan nomor material yang memiliki nilai inventory tertinggi sebesar ,442 USD mendapatkan service level 80,21%. Terdapat beberapa adjustment pada item dengan harga yang rendah dengan menaikkan service level item tersebut untuk memenuhi target ASL 95%. Berikut merupakan grafik scatter plot yang menunjukkan tingkat service level terhadap inventory cost untuk keseluruhan item: 69

79 Gambar 4.7. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Total Item Skenario 1 Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui persebaran service level untuk keseluruhan item. Target minimal ASL adalah sebesar 95%, sehingga item A, B dan C memiliki penyesuaian terhadap tingkat service level agar dapat meminimalkan cost dengan tetap memperhatikan tingkat MSLi tiap item. Item dengan harga yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat service level yang rendah. Sedangkan item dengan harga rendah akan memiliki tingkat service level yang cenderung lebih tinggi. Berikut merupakan rekapitulasi jumlah item dengan persebaran service level tiap 2.5%. Gambar 4.8. Jumlah Part tiap Service level Skenario 1 Sumber: Pengolahan Data Penulis 70

80 Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui jika terdapat 44 part yang mencapai target service level 95%. Sementara 30 part lainnya tidak mencapai target service level keseluruhan. Hal ini terjadi karena terdapat klasifikasi ABC, yang mana item B dan item C diperbolehkan berada dibawah target service level 95%, untuk mencapai fungsi tujuan dengan meminimasi nilai inventory di Gudang. Aggregate Service Level yang dicapai oleh penyelesaian model adalah 95,0015% dengan total nilai inventory pada safety stock mencapai ,3899 USD. b. Analisis Hasil Running Skenario 2 Pada Skenario 2, yaitu dengan merubah rumus safety stock dengan mempertimbangkan fluktuasi demand didapatkan scatter diagram tiap material sebagai berikut. Gambar 4.9. Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Total Item Skenario 2 Sumber: Pengolahan Data Penulis Seperti halnya pada skenario 1, untuk setiap kategori item berdasarkan critical code menunjukkan pola yang sama. Semakin tinggi nilai inventory dari suatu item maka akan memiliki service level yang rendah sesuai dengan minimum service level setiap material. Pada kategori A, nomor material yang memiliki nilai inventory tertinggi sebesar ,487 USD mendapatkan service level yang mendekati minimum service level untuk kategori A sebesar 95.00%. Pada kategori B, material dengan nilai inventory ,080 USD 71

81 memiliki service level sebesar 85.34%. Sedangkan pada kategori C, nomor material yang memiliki nilai inventory tertinggi sebesar ,244 USD mendapatkan service level 76.84%. Berikut merupakan rekapitulasi jumlah item dengan persebaran service level tiap 2.5%. Gambar Jumlah Part tiap Service level Skenario 2 Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan Skenario 2, terdapat 58 item yang memenuhi service level 95%, sementara 16 lainnya berada dibawah 95% untuk meminimasi nilai inventory. Aggregate Service Level yang dicapai oleh penyelesaian model adalah 95,0019% dengan total nilai inventory pada safety stock mencapai ,585 USD. c. Analisis Hasil Running Skenario 3 Skenario 3 merupakan skenario dengan merubah rumus safety stock dengan mempertimbangkan adanya fluktuasi atau ketidakpastian pada lead time. Berikut merupakan scatter diagram untuk melihat pola antara nilai inventory dan service level setiap item. 72

82 Gambar Perbandingan Service level dengan Inventory Cost Total Item Skenario 3 Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan grafik tersebut, terbentuk pola yang cenderung sama dari skenario 1 maupun skenario 2 untuk setiap kategori item. Semakin tinggi nilai inventory dari suatu item maka akan memiliki service level yang rendah sesuai dengan minimum service level setiap material. Pada kategori A, nomor material yang memiliki nilai inventory tertinggi sebesar ,853 USD mendapatkan service level yang mendekati minimum service level untuk kategori A sebesar 96,72%. Pada kategori B, material dengan nilai inventory ,480 USD memiliki service level sebesar 85,29%. Sedangkan pada kategori C, nomor material yang memiliki nilai inventory tertinggi sebesar 60.40,721 USD mendapatkan service level 88,72%. Tetapi pada scatter plot juga terlihat beberapa item yang memiliki cost rendah tetapi memiliki service level yang juga rendah. Hal ini terjadi karena pada algoritma genetic dibentuk variabel keputusan secara random bergantung pada hasil crossover dan mutasi.berikut merupakan rekapitulasi jumlah item dengan persebaran service level tiap 2.5%. 73

83 Gambar Jumlah Part tiap Service level Skenario 3 Sumber: Pengolahan Data Penulis Berdasarkan grafik Gambar 5.12 tersebut, terdapat 49 item yang memenuhi service level 95%, sementara 21 lainnya berada dibawah 95% untuk meminimasi nilai inventory. Aggregate Service Level yang dicapai oleh penyelesaian model adalah 95,00093% dengan total nilai inventory pada safety stock mencapai ,052 USD. d. Analisis Perbandingan Safety stock Aktual dan Perbaikan Perbedaan ketiga Skenario terletak pada penggunaan rumus safety stock yang menyebabkan perbedaan jumlah safety stock setiap item. Berikut merupakan grafik perbandingan jumlah safety stock setiap 74 item berdasarkan Tabel

84 Gambar Perbandingan Safety Stock Tiap Item Sumber: Pengolahan Data Penulis Untuk memudahkan analisa data, berikut ditampilkan 20 material pertama mengenai perbedaan jumlah safety stock. Gambar Perbandingan Safety Stock 20 Item Sumber: Pengolahan Data Penulis Pada grafik terlihat bahwa adanya perbedaan safety stock dari setiap skenario dan setiap item. Perbandingan antara perhitungan aktual dan skenario 1 75

85 berbeda-beda setiap material. Misalnya pada material ke-1, jumlah safety stock perhitungan aktual lebih kecil daripada hasil running Skenario 1. Sedangkan pada material ke-12 terjadi sebaliknya. Hal ini terjadi karena model optimasi yang digunakan mencoba meminimasi nilai inventory, sehingga jika material tersebut memiliki cost yang tinggi maka model akan mencoba memperkecil jumlah safety stock agar meminimasi total nilai inventory balance. Pada Skenario 2, dihasilkan jumlah safety stock yang lebih besar dari pada perhitungan aktual maupun Skenario 1. Hal ini terjadi karena pada Skenario 2 mempertimbangkan adanya fluktuasi demand dengan melihat standard deviasi demand dan lead time. Dengan hasil safety stock yang memiliki jumlah yang berbeda secara signifikan, menunjukkan bahwa adanya fluktuasi demand mempengaruhi besarnya safety stock bahkan jika dilihat dari rata-rata safety stock tiap item lebih dari 4 kali lipat safety stock aktual. Sama halnya dengan Skenario 2, Skenario 3 menghasilkan jumlah safety stock yang lebih besar dari perhitungan aktual dan Skenario 1. Perbedaan yang signifikan tersebut terjadi karena pada Skenario 3 memperhatikan adanya fluktuasi atau ketidakpastian pada lead time. Tetapi ada beberapa item yang memiliki jumlah safety stock lebih kecil seperti pada material ke 3, 6, dan 15. Hal tersebut terjadi karena standard deviasi lead time pada material tersebut sangatlah kecil dan dapat dikatakan mendekati konstan. Sehingga hanya dibutuhkan safety stock dalam jumlah sedikit. e. Analisis Perbandingan Nilai Inventory Aktual dan Perbaikan Fungsi tujuan dari model adalah untuk meminimasi total nilai inventory pada keseluruhan part. Berikut merupakan perbandingan total nilai inventory dari setiap skenario berdasarkan pengolahan data pada Tabel

86 Gambar Perbandingan Inventory Value Antar Skenario Sumber: Pengolahan Data Penulis Hasil model optimasi pada Skenario 1 menunjukkan bahwa terdapat pengurangan inventory balance di Gudang sebesar ,62 USD untuk 74 part dari perhitungan aktual. Dengan hasil tersebut maka dapat diketahui model memberikan tingkat efisiensi sebesar 24.18%. Pada Skenario 2, terjadi peningkatan nilai inventory sebesar %, atau senilai ,58 USD. Kenaikan inventory ini terjadi karena safety stock yang dihitung didasarkan pada adanya fluktuasi demand yang ditunjukkan dengan standard deviasi demand. Sehingga jika setiap item memiliki standard deviasi demand yang besar, maka jumlah safety stock-nya akan semakin besar dan menyebabkan nilai inventory yang semakin tinggi. Data tersebut juga menunjukkan bahwa standard deviasi dari demand mempengaruhi besarnya safety stock, karena pada dasarnya kebutuhan part tiap bulan tidaklah konstan. Pada Skenario 3, inventory balance meningkat 47.48% dari perhitungan aktual perusahaan, yaitu senilai ,05 USD. Hal tersebut terjadi karena jumlah safety stock memperhatikan adanya lead time yang fluktuatif. Semakin tinggi fluktuasi lead time maka akan dibutuhkan jumlah safety stock yang lebih banyak. Selain itu, juga dilakukan perbandingan antara penggunaan target service level 95% untuk setiap item dan adjustment target service level untuk setiap item untuk mengetahui berapa persen efisiensi yang didapatkan oleh model optimasi 77

87 yang dibangun. Berikut merupakan grafik yang menunjukkan perbedaan perbandingan service level tersebut sesuai pada Tabel Gambar Perbandingan Target Service Level dengan Adjustment Sumber: Pengolahan Data Penulis Pada skenario 1 menghasilkan penghematan biaya sebesar ,62 USD atau 24,18% dari total nilai inventory dengan target service level 95%. Begitu pula dengan Skenario 2 yang menurun sebesar 21,65% atau senilai ,26 USD. Sedangkan Skenario 3 mengalami penghematan biaya sebesar 25,14% atau senilai ,66 USD. Hal ini menunjukkan dengan dilakukannya adjustment service level untuk setiap part sesuai dengan cost-nya, maka dapat mengurangi besarnya inventory balance dari safety stock di Gudang. Penyesuaian service level tersebut dilakukan dengan menaikturunkan service level setiap part tetapi dengan tetap menjaga keseluruhan item mencapai target aggregate service level mencapai 95%. 78

88 BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil keseluruhan isi laporan Kerja Praktek yang telah dilakukan penulis selama 30 hari kerja di PT INALUM (Persero) adalah sebagai berikut. 1. PT INALUM (Persero) adalah sebuah pabrik peleburan Aluminium yang memiliki 55 seksi dan salah satunya adalah seksi Smelter Spare part Warehouse (SWH). Seksi SWH bertanggung jawab dalam pengelolaan spare part yang ada di PT INALUM (Persero). 2. Lingkup pekerjaan yang dilakukan penulis selama Kerja Praktek adalah manajemen sistem persediaan spare part di gudang SWH. 3. Tugas yang dikerjakan adalah melakukan perhitungan jumlah safety stock yang optimum dan penyesuaian service level untuk dapat meminimasi nilai inventori consumable part di gudang. 4. Dalam perhitungan dibangkitkan 3 skenario yaitu perhitungan safety stock berdasarkan rumus pada working instruction, berdasarkan fluktuasi demand, dan berdasarkan fluktuasi lead time. Diperoleh hasil bahwa skenario 1 akan menghasilkan nilai safety stock yang lebih rendah. 5. Penyesuaian service level dapat menghasilkan perubahan biaya dimana pada skenario 1 mampu mengefisiensi biaya sebesar 24,18% Saran Saran yang dapat diberikan kepada PT INALUM (Persero) khususnya pada seksi SWH adalah sebagai berikut. 1. Perhitungan safety stock pada comsumable part perlu dilakukan evaluasi dengan memperhatikan fluktuasi demand dan lead time serta dilakukan pembaharuan secara periodik untuk menghindari terjadinya overstock ataupun stockout. 2. Pada setiap klasifikasi kritis ABC spare part, diperlukan penetapan besar konsekuensi jika terjadi stockout sehingga dapat menentukan besarnya minimum service level tiap part. 79

89 DAFTAR PUSTAKA Bahagia, S. N. (2006). Sistem Inventori. Bandung: ITB. Dobler, D. W. (1990). Purchasing and Materials Management: Text and Series. UK: Mcgraw Hill College. Ishak, A. (2010). Manajemen Operasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Lewis, M. R. (2017, July). WikiHow. Retrieved from How to Calculate Safety Stock: Rangkuti, F. (2004). Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: Erlangga. Ristono, A. (2008). Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Roger, S. (2000). Pengambilan Keputusan dalam Suatu Fungsi Operasi. Jakarta: Erlangga. Shivsharan, C. T. (2014). Optimizing the Safety Stock Inventory Cost Under Target Service Level Constraints. University of Massachusetts Journal. Silver, E. A. (1970). Inventory and Production Management in Supply Chains. Florida: CRC Press. Suyanto. (2005). Algoritma Genetik dan Matlab. Yogyakarta: Andi. 80

90 81

BAB II GAMBARAN UMUM PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM. A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Indonesia Asahan Aluminium

BAB II GAMBARAN UMUM PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM. A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Indonesia Asahan Aluminium BAB II GAMBARAN UMUM PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Indonesia Asahan Aluminium Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. mengadakan studi kelayakan proyek, dan tahun 1939 perusahaan Belanda, MEWA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. mengadakan studi kelayakan proyek, dan tahun 1939 perusahaan Belanda, MEWA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Sungai Asahan merupakan satu-satunya sungai yang mengalir dari Danau Toba dan memiliki potensi yang besar sebagai penghasil listrik tenaga air. Gagasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena bahan baku sangat menentukan mutu produk aluminium itu sendiri. Sebaik apapun proses

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN DENGAN METODE CDS (CAMPBELL, DUDEK & SMITH)DAN METODE PALMER PADA BAGIAN CASTING SHOP DI PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM)

PENJADWALAN MESIN DENGAN METODE CDS (CAMPBELL, DUDEK & SMITH)DAN METODE PALMER PADA BAGIAN CASTING SHOP DI PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM) PENJADWALAN MESIN DENGAN METODE CDS (CAMPBELL, DUDEK & SMITH)DAN METODE PALMER PADA BAGIAN CASTING SHOP DI PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM) KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar Negara. Isu kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang memproduksi aluminium batangan terletak di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten

Lebih terperinci

aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis.

aluminium dari kebanyakan bahan itu masih belum ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Alumunium adalah logam yang terbanyak didunia. Logam ini merupakan bagian dari pada kerak bumi. Namun proses untuk mendapatkan aluminium dari kebanyakan bahan itu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015 MODIFIKASI ALAT DISTRIBUSI ALUMINA MENGGUNAKAN PIPA UNTUK MENGANTISIPASI CLAMB ANODA OVERHEAT PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) DRAFT TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Garindo Mira Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor Mekanikal dan Elektrikal. Perusahaan ini didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di propinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Optimasi Produksi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu

Lebih terperinci

Sistem Pengadaan. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

Sistem Pengadaan. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Sistem Pengadaan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Landasan Hukum Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara

Lebih terperinci

BAB II. PROFIL PT INALUM (Persero) KUALA TANJUNG BATU BARA. Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai Asahan yang mengalir dari

BAB II. PROFIL PT INALUM (Persero) KUALA TANJUNG BATU BARA. Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai Asahan yang mengalir dari BAB II PROFIL PT INALUM (Persero) KUALA TANJUNG BATU BARA A. Sejarah Ringkas Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah PT Inalum (Persero) Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR

BAB II TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR BAB II TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR 2.1. Alur Produksi PT. Inalum (persero) Listrik yang dihasilkan melalui PLTA Sigurgura dan Tangga PT. INALUM (Persero) disalurkan ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Rapi Arjasa berdiri pada tahun 1969 dengan akte notaris No. 51 tanggal 14 Oktober 1969 dimana ketika perusahaan ini didirikan masih berbentuk

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan? Nama Perusahaan Dilengkapi oleh Jabatan : PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK : PROCUREMENT & HUMAN RESOURCES : MANAGER & STAFF FUNGSI PEMBELIAN A. Umum Ya Tidak Ket. 1 Apakah struktur organisasi telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil PT INALUM Gagasan untuk mengolah tenaga air sungai Asahan sebagai pembangkit listrik telah dimulai sejak tahun 1908. Pada tahun 1919 pemerintah Hindia Belanda

Lebih terperinci

PT INDONESIAASAHANALUMINIUM (Persero)

PT INDONESIAASAHANALUMINIUM (Persero) JX 1nalum PT INDONESIAASAHANALUMINIUM (Persero) No. : LSCD-047/2017 20 Februari 2017 Kepada Yth,.'Rpk. Dr. Agung Purniawan, ST, M.Eng Ketua, Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan 2.1.1 Makna Logo PT PLN Persero Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT PIBS adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pemborong bangunan dan kontraktor umum (general contractor) sebagai perencana,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PRT/M/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI PENANAMAN MODAL ASING

Lebih terperinci

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT A. SEJARAH RINGKAS Belawan Internasional Container Terminal disingkat BICT merupakan salah satu cabang pelaksana PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang berlokasi

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN

BAB 3 TINJAUAN SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN BAB 3 61 TINJAUAN SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN 3.1 Sekilas tentang PT FI 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT FI didirikan berdasarkan Akta Notaris A. Partomuan Pohan, SH, LLM No. 6, tanggal 2 September 1993.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi

Lampiran 1. Struktur Organisasi Lampiran 1. Struktur Organisasi Kepala Pabrik Administrasi Produksi Quality Assurance and Environment Utilitas Bussiness Accounting Seksi Kesehatan & Keselamatan Kerja Seksi Gudang Material Seksi Stock

Lebih terperinci

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. berlokasi di Gabion, Belawan. Disini, PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero )

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. berlokasi di Gabion, Belawan. Disini, PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero ) BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT A. SEJARAH RINGKAS Belawan Internasional Container Terminal disingkat BICT merupakan salah satu cabang pelaksana PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero ) yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA Alumina Alumina (Al O 3 ) merupakan material keramik nonsilikat yang paling penting. Material ini meleleh pada suhu 051 o C dan mempertahankan kekuatannya bahkan pada suhu 1500 sampai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahan Umum yang bergerak di bidang penyediaan air baku dan listrik bagi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahan Umum yang bergerak di bidang penyediaan air baku dan listrik bagi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perum Jasa Tirta II adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk Perusahan Umum yang bergerak di bidang penyediaan air baku dan listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini masih timpang karena produksi tak mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi yang terus

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Perkembangan ketenaga listrikan di Indonesia terjadi sejak awal abad

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aluminium ini terdiri dari 3 unit. Unit pertama yaitu Carbon Plant untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. aluminium ini terdiri dari 3 unit. Unit pertama yaitu Carbon Plant untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di alam ini sedikit sekali ditemukan unsur aluminium (Al) dalam barangbarang tambang, akan tetapi dalam bentuk senyawa banyak ditemukan yaitu senyawa alumina (Al 2

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. BATANGHARI TEBING PRATAMA adalah anak perusahaan dari PT. BATANGHARI & GROUP yang beralamat di Menara Kuningan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

BAB II PT. MITRA JAYA BAHARI BELAWAN

BAB II PT. MITRA JAYA BAHARI BELAWAN BAB II PT. MITRA JAYA BAHARI BELAWAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan PT. Mitra Jaya Bahari Belawan berdiri pada tahun 1997 bergerak dalam bidang jasa pengangkutan cargo dan container dengan pimpinan Bapak

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Rapi Arjasa berdiri pada tahun 1969 dengan akte notaris No. 51 tanggal 14 Oktober 1969 dimana ketika perusahaan ini didirikan masih berbentuk

Lebih terperinci

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PERNYATAAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan PT. Sinar Buana adalah sebuah perusahaan dagang yang bergerak dalam bidang distribusi permesinan dan bahan kimia industri. PT. Sinar Buana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Sehubungan dengan rencana investasi beberapa ruas Jalan Tol di Indonesia dan adanya kebijakan baru Pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendirian perusahaan nomor 11 tanggal 21 Februari 2003 dihadapan notaris

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendirian perusahaan nomor 11 tanggal 21 Februari 2003 dihadapan notaris BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Harapan Indah Sentosa berdiri pada tahun 2003 beralamat di Jalan Tegal Sari Komplek Villa Mas Permai Blok A No. 15 Pekanbaru berdasarkan

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH Sejarah PT PELINDO III (Persero) terbagi menjadi beberapa fase penting.perseroan pada awal berdirinya adalah sebuah Perusahaan Negara yang pendiriannya dituangkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Di awal perkembangan kegiatan industri di Indonesia yang semakin pesat, kebutuhan akan sarana transportasi yang dapat dengan cepat dan tepat,

Lebih terperinci

Fungsi Jabatan Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Jajaran Direksi Perusahaan a.

Fungsi Jabatan Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Jajaran Direksi Perusahaan a. BAB XI STRUKTUR ORGANISASI A. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN Pabrik benzaldehyde ini direncanakan berbentuk perseroan terbatas sehingga untuk memperlancar jalannya manajemen di perusahaan, perlu dibuat

Lebih terperinci

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan No.611, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penggunaan Dana Badan Usaha Terlebih Dahulu. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Bendungan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ORGANISASI PERUSAHAAN Uraian Tugas dan Tanggungjawab PT XYZ Medan memiliki beberapa departemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.224, 2014 KEMENPERIN. Izin Usaha. Izin Perluasan. Kawasan Industri. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/M-IND/PER/2/2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? perusahaan PT. Toba Pulp Lestari?

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? Pedoman Wawancara 1. Bagaimana pendapat bapak terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? 2. Bagaimana mekanisme PT. Toba Pulp Lestari dalam memberikan bantuan tanggung jawab

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Citra Logam Alpha Sejahtera adalah sebuah perusahaan industri yang bergerak dalam bidang pengolahan logam, dimana

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.010/2009 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

PT SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE Tbk. Public Expose 23 Mei 2017

PT SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE Tbk. Public Expose 23 Mei 2017 PT SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE Tbk Public Expose 23 Mei 2017 Tentang Perseroan 9 November 1970 : Perseroan didirikan 2 Oktober 1972 : Perseroan memulai produksi komersial dengan memproduksi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan teknologi informasi merupakan suatu nilai tambah yang cukup penting jika

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan teknologi informasi merupakan suatu nilai tambah yang cukup penting jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat maka kebutuhan teknologi informasi merupakan suatu nilai tambah yang cukup penting jika suatu perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Proses pembagian tugas pada lantai produksi dibagi menjadi 17 bagian, yaitu: 1. Direktur a. Merencanakan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2016 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT KF adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.123, 2015 KEMENAKER. Izin Usaha. Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh. Pelayanan Satu Pintu. BKPM. Penerbitan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 02/P/BPH Migas/XII/2004 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 02/P/BPH Migas/XII/2004 TENTANG PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 02/P/BPH Migas/XII/2004 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HAK KHUSUS PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA PADA WILAYAH TERTENTU JARINGAN DISTRIBUSI GAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendirian perseroan terbatas nomor 11. PT.Putra Salfan berkedudukan di

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendirian perseroan terbatas nomor 11. PT.Putra Salfan berkedudukan di 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Putra Salfan PT.Puta Salfan didirikan pada tanggal 09 September 2011 dengan akta pendirian perseroan terbatas nomor 11. PT.Putra Salfan berkedudukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci