BAB IV PENGEMBANGAN METODA PEMILIHAN SKEMA KPS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGEMBANGAN METODA PEMILIHAN SKEMA KPS"

Transkripsi

1 BAB IV PENGEMBANGAN METODA PEMILIHAN SKEMA KPS Pengelolaan air minum pada beberapa daerah di Indonesia saat ini dilaksanakan secara kerjasama antara PDAM dan pihak swasta. Meskipun begitu, PDAM dan swasta sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam penyediaan air minum masih mengalami penurunan kinerja untuk memenuhi kebutuhan air minum. Pencapaian yang diambil biasanya hanya didasarkan pada satu aspek tanpa melihat berbagai aspek yang terkait. Misalnya untuk mengatasi kerugian yang dialami oleh PDAM, diatasi dengan meningkatkan tarif dasar air tanpa melihat sebab-sebab permasalahan lainnya. Keadaan tersebut membuat PDAM di Indonesia mengalami penurunan terus-menerus setiap tahunnya. Oleh sebab itu diperlukan suatu tinjauan baru pengelolaan air minum, yaitu dengan cara mengatasi permasalahan pengelolaan air minum dari seluruh aspek yang terkait. 4.1 Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Pelaksanaan KPS Ide pengembangan Metoda Pemilihan Skema KPS (MPS-KPS) pengambilan keputusan untuk pemilihan skema KPS yang paling sesuai yang diterapkan pada investasi air minum didasarkan oleh metoda Pemilihan Skema KPS, penelitian-penelitian, serta teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. MPS-KPS yang dikembangkan ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah pengambilan keputusan dalam menentukan skema kerjasama yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, dan dapat digunakan pada PDAM-PDAM yang akan melaksanakan KPS. Untuk menentukan hasil skema yang sesuai, maka dibentuk jaringan ANP untuk mengetahui hubungan antar kriteria dan elemen. Dalam pengembangan MPS-KPS dilakukan beberapa kali perubahan kriteria dan elemen pada jaringan. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki MPS-KPS yang dikembangkan. Pada awalnya aspek dalam MPS-KPS diambil langsung dari hasil studi pustaka, sehingga memiliki terlalu banyak kriteria dan elemen. Setiap elemen masih memiliki sub-sub elemen. Terlalu banyaknya elemen dan sub-sub elemen menyebabkan jaringan menjadi terlalu rumit dan susah dipahami. Hal ini diperkirakan akan menyebabkan kesulitan 54

2 dalam pembentukan dan pengisian kuisioner. Setelah melalui beberapa kali diskusi dengan pihak-pihak yang mengetahui mengenai KPS dan keadaan dalam PDAM maka dilakukan pengurangan beberapa elemen. Elemen-elemen yang memiliki tujuan sama dibuat menjadi satu elemen agar tidak terjadi tumpang tindih. Sub-sub elemen sebagian dibuat menjadi elemen atau dihilangkan karena dianggap sudah saling mewakili atau tidak terlalu relevan dengan keadaan PDAM-PDAM di Indonesia. Kriteria dan elemen dibuat menjadi lebih umum namun tetap mewakili aspek-aspek yang dikaji. Setelah melalui beberapa proses pergantian, maka dihasilkan jaringan yang dapat mewakili semua aspek KPS yang ingin ditinjau serta tidak terlalu rumit. Jaringan yang baru ini terdiri dari tujuh kriteria dan dua puluh enam elemen. Jaringan yang baru tidak memiliki sub-sub elemen. Dengan adanya jaringan yang hanya terdiri dari kriteria dan elemen ini diharapkan responden dapat memahami dengan cepat dan mudah aspek-aspek yang ingin dikaji dalam pemilihan skema KPS serta hubungan yang terjadi antar kriteria dan elemen dalam jaringan. Evaluasi dan perubahan terhadap MPS-KPS jaringan dilakukan dengan tujuan memudahkan responden dalam memahami struktur jaringan sehingga dapat mengisi kuisioner sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini disajikan pembahasan mengenai enam kriteria atau aspek yang mempengaruhi pelaksanaan KPS. 1. Aspek Pencapaian Yang Diharapkan Aspek ini dipilih dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dengan adanya KPS. Dengan adanya pelaksanaan KPS pada pengelolaan air minum maka diharapkan akan terjadi perbaikan kinerja PDAM sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan selama dua puluh empat jam perhari dengan kulitas yang memenuhi standar Kepmendagri Nomor 47 Tahun Dalam hal ini, pencapaian yang diharapkan dengan adanya KPS ada lima kriteria, yaitu: a) Meningkatkan kapasitas produksi b) Memperluas jaringan distribusi c) Meningkatkan efisiensi operasi d) Merehabilitasi / memperbaharui fasilitas eksisting e) Meningkatkan kualitas pelayanan 55

3 2. Aspek lingkungan / kondisi negara secara umum Aspek lingkungan / kondisi negara secara umum dipilih karena berkaitan dengan keadaan yang menunjang untuk melaksanakan usaha pada suatu negara. Untuk melaksanakan KPS maka investor akan melihat atau memeriksa terlebih dahulu kondisi suatu negara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam suatu negara yang menunjang dilaksanakannya program KPS. Keadaan ini biasanya dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi sektor ekonomi sebagai akibat adanya ketidakstabilan nilai mata uang dan undangundang yang mendukung investasi, aturan, dan institusi yang melengkapi. Aspek ini diambil berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Vives, et.al. dan Pramono. Aspek lingkungan/ kondisi negara secara umum terbagi menjadi enam kriteria, yaitu: a) Stabilitas politik b) Kondisi-kondisi makro ekonomi, seperti masalah inflasi, tingkat suku bunga, pajak, dan lainnya. c) Pendapatan per kapita d) Komitmen pemberantasan korupsi e) Kerangka hukum di semua sektor f) Ruang fiskal atau kemampuan keuangan pemerintah 3. Aspek kinerja PDAM / penyedian air minum lokal saat ini Aspek ini merupakan aspek yang berkaitan dengan pengelolaan manajemen PDAM dan pemeliharaan sistem infrastruktur yang berhubungan dengan penyediaan air minum agar sistem tersebut dapat berjalan setiap harinya, termasuk pelayanan kepada masyarakat. Aspek ini diambil dari Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 dan riset yang dilakukan oleh Pramono. Aspek ini terbagi menjadi empat kriteria, yaitu : a) Efisiensi investasi, yaitu kemampuan untuk melakukan investasi pembangunan atau pengembangan fisik b) Efisiensi operasi dan pemeliharaan, yaitu penekanan biaya-biaya input sedemikian rupa tanpa mempengaruhi standar produk atau layanan c) Kesehatan keuangan perusahaan, seperti pendapatan operasi, kemampuan bayar hutang, dan lainnya 56

4 d) Tanggung jawab terhadap pengguna, seperti kualitas pelayanan, cakupan atau akses pelayanan, kemudahan akses, pemerataan, dan lainnya. 4. Aspek isu-isu lingkungan dan sosial Aspek isu-isu lingkungan dan sosial berhubungan dengan tingkat penerimaan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan (misalnya tarif dasar air) karena pada dasarnya masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa air merupakan komoditas bebas yang dapat dimiliki dan dinikmati oleh siapapun secara bebas. Aspek ini diambil berdasarkan kajian yang terdapat pada PPP-Readiness Self Assessment. Oleh sebab itu, pada umumnya aspek lingkungan dan sosial terbagi menjadi empat kriteria, yaitu : a) Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat b) Kesetaraan akses terhadap pelayanan c) Kebijakan lingkungan yang berlaku d) Penerimaan/persepsi masyarakat terhadap peran serta swasta di sektor air minum 5. Aspek kemampuan institusional Merupakan aspek yang memuat mengenai kebijakan perkembangan dan pelaksanaaan KPS agar tidak meninggalkan tujuan utama dibentuknya KPS serta aturan mengenai keterbatasan unit kerja pemerintah dan swasta dalam KPS. Aspek ini diambil dari hasil penelitian Vives, et. al. Pada dasarnya, aspek ini terdiri dari dua kriteria, yaitu : a) Ketersediaan perangkat hukum dan regulasi-regulasi yang terkait dengan KPS b) Ketersediaan unit pelaksana dan kebijakan KPS 6. Aspek skema KPS yang tersedia Aspek ini terdiri dari skema-skema kerjasama pemerintah dengan swasta yang umum dilaksanakan di Indonesia (ADB, 2000; Gleick, et.al, 2002). Aspek ini terdiri dari lima skema yaitu : a) Concession b) BOT (Build-Operate-Transfer) c) Lease contract d) Management contract 57

5 e) Service contract 4.2 Metoda Konseptual Pengambilan Keputusan Skema KPS ANP merupakan gabungan dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari hierarki kontrol atau jaringan dari kriteria dan subkriteria yang mengontrol interaksi. Bagian kedua adalah jaringan pengaruh-pengaruh diantara elemen dan kluster. Untuk membuat suatu jaringan, maka perlu diketahui hubungan antara kluster dan elemen. Pada MPS-KPS yang dikembangkan ini, para pengambil keputusan akan memberikan penilaian terhadap kriteria-kriteria dan elemen-elemen yang dibandingkan secara berpasangan sebagaimana yang dilakukan dalam AHP. AHP dan ANP, keduanya menggunakan prosedur untuk mendapatkan skala rasio seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Adanya pengaruhpengaruh feedback dalam ANP membutuhkan matriks besar yang dikenal dengan supermatriks yang berisi suatu set dari sub-matriks. Supermatriks juga digunakan untuk mengetahui hubungan saling ketergantungan antar kriteria dan elemen sehinga supermatriks ini diharapkan dapat menangkap pengaruh dari elemen-elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan. Pada penelitian ini perhitungan bobot-bobot pada supermatriks dilakukan dengan menggunakan bantuan software SuperDecisions Software SuperDecisions adalah alat bantu (software) yang digunakan untuk memudahkan dalam pembentukan dan perhitungan matriks. Software ini merupakan implementasi dari Analytic Network Process yang dibuat oleh Dr. Thomas Saaty dan dikembangkan oleh tim ANP yang bekerja untuk Creative Decisions Foundation. Software. Untuk menjalankan program SuperDecisions maka dapat langsung diunduh dari Untuk menggunakan software ini, maka MPS-KPS dibuat terlebih dahulu. MPS-KPS yang telah dibuat kemudian diaplikasikan dalam software ini dan hasil kuisioner yang telah diperoleh dari responden diisikan satu-persatu pada bagian perbandingan berpasangan sama dengan cara pengisian dalam kuisioner. Hal ini dilakukan untuk memasukkan data hasil kuisioner. Setelah semua data dimasukkan, sofware akan 58

6 membantu dalam pemeriksaan validasi, pembuatan sub matriks, dan perhitungan bobot prioritas lokal. Setelah itu dilakukan pembentukan supermatriks dengan menggunakan nilai bobot prioritas lokal tiap sub-matriks dan dihasilkan Supermatriks awal, biasa disebut dengan Unweighted Supermatriks. Kemudian Unweighted Supermatriks diberi bobot dengan cara membagi nilai yang ada di setiap baris dengan jumlahnya sesuai dengan kolom yang ditinjau. Matriks yang telah diberi bobot ini kemudian disebut Weighted Supermatriks. Setelah itu matriks tersebut dikalikan dengan dirinya sendiri beberapa kali hingga mencapai nilai yang stabil. Matriks yang telah stabil dinamakan Limiting Supermatriks. Dari hasil analisis terhadap pengembangan MPS-KPS dan juga hasil validasinya, dapat disimpulkan bahwa metode ANP beserta data yang dikembangkan ini dapat digunakan sebagai sistem pengambilan keputusan. Dalam melakukan proses pengambilan keputusan terkadang permasalahan yang terjadi adalah elemen dan kriteria pengambilan keputusan tidak selalu terstruktur dalam bentuk hirarki linear satu arah, namun mungkin saja berbentuk jaringan. Dengan demikian dimungkinkan terjadi hubungan interdependensi antar kriteria atau elemen pengambilan keputusan. MPS-KPS yang dikembangkan ini dapat mengatasi hubungan saling ketergantungan antar kriteria-kriteria dan elemen-elemen pengambilan keputusan. Pada MPS-KPS yang dikembangkan ini, para pengambil keputusan dapat memberikan penilaian terhadap kriteria-kriteria dan elemen-eleman yang dibandingkan secara berpasangan dalam suatu jaringan. Dengan MPS-KPS ini tidak dibutuhkan adanya asumsi hubungan hirarki antar kriteria, karena setiap kriteria dapat ditinjau secara langsung elemen-elemen yang saling mempengaruhi. Kemudian, untuk menghitung hubungan saling ketergantungan antar kriteria-kriteria pengambilan keputusan maka dikembangkan suatu hubungan supermatriks. Dengan adanya hubungan supermatriks diharapkan dapat menyelesaikan hubungan saling ketergantungan antar kriteria-kriteria tersebut. 59

7 Pada penelitian ini, masalah pemilihan skema KPS dapat dilihat dari enam aspek yang telah dibahas sebelumnya. Keenam aspek ini menjadi kluster pada jaringan tersebut ditambah dengan kluster Goal sebagai kluster yang digunakan untuk menetukan skema KPS yang sesuai dengan kondisi lokal dimana PDAM dan instalasi air minum tersebut berada. Dengan begitu jaringan ini memiliki tujuh buah kluster yaitu (1) Goal, (2) Pencapaian yang diharapkan, (3) Lingkungan / kondisi negara secara umum, (4) Kinerja PDAM/penyedian air minum lokal saat ini, (5) Isu-isu lingkungan dan sosial, (6) Kemampuan institusional, dan (7) Alternatif skema KPS yang tersedia. Kemudian kriteria-kriteria yang terdapat dalam setiap aspek, menjadi elemen dalam kluster. Sehingga dapat diketahui bahwa kluster Goal tidak memiliki elemen, kluster Pencapaian yang diharapkan memiliki lima elemen, kluster Lingkungan/kondisi negara secara umum memiliki enam elemen, kluster Kinerja PDAM/penyedian air minum lokal saat ini memiliki empat elemen, kluster Isu-isu lingkungan dan sosial memiliki empat elemen, kluster Kemampuan institusional memiliki dua buah kluster dan kluster Alternatif skema KPS yang tersedia memilki lima elemen. Setelah dilakukan penentuan kluster dan elemen dalam menentukan alternatif skema KPS yang sesuai, maka kluster-kluster dan elemen-elemen tersebut dibentuk menjadi sebuah jaringan untuk mengidentifikasi hubungan saling mempengaruhi secara logika. Hubungan antar kluster akan terjadi jika elemen yang terdapat pada kedua kluster saling mempengaruhi. Hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antar satu elemen dengan elemen lain dalam satu kluster disebut dengn hubungan innerdependence, sedangkan hubungan antara satu elemen dengan elemen lain yang ada dalam kluster lain disebut dengan outer dependence. Pada gambar berikut digambarkan jaringan ANP yang terdiri dari hubungan innerdependence dan outer dependence secara keseluruhan antar kluster dan elemen yang terdapat didalamnya. Tanda panah pada gambar berikut menunjukkan pengaruh, pangkal anak panah berarti kluster atau elemen yang menjadi respek atau elemen yang dipengaruhi, sedangkan arah anak panah berarti kluster atau elemen yang mempengaruhi. 60

8 Goal Lingkungan/kondisi Negara secara umum Kemampuan institusional Pencapaian yang diharapkan Kinerja PDAM/ penyedian air minum lokal saat ini Isu-isu lingkungan dan social Alternatif Skema KPS Gambar 4. 1 Model Konseptual ANP untuk memilih skema KPS yang sesuai Dalam jaringan tersebut terdapat sub-sub jaringan. Sub-sub jaringan menunjukkan elemen-elemen mana yang saling mempengaruhi. Pada Tabel 4.1 dijelaskan mengenai nama-nama kluster yang telah disingkat untuk memudahkan penjelasan mengenai hubungan-hubungan yang ada. Tabel 4. 1 Singkatan Nama-Nama Kluster No Nama Kluster Singkatan 1 Lingkungan / kondisi negara secara umum Negara 2 Pencapaian yang diharapkan Pencapaian 3 Kemampuan institusional Kemampuan 4 Kinerja PDAM/ Penyediaan air minum lokal saat ini Kinerja 5 Isu-isu Lingkungan dan sosial Lingkungan 6 Alternatif Skema KPS Skema Sub-sub jaringan yang terdapat dalam jaringan tersebut adalah : 1. Kluster Goal dipengaruhi kluster negara, solusi, kemampuan, dan kinerja. Kluster goal merupakan kluster yang menunjukkan hasil atau solusi yang skema kerjasama yang akan diperoleh sesuai dengan kondisi wilayah yang ditinjau. Kondisi setiap wilayah tinjauan akan berbeda tergantung dari aspek-aspek yang mempengaruhi. Kondisi suatu wilayah akan dipengaruhi oleh keadaan negara dan kemampuan institusional karena dengan adanya otonomi daerah maka 61

9 masing-masing wilayah kajian memiliki perbedaan dalam regulasi atau peraturan mengenai KPS. Kluster goal juga dipengaruhi oleh kinerja PDAM saat ini yang ada pada masing-masing wilayah dan pencapaian yang diharapkan dengan adanya pelaksanaan KPS. Hubungan pengaruh antar kluster dapat dilihat pada Gambar 4.2 hingga 4.5. Pencapaian yang Diharapkan Meningkatkan kapasitas produksi Memperluas jaringan distribusi Goal Meningkatkan efisiensi operasi Merehabilitasi/memperbaharui fasiltas eksisting Meningkatkan kualitas pelayanan Gambar 4. 2 Hubungan Goal dengan Pencapaian Lingkungan / kondisi negara secara umum Stabilitas politik Kondisi makroekonomi Goal Pendapatan perkapita Komitmen pemberantasan korupsi Kerangka hukum Ruang fiskal Gambar 4. 3 Hubungan Goal dengan Negara 62

10 Kinerja PDAM / penyediaan air minum lokal saat ini Efisiensi investasi Goal Efisiensi operasi dan pemeliharaan Kesehatan keuangan dan perusahaan Tanggung jawab terhadap pengguna Gambar 4. 4 Hubungan Goal dengan Kinerja Kemampuan institusional Goal Ketersediaan perangkat hukum dan regulasi-regulasi yang terkait dengan KPS Ketersediaan unit pelaksana kebijakan KPS Gambar 4. 5 Hubungan Goal dengan Kemampuan 2. Kluster negara mempengaruhi ditentukannya skema KPS yang sesuai dengan kondisi lokal karena dalam pemilihan skema KPS harus disesuaikan dengan undang-undang dan kondisi negara yang bersangkutan. Kondisi suatu negara seperti kestabilan ekonomi, pendapatan perkapita, hukum yang berlaku dan lainnya akan mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi. Untuk skema kontrak yang mamiliki nilai investasi besar dan berjangka waktu lama seperti konsesi dan BOT, maka dibutuhkan kondisi negara yang stabil karena dibutuhkan waktu yang lama pula untuk mengembalikan investasi tersebut. Oleh sebab itu, kondisi suatu negara akan sangat berpengaruh pada pemilihan skema KPS. Hubungan negara dengan skema dapat dilihat pada Gambar

11 Lingkungan / kondisi negara secara umum Skema KPS yang tersedia Stabilitas politik Concession Kondisi makroekonomi Pendapatan perkapita Komitmen pemberantasan korupsi Kerangka hukum Ruang fiskal BOT Lease contract Management contract Service contract Gambar 4. 6 Hubungan Kondisi Negara dengan Alternatif Skema KPS 3. Pemilihan skema KPS juga berhubungan dengan kemampuan institusional negara, karena tanpa adanya regulasi dan ketersediaan perangkat hukum yang mengerti mengenai KPS, maka KPS tidak akan berjalan sesuai dengan baik, misalnya terjadinya ketidakjelasan batasan antara hak dan kewajiban pemerintah dan swasta. Kluster alternatif skema KPS saling berpengaruh terhadap kluster Kemampuan institusional, karena skema apapun yang terpilih maka dibutuhkan perangkat hukum yang sesuai dengan KPS dan tersedianya unit pelaksana kebujakan KPS. Begitu pula dengan pemilihan alternatif skema KPS, harus sesuai dengan kemampuan institusional yang ada. Hubungan ini disajikan pada Gambar 4.7. Skema KPS yang tersedia Kemampuan institusional Concession Ketersediaan perangkat hukum dan regulasi-regulasi yang terkait dengan KPS Ketersediaan unit pelaksana kebijakan KPS BOT Lease contract Management contract Service contract Gambar 4. 7 Hubungan Kemampuan dengan Skema KPS 64

12 4. Begitu pula dengan kluster pencapaian, skema kerjasama yang dipilih harus mampu memenuhi pencapaian yang diharapkan dengan adanya kerjasama dengan pihak swasta. Selain itu, pemilihan skema kerjasama juga harus memperhatikan kondisi kinerja PDAM saat ini, sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan kinerja PDAM serta solusinya dalam kontrak kerjasama yang akan dipilih. Hubungan ini ditunjukkan pada Gambar 4.8. Pencapaian Yang Diharapkan Skema KPS yang tersedia Meningkatkan kapasitas produksi Concession Memperluas jaringan distribusi BOT Meningkatkan efisiensi operasi Lease contract Merehabilitasi/memperbaharui fasiltas eksisting Management contract Meningkatkan kualitas pelayanan Service contract Gambar 4. 8 Hubungan Pencapaian dengan Skema 5. Kluster negara juga mempengaruhi kluster lingkungan karena kondisi suatu negara akan mempengaruhi elemen keinginan dan tingkat kemampuan membayar masyarakat. Jika kondisi negara stabil, memiliki pendapatan perkapita yang tinggi, inflasi rendah, dan hukum ditegakkan dengan benar maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pembangunan infrastrukrur yang dilaksanakan pemerintah akan tinggi. Dengan tingkat yang tinggi, maka masyarakat dengan sendirinya akan rela membayar biaya pelayanan karena percaya bahwa uang mereka akan digunakan dengan benar dan memperoleh jaminan pelayanan yang sesuai. Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar

13 Lingkungan / kondisi negara secara umum Isu-isu lingkungan dan sosial Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat Kesetaraan akses terhadap pelayanan Kebijakan lingkungan yang berlaku Penerimaan/persepsi masyarakat terhadap peran serta swasta di sektor air minum Stabilitas politik Kondisi makroekonomi Pendapatan perkapita Komitmen pemberantasan korupsi Kerangka hukum Ruang fiskal Gambar 4. 9 Hubungan Lingkungan dengan Negara 6. Kluster pencapaian yang diharapkan dipengaruhi oleh kinerja PDAM saat ini, karena dengan mengetahui kinerja PDAM saat ini, dapat diketahui layanan apa saja yang belum dapat dipenuhi oleh PDAM saat ini sehingga mempengaruhi pencapaian apa saja yang ingin dicapai dengan adanya kerjasama dengan pihak swasta. Kluster pencapaian yang diharapkan juga memiliki hubungan innerdependence karena elemen yang terdapat didalamnya saling mempengaruhi. Elemen meningkatkan kualitas pelayanan berhubungan dengan peningkatan kapasitas produksi, perluasan jaringan distribusi, peningkatan efisiensi operasi, dan pembaharuan fasilitas eksisting. Hubungan ini ditunjukkan pada Gambar Pencapaian Yang Diharapakan Kinerja PDAM / penyediaan air minum lokal saat ini Meningkatkan kapasitas produksi Efisiensi investasi Memperluas jaringan distribusi Efisiensi operasi dan pemeliharaan Kesehatan keuangan dan perusahaan Tanggung jawab terhadap pengguna Meningkatkan efisiensi operasi Merehabilitasi/memperbaharui fasiltas eksisting Meningkatkan kualitas pelayanan Gambar Hubungan Kinerja dengan Solusi 66

14 7. Kluster kinerja PDAM / penyediaan air minum lokal saat ini dipengaruhi oleh Kluster lingkungan dan sosial karena elemen-elemen yang terdapat pada Kluster Isu-isu lingkungan dan sosial akan mempengaruhi elemen tanggung jawab terhadap pengguna. Keinginan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, kesetaraan akses pelayanan, kebijakan lingkungan, dan penerimaan masyarakat terhadap sektor swasta akan menuntut tanggung jawab PDAM yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Kinerja PDAM / penyediaan air minum lokal saat ini Efisiensi investasi Efisiensi operasi dan pemeliharaan Kesehatan keuangan dan perusahaan Tanggung jawab terhadap pengguna Isu-isu lingkungan dan sosial Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat Kesetaraan akses terhadap pelayanan Kebijakan lingkungan yang berlaku Penerimaan/persepsi masyarakat terhadap peran serta swasta di sektor air minum Gambar Hubungan Kinerja dengan Lingkungan 8. Kluster kinerja saling mempengaruhi terhadap kluster Alternatif skema KPS. Kinerja PDAM saat ini menentukan skema kontrak yang akan digunakan dalam KPS, sedangkan skema KPS yang dipilih akan mempengaruhi kinerja PDAM di masa yang akan datang. Hubungan ini ditunjukkan pada Gambar

15 Skema KPS yang tersedia Kinerja PDAM / penyediaan air minum lokal saat ini Concession Efisiensi investasi Efisiensi operasi dan pemeliharaan Kesehatan keuangan dan perusahaan Tanggung jawab terhadap pengguna BOT Lease contract Management contract Service contract Gambar Hubungan Kinerja dan Skema 9. Kluster lingkungan dan sosial dipengaruhi oleh kluster pencapaian yang diharapkan dan skema KPS, karena pencapaian terhadap pencapaian yang diharapkan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap PDAM dan peran swasta. Demikian pula dengan pemilihan skema KPS yang sesuai, akan berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat mengenai peran swasta di sektor air minum. Hubungan ini ditunjukkan pada Gambar 4.13 dan Pencapaian yang Diharapkan Isu-isu lingkungan dan sosial Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat Kesetaraan akses terhadap pelayanan Kebijakan lingkungan yang berlaku Penerimaan/persepsi masyarakat terhadap peran serta swasta di sektor air minum Meningkatkan kapasitas produksi Memperluas jaringan distribusi Meningkatkan efisiensi operasi Merehabilitasi/memperbaharui fasiltas eksisting Meningkatkan kualitas pelayanan Gambar Hubungan Lingkungan dengan Solusi 68

16 Isu-isu lingkungan dan sosial Skema KPS yang tersedia Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat Concession Kesetaraan akses terhadap pelayanan Kebijakan lingkungan yang berlaku BOT Lease contract Penerimaan/persepsi masyarakat terhadap peran serta swasta di sektor air minum Management contract Service contract Gambar Hubungan Lingkungan dan Sosial dengan Skema Untuk lebih jelasnya hubungan antar elemen dapat diamati pada Tabel 4.2. Tabel 4. 2 Hubungan antar eleman pada Jaringan Pemilihan Skema KPS No Respek Yang Dipengaruhi Kluster Elemen Kluster Elemen 1 Goal Skema KPS yang optimal Pencapaian yang diharapkan 1. Meningkatkan kapasitas produksi 2. Memperluas jaringan distribusi 3. Meningkatkan efisiensi operasi 4. Merahabilitasi/memperbaharui fasilitas eksisting 2 Goal Skema KPS yang optimal Lingkungan/kondisi Negara secara umum 3 Goal Skema KPS yang optimal Kinerja PDAM / penyedian air minum lokal saat ini 4 Goal Skema KPS yang optimal Kemampuan institusional 5 Pencapaian yang diharapkan 6 Kinerja PDAM / penyedian air minum lokal saat ini Meningkatkan efisiensi operas 1. Efisiensi investasi, 2. Efisiensi operasi dan pemeliharaan 3. Kesehatan keuangan perusahaan 4. Tanggungjawab terhadap pengguna 69 Pencapaian yang diharapkan Pencapaian yang diharapkan 5. meningkatkan kualitas pelayanan 1. Stabilitas politik 2. Kondisi makroekonomi 3. Pendapatan perkapita 4. Komitmen pemberantasan korupsi 5. Kerangka hukum 6. Ruang fiskal 1. Efisiensi investasi, 2. Efisiensi operasi dan pemeliharaan 3. Kesehatan keuangan perusahaan 4. Tanggungjawab terhadap pengguna 1. Ketersediaan perangkat hukum dan regulasi-regulasi yang terkait dengan KPS 2. Ketersediaan unit pelaksana dan kebijakan KPS 1. Meningkatkan kapasitas produksi 2. Memperluas jaringan distribusi 3. Merahabilitasi/memperbaharui fasilitas eksisting 4. Meningkatkan kualitas pelayanan 1. Meningkatkan kapasitas produksi 2. Memperluas jaringan distribusi 3. Meningkatkan efisiensi operasi 4. Merahabilitasi/memperbaharui fasilitas eksisting 5. Meningkatkan kualitas pelayanan

17 7 Kinerja PDAM / penyedian air minum lokal saat ini 8 Kinerja PDAM / penyedian air minum lokal saat ini 9 Pencapaian yang diharapkan 10 Isu-isu lingkungan dan sosial 1. Efisiensi investasi, 2. Efisiensi operasi dan pemeliharaan 3. Kesehatan keuangan perusahaan 4. Tanggungjawab terhadap pengguna Tanggungjawab terhadap pengguna 1. Meningkatkan kapasitas produksi 2. Memperluas jaringan distribusi 3. Meningkatkan efisiensi operasi 4. Merahabilitasi/memperbaharui fasilitas eksisting 5. Meningkatkan kualitas pelayanan 1. Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat 2. Kesetaraan akses terhadap pelayanan 3. Kebijakan lingkungan yang berlaku 4. Penerimaan/persepsi masyarakat terhadap peran serta swasta di sektor air minum Skema KPS yang tersedia Isu-isu lingkungan dan sosial Skema KPS yang tersedia Pencapaian yang diharapkan 1. Concession 2. BOT (Build-Operate-Transfer) 3. Lease contract 4. Management contract 5. Service contract 1. Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat 2. Kesetaraan akses terhadap pelayanan 3. Kebijakan lingkungan yang berlaku 4. Penerimaan/persepsi masyarakat terhadap peran serta swasta di sektor air minum 1. Concession 2. BOT (Build-Operate-Transfer) 3. Lease contract 4. Management contract 5. Service contract 1. Meningkatkan kapasitas produksi 2. Memperluas jaringan distribusi 3. Meningkatkan efisiensi operasi 4. Merahabilitasi/memperbaharui fasilitas eksisting 5. Meningkatkan kualitas pelayanan 11 Isu-isu lingkungan dan sosial 1. Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat 2. Kesetaraan akses terhadap pelayanan 3. Kebijakan lingkungan yang berlaku 4. Penerimaan/persepsi masyarakat terhadap peran serta swasta di sektor air minum Skema KPS yang tersedia 1. Concession 2. BOT (Build-Operate-Transfer) 3. Lease contract 4. Management contract 5. Service contract 12 Isu-isu lingkungan dan sosial 13 Kemampua n institusiona l 14 Skema KPS yang tersedia 15 Skema KPS yang tersedia Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat 1. Ketersediaan perangkat hukum dan regulasi-regulasi yang terkait dengan KPS 2. Ketersediaan unit pelaksana dan kebijakan KPS 1. Concession 2. BOT (Build-Operate-Transfer) 3. Lease contract 4. Management contract 5. Service contract 1. Concession 2. BOT (Build-Operate-Transfer) 3. Lease contract 4. Management contract Lingkungan/kondisi Negara secara umum Skema KPS yang tersedia Kemampuan institusional Kinerja PDAM / penyedian air minum lokal saat ini 1. Stabilitas politik 2. Kondisi makroekonomi 3. Pendapatan perkapita 4. Komitmen pemberantasan korupsi 5. Kerangka hukum 6. Ruang fiskal 1. Concession 2. BOT (Build-Operate-Transfer) 3. Lease contract 4. Management contract 5. Service contract 1. Ketersediaan perangkat hukum dan regulasi-regulasi yang terkait dengan KPS 2. Ketersediaan unit pelaksana dan kebijakan KPS 1. Efisiensi investasi, 2. Efisiensi operasi dan pemeliharaan 3. Kesehatan keuangan perusahaan 4. Tanggungjawab terhadap pengguna 70

18 16 Skema KPS yang tersedia 5. Service contract 1. Concession 2. BOT (Build-Operate-Transfer) 3. Lease contract 4. Management contract 5. Service contract Lingkungan/kondisi Negara secara umum 1. Stabilitas politik 2. Kondisi makroekonomi 3. Pendapatan perkapita 4. Komitmen pemberantasan korupsi 5. Kerangka hukum 6. Ruang fiskal 4.3 Kuesioner Dalam rangka mendapatkan data tentang persepsi para pakar dan kalangan pelaksana KPS terhadap masalah pemilihan skema KPS yang paling sesuai diterapkan di Indonesia, dalam kerangka pemilihan skema KPS yang telah dirancang, dilakukan survey menggunakan kuisioner. Responden terdiri dari kalangan PDAM, BAPEDA, dan konsultan. Dalam analisis ANP jumlah sampel/responden tidak digunakan sebagai patokan validitas. Syarat responden yang valid dalam ANP adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang ahli di bidangnya. Oleh karena itu, responden yang dipilih dalam survey ini adalah para pakar yang telah mengetahui pelaksanaan KPS yang sehari-harinya berkecimpung dengan segala urusan KPS. Pertanyaan dalam kuesioner ANP berupa pairwise comparison (pembandingan pasangan) antar elemen dalam kluster untuk mengetahui mana diantara keduanya yang lebih besar pengaruhnya (lebih dominan) dan seberapa besar perbedaannya (pada skala 1-9) dilihat dari satu sisi. Skala numerik 1-9 yang digunakan merupakan terjemahan dari penilaian verbal seperti pada Tabel 4.3. Tabel 4. 3 Skala Penilaian Tingkat Kepentingan (Saaty TL, 1993) Intensitas Pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama besar pengaruhnya Dua elemennya menyumbang sama besar pada sifat itu. 3 5 Elemen yang satu sedikit lebih besar pengaruhnya daripada elemen lain. Elemen yang satu lebih besar pengaruhnya daripada elemen lainnya. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya. 71

19 7 9 Nilai Tengah Satu elemen sangat lebih besar pengaruhnya dari pada elemen lainnya. Satu elemen mutlak lebih besar pengaruhnya daripada elemen lainnya. Jika ada keraguan antar skala 1 dan 3 Jika ada keraguan antar skala 3 dan 5 Jika ada keraguan antar skala 5 dan 7 Jika ada keraguan antar skala 7 dan 9 Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam prakteknya. Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Sebagai contoh, untuk mengoptimalkan Biaya Operasi, dilakukan perbandingan terhadap elemen yang terdapat pada alternatif KPS yang tersedia. Kuisioner disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4. 4 Perbandingan Berpasangan Perbandingan Berpasangan antar Elemen No. Elemen Skala Penilaian Elemen 1. BOT Consession 2. BOT Lease Contract 3. Consession Lease Contract Sub-sub Komponen kiri lebih dominan Sub-sub Komponen kanan lebih dominan Artinya : Pada penilaian terhadap Fokus/Goal pada penelitian ini, kalau menurut penilaian saudara BOT sedikit lebih berpengaruh (3 kali lebih dominan) dari Consession, maka saudara memberikan penilaian pada angka 3 di sebelah kiri. Pada penilaian terhadap Fokus/Goal pada penelitian ini, kalau menurut penilaian saudara BOT sama pengaruhnya dari Lease Contract, maka saudara memberikan penilaian pada angka 1. Pada penilaian terhadap Fokus/Goal pada penelitian ini, kalau menurut penilaian saudara Lease Contract jauh lebih berpengaruh (5 kali lebih dominan) dari Consession, maka saudara memberikan penilaian pada angka 5 di sebelah kanan. 72

20 Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner masing-masing responden kemudian dipergunakan dalam sintesis ANP untuk menghasilkan tiga supermatriks yang akan memberikan prioritas masalah, alternatif pemecahan masalah dan pilihan strategi kebijakannya. Kuisioner terdiri dari empat puluh lima pertanyaan yang terbagi dalam beberapa bagian sesuai dengan kriteria yang ditinjau. Semua pertanyaan saling membandingkan elemen-elemen yang terdapat dalam metoda Pemilihan Skema KPS. Kuisioner selengkapnya disajikan pada Lampiran I. 4.4 Karakteristik Responden Pada dasarnya responden yang diambil dalam survey ini adalah merupakan responden yang dianggap paling paham tentang pemilihan skema KPS ditambah dengan beberapa responden lain yang dianggap memiliki pemahaman yang mendalam tentang pemilihan skema KPS. Responden BAPEDA merupakan orang pilihan yang mewakili pihak pemerintah dan ikut terlibat dalam diskusi mengenai KPS dengan PDAM. Responden dari konsultan merupakan pihak-pihak yang pernah ikut dalam merancang skema KPS dan pelaksanaan tender KPS. Sedangkan responden dari PDAM juga merupakan orang pilihan yang yang tergabung dalam tim KPS dan sudah cukup lama memiliki pengalaman di PDAM, dengan jabatan minimal setingkat kepala divisi sampai dengan direktur utama. Penyebaran kuisioner dilakukan selama sebulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden secara langsung dengan harapan tingkat pengembalian kuesioner dari responden lebih cepat dan tinggi. Kebanyakan responden dapat langsung ditemui dan dapat mengisi kuisioner. Sebagian responden yang tidak dapat ditemui secara langsung dilakukan penitipan kuisioner dan pengiriman melalui alamat . Karena pengisian kuisioner ini membutuhkan waktu yang cukup lama, maka setiap responden diberi waktu seminggu untuk mengisi. Setelah seminggu, maka hasil kuisioner diambil kembali secara langsung. Namun dalam pelaksanaanya ada beberapa responden yang tidak dapat menyelesaikan pengisian dalam waktu seminggu. Hal ini disebabkan karena responden memiliki 73

21 kesibukan masing-masing. Responden di Kabupaten Bandung yang terlambat diberi beberapa hari waktu tambahan. Namun ada pula responden yang bersedia untuk mnyelesaikan pengisian saat pengembalian, sehingga hasil kuisioner dapat ditunggu dan diambil dalam satu hari. Untuk responden yang terdapat di Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta diadakan perjanjian mengenai waktu pengembalian. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya perjalanan. Agar pengisian sesuai dengan waktu yang ditetapkan, maka komunikasi dilakukan lewat telepon. Untuk responden Kabupaten Tangerang, seluruh hasil kuisioner dikumpulkan pada satu responden, sehingga memudahkan pengambilan. Sedangkan untuk responden yang berada di DKI Jakarta sangat sulit untuk ditemui, sehingga untuk pengiriman dan pengambilan hasil kuisioner dilakukan dengan cara menghubungi pihak yang dekat dengan responden terlebih dahulu agar dapat menghubungi dan melakukan penagihan kepada responden. 4.5 Pengolahan Data Berdasarkan Metode ANP Hasil survey yang diperoleh diolah terlebih dahulu per masing-masing individu responden dengan menggunakan kerangka ANP seperti disajikan pada Gambar Data yang diolah dari masing-masing responden tersebut menghasilkan tiga supermatriks yang memberikan urutan prioritas aspek-aspek terpenting dan masalahnya, alternatif pemecahan masalah, dan pilihan strategi kebijakan yang tepat menurut masing-masing responden. Selanjutnya hasil pengolahan tersebut dikelompokkan berdasarkan wilayah penelitian untuk menghasilkan urutan prioritas berdasarkan kelompok. Dalam metode ANP, data yang diperlukan dapat diperoleh melalui dua cara. Pertama, satu data yang diperoleh merupakan konsensus dari sekelompok responden yang dikumpulkan secara bersamaan. Kedua, pengumpulan data dilakukan secara terpisah untuk masing-masing responden, dalam kasus ini metode ANP membolehkan menggunakan modus atau rata-rata untuk mendapatkan satu hasil urutan prioritas. Pada penelitian ini, digunakan cara yang kedua. Masing-masing responden diminta untuk mengisi kuisioner, kemudian diolah menggunakan bantuan software superdecision. Bentuk jaringan dalam superdecision disajikan pada gambar berikut ini. 74

22 Gambar Jaringan ANP pada Software Superdecision Setelah hasil ANP dari perseorangan diperoleh, kemudian dari semua responden dalam satu kelompok dihitung rata-rata dan modusnya agar dapat diperoleh prioritas tiap-tiap kelompok. Disamping hasil urutan prioritas skema KPS mana yang paling sesuai berdasarkan masing-masing kelompok, dihitung juga urutan prioritas aspek lain yang mendukung pemilihan skema KPS tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan contoh perhitungan serta tahapan dalam pengolahan data Matriks Perbandingan Berpasangan (Sub-Matriks) Berdasarkan hasil kuisioner yang diperoleh, setiap pertanyaan terlebih dahulu diuraikan menjadi bentuk matriks perbandingan berpasangan. Sebagai contoh, diambil dari responden pada wilayah Kabupaten Bandung yang berasal dari PDAM. Pada pertanyaan yang memiliki respek terhadap BOT dan dipengaruhi oleh elemen yang terdapat pada kluster lingkungan negara dan kinerja PDAM, bentuk matrik perbandingan berpasangannya adalah sebagai berikut. 75

23 Tabel 4. 5 Matriks A1 Kluster Lingkungan Negara terhadap BOT BOT Komitmen Kemampuan Kerangka Kondisi Pendapatan Stabilitas Komitmen pemberantasan korupsi Kemampuan keuangan pemerintah Kerangka hukum Kondisi makroekonomi Pendapatan perkapita Stabilitas politik Jumlah Tabel 4. 6 Matriks A2 Kluster Kinerja PDAM terhadap BOT BOT Ef.investasi Ef. OP Kesehatan Tnggjwb Efisiensi investasi Efisiensi operasi dan pemeliharaan Kesehatan keuangan perusahaan Tanggungjawab terhadap pengguna Jumlah Kemudian setiap elemen dari masing-masing kolom pada matriks A1 dan A2 dibagi dengan hasil penjumlahan dari masing-masing kolom. Perhitungan bobot prioritas lokal diperoleh dengan cara membuat nilai rata-rata dari setiap baris elemen. Hasil matriks yang telah diberi bobot disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 4. 7 Matriks A1 yang telah diberi bobot lokal BOT Komitmen Kemampuan Kerangka Kondisi Pendapatan Stabilitas Rata-Rata Komitmen pemberantasan korupsi Kemampuan keuangan pemerintah Kerangka hukum Kondisi makroekonomi Pendapatan perkapita Stabilitas politik Jumlah Tabel 4. 8 Matriks A2 yang telah diberi bobot lokal BOT Ef.investasi Ef. OP Kesehatan Tnggjwb Rata-Rata Efisiensi investasi Efisiensi operasi dan pemeliharaan Kesehatan keuangan perusahaan Tanggungjawab terhadap pengguna Jumlah

24 Perhitungan Konsistensi Perhitungan konsistensi dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Setiap baris elemen pada matriks A2 dikalikan dengan bobot prioritas lokal yang saling bersesuaian (matriks) untuk memperoleh nilai eigen. b) Kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan dalam jumlah elemen yang sama c) Menghitung Lamda maksimum (λ maks ) dengan cara mencari nilai rata-ratanya d) Menghitung nilai CI = (λ maks n)/(n-1) e) Menghitung nilai CR=CI/RI(n) Apabila nilai rasio konsistensi lebih kecil dari 0,1 maka hasil penilaian dapat diterima. Berikut adalah contoh perhitungan konsistensi matriks A1 dan A2 Matriks A1 n= : = Jumlah Max CI RI(n) 1.25 CR Matriks A2 77

25 : = Jumlah n=4 MAX CI RI(n) 0.89 CR Matriks A1 dan A2 memiliki nilai CR< 0,01, sehingga matriks A1 dan A2 dapat diterima Proses pembuatan Supermatriks Setelah semua pertanyaan dihitung bobot prioritas lokalnya, kemudian dibentuk supermatriks dengan menggunakan nilai bobot prioritas lokal tiap sub-matriks. Penyusunan supermatriks diharapkan dapat menangkap pengaruh dari elemen-elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan. Supermatriks awal, biasa disebut dengan Unweighted Supermatriks. Berikut adalah contoh sebagian supermatriks responden yang berasal dari wilayah penelitian Kabupaten Bandung, dan untuk selengkapnya disajikan pada Lampiran 2. 78

26 Tabel 4. 9 Unweighted Supermatriks Responden Kabupaten Bandung Kemudian Unweighted Supermatriks diberi bobot dengan cara membagi nilai yang ada di setiap baris dengan jumlahnya sesuai dengan kolom yang ditinjau. Berikut ini disajikan tabel Weighted Supermatriks. 79

27 Tabel Weighted Supermatriks Responden Kabupaten Bandung Kode E 1 E 2 E 3 E 4 E 5 BOT E Concession E Lease E Management contract E Service Contract E Komitmen pemberantasan korupsi E Kemampuan keuangan pemerintah E Kerangka hukum E Kondisi makroekonomi E Pendapatan perkapita E Stabilitas politik E Efisiensi investasi E Efisiensi operasi dan pemeliharaan E Kesehatan keuangan perusahaan E Tanggungjawab terhadap pengguna E Memperluas jaringan distribusi E Meningkatkan efisiensi operasi E Meningkatkan kapasitas produksi E Meningkatkan kualitas pelayanan E Rehabilitasi fasilitas eksisting E Goal E Ketersediaan perangkat hukum dan regulasi KPS E Ketersediaan unit pelaksana kebijakan KPS E Kebijakan lingkungan yang berlaku E Kesetaraan akses pelayanan E Penerimaan masyarakat terhadap peran swasta E Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat E Setelah itu matriks tersebut dikalikan dengan dirinya sendiri beberapa kali hingga mencapai nilai yang stabil seperti pada tabel berikut ini. Matriks yang telah stabil dinamakan Limiting Supermatriks. 80

28 Tabel Limiting Supermatriks Responden Kabupaten Bandung Kode E 1 E 2 E 3 E 4 E 5 BOT E Concession E Lease E Management contract E Service Contract E Komitmen pemberantasan korupsi E Kemampuan keuangan pemerintah E Kerangka hukum E Kondisi makroekonomi E Pendapatan perkapita E Stabilitas politik E Efisiensi investasi E Efisiensi operasi dan pemeliharaan E Kesehatan keuangan perusahaan E Tanggungjawab terhadap pengguna E Memperluas jaringan distribusi E Meningkatkan efisiensi operasi E Meningkatkan kapasitas produksi E Meningkatkan kualitas pelayanan E Rehabilitasi fasilitas eksisting E Goal E Ketersediaan perangkat hukum dan regulasi KPS E Ketersediaan unit pelaksana kebijakan KPS E Kebijakan lingkungan yang berlaku E Kesetaraan akses pelayanan E Penerimaan masyarakat terhadap peran swasta E Keinginan dan kemampuan membayar masyarakat E Dari nilai pembobotan yang telah diperoleh maka dapat dilakukan perankingan setiap alternatif. Tabel berikut merupakan hasil perankingan tersebut. Bobot pada kolom total adalah bobot eigenvektor yang dihasilkan dari limiting supermatriks. Bobot pada kolom normal adalah bobot yang telah dinormalisasi sehingga jumlah totalnya adalah satu. Sedangkan pada kolom ideal adalah bobot ideal dengan nilai terbesar sama dengan satu, yang diperoleh dengan membagi bobot pada kolom normal dengan nilai terbesarnya. bel Hasil Pemilihan Alternatif Skema KPS Grafik Alternatives Total Normal Ideal Ranking BOT Concession Lease Management contract Service Contract

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Model Pemilihan Skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Investasi Air Minum Menggunakan Proses Jaringan Analitis (ANP) ini merupakan penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk dunia yang tidak memiliki akses pada air minum secara aman (safe) dan berkesinambungan (sustainable), ditargetkan akan dikurangi jumlahnya dengan program

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM INVESTASI AIR MINUM MENGGUNAKAN PROSES JARINGAN ANALITIS (ANP) THESIS

MODEL PEMILIHAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM INVESTASI AIR MINUM MENGGUNAKAN PROSES JARINGAN ANALITIS (ANP) THESIS MODEL PEMILIHAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM INVESTASI AIR MINUM MENGGUNAKAN PROSES JARINGAN ANALITIS (ANP) THESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master dari Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) Frans Ikorasaki 1 1,2 Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung terhadap studi kasus yang akan dilakukan seperti: Strategic Planning Decision Support System (DSS) Evaluasi Supplier 2.1 Strategic

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS 3.1 Penggunaan Konsep Fuzzy Apabila skala penilaian menggunakan variabel linguistik maka harus dilakukan proses pengubahan variabel linguistik ke dalam bilangan fuzzy.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

BAB V STUDI KASUS DAN ANALISIS DATA

BAB V STUDI KASUS DAN ANALISIS DATA BAB V STUDI KASUS DAN ANALISIS DATA 5.1 Data Lokasi Studi Untuk mengetahui pelaksanaan KPS di Indonesia, maka penelitian dilakukan terhadap tiga PDAM di Indonesia yaitu PDAM Jakarta, PDAM Kabupaten Tangerang

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 63 BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada Bab 3 ini dijelaskan mengenai data-data apa saja yang dibutuhkan dalam penelitian ini, bagaimana cara memperoleh datanya, pembuatan model pemilihan mitra kerja

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

Institut Teknologi Bandung. 2) Mahasiswa Program S3 Teknik Sipil, Lab. Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, FTSL

Institut Teknologi Bandung.   2) Mahasiswa Program S3 Teknik Sipil, Lab. Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, FTSL MODEL ON SELECTING SCHEME OF GOVERNMENT AND PRIVATE PARTNERSHIP IN DRINKING WATER INVESTMENT USING ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) MODEL PEMILIHAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM INVESTASI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Sayuran adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi pengembangan pasar

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 UMUM Bagian ini akan menjelaskan hasil pengolahan data yang didapat melalui survey kuisioner maupun survey wawancara, beserta analisis perbandingan hasil pengolahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming. PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL

PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 95~101 PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL Ruhul Amin STMIK

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual PT Saung Mirwan melihat bahwa sayuran Edamame merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Mia Rusmiyanti Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: USULAN PENILAIAN PROMOSI JABATAN DENGAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) DAN RATING SCALE DI PT.

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: USULAN PENILAIAN PROMOSI JABATAN DENGAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) DAN RATING SCALE DI PT. USULAN PENILAIAN PROMOSI JABATAN DENGAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) DAN RATING SCALE DI PT. Y Shanti Kirana Anggraeni 1*, Nurul Ummi 2 Yaumil Chaeriah 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

Pendidikan Responden

Pendidikan Responden BAB IV BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini meliputi para panitia pengadaan barang/jasa, serta jajaran dinas teknis terkait dengan pengadaan

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Untuk memperkenalkan AHP, lihat contoh masalah keputusan berikut: Sebuah kawasan menghadapi kemungkinan urbanisasi yang mempengaruhi lingkungan. Tindakan apa yang harus dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

Penyebaran Kuisioner

Penyebaran Kuisioner Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS

Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS Moh Ramdhan Arif Kaluku 1, Nikmasari Pakaya 2 Jurusan Teknik Informastika Universitas Negeri Gorontalo Gorontalo, Indonesia 1

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Robbins dan Coultier (2012) menyatakan bahwa manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

BAB III METODOGI PENELITIAN

BAB III METODOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data 3.1.1. Data Primer Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari responden dan informan kunci di lapangan melalui wawancara dan menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR SUPPLIER ASSESSMENT PT GARUDA INDONESIA

LAMPIRAN 1 FORMULIR SUPPLIER ASSESSMENT PT GARUDA INDONESIA LAMPIRAN 1 FORMULIR SUPPLIER ASSESSMENT PT GARUDA INDONESIA SUPPLIER ASSESSMENT FORM CATERING SERVICES Nama Caterer Station Unit yang mengisi : : : Kriteria Parameter Diisi Oleh Nilai Keterangan Kualitas

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini antara lain adalah sistem pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelakupelaku dalam pengadaan paprika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) 2.1.1 Kegunaan Analytic Hierarchy Process (AHP) AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN Oleh : Manis Oktavia 1209 100 024 Dosen Pembimbing : Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Sidang Tugas Akhir - 2013

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara luas desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Tabel 3.1 Desain Penelitian Desain Riset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 2 Analytical Network Process (ANP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 2 Analytical Network Process (ANP) Praktikum 2 Analytical Network Process (ANP) Definisi Analyitical Network Process (ANP) Analytical Network Process (ANP) adalah teori matematis yang memungkinkan seorang pegambil keputusan menghadapi faktor-faktor

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace - IAe) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri pesawat terbang, yang dimana memiliki material yang beragam dan aturan-aturan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis dan modern.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... I-1 1.2 Perumusan Masalah... I-3 1.3

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Sleman, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

BAB III ANP DAN TOPSIS

BAB III ANP DAN TOPSIS BAB III ANP DAN TOPSIS 3.1 Analytic Network Process (ANP) Analytic Network Process atau ANP adalah teori matematis yang memungkinkan seorang pengambil keputusan menghadapi faktor-faktor yang saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan Proses Hirarki Analitik. Teknik analisis yang digunakan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan Proses Hirarki Analitik. Teknik analisis yang digunakan adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 Penelitian Terdahulu Sukarto (2006 melakukan penelitian mengenai pemilihan model transportasi yang sesuai dalam usaha memecahkan masalah kemacetan dengan udul penelitian Pemilihan

Lebih terperinci

DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP

DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP Edy Victor Haryanto Universitas Potensi Utama Jl. KL. Yos Sudarso, Km. 6,5 No. 3A Tanjung Mulia Medan Abstrak Staf atau Pegawai adalah salah

Lebih terperinci

PENERAPAN PERBANDINGAN METODE AHP-TOPSIS DAN ANP-TOPSIS MENGUKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI GORONTALO

PENERAPAN PERBANDINGAN METODE AHP-TOPSIS DAN ANP-TOPSIS MENGUKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI GORONTALO PENERAPAN PERBANDINGAN METODE AHP-TOPSIS DAN ANP-TOPSIS MENGUKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI GORONTALO Moh Ramdhan Arif Kaluku 1, Nikmasari Pakaya 2 1 aliaskaluku@gmail.com, 2 nikmasaripakaya@gmail.com

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sayuran sebagai salah satu produk dari salah satu sub sektor pertanian, yaitu hortikultura, merupakan produk yang sudah banyak diekspor ke luar negeri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang ABSTRAK Penentuan range plafond diperlukan untuk menentukan

Lebih terperinci

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company) SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company) Zakaria 1, Addy Suyatno 2, Heliza Rahmania Hatta 3 1 Lab Software Engineering, Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. commit to user

BAB IV PEMBAHASAN. commit to user digilib.uns.ac.id 26 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kebutuhan Sistem 4.1.1 Deskripsi Data Data yang berhasil dikumpulkan dari hasil wawancara dengan pegawai Kementrian Sosial di dapatkan data hasil survey

Lebih terperinci

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia Sistem Promosi Jabatan Karyawan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) (Studi Kasus pada PT. Ginsa Inti Pratama) 1) Eka Andrita Gusdha M, 2) Asep Wahyudin,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjabarkan kerangka penelitian dan hipotesa yang digunakan. Bab ini juga akan membahas metode dan teknik penelitian yang digunakan, serta parameter yang menjadi

Lebih terperinci

DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP

DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP Edy Victor Haryanto Universitas Potensi Utama Jl. K. L. Yos Sudarso Km 6,5 No 3 A Tanjung Mulia - Medan Email: edy@potensi-utama.ac.id, edyvictor@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Matrix Input AHP. 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru

Lampiran 1. Data Matrix Input AHP. 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru Lampiran 1. Data Matrix Input AHP 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru 97 2. Alternatif Untuk Kriteria Kualitas Harapan Konsumen 98 99 100 3. Alternatif Untuk Kriteria

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ Performa (2016) Vol. 15, No.2: 154-159 Peralihan Moda Transportasi Jasa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ Yuliyani Nur Angraini 1), Meilani Rosita 2), dan Amalia

Lebih terperinci