Departemen Teknik Mesin dan Biosistem - Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Departemen Teknik Mesin dan Biosistem - Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2"

Transkripsi

1 UNIT PENGOLAHAN BERAS PRATANAK TERINTEGRASI DENGAN PENGGILINGAN PADI KECIL Parboiled Rice Processing Technology integrated with Small Rice Milling Unit Rokhani Hasbullah 1, Sutrisno Koswara 2 dan Memen Surahman 3 1 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem - Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor rokhani@ipb.ac.id 2 Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan - Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 3 Departemen Agronomi dan Hortikultura - Fakultas Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Pengolahan beras pratanak dimaksudkan untuk meningkatkan mutu dan menurunkan indeks glikemik dari beras sehingga cocok dikonsumsi bagi penderita diabetes dan obesitas. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengevaluasi kinerja unit pengolah beras pratanak terintegrasi dengan penggilingan padi kecil, dan (2) mengkaji pengaruh lama pengukusan gabah terhadap mutu fisik dan kimia beras pratanak. Tahapan pengolahan beras pratanak meliputi penyiapan gabah kering giling (GKG), perendaman gabah pada suhu 60 o C selama 4 jam, pengukusan, pengeringan dan penggilingan. Pengukusan dilakukan selama 20 menit, 30 menit dan kontrol (tanpa proses pratanak). Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit pengolahan beras pratanak telah dapat dipergunakan untuk mengolah beras pratanak dengan kapasitas 200 kg per batch. Konsumsi bahan bakar biomassa (serbuk gergaji) sebesar 31 kg/jam menghasilkan uap panas (steam) dengan laju sebesar 77.1 kg/jam dan suhu uap mencapai C. Suhu gabah selama proses pengukusan mencapai o C. Butir utuh meningkat dari 42.2 % (kontrol) menjadi 64.3±4.2 % untuk pengukusan 20 menit dan 92.8±0.6 % untuk pengukusan 30 menit. Proses pratanak secara nyata menurunkan kadar karbohidrat, pati, amilopektin, namun meningkatkan kadar abu, lemak, protein, serat pangan, gula total, dan kadar amilosa. Proses pratanak menghasilkan rendemen giling sebesar %, lebih tinggi dibandingan rendemen beras kontrol (65.4 %) meskipun tidak berbeda nyata. Kata kunci: beras pratanak, unit pengolahan beras pratanak, lama pengukusan gabah, mutu fisik dan kimia. ABSTRACT Parboiled rice processing is intended to improve the quality and decrease the glycemic index, therefore the rice is suitable for people who suffer from diabetes and obesity. This study aims to (1) evaluate the performance of parboiled rice processing unit integrated with a small rice milling unit, and (2) assess the effect of steaming time to the physical and chemical quality of the parboiled rice. Parboiled rice processing stages include grain cleaning, soaking the grain at a 1

2 temperature of 60 C for 4 hours, steaming, drying and milling. Steaming of the paddy was performed for 20 minutes, 30 minutes and control (no treatment). The results showed that the processing unit could be used to process parboiled rice with a capacity of 200 kg per batch. Fuel consumption of biomass (sawdust) of 31 kg/h, generating steam at a rate of 77.1 kg/h at a steam temperature of C. Grain temperature during the steaming process reached C. The percentage of head rice of parboiled rice increased from 42.2 % (control) to 64.3 ± 4.2% for parboiled rice with steaming time of 20 minutes and 92.8 ± 0.6% for steaming time of 30 minutes. Parboiled process significantly decreased the levels of carbohydrates, starch, amylopectin content, but increased levels of ash, fat, protein, dietary fiber, total sugars, and amylose content. Milling yield of the parboiled rice reached %, higher compared to control (65.4%) although not significantly different. Keywords: parboiled rice, parboiled rice processing unit, paddy steaming time, physico-chemical quality PENDAHULUAN Konsumsi beras per kapita orang Indonesia per tahun mencapai 139 kg, konsumsi beras ini tercatat tertinggi di dunia.konsumsi beras perkapita per tahun masyarakat Indonesia cukup tinggi mencapai 139 kg menurut data BPS, sementara data yang dikeluarkan Kementerian Pertanian menyebut angka 124 kg. Tingginya tingkat konsumsi beras memiliki pengaruh yang kurang baik bagi kesehatan, terutama penyakit diabetes dan obesitas. Rata-rata masyarakat Indonesia lebih menyukai beras yang tidak lembek atau beras dengan kandungan amilosa yang sangat rendah (20 %) namun memiliki indeks glikemik (IG) yang tinggi, berkisar atara 83 dan 93 (Yokohama 2004). Indeks glikemik adalah skala atau angka yang diberikan pada makanan tertentu berdasarkan seberapa cepat makanan tersebut meningkatkan kadar gula darahnya, skala yg digunakan adalah Konsumsi pangan dengan IG tinggi berpotensi menyebabkan terjangkitnya penyakit diabetes. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknologi pascapanen untuk mengolah gabah sehingga dapat menurunkan nilai IG pada beras. Salah satu teknologi pascapanen tersebut adalah pengolahan beras pratanak (parboiled rice). Beras pratanak adalah beras yang dihasilkan dari gabah yang telah mengalami penanakan parsial melalui tahapan proses perendaman gabah dalam air dan pengukusan dengan uap panas kemudian dikeringkan sebelum digiling (Grist 1975, Tjiptadi dan Nasution 1985, Haryadi 2006). Tujuan dari pengolahan beras 2

3 pratanak adalah untuk menghindari kehilangan dan kerusakan beras, baik ditinjau dari nilai gizi maupun rendemen serta menurunkan nilai indeks glikemik dari beras yang dihasilkan. Secara umum proses pengolahan beras pratanak terdiri dari tiga bagian, yaitu perendaman, pengukusan, dan pengeringan. Perendaman berfungsi untuk memasukkan air ke dalam ruang inter cellular dari sel-sel pati endosperm, dimana sebagian air tersebut nantinya akan diserap oleh sel-sel pati itu sendiri sampai pada tingkat tertentu dan cukup untuk proses gelatinisasi. Lama perendaman tergantung pada suhu air perendaman yang digunakan. Menurut Wimberly (1983), perendaman pada suhu lingkungan (20-30 o C) memerlukan waktu selama jam, namun jika perendaman dilakukan pada suhu o C hanya memerlukan waktu selama 2-4 jam. Proses pengukusan dengan uap panas bertujuan untuk melunakkan struktur sel pati endosperm sehingga tekstur granula pati dari endosperm menjadi seperti pasta akibat proses gelatinisasi. Gelatinisasi adalah proses peristiwa perkembangan granula pati sehingga granula pati tersebut tidak dapat kembali pada kondisi semula. Menurut Wimberly (1983), pemberian uap panas mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya panas yang tinggi menyebabkan penyebaran suhu relatif merata dan konstan, relatif mudah mengendalikan suhu gabah, waktu pengukusan relatif cepat dan mempunyai tingkat pindah panas yang tinggi. Umumnya uap jenuh yang digunakan untuk pengukusan mempunyai tekanan antara 1-5 kg/cm 2 pada suhu o C selama menit untuk tangki ukuran besar. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menguji kinerja unit pengolah beras pratanak terintegrasi dengan penggilingan padi, (2) mengkaji pengaruh lama pengukusan terhadap mutu fisik dan kimia beras pratanak. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian dilakukan selama delapan bulan dimulai bulan Mei-November 2015 di Penggilingan Padi PB Sinar Jati Desa Dukupuntang Cirebon dan Laboratorium Teknik Lingkungan Biosistem IPB Bogor. 3

4 Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah gabah kering giling (GKG) varietas Ciherang yang diperoleh dari petani di Kabupaten Cirebon. Peralatan yang digunakan meliputi unit pengolahan beras pratanak yang terdiri dari bak perendaman gabah, tangki pengukusan gabah, steam boiler, lantai penjemuran, mesin penggiling gabah (Kubota RD100 DI-2T), mesin penyosoh beras (ICHI Blower Rice Polisher model N70), cylinder separator (Satake Test Rice Grader), timbangan digital dan Crown Moisture Tester serta peralatan lab lainnya untuk analisis mutu beras. Prosedur Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu pengujian kinerja unit pengolah beras pratanak dan penelitian utama untuk mengkaji pengaruh kondisi proses pada mutu beras pratanak yang dihasilkan. Gabah dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran kemudian direndam dalam bak perendaman pada suhu 60 o C selama 4 jam. Setelah perendaman selanjutnya gabah dikukus pada suhu o C selama 20 menit, 30 menit dan kontrol. Setelah proses pengukusan selanjutnya gabah dikeringkan pada lantai jemur hingga mencapai kadar air 14 %. Gabah kemudian digiling dan dilakukan analisis rendemen giling dan mutu fisik/kimia beras pratanak. Sebagai kontrol adalah beras dari hasil penggilingan GKG tanpa proses pratanak. Prosedur Analisis Parameter yang dianalisis pada penelitian ini adalah mutu fisik beras pratanak yang meliputi rendemen giling, mutu fisik (beras kepala, beras patah, dan beras menir) dan kimia beras pratanak yang meliputi kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat, energy, serat pangan, gula total, pati, amilosa dan amilopektin. Analisis Mutu Fisik Beras Analisis ini mengacu pada SNI :2008. Beras pratanak yang telah dihasilkan ditimbang sebanyak 100 g (W o ). Kemudian dipisahkan menjadi beras kepala (> 2 / 3 ), beras patah ( 1 / 3-2 / 3 ) dan beras menir (< 1 / 3 ) menggunakan alat cylinder separator (Satake Test Rice Grader). Bobot dari masing-masing beras kepala (W bk ), beras patah (W bp ) dan beras menir (W bm ) tersebut selanjutnya 4

5 ditimbang. Persentase beras kepala (BK), beras patah (BP) dan beras menir (BM) ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut: BK (%) = (1) BP (%) = (3) BM (%) = (4) Analisis Kimia Analisis kimia dilakukan dengan metode Gravimetri untuk kadar air dan kadar abu, metode Soxhlet untuk kadar lemak, metode Kjeldahl untuk kadar protein, metode by different untuk karbohidrat, metode kalkulasi untuk energi, metode enzimatik untuk serat pangan, metode titrasi untuk gula total, pati dan amilosa serta metode Spektro untuk amilopektin. Analisis data Rancangan perobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan lama pengukusan gabah (20 menit, 30 menit dan kontrol), percobaan dilakukan dengan dua kali ulangan. Data yang diperoleh diolah dengan analisis sidik ragam (Anova) untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan apabila berpengaruh dilanjutkan dengan uji Duncan Multilple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Teknologi Pengolahan Beras Pratanak Rancang bangun unit pengolahan beras pratanak harus memenuhi kriteria desain, yaitu mudah dalam perancangan dan pengoperasian. Unit pengolahan beras pratanak hasil rancang bangun diperlihatkan pada Gambar 1. Unit pengolahan beras pratanak terdiri atas beberapa bagian, antara lain: bak perendaman gabah, unit pengumpan bahan bakar biomassa, tungku, tangki uap, dan tangki pengukusan dan menara air. 5

6 Gambar 1. Unit pengolahan beras pratanak hasil rancang bangun Tahapan proses pengolahan beras pratanak meliputi perendaman (steeping), pengukusan (steaming), pengeringan (drying), penggilingan, sortasi dan pengemasan. Gabah GKG direndam pada air suhu o C selama 4-6 jam yang bertujuan untuk meningkatkan kadar air gabah. Hasil perendaman menunjukkan bahwa kadar air gabah meningkat dari 14±1.4 % menjadi 30.1±0.1 %. Gambar 2 memperlihatkan proses perendaman gabah. Menurut Ali dan Ojha (1976) pada kadar air sekitar 30 % proses gelatinisasi pati dalam gabah dapat berlangsung pada saat dilakukan pengukusan. Gambar 2. Proses perendaman gabah. Setelah perendaman, proses selanjutnya adalah pengukusan gabah. Proses pengukusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas (steam) yang berasal dari boiler. Gambar 3 memperlihatkan tungku biomasa untuk memproduksi uap. 6

7 Gambar 3. Tungku biomasa untuk memproduksi uap. Setelah selesai pengukusan, gabah dari tangki pengukusan dikeluarkan dan ditampung dengan angkong (troley) untuk selanjutnya gabah dikeringkan dengan cara menjemur di lamporan (lantai jemur) hingga kadar air mencapai sekitar 14 persen. Pengeluaran gabah dari tangki pengukusan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Proses pengeluaran gabah hasil pengukusan. Proses berikutnya adalah pengeringan gabah pratanak. Proses pengeringan dilakukan dengan cahaya matahari langsung. Gabah yang sedang dikeringkan dibolak-balik setiap jam menggunakan kayu dengan tujuan agar pengeringan berlangsung secara merata (Gambar 5). Setelah dua hari pengeringan, kadar air mencapai 12 % sehingga gabah sudah siap untuk digiling. 7

8 Gambar 5. Proses pengeringan gabah pratanak. Berdasarkan uji kinerja diperoleh hasil bahwa pengumpan bahan bakar mampu mengalirkan bahan bakar sebesar 31 kg/jam pada bukaan hopper 50%. Bukaan hopper 50% menghasilkan aliran serbuk yang stabil dan kontinyu, serta tidak berceceran di bagian depan atau belakang tungku. Proses pemanasan air sebanyak 155 liter menggunakan tungku biomasa membutuhkan waktu selama 76 menit untuk mencapai suhu air 100 C. Laju uap air yang dihasilkan oleh steam boiler yaitu 77.1 kg/jam dengan suhu uap terbentuk C. Gelatinisasi merupakan tujuan utama dari proses pratanak sehingga kandungan nutrisi masuk kedalam butir beras. Menurut Wimberly (1983), pemberian uap panas juga mempunyai beberapa kelebihan diantaranya panas yang tinggi dapat diaplikasikan pada suhu yang konstan, tersebar merata, mudah dikendalikan dan pindah panas lebih cepat dibandingkan dengan media lain seperti air panas. Pengukusan gabah dilakukan menggunakan dua buah tangki masingmasing berkapasitas 100 kg. Tangki pengukusan gabah dialiri uap panas (steam) melalui pipa yang diberi lubang-lubang untuk menyemburkan uap. Pengukusan dilakukan selama 20 menit dan 30 menit. Suhu uap pengukusan gabah pada penelitian ini rata-rata mencapai C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wimberly (1983) bahwa pada umumnya steam jenuh yang digunakan untuk pengukusan mempunyai tekanan antara 1-5 kg/cm 2 atau pada suhu sekitar o C. Pengambilan data suhu gabah dilakukan setiap 1 menit. Suhu dan tekanan pada tangki pengukusan relatif konstan selama proses pengukusan. 8

9 Perkembangan suhu uap dan suhu gabah selama pengukusan dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa suhu gabah awal 42.8±3.6 o C kemudian meningkat secara signifikan mulai menit ke-8 hingga mencapai suhu 99.5 o C pada menit ke-14. Kemudian suhu gabah relatif konstan pada kisaran o C hingga akhir pengukusan. Gambar 6. Perkembangan suhu uap dan suhu gabah selama pengukusan. b. Mutu Fisik Beras Pratanak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beras pratanak telah memenuhi persyaratan umum sesuai SNI : 2008, yaitu (i) bebas hama dan penyakit, (ii) bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya, (iii) bebas dari campuran dedak dan bekatul, (iv) bebas dari bahan kimia yang membahayakan dan merugikan konsumen. Gambar visual beras dengan pengukusan selama 20 menit, 30 menit, dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Beras pratanak pada pengukusan selama 20 dan 30 menit dibandingkan dengan kontrol. 9

10 Proses pratanak menyebabkan pengerasan lapisan aleuron yang mencegah hilangnya nutrisi (protein, lemak, mineral, thiamin) pada saat penyosohan, hal ini menyebabkan derajat sosohnya menurun. Hal ini disebabkan karena pada saat pengukusan gabah terjadi proses pragelatinisasi yang menyebabkan bekatul (aleuron) hampir seluruhnya berubah menjadi pasta dan mengeras pada bagian endosperm. Sehingga bagian endosperm yang terkikis saat proses penyosohan akan semakin sedikit (Haryadi 2008). Dengan kata lain proses pratanak mampu mencegah hilangnya nutrisi pada saat penyosohan. Proses pratanak meningkatkan persentase butir utuh dan menurunkan persentase butir kepala, butir patah dan menir (Tabel 1). Pengukusan selama menit secara nyata mampu meningkatkan butir utuh dari 42.2 % (kontrol) menjadi 64.3±4.2 % untuk pengukusan selama 20 menit dan 92.8±0.6 % untuk pengukusan selama 30 menit. Pada proses pengukusan terjadi pragelatinisasi pati dimana pembesaran sel-sel pati pada bagian endosperm menyebabkan antar sel-sel pati tersebut saling berikatan, kemudian sel-sel menjadi lunak dan terjadi perubahan tekstur menjadi seperti pasta. Proses tersebut diduga menyebabkan hilangnya keretakan internal yang mungkin terdapat pada endosperm atau saling menyatu antar retakannya, sehingga setelah dilakukan pengeringan maka tekstur endosperm akan kembali mengeras seperti kondisi awal dan menghasilkan tekstur butir yang lebih kompak dan kokoh. Sifat butir yang kompak dan kokoh dari hasil proses pengukusan tersebut diduga dapat meningkatkan persentase butir kepala dan menurunkan persentase butir patah karena lebih tahan terhadap gesekan saat penggilingan. Lama pengukusan berpengaruh terhadap persentase butir kepala, dimana semakin lama pengukusan akan semakin tinggi pula persentase butir kepala yang dihasilkan. Wani et al. (2012) menyatakan bahwa pati yang mengalami gelatinisasi antar sel-selnya akan berikatan kuat karena adanya interaksi antar ikatan hidrogen pati dengan ikatan hidrogen pada air. Semakin banyak sel pati yang tergelatinisasi maka semakin banyak sel yang berikatan. Selanjutnya apabila sejumlah air dikeluarkan (melalui proses pengeringan) maka akan terjadi rekristalisasi molekul pati yang akan mengubah tekstur pasta menjadi kristal. Fonseca et al. (2014) menambahkan perubahan fase tersebut akan menghasilkan 10

11 tekstur butir beras yang lebih kompak dan tidak mudah patah pada saat dilakukan proses penggilingan. Berdasarkan hal tersebut maka persentase beras kepala yang dihasilkan pada beras pratanak akan lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Graham-Acquaah et al. (2015) yang melaporkan terjadi peningkatan persentase butir kepala pada beras pratanak. Tabel 1. Pengaruh lama pengukusan terhadap mutu fisik beras pratanak Lama pengukusan Butir utuh (%) Butir kepala (%) Butir patah (%) Menir (%) 20 menit 64.3±4.2 b 4.6±1.7 b 17.3±2.7 b 12.9±2.3 a 30 menit 92.8±0.6 a 2.3±0.6 c 1.5±0.4 c 2.6±1.0 b Kontrol 42.2±0.8 c 14.6±1.7 a 25.1±0.1 a 12.5±0.7 a Huruf yang sama menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf Proses pratanak juga mampu meningkatkan rendemen giling dari 66.2±1.8 % (kontrol) menjadi 69.6±3.5 % untuk pengukusan selama 20 menit dan 70.5±3.0 untuk pengukusan selama 30 menit, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Menurut Widowati (2009), proses pratanak dapat meningkatkan rendemen giling sebesar 2-7 %. c. Mutu Kimia Beras Pratanak Hasil analisis proksimat dari beras pratanak pada berbagai lama pengukusan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil yang tersaji pada tersebut dapat diketahui bahwa proses pratanak mempengaruhi komposisi gizi dari beras pratanak. Proses pratanak dengan lama pengukusan menit menurunkan kadar karbohidrat, kadar pati, kadar amilopektin, namun dapat meningkatkan kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, energi, kadar serat pangan, gula total, dan kadar amilosa. Hal ini disebabkan karena terjadi proses pragelatinisasi pada saat pengukusan gabah yang menyebabkan sejumlah nutrisi berdifusi ke dalam butir beras. Widowati et al. (2009) menyatakan bahwa difusi komponen dari dedak dan sebagian sekam ke dalam endosperm beras berpengaruh nyata meningkatkan kandungan serat pangan. Pengukusan selama 20 menit menghasilkan nilai kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, 11

12 energi, kadar pati dan kadar amilosa yang lebih tinggi dibandingkan pengukusan selama 30 menit. Tabel 2. Nilai gizi beras pratanak pada gabah varietas Ciherang Lama Pengukusan Jenis analisis Kontrol 20 mnt 30 mnt Kadar air (%) 12.90±0.14 a 13.50±0.14 b 13.95±0.78 c Kadar abu (%) 0.48±0.17 a 0.75±0.04 b 0.74±0.01 b Kadar lemak (%) 1.17±0.01 a 2.42±0.01 c 2.06±0.01 b Kadar protein (%) 7.33±0.01 a 7.71±0.02 c 7.49±0.00 b Kadar karbohidrat (%) 78.13±0.03 b 75.64±0.15 a 75.76±0.81 a Energi (Kkal/100 g) ±0.15 b ±0.74 c ±3.10 a Serat pangan (%) 6.38±0.06 a 6.90±0.02 b 7.05±0.09 b Gula total (%) 0.49±0.11 a 2.45±0.11 c 1.87±0.06 b Pati (%) 72.43±0.43 b 70.91±0.46 a 70.14±0.10 a Amilosa (%) 21.78±0.28 a 23.55±0.09 c 22.57±0.10 b Amilopektin (%) 50.65±0.16 b 47.36±0.55 a 47.57±0.20 a Beras pratanak yang dihasilkan dikemas dalam kemasan vakum dengan berat 1 kg dan diberi merk Nutri Rice. Gambar 8 memperlihatkan beras pratanak yang dihasilkan dari hasil uji coba produksi beras pratanak. Gambar 8. Beras pratanak Nutri rice hasil uji coba produksi. 12

13 KESIMPULAN Unit pengolahan beras pratanak berkapasitas 200 kg per batch terintegrasi dengan penggilingan padi telah berhasil dibuat, terdiri dari pengumpan bahan bakar biomassa, tungku biomasa untuk produksi uap panas (steam boiler), tangki pengukusan, bak perendaman dan gerobak gabah. Pengumpan bahan bakar serbuk gergaji dapat beroperasi dengan baik dengan aliran yang stabil dan kontinyu pada laju aliran 31 kg/jam. Proses pemanasan air sebanyak 155 liter membutuhkan waktu selama 76 menit untuk mencapai suhu air 100 C. Laju uap air yang dihasilkan oleh steam boiler yaitu 77.1 kg/jam dengan suhu uap terbentuk C. Suhu gabah selama proses pengukusan mencapai o C. Proses pratanak meningkatkan persentase butir utuh dan menurunkan persentase butir kepala, butir patah dan menir. Butir utuh meningkat dari 42.2 % (kontrol) menjadi 64.3±4.2 % untuk pengukusan 20 menit dan 92.8±0.6 % untuk pengukusan 30 menit. Proses pratanak secara nyata menurunkan kadar karbohidrat, pati, amilopektin, namun meningkatkan kadar abu, lemak, protein, karbohidrat, serat pangan, gula total, dan kadar amilosa. Proses pratanak menghasilkan rendemen giling sebesar %, lebih tinggi dibandingan rendemen beras kontrol (65.4 %) meskipun tidak berbeda nyata. Ucapan Terima Kasih Makalah ini adalah bagian dari pelaksanaan Penelitian Unggulan sesuai Mandat Pusat (PUP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini didanai dari Program Hibah Penelitian BOPTN Tahun Anggaran Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Ristek-Dikti dan LPPM IPB yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. 13

14 Daftar Pustaka Childs NW Production and Utilization of Rice. Minnesota (US) : American Association of Cereal Chemists. Fonseca FA, Junior MSS, Bassinello PZ, Eifert EC, Garcia DM, Caliari M Technological, physicochemical and sensory changes of upland rice in soaking step of the parboiling process. Acta Scientiarum Technology 36(4): Graham-Acquaah S, Manful JT, Ndindeng SA, Tchatcha DA Effects of soaking and steaming regimes on the quality of artisanal parboiled rice. Journal of Food Processing and Preservation. doi: /jfpp ISSN : Grist DH Rice. 5th ed. London (GB) : Longmans. Haryadi Teknologi Pengolahan Beras. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press. Tjiptadi W dan Nasution MZ Padi dan Pengolahannya. Bogor (ID) : Agro Industri Press Departemen Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB. Wani AA, Singh P, Shah MA, Schweiggert-Weisz U, Gul K, Wani IA Rice starch diversity: effects on structural, morphological, thermal, and physicochemical properties a review. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety 11: Widowati S, Santosa BAS, Astawan M, Akhyar Penurunan indeks glikemik berbagai varietas beras melalui proses pratanak. Jurnal Pascapanen 6(1): 1-9. Wimberly JE Paddy Rice Postharvest Industry in Developing Countries. Manila (PH) : IRRI (International Rice Research Institute). Yokoyama W Nutritional Properties of Rice and Rice Brand. Minnesota (US) : American Association of Cereal Chemists. 14

Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2015 Makassar,Sulawesi Selatan,5-7 Agustus 2015

Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2015 Makassar,Sulawesi Selatan,5-7 Agustus 2015 AMP-20 DISAIN TUNGKU BIOMASA UNTUK PENGOLAHAN BERAS PRATANAK TERINTEGRASI DENGAN PENGGILINGAN PADI KECIL Rokhani Hasbullah1, Deny Saputro1,Ryan Akbar Prayogi1, Deva Primadia Almada2, Sutrisno Koswara3

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA BERAS PRATANAK (Processing Technology and Business Feasibility of Parboiled Rice) ABSTRAK

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA BERAS PRATANAK (Processing Technology and Business Feasibility of Parboiled Rice) ABSTRAK Hal : 339 353 ISBN : 978-602-8853-29-3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA BERAS PRATANAK (Processing Technology and Business Feasibility of Parboiled Rice) Rokhani Hasbullah 1), Esa Ghanim Fadhallah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MEMPRODUKSI BERAS SEHAT MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS PRATANAK PADA PENGGILINGAN PADI KECIL

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MEMPRODUKSI BERAS SEHAT MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS PRATANAK PADA PENGGILINGAN PADI KECIL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MEMPRODUKSI BERAS SEHAT MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS PRATANAK PADA PENGGILINGAN PADI KECIL BIDANG KEGIATAN PKM-GT Diusulkan oleh : Ketua Pelaksana

Lebih terperinci

UJI KINERJA PIPA ALIRAN STEAM PADA TANGKI PENGUKUS BERAS PRATANAK (PARBOILED RICE) RYAN AKBAR PRAYOGI

UJI KINERJA PIPA ALIRAN STEAM PADA TANGKI PENGUKUS BERAS PRATANAK (PARBOILED RICE) RYAN AKBAR PRAYOGI UJI KINERJA PIPA ALIRAN STEAM PADA TANGKI PENGUKUS BERAS PRATANAK (PARBOILED RICE) RYAN AKBAR PRAYOGI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. GABAH 1. Struktur Gabah Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Klasifikasi ilmiah tanaman padi yang menjadi bahan baku beras adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

P-ISSN E-ISSN Vol. 4, No. 2, Oktober 2016

P-ISSN E-ISSN Vol. 4, No. 2, Oktober 2016 P-ISSN 2407-0475 E-ISSN 2338-8439 Vol. 4, No. 2, Oktober 2016 Jurnal Keteknikan Pertanian (JTEP) merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA). JTEP terakreditasi berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK (PARBOILING RICE) PADA GABAH VARIETAS SITU BAGENDIT SKRIPSI SPETRIANI F

KAJIAN TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK (PARBOILING RICE) PADA GABAH VARIETAS SITU BAGENDIT SKRIPSI SPETRIANI F KAJIAN TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK (PARBOILING RICE) PADA GABAH VARIETAS SITU BAGENDIT SKRIPSI SPETRIANI F14070125 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 STUDY

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch Arfendi (0706112356) Usman Pato and Evy Rossi Arfendi_thp07@yahoo.com

Lebih terperinci

Perum BULOG Jalan Gatot Subroto Kav 49 Jakarta Selatan b. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor c

Perum BULOG Jalan Gatot Subroto Kav 49 Jakarta Selatan b. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor c A R T I K E L Proses Pengolahan Beras Pratanak Memperbaiki Kualitas dan Menurunkan Indeks Glikemik Gabah Varietas Ciherang Parboiled Rice Processing Improve Quality and Reduce Glycemic Index of Paddy cv.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

KAJIAN PROSES PENGUKUSAN GABAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIK BERAS PRATANAK PADA GABAH VARIETAS CIHERANG DAN IR 42 DANIAR ALFIAN RIFALDI

KAJIAN PROSES PENGUKUSAN GABAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIK BERAS PRATANAK PADA GABAH VARIETAS CIHERANG DAN IR 42 DANIAR ALFIAN RIFALDI KAJIAN PROSES PENGUKUSAN GABAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIK BERAS PRATANAK PADA GABAH VARIETAS CIHERANG DAN IR 42 DANIAR ALFIAN RIFALDI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG STUDI PENGARUH PEMANASAN PADA PADI (Oryza sativa) ORGANIK PANDAN WANGI TINJAUAN SIFAT KIMIA (AMILOSA, KADAR SERAT PANGAN, KADAR PROKSIMAT ) DAN SENSORIS A STUDY ON THE EFFECT OF HEATING PROCESS ON ORGANIC

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG PENGARUH PERLAKUAN PEMANASAN TERHADAP KADAR AMILOSA DAN SERAT PANGAN BERAS MERAH ORGANIK EFFECT OF HEATING TREATMENT ON AMYLOSE CONTENT AND TOTAL DIETARY FIBER OF ORGANIC RED RICE SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PENGERINGAN GABAH PADA PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK OLDGA AGUSTA DEZARINO

KAJIAN PENGERINGAN GABAH PADA PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK OLDGA AGUSTA DEZARINO KAJIAN PENGERINGAN GABAH PADA PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK OLDGA AGUSTA DEZARINO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya dikonsumsi kurang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE BERAS MERAH DENGAN VARIASI SUHU PEREBUSAN DAN SUHU PENGERINGAN SKRIPSI OLEH: LILY CHANDRA 6103008114 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIK PENGOLAHAN BERAS PRATANAK: RANCANG BANGUN STEAM BOILER BERBAHAN BAKAR BIOMASA SATRIA ASA NEGARA

KAJIAN TEKNIK PENGOLAHAN BERAS PRATANAK: RANCANG BANGUN STEAM BOILER BERBAHAN BAKAR BIOMASA SATRIA ASA NEGARA KAJIAN TEKNIK PENGOLAHAN BERAS PRATANAK: RANCANG BANGUN STEAM BOILER BERBAHAN BAKAR BIOMASA SATRIA ASA NEGARA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH HASIL PENYANGRAIAN SKRIPSI OLEH: NOVITA KRISTANTI

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH HASIL PENYANGRAIAN SKRIPSI OLEH: NOVITA KRISTANTI PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH HASIL PENYANGRAIAN SKRIPSI OLEH: NOVITA KRISTANTI 6103012126 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU BERAS

PENGUJIAN MUTU BERAS PENGUJIAN MUTU BERAS RINI YULIANINGSIH Good Equipment Good Paddy Rice Skilled Miller Jika Anda memilik padi berkualitas tinggi dengan unit penggiling yang bagus dan dioperasikan oleh tenaga yang ahli Jika

Lebih terperinci

SIFAT FISIKO-KIMIA PRODUK EKSTRUSI DARI BERAS DENGAN SUBTITUSI RICE BRAN ABSTRACT

SIFAT FISIKO-KIMIA PRODUK EKSTRUSI DARI BERAS DENGAN SUBTITUSI RICE BRAN ABSTRACT SIFAT FISIKO-KIMIA PRODUK EKSTRUSI DARI BERAS DENGAN SUBTITUSI RICE BRAN Nuri Arum Anugrahati ', Djohan Sofia 2 *, Novi Wiguna 3 ' ABSTRACT Rice bran is highly nutritional value by-product from rice milling.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF

PEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF PEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: DANIEL ANDI PURNOMO 6103009069 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami berbagai tanaman komoditas pangan sehingga dapat menghasilkan bermacammacam produk pangan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengkondisian Grits Jagung Proses pengkondisian grits jagung dilakukan dengan penambahan air dan dengan penambahan Ca(OH) 2. Jenis jagung yang digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu) OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu) Process and Formula Optimizations on Dried Sago (Metroxylon sagu) Noodle Processing Adnan Engelen, Sugiyono, Slamet Budijanto

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007). BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L yang meliputi kurang lebih 25 spesies tersebar di daerah tropis dan daerah

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI 1 Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu proses pembuatan mi jagung kering.

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3 Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 7-12 ANALISIS MUTU BERAS PADA MESIN PENGGILINGAN PADI BERJALAN DI KABUPATEN PRINGSEWU THE ANALYSIS OF RICE QUALITY PRODUCED BY COMMUTING RICE MILLING MACHINE IN

Lebih terperinci

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK Jurnal Galung Tropika, 2 (3) September 2013, hlmn. 129-135 ISSN 2302-4178 ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA Syamsuar 1) dan Mukhlisa

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN BERAS VARIETAS IR 64 TERHADAP PRODUKSI PIGMEN Monascus sp. BST1 SKRIPSI OLEH: KENT MIRA CANDRA

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN BERAS VARIETAS IR 64 TERHADAP PRODUKSI PIGMEN Monascus sp. BST1 SKRIPSI OLEH: KENT MIRA CANDRA PENGARUH LAMA PENGUKUSAN BERAS VARIETAS IR 64 TERHADAP PRODUKSI PIGMEN Monascus sp. BST1 SKRIPSI OLEH: KENT MIRA CANDRA 6103008083 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada dodol susu kambing mampu meningkatkan kualitas organoleptik, meningkatkan kadar lemak, dan kadar total karbohidrat.

Lebih terperinci

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN FIRMAN SANTHY GALUNG Email : firman_galung@yahoo.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Yeni E Maryana 1*), Budi Raharjo 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM (Test of Flat Burr Mill GrinderOn The commodity of Rice, White Sticky Rice and Black Sticky Rice) Endra Rahmadan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Beras aromatik adalah beras yang popular saat ini baik di dalam dan luar negeri karena mutu yang baik dan aroma yang wangi. Banyak

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Karakteristik menir segar Karakteristik. pengujian 10,57 0,62 0,60 8,11 80,20 0,50 11,42 18,68.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Karakteristik menir segar Karakteristik. pengujian 10,57 0,62 0,60 8,11 80,20 0,50 11,42 18,68. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK MENIR SEGAR Pengujian karakteristik dilakukan untuk mengetahui apakah bahan baku yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pengolahan tepung menir pragelatinisasi

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MASHED SWEET POTATO POWDER

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MASHED SWEET POTATO POWDER PENGARUH LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MASHED SWEET POTATO POWDER SKRIPSI OLEH : KEN AYU HASTUNGKORO RETNO WILIS 6103012090 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM SKRIPSI Oleh: FORIANUS WARUWU 090305025/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG HIJAU PADA BEBERAPA WAKTU PERENDAMAN

KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG HIJAU PADA BEBERAPA WAKTU PERENDAMAN KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG HIJAU PADA BEBERAPA WAKTU PERENDAMAN SKRIPSI OLEH: JEFRI SUGIARTO HALIM 6103012044 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus oestreatus) merupakan jamur konsumsi dari jenis jamur kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, CV. An-

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER TUGAS AKHIR PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER (Determining the Rate of Drying Corn on the Rotary Dryer) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan tepung beras ketan hitam secara langsung pada flake dapat menimbulkan rasa berpati (starchy). Hal tersebut menyebabkan perlunya perlakuan pendahuluan, yaitu pregelatinisasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah 3. MATERI DAN METODE Proses pemanasan dan pengeringan gabah beras merah dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pangan. Proses penggilingan dan penyosohan gabah dilakukan di tempat penggilingan daerah Pucang

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Substitusi Tepung Keluwih (Artocarpus camansi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok alternatif selain beras. Mie merupakan produk pangan yang telah menjadi kebiasaan konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Klasifikasi...4

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM (Shorgum bicolor) DENGAN PROSES HIDROLISIS KATALIS ASAM KLORIDA (HCl) Disusun oleh: AYU KARTIKA SARI I 8310013 DWI WIDY ASTUTI I 8310027 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kadar proksimat dari umbi talas yang belum mengalami perlakuan. Pada penelitian ini talas yang digunakan

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4 Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4 No. 1: 51-56 PEMBUATAN DAN UJI KARAKTERISTIK FISIK BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG YANG DIPERKAYA DENGAN PROTEIN UDANG THE PRODUCTION AND PHYSICAL CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK COOKIES DENGAN SUBSTITUSI PARSIAL TEPUNG KACANG HIJAU YANG BERASAL DARI SUHU PENGERINGAN BERBEDA

KARAKTERISTIK COOKIES DENGAN SUBSTITUSI PARSIAL TEPUNG KACANG HIJAU YANG BERASAL DARI SUHU PENGERINGAN BERBEDA KARAKTERISTIK COOKIES DENGAN SUBSTITUSI PARSIAL TEPUNG KACANG HIJAU YANG BERASAL DARI SUHU PENGERINGAN BERBEDA SKRIPSI OLEH: MAK ALAN DARMA SAPUTRA 6103012055 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU SKRIPSI Oleh: SYAHDIAN LESTARI 110305018 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI OLEH : CHRISTINA EVELINE 6103007082 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di  dan tidak untuk di komersialkan Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KUALITAS NATA DARI BAHAN BEKATUL (NATA DE KATUL) DENGAN STARTER BAKTERI Acetobacter xylinum SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidian Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI OLEH : YESSICA MULIA WIJAYA NRP 6103008122 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NUR AINI ERNA ROSTIAMINASIH J 310 090 008 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGERINGAN SEKAM PADI TERHADAP TINGKAT KEMURNIAN SILIKA RICE HUSK ASH

PENGARUH LAMA PENGERINGAN SEKAM PADI TERHADAP TINGKAT KEMURNIAN SILIKA RICE HUSK ASH PENGARUH LAMA PENGERINGAN SEKAM PADI TERHADAP TINGKAT KEMURNIAN SILIKA RICE HUSK ASH Oleh : Ade Indra Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri-Institut Teknologi Padang Abstrak Proses pembuatan

Lebih terperinci

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian KARAKTERISASI SIFAT FUNGSIONAL DAN IDENTIFIKASI NILAI INDEKS GLIKEMIK SERTA SIFAT HIPOGLIKEMIK BERAS ANALOG BERBASIS PATI SAGU (Metroxylon spp.) DAN TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris) DISERTASI Disusun

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN Disusun Oleh: FERAWATI I 8311017 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (3): 188-196 ISSN 1410-5020 Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai Optimization Process Soybean Flouring Hertini Rani, Zulfahmi, dan Yatim R. Widodo

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID SKRIPSI Oleh: RIRIS MARITO SIMATUPANG 100305017/ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Cassava stick adalah singkong goreng yang memiliki bentuk menyerupai french fries. Cassava stick tidak hanya menyerupai bentuk french fries saja, namun juga memiliki karakteristik

Lebih terperinci