KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH"

Transkripsi

1 KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas semakin meningkat, menyebabkan orientasi para peneliti padi bukan hanya pada produktivitas dan ketahanan terhadap hama dan penyakit, tetapi juga kepada mutu beras yang dihasilkan. penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter mutu gabah, mutu fisik, dan mutu giling beras yang dihasilkan dari galur harapan padi sawah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Mutu di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Sebanyak 45 galur harapan padi dan varietas Ciherang sebagai standar dianalisis mutu gabah, mutu fisik, dan mutu giling berasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air gabah seluruh galur harapan sudah memenuhi standar mutu SNI gabah. Sedangkan bobot butir berkisar antara 20,71 30,4 g. Berdasarkan rasio panjang dan lebar beras, terdapat 26 galur berbentuk panjang dan ramping (slender) dan 19 galur berbentuk sedang (medium). Terdapat 36 galur yang memiliki derajat putih lebih baik dari Ciherang dan 34 galur memiliki derajat kebeningan (translucency) lebih baik dari Ciherang. Rendemen beras pecah kulit (BPK) bervariasi antara 76,49 (IR ) 80,94% (BP F-9). Rendemen beras giling antara 65,4 (BP 138 E-KN- 23) 72,5% (BP 925-2E-3-2). Kisaran persentase beras kepala antara 31,79 97,30%. Persentase beras patah 2,54 (IR 61242) 59,6% (RUT ST 96B ), dan persentase beras menir berkisar 0,09 (BP720C-5-SI-1-1-2) 8,58% (RUT ST 96B ). Kata kunci : Galur harapan padi sawah, mutu gabah, mutu fisik, mutu giling. PENDAHULUAN Seiring dengan mulai tercapainya swasembada pangan dan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat, permintaan beras berkualitas semakin meningkat. Konsumen menghendaki beras dengan cita rasa nasi yang enak, sementara itu produsen penggilingan padi menginginkan rendemen beras giling yang tinggi. Hal ini membuat mutu beras merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Banyak faktor yang menentukan mutu beras seperti mutu beras giling, rendemen, mutu gabah dan kehilangan bobot. Mutu beras ditentukan oleh mutu gabah sewaktu digiling, derajat sosoh, kondisi penggilingan dan penanganannya serta sifat varietas (Soemardi dan Thahir, 1991). Mutu giling merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu beras. Mutu giling mencakup berbagai ciri, yaitu rendemen beras giling, rendemen beras kepala, persentase beras pecah, dan derajat sosoh beras. Sebagian besar beras yang beredar di beberapa daerah di Indonesia memiliki derajat sosoh 80% atau lebih dan persentase beras kepala lebih besar dari 75% dan mengandung butir patah kurang dari 30%. Berbagai faktor yang meliputi keadaan lingkungan, panen 149

2 hingga penanganan lepas panen mempengaruhi mutu giling di samping faktor genetik (Haryadi, 2006). Rendemen beras kepala merupakan persyaratan utama dalam penetapan mutu gabah, karena akan menentukan jumlah berat beras yang dihasilkan dan pada akhirnya menentukan nilai ekonomis beras tersebut. Rendemen beras kepala mempunyai keragaman yang besar yang tergantung pada berbagai faktor yaitu varietas, jenis biji, butir kapur, cara budidaya, faktor lingkungan, perlakuan lepas panen yang dimulai sejak pemanenan, perontokan, pengeringan, penyimpanan, hingga penggilingan. Demikian juga rendemen total beras giling dipengaruhi perlakuan tersebut diatas dan juga ditentukan oleh perbandingan sekam, kulit ari, dan bagian endosperm. Semua karakter mutu tersebut akan menentukan penerimaan konsumen terhadap beras. Galur-galur harapan yang telah berhasil dirakit oleh para pemulia padi perlu dianalisis karakter mutunya agar memenuhi tuntutan pasar saat ini. Selain itu informasi mengenai karakter mutu beras dapat menjadi penunjang bagi pemulia padi dalam merakit varietas baru yang lebih spesifik untuk tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter mutu gabah, mutu fisik, dan mutu giling beras yang dihasilkan dari 45 galur harapan padi sawah. METODOLOGI Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Mutu Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI), Sukamandi, Jawa Barat. Sampel yang dianalisis sebanyak 45 galur harapan padi sawah yang didapatkan dari kelompok peneliti pemuliaan BB PADI. Varietas yang digunakan sebagai pembanding adalah Ciherang. Analisis yang dilakukan meliputi mutu gabah, mutu fisik, dan mutu giling beras. Satu kg gabah kering giling (GKG) dari setiap galur padi diambil sebagai sampel penelitian. Mutu fisik gabah kering giling yang diidentifikasi meliputi: kadar air, densitas, persentase butir hijau/kapur, persentase butir kuning rusak, persentase butir merah, dan bobot seribu butir. Setelah diidentifikasi mutu fisiknya, gabah diproses menjadi beras pecah kulit menggunakan alat rice husker (Satake THU 35A), kemudian disosoh menggunakan alat rice polisher (Satake TM-05). Sebelum dilakukan penyosohan, ditentukan bentuk beras serta rendemen beras pecah kulit. Setelah proses penyosohan, beras diukur derajat putih, kebeningan, serta derajat sosohnya menggunakan alat milling meter (Satake M-1). Selanjutnya beras giling dikelompokkan menggunakan alat drum grader (Satake TRG-05A). Mutu giling beras yang diidentifikasi meliputi: kadar air, persentase beras giling, persentase beras kepala, persentase beras patah, persentase menir, persentase butir kapur, dan persentase butir kuning dan rusak. HASIL DAN PEMBAHASAN Mutu Gabah Berdasarkan SNI /SPI-TAN/01/01/1993 mengenai standar mutu gabah, kualitas gabah diklasifikasikan menjadi 3 kelas mutu, yaitu mutu I, 150

3 mutu II, dan mutu III. Pada Tabel 1 tampak bahwa kadar air gabah pada 45 galur harapan bervariasi antara 9,7-13,9 %, berarti semua gabah galur harapan padi sudah memenuhi standar mutu SNI yang mensyaratkan kadar air gabah maksimal 14%. Kadar air gabah merupakan rasio antara bobot air dalam sampel dengan bobot awal sampel (Chen, 2003). Kadar air suatu bahan sangat mempengaruhi umur simpan bahan tersebut. Densitas gabah berkisar antara g/l, densitas gabah terkecil adalah pada galur IR , sedangkan densitas terbesar adalah pada galur BP720C-5-SI Informasi mengenai densitas sangat berguna dalam perancangan silo dan wadah penyimpanan gabah (Nalladulai et al., 2002 dalam Varnamkhasti et al., 2008). Bobot butir berkisar antara 20,71-30,4 g. Bobot 1000 butir paling rendah adalah IR sedangkan yang tertinggi adalah RUTTSG-143-3B Padi memiliki bobot butir yang tinggi apabila bobot butirnya mencapai di atas 30 g, sedangkan dikatakan rendah apabila di bawah 30 g. Bobot butir merupakan berat nisbah dari butir benih yang dihasilkan oleh suatu jenis tanaman atau varietas. Salah satu aplikasi penggunaan bobot butir adalah untuk menentukan kebutuhan benih dalam satu hektar. Berdasarkan persentase butir hijau/kapur, sebanyak 34 galur sudah memenuhi persyaratan SNI standar mutu gabah kelas mutu I yaitu maksimal 1% gabah hijau/kapur, sedangkan sisanya sebanyak 11 galur dan Ciherang masuk dalam mutu II. Butir hijau/kapur tidak disukai oleh konsumen penggilingan, karena akan menghasilkan beras berwarna putih seperti kapur. Selain itu butir hijau/kapur mudah rusak oleh serangan hama sehingga daya simpannya menjadi rendah. Persentase butir kuning rusak yang telah memenuhi standar mutu I (maksimal 2%) adalah sebanyak 25 galur, sedangkan sisanya masuk dalam kelas mutu II (maksimal 5%). Ciherang memiliki butir kuning rusak sebanyak 2,51% yang berarti bahwa Ciherang masuk ke dalam kelas mutu II. Pada analisis persentase butir merah, terlihat bahwa seluruh galur telah memenuhi standar mutu I (maksimal 1%) kecuali pada galur BP F-9, BP1804-1F-14-3, dan BP1924-1E-5-2 yang merupakan galur beras merah. Mutu Fisik Beras Pada Tabel 2 disajikan informasi mutu fisik beras dari 45 galur harapan padi sawah. Kadar air beras dari 45 galur antara 9,5 (BP 342 B-MR-30-1) 11,4% (BP760F-2-2-PN-1). Ini berarti semua galur harapan sudah memenuhi standar mutu kadar air, yaitu maksimal 14%. Beras dengan kadar air kurang dari 14 % akan lebih aman disimpan, sedangkan beras dengan kadar air lebih dari 14 % akan menyebabkan metabolisme mikroba dan perkembangbiakan serangga berjalan cepat. Rasio panjang dan lebar dari beras menentukan klasifikasi bentuk dari butiran beras tersebut. International Rice Research Institute (IRRI) (2009) menggolongkan bentuk beras menjadi 4 bentuk yaitu slender (panjang dan ramping) (> 3,0), medium (sedang) (2,1-3,0), bold (pendek agak lonjong) (1,1-2,0), dan round (bulat) ( 1,0). Pada penelitian ini diketahui bahwa kisaran rasio 151

4 galur-galur harapan padi sawah antara 2,01 (BP720C-5-SI-1-1-2) 4,24 (IR ). No. Tabel 1. Mutu fisik gabah galur-galur harapan padi sawah Galur harapan Kadar Air Densitas (g/l) Bobot 1000 btr (g) Butir hijau / kapur Btr kuning rusak Butir merah 1. IR ,50 544,00 23,08 0,60 1,10 0,00 2. IR ,10 509,00 24,74 0,12 0,80 0,04 3. IR ,60 527,00 23,53 0,68 2,10 0,00 4. IR ,40 505,00 22,15 0,92 1,48 0,00 5. RUT ST 96B ,00 565,00 24,67 0,20 1,68 0,00 6. RUTTST 96B ,70 570,00 26,02 0,16 2,02 0,10 7. RUTTST 69B ,10 544,00 23,05 0,16 1,10 0,00 8. S 4616E-PN ,30 533,00 27,15 1,10 1,70 0,00 9. S D ,60 550,00 24,97 0,90 2,18 0, S D-KN-9 11,80 534,00 23,70 0,26 0,78 0, S F-6 11,90 532,00 25,48 0,58 2,32 0, S 4814F-PN-1 11,80 540,00 27,30 0,08 1,86 0, BP 741H-2-2-CKY ,50 580,00 28,91 0,58 3,20 0, BP 785C ,70 539,00 29,42 0,82 2,82 0, BP 1350D-1-1-CKY ,10 580,00 30,02 3,92 1,90 0, BP 1351D-1-1-CKY ,60 555,00 27,92 1,78 0,88 0, BP 751F-1-1-CKY ,30 560,00 26,76 2,16 1,68 0, S 3231H ,70 582,00 26,12 0,04 1,82 0, S 4962H ,80 569,00 25,86 0,26 4,02 0, S 5278H ,00 575,00 27,64 0,06 2,32 0, BP ,00 541,00 28,48 0,16 3,30 0, BP 606D ,20 531,00 28,51 1,28 4,00 0, BP720C-5-SI ,90 592,00 25,80 0,02 1,20 0, BP760F-2-2-PN-1 11,70 571,00 28,68 0,06 2,10 0, S G ,50 536,00 28,39 0,06 2,88 0, S4903F-JKN-3 11,70 539,00 27,05 0,08 3,84 0, S4962-5G ,90 533,00 28,61 0,04 3,74 0, S 4962H ,80 551,00 28,42 0,94 2,68 0, TB203-CKY ,70 591,00 22,27 0,18 1,72 0, BP 138 E-KN-23 11,10 521,50 22,90 4,24 2,38 0, BP 342 B-MR ,10 520,00 27,41 3,62 1,28 0, BP 925-2E ,80 544,00 24,55 0,48 0,34 0, BP KN-10-Si-3 10,70 541,00 24,28 1,50 0,68 0, IR ,30 542,00 23,71 0,10 0,68 0, IR ,70 536,00 25,03 2,78 1,12 0, S 4814F-PN-1 12,20 542,00 27,20 0,06 1,72 0, S 342 E- Kn-4 10,00 524,00 23,73 1,32 0,74 0, GHKA 11,50 583,00 27,58 1,10 1,74 0, IR ,30 586,00 20,71 0,04 4,34 0, RUTTSG-143-3B ,30 565,00 32,40 0,34 3,32 0, BP E-30 11,40 526,00 25,99 0,12 2,02 0, BP F-9 (beras merah) 11,20 554,00 26,02 0,40 0, BP1804-1F-14-3 (beras merah) 11,70 551,00 26,93 0,50 0, BP1924-1E-5-2 (beras merah) 10,30 545,00 28,20 0,28 0, BP785C ,30 534,00 28,04 0,20 3,60 0, Ciherang (standar) 10,20 562,10 25,31 1,30 2,51 0,00 Terdapat 26 galur berbentuk slender dan 19 galur berbentuk medium, sementara itu Ciherang sabagai standar berbentuk slender (memiliki rasio 3,27). Umumnya konsumen lebih menghendaki beras dengan bentuk butiran yang panjang dan ramping (slender). Analisis derajat sosoh dengan menggunakan Satake Milling Meter menunjukkan kisaran 70 (IR ) 166 (BP 1350D-1-1- CKY-3-2 dan BP 741H-2-2-CKY-2-1). Derajat sosoh merupakan besaran untuk mengetahui intensitas penggilingan gabah. Derajat sosoh menunjukkan tingkat terlepasnya bekatul (aleuron) dan lembaga saat beras mengalami proses penyosohan. Semakin lama butir gabah mengalami pengulitan dan penyosohan, maka nilai derajat sosohnya semakin meningkat. 152

5 No. Tabel 2. Mutu fisik beras giling galur-galur harapan padi sawah Galur Harapan Kadar air panjang (mm) lebar (mm) Ratio (P/L) Derajat sosoh Derajat putih Translucency 1. IR ,20 7,62 1,80 4, ,00 1,41 2. IR ,80 7,09 2,14 3, ,90 2,24 3. IR ,70 7,36 2,30 3, ,70 1,87 4. IR ,60 7,22 1,70 4, ,50 1,45 5. RUT ST 96B ,80 5,52 2,55 2, ,10 0,97 6. RUTTST 96B ,80 6,21 2,47 2, ,00 1,89 7. RUTTST 69B ,70 6,58 2,14 3, ,50 1,73 8. S 4616E-PN ,90 6,45 2,46 2, ,50 1,54 9. S D ,40 6,43 2,13 3, ,50 2, S D-KN-9 11,40 6,65 2,69 3, ,10 2, S F-6 10,90 6,63 2,05 3, ,60 1, S 4814F-PN-1 10,90 6,90 2,12 3, ,70 2, BP 741H-2-2-CKY ,20 6,36 2,53 2, ,70 2, BP 785C ,70 6,76 2,29 2, ,50 2, BP 1350D-1-1-CKY ,20 6,32 2,65 2, ,00 2, BP 1351D-1-1-CKY ,80 6,23 2,53 2, ,30 2, BP 751F-1-1-CKY ,20 6,05 2,21 2, ,90 2, S 3231H ,70 5,93 2,36 2, ,60 1, S 4962H ,90 5,81 2,47 2, ,30 1, S 5278H ,80 6,39 2,29 2, ,60 2, BP ,40 6,99 2,17 3, ,60 2, BP 606D ,80 6,93 2,18 3, ,50 2, BP720C-5-SI ,10 5,34 2,66 2, ,40 2, BP760F-2-2-PN-1 11,40 6,29 2,51 2, ,90 2, S G ,50 7,04 2,23 3, ,40 1, S4903F-JKN-3 11,20 7,19 2,09 3, ,50 1, S4962-5G ,90 6,73 2,15 3, ,60 2, S 4962H ,90 7,07 2,24 3, ,00 1, TB203-CKY ,00 5,39 2,47 2, ,30 1, BP 138 E-KN-23 11,00 6,09 2,47 2, ,50 1, BP 342 B-MR ,50 6,77 2,24 3, ,30 2, BP 925-2E ,50 6,81 2,12 3, ,80 2, BP KN-10-Si-3 10,20 6,85 2,06 3, ,00 2, IR ,10 7,03 2,27 3, ,70 1, IR ,30 7,09 2,13 3, ,80 2, S 4814F-PN-1 11,30 6,86 2,15 3, ,50 1, S 342 E- Kn-4 9,90 6,88 2,12 3, ,20 1, GHKA 10,90 6,01 2,54 2, ,00 1, IR ,00 5,43 2,28 2, ,50 1, RUTTSG-143-3B ,80 6,19 2,60 2, ,50 1, BP E-30 11,30 7,02 2,05 3, ,40 1, BP F-9 (beras merah) 10,20 6,54 2,23 2, BP1804-1F-14-3 (beras merah) 10,30 6,79 2,20 3, BP1924-1E-5-2 (beras merah) 10,00 6,97 2,29 3, BP785C ,90 6,75 2,24 3, ,10 2, Ciherang (standar) 10,42 7,42 2,21 3, ,45 1,55 Sementara itu persentase derajat putih berkisar antara 35,7 (IR ) 56,7% (BP 741H-2-2-CKY-2-1). Semakin tinggi derajat putih maka beras tersebut semakin putih. Konsumen cenderung memilih warna yang lebih putih dan bersih daripada yang sebaliknya. Ciherang yang digunakan sebagai standar dalam penelitian ini memiliki persentase derajat putih 43,45%, hal ini berarti terdapat 36 galur yang memiliki derajat putih lebih tinggi dari Ciherang. Warna beras giling umumnya diukur dari nilai derajat putih beras akibat proses penyosohan. Semakin lama penyosohan maka beras giling yang dihasilkan semakin putih. Pengukuran derajat putih beras giling dibandingkan dengan derajat putih standar BaSO4 yang mempunyai nilai derajat putih sebesar 85,7%. Selain warna beras, komponen mutu giling yang berpengaruh langsung terhadap penerimaan konsumen adalah sifat kebeningan (translucency). Semakin tinggi nilai translucency menandakan bahwa beras tersebut semakin bening. Umumnya konsumen beras menyukai beras giling yang berwarna putih 153

6 dan bening. Selain karena faktor genetik, sifat kebeningan ditentukan oleh metode penyosohan beras. Dari 45 galur yang dianalisis, derajat kebeningan bervariasi antara 0,97 (RUT ST 96B ) 2,7% (BP KN-10- Si-3). Bila dibandingkan dengan Ciherang yang memiliki derajat kebeningan sebesar 1,55%, terdapat 33 galur yang memiliki derajat kebeningan lebih tinggi yang berarti pula lebih baik dalam hal sifat kebeningan. Mutu Giling Beras Mutu giling dari 47 galur harapan padi sawah disajikan pada Tabel 3, terlihat bahwa rendemen beras pecah kulit (BPK) bervariasi antara 76,49 80,94%. Rendemen BPK terendah adalah galur IR , dan yang tertinggi adalah galur BP F-9. Beras pecah kulit adalah beras yang dihasilkan setelah biji gabah mengalami proses pengulitan sebelum melalui proses penyosohan. Semakin tinggi rendemen beras pecah kulit, maka rendemen beras giling yang dihasilkan semakin tinggi pula. Rendemen beras giling adalah salah satu faktor penting dalam mempertimbangkan apakah galur harapan padi dapat dikembangkan menjadi varietas unggul baru. Semakin tinggi rendemen beras giling maka varietas tersebut semakin memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Rendemen beras giling dari 45 galur yang dianalisis berkisar antara 65,4 72,5%. Rendemen beras tertinggi adalah pada galur BP 925-2E-3-2 sedangkan yang terendah adalah pada galur BP 138 E-KN-23. Hal ini berarti bahwa BP 925-2E-3-2 memiliki rendemen beras giling lebih tinggi 2,2% dibandingkan dengan Ciherang. Terdapat 7 galur yang memiliki rendemen beras giling lebih baik dari ciherang, yaitu S 4814F-PN-1, RUTTST 96B , TB203-CKY-1-13, BP F-9, S 4962H-6-5-1, S F-6, dan BP 925-2E-3-2. Komponen lain yang mempengaruhi penerimaan konsumen adalah persentase beras kepala. Beras giling dengan kadar beras kepala yang tinggi lebih disukai konsumen daripada yang rendah. Berdasarkan SNI No , mutu beras dibagi menjadi 5 kelas mutu. Pada penelitian ini diketahui bahwa persentase beras kepala pada galur harapan padi yang diuji berkisar antara 31,79 97,30%. Terdapat dua galur yang masuk ke dalam kelas mutu I (minimal 95%), yaitu IR (97,3%) dan IR (96,68%). Sementara itu sebanyak 17 galur masuk dalam kelas mutu II (minimal 89%), 15 galur kelas mutu III (minimal 78%), 6 galur kelas mutu IV (minimal 73%), dan 3 galur kelas mutu V (minimal 60%). Sedangkan 2 galur lainnya tidak masuk ke dalam standar mutu SNI, yaitu galur GHKA dan RUT ST 96B Ciherang yang digunakan sebagai standar masuk ke dalam kelas mutu IV. Hasil ini mengindikasikan bahwa galur-galur harapan yang dianalisis memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan lebih jauh. Persentase beras patah berkisar antara 2,54 (IR 61242) 59,6% (RUT ST 96B ) dan persentase beras menir berkisar 0,09 (BP720C-5-SI ) 8,58% (RUT ST 96B ). Semakin tinggi persentase beras patah dan menir pada beras akan menyebabkan nilai ekonomisnya semakin menurun. Butir patah ialah biji beras pecah menjadi kurang dari ¼ ukuran biji asal butir beras tersebut. Permukaan pecahan sangat mudah diserang hama 154

7 gudang, baik jasad renik maupun serangga. Jadi banyaknya biji pecah akan meningkatkan kemungkinan serangan oleh hama gudang. Pada umumnya batas kadar biji pecah ialah kurang dari 25 % dari beras tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya beras patah adalah kadar air gabah kering giling yang terlalu rendah. No. Tabel 3. Mutu giling galur-galur harapan padi sawah Galur Harapan Rendemen beras giling BPK Beras kepala Beras patah Menir Butir kapur Butir kuning rusak 1. IR ,80 76,49 73,80 19,22 6,98 0,13 0,33 2. IR ,67 77,03 86,29 13,00 0,71 0,25 0,33 3. IR ,68 76,87 92,30 7,73 0,40 0,31 0,78 4. IR ,01 78,36 88,27 11,38 0,35 0,72 0,75 5. RUT ST 96B ,12 78,15 31,79 59,63 8,58 0,42 0,32 6. RUTTST 96B ,05 78,48 73,04 24,50 2,46 0,19 0,29 7. RUTTST 69B ,44 78,04 90,21 9,28 0,51 0,71 2,32 8. S 4616E-PN ,98 77,81 79,96 19,28 0,76 1,09 1,22 9. S D ,89 78,27 83,67 15,56 0,77 0,44 0, S D-KN-9 70,61 79,00 94,37 5,31 0,32 0,71 0, S F-6 72,21 79,70 92,67 6,69 0,64 0,27 1, S 4814F-PN-1 70,42 78,73 90,02 8,44 0,74 0,51 0, BP 741H-2-2-CKY ,05 78,23 77,67 21,54 0,79 1,51 0, BP 785C ,81 77,78 89,13 10,44 0,43 0,20 0, BP 1350D-1-1-CKY ,04 78,16 86,62 12,87 0,51 1,93 0, BP 1351D-1-1-CKY ,25 78,14 73,39 25,76 0,85 0,40 0, BP 751F-1-1-CKY ,68 79,02 82,80 16,64 0,56 0,50 0, S 3231H ,78 78,77 94,26 5,62 0,12 0,24 0, S 4962H ,08 77,06 76,34 23,32 0,34 0,41 2, S 5278H ,35 78,46 88,33 11,27 0,40 0,10 1, BP ,29 78,20 86,71 12,97 0,32 0,11 0, BP 606D ,72 77,19 92,35 7,41 0,24 0,12 1, BP720C-5-SI ,15 77,66 89,87 10,04 0,09 0,68 0, BP760F-2-2-PN-1 69,72 77,51 93,54 6,33 0,13 0,07 1, S G ,80 77,66 78,90 19,61 1,49 0,30 0, S4903F-JKN-3 70,60 80,10 82,66 16,26 1,08 0,23 1, S4962-5G ,95 78,25 91,14 8,45 0,41 0,07 1, S 4962H ,10 79,28 84,63 14,76 0,61 0,35 1, TB203-CKY ,51 78,41 72,73 26,54 0,73 0,17 0, BP 138 E-KN-23 65,42 77,43 81,98 16,47 1,55 1,34 0, BP 342 B-MR ,68 77,87 64,90 33,58 1,52 1,41 0, BP 925-2E ,52 79,95 91,76 7,74 0,50 0,45 0, BP KN-10-Si-3 70,91 80,00 93,45 5,95 0,60 0,59 0, IR ,03 77,49 66,43 28,10 5,47 0,07 0, IR ,20 77,76 96,68 2,83 0,49 1,21 0, S 4814F-PN-1 71,04 79,08 90,46 8,91 0,63 0,19 0, S 342 E- Kn-4 70,16 78,70 90,24 8,96 0,80 0,68 0, GHKA 70,07 80,44 58,98 38,26 2,76 0,61 0, IR ,96 78,88 97,30 2,54 0,16 0,02 1, RUTTSG-143-3B ,67 80,23 74,33 25,45 0,22 0,16 0, BP E-30 69,85 78,27 87,61 11,10 1,29 0,41 1, BP F-9 71,59 80,94 93,71 6,12 0,17 0,52 0, BP1804-1F ,48 80,02 90,35 9,39 0,26 0,33 0, BP1924-1E ,58 79,96 86,05 13,61 0,34 0,36 0, BP785C ,39 77,22 86,58 12,85 0,57 0,18 0, Ciherang (standar) 70,97 79,95 74,42 24,41 1,17 1,17 1,10 Komponen mutu giling lainnya yang berpengaruh terhadap penerimaan konsumen adalah kadar butir kapur. Persentase butir kapur pada keseluruhan sampel bervariasi antara 0,02 (IR 61242) 1,93% (BP 1350D-1-1-CKY-3-2). Sebanyak 39 galur memenuhi kelas mutu II, sedangkan 6 galur beserta Ciherang masuk pada kelas mutu III. Umumnya konsumen kurang menyukai beras giling dengan kadar butir kapur yang tinggi. Hal ini karena butir kapur mudah diinvestasi oleh hama pada saat penyimpanan sehingga menurunkan daya simpan beras tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya butir kapur adalah waktu panen yang kurang optimal, sehingga menyebabkan gabah berwarna hijau yang apabila digiling menghasil beras berwarna putih kapur. 155

8 Persentase butir kuning rusak berkisar antara 0,06(BP1924-1E-5-2) 2,32% (RUTTST 69B ). Sebanyak 33 galur memenuhi kelas mutu II, 10 galur kelas mutu III, dan 2 galur kelas mutu IV. Sementara itu Ciherang masuk ke dalam kelas mutu III, hal ini berarti terdapat 33 galur yang lebih baik dari Ciherang dalam hal persentase butir kuning rusak. Butir kuning rusak adalah butiran beras utuh, kepala, patah, dan menir yang berwarna kuning akibat proses fisik dan aktivitas mikroorganisme. KESIMPULAN Kadar air gabah pada galur-galur harapan yang dianalisis sudah memenuhi standar mutu SNI gabah. Bobot butir galur-galur tersebut 20,71-30,4 g. Terdapat 26 galur berbentuk panjang dan ramping (slender) dan 19 galur berbentuk sedang (medium). Derajat sosoh galur-galur harapan Selain itu ada 36 galur yang memiliki derajat putih lebih baik dari Ciherang dan 34 galur memiliki derajat kebeningan lebih baik dari Ciherang. Rendemen beras pecah kulit (BPK) bervariasi antara 76,49-80,94% dan rendemen beras giling antara 65,4-72,5%. Terdapat 7 galur yang memiliki rendemen beras giling lebih baik dari Ciherang. Kisaran persentase beras kepala 31,79-97,30%, ada dua galur yang masuk ke dalam kelas mutu I SNI beras. Persentase beras patah 2,54-59,6% dan persentase beras menir 0,09-8,58%. Persentase butir kapur 0,02-1,93% dan persentase butir kuning rusak 0,06-2,32%. Secara umum 45 galur harapan padi sawah yang dianalisis berpeluang untuk dikembangkan dan dilepas menjadi padi varietas unggul baru (VUB). DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi nasional (BSN) Stadar Mutu Gabah SNI /SPI-TAN/01/01/1993. Jakarta. Badan Standarisasi nasional (BSN) Stadar Nasional Beras giling No Jakarta. Haryadi Teknologi Pengolahan Beras. Yogyakarta : UGM Press. International Rice Research Institute (IRRI) Rice quality. Rice Knowledge Bank. [28 Juni 2011]. Soemardi dan R. Thahir, Penanganan Pasca Panen Padi dalam Padi Buku 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Varnamkhasti, G. M., H. Mobli, A. Jafari, A.R. Keyhani, M. Heidari Soltanabadi, S. Rafiee, dan K. Kheiralipour Some physical properties of rough rice (Oryza Sativa) grain. Journal of Cereal Science, 47,

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Beras aromatik adalah beras yang popular saat ini baik di dalam dan luar negeri karena mutu yang baik dan aroma yang wangi. Banyak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

ISSN eissn Online

ISSN eissn Online Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (1):66-76 http://www.jptonline.or.id ISSN 1410-5020 eissn Online 2047-1781 Evaluasi Kualitas Beras Giling Beberapa Galur Harapan Padi Sawah (Oryza Sativa L.)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL Rina D.Ningsih dan Khairatun Nafisah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.

Lebih terperinci

Dalam rangka pengamanan pengadaan beras

Dalam rangka pengamanan pengadaan beras INDRASARI ET AL.: KUALITAS BERAS GILING DAN NILAI DUGA DERAJAT SOSOH GABAH Kualitas Beras Giling dan Nilai Duga Derajat Sosoh Gabah Beberapa Varietas Padi Siti Dewi Indrasari, Jumali, dan Aan A. Daradjat

Lebih terperinci

Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon

Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon PENGARUH UMUR PANEN DAN KULTIVAR PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh interaksi umur panen

Lebih terperinci

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+ 012345673758984313872894048 728483 83 3 0!"#!$%&$ 8" '()*+,-. '()+01+.+) 2+34-5(,0()4+67 8(9+3 '+97 9()*+) :+;+)* 7*(, 4(,.+9+; :+)9-)*+)?7)(,+= :+=67-0@ 5(,-0 9+)?+*)(67-0 A$BCD 9 1E& D$E

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG

PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG R. Hempi Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU BERAS

PENGUJIAN MUTU BERAS PENGUJIAN MUTU BERAS RINI YULIANINGSIH Good Equipment Good Paddy Rice Skilled Miller Jika Anda memilik padi berkualitas tinggi dengan unit penggiling yang bagus dan dioperasikan oleh tenaga yang ahli Jika

Lebih terperinci

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian Ade Santika dan Rozakurniati: Evaluasi mutu beras ketan dan beras merah pada beberapa galur padi gogo 1 Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 1-5 TEKNIK EVALUASI MUTU BERAS KETAN DAN BERAS MERAH

Lebih terperinci

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan TEKNIK PENGUJIAN TAMPILAN BERAS UNTUK PADI SAWAH, PADI GOGO, DAN PADI PASANG SURUT Ade Santika 1 dan Gusnimar Aliawati 2 Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan varietas unggul padi. Perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1

KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1 KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1 Mahargono Kobarsih 2, Rob. Mudjisihono 3, B. Purwadi 4, dan Fevi Sugiyanto 5 ABSTRAK Penelitian tentang kajian penggunaan

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU)

PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU) Jurnal Galung Tropika, Januari 2013, hlmn. 55-59 PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU) 1) Ashar dan 2) Muh. Iqbal 1) Mahasiswa Prodi Agroteknologi Fapetrik UMPAR

Lebih terperinci

Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional

Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional Siti Dewi Indrasari 1 dan Made Oka Adnyana 2 Ringkasan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS

CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS FAUZIAH AR, NOORTASIAH DAN TAZRIN NOR Balai Peneitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, ii Kebun Karet, Loktabat, Banjarbaru 70712 RINGKASAN Mutu gabah dan beras yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan untuk peningkatan ketahanan pangan serta

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT JRPB, Vol. 6, No. 1, Maret 2018, Hal. 53-59 DOI: https://doi.org/10.29303/jrpb.v6i1.72 ISSN 2301-8119, e-issn 2443-1354 Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/ KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Klasifikasi...4

Lebih terperinci

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUBANG 2011 PROSES

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3 Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 7-12 ANALISIS MUTU BERAS PADA MESIN PENGGILINGAN PADI BERJALAN DI KABUPATEN PRINGSEWU THE ANALYSIS OF RICE QUALITY PRODUCED BY COMMUTING RICE MILLING MACHINE IN

Lebih terperinci

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di  dan tidak untuk di komersialkan Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007

EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 Sigit Nugraha Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian ABSTRAK Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Lebih terperinci

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen

Lebih terperinci

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Yeni E Maryana 1*), Budi Raharjo 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN Trias Sitaresmi, Yudhistira Nugraha, dan Untung Susanto BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI Disampaikan pada seminar Puslitbangtan, Bogor

Lebih terperinci

Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn ISSN

Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn ISSN Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn 89-96 ISSN 2302 4178 STUDI LAMA PENYIMPANAN GABAH ORGANIK TERHADAP MUTU BERAS ORGANIK DI PPLH SELOLIMAN MOJOKERTO STUDY THE INFLUENCE OF LONG STORAGE OF GRAIN

Lebih terperinci

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH ht tp :// yo gy ak ar ta.b ps.g o.id Katalog BPS : 7103005.34 STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .id ps.g o ta.b ar

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks. Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan komoditas strategis yang secara langsung mempengaruhi kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan produksi

Lebih terperinci

Kata kunci: Beras premium, usahatani, panen, pasca panen, RMU, Sawah irigasi

Kata kunci: Beras premium, usahatani, panen, pasca panen, RMU, Sawah irigasi KAJIAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH UNTUK MENGHASILKAN BERAS KUALITAS PREMIUM DAN PRODUKTIVITAS DI ATAS 7 T/HA GKG DI SULAWESI SELATAN. Suriany, dkk ABSTRAK Kajian Pengelolaan Tanaman Terpadu

Lebih terperinci

KAJIAN SUSUT PASCA PANEN DAN PENGARUH KADAR AIR GABAH TERHADAP MUTU BERAS GILING VARIETAS CIHERANG

KAJIAN SUSUT PASCA PANEN DAN PENGARUH KADAR AIR GABAH TERHADAP MUTU BERAS GILING VARIETAS CIHERANG SKRIPSI KAJIAN SUSUT PASCA PANEN DAN PENGARUH KADAR AIR GABAH TERHADAP MUTU BERAS GILING VARIETAS CIHERANG (Studi Kasus di Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang). Oleh LISTYAWATI F24103050 2007 FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

Di Indonesia sumbangan beras terhadap total

Di Indonesia sumbangan beras terhadap total Evaluasi Karakteristik Mutu Giling, Mutu Tanak, dan Kandungan Protein-Besi Kompleks pada Beberapa Genotipe Padi Siti Dewi Indrasari 1, Aan A. Daradjat 1, Ida Hanarida 2, dan Komari 3 1 Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+ 012345673758984313872894048 728483 83 3 0!"#!$%&$ 8" '()*+,-. '()+01+.+) 2+34-5(,0()4+67 8(9+3 '+97 9()*+) :+;+)* 7*(, 4(,.+9+; :+)9-)*+)?7)(,+= :+=67-0@ 5(,-0 9+)?+*)(67-0 A$BCD 9 1E& D$E

Lebih terperinci

Dormansi biji atau benih padi penting untuk diketahui.

Dormansi biji atau benih padi penting untuk diketahui. TEKNIK PENGUJIAN MASA DORMANSI BENIH PADI (Oryza sativa L.) Ade Santika 1 Dormansi biji atau benih padi penting untuk diketahui. Dengan adanya dormansi, benih tidak akan berkecambah di lapangan sebelum

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA: PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT DAN SENSITIVITY PRICE ANALYSIS

PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA: PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT DAN SENSITIVITY PRICE ANALYSIS Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 212, hlm.29-45 PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA: PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT DAN SENSITIVITY PRICE ANALYSIS Agrivinie Rainy

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan bahan pangan terutama beras, banyak ditemui problematika yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN. Oleh:

PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN. Oleh: PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN Oleh: Diana Kustantini, SP / PBT Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA 8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asal Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang meliputi kurang lebih 25 species yang tersebar di seluruh daerah tropik dan subtropik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Diantara divisi Angiospermae, family Poaceae paling banyak menghasilkan pangan yang berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH OLEH PEMERINTAH KOTA PASURUAN DARI PETANI/KELOMPOK TANI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM

KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah: Kinerja Prototipe Mesin Sosoh. KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Sorgum (Sorghum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan

Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan Yogi P Rahardjo 1, Sukarjo 2 dan Sumarni 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 2 Balai Penelitian Lingkungan

Lebih terperinci

Keywords : Paddy, postharvest, steps postharvest, loss

Keywords : Paddy, postharvest, steps postharvest, loss KAJIAN PENANGANAN PASCAPANEN PADI UNTUK MENGURANGI SUSUT MUTU BERAS (Paddy Postharvest Handling to Decrease Rice Quality Loss) Desy Nofriati Dan Yenni Yusriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris sangat kaya tanaman pangan yang tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan khas bagi daerah masing-masing.

Lebih terperinci