BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang
|
|
- Inge Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut Patricia D. Barry (1998) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). Resiko kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006). Resiko kekerasan atau agresif adalah yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol (Yosep, 2007). 6
2 Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kekerasan adalah ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa ber menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Sedangkan resiko kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan dalam bentuk destruktif dan masih terkontol. B. Rentang Respon Marah Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif, seperti rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007). Adaptif Maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK 1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah. 2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif. 7
3 3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu. 4. Agresif adalah yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai 5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan. C. Proses Terjadinya Marah Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : 1) Mengungkapkan secara verbal, 2) Menekan, 3) Menantang. Dari ketiga cara ini, cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk. 8
4 Secara skematis perawat penting sekali memahami proses kemarahan yang dapat digambarkan pada skema 2.1 dibawah ini. Stressor Internal & Eksternal Disruption & Los Personal meaning Compensat ory act Resolution Helplessnes s Guilt Anger & Agression Expressed inward Expressed outward Destructive Painfull symptom Contructive action Resolution Skema 2.1 Proses terjadinya marah (Yosep, 2007) Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut (Personal meaning). 9
5 Bila seseorang memberi makna positif, misalnya : macet adalah waktu untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising adalah melatih persyarafan telinga (nervus auditorius) maka ia akan dapat melakukan secara positif (Compensatory act) dan tercapai perasaan lega (Resolution). Bila ia gagal dalam memberikan makna menganggap segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan positif (olah raga, menyapu atau baca puisi saat dia marah dan sebagainya) maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (Helplessness). Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan yang konstruktif (Contruktive action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan yang destruktif (Destruktive action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (Guilt). Kemarahan yang dipendam (Expressed inward) akan menimbulkan gejala psikosomatis (Poinful symptom) (Yosep, 2007). D. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi menurut (Stuart & Sundeen, 1995), berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu : 1. Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak kanak 10
6 yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanki penganiayaan dapat menyebabkan gangguan jiwa pada usia dewasa atau remaja. 2. Biologis, respon biologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, takhikardi, wajah merah, pupil melebar dan frekuensi pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah bertambah. 3. Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi 4. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap kekerasan akan menciptakan seolah olah kekerasan diterima (permissive). 5. Aspek spiritual, kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepadanya. 11
7 E. Stresor Prespitasi Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal, contoh : stessor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, hingga adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut perawat klien, maka faktor yang menncetuskan terjadinya kekerasan terbagi dua, yakni : 1) Klien : Kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri. 2) Lingkungan : Ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial (Yosep, 2007). F. Etiologi Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu harga diri rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, gangguan ini dapat situasional maupun kronik. Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat menimbulkan 12
8 G. Akibat Akibat dari resiko kekerasan yaitu adanya kemungkinan mencederai diri, orang lain dan merusak lingkungan adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungannya. Kondisi ini biasanya akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif. H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Fokus Tanda dan gejala kekerasan yaitu : Fisik : Muka merah, berkeringat, pandangan tajam, sakit fisik, nafas pendek, tekanan darah meningkat, penyalahgunaan obat. Emosi : Tidak adekuat, rasa terganggu, tidak aman, marah / jengkel dan dendam. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor. Spiritual : Kemahakuasaan, keragu-raguan, tidak bermoral, kebejatan, kebajikan / kebenaran diri dan kreatifitas terhambat karena tidak dapat dipilih secara rasional. Intelektual : Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan (Keliat B.A, 1996). 2. Diagnosa Keperawatan a. Masalah keperawatan : 1) Perilaku kekerasan 13
9 Data data yang mendukung menurut Towsend (1998) dan Depkes RI (2006) a) Data Subjektif : (1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. (2) Klien membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. (3) Klien mengungkapkan rasa permusuhan yang mengancam, klien merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam. b) Data Objektif (1) Klien mengamuk, merusak dan melempar barang barang. (2) Melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya. 2) Resiko kekerasan a) Data subjektif Klien menyatakan sering mengamuk, klien mengatakan tidak puas bila tidak memecahkan barang, klien mengungkapkan mengancam orang lain. b) Data objektif Muka merah dan tegang, pandangan tajam, postur tubuh yang kaku, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit / berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, nafas pendek, menolak. 14
10 3) Harga diri rendah Menurut Depkes RI (2006) a) Data subyektif: Klien mengkritik diri, perasaan tidak mampu, klien merasa bersalah, klien merasa tidak berguna, klien merasa malu, pandangan hidup yang pesimis, penolakkan terhadap kemampuan diri. b) Data objektif: Selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dan nada suara lemah. b. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan Resiko Perilaku kekerasan Core Problem Harga Diri Rendah (Keliat B.A, 1999) c. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku Kekerasan 2. Resiko Perilaku Kekerasan 3. Harga diri rendah. 15
11 3. Rencana Tindakan Keperawatan Tgl No Diagnosa DX Keperawatan 1 Resiko Rencanana Tindakan Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi 1. Sp1p a. Membina Tanda-tanda hubungan percaya kepada saling perawat: percaya. 1. Wajah cerah, tersenyum. 2. Mau berkenalan. 3. Ada kontak mata. 4. Bersedia menceritakan perasaan. b. Mengiden tifikasi penyebab c. Mengiden tifikasi tanda dan gejala kekerasan d. Mengiden tifikasi kekerasan yang dilakukan. 1. Klien dapat mengungkap kan perasaannya. 2. Klien dapat mengungkap kan penyebab perasaan jengkel atau kesal (diri sendiri, orang lain, lingkungan). Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala kesal/jengkel yang dialami. 1. Klien dapat mengungkap kan kekerasan yang dilakukan. Intervensi Bina hubungan saling percaya 1. Beri salam setiap berinteraksi. 2. Perkenalkan nama, panggilan perawat, dan tujuan perawat berinteraksi. 3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien. 4. Tunjukan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. 5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien. 1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya. 2. Bantu klien dapat mengungkapkan penyebab marah. 1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan rasa jengkel/marah yang dialami. 2. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala marah. 1. Tanyakan kebiasaan kekerasan yang dilakukan pasien. 2. Beri kesempatan pada klien untuk bermain peran dengan kekerasan yang biasa dilakukan. 16
12 e. Mengiden tifikasi akibat f. Mengajar kan cara mengon trol kekerasan 2. Klien dapat bermain peran dengan kekerasan yang biasa dilakukan. 3. Klien dapat mengetahui kekerasan yang biasa dilkukan dapat menyelesaikan masalah atau tidak. Klien dapat menjelaskan akibat kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien. Klien dapat melakukan cara mengontrol kekerasan secara konstruktif. 3. Bicarakan dengan klien apakah kekerasan yang biasa dilakukan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. 1. Bicarakan akibat/kerugian dari kekerasan yang dilakukan. 2. Bersama klien simpulkan akibat/kerugian dari kekerasan yang dilakukan klien. 3. Diskusikan dengan klien: a) Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat. b) Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain kekerasan yang diketahui klien. 1. Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara baru mengontrol kekerasan secara konstruktif. 2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang lain mengontrol kekerasan konstruktif. secara 17
13 g. Melatih klien cara mengon trol kekerasan fisik I (nafas dalam). h. Membim bing pasien memasuk kan ke dalam jadwal harian. Klien dapat mendemonstrasi kan cara mengontrol marah dengan cara menarik nafas dalam. Klien mau memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 3. Diskusikan dengan klien cara mengontrol kekerasan secara konstruktif : a. Secara fisik: tari nafas dalam jika klien sedang kesal/marah, memukul bantal/kasur, olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga. b. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah/kesal/ tersinggung / jengkel. c. Secara sosial: lakukan dalam kelompok caracara marah yang sehat, latihan asertif, latihan menejemen kekerasan d. Secara spiritual: anjurkan klien untuk sembahyang, berdo a/ ibadah lain: meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran 1. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan dan usaha klien dalam mencoba melakukan cara mengontrol marah dengan menarik nafas dalam. 2. Motivasi klien untuk melakukan tarik nafas dalam sebanyak 5x atau lebih. 1. Motivasi klien untuk memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 2. Beri reinforcement positif pada klien setelah memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 18
14 2. Sp2p a. Mem validasi masalah dan latihan sebelum nya. b. Melatih klien cara mengon trol marah dengan cara fisik II c. Meng anjurkan klien untuk memasuk kan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 3. Sp3p a. Mem validasi masalah dan latihan sebelum nya. Kilen dapat menyebutkan dan mendemonstrasi kan latihan yang diajarkan sebelumnya. 1. Klien dapat mendemons trasikan cara mengontrol marah dengan cara memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya. 2. Klien merasa lega. Klien bersedia untuk memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 1. Klien dapat mengungkap kan apa yang dirasakan. 2. Klien dapat menyebutkan dan mendemons trasikan kembali latihan sebelumnya. 1. Motivasi klien untuk menyebutkan dan mendemonstrasikan latihan sebelumnya. 2. Beri pujian atas jawaban yang benar. 1. Motivasi klien untuk melakukan cara mengontrol marah dengan memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya. 2. Anjurkan klien untuk mengikuti lalu mempraktikan cara mengontrol marah (memukul bantal). 3. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. 1. Motivasi klien untuk memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. 1. Motivasi klien untuk mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien. 19
15 b. Melatih cara mengon trol marah dengan cara verbal. c. Meminta klien untuk memasuk kan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 4. Sp4p a. Mem validasi masalah dan latihan sebelum nya. b. Melatih pasien mengontrol kekerasan secara spiritual (berdoa, shalat, wudhu). 1. Klien mau mengikuti dan mempraktikan apa yang telah diajarkan. 2. Klien merasa lega. Klien bersedia memasukan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal harian. 1. Klien dapat mengungkap kan apa yang dirasakan. 2. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstra sikan kembali latihan sebelumnya. Klien dapat mengontrol kekerasan dengan salah satu cara yang Contoh: berwudhu. diajarkan. 1. Motivasi klien untuk mengikuti apa yang telah diajarkan. 2. Berikan contoh cara mengontrol kekerasan dengan menolak, mengungkapkan marah secara verbal. saya marah sama kamu. 3. Beri reinforcement positif atas tindakan klien yang benar. 1. Motivasi klien untuk memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. 1. Motivasi klien untuk mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien. 1. Diskusikan kembali bersama klien latihan yang telah diberikan sebelumnya. 2. Bersama klien buat daftar efektif yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya. 3. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan. 20
16 c. Meminta klien untuk memasuk an yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 5. Sp5p a. Mem validasi masalah dan latihan sebelum nya. b. Menjelas kan cara mengon trol kekerasan dengan minum obat. c. Meminta klien untuk memasuk kan yang telah dilakukan Klien bersedia memasukan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal harian. 1. Klien dapat mengungkap kan apa yang dirasakan. 2. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstra sikan kembali latihan sebelumnya Klien dapat meminum obat sesuai aturan dan cara yang telah diajarkan. Klien bersedia memasukan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal harian. 1. Motivasi klien untuk memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. 1. Motivasi klien untuk mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien. 1. Memotivasi klien untuk menyebutkan kembali latihan mengontrol kekerasan yang telah diajarkan. 2. Diskusikan bersama klien tentang latihan yang telah diajarkan sebelumnaya. 3. Ajarkan klien untuk meminum obat secara teratur. 4. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. 1. Motivasi klien untuk memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. 21
17 ke dalam jadwal harian. 6. Sp1k a. Mendisku sikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien dengan b. Menjelas kan pengertian kekerasan, tanda dan gejala serta proses kejadian nya. c. Menjelas kan cara merawat klien 7. Sp2k a. Melatih keluarga mempraktik kan cara merawat klien b. Melatih keluarga melakukan 1. Keluarga dapat: - Menjelaskan perasaannya. - Menjelaskan cara merawat klien - Mendemonstra sikan cara perawatan klien - Berpartisipasi dalam perawatan klien 2. Keluarga mengerti menyebutkan kembali pengertian, tanda gejala, proses terjadinya dan dan dan 1. Keluarga mampu mempraktikan cara merawat klien 2. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga. - Salam perkenalan. - Jelaskan tujuan. - Buat kontrk. - Eksplorasi perasaan keluarga klien. 2. Motivasi keluarga klien untuk menyetujui dan mengikuti kontrak. 3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: - Perilaku - Penyebab - Akibat yang akan terjadi jika kekerasan tidak di tangani. - Cara keluarga menghadapi kekerasan klien. 4. Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien 5. Beri reinforcment positif pada keluarga. 1. Diskusikan bersama keluarga dalam mempraktikan cara merawat klien 2. Motivasi keluarga untuk mempraktikan cara merawat klien 3. Beri reinforcement positif pada keluarga untuk 22
18 2 Harga Diri Rendah cara merawat langsung pada klien 8. Sp3k a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. (discharge planning). b. Menjelas kan follow up klien sebelum pulang. Sp1p 1. Membina hubungan saling percaya. 1. Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas rumah termasuk minum secara mandiri. 2. Keluarga mematuhi jadwal di obat yang dibuat telah untuk kesembuhan klien. 3. Keluarga mengerti/ memahami follow up yang telah diarahkan pada klien. Tanda-tanda percaya kepada perawat: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, respon baik dari anggota keluarga. 1. Diskusikan bersama keluarga dalam membuat jadwal aktivitas di rumah. 2. Motivasi keluarga untuk membuat dan memenuhi jadwal aktivitas yang dibuat. 3. Beri reinforcement positif. 4. Motivasi keluarga untuk menerima klien. 5. Diskusikan follow up untuk keluarga. 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. b. Perkenalkan diri dengan sopan. c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan yang disukai klien. d. Jelaskan tujuan pertemuan. 23
19 mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 2. Mengidentifi 1. Aspek positif kasi aspek dan kemampuan positif dan yang dimiliki kemampuan klien yang dimiliki 2. Aspek positif keluarga 3. Aspek positif lingkungan klien 3. Membantu klien menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilakukan. 4. Membantu klien merencana kan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya 2. Membantu Klien melakukan sesuai Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan Klien dapat membuat rencana harian Klien dapat melakukan sesuai jadwal yang dibuat e. Jujur dan menepati janji. f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien Diskusikan dengan klien tentang: a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan b) Kemampuan yang dimiliki klien 2.2. Bersama klien buat daftar tentang : a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan b) Kemampuan yang dimiliki klien 2.3.Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaanya. 1.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien. 1.2.Tingkatkan sesuai kondisi klien 1.3.Beri contoh cara pelaksanaan setelah pulang. 2.1.Anjurkan klien untuk melaksanakan yang sudah direncanakan. 2.2.Pantau yang dilaksanakan klien. 24
20 rencana yang dibuat Sp2p 1.Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan. 3. Membimbing klien memasukan dalam jadwal harian Sp1k 1. Mendiskusik an masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah. 2. Menjelas kan pengertian harga diri 2.3.Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien. 2.4.Diskusikan kemungkinan pelaksanakan setelah pulang. Kilen dapat 1.1.Motivasi klien untuk menyebutkan dan menyebutkan dan mendemonstrasi kan latihan yang mendemonstrasikan latihan sebelumnya. diajarkan sebelumnya. 1.2.Beri pujian atas jawaban yang benar. Klien dapat 2.1. Anjurkan klien untuk melakukan melaksanakan selanjutnya yang sudah selanjutnya direncanakan. sesuai jadwal 2.2. Pantau yang yang dibuat. dilaksanakan klien Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien Diskusikan kemungkinan pelaksanakan setelah pulang. Klien mau 3.1.Motivasi klien untuk memasukan memasukan yang yang telah dilakukan ke dalam telah dilakukan ke jadwal harian. dalam jadwal 3.2.Beri reinforcement positif harian. pada klien setelah memasukan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian. 1. Keluarga dapat: - Menjelaskan perasaannya. - Menjelaskan cara merawat klien harga diri rendah. - Mendemonstra sikan cara perawatan harga diri rendah. 1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga. - Salam perkenalan. - Jelaskan tujuan. - Buat kontrak. - Eksplorasi perasaan keluarga klien. 5. Motivasi keluarga klien untuk menyetujui dan mengikuti kontrak. 6. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: - Harga diri rendah. 25
21 rendah., tanda dan gejala serta proses kejadian nya. 3. Menjelas kan cara merawat klien harga diri rendah. Sp2k 1. Melatih keluarga mempraktik kan cara merawat klien harga diri rendah. 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien harga diri rendah. Sp3k 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. (discharge planning. 2. Menjelas kan follow 3. Berpartisipasi dalam perawatan klien harga diri rendah. 4. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga rendah. dan diri 1. Keluarga mampu mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah. 2. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung harga rendah. klien diri 1. Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum secara mandiri. 2. Keluarga mematuhi jadwal telah untuk obat yang dibuat - Penyebab harga diri rendah. - Akibat yang akan terjadi jika harga diri rendah tidak di tangani. 7. Cara keluarga menghadapi harga diri rendah. 8. Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien harga diri rendah. 9. Beri reinforcement positif pada keluarga. 1. Diskusikan bersama keluarga dalam mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah. 2. Motivasi keluarga untuk mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah. 3. Beri reinforcement positif pada keluarga untuk respon baik dari anggota keluarga. 1. Diskusikan bersama keluarga dalam membuat jadwal aktivitas di rumah. 2. Motivasi keluarga untuk membuat dan memenuhi jadwal aktivitas yang dibuat. 3. Beri reinforcement positif. 4. Motivasi keluarga untuk menerima klien. 5. Diskusikan follow up untuk keluarga. 26
22 up klien sebelum pulang. kesembuhan klien. 3. Keluarga mengerti/ memahami follow up yang telah diarahkan pada klien. 27
23 4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan Pasien SP Ip a. Mengidentifikasi penyebab kekerasan b. Mengidentifikasi tanda dan gejala kekerasan c. Mengidentifikasi kekerasan yang dilakukan d. Mengidentifikasi akibat kekerasan e. Mengajarkan cara mengontrol kekerasan f. Melatih klien cara mengontrol kekerasan fisik I (nafas dalam) g. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal harian SP IIp 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Melatih pasien cara mengontrol kekerasan fisik II (memukul bantal / kasur / konversi energi) 3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal harian. SP IIIp 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Melatih pasien cara mengontrol Perilaku Kekerasan secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik) 3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal harian. SP Ivp 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien cara mengontrol Keluarga SP I k 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian kekerasan, tanda dan gejala, serta proses terjadinya kekerasan 3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan Perilaku Kekerasan SP II k 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan kekerasan 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien Perilaku Kekerasan SP III k 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow Up pasien setelah pulang 28
24 Harga Diri Rendah Perilaku Kekerasan secara spiritual (berdoa, berwudhu, sholat) 3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal harian SP Vp 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Menjelaskan cara mengontrol kekerasan dengan meminum obat (prinsip 5 benar minum obat) 3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal harian Pasien SP Ip 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 2. Membantu klien menilai kemampuan klien yang amsih dapat digunakan 3. Membantu klien memilih yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien 4. Membimbing klien memasukan dalam jadwal harian. SP IIp 4. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 5. Melatih kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan 6. Membimbing klien memasukan dalam jadwal harian Keluarga SP I k 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami klien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara cara merawat pasien harga diri rendah SP II k 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan harga diri rendah 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah SP III k 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang 29
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
Lebih terperinciBAB II KONSEP TEORI. tidak menyenangkan atau menace (Iyus Yosep, 2007:113). 1995). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada
BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian 1. Marah Kemarahan (anger) menurut Widjaja Kusuma (1992:423) adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas sampai agresivitas yang dialami oleh orang lain.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. membahayakan diri sendiri mauupun lingkungan (Fitria, 2009).
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Menurut Stuart (2009), perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaptif seseorang berespon terhadap marah (Townsend, M.C. 1998). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Kelliat,1996) Perasaan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak
Lebih terperinciTINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart and sundeen, 1991). Pengungkapan kemarahan dengan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien 1. Nama : Ny. S 2. Umur : 34 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Alamat : Singorojo Kendal 5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SLTA 7. Pekerjaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT
ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT tanggal upload : 28 April 2009 PENGERTIAN 1. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat yang dialami oleh setiap orang. (Kaplan, 1995). Perilaku kekerasan adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Perilaku Kekerasan 1.1 Definisi Perilaku kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)
BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan
Lebih terperinciKoping individu tidak efektif
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan
LAPORAN PENDAHULUAN 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KASUS
BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasan 1. Definisi Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, disamping itu perilaku juga diartikan sebagai respons
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinciRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Townsend, 1998). Menurut Stuart
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998). gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati, 2011).
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik kepada diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998).
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN
SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN Pertemuan... Hari, TGL :... A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien : a. Data Subjektif
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Jiwa 1. Biodata Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010 di ruang Gatotkoco RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang a. Identitas klien Nama :
Lebih terperinciBAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu
BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Lebih terperinciB A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
B A B 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan marah yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien
BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KONSEP
BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Y. Susilowati 1), D.W.Ningsih 2) 1) Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada,
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI
47 BAB II TUNJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus,
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pengetahuan 1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Gangguan jiwa perilaku
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,
Lebih terperinciDepresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri
Depresi pada Lansia 1. Mengorientasikan waktu, tempat, orang di sekitar 2. Melatih dalam 3. Melatih menyusun jadwal SP 3 dst 1. Mengorientasikan waktu, tempat, orang 2. Mendiskusikan jadwal 3. Mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia menjalani kehidupan sehari-hari pasti akan mempunyai permasalahan. Setiap permasalahan dihadapi secara baik/konstruktif. Apabila kesehatan mentalnya terganggu
Lebih terperinciMARAH Abstrak A. DEFINISI
MARAH Oleh : Weny Hastuti, S.Kep.*, Wahyono, S.Kep.,Ns. * Abstrak Marah yang dialami oleh individu merupakan reaksi emosional akut ditimbulkan sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal
Lebih terperinciperawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com
Lebih terperinciBAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register
14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciNURSING CARE PLAN (NCP)
NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL
1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN. Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN HANG TUAH SURABAYA 2008 PENDAHULUAN Umumnya klien dengan
Lebih terperinciBUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I
bub BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE JL. Gereja No. 17 Toba Samosir Sumatera Utara Buku Panduan Laboratorium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131
NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :
Lebih terperinciRENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF Tgl Nama Klien : Medis : No MR : Ruangan : Penatalaksanaan regiment terapeutik inefektif TUM: merawat yang mengalami
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan meningkatkan keterlibatan orang lain, tetapi tidak mampu
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual
Lebih terperinciBAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah
1 BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehidupan bangsa setelah merdeka. Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dikembangkan sejalan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di
37 BAB III TINJAUAN KASUS B. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Desember 2008 diruang VI Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas 1. Pasien Nama : Tn. S Umur : 30 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tani Alamat : Grobogan Suku Bangsa : Jawa, Indonesia No.
Lebih terperinci