BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Townsend, 1998). Menurut Stuart Sundeen (1998) Perilaku adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan mengungkapkan perasaan kesal atau marah tidak konstruktif. Menurut Patricia D.Barry Perilaku adalah suatu keadaan emosi merupakan campuran perasaan frustasi benci atau marah, Hal ini didasari keadaan emosi secara men dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke diri, atau secara destruktif (Yosep, 2007). Perilaku atau agresif merupakan suatu bentuk bertujuan melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, 1999). Menurut Stuart Sundeen kemarahan adalah perasaan jengkel timbul sebagai respons terhadap kecemasan dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1992). Resiko adalah merupakan salah satu respon diekspresikan dengan agresif (memperlihatkan permusuhan, keras 7

2 menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman) tapi msih bisa dikontrol (Tim CHMN 2006). Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa merupakan ungkapan perasaan marah bermusuhan timbul sebagai respons terhadap kecemasan dirasakan sebagai ancaman, mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa ber menyerang atau melakukan suatu tindakan dapat membahayakan diri sendiri, orang lain lingkungan. B. Rentang Respon Ekspresi Marah Perasaan marah adalah normal bagi individu, namun dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berubah rentang adatifmaladaptif (Stuart & Sundeen, 1998). Respon adaptif Respon Maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk Gambar 1 : Rentang respon marah (Stuart & Sundeen, 1998) 1. Asertif Kemarahan diungkapkan tanpa menyakiti orang lain. 2. Frustasi Frustasi adalah respon marah akibat individu gagal mencapai tujuan realistik. Dalam hal ini seseorang tidak dapat menemukan alternatif lain menyelesaikan masalah. 8

3 3. Pasif Respon lanjut, dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan. 4. Agresif Perilaku destruktif (memperlihatkan permusuhan, keras menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman) tapi masih terkontrol. 5. Amuk Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain lingkungan. Contohnya membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh diri). C. Proses Terjadinya Masalah 1. Proses Kemarahan Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan menimbulkan perasaan tidak menyenangkan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Respons terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara (lihat gambar 2) yaitu : (1) mengungkapkan secara verbal; (2) menekan; (3) menentang. Dari ketiga cara ini cara pertama adalah konstruktif seg cara dua lain adalah destruktif. 9

4 Dengan melarikan diri atau menentang akan menimbulkan rasa bermusuhan, bila cara ini dikpakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan akan tampak sebagai depresi psikomatik atau agresif ngamuk. 2. Skema proses kemarahan Ancaman atau Kebutuhan Stress Cemas Marah Merasa kuat Mengungkapkan secara verbal Merasa tidak adekuat Menentang Menjaga keutuhan orang lain Melarikandiri Masalah tidak selesai Lega Mengingkari marah Marah berkepanjangan ketegangan menurun marah tidak terungkap Rasa marah teratasi Muncul rasa bermusuhan Rasa permusuhan menurun Marah pada diri sendiri Depresi Marah pada orang lain atau lingkungan Agresi amuk Gambar 2 : Konsep marah (Beck, dkk, 1986, hal.447 dikutip oleh Keliat, 1994 ) 10

5 D. Faktor Predisposisi 1. Faktor genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat atau turunan. 2. Teori-agresi-menyerang ke menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah ditujukan kepada diri sendiri. 3. Teori kehilangan objek merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda atau sangat berarti. 4. Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep diri negatif harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan penilaian seseorang terhadap stressor. 5. Model kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, di dunia seseorang, masa depan seseorang. 6. Model ketidakberdayaan dipelajari menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil penting kehidupannya, oleh karena itu ia mengulangi respons adaptif. 7. Model berkembang dari kerangka teori belajar sosial, mengansumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif berinteraksi dengan lingkungan. 8. Model biologik menguraikan perubahan kimia tubuh terjadi selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, 11

6 disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, variasi periodic irama biologis. E. Stressor Presipitasi Menurut Stuart Sundeen (1998) ada empat sumber utama stressor dapat mencetuskan, yaitu: 1. Kehilangan keterikatan, nyata atau dibakan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. 2. Peristiwa besar kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi mempunyai dampak terhadap masalah-masalah dihadapi sekarang kemampuan menyelesaikan masalah. 3. Peran ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi. Terutama pada wanita. 4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, ganggguan keseimbangan metabolik. F. Etiologi Perilaku Kekerasan Perilaku bisa disebabkan aya gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan gangguan ini dapat situasional maupun kronik. Bila kondisi ini 12

7 berlangsung terus tanpa kontrol maka dapat menimbulkan (Stuart Sundeen, 1998). G. Akibat Perilaku Kekerasan Klien dengan dapat berakibat risiko mencederai diri, orang lain atau lingkungan adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami dapat membahayakan secara fisik dari mekanisme koping maladaptif dari marah menimbulkan H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian. Aspek individu marah menurut Beck, et al, 1986 ( Keliat, 1996) perlu dikaji ada 5 yaitu, pertama Emosi meliputi tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel. Kedua Fisik meliputi Muka merah, pangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Ketiga Intelektual meluputi Mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan. Keempat Spiritual meliputi kemahakuasaan, kebijakan / keberanian diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat. Kelima Sosial meliputi Menarik diri, pengasingan,penolakan,, ejekan, humor. 13

8 2. Diagnosa Keperawatan. a. Data fokus 1) Perilaku Kekerasan. Data subyektif : Mengatakan pernah melakukan tindak Informasi dari tindak dilakukan oleh pasien. Mendengar suara-suara. Merasa orang lain mengancam. Menganggap orang lain jahat. Data obyektif : Aya tanda / jejas anggota tubuhm tampak tegang saat bercerita, pembicaraan kasar jika menceritakan marahnya. 2) Resiko Perilaku Data subyektif Mengancam, mengumpat, bicara keras kasar, mengatakan ada mengejek mengancam, mendengar suara menjelekkan, merasa orang lain mengancam dirinya. Data obyektif Agitasi, meninju, membanting, melempar, menjauh dari orang lain, katatonia. 14

9 3) Harga diri rendah Data subyektif Mengeluh hidup tidak bermakna, tidak memiliki kelebihan apapun, merasa jelek, mengatakan malas, putus asa, ingin mati. Data obyektif Kontak mata kurang, tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain, tampak malas-malasan, produktivitas menurun. 3. Diagnosa Keperawatan a. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan Resiko Perilaku Harga diri rendah b. Diagnosa Keperawatan 1) Perilaku 2) Resiko Perilaku 3) Harga diri rendah 15

10 4. Rencana Tindakan Keperawatan Hari/ Tanggal/ Waktu Diagnosa Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi TUM: Klien dapat mengontrol Rasional SP Ip 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1. Setelah dilakukan tindakan 1x pertemu-an menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat: a. Wajah cerah, tersenyum b. Mau berkenalan c. Ada kontak mata d. Bersedia menceritak an perasaan. 1. Bina hubungan saling percaya dengan : a. Beri salam setiap berinteraksi b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat tujuan perawat berinteraksi c. Tanyakan panggil nama kesukaan d. Tunjukan sikap empati, jujur menepati janji setiap kali berinteraksi e. Tanyakan perasaan masalah dihadapi. f. Buat kontrak interaksi Jelas g. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan. Hubung an saling percaya memung kinkan terbuka pada perawat sebagai dasar interven si selanjut nya. 16

11 2. Klien dapat mengidentif i-kasi penyebab dilakukann ya. 2. Setelah 1x pertemuan menceritakan penyebab dilakukannya : a. Menceritakan penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri sendiri maupun lingkunganya. 2. Bantu mengungkapka n perasaan marahnya: a. Motivasi menceritaka n penyebab rasa kesal atau jengkelnya. b. Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan Pengung kapan perasaan atau lingkung an mengnc am akan menolon g sampai kepada akhir penyeles aian persoala n. 3. Klien dapat mengidentif ikasi tandatanda 3. Setelah 1x pertemuan menceritakan tanda-tanda saat terjadi perialku : a. Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, lain-lain b. Tanda emosional: perasaan marah, jengkel, bicara kasar. c. Tanda sosial: bermusuhan dialami 3. Bantu mengungkapka n tanda-tanda dialaminya: a. Motivasi menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perialku terjadi b. Motivasi menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional) saat terjadi c. Motivasi menceritakan Mengeta hui dilakuka n oleh sehingga memuda hkan interven si. 17

12 saat terjadi kondisi hubungan dengan orang lain (tandatanda sosial) saat terjadi 4. Klien dapat mengidentif i-kasi jenis pernah dilakukany a. 4. Setelah 1x pertemuan menjelaskan : a. Jenis-jenis ekspresi kemarahan selama ini telah dilakukannya. b. Perasaan saat melakukan c. Efektifitas cara dipakai menyelesaika n masalah. 4. Diskusikan dengan perialku dilakukannya selama ini : a. Motivasi menceritakan jenis-jenis tindak selama ini pernah dilakukannya. b. Motivasi menceritakan perasaan setelah tindak tersebut terjadi. c. Diskusikan apakah dengan tindak dilakukannya masalah dialami teratasi. Mengek splorasi perasaan terhadap kekerasa n biasa dilakuka n, mengeta hui kekerasa n biasa lakukan dengan bantuan perawat bisa membed akan konstruk tif dengan destrukti f, dapat memban tu menggu nakan 18

13 cara dapat menyele saikan masalah. 5. Klien dapat mengidentif ikasi akibat perialku 5. Setelah 1x pertemuan menjelaskan akibat tindak dilakukannya. a. Diri sendiri: luka, dijauhi teman, dll b. Orang lain/ : luka, tersinggung, ketakutan, dll. c. Lingkungan: barang atau ben rusak. 5. Diskusikan dengan akibat negatif (kerugian) cara dilakukan pada: a. Diri sendiri b. Orang lain/. c. Lingkungan. Memban tu menilai kekerasa n dilakuka n, dengan mengeta hui akibat kekerasa n. 6. Klien dapat mengidentif ikasi cara konstruktif mengungka pkan kemarahan, 6. Setelah 1x pertemuan : a. Menjelaskan cara-cara sehat mengungkap kan marah. 6. Diskusikan dengan : a. Apakah mau memepelajari cara baru mengungkapka n cara marah sehat. b. Jelaskan berbagai alternatif pilihan mengungkapka n marah selain Klien dapat mengub ah destrukti f menjadi konstruk tif. 19

14 diketahui. c. Jelaskan caracara sehat mengungkapka n marah 1) Cara fisik: nafas, pukul bantal atau kasur, olahraga. 2) Verbal: mengungkapk an bahwa dirinya seg kesal kepada orang lain. 3) Sosial: latihan asertif dengan orang lain. 4) Spiritual: sembah/d oa, dzikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya masingmasing. 7. Klien dapat mendemons trasikan cara mengontrol 7. Setelah 1x pertemuan memperagak an cara mengontrol : a. Fisik 1 (tarik nafas ) 7.1 Diskusikan cara mungkin dipilih anjurkan memilih cara mungkin mengungkapka n kemarahan. 7.2 Latih memperagakan cara dipilih: a. Peragakan cara Agar dapat mempel ajari konstruk tif lain. 20

15 melaksanakan cara dipilih b. Jelaskan manfaat cara tersebut c. Anjurkan menirukan peragaan sudah dilakukan d. Beri penguatan pada, perbaiki cara belum sempurna. 7.3 Anjurkan menggunakan cara sudah dilakukan dilatih saat marah/ jengkel. 8. Membimbi ng ke jadual 8. Klien dapat telah dilakukan ke jadual 8.1 Motivasi telah dilakukan ke jadual 8.2 Beri reinforcement positif pada setelah telah dilakukan ke jadwal Melatih membua t jadwal akan di lakukan. SP IIp 1. Memvalida si masalah latihan 1. Kilen dapat menyebutkan 1.1 Motivasi menyebutkan Mengeta hui masalah 21

16 sebelumnya. mendemonstr asikan latihan diajarkan sebelumnya. mendemonstra sikan latihan sebelumnya 1.2 Beri pujian atas jawaban benar. pada sesuai mengev aluasi berlatih cara mengotr ol marah telah diajarka n. 2. Melatih cara mengontrol marah dengan cara fisik II (memukul bantal/ kasur/ koversi energi) 2. Setelah 1x pertemuan memperagak an cara mengontrol : a. Fisik II (memukul bantal/ kasur/ konversi energi) 2.1 Motivasi melakukan cara mengontrol marah dengan memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya. 2.2 Latih memperagaka n cara mengontrol marah fisik II: a. Peragakan cara melaksanakan cara dipilih b. Jelaskan manfaat cara tersebut c. Anjurkan menirukan peragaan sudah dilakukan d. Beri penguatan Agar dapat mempel ajari konstruk tif lain. 22

17 pada, perbaiki cara belum sempurna. 2.3 Anjurkan menggunakan cara sudah dilakukan dilatih saat marah/ jengkel. 3. Menganjur kan telah dilakukan ke jadwal 3. Klien dapat telah dilakukan ke jadual 3.1 Motivasi telah dilakukan ke jadual 3.2 Beri reinforcement positif pada setelah telah dilakukan ke jadual Melatih membua t jadwal akan di lakukan. SP IIIp 1. Memvalida si masalah latihan sebelumnya. 1. Kilen dapat menyebutkan mendemonstr asikan latihan diajarkan sebelumnya. 1.1 Motivasi menyebutkan mendemonstras ikan latihan sebelumnya 1.2 Beri pujian atas jawaban benar. Mengeta hui masalah pada sesuai mengev aluasi berlatih cara 23

18 mengotr ol marah telah diajarka n. 2. Melatih cara kontrol secara verbal (meminta, menolak mengungka pkan marah secara baik) 2.Setelah 1x pertemuan memperagaka n cara mengontrol : a. Verbal: mengungkap kan perasaan jengkel atau kesal pada orang lain tanpa menyakiti. 2.1 Motivasi melakukan cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak mengungkapka n marah secara verbal) 2.2 Anjurkan mengikuti lalu mempraktikan cara mengontrol marah (memukul bantal). 2.3 Beri reinforcement positif atas tindakan benar dilakukan. Agar dapat mempel ajari konstruk tif lain. 3. Menganjur kan telah dilakukan ke jadwal 3.setelah 1x pertemuan Klien dapat telah dilakukan ke jadual 3.1 Motivasi telah dilakukan ke jadual 3.2 Beri reinforcement positif pada setelah Melatih membua t jadwal akan di lakukan. 24

19 telah dilakukan ke jadual SP IVp 1. Memvalida si masalah latihan sebelumnya. 1. Kilen dapat menyebutkan mendemonstr asikan latihan diajarkan sebelumnya. 1.1 Motivasi menyebutkan mendemonstra sikan latihan sebelumnya 1.2 Beri pujian atas jawaban benar. Mengeta hui masalah pada sesuai mengev aluasi berlatih cara mengotr ol marah telah diajarka n. 2. Melatih cara kontrol secara spiritual (berdoa, berwudhu sholat). 2. Klien dapat mengontrol dengan salah satu cara diajarkan. 2.1 Motivasi melakukan cara mengontrol marah secara spiritual (berdoa, berwudhu sholat). 2.2 Anjurkan mengikuti lalu mempraktikan cara mengontrol marah (memukul bantal). 2.3 Beri Agar dapat mempel ajari konstruk tif lain. 25

20 reinforcement positif atas tindakan benar dilakukan. 3. Menganjur kan telah dilakukan ke jadwal 3. Klien dapat telah dilakukan ke jadual 3.1 Motivasi telah dilakukan ke jadual 3.2 Beri reinforcement positif pada setelah telah dilakukan ke jadual Melatih membua t jadwal akan di lakukan. SP Vp 1. Memvalida si masalah latihan sebelumnya. 1. Kilen dapat menyebutkan mendemonstr asikan latihan diajarkan sebelumnya. 1.1 Motivasi menyebutkan mendemonstras ikan latihan sebelumny. 1.2 Beri pujian atas jawaban benar. Mengeta hui masalah pada sesuai mengev aluasi berlatih cara mengotr ol marah telah diajarka n. 26

21 2. Menjelaska n cara mengontrol dengan minum obat (prinsip 5 benar obat). 2. Klien dapat meminum obat sesuai aturan cara telah diajarkan dengan bantuan minimal. 2.1 Memotivasi menyebutkan kembali latihan mengontrol telah diajarkan. 2.2 Diskusikan bersama tentang latihan telah diajarkan sebelumnya. 2.3 Ajarkan meminum obat secara teratur. 2.4 Beri reinforcment positif atas tindakan benar dilakukan. Klien dapat memaha mi cara mengotr ol marah dengan cara telah diajarka n, mampu meminu mobat secara teratur benar dengan bantuan minimal. 3. Membimbi ng pasien memasukka n jadwal 3. Klien dapat telah dilakukan ke jadual 3.1 Motivasi telah dilakukan ke jadual 3.2 Beri reinforcement positif pada setelah telah dilakukan ke jadual Melatih membua t jadwal akan di lakukan. 27

22 Sp1k 1. Membina hubungan saling percaya. 1. Setelah dilakukan tindakan 1x pertemu-an menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat: a. Wajah cerah, tersenyum b. Mau berkenalan c. Ada kontak mata d. Bersedia menceritak an perasaan. 1. Bina hubungan saling percaya dengan : a. Salam perkenalan. b. Jelaskan tujuan. c. Buat kontrak. d. Eksplorasi perasaan. e. Motivasi menyetujui mengikuti kontrak. Hubung an saling percaya memung kinkan terbuka pada perawat sebagai dasar interven si selanjut nya 2. Mendiskusi kan masalah dirasakan merawat dengan 2. setelah dilakukan 1x pertemuan Keluarga dapat: a. Menjelaskan perasaannya. b. Menjelaskan cara merawat c. Mendemonst rasikan cara perawatan d. Berpartisipas i perawatan 2. Diskusikan dengan anggota tentang: a. Perilaku b. Penyebab c. Akibat akan terjadi jika tidak di tangani. d. Cara menghadapi. Pengung kapan perasaan atau lingkung an mengnc am akan menolon g sampai kepada akhir penyeles aian persoala n. 28

23 3. Menjelaska n pengertian, tanda gejala serta proses kejadiannya. 3. setelah dilakuakn 1x pertemuank eluarga memahami menyebutka n kembali pengertian, tanda gejala, proses terjadinya 3.1 Jelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala, proses terjadinya akibat perilsku 3.2 Beri reinforcement positif pada Keluarg a mampu memaha mi mengeta huipeng ertian, tanda gejala, serta proses kejadian marah. 4. Menjelaska n cara merawat 4. Setelah 1x pertemuan : a. Menjelask an cara merawat dengan b. Mengung kapkan rasa puas merawat 4.1 Diskusikan pentingnya peran serta sebagai pendukung mengatasi perialku 4.2 Dorong anggota mengikuti cara merawat 4.3 Diskusikan potensi membantu mengatasi 4.4 Peragakan cara Peran serta merawat sangat memban tu proses penyem buhan. Supaya lebih memaha mi cara perawat 29

24 merawat (menangani ). 4.5 Beri kesempatan memperagakan memperagakan ulang. 4.6 Beri pujian kepada setelah peragaan an langsun g. SP IIk 1. Melatih mempraktik an cara merawat 1. Keluarga mampu mempraktika n cara merawat 1.1Diskusikan bersama mempraktikan cara merawat 1.2 Motivasi mempraktikan cara merawat 1.3 Beri reinforcment positif pada respon baik dari anggota. Mengide ntifikasi agar berlatih secara teratur proses penyem buhan. SP IIIk 1. Membantu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk 1. Keluarga mampu membuat jadual aktivitas rumah termasuk di 2.1 Diskusikan bersama membuat jadual aktivitas di rumah. 2.2 Motivasi Melatih membua t jadwal 30

25 minum obat. (discharge planning). 2. Menjelaska n follow up sebelum pulang. minum obat secara mandiri. 2. Keluarga mematuhi jadual telah dibuat kesembuhan. 3. Keluarga mengerti/ memahami follow up telah diarahkan pada. membuat memenuhi jadual aktivitas dibuat. 2.3 Beri reinforcment positif. 2.4 Motivasi menerima. 2.5 Diskusikan follow up. akan dilakuka n Harga Rendah Diri TUM: Klien meiliki konsep diri positif SP Ip 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1. Setelah 1x interaksi, menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampinga n dengan perawat, mau mengutaraka 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: a. Sapa dengan ramah baik verbal maupun non verbal. b. Perkenalkan diri dengan sopan. c. Tanyakan nama lengkap nama panggilan disukai. d. Jelaskan tujuan pertemuan Hubung an saling percaya memung kinkan terbuka pada perawat sebagai dasar interven si selanjut nya. 31

26 n masalah dihadapi. e. Jujur menepati janji. f. Tunjukan sikap empati menerima apa aya. g. Beri perhatian perhatikan kebutuhan. 2. Klien dapat mengidenti fikasi aspek positif kemampua n dimiliki. 2. Setelah 1x interaksi menyebutkan : a. Aspek positif dimiliki. b. Aspek positif. c. Aspek positif lungkungan. 2.1Diskusikan dengan tentang: a. Aspek positif dimiliki oleh,, lingkungan. b. Kemampuan dimiliki oleh. 2.2 Bersama buat daftar tentang; a. Aspek positif dimiliki oleh,, lingkungan b. Kemampuan dimiliki oleh. 2.3 Beri pujian realistis, hindarkan member penilaian negatif. Mengide ntifikasi hal-hal positif masih dimiliki oleh. 3. Klien dapat menilai kemampua n dimiliki 3. Setelah 1x interaksi menyebutkan kemampuan dapat 3.1. Diskusikan dengan kemampuan dapat dilaksanakan 3.2. Diskusikan Mengide ntifikasi kemamp uan masih 32

27 dilaksanaka n. dilaksanakan. kemampuan dapat dilanjutkan pelaksanaanya. dapat digunak an. 4. Membimbi ng memasukk an jadwal 4. Klien dapat telah dilakukan ke jadual 4.1 Motivasi telah dilakukan ke jadual 4.2 Beri reinforcement positif pada setelah telah dilakukan ke jadual Melatih membua t jadwal akan di lakukan. SP IIp 1.memvalidasi masalah latihan sebelumnya. 1. Kilen dapat menyebutka n mendemonst rasikan latihan diajarkan sebelumnya. 1.1 Motivasi menyebutkan mendemonstras ikan latihan sebelumnya 1.2 Beri pujian atas jawaban benar. Mengeta hui masalah pada sesuai mengev aluasi kemapu an masih bisa digunak an. 2. Melatih 2. Setelah 1x interaksi 2.1 Rencanakan bersama Agar 33

28 kedua (atau selanjutnya ) dipilih sesuai kemampua n. membuat dapat melakukan sesuai dengan kemampuann ya. aktivitas dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan : a. Kegiatan mandiri b. Kegiatan dengan bantuan 2.2 Tingkatkan sesuai kondisi. 2.3 Beri contoh pelaksanaan dapat dilakukan oleh. dapat melakuk an realistis sesuai kemamp uan dimiliki 3. Klien dapat melakukan sesuai rencana dibuat. 3. Setelah 2x interaksi melakukan sesuai jadwal dibuat. 3.1 Anjurkan melaksanakan telah direncanakan. 3.2 Pantau dilaksanakan. 3.3 Beri pujian atas usaha dilakukan oleh. 3.4 Diskusikan kemungkunan pelaksanaan setelah pulang. Mengide ntifikasi agar berlatih secara teratur. 34

29 SP Ik 1. Mendiskusi kan masalah dirasakan merawat pasien. 1. setelah 1x pertemua Keluarga dapat: a. Menjelaskan perasaannya. b. Menjelaskan cara merawat harga diri rendah c. Mendemonst rasikan cara perawatan harga diri rendah. d. Berpartisipas i perawatan harga diri rendah. 1. Diskusikan dengan anggota tentang: a. Harga diri rendah. b. Penyebab harga diri rendah. c. Akibat akan terjadi jika harga diri rendah tidak di tangani. d. Cara menghadapi harga diri rendah. Pengung kapan perasaan atau lingkung an mengnc am akan menolon g sampai kepada akhir penyeles aian persoala n. 2. Menjelaska n pengertian, tanda gejala harga diri rendah dialami pasien beserta proses terjadinya. 2. setelah 1x pertemuan Keluarga memahami menyebutkan kembali pengertian, tanda gejala, proses terjadinya harga diri rendah. 2.1 Jelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala, proses terjadinya harga diri rendah akibat harga diri rendah. 2.2 Beri reinforcment positif pada Keluarg a mampu memaha mi mengeta huipeng ertian, tanda gejala, serta proses kejadian harga diri rendah. 3. Menjelaska n cara-cara merawat pasien 3. setelah 1x pertemuan Keluarga mampu 3.1 Diskusikan pentingnya peran serta Peran serta 35

30 harga rendah. diri mempraktika n cara merawat harga diri rendah. sebagai pendukung mengatasi harga diri rendah. 3.2 Dorong anggota mengikuti cara merawat harga diri rendah. 3.3 Diskusikan potensi membantu mengatasi harga diri rendah. 3.4 peragakan cara merawat (menangani harga diri rendah). 3.5 Beri kesempatan memperagaka n memperagaka n ulang. 3.6 Beri pujian kepada setelah peragaan. merawat sangat memban tu proses penyem buhan. SP IIk 1. melatih mempraktik kan cara merawat 1. Setelah 1x pertemuan Keluarga mampu mempraktik 1.1 Diskusikan bersama mempraktikan cara merawat Supaya lebih memaha mi cara 36

31 pasien dengan harga diri rendah. 2. melatih melakukan cara merawat langsung kepada harga diri rendah. SP IIIk 1. Membantu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning). 2. Menjelaska n follow up setelah pulang. an cara merawat harga diri rendah 1. Keluarga mampu membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat secara mandiri. 2. Keluarga mematuhi jadual telah dibuat kesembuhan. Keluarga mengerti/ memahami follow up telah diarahkan pada. 1.2 Motivasi mempraktikan cara merawat 1.3 Beri reinforcment positif pada respon baik dari anggota. 1.1 Diskusikan bersama membuat jadual aktivitas di rumah. 1.2 Motivasi membuat memenuhi jadual aktivitas dibuat. 1.3 Beri reinforcment positif. 1.4 Motivasi menerima. 1.5 Diskusikan follow up. perawat an langsun g. Mengide ntifikasi agar berlatih secara teratur proses penyem buhan. 37

32 5. Strategi Pelaksanaan a. Strategi Pelaksanaan Resiko Perilaku Kekerasan. Pasien SP Ip 1) Membina hubungan saling percaya 2) Mengidentifikasi penyebab 3) Mengidentifikasi tanda gejala 4) Mengidentifikasi biasa dilakukan 5) Mengidentifikasi akibat 6) Mengajarkan cara mengontrol 7) Melatih pasien cara kontrol fisik 1 (nafas ) 8) Membimbing pasien memasukkan jadwal harian SP IIp 1) Memvalidasi masalah latihan sebelumnya. 2) Melatih pasien cara kontrol fisik II (memukul bantal/ kasur/ konversi energi) 3) Membimbing pasien memasukkan jadwal SP IIIp 1) Memvalidasi masalah latihan sebelumnya. 2) Melatih cara kontrol secara verbal (meminta, menolak mengungkapkan marah secara baik) 3) Membimbing pasien memasukkan jadwal 38

33 SP IVp 1) Memvalidasi masalah latihan sebelumnya. 2) Melatih cara kontrol secara spiritual (berdoa, berwudhu, sholat). 3) Membimbing pasien memasukkan jadwal SP Vp 1) Memvalidasi masalah latihan sebelumnya. 2) Menjelaskan cara mengontrol dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat). 3) Membimbing pasien memasukkan jadwal Keluarga SP I k 1) Membina hubungan saling percaya 2) Mendiskusikan masalah dirasakan merawat pasien 3) Menjelaskan pengertian, tanda gejala, serta proses terjadinya 4) Menjelaskan cara merawat pasien dengan SP II k 1) Melatih mempraktikkan cara merawat pasien dengan 2) Melatih melakukan cara merawat langsung kepada pasien 39

34 SP III k 1) Membantu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) 2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang b. Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah. Pasien SP I p 1) Membina hubungan saling percaya 2) Mengidentifikasi kemampuan aspek positif dimiliki pasien 3) Membantu pasien menilai kemampuan pasien masih dapat digunakan. 4) Membantu pasien memilih akan dilatih sesuai dengan kemampuan 5) Membimbing pasien memasukkan jadwal SP II p 1) Memvalidasi masalah latihan sebelumnya 2) Melatih kedua (atau selanjutnya) dipilih sesuai kemampuan 3) Membimbing pasien memasukkan jadwal 40

35 Keluarga SP I k 1) Mendiskusikan masalah dirasakan merawat pasien. 2) Menjelaskan pengertian, tanda gejala harga diri rendah dialami pasien beserta proses terjadinya. 3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah. SP II k 1) Melatih mempraktikkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah. 2) Melatih melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah. SP III k 1) Membantu membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning) 2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang. 41

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaptif seseorang berespon terhadap marah (Townsend, M.C. 1998). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Kelliat,1996) Perasaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT tanggal upload : 28 April 2009 PENGERTIAN 1. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Klien Nama adalah Ny. R berumur 35 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Pendidikan terakhir adalah SMP dan pekerjaan adalah sebagai buruh. Status adalah menikah. Klien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN KASUS BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Perilaku Kekerasan 1.1 Definisi Perilaku kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat yang dialami oleh setiap orang. (Kaplan, 1995). Perilaku kekerasan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok

BAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan meningkatkan keterlibatan orang lain, tetapi tidak mampu

Lebih terperinci

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri Depresi pada Lansia 1. Mengorientasikan waktu, tempat, orang di sekitar 2. Melatih dalam 3. Melatih menyusun jadwal SP 3 dst 1. Mengorientasikan waktu, tempat, orang 2. Mendiskusikan jadwal 3. Mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

BAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart and sundeen, 1991). Pengungkapan kemarahan dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. membahayakan diri sendiri mauupun lingkungan (Fitria, 2009).

BAB II KONSEP DASAR. membahayakan diri sendiri mauupun lingkungan (Fitria, 2009). BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Menurut Stuart (2009), perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan marah yang

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan marah yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan LAPORAN PENDAHULUAN 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Jiwa 1. Biodata Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010 di ruang Gatotkoco RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang a. Identitas klien Nama :

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. tidak menyenangkan atau menace (Iyus Yosep, 2007:113). 1995). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada

BAB II KONSEP TEORI. tidak menyenangkan atau menace (Iyus Yosep, 2007:113). 1995). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian 1. Marah Kemarahan (anger) menurut Widjaja Kusuma (1992:423) adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas sampai agresivitas yang dialami oleh orang lain.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien 1. Nama : Ny. S 2. Umur : 34 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Alamat : Singorojo Kendal 5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SLTA 7. Pekerjaan

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP) NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan

Lebih terperinci

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya B A B 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI

BAB II TUNJAUAN TEORI 47 BAB II TUNJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci

Tujuan Sp 1 p a. Mengidenti fikasi penyebab isolasi sosial klien

Tujuan Sp 1 p a. Mengidenti fikasi penyebab isolasi sosial klien I. Renca Keperawat Tgl No Dx Dx Keperawat 1 Isolasi sosial : menarik diri Tuju Sp 1 p a. Mengidenti fikasi penyebab isolasi sosial b. Mengidenti fikasi keuntung berinteraksi kerugi tidak berinteraksi org

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan penserapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131 NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN TEORI BAB III TINJAUAN TEORI Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2009 A. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku / Bangsa Pendidikan Pekerjaan Status Alamat : Sdr. A : 25 Tahun : Laki-laki : Islam :

Lebih terperinci

MARAH Abstrak A. DEFINISI

MARAH Abstrak A. DEFINISI MARAH Oleh : Weny Hastuti, S.Kep.*, Wahyono, S.Kep.,Ns. * Abstrak Marah yang dialami oleh individu merupakan reaksi emosional akut ditimbulkan sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pengetahuan 1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998). gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati, 2011).

BAB II KONSEP DASAR. diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998). gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati, 2011). BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik kepada diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia menjalani kehidupan sehari-hari pasti akan mempunyai permasalahan. Setiap permasalahan dihadapi secara baik/konstruktif. Apabila kesehatan mentalnya terganggu

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: DEVI CHRISTINA PANCANINGTYAS NIM. P.10086 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN. Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN. Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN Oleh : DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN HANG TUAH SURABAYA 2008 PENDAHULUAN Umumnya klien dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN Pertemuan... Hari, TGL :... A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien : a. Data Subjektif

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah 1 BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehidupan bangsa setelah merdeka. Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dikembangkan sejalan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL 1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I bub BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE JL. Gereja No. 17 Toba Samosir Sumatera Utara Buku Panduan Laboratorium

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Y. Susilowati 1), D.W.Ningsih 2) 1) Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep perawat jiwa Konsep perawat jiwa meliputi definisi perawat kesehatan jiwa, peran perawat jiwa, fungsi perawat jiwa. 2.1.1 Definisi perawat kesehatan Jiwa Keperawatan

Lebih terperinci