BAB II TINJAUAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social isolation ) adalah rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih suka menyendiri. Ini dibedakan dari menarik diri yang menunjukkan tingkah laku dan dari isolasi sebagai mekanisme pembelaan psikologik (Maramis, 1990). Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam (NANDA, ). Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2009). Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito-Moyet, 2006). Menurut Rawlins, 1993 di kutip Keliat (2001), menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Surya Direja, 2011). Menarik diri, merupakan perkembangan kepribadian bisa terhenti ketika manusia lari dari kesulitan. Adler menyebut kecenderungan ini sebagai menarik diri atau perlindungan dengan membuat jarak. Beberapa 6

2 orang secara tidak sadar melarikan diri dari masalah hidup dengan jarak antara diri mereka dengan masalah-masalah yang ada (Feist, 2011). Menarik diri (regresi) adalah mekanisme prilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkungannya (Sunaryo, 2006). Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan (Rawlins&Heacok, 1993). Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa menarik diri adalah merupakan suatu keadaan dimana individu atau kelompok yang mengalami kesulitan berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain, lingkungan atau masyarakat yang ditandai dengan afek sedih dan dangkal, tidak komunikatif, menarik diri, kurangnya kontak mata, merasa tidak berguna, dan merasakan penolakan. B. RENTANG RESPON SOSIAL Manusia adalah makhluk sosial. Untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina hubungan saling tergantung, yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan (Stuart, 2006). 7

3 RENTANG RESPON SOSIAL Adaptif Maladaptif Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri Otonomi Dependensi Ketergantungan Bekerjasama Curiga Manipulasi Interdependen Curiga Skema Rentang Respon Isolasi Sosial Sumber : Townsend (1998) di kutip dalam Fitria (2009) Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial : Respon Adaptif Merupakan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif : a. Menyendiri yaitu merenungkan sesuatu yang telah dilakukan dilingkungan sosial dan cara untuk mengintrospeksi diri untuk menentukan langkah berikunya. b. Otonomi merupakan kemampuan seseorang untuk mencurahkan pikiran, perasan dalam hubungan sosial. 8

4 c. Bekerjasama, merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain. d. Interdependen, saling ketergantungan merupakan suatu hubungan interpersonal yang saling ketergantungan antara seorang dengan yang lain. Respon Maladaptif Respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif : a. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. b. Ketergantungan ini terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri. c. Manipulasi merupakan suatu sikap yang hanya berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada oran lain, orang lain diperlakukan seperti objek. d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain (Stuart, 2006). C. ETIOLOGI Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat menciderai diri sendiri (Carpenito-Moyet, 2006). a. Faktor Predisposisi 1. Faktor Perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon 9

5 maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respons sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. 2. Faktor Biologik Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap masih diperlukan penelitian lebih lanjut. 3. Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik (Stuart, 2006). b.faktor Pencetus Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres seperti kehilanga, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori : 1. Stresor sosiokultural, merupakan stres yang dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti didalam kehidupannya. 2. Stresor psikologik, ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya 3. Stresor biologik, merupakan stresor karena adanya faktor genetik atau keturunan (Stuart, 2006). 10

6 D. TANDA DAN GEJALA Perilaku pasien dengan menarik diri ditunjukkan dengan tandatanda seperti : apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain (menyendiri), komunikasi kurang/tidak ada, klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat, tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari (Keliat, 2009). E. MEKANISME KOPING Individu yang mempunyai respons sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upayanya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme koping yang disajikan disini berkaitan dengan jenis spesifik dari masalah-masalah berhubungan : 1. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian antisosial yaitu proyeksi, splitting ( pemisahan ), merendahkan orang lain. 2. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian yaitu splitting ( pemisahan ), formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain, dan identifikasi proyektif (Stuart, 2006). F. MASALAH KEPERAWATAN Masalah yang muncul pada klien dengan menarik diri antara lain : 1. Halusinasi 2. Menarik diri 3. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 4. Koping keluarga tidak efektif 5. Distress spiritual 6. Defisit perawatan diri 7. Gangguan komunikasi verbal 11

7 8. Kerusakan interaksi sosial 9. Perubahan 10. Koping individu tidak efektif 11. Keputusasaan 12. Harga diri rendah (Keliat, 2009) G. POHON MASALAH Halusinasi Menarik Diri Core Problem Harga Diri Rendah Skema Pohon Masalah Sumber : (Fitria, 2009) H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Menarik diri 2. Halusinasi 3. Harga diri rendah (Carpenito-Moyet, 2006). 12

8 I. INTERVENSI 1. Menarik diri merupakan core problem atau diagnosa utama dalam pohon masalah diatas, berikut ini adalah rencana asuhan keperawatan dari menarik diri. No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Rasional TTD Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi 1. Menarik diri TUM : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain TUK : 1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya. 2.Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri Setelah 1 x interaksi pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada / terhadap perawat : 1. Wajah cerah, tersenyum 2. Mau berkenalan 3. Ada kontak mata 4. Bersedia menceritakan perasaan 5. Bersedia mengungkapkan masalah Setelah 2 x interaksi pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri : a. Diri sendiri b. Orang lain c. Lingkungan 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan : a. Beri salam setiap berinteraksi b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi e. Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien f. Buat kontak interaksi yang jelas g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien 2.1 Tanyakan pada pasien tentang : a. Orang yang tinggal serumah atau sekamar pasien b. Orang yang paling 1.1 Membina hubungan saling percaya. Kontak yang jujur, singkat, konsisten dengan perawat dapat membantu klien membina kembali interaksi penuh percaya dengan orang lain. 2.1 Keterlibatan orang terdekat dapat membantu membangun dan atau kembali membentuk sistem pendukung 13

9 dekat dengan pasien dirumah atau ruang perawatan c. Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut d. Orang yang tidak dekat dengan pasien dirumah atau diruang perawatan e. Apa yang membuat pasien tidak dekat orang dengan tersebut f. Upayakan yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain g. Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain h. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaan dan mengintegrasikan klien kembali kedalam jaringan sosial 3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri Setelah 3 x interaksi dengan pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya : a. Banyak teman b. Tidak kesepian c. Bisa diskusi d. Saling menolong e. Dan kerugian menarik diri misalnya : 1. Sendiri 2. Kesepian 3. Tidak bisa 3.1 Tanyakan pada pasien tentang : a. Manfaat hubungan sosial b. Kerugian menarik diri c. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri d. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya. 3.1 Solitude dan kesepian dapat diterima atau dengan pilihan, dan perbedaan ini membantu klien mengidentifikasi apa yang terjadi pada dirinya sehingga dapat diambil langkah untuk mengatasi masalah ini. 14

10 diskusi 4. Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap Setelah 4 x interaksi pasien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap dengan : a. Perawat b. Perawat lain c. Pasien lain d. Kelompok 4.1 Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial 4.2 Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan : a. Perawat lain b. Pasien lain c. Kelompok 4.3 Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi 4.4 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi 4.5 Beri motivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat 4.6 Beri pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan 4.1 Kehadiran orang yang dapat dipercaya memberi klien rasa terlindungi. Setelah dapat berinteraksi dengan orang lain dan memberi kesempatan klien dalam mengikuti aktivitas kelompok, klien merasa lebih berguna dan rasa percaya diri dapat tumbuh kembali. 5. Pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial Setelah 5 x interaksi pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : 1. Orang lain 2. Kelompok 5.1 Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : a. Orang lain b. Kelompok 5.2 Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya. 5.1 Ketika klien merasa dirinya lebih baik dan mempunyai makna, interaksi sosial dengan orang lain dapat ditingkatkan 15

11 6. Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial 7. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik Setelah 6 x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang : a. Pengertian menarik diri b. Tanda dan gejala menarik diri c. Penyebab dan akibat menarik diri d. Cara merawat pasien menarik diri Setelah 7 x interaksi pasien menyebutkan : a. manfaat minum obat b. kerugian tidak minum obat c. nama, warna, dosis, efek terapi dan efek 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi prilaku menarik diri. 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi perilaku menarik diri 6.3 Jelaskan pada keluarga tentang : a. Pengertian menarik diri b. Tanda dan gejala menarik diri c. Penyebab dan akibat menarik diri d. Cara merawat pasien menarik diri e. Latih keluarga cara merawat pasien menarik diri. f. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan g. Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk bersosialisasi h. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat pasien dirumah sakit 7.1 Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat 7.2 Pantau pasien saat 6.1. Dukungan dari keluarga merupakan bagian penting dari rehabilitasi klien Membantu dalam meningkatkan perasaan kendali dan keterlibatan dalam perawatan kesehatan klien. 16

12 samping obat d. akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter. penggunaan obat 7.3 Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter 7.4 Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi halhal yang tidak diinginkan. 2. Halusinasi merupakan salah satu pohon masalah dari menarik diri, yaitu akibat dari menarik diri. Dimana seseorang yang sudah mengalami gangguan menarik diri, kemungkinan besar bisa terjadi. Berikut rencana asuhan keperawatan. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Rasional TTD No. Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi 2. Halusinasi TUM : Klien tidak menciderai diri sendiri / orang lain / lingkungan TUK : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan kriteria hasil : 1. Membalas sapaan perawat 2. Ekspresi wajah bersahabat dan senang 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : b. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal c. Perkenalkan diri dengan sopan d. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaan klien e. Jelaskan maksud tujuan dan interaksi f. Berikan perhatian pada klien, perhatikan 1.1 Hubungan saling percaya merupakan langkah awal menentukan keberhasilan rencana selanjutnya 1.2 Untuk mengurangi kontak klien dengan nya dengan mengenal akan membantu mengurangi dan menghilangkan 17

13 kebutuhan dasarnya 1.2 Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya 1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan empati 2. Klien dapat mengenali nya Klien mampu mengenali nya dengan kriteria hasil : 1.Klien dapat menyebutkan waktu, timbulnya 2.Klien dapat mengidentifikasi kapan frekuensi situasi saat terjadi 3.Klien dapat mengungkapkan prasaannya saat muncul 2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap 2.2 Tanyakan apa yang didengar dari nya 2.3 Tanyakan kapan nya datang 2.4 Tanyakan nya 2.5 Bantu klien mengenal nya : a.jika menemukan klien sedang, tanyakan apakah ada suara yang didengar b.jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan c.katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi) d.katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien e.katakan bahwa perawat akan membantu klien 2.6 Diskusikan dengan klien : a.situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan 2.1Mengetahui apakah datang dan menentukan tindakan yanng tepat atas nya 2.2Mengenalkan pada klien terhadap nya dan mengidentifikasi faktor pencetus nya 18

14 3.Klien dapat mengontrol nya 3.1Kliendapat mengidentifikasi tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan nya 3.2 Klien dapat menunjukkan cara baru untuk mengontrol b.waktu terjadinya 2.7 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi 3.1 Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa yang dilakukan bila terjadi 3.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian 3.3 Diskusikan cara baik memutus atau mengontrol timbulnya 3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara mengontrol secara bertahap 3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi kelompok 3.1Menentukan tindakan yang sesuai bagi klien untuk mengontrol nya 4.Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol nya 4.1 Klien dapat memilih cara mengatasi 4.2 Klien melaksanakan cara yang telah dipilih 4.3Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok 4.1 Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami 4.2 Diskusikan dengan keluarga : a. Gejala yang dialami klien b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk mengontrol c. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami 4.1 Membantu klien menentukan cara mengontrol : a. Beri support kepada klien b.menambah pengetahuan klien untuk melakukan tindakan pencegahan 19

15 5.Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan nya 5.1 Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat 5.2 Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi 5.3 Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat d. Beri informasi follow up atau kapan perlu mendapat bantuan tidak terkontrol dan risiko menciderai orang lain 4.3 Diskusikan dengan keluarga dan klien tentang jenis, dosis, frekuensidan manfaat obat 5.1 Pastikan klien minum obat sesuai dengan program dokter 5.2 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yanng dirasakan 5.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi 5.4Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar 5.1 Membantu mempercepat penyembuhan dan memastikan obat sudah diminum oleh klien 5.2 Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat 3. Harga Diri Rendah merupakan penyebab terjadinya menarik diri. Berikut intervensi dari harga diri rendah. No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Rasional TTD Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi 3. Harga Diri Rendah TUM : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap TUK : 1.Klien dapat membina 1.1 Klien dapat mengungkapkan perasaanya 1.2 Ekspresi wajah bersahabat 1.3 Ada kontak mata 1.4 Menunjukkan rasa senang 1.5 Mau berjabat tangan 1.6 Klien mau mengutarakan masalah yang 1.1 Bina hubungan saling percaya : a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan 1.1 Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan 20

16 hubungan saling percaya dihadapi c. Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 1.2 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya tentang penyakit yang dideritanya 1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 1.4 Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggungjawab serta mampu menolong dirinya sendiri 2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan 2.1 Klien mampu mempertahankan aspek yang positif 3.1 Kebutuhan klien terpenuhi 3.2 Klien dapat melakukan aktivitas terarah 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki kllien dan beri pujian / reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya 2.2 Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistis 3.1 Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit 3.2 Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya 2.1 Pujian akan meningkatkan harga diri klien 3.1 Peningkatan kemampuan mendorong klien untuk mandiri 21

17 4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya 6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada 4.1 Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan 4.2 Klien mengikuti terapi aktivitas kelompok 5.1 Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan 6.1 Klien mampu melakukan apa yang diajarkan 6.2 Klien mampu memberikan dukungan 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5.1 Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang direncanakan 5.2 Beri pujian atas keberhasilan kllien 5.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah 6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 4.1 Pelaksanaan kegiatan secara mandiri modal awal untuk meningkatkan harga diri 5.1 Dengan aktivitas klien akan mengetahui kemampuannya 6.1 Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu meningkatkan harga diri klien 22

18 J. STRATEGI PELAKSANAAN Dx 1 : Menarik Diri Pasien : Sp 1p : 1. Mengidentifikai penyebab menarik diri pasien 2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang 5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 3p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala menarik diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara cara merawat pasien menarik diri Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah menarik diri langsung dihadapan pasien Sp 3k : 1. Menjelaskan perawatan lanjutan 23

19 Dx 2 : Halusinasi Pasien Sp 1p : 1. Mengidentifikasi jenis pasien 2. Mengidentifikasi isi pasien 3. Mengidentifikasi waktu pasien 4. Mengidentifikasi frekuensi pasien 5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan 6. Mengidentifikasikan respons pasien terhadap 7. Melatih pasien cara kontrol dengan menghardik 8. Membiming pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien cara kontrol dengan berbincang dengan orang lain 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 3p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien cara kontrol dengan kegiatan (yang biasa dilakukan pasien) 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 4p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Menjelakan cara kontrol dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat) 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian 24

20 Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan jenis yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara cara merawat pasien Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan 2. Melatih keluarga melakukan cara merawatnya langsung kepada pasien Sp 3k : 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planing) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien Sp 3k : 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat ( discharge planing) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang 25

21 Dx 3 :Harga Diri Rendah Pasien Sp 1p : 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien 4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan 5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara cara merawat pasien harga diri rendah Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah Sp 3k : 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planing) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang 26

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP) NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM NamaKlien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri Depresi pada Lansia 1. Mengorientasikan waktu, tempat, orang di sekitar 2. Melatih dalam 3. Melatih menyusun jadwal SP 3 dst 1. Mengorientasikan waktu, tempat, orang 2. Mendiskusikan jadwal 3. Mendorong

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL 1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Kelliat,1996) Perasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok

BAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan meningkatkan keterlibatan orang lain, tetapi tidak mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF Tgl Nama Klien : Medis : No MR : Ruangan : Penatalaksanaan regiment terapeutik inefektif TUM: merawat yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I bub BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE JL. Gereja No. 17 Toba Samosir Sumatera Utara Buku Panduan Laboratorium

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan. Isolasi Sosial

Laporan Pendahuluan. Isolasi Sosial Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial A. DEFINISI Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri rendah adalah evaluasi diri perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Mary C.Townsend,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diperkarai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. langsung (Schult & Videbeck, 1998) langsung diekspresikan (Townsend, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. langsung (Schult & Videbeck, 1998) langsung diekspresikan (Townsend, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang di ekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998) Gangguan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaptif seseorang berespon terhadap marah (Townsend, M.C. 1998). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI 6 BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Manajemen Psikoedukasi Keluarga 1. Pengertian Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi,

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa, 18 Halusinasi 8. Mengidentifikasi jenis halusinasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan

BAB II KONSEP DASAR. berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua.

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua. BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri 2.1.1 Pengertian Harga Diri Stuart dan Sundeen (1991), mendeskripsikan harga diri (self esteem)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart and

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 desember 2010, pukul 09.00 WIB di ruang Gatot Koco Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Isolasi Sosial: Menarik Diri 2.1.1. Pengertian Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian dialami oleh individu diterima sebagai ketentuan oleh orang lain sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan penserapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) 1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di 37 BAB III TINJAUAN KASUS B. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Desember 2008 diruang VI Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang mendunia dan semakin beratnya tuntutan ekonomi masyarakat saat ini mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia meningkat saat ini diperkirakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang dapat menimbulkan perilaku aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Perawat 2.1.1.1. Pengertian perawat Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat

Lebih terperinci

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI Oleh : ERFANDI A. Definisi Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan

Lebih terperinci