III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian"

Transkripsi

1 33 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di wilayah DKI Jakarta. Penelitian dilaksanakan mulai Januari 2010 sampai dengan Desember Pemilihan wilayah DKI Jakarta karena merupakan ibukota negara yang merupakan perkotaan dengan tingkat kompleksitas tertinggi di Indonesia. Faktor ini menjadi penting mengingat dalam hal lahan terbuka perkotaan, masalah polusi dan pencemaran tanah dan air sama pentingnya dengan ketersediaan lahan kegiatan pertanian. Selain itu wilayah DKI Jakarta yang sebagian besar terdiri atas bangunan fisik, faktor estetika dan kenyamanan lingkungan menjadi determinan dalam keberhasilan pembangunan wilayah perkotaan. Dengan memilih lokasi DKI Jakarta, diharapkan konsep model kebijakan yang dihasilkan dapat diterapkan di wilayah perkotaan lain di Indonesia, meskipun tentunya masih memerlukan penyesuaian dari aspek ekologi dan sosial, ekonomi, kelembagaan dan teknologi spesifik lokasi. Peta tematik letak lokasi penelitian tertera pada Gambar 3. Peta Tematik Wilayah DKI Jakarta Peta Tematik Wilayah DKI Jakarta Jakarta Utara Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Pusat Timur Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Selatan Lokasi pewakil/ sampel: 1. Kec. Cipayung (Jaktim) 2. Kec. Cilincing (Jakut) 3. Kec. Jagakarsa (Jaksel) 4. Kec. Menteng (Jakpus) 5. Kec. Kembangan (Jakbar) Di Provinsi DKI Jakarta = Lokasi pewakil Gambar 3. Peta tematik lokasi penelitian (wilayah DKI Jakarta).

2 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus dengan metode survei secara cepat dan partisipatif dengan pendekatan PRA (participatory rural appraisal) (Badan Litbang 2002). Cakupan penelitian bersifat makro yang dianalisis adalah sistem pertanian perkotaan pada tingkat provinsi di dalam 5 wilayah kota yang dapat merepresentasikan kondisi pertanian DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem. Metode dengan pendekatan sistem terdiri atas tahapan proses, meliputi analisis, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi dan operasi sistem (Fauzi dan Anna 2005). Sistem penunjang keputusan/spk (Decision Support System/DSS) sebagai suatu sistem interaktif berbasis komputer dapat membantu para pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan yang bersifat tidak terstruktur. Cakupan kegiatan penelitian; Penelitian bersifat makro (tingkat agregasi provinsi atau regional). Secara garis besar penelitian mencakup 5 kegiatan utama yaitu: (1) data primer dan sekunder untuk menyusun model tersebut, (2) akuisisi data dan informasi kondisi saat ini wilayah terkait dengan pengembangan pertanian perkotaan, (3) penilaian indeks dan status keberlanjutan sistem pertanian perkotaan dan (4) menganalisis produk-produk kebijakan yang terkait dengan pengembangan pertanian dan implementasinya; (5) penyusunan model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Hubungan antara tujuan, peubah yang digunakan, metode analisis data dan keluaran yang diharapkan dalam penelitian terlihat pada Tabel 2. Cakupan Lokasi: Cakupan lokasi penelitian adalah wilayah DKI Jakarta. Pemilihan lokasi pengambilan sampel didasarkan pada keragaman karakteristik dan sebaran lahan/ruang dan potensi dominan pengembangan pertanian yang dapat merepresentasikan kondisi wilayah kota secara umum yang diwakili pada 5 wilayah kecamatan/kelurahan terpilih yakni Jakarta Selatan mengambil kecamatan Jagakarsa, Jakarta Timur mengambil kecamatan Cipayung, Jakarta Pusat mengambil kecamatan Menteng, Jakarta Utara mengambil kecamatan Cilincing dan Jakarta Barat mengambil kecamatan Kembangan. Penentuan lokasi secara purposive dan penentuan responden secara stratified random sampling terhadap responden petani kelompok komoditas tanaman hias, sayuran dan tanaman buah dan pedagang sarana

3 35 produksi serta petugas lapangan yang ditentukan secara acak pada setiap wilayah pengamatan, sehingga jumlah responden 85 orang, karena kondisi lokasi dan responden diasumsikan relatif homogen pada setiap wilayah. Tabel 2. Tujuan, peubah, teknik analisis data dan keluaran yang diharapkan. Tujuan Peubah Teknik Analisis Data Keluaran yang diharapkan (1) Menganalisis kondisi saat ini pertanian perkotaan. Kondisi lahan dan ruang dan RTH produktif, jenis tanaman atau komoditas, air, saprodi, harga, tenaga kerja, total biaya, keuntungan, teknologi (paket dan komponen) sumber modal, kelembagaan, pemasaran, pendapatan dan pengeluaran RT, luasan, suhu, permasalahan dan peluang pengembangan dll. Analisis deskriptif kualitatif dan Analisis Kesesuaian Lahan/ruang (EKL dan system Matriks) Kondisi saat ini terhadap bentuk dan pola pengembangan pertanian. (2) Menganalisis status keberlanjutan pertanian perkotaan Aspek ekologi, Aspek ekonomi, Aspek sosial, Aspek kelembagaan, Aspek teknologi. Analisis ordinasi Rap- Ur-Agri. yang dimodifikasi dengan metode Multidimentio nal Scaling (MDS) Nilai indeks dan status keberlanjutan setiap dimensi dan atribut sensitif. (3) Menganalisis produk-produk kebijakan yang terkait dengan pertanian. Undang-Undang, Perda, Program yang terkait dengan pertanian perkotaan serta Implementasi dan permasalahannya. Analisis Isi (Content Analysis) Produk-produk kebijakan dan permasalahan implementasi yang terkait pertanian. (4) Merumuskan model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Faktor kunci penentu keberlanjutan pertanian perkotaan hasil MDS, judgemnt pakar dan FGD dengan stakeholders. Analisis Prospektif. Model, skenario dan arahan kebijakan pengembangan pertanian perkotaan Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer yang dipilah dalam 5 (lima) aspek, yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi, aspek sosial, aspek kelembagaan, aspek teknologi dan persepsi pakar/stakeholders. Data primer

4 36 dikumpulkan melalui metode survei dengan teknik in-depth interview menggunakan kuesioner terstruktur. Pengumpulan pendapat pakar dilakukan melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan terhadap 7 responden dan brainstorming atau focus group discussion (FGD) dengan stakeholders. Secara ringkas jenis data, sumber dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis data, sumber dan teknik pengumpulan data sekunder dan primer Jenis data Aspek ekologi: luas lahan dan ruang, pekarangan, jenis tanaman dominan, pengembangan, iklim, potensi banjir, kondisi pengairan, kondisi, luas RTH produktif dll Aspek ekonomi: tata niaga pemasaran, harga/bibit, pemberian insentif, produksi, kontribusi pendapatan, modal usaha tani, kelayakan usaha tani, harga sarana produksi, harga produksi, keuntungan komoditas lain. Aspek sosial: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, jumlah rumah tangga petani, tenaga kerja, pendidikan, penyuluhan, tingkat pengetahuan petani, penguasaan lahan/ ruang, partisipasi kaum ibu. Aspek kelembagaan: kelembagaan tani, efektifitas penataan ruang, aturan pertanian, organisasi pertani kaum ibu, LSM bidang lingkungan, kelembagaan penyuluhan, aksesbilitas petani, peran instansi pemerintah, dll Aspek teknologi: tingkat penerapan teknologi, paket dan komponen teknologi, sistem usaha tani introduksi ramah lingkungan, jenis teknologi, bibit unggul, teknologi pengolahan limbah organik, teknologi pemanfaatan ruang terbangun. Sumber data Survei lapangan (klarifikasi data pemetaan komoditas pertanian DKI Jakarta oleh Sampeliling et.al. (2007) dan (2008) dan responden. BPS, Dinas/Instansi terkait, stasiun iklim, publikasi Survei lapangan dengan responden BPS, Dinas/ Instansi terkait, publikasi (laporan, jurnal) Survei lapangan dengan responden. BPS, Dinas/ Instansi terkait, publikasi (laporan, jurnal) Survei lapangan dengan responden. BPS, Dinas/ Instansi terkait, publikasi (laporan, jurnal) Survei lapangan dengan responden. BPS, Dinas/ Instansi terkait, publikasi (laporan dan jurnal) Teknik Pengumpulan data Desk study, konsultasi (data series) Pengukuran, wawancara dengan kuesioner (PPL, petani dan petugas instansi terkait) dan pengamatan. Desk study, konsultasi (data series) Wawancara dengan kuesioner (petani, pedagang, PPL, dll) dan pengamatan Desk study, konsultasi (data series) dan Wawancara dengan kuesioner (petani, pedagang, PPL, dll). Desk study, konsultasi (data series) dan Wawancara kuesioner (petani, pedagang, PPL, dll). Desk study, konsultasi (data series), Wawancara kuesioner (petani, pedagang, PPL, dll) dan pengamatan.

5 37 Tabel 3. (Lanjutan) Persepsi Pakar: terhadap aspek ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, teknologi, pertanian organik dan sistem insentif dan kompensasi serta strategi yang perlu dilaksanakan dalam pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan Pakar dan stakeholders Wawancara dan FGD (focus group discussion) dengan mencatat data Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan dengan motode analisis dirinci berdasarkan tujuan dan keluaran yang diharapkan. Tahapan dan metode analisis untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar Analisis Data Kondisi Saat Ini Analisis data kondisi saat ini dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh ditabulasi, kemudian disentesis. Analisis data biofisik dilakukan klarifikasi terhadap data pemetaan komoditas pertanian DKI Jakarta (Sampeliling et al dan 2008). Analisis finansial usaha tani dan pendapatan rumah tangga terhadap tanaman hias, tanaman produktif tahunan dan sayuran dengan BC ratio atau BEP (Break Even Point) meliputi pendapatan petani selama satu periode tertentu dengan kategori penilaian pada nilai 1 (usaha menguntungkan), nilai = 1 (usaha impas) serta nilai 1 (usaha rugi). Kelayakan usaha tani dengan BEP (break even point) kategori TIP (titik impas produksi) dan TIH (titik impas harga) yang diperoleh petani (Kadariah 1988). Untuk mengetahui masalah penerapan teknologi sistem usaha tani oleh petani, maka dilakukan penilaian terhadap paket dan komponen teknologi pada setiap usahatani dengan nilai rata-rata pada kategori % yaitu : (1) untuk nilai 0 35% (kurang), perlu kajian rakitan teknologi diperbaharui; (2) untuk nilai 35 65% (sedang), perlu kajian komponen teknologi dilengkapi, dan (3) untuk nilai % (baik), perlu pengembangan diseminasi (Sukatendel 1989; Sampeliling et al dan Badan Litbang 2003). Analisis kesesuaian lahan dan komoditas introduksi dengan menggunakan kriteria pada evaluasi lahan komoditas pertanian (Puslitbangtanak 2003), dan dilanjutkan dengan analisis sistem matriks (Sampeliling et al. 2002).

6 38 Basis Pengetahuan Kebijakan Pemerintah Pendapat Pakar Studi Pustaka, PRA; Survei Pakar Status Keberlanjutan Faktor Sensitif Yang Mempengaruhi Pertanian Perkotaan Analisis Keberlanjutan Gol yang ingin dicapai Tujuan Penelitian Analisis Kebutuhan Stakeholder Formulasi Permasalahan Faktor Dominan Dari Pakar dan Basis Pengetahuan Analisis Prospektif Faktor Dominan dari Stakeholder Faktor Dominan dari Pakar dan Stakeholder Analisis Kebijakan (Content Analysis) Faktor Kunci Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan Model Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan Berkelanjutan Validasi Model Tidak Ya Implementasi Model Kebijakan Gambar 4. Tahapan analisis untuk mencapai tujuan penelitian Penilaian Indeks dan Status Keberlanjutan Analisis indeks dan status keberlanjutan kondisi saat ini pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta, menggunakan teknik ordinasi Rap-Ur-Agri (Rapid

7 39 Appraisal for Urban Agriculture), yaitu teknik yang dimodifikasi dari Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries) (Fisheries center 2002). Teknik ordinasi ini menentukan sesuatu pada urutan yang terukur dengan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) terhadap pertanian perkotaan. MDS merupakan salah satu metode multivariate yang dapat menangani data metrik (skala ordinal maupun nominal) dan teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multi dimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah (Fauzi dan Anna 2005). Dimensi tersebut adalah ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi yang masing-masing diwakili oleh atribut-atribut atau peubah keberlanjutan. Penentuan atribut pada setiap dimensi mengacu pada indikator keberlanjutan sistem pengembangan pertanian perkotaan (Dale dan Beyeler 2001). Atribut masing-masing dimensi serta kriteria baik dan buruk dengan skor menurut pendapat pakar dan stakeholder yang terkait dengan sistem yang dikaji. Untuk setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor yang mencerminkan kondisi keberlanjutan. Rentang skor ditentukan berdasarkan kriteria yang dapat ditemukan dari hasil pengamatan lapang dan data sekunder. Rentang skor berkisar 0-3, tergantung pada keadaan masing-masing atribut, yang diartikan mulai dari buruk sampai baik. Nilai buruk mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pengembangan, sebaliknya nilai baik mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Nilai indeks keberlanjutan dalam analisis ini dikelompokkan ke dalam 4 kategori status keberlanjutan berdasarkan nilai indeks analisis Rap-Insus Landmag (Rapid Appraisal Sustainability Land Managemant) tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Kategori indeks keberlanjutan pengembangan pertanian perkotaan berdasarkan nilai indeks analisis Rap-Insus Landmag Nilai Indeks Kategori Status keberlanjutan 00,00 25,00 Buruk Tidak berkelanjutan 25,01 50,00 Kurang Kurang berkelanjutan 50,01 75,00 Cukup Cukup berkelanjutan 75,01 100,00 Baik Sangat berkelanjutan Pada ruang atribut dua dimensi ini, sumbu x mewakili derajat keberlanjutan dari buruk sampai baik, sedangkan dimensi lainnya yaitu sumbu y mewakili faktorfaktor lainnya. Penilaian ini dapat diilustrasikan terlihat pada Gambar 5. Buruk Baik 0 % 25% 50% 75% 100 % (unsustainable) (sustainable) Keterangan : 50 % batas minimal tidak berkelanjutan Gambar 5. Posisi titik nilai keberlanjutan pertanian perkotaan DKI Jakarta.

8 40 Analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dilakukan, dimana nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi divisualisasikan dalam bentuk diagram layanglayang (kite diagram) terhadap aspek ekologi, aspek ekonomi, aspek kelembagaan, aspek sosial dan aspek teknologi yang digambarkan pada Gambar 6. Hukum dan Teknologi Kelembagaan Ekologi Ekonomi Ekologi Ekonomi Infrastruktur dan Kelembagaan Teknologi Sosial Sosial Gambar 6. Ilustrasi diagram layang-layang indeks keberlanjutan per dimensi. Pendekatan MDS dalam Rap-Ur-Agri memberikan hasil yang stabil yang telah dimodifikasi dibandingkan dengan metode multivariate analysis yang lain, seperti factor analysis. Dalam MDS, dua titik atau obyek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan. Sebaliknya, obyek atau titik yang tidak sama digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. Teknik ordinasi atau penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada Eucledian Distance yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut: d x x2 y1 y2 z1 z2... Konfigurasi dari obyek atau titik di dalam MDS kemudian diproksimasi dengan meregresikan jarak Eucledian (dij) dari titik I ke titik j dengan titik asal (σij) sebagaimana persamaan berikut: d ij ij Teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas adalah Algoritma ALSCAL, dimana mengoptimalisasikan jarak kuadrat (square distance =

9 41 d ijk ) terhadap data kuadrat (titik asal = Oijk), yang dalam tiga dimensi (i, j, k) ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut: s 1 m m k 1 i j 2 ijk i d j o o 4 ijk 2 ijk 2 Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Eucledian yang dibobot atau ditulis: d x x 2 2 r wka ia ja i Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S di atas dan R 2 (Malhotra 2006). Nilai stress yang rendah menunjukkan good fit, Nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Dalam pendekatan Rap-Fish, model yang baik ditunjukkan dengan nilai stress yang lebih kecil dari 0,25 atau S < 0,25 (Fauzi dan Anna 2005). Nilai R 2 yang baik adalah yang nilainya mendekati Analisis produk-produk kebijakan dan implementasi Analisis produk-produk kebijakan baik undang-undang, perturan, keputusan dan program yang ada kaitan dengan pertanian perkotaan. Metodenya adalah menganalisis substansi atau isi kebijakan, bagaimana implementasi kebijakan dan bagaimana pengendalian kebijakan yang ada dan membandingkan model kebijakan yang dihasilkan dari penelitian tersebut dengan teknik analisis isi (content analysis) Penyusunan Model Kebijakan Pengembangan Pertanian perkotaan Pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan di DKI Jakarta dilakukan dengan pendekatan sistem berdasarkan kondisi aktual (Adiyoga et al. 2002). Penyusunan model dengan pendekatan sistem pada dasarnya adalah penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Metodologi sistem menurut Marimin (2004) pada prinsipnya melalui enam tahapan analisis, meliputi: analisis kebutuhan, identifikasi sistem, formulasi masalah, pembentukan alternatif sistem, diterminasi dari realisasi fisik, sosial politik dan penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Hartrisari (2007), tahapan pendekatan sistem dimulai dari analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi dan validasi dan implementasi sistem pengembangan pertanian perkotaan.

10 Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem (Hartrisari 2007). Pada tahap ini diidentifikasi kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem (stakeholders). Stakeholder dan kebutuhan pengembangan pertanian perkotaan terlihat pada Tabel 5. Langkah awal dalam analisis kebutuhan adalah mendata para stakeholder yang terkait dalam penyusunan model yang akan dikaji. Setelah stakeholder teridentifikasi, kemudian dianalisis kebutuhan masing-masing stakeholder dengan teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) dan wawancara dengan para pakar untuk mendapatkan faktor dominan kebutuhan stakeholders pertanian perkotaan wilayah DKI Jakarta Formulasi Masalah Adanya keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda di antara peran stakeholder, akan menimbulkan conflict of interest dalam sistem. Secara umum kebutuhan yang saling kontradiktif dapat dikenali berdasarkan dua hal, yaitu kelangkaan sumberdaya (lack of resources) dan perbedaan kepentingan (conflict of interest). Kebutuhan yang sinergis bagi semua pelaku sistem tidak akan menimbulkan permasalahan untuk pencapaian tujuan sistem, karena semua pelaku menginginkan kebutuhan tersebut. Untuk mengidentifikasi kebutuhan stakeholder diperlukan analisis formulasi masalah model pengembangan pertanian perkotaan. Stakeholder dan kebutuhan pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta terlihat pada Tabel Identifikasi Sistem Sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu (Hartisari 2007). Tahap identifikasi sistem mencoba memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara pernyataan kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menyusun diagram input-output menggambarkan hubungan antara output yang akan dihasilkan dengan input berdasarkan tahapan analisis kebutuhan dan formulasi permasalahan. Diagram input-output sering disebut diagram kotak gelap (black box), karena diagram ini tidak menjelaskan bagaimana proses yang

11 43 akan dialami input menjadi output yang diinginkan. Diagram input-output model pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan di wilayah DKI Jakarta terlihat pada Gambar 7. Tabel 5. Stakeholder dan kebutuhan pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta. No. Stakeholder Kebutuhan 1. Masyarakat umum 2. Masyarakat Petani 3. Pemerintah Pusat dan daerah (BAPPEDA, Diskeltan, BPN, BLHD, Diskop, Diskes, Disnaker) 4. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pemerhati lingkungan hidup 5. Akademisi dan penelitian/ pengkajian 6. Lembaga Keuangan Penataan/estetika lingkungan hidup masyarakat tempat domisili. Menambah hasil masyarakat. Tersedianya sarana produksi yang memadai Tersedianya modal usaha tani Bencana ekologis minimalkan (penurunan muka tanah, kekeringan dan kebakaran) Produktivitas lahan dan ruang tinggi Pendapatan meningkat Kompensasi kehilangan hak-hak yang memadai Kelembagaan petani berjalan baik Pemasaran hasil lancar dengan harga terjamin Kondisi infrastruktur dan estetika baik Kearifan ekologi terjaga Penyusunan rencana tata ruang wilayah Kebijakan dan implementasi pertanian perkotaan Sarana dan prasarana dan fasilitas umum serta sosial memadai Konflik sosial dan politik tidak terjadi Pendapatan masyarakat dan PAD meningkat Penyerapan tenaga kerja Tidak terjadi degradasi lahan/ruang Mengurangi pencemaran lingkungan Menambah ruang terbuka hijau (RTH) Jaminan pemasaran hasil Kontrol terhadap implementasi pembangunan serta umpan balik Tidak terjadi konflik sosial Kegiatan pertanian sesuai dengan peraturan Penyerapan tenaga kerja Tidak terjadi degradasi dan pencemaran lahan Kompensasi kehilangan hak-hak yang memadai Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penelitian/pengkajian pertanian perkotaan terjamin Profitabilitas usaha terjamin Pengembalian kredit tepat waktu

12 44 Tabel 5. (Lanjutan) 7. Perusahaan Saprodi Tersedianya tenaga kerja terampil Kondisi sosial, politik dan keamanan kondusif Tersedianya pupuk organik Keuntungan layak dan berkelanjutan Input Tak Terkontrol Jumlah penduduk Kondisi/konversi lahan Kondisi iklim Jumlah industri Jumlah tranportasi Pertumbuhan penduduk Input Lingkungan Kebijakan pemerintah Kondisi ekonomi global Output Yang Diharapkan Kelestarian lingkungan Menambah penghasilan RTH dapat dipertahankan Model Pengembangan Pertanian Perkotaan Berkelanjutan Input Terkontrol Luas lahan dan ruang usaha tani (pekarangan, dan kebun spesifik) Pengembangan komoditas dan teknologi ramah lingkungan (komod. ekon.penting dan tek.pertanian) Kelembagaan pertanian (kerjasama stakeholders, penyuluhan, kel.tani, keuangan dan insentif dan kompensasi). Manajemen Pengendalian Output Yang Tidak Diharapkan Konflik Sosial Konversi lahan Pengembangan Teknologi Tidak Ramah Lingkungan Gambar 7. Diagram input-output model pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta Pemodelan Sistem Pemodelan sistem merupakan perumusan masalah ke dalam bentuk pernyataan yang dapat mewakili sistem nyata. Formulasi model menghubungkan variabel-variabel yang telah ditentukan dalam bentuk kontekstual. Dalam permodelan, beberapa variabel yang berada di luar sistem dapat mempengaruhi kinerja sistem, sehingga dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan sebagai variabel model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan secara kualitatif. Tahapan-

13 45 tahapan analisis dalam merumuskan model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar Validasi Model dan Uji Ketetapan MDS Uji validitas model dilakukan dengan analisis Monte Carlo pada taraf kepercayaan 95% (Kavanagh dan Pitcher 2004). Pengecekan secara dimensional (satuan ukuran) terhadap variabel-variabel model, meliputi leverage dan konstanta terhadap data sekunder, mengetahui ketepatan penggunaan metode integrasi dan time step yang dipilih, serta meminta stakeholder untuk mengevaluasi model yang dibuat. Validasi model merupakan suatu usaha untuk menyimpulkan apakah model sistem yang dibangun merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan (Eriyatno 2003). Uji statistik yang dipakai untuk mengukur penyimpangan antara output simulasi dengan data aktual, di antaranya: Mean Absolut Deviation (MAD), Mean Square Error (MSE), Mean Absolut Percentage Error (MAPE), dimana masingmasing uji statistik di atas mengukur keakuratan output simulasi, dengan kriteria ketepatan model adalah : MAPE < 5% (sangat tepat), 5% < MAP < 10% (tepat) dan MAPE > 10% (tidak tepat), Mean Percentage Error (MPE) dapat menentukan apakah metode peramalan mengandung bias (Hauke et al. 2001) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan melihat sensitivitas parameter, faktor dan hubungan antar faktor dalam model yang dikaji. Ada dua kategori analisis sensitivitas yang dibedakan dari intervensinya, yaitu intervensi fungsional dan intervensi struktural (Muhammadi et al. 2001).Kriteria yang dipakai untuk menilai performa sensitivitas dalam penelitian ini mengikuti kriteria seperti yang dikemukakan Maani dan Cavana (2000). Parameter dikatakan sensitif bila parameter diubah sebesar 10% dan dampaknya terhadap kinerja sistem dapat mencapai 5-14%, sangat sensitif (very sensitive) bila dampaknya terhadap kinerja model berkisar 15-34% dan sangat-sangat sensitif (highly sensitive) bila dampaknya terhadap kinerja model lebih besar dari 35%. Parameter yang memiliki sensitivitas tinggi merupakan parameter penting dalam menentukan skenario kebijakan pengembangan pertanian perkotaan.

14 Merumuskan Faktor Penentu Kebijakan Perumusan kebijakan dilakukan dengan analisis prospektif (Bourgeois dan Jesus 2004). Analisis prospektif digunakan untuk menentukan faktor-faktor penting dalam dalam pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Analisis prospektif tidak sama dengan peramalan karena analisis prospektif dapat memprediksi alternatif-alternatif yang akan terjadi dimasa yang akan datang baik bersifat positif (diinginkan) ataupun yang negatif (tidak diinginkan). Kegunaan analisis prospektif adalah mempersiapkan tindakan strategis yang perlu dilakukan dan melihat apakah perubahan dibutuhkan dimasa depan (Bourgoise, 2007). Analisis prospektif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan (faktor kunci) yang berpengaruh terhadap model sistem pengembangan pertanian perkotaan, baik faktor kunci yang diperoleh dari hasil analisis keberlanjutan (MDS), analisis kebutuhan stakeholder (need analysis) maupun faktor kunci dari hasil analisis gabungan antara hasil MDS dan need analysis. Untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem yang dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif digunakan matriks tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh langsung antar faktor dalam pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Dari/Terhadap A B C D E F G H Faktor A B C D E F G H Keterangan : A H = Faktor penting dalam sistem, Skoring : 0 = Tidak ada pengaruh 1 = Berpengaruh kecil 2 = Berpengaruh sedang 3 = Berpengaruh kuat Setelah diperoleh faktor-faktor kunci dari Tabel 6, selanjutnya dilakukan analisis matrik pengaruh dan ketergantungan untuk melihat posisi setiap faktor dalam sistem menggunakan software analisis prospektif seperti pada Gambar 8. Masing-

15 47 masing kuadran dalam diagram mempunyai karakteristik faktor yang berbeda (Bourgeois dan Jesus 2004), sebagai berikut: o Kuadran pertama faktor penentu atau penggerak (driving variables): memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kuat namun ketergantungannya kurang kuat. Faktor-faktor pada kuadran ini merupakan faktor penentu atau penggerak yang termasuk ke dalam kategori faktor paling kuat dalam sistem pengembangan pertanian perkotaan. o Kuadran dua faktor penghubung (leverage variables): menunjukkan faktor yang mempunyai pengaruh kuat dan ketergantungan yang kuat antar faktor, faktorfaktor dalam kuadran ini sebagian dianggap sebagai faktor atau peubah yang kuat. o Kuadran tiga faktor terikat (output variables): mewakili faktor output, dimana pengaruhnya kecil tetapi ketergantungannya tinggi. o Kuadran empat faktor bebas (marginal variables): merupakan faktor marginal yang pengaruhnya kecil dan tingkat ketergantungannya juga rendah, sehingga faktor ini bersifat bebas dalam sistem. Gambar 8. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam model sistem pengembangan pertanian perkotaan. Lebih lanjut Bourgeois (2007) bahwa terdapat dua tipe sebaran variabel dalam grafik pengaruh dan ketergantungan yaitu: (1) tipe sebaran yang cenderung mengumpul pada diagonal kuadran empat ke kuadran dua. Tipe ini menunjukkan bahwa sistem yang dibangun tidak stabil karena sebagian besar variabel yang dihasilkan termasuk variabel marginal atau leverage variable. Hal ini menyulitkan

16 48 dalam membangun skenario strategis untuk masa mendatang; (2) tipe sebaran yang mengumpul di kuadran satu ke kuadran tiga, sebagai indikasi bahwa sistem yang dibangun stabil karena memperlihatkan hubungan yang kuat, dimana variabel penggerak mengatur variabel output dengan kuat. Selain itu dengan tipe ini maka skenario strategis bisa dibangun lebih mudah dan efisien. Tahapan berikutnya dari analisis prospektif adalah analisis morfologis dengan tujuan untuk memperoleh domain kemungkinan masa depan agar skenario strategis yang diperoleh relevan. Tahapan ini dilakukan dengan mendefinisikan beberapa keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang dari semua variabel kunci dari setiap dimensi keberlanjutan pertanian perkotaan. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi variabel-variabel kunci dan keadaan yang mungkin terjadi di masa depan tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Variabel-variabel kunci dan beberapa keadaan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Faktor Keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang 1 1A 1B 1C 2 2A 2B 2C 3 3A 3B 3C n na nb nc Analisis morfologis diteruskan dengan analisis konsistensi untuk mengurangi dimensi kombinasi variabel-variabel kunci dalam merumuskan skenario di masa yang akan datang melalui identifikasi saling ketidaksesuaian di antara keadaan-keadaan variabel kunci (incompatibility identification). Analisis prospektif adalah membangun skenario atas dasar faktor-faktor kunci di atas setelah dikurangi dengan keadaan yang peluangnya kecil untuk terjadi secara bersamaan (mutual incompatible state). Tahapan akhir dari analisis prospektif adalah membangun skenario strategi kebijakan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Skenario ini merupakan kombinasi dari beberapa keadaan variabel-variabel kunci yang mungkin terjadi di masa mendatang dikurangi dengan kombinasi keadaan yang tidak mungkin terjadi secara bersamaan. Secara umum skenario yang disusun atas 3

17 49 skenario berdasarkan kemungkinan atau perkiraan kemampuan intervensi kinerja sistem atau kemampuan pemangku kebijakan dalam intervensi yaitu skenario I (pesimis) adalah melakukan perbaikan minimal sesuai kemampuan saat ini pada atribut yang buruk dan kurang berkelanjutan, skenario II (moderat) adalah melakukan perbaikan kondisi sedang secara bertahap pada atribut kurang berkelanjutan dan atribut lainnya dan skenario III (optimis) adalah melakukan perbaikan pada semua atribut kondisi maksimal Merumuskan Model Kebijakan Pengembangan Pertanian Untuk membangun model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan dilakukan dengan menggabungkan hasil analisis MDS, leverage dan prospektif. Untuk merumuskan model kebijakan pengembangan dilakukan dengan tahapan-tahapan. Tahapan awal adalah mengkaji kondisi eksisting terhadap bentuk-bentuk dan pola, peluang dan permasalahan pengembangan pertanian perkotaan, dan selanjutnya dengan menganalisis indeks status keberlanjutan pertanian perkotaan, menganalisis atribut kunci berpengaruh, menyusun skenario, arahan dan strategi implementasi pengembangan pertanian perkotaan. Penyajian strategi pencapaian model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan bekelanjutan dilakukan dengan menggunakan diagram alir (flow chart) terlihat pada Gambar Definisi Istilah-Istilah Penting yang Digunakan dalam Disertasi Untuk mempertajam dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka dibuatlah definisi istilah-istilah penting yang digunakan dalam disertasi sebagai berikut : Wilayah perkotaan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional kota (UU No. 26/2007). Sistem insentif dan kompensasi pertanian adalah adanya pembebasan pajak lahan dan penyediaan saprodi usaha tani secara bergulir atau sistem hibah. Analisis kesesuaian lahan dan ruang adalah metode penetapan suatu unit lahanruang berdasarkan pertimbangan kondisi biofisik, sosial ekonomi, terapan teknologi dan kebijakan wilayah atau lingkungan sesuai dengan peruntukannya (spesifik lokasi).

18 50 Sistem Pengembangan Pertanian Perkotaan Reference (Desk study) Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan Survei Lapangan Kondisi Saat Ini (peluang dan kendala) Permasalahan Pengembangan Pertanian Penentuan Dimensi Keberlanjutan, atribut dan Skala Identifikasi Kebutuhan Stakeholders Status Keberlanjutan, dan Kebutuhan Stakeholders Analisis Biofisik, Sosial, Ekonomi Perta. Perkotaan Analisis Keberlanjutan Analisis Kebutuhan Stakeholder (Prospektif) Indeks Keberlanjutan Faktor atau Atribut Sensitif Faktor Dominan Berpengaruh Karaketeristik Sumberdaya Lahan dan ruang dan SDM Pert. Perkotaan Faktor Pengungkit atau Penentu Keberlanjutan Faktor Kunci Penentu Keberlanjutan Skenario I Skenario II Skenario III Skenario Kebijakan Arahan dan Strategi Implementasi Pengembangan Strategi Pengembangan Model Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan Berkelanjutan Model Kebijakan Pengembangan Gambar 9. Tahapan penyusunan model kebijakan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Komoditas usaha tani adalah jenis-jenis flora dan fauna atau komoditas yang diusahakan oleh para petani dan masyarakat yang dapat memberikan nilai ekonomi, baik usaha budidaya maupun penanganan pascapanen berupa hasil tanaman (hutan/hias), ikan, ternak dengan satuan produktivitas (ton/ha) dan produksi (ton) atau satuan disesuaikan dengan jenis komoditasnya.

19 51 Penggunaan lahan dan ruang adalah pemanfaatan fungsi tanah, ruang dan air untuk usaha tani sesuai dengan potensi sumberdaya pertanian dengan satuan hektar (ha), unit atau disesuaikan dengan daya dukung kondisi di wilayah. Usaha tani berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya pertanian yang berhasil dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkesinambungan, mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan kelestarian sumberdaya alam agro ekosistem di wilayah (Reijntjes et al. 1992) Inovasi teknologi usaha tani adalah suatu pembaruan metode penerapan paket atau komponen teknologi sistem usaha tani dengan mempertimbangkan aspek kelestarian sumberdaya (Utomo 1989) Pertanian lahan sempit adalah lahan usaha tani sifatnya terbuka yakni lahan sawah, tegalan, lahan terlantar dan pekarangan di areal lahan sempit (< 0,5 atau 0,25 ha) (Simatupang 1995) RTH produktif adalah ruang terbuka hijau pengembangan tanaman produktif yang sifatnya tahunan. Sistem kebun atap bangunan adalah usaha tani yang dilakukan di atas atau di ruang konstruksi bangunan atau atap rumah terhadap komoditas pertanian jangka pendek dan menengah. Sistem vertikultur adalah usaha tani dengan pemanfaatan ruang vertikal secara lebih efisien lahan terhadap komoditas pertanian jangka pendek (Sampeliling 2007) Sistem hidroponik adalah usaha tani untuk memperoleh tanaman tumbuh maksimal dengan seragam melalui penggunaan sirkulasi air dan nutrisi terkontrol terhadap komoditas pertanian jangka pendek. Sistem babilonia adalah usaha tani dengan pemanfaatan tempat atau media tanam sebagai rambatan atau menjalar atau memanjat pada dinding bangunan atau pagar atau pancangan kayu, bambu dan besi pada komoditas tanaman merambat dan memanjat. Sistem tanam langsung adalah usaha tani yang dilakukan di lahan pekarangan, berem jalan, taman dan sawah sesuai komoditasnya. Kebijakan adalah serangkaian keputusan yang diambil oleh seorang aktor atau kelompok aktor yang berkaitan dengan seleksi tujuan dan cara mencapai tujuan

20 52 tersebut dalam situasi tertentu, dimana keputusan tersebut berada dalam cakupan wewenang para pembuatnya. Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976 diacu dalam Puslittanak, 2003). Pengembangan pertanian perkotaan adalah perluasan areal usaha tani dan optimalisasi daya hasil dengan inovasi teknologi moderen di wilayah perkotaan.

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan mulai bulan Februari 2011 hingga Oktober 2011. Lokasi penelitian dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 4). Wilayah ini berada di bagian utara Kabupaten Nunukan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai bulan Oktober 2006. Penelitian dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September

Lebih terperinci

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pemerintah daerah yang diterapkan telah cukup mengandung aspek pembinaan dan penerapan kelestarian lingkungan. Wilayah yang

Lebih terperinci

3 METODE UMUM PENELITIAN

3 METODE UMUM PENELITIAN 47 3 METODE UMUM PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 yang meliputi tahap-tahap : persiapan, pengumpulan data primer/sekunder, dan pengolahan/analisa

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a.

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Juni hingga Desember 2006. Lokasi penelitian adalah beberapa desa di wilayah Kabupaten Tangerang dan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN DI. Aceh Sumatera Uta ra Thailan d Riau Sum atera Barat Malaysia Jam bi Sin gapo re Sumatera Selatan Ben gku lu INDIAN OCEAN Kep. Riau Lampu ng DKI. Jakart a Jawa Barat Kal im antan Bara t Java Sea Ja

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KOTA BERKELANJUTAN: STUDI KASUS DI DKI JAKARTA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KOTA BERKELANJUTAN: STUDI KASUS DI DKI JAKARTA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KOTA BERKELANJUTAN: STUDI KASUS DI DKI JAKARTA Sustainable Urban Agriculture Development Policy: A Case Study in Jakarta Sostenis Sampeliling 1, Santun R.P. Sitorus 2,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 55 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lima bandara di Indonesia, yaitu bandara Juanda di Surabaya, bandara Hasanuddin di Makasar, bandara Pattimura di Ambon,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Desa Sungai Ambangah Kecamatan Sungai Raya, dan Desa Pasak Piang Kecamatan Sungai Ambawang, terletak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan mempunyai potensi yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Jawa Barat dan Daerah Irigasi Cihea yang mencakup tiga kecamatan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penyusunan model pengelolaan air bersih berkelanjutan yang berbasis otonomi daerah dilakukan dengan melakukan identifikasi kebijakan yang ada baik yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia Timur dengan mengambil contoh di dua kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. 3.2 Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Keluaran

III METODE PENELITIAN. 3.2 Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Keluaran 35 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten dengan pertimbangan sebagai berikut (1) kawasan tersebut mewakili karakteristik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 77 BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu seluas + 14.900 hektar mencakup tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung,

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2, 188-192 (Oktober 2013) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00042

Lebih terperinci

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

3.3. PENGEMBANGAN MODEL Selain teknologi pemupukan dan OPT, mekanisasi merupakan teknologi maju yang tidak kalah penting, terutama dalam peningkatan kapasitas kerja dan menurunkan susut hasil. Urbanisasi dan industrialisasi mengakibatkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. i i

Ringkasan Eksekutif. i i Ringkasan Eksekutif Dalam rangka meningkatkan peranan dalam usaha konservasi DAS yang rusak, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian melaksanakan program Pilot Project Optimasi Lahan responsif

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metoda System Dynamics yaitu sebuah simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA Analysis of Sustainability Index and Status of Rice Availability System in Several Regions in Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu dibangun dari kumpulan rumah tangga agar mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana :

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK BULETIN PSP ISSN: 251-286X Volume No. 1 Edisi Maret 12 Hal. 45-59 ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN Oleh: Asep Suryana

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB V. kelembagaan bersih

BAB V. kelembagaan bersih 150 BAB V ANALISIS KEBERLANJUTAN 5.1 Analisis Dimensional Analisis keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencakup empat dimensi yaitu dimensi

Lebih terperinci

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG Abstrak Strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pendekatan klaster.

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian Besarnya potensi sumberdaya laut Kabupaten Halmahera Utara dan masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir terutama nelayan menjadi alasan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

2 KERANGKA PEMIKIRAN

2 KERANGKA PEMIKIRAN 2 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Bab Pendahuluan, maka penelitian ini dimulai dengan memperhatikan potensi stok sumber

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP) ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA 2015-2019 DEDI SUGANDI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014 RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA Iis Arsyad¹, Syaiful Darman dan Achmad Rizal² iis_arsyad@yahoo.co.id ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian. BAB III METODA PENELITIAN 3.. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 20. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Luwu, di 7 (tujuh) kecamatan yaitu

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Bintan Timur Kepulauan Riau. Secara administrasi lokasi penelitian mencakup dua

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan Bendungan Jatigede dapat dievaluasi status keberlanjutannya dan diperbaiki agar

Lebih terperinci

6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN 119 6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Skenario pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya perikanan berwawasan lingkungan, dibangun melalui simulasi model

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Berdasarkan tinjauan pustaka yang bersumber dari CIFOR dan LEI, maka yang termasuk dalam indikator-indikator ekosistem hutan mangrove berkelanjutan dilihat

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai Juli 2006. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan suatu fenomena sosial

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI Sumbu Y setelah Rotasi: Skala Sustainability Attribute VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI 6. Keberlanjutan Rawa Lebak Masing-masing Dimensi Analisis status keberlanjutan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kelurahan (Kelurahan Hinekombe, Kelurahan Sentani Kota, dan Kelurahan Dobonsolo) sekitar kawasan CAPC di Distrik

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengalihan fungsi lahan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota semakin banyak terjadi pada saat sekarang. Hal ini seiring dengan permintaan pembangunan berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

Optimalisasi ruang terbuka hijau untuk remaja: studi kasus empat ruang terbuka hijau di DKI Jakarta Anggraini Hendrawan

Optimalisasi ruang terbuka hijau untuk remaja: studi kasus empat ruang terbuka hijau di DKI Jakarta Anggraini Hendrawan Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Optimalisasi ruang terbuka hijau untuk remaja: studi kasus empat ruang terbuka hijau di DKI Jakarta Anggraini Hendrawan Deskripsi Dokumen:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN Oleh : Sumaryanto Sugiarto Muhammad Suryadi PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU

ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU (Index Sustainability Analysis of Mangrove Forest Ecosystem Management in Western Part of Seram,

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN Pengambilan data primer berupa data gapoktan dan kuesioner AHP terhadap pakar dilakukan dari tanggal 16 Maret sampai dengan 29 April 2013. Data gapoktan diambil dari gapoktan penerima

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perhitungan ketersediaan beras di tingkat Provinsi Bali menggunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Perhitungan ketersediaan beras di tingkat Provinsi Bali menggunakan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Perhitungan ketersediaan beras di tingkat Provinsi Bali menggunakan pendekatan sistem dinamis, untuk waktu analisis tahun 2015 sd 2030. Data dan informasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat 33 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada selama 12 bulan yaitu dari bulan Januari s/d Desember 2010 berlokasi di Kabupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu. Jarak antara lokasi

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Cakupan Penelitian Penelitian indeks dan status keberlanjutan ketersediaan beras dianalisis secara makro pada tingkat regional dan nasional. Daerah tingkat regional dalam penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 34 3. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian Pengembangan Kebijakan Eko-inovasi Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dilakukan di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO SYAHMIDARNI AL ISLAMIYAH Email : syahmi1801@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci