Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan PKn Siswa IVB SDN 22 Dauh Puri

Transkripsi

1 Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan PKn Siswa IVB SDN 22 Dauh Puri Putu Ayuna Widyasari 1, Drs. Made Putra, M.Pd 2, Drs. I Ketut Adnyana Putra, M.Pd 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia widyasari.ayuna@yahoo.com, putramd3112@yahoo.co.id, adnyana.putra54@gmail.com Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas belajar melalui penerapan model problem based learning kelas IVB SDN 22 Dauh Puri Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016 dan (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn melalui penerapan model problem based learning kelas IVB SDN 22 Dauh Puri Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDN 22 Dauh Puri sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Data tentang aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn dikumpulkan menggunakan metode observasi dan metode tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)terjadi peningkatan aktivitas belajar dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 68,6% yang tergolong sedang pada siklus I, meningkat menjadi 80% yang tergolong tinggi pada siklus II; dan (2) terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn yakni persentase ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan PKn pada siklus I sebesar 71,02% yang berada pada kategori sedang dengan ketuntasan belajar secara klasikal 47,22% atau sebanyak 17 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 36 siswa. Sedangkan pada siklus II rata-rata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan PKn sebesar 83% yang berada pada kategori tinggi dengan ketuntasan belajar secara klasikal 94,44% atau sebanyak 34 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 36 siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siswa kelas IVB SDN 22 Dauh Puri Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci : problem based learning, akivitas belajar, kompetensi pengetahuan PKn. Abstract The purposes of this classroom action research are: (1) to improve the learning activity through the application of problem based learning of the IVB grade students of SDN 22 Dauh Puri in academic year 2015/2016 (2) to improve the mastery of competence Civics knowledge through the application of problem based learning of the IVB grade students of SDN 22 Dauh Puri in academic year 2015/2016. Subjects in this study were IVB grade students of SDN 22 IVB Dauh Puri and the total of the subjects were 36 subjects which consisted of 19 females and 17 males. In collecting the data of learning activity and mastery of competence Civics knowledge were observation method and test method. The data were analyzed using descriptive statistical and quantitative descriptive method. The results of this study showed that: (1) improvement in learning activity from the average percentage of student activity at 1

2 68,6% were classified as being in the first cycle, improved to 80% which was high on the second cycle; and (2) improvement mastery of competence Civics knowledge that the average percentage of mastery of competence Civics knowledge in the first cycle 71.02% were in middle category with classical learning completeness 47,22% or 17 subjects who achieved the minimum passing grade from 36 subjects. While on the second cycle the average percentage of mastery of competence Civics knowledge 83% were at high category with classical learning completeness 94.44% or 34 subjects who achieved the minimum passing grade from 36 subjects. Based on these results it can be concluded that the application of the problem based learning can improve the learning activity and mastery of competence Civics knowledge of the IVB grade students of SDN 22 Dauh Puri North Denpasar in academic year 2015/2016. Keywords: problem based learning, learning activity, competence of Civics knowledge. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sangat berperan penting bagi kehidupan manusia, begitu pula bagi bangsa dalam suatu negara karena pendidikan menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa, dan semakin maju pendidikan suatu bangsa maka tingkat kesejahteraannya pun makin tinggi. Di dalam sistem pendidikan di Indonesia, ternyata telah mengalami banyak perubahan. Di dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi,misi dan strategi pembangunan nasional. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan mencakup seluruh komponen yang ada dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berpijak pada tujuan pendidikan tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan seperti memberikan penghargaan terhadap guru, meningkatkan profesionalisme guru, menyediakan sarana dan prasarana serta menyusun dan menyempurnakan kurikulum. Kurikulum yang dilaksanakan di sekolah dasar saat ini ialah Kurikulum Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini, pemerintah sudah menetapkan bahwa pendekatan yang harus digunakan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal darimana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Proses pembelajaran yang dilaksanakan terdiri dari lima pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran berangkat dari suatu tema yang menjadi acuan dasar. Tema tersebut merupakan gabungan dari beberapa muatan materi yang relevan dengan kompetensi di SD. Dalam proses pembelajaran, elemen-elemen pendekatan saintifik dapat diintegrasikan dengan beberapa model, strategi, atau metode pembelajaran. Menurut Sani (2014:76) model, strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik, antara lain: pendekatan berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning). 2

3 Pemilihan model atau metode pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik dari siswa dan materi yang dipelajari. Pada umumnya, siswa menggunakan keterampilan yang berbeda-beda dalam model atau metode pembelajaran. Setiap model atau metode memiliki keunggulannya masing-masing, begitu juga dengan salah satu model yang sesuai dengan pendekatan saintifik yakni model problem based learning. Menurut Rusman (2014:241), Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Sedangkan Barrow dalam Huda (2013:271) menyatakan, Problem Based Learning sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran yang fokusnya adalah pada pembelajaran siswa bukan pada pengajaran guru. Selanjutnnya ditambahkan oleh Sani (2014:127) menyatakan, Problem based learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Keunggulan dari model problem based learning adalah model ini membuat siswa belajar untuk menyelesaikan masalah dunia nyata secara terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan siswa. Selain itu siswa mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya, meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa,meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi serta siswa menikmati pembelajaran. Uden & Beaumont (dalam Suprihatiningrum, 2013:222) menyatakan, beberapa keuntungan yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning yaitu: (1) Mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya, (2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi, (3) Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi, (4) Menikmati belajar, (5) Meningkatkan motivasi, (6) Bagus dalam kerja kelompok, (7) Mengembangkan belajar strategi belajar, dan (8) Meningkatkan keterampilan. Selain beberapa keuntungan yang telah disebutkan, model Problem Based Learning juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran karena siswa akan berinteraksi dengan satu sama lain untuk memecahkan suatu masalah. Pembelajaran. Hal tersebut akan lebih efektif jika guru sebagai fasilitator dapat mengkondisikan semua siswa terlibat aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antar siswa satu dengan siswa yang lain. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas, di mana siswa belajar sambil bekerja. Dalam diri masing-masing siswa terdapat prinsip 'Aktif' yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri serta mengendalikan tingkah lakunya. Aktivitas merupakan asas yang sangat penting dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Sardiman, 2011:96). Sedangkan menurut Jauhar (2011:156) mengatakan, Sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung: keterlekatan pada tugas (Commitment), tanggung jawab (Responsbility), dan motivasi (Motivation). Lebih lanjut Rusman (2014:324) menyatakan, Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran. Aktivitas belajar banyak macamnya. Sardiman (2011:101), menggolongkan aktivitas siswa menjadi 8 yaitu: a) Visual activites, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, 3

4 memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mendengarkan wawancara, diskusi, interupsi., c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato, d) Writing activities, misalnya: menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin, e) Drawing activities, misalnya:memnggambar, membuat grafik, peta, diagram, f) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak, g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan h) Emosional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Hamalik (2010:91) menyatakan, penggunaan aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, di antaranya: a) Siswa mencari pengalamannya sendiri dan langsung mengalami sendiri, b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, c) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok, d) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual, e) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, f) Membina dan memupuk kerjasama antar sekolah dan masyarakat, antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa, g) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme, dan h) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya aktivitas dalam pembelajaran dapat memberikan manfaat bagi sekolah, pembelajaran itu sendiri dan terutama bagi siswa. Selain pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan, pembelajaran juga lebih bermakna bagi siswa karena akan memberikan pengalaman bagi siswa untuk berbuat dan menemukan sendiri, disiplin, dan mampu bekerjasama sehingga dapat mengembangkan seluruh aspek pribadinya. Melihat betapa pentingnya aktivitas dalam suatu proses pembelajaran, maka hendaknya dilakukan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan aktivitas belajar sehingga pembelajaran menjadi aktif bagi siswa. Model Problem Based Learning (PBL) dapat diterapkan dalam berbagai muatan materi pelajaran di SD seperti muatan materi PKn. Menurut Susanto (2013:225), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah muatan materi yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Tujuan pembelajaran PKn di SD adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Susanto (2013:231) menyatakan, Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menjadikan siswa agar: a) Mampu berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya, b) Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan c) Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai norma yang baik, maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah terwujudkan. Untuk itu Perlunya PKn diajarkan di SD ialah agar siswa sejak dini dapat memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter 4

5 yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, dan memahami nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran serta sikap yang baik terhadap sesamanya, lawan jenisnya maupun terhadap orang yan lebih tua. Dari berbagai muatan materi pelajaran yang ada di Sekolah Dasar, PKn merupakan salah satu muatan materi yang melatih penalaran peserta didik. Melalui muatan materi PKn diharapkan dapat memiliki kompetensi untuk mengembangkan keterampilan serta memecahkan masalah. Kompetensi merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan ketrampilan sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kosasih (2014:13) mengartikan bahwa kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat, sebagai perpaduan pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur diperlukan untuk menuntaskan kegiatan sehari hari dengan berhasil. Kompentesi yang dijabarkan dalam Kurikulum 2013 adalah kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kompetensi Inti merupakan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalam keseluruhan mata pelajaran dalam satu tingkatannya. Sedangkan kompetensi dasar adalah kompetensi yang diturunkan dari hasil kompetensi inti yang hasilnya tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran (Kosasih, 2014:17). Dalam Kurikulum 2013 patokan untuk menilai keberhasilan suatu pembelajaran yaitu ranah sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila ditandai dengan pencapaian siswa terhadap indikator - indikator yang ditentukan serta adanya perubahan tingkah laku yang dicerminkan dari hasil belajar siswa serta pengalaman belajar siswa yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. kompetensi pengetahuan PKn mencakup dimensi pengetahuan pada muatan materi PKn. Yang mana hal tersebut dinyatakan sebagai kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran khususnya pada muatan materi PKn. Untuk mengukur tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi, dilakukan proses penilaian. Proses penilaian tersebut ditandai dengan perubahan pada siswa yang tercermin dari hasil belajar siswa selama dan sesudah mengikuti proses pembelajaranmuatan materi PKn. Seperti yang dinyatakan oleh Kunandar (2013:159) bahwa penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan maka penilaian kompetensi pengetahuan harus dikemas seotentik mungkin agar peran pentingnya dalam mengembangkan kualitas hasil dan proses pembelajaran dapat dirasakan serta dapat bermakna untuk diri siswa. Berdasarkan pengamatan awal peneliti di SDN 22 Dauh Puri yang dilaksanakan pada tanggal 23 november 2015, ditemukan hasil bahwa pembelajaran kurikulum 2013 Tematik Integratif masih banyak siswa yang belum mencapai hasil ketuntasan dalam muatan kompetensi khususnya pada muatan materi PKn. Hal ini bisa dilihat dari nilai siswa pada saat melaksanakan Ulangan harian, Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester sering kali tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Selain itu aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran juga belum bisa dikatakan aktif karena mereka menganggap muatan materi PKn yang dipelajari kurang menarik sehingga siswa merasa malas dan bosan saat proses pembelajaran berlangsung. Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siswa, maka perlu adanya transformasi di dalam muatan materi PKn. Model yang digunakan dalam proses pembelajaran menjadi kunci dari optimal atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti bermaksud menerapkan model Problem Based Learning untuk memperbaiki proses pembelajaran agar menjadi lebih inspiratif. Pada model Problem Based Learning peran guru adalah sebagai fasilitator. Sementara murid berfikir, 5

6 memecahkan masalah yang diberikan, mengkomunikasikan argumennya, serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat orang lain. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dilakukan suatu penelitian yang berjudul Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan PKn Siswa Kelas IVB SDN 22 Dauh Puri Denpasar Utara Tahun Ajaran 2015/2016. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDN 22 Dauh Puri dengan Subjek penelitian melibatkan siswa kelas IVB SDN 22 Dauh Puri, dengan subjek 36 orang siswa yang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.objek penelitian ini adalah Aktivitas Belajar dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan PKn kelas IVB SDN 22 Dauh Puri ajaran 2015/2016 melalui penerapan model Problem Based Learning. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara bersiklus. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui dalam satu siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) tahap refleksi. Banyaknya siklus yang dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat ketercapaian kriteria keberhasilan. Setiap siklus dalam penelitian ini dirancang untuk empat kali pertemuan diantaranya tiga kali pertemuan untuk melaksanakan pembelajaran dengan model problem based learning dan mengukur aktivitas belajar PKn siswa dalam pembelajaran, serta satu kali pertemuan akhir siklus diadakan tes objektif Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode tes. Data aktivitas belajar siswa di kumpulkan dengan mengunakan lembar observasi dan data penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes. Data yang telah dikumpulkan baik data aktivitas belajar maupun data penguasaan kompetensi PKn siswa dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distributif frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median dan modus, serta metode analisis deskriptif kuantitatif dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus I persentase rata-rata nilai aktivitas belajar PKn siswa adalah 68,6%. Hasil tersebut kemudian dikonversikan ke dalam kriteria penggolongan aktivitas belajar PKn. Setelah dikonversikan, persentase rata-rata aktivitas belajar PKn siswa berada pada rentang yakni termasuk kriteria cukup aktif. Data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siswa pada siklus I diperoleh melalui pemberian tes pada tes akhir siklus I. Tes penguasaan kompetensi pengetahuan dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun dengan jumlah soal sebanyak 30 butir yang berbentuk tes pilihan ganda biasa (PGB). Hasil analisis mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan PKn pada siklus I, diperoleh persentase rata-rata (M%) yaitu 71,02% yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval dengan kriteria sedang. Ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 47,22% dimana 17 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 36 siswa. Karena hasil analisis data siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan PKn di kelas IVB pada sisklus I belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II. Data aktivitas belajar PKn pada siklus II siswa dikumpulkan dengan metode observasi pada pertemuan 1, 2, dan 3 siklus I. Pemberian skor aktivitas untuk setiap siswa dilakukan dengan berpedoman pada rubrik aktivitas belajar siswa dan hasilnya dicatat pada lembar observasi yang telah disediakan. Indikator aktivitas belajar siswa pada penelitian ini terdiri dari 6 indikator indikator dan 30 aspek, 6 indikator aktivitas belajar tersebut meliputi kegiatan visual, kegiatan oral, kegiatan listening, kegiatan writing, kegiatan mental dan kegiatan emosional dengan perolehan skor maksimal ideal (SMI) sebesar 30. Pada siklus II 6

7 persentase rata-rata nilai aktivitas belajar PKn siswa adalah 80%. Hasil tersebut kemudian dikonversikan ke dalam kriteria penggolongan aktivitas belajar PKn. Setelah dikonversikan, persentase rata-rata aktivitas belajar PKn siswa berada pada rentang dan termasuk kriteria aktif. Hasil analisis data aktivitas belajar PKn pada siklus II ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini. Data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siswa pada siklus II diperoleh melalui pemberian tes pada tes akhir siklus II. Tes penguasaan kompetensi pengetahuan dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun dengan jumlah soal sebanyak 30 butir yang berbentuk tes pilihan ganda biasa (PGB). Hasil analisis mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan PKn pada siklus II, diperoleh nilai rata-rata (Mean) yaitu 83 dengan persentase rata-rata (M%) yaitu 83% yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval dengan kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal pada siklus II diperoleh 94,44% dimana 34 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 36 siswa. Karena hasil analisis data siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka penelitian ini dihentikan. Secara keseluruhan hasil analisis data yang dilakukan mengenai perolehan nilai aktivitas belajar dan penguasan kompetensi pengetahuan PKn pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 : Tabel Data Peningkatan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan PKn dari Siklus I dan Siklus II Variabel Siklus I Siklus II Peningkatan Persentase rata-rata Aktivitas Belajar 68,6% 80% 11,4% Persentase rata-rata Penguasaa Kompetensi Pengetahuan PKn 71,02% 83% 11,98% Ketuntasan Klasikal 47,22% 94,44% 47,22% Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn pada siswa juga dilihat dalam bentuk grafik seperti di bawah ini. kelas IVB SDN 22 Dauh Puri.Data peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn dari pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat 7

8 Persentase Aktivitas Belajar PKn Penguasaan Kompetensi Pengetahuan PKn Ketuntasan Klasikal Siklus I Siklus II Gambar 01. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan PKn Siswa Kelas IVB SDN 22 Dauh Puri Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn setelah adanya penerapan model problem based learning. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan, berdasarkan deskripsi proses dan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn, setelah diterapkannya model problem based learning siswa kelas IVB SDN 22 Dauh Puri. Penelitian yang dilakukan ini, sudah dikatakan berhasil dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan. Secara umum penelitian yang dilakukan sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah diharapkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I persentase rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai 68,6% yang berada pada kriteria cukup aktif dan menjadi 80% yang tergolong kriteria aktif pada siklus II. Begitu pula halnya dengan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siswa mengalami peningkatan dari 71,02% pada siklus I menjadi 83% pada siklus II. Ketuntasan klasikal pada siklus I belum memenuhi kriteria yang ditetapkan yakni 80%. Data ketuntasan klasikal siklus I menunjukkan bahwa dari 36 siswa hanya 17 siswa yang tuntas yaitu baru mencapai 47,22% sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 94,4%, yang mana 34 siswa sudah tuntas dan memenuhi indikator keberhasilan. Peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn dari siklus I ke siklus II melalui penerapan model problem based learning disebabkan adanya perlakuan atau tindakan dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,pelaksanaan,pengamatan/obs ervasi, dan refleksi. Dalam penerapan model problem based learning, guru berperan sebagai motivator yang selalu memberikan semangat dan dukungan pada siswa serta sebagai pembimbing yang mengarahkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga akan tercipta pembelajaran yang kreatif, efektif dan menyenangkan di dalam kelas yang dapat mengoptimalkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran, siswa sudah mampu mengemukakan ide-ide dalam memecahkan permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran, antusias dalam mengikuti pembelajaran, mampu bekerja sama dalam kelompok, berani mengajukan pertanyaan dan keterampilan 8

9 dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian model problem based learning ini sudah dapat mengimplementasikan maksud dan tujuan dari pendekatan saintifik. Berdasarkan teori yang ada, dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat maka tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Problem based learning merupakan salah satu model yang sesuai dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pada kurikulum Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata (Rusman,2014:241). Pembelajaran ini memiliki keunggulan yakni menuntut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan demikian, siswa tidak hanya mengenal informasi yang didapatkan, melainkan juga memaknai dan memahaminya. Dengan memahami siswa akan mampu menerapkan pada kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan pemaparan tersebut, dengan menggunakan model problem based learning sangat tepat untuk diterapkan pada pembelajaran guna mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, berkesan dan bermakna yang nantinya berimbas pada peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siswa kelas IVB SDN 22 Dauh Puri Denpasar Utara Tahun Ajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa Penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVB SD Negeri 22 Dauh Puri. Hal ini terlihat dari persentase rata-rata aktivitas pada siklus I mencapai 68,6% berada pada kriteria cukup aktif dan persentase rata-rata aktivitas pada siklus II mencapai 80% berada pada kriteria aktif. Hal ini berarti, bahwa model problem based learning sangat baik diterapkan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penerapan model problem based learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siswa kelas IVB SD Negeri 22 Dauh Puri. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan PKn pada siklus I mencapai 71,02 dari 36 siswa sudah 17 siswa memenuhi kriteria ketuntasan belajar dan nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan PKn siklus II mencapai 83 dari 36 siswa sudah 34 siswa memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Hal ini berarti, bahwa model problem based learning sangat baik diterapkan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn. Berdasarkan perolehan data hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn serta peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal, maka diajukan saran-saran sebagai berikut. (a) Bagi siswa, Pengalaman belajar yang telah berhasil meningkatkan hasil belajar serta interaksi siswa dalam berkelompok dan berkerjasama antar siswa hendaknya selalu dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal, (b) Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan menerapkan model problem based learning sebagai salah satu alternatif untuk mencapai hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi yang optimal dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik, (c) Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi sekolah dengan pengambil kebijakan dalam memotivasi guru agar selalu melakukan perbaikan pembelajaran dan mengangkat predikat nama sekolah di lingkungan sekolah-sekolah lainnya, dan (d) Bagi Peneliti lain, penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasan kompetensi pengetahuan PKn bisa digunakan sebagai tolak ukur untuk melakukan penelitian yang relevan selanjutnya. 9

10 DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja. Arikunto, Suharsimi Prof. Dr Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Bumi Aksara. Suprihatiningrum, Jamil Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Susanto, Ahmad TeoriBelajarPembelajaran di sekolahdasar. Jakarta: Kencana. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Angkasa. Huda, Miftahul Model-model Pengajarandan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jauhar, Mohamad Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik: Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Komaidi dan Wijayanti Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Sabda Media. Kosasih Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum Bandung: Yrama Widya. Kunandar Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rusman Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali. Sani, Ridwan Abdullah Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum Jakarta. Bumi Aksara. Sanjaya, Wina Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sardiman Interkasi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. 10