Iis Setiyaningrum. Oleh : K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Iis Setiyaningrum. Oleh : K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 Studi tentang hubungan persepsi dan sikap guru dengan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar siswa sekolah dasar di kecamatan Jebres Surakarta tahun 003 Oleh : Iis Setiyaningrum K BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia sekarang ini sudah lebih maju bila dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari jumlah Sekolah Dasar yang semula berjumlah menjadi dengan jumlah murid menjadi (Balitbang dikbud,1994). Apalagi sejak dicanangkannya wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, maka sudah sebagian besar penduduk Indonesia pernah mengenyam pendidikan sampai pada tingkatan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Salah satu sasaran pembangunan di bidang pendidikan sebagaimana disebutkan dalam GBHN Tahun 1999 adalah melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional. Oleh karena itu sistem pendidikan perlu 1

2 ditingkatkan terutama hal-hal yang berkaitan dengan kesesuaian pendidikan yang dibutuhkan oleh masing-masing anak didik. Kurikulum dalam suatu pendidikan merupakan komponen yang sangat penting. Hal ini dikarenakan kurikulum merupakan panutan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar di sekolah. Komponen kurikulum yang lengkap terdiri dari : tujuan instruksional umum dan khusus, struktur program, garis-garis program pengajaran, dan satuan acara pengajaran atau satuan pelajaran. Mengingat begitu pentingnya kurikulum, maka penyusunannya harus disesuaikan dengan kebutuhan serta ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan. Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan sangat diperlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan materi pelajaran. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan baik apabila antara teori dengan praktek dapat seimbang. Sebab menurut penelitian siswa akan lebih mudah dalam memahami isi materi bila disertai dengan praktek. Harus diakui bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia sangat lamban dan hal tersebut salah satunya dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. Kemampuan guru khususnya guru SD dalam menangani siswanya masih terbatas. Kebanyakan dari mereka cenderung hanya memberikan pelajaran sesuai dengan isi kurikulum tanpa memperhatikan kebutuhan anak didiknya, apakah anak tersebut sudah menguasai materi, mampu memahami atau bahkan mengalami suatu masalah selama mengikuti proses belajar mengajar. Padahal problem yang dialami oleh anak didik tidaklah sesederhana seperti apa yang orang bayangkan. Dalam proses belajar mengajar kemampuan dasar atau kemampuan awal peserta didik juga perlu diperhatikan. Suatu sekolah akan mampu mencetak lulusan yang baik apabila murid yang diterimanya mempunyai kualitas. Murid yang mempunyai kemampuan dasar yang baik atau paling tidak berkondisi normal maka akan mudah menguasai materi. Sebaliknya bila suatu sekolah banyak terdapat anak yang mengalami suatu problem, misalnya kesulitan belajar, maka

3 3 akan susah untuk menghasilkan lulusan yang bermutu apabila penanganannya tidak tepat. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, tidak memasukkan anak berkesulitan belajar sebagai salah satu jenis anak luar biasa. Karenanya anak yang berkesulitan belajar dimasukkan ke dalam sekolah-sekolah umum. Mereka terpaksa harus mengikuti proses belajar mengajar yang bersifat klasikal, padahal metode tersebut kurang memperhatikan perbedaan individual murid. Anak berkesulitan belajar di Indonesia belum mendapatkan layanan yang semestinya, tidak seperti halnya yang terjadi di negara-negara maju. Harus diakui bahwa sampai sekarang ini belum setiap orang termasuk guru khususnya guru sekolah dasar mengetahui hal yang berkaitan dengan kesulitan belajar atau dalam bahasa asing Learning Disability. Istilah tersebut masih awam dan jarang digunakan ataupun bila ada mereka belum tahu makna sebenarnya. Hal itu berakibat persepsi mereka terhadap anak berkesulitan belajar juga berbedabeda. Bagi yang belum mengerti benar siapa dan bagaimana anak berkesulitan belajar, mereka dimungkinkan akan mempunyai persepsi yang negatif. Seseorang yang mengartikan anak berkesulitan belajar sebagai anak yang bodoh dalam segala hal adalah sangat keliru. Karena sebenarnya anak berkesulitan belajar rata-rata mempunyai intelegensi normal dan hanya mempunyai kesulitan dalam beberapa bidang saja. Jadi masih ada kemungkinan untuk diperbaiki. Anak yang mengalami keterbelakangan mental atau mentally retarded mempunyai intelegensi yang rendah, sehingga dalam segala hal mereka pun tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan baik. Walaupun penanganannya juga intensif, anak yang mengalami keterbelakangan mental tetap saja tidak sanggup sejajar dengan anak normal dalam hal kemampuan akademiknya. Dalam menanggapi suatu permasalahan atau suatu keadaan yang sedang dihadapi seseorang akan mempunyai persepsi yang berbeda-beda dengan yang lainnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya pengetahuan dan pengertian yang berbeda antara satu sama lain. Dengan perbedaan persepsi tersebut, akan berpengaruh pula pada sikap serta perilaku yang akan diberikan terhadap suatu permasalahan yang terjadi di lingkungan sekelilingnya. Sama halnya dengan

4 4 masalah yang berkaitan dengan anak berkesulitan belajar, guru akan mempunyai persepsi yang berbeda apalagi masyarakat umum yang belum mengetahui dengan benar tentang anak berkesulitan belajar. Persepsi mempunyai kaitan erat dengan kehidupan bermasyarakat, karena dapat mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku. Seorang guru yang mempunyai persepsi yang salah terhadap anak didiknya, maka akan menumbuhkan atau menghasilkan sikap dan perilaku yang tidak baik. Hal ini tentu saja bisa membuat kondisi belajar mengajar tidak menyenangkan. Sedangkan persepsi yang positip seorang guru terhadap anak didiknya sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru yang mengerti kondisi anak didik akan bersikap bijaksana sehingga dapat membuat perasaan anak menjadi lebih percaya diri. Dengan persepsi yang baik terhadap anak berkesulitan belajar diharapkan akan dapat menumbuhkan dan membentuk sikap yang baik pula dan juga dalam perilaku dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan Predikat sebagai anak berkesulitan belajar merupakan suatu hal yang sangat tidak diinginkan oleh setiap anak. Mereka tentu saja ingin hidup seperti anak lainnya bisa dengan mudah mengerjakan apa saja yang mereka inginkan. Sebutan anak berkesulitan belajar akan berdampak negatif bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sosial. Perasaan tidak berguna bagi orang lain, rendah diri, tidak percaya diri, dan bersalah yang menyebabkan mereka merasakan adanya jarak dengan lingkungan. Salah satu dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin sehingga menimbulkan perasaan yang merusak diri mereka sendiri. Bila mereka kurang mendapat perhatian dan penanganan secara tepat, maka mereka akan semakin terperosok dan jarak yang memisahkan mereka dengan lingkungan sosial akan semakin bertambah lebar. Perlunya perhatian dan penanganan khusus terhadap anak yang berkesulitan belajar semakin terasa penting, karena ternyata jumlah mereka cukup besar. Prevalensi anak berkesulitan belajar menurut beberapa literatur rentangannya berkisar 1% - 30 %. Di negara-negara industri seperti Amerika dan Eropa Barat diperkirakan mereka mencapai 15% dari populasi anak-anak SD

5 5 (Wiyono, 1999 : 7). Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi anak berkesulitan belajar diperkirakan lebih besar. Dengan adanya fenomena tersebut, maka upaya yang penting dilakukan terhadap anak berkesulitan belajar di sekolah umum khususnya sekolah dasar adalah pemberian perhatian dan perlakuan yang lebih khusus dari para guru sekolah dasar. Atas dasar latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : STUDI TENTANG HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP GURU DENGAN PERILAKU GURU DALAM MENANGANI ANAK BERKESULITAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA TAHUN 003. B. Identifikasi Masalah Bertolak dari latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka permasalahan yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Istilah sekaligus makna dari kesulitan belajar belum banyak dikenal oleh masyarakat termasuk guru sehingga dapat menimbulkan perbedaan persepsi.. Persepsi yang negatif kepada anak berkesulitan belajar dapat menumbuhkan dan membentuk sikap serta perilaku yang negatif pula. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar peserta didik. 3. Pemberian layanan terhadap anak berkesulitan belajar di sekolah-sekolah umum belum optimal. C. Pembatasan Masalah Untuk mempertegas ruang lingkup penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan untuk mempertegas inti permasalahan, maka di dalam suatu penelitian perlu adanya pembatasan masalah. Adapun dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1. Persepsi dan sikap guru terhadap perilaku dalam menangani anak berkesulitan belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Jebres Surakarta

6 6. Persepsi yang penulis maksud adalah tanggapan atau respon terhadap sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan siswa berkesulitan belajar yang tergambar dalam skor tertentu. 3. Sikap yang penulis maksud adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan guru dengan adanya anak berkesulitan belajar, apakah mendukung/ memihak ataukah sebaliknya melalui kuesioner khusus yang disiapkan untuk itu. 4. Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan yang diberikan oleh guru terhadap anak berkesulitan belajar baik yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas. D. Perumusan Masalah Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang penulis angkat dan untuk mempermudah pembahasan agar lebih terarah dan mendalam sesuai sasaran yang ditentukan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Adakah hubungan antara persepsi guru dengan perilaku guru dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar?. Adakah hubungan antara sikap guru dengan perilaku guru dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar? 3. Adakah hubungan antara persepsi dan sikap guru dengan perilku guru dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar? E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara persepsi guru dengan perilaku dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar.. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara sikap guru dengan perilaku guru dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar.

7 7 3. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara persepsi dan sikap guru terhadap perilaku guru dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar. F. Manfaat Penelitian Selain mempunyai suatu tujuan, suatu penelitian juga diharapkan mempunyai manfaat, baik manfaat praktis maupun manfaat teoritis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis a. Dapat mengetahui hubungan antara persepsi guru dengan perilaku dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar. b. Dapat mengetahui hubungan antara sikap guru dengan perilaku dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar. c. Dapat mengetahui hubungan antara persepsi dan sikap guru terhadap perilaku dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar.. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian sejenis. b. Menambah khasanah kepustakaan, khususnya tentang persepsi, sikap dan perilaku guru terhadap anak berkesulitan belajar siswa siswa sekolah dasar. BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Persepsi Tinjauan Pustaka Persepsi

8 8 Sejak individu dilahirkan, maka sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu secara langsung menerima stimulus atau rangsangan dari luar di samping dari dalam diri sendiri. Individu mengenali dunia luarnya dengan menggunakan alat inderanya. Bagaimana individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi. Menurut Daviddoff sebagaimana dikutip Bimo Walgito (1997 : 53) Persepsi adalah stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan, kemudian diintepretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti apa yang diindera itu. Sedangkan Slameto (1995 : 10) berpendapat bahwa : Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. (James L. Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly, 1995 : 56 ) Sedangkan Dimyati Mahmud (1990 : 34) berpendapat bahwa persepsi adalah Menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak Kartini Kartono (1990 : 61) mendefinisikan bahwa persepsi adalah Pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum terbedakan satu dari lainnya (baru ada proses memilih tanggapan). Persepsi adalah penelitian bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepts objek dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan percepts itu untuk mengenali dunia (Percepts adalah hasil dari proses perseptual). (Rita L. Atkinson, Richard L. Atkinson, Edward E. Smith, Daryl J. Bem, Edisi Kedua Jilid Satu) Yusmar Yusuf, (1991 : 108) mengemukakan bahwa Persepsi merupakan Pemaknaan hasil pengamatan, termasuk persepsi tentang lingkungan yang

9 9 menyeluruh, lingkungan dimana individu berada dan dibesarkan, dan kondisi merupakan stimuli untuk suatu persepsi. Miftah Thoha (1983 : 138) berpendapat bahwa Pada hakekatnya persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja indera) di sekitar kita. (Tri Rusmi Widayatun, 1999 : 110). Sedangkan William James seperti yang dikutip oleh Tri Rusmi Widayatun (1999 : 110) mengemukakan bahwa Persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indera, hasil pengolahan otot dan ingatan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Jalaluddin Rakhmat, 001 : 51). Sondang P. Siagian (1989 : 100) mengemukakan bahwa Persepsi dapat dipahami dengan melihatnya sebagai suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang sadar dan mengerti akan objek atau peristiwa di sekelilingnya sehingga ia mampu mengkategorisasikan atau membedakan antara objek yang satu dengan yang lain berdasarkan rangsang yang diterima. Unsur-unsur Persepsi Persepsi merupakan keadaan yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Karena persepsi merupakan keadaan yang integrated dari individu yang bersangkutan, maka apa yang ada dalam diri individu, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif dalam persepsi. Agar individu

10 10 menyadari dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang perlu diketahui, yaitu : Adanya objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung mengenai saraf penerima (sensoris), yang bekerja sebagai reseptor. Adanya alat indera atau reseptor Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada pula saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan saraf motoris. Adanya perhatian Adanya perhatian merupakan langkah pertama sebagai persiapan dalam mengadakan persepsi, tanpa perhatian tidak terjadi persepsi. Prinsip-prinsip Dasar Persepsi Prinsip itu relatif bukannya absolut Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang datang kemudian. Persepsi itu selektif Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Persepsi itu mempunyai tatanan Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan/ kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

11 11 Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan) Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi. Persepsi seseorang/ kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang/ kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap/ perbedaan dalam motivasi. (Slameto, 1995 : 103). Proses Terjadinya Persepsi Bimo Walgito (1997 : 54) dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum mengemukakan bahwa : Proses terjadinya persepsi adalah objek minimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu yang menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya persepsi melalui tiga tahapan, yaitu : tahap pertama, yang dinamakan tahap fisik atau kealaman, tahap kedua, yang disebut sebagai tahap fisiologis, dan tahap ketiga yaitu tahap psikologis yang merupakan proses terakhir yang menyadari apa yang individu terima melalui otak. Sedangkan Tri Rusmi Widayatun (1999 : 111) mengemukakan bahwa : Proses terjadinya persepsi karena adanya objek/ stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera (objek tersebut menjadi perhatian panca indera), stimulus/ objek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya Kesan atau jawaban (response) adanya stimulus, berupa kesan atau response dibalikan ke indra kembali berupa Tanggapan atau persepsi atau hasil kerja indra berupa pengalaman hasil pengolahan otak.

12 1 Objek Stimulasi Sensoris Deproses Indra (input) Output Indra di otak (pusat syaraf) Berupa persepsi Rangsangan Pengalaman/ respon Karakteristik Persepsi Sosial Hubungan langsung. Antara individu dan objek terdapat hubungan langsung melalui indera penglihatan tanpa indera pendengaran ditutup dan tidak ada gangguan terdapatnya interpretasi dan pikiran. Memiliki struktur Manusia mempersepsikan objek sebagai suatu kesatuan yang memiliki organisasi tersendiri dan melihat objek ini sebagai keseluruhan (bukan melihat objek sebagai gabungan dari elemen-elemen yang lepas). Memiliki stabilitas Manusia mempersepsikan objek dengan posisi yang menetap sehingga objek yang dipersepsikan selalu sama dan stabil dalam posisinya. Memiliki arti Objek yang dilihat mempunyai arti bagi pengamat berdasarkan pengalaman. Selektif Dalam melihat objek tersebut sifatnya selektif berarti individu menaruh perhatian secara aktif. (Mar at, 1981 : 33). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi : Miftah Thoha (1983 : 143) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, antara lain : Psikologi Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dalam dunia sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari diwaktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seseorang yang buta warna.

13 13 Famili Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu tidak ayal lagi kalau orang tuanya memilih suatu partai maka anak-anaknya juga akan memilih partai yang sama. Kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (1989 : 100), persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1) Orang yang bersangkutan sendiri Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya. ) Sasaran persepsi tersebut Sasaran itu mungkin berupa benda, orang atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Misalnya seseorang yang suka berbicara banyak akan lebih menarik perhatian meskipun tidak selalu dalam arti positif. 3) Faktor situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya, kehadiran orang berpakaian renang di tepian pantai karena persepsi orang tentang orang yang berada di tepi pantai adalah untuk berenang.

14 14 Pengertian Sikap Sikap Menurut Thurstone yang dikutip oleh Daniel J. Mueller (1997 : 4) Sikap adalah pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka atau kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis. Berdasarkan pengertian tersebut, sikap merupakan derajat afek positif/ afek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek psikologis. Berkowitz, sebagaimana dikutip oleh Saifuddin Azwar (1988 : 4) mengemukakan bahwa Sikap merupakan suatu bentuk evaluatif atau reaksi perasaan. Sikap terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorabel) ataupun perasaan tidak mendukung (tak favorabel) objek tersebut. Sedangkan W.S. Winkel (1991 : 77) berpendapat bahwa Sikap adalah menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna/ berharga baginya atau tidak. Menurut Petrus Sardjonoprijo (198 : 147) Sikap perasaan yang tertuju kepada objek tertentu. adalah disposisi W.J Thomas, sebagaimana dikutip oleh Abu Ahmadi (1991 : 16), memberi batasan Sikap adalah suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Newcomb, sebagaimana dikutip oleh Mar at (1981 : 11) Sikap merupakan satu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya berintegrasi ke dalam pola yang lebih luas. Gerungan (1996 : 149), berpendapat bahwa : Pengertian attitude itu dapat kita terjemahkan dengan sikap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi itu. Jadi attitude tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Sedangkan M. Ngalim Purwanto (1990 : 141), berpendapat bahwa : Sikap atau dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi

15 15 dengan cara tertentu terhadap sesuatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda ataupun situasi-situasi yang mengenai dirinya. Menurut Bruno seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995 : 10) Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Mar at, (1984 : 1) berpendapat bahwa Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek ini di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut. Sedangkan Krech dan Cruthfield seperti yang dikutip oleh David O. Sears, Jonatahan L. Freedman, L. Anne Peplau (1999 : 137) mengemukakan bahwa Sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perceptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu. Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Tri Rusmi Widayatun, 1999 : 18). Zimbardo dan Ebbesen dalam Abu Ahmadi (1991: 163) mendefinisikan bahwa Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen cognitie, affective dan behaviour. Louis Thurstone mendefinisikan sikap sebagai jumlah seluruh kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang sesuatu hal yang khusus. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996 : 7) Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama dan komposisinya hampir selalu kompleks terhadap orang maupun barang.

16 16 Komponen-komponen Sikap Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu : Komponen kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apakah yang telah kita ketahui dan juga dari pengalaman pribadi. Sekali kepercayaan itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan mengenai apa yang dapat diharapkan dan mengenai apa yang tidak diharapkan dari objek tersebut. Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat, kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan tidak adanya informasi yang tepat mengenai objek yang dihadapi. Komponen afektif Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Pada umumnya reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi objek tersebut. Komponen konatif (perilaku) Komponen konatif atau perilaku dalam sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Asumsi dasar adalah bahwa kepercayaan dan perasaan mempengaruhi perilaku karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan cenderung dicerminkan dalam bentuk perilaku terhadap objek. (Saifuddin Azwar, 1988 : 4). Sedangkan Mar at (1984 :13) menerangkan bahwa komponen sikap adalah : 1. Komponen Kognisi yang hubungannya dengan beliefs, ide dan konsep;. Komponen Afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang; 3. Komponen Konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

17 17 Karakteristik dan Ciri-ciri Sikap Suatu sikap mempunyai karakteristik dan ciri-ciri tertentu. Adapun karakteristik tersebut adalah : Suatu sikap mempunyai arah Artinya sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau tidak menyetujui, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap. Suatu sikap mempunyai intensitas Intensitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu mungkin tidak sama intensitasnya, dalam arti yang satu bersikap positif tapi yang lain bersikap lebih positif dari pada yang lainnya. Suatu sikap mempunyai keluasan Keluasan sikap menunjuk kepada luas tidaknya cakupan aspek objek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Seseorang dapat mempunyai sikap favorabel terhadap objek sikap secara menyeluruh. Sikap mempunyai konsistensi Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap yng dikemukakan oleh subjek dengan responnya terhadapp objek sikap. Konsistensi sikap juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Suatu sikap mempunyai spontanitas Yaitu sejauh mana kesiapan subjek untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi apabila sikap dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subjek menyertakan sikapnya. (Abu Ahmadi, 1991 : 176). Menurut Saifuddin Azwar (1995 : 87) sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Sikap bukan dibawa sejak lahir

18 18 Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungannya dengan objek. Sikap berbeda dengan sifat manusia yang berupa sifat biogenetis yang dibawa sejak lahir, seperti lapar, haus, kebutuhan istirahat serta penggerak kegiatan manusia yang menjadi pembawaan baginya sejak ia dilahirkan. Sikap dapat berubah-ubah Perubahan sikap seseorang dikarenakan sifat tersebut dapat dipelajari. Dengan demikian salah satu cara atau faktor pembentukan sikap adalah melalui pendidikan, baik pendidikan dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sikap itu tidak berdiri sendiri Sikap adalah selalu ada hubungan antara individu dan objek. Berarti sikap tidak dapat berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek.objek berupa suatu hal tertentu, tetapi dapat juga berupa perkumpulan dari hal-hal tersebut 4) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan Sikap atau ciri inilah yang membedakan sikap dengan kecakapan ataupun pengetahuan. Pengetahuan suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak seperti halnya sikap. Sedangkan Abu Ahmadi (1991 : 178) mengemukakan bahwa ciri-ciri sikap adalah : 1) Sikap itu dipelajari (learnability) Sikap merupakan hasil dari belajar sehingga perlu dibedakan dengan motif-motif psikologi yang lain. Lapar dan haus adalah contoh dari motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan memilih jenis makanan adalah sikap.

19 19 adalah : ) Memiliki kestabilan (stability) Sikap berawal dari dipelajari, kemudian melalui pengalaman sehingga sikap menjadi lebih kuat, tetap dan stabil. 3) Personal societal significance Sikap tidak berdiri sendiri akan tetapi melibatkan pihak lain misalnya antara seseorang dengan orang lain, antara seseorang dengan barang atau situasi. 4) Berisi kognisi dan afeksi Komponen kognisi dari sikap adalah informasi yang faktual atau nyata misalnya sesuatu tersebut menyenangkan atau tidak menyenangkan. 5) Aproach avoidance directionality Jika seseorang bersikap favorabel kepada objek, maka dia akan mendekati dan sebaliknya apabila orang tersebut tak favorabel maka dia akan menghindarinya. Onong Uchjana Effendy (1989 : 14) mengemukakan bahwa ciri-ciri sikap 1. Sikap bukan merupakan pembawaan manusia sejak dilahirkan, melainkan terbentuk selama perkembangannya, sebagai akibat hubungannya dengan objek-objek di lingkungannya. Sikap tersebut berbeda dengan sifat motif biogenetis yang merupakan pembawaan sejak manusia dilahirkan.. Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang dengan orang lain. Karena itu, sikap adalah hasil pelajaran dari lingkungan dan dapat dipelajari oleh lingkungan. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi dengan suatu objek. Objek ini tidak hanya satu jenis, melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang menjadi perhatian orang yang bersangkutan. 4. Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, yang berarti sikap hanya cocok untuk situasi pada waktu tertentu, yang belum tentu sesuai dengan waktu lain. Karena itu sikap dapat berubah menurut situasi. 5. Sikap tidak menghilang walupun kebutuhan sudah dipenuhi. Hal ini berbeda dengan motif boigenetis seperti motif lapar, motif dahaga, dan sebagainya. 6. Sikap mengandung faktor-faktor motivasi dan emosi. Sifat inilah yang membedakan sikap dengan pengetahuannya yang terdapat pada seseorang.

20 0 Fungsi Sikap Menurut Samsi Haryanto (1993 : 1), sikap mempunyai fungsi sebagai berikut : Fungsi pengetahuan (a knowledge function) Sebagai fungsi pengetahuan sikap membantu mengorganisasikan dan menggolongkan dunia dalam suatu ragam atau bentuk yang penuh arti dan konsisten, mengandung tata, kejelasan, dan stabilitas dalam kerangka referensi seseorang. Fungsi penyesuaian diri (adjustive function) Sebagai fungsi penyesuaian diri sikap dapat menjembatani hubungan antar individu. Fungsi manfaat (utilitarian function) Sebagai fungsi manfaat sikap juga membantu memaksimalkan ganjaran atau penghargaan dan menimbulkan hukuman dari lingkungan. Fungsi pengekspresian nilai (value ex-pressive function) Sebagai fungsi pengekspresian nilai, sikap dapat mengekspresikan nilai yang penting bagi konsep diri seseorang. Sedangkan menurut Theodore M. Newcomb, Ralph H.Turner, Philip E. Converse (1978 : 66) fungsi dari sikap adalah : 1) Fungsi penyesuaian Secara esensiil fungsi ini merupakan pengakuan atas kenyataan bahwa orang-orang berusaha untuk menaikkan sebanyak mungkin hadiahhadiah di lingkungan luar mereka dan mengurangi sampai sekecil mungkin hukuman-hukuman. Sikap-sikap yang diperoleh guna keperluan fungsi keperluan merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau menghindarkan tujuan yang tidak diinginkan maupun berupa asosiasi-asosiasi afektif yang didasarkan atas pengalamanpengalaman dalam mencapai kepuasan-kepuasan motif. ) Fungsi pertahanan ego

21 1 adalah : Mekanisme-mekanisme yang dipakai individu untuk melindungi egonya terhadap impuls-impulsnya yang tidak dapat diterima dan terhadap pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan yang mengancam dari luar dan cara-cara yang dipakainya untuk mengurangi kecemasankecemasannya yang ditimbulkan oleh persoalan-persoalan yang demikian, dikenal sebagai mekanisme-mekanisme pertahanan ego. 3) Fungsi menyatakan nilai Dimana banyak sikap-sikap mempunyai fungsi untuk menghalangi subjek mengungkapkan sifat yang sebenarnya pada diri sendiri dan kepada orang lain, sikap-sikap lain mempunyai fungsi memberikan ekspresi yang positif kepada nilai-nilai sentralnya dan kepada tipe orang sebagai mana ia menanggapi dirinya. 4) Fungsi pengetahuan Individu-individu tidak saja memperoleh kepercayaan-kepercayaan guna kepentingan memuaskan pelbagai kebutuhan tertentu, mereka juga mencari pelbagai kebutuhan tertentu, mereka juga mencari pengetahuan untuk memberi makna kepada hal-hal yang kalau tidak, akan merupakan suatu alam semesta yang tidak terorganisir dan kacau. Tri Rusmi Widayatun (1999 : 3) berpendapat bahwa fungsi sikap 1. sebagai instrumental. pertahanan diri 3. penerima objek, ilmu, serta memberi arti 4. nilai ekspresif 5. social adjustment 6. eksternalisasi 7. aktifitas adaptif dalam memperoleh informasi 8. reflek kehidupan Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1991 : 179) fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu : 1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat comminicabel, artinya sesuatu yang menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. ) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku.

22 Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. 3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana-mana yang tidak perlu dilayanai. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih. 4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Sedangkan Smith, Bruner dan White sebagaimana yang dikutip oleh Mar at (1984 : 49) mengemukakan bahwa fungsi sikap adalah : 1. Social adjustment yang diarahkan pada social relationship (penyesuaian diri pada lingkungan).. Externalization, reaksi-reaksi yang menuju pada objek-objek luar. 3. Object appraisal, aktivitas adaptif dalam memperoleh informasi dari hari ke hari. 4. Quality of expression reflect the deeperlying patern of his or her life (kedalaman refleksi kehidupan) Pembentukan dan Perubahan Sikap Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Adapun faktorfaktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap adalah : Pengalaman pribadi

23 3 Untuk dapat mempunyai tanggapan daan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan sesuatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Agar dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Pada masa remaja dan anak-anak, orang tua biasanya menjadi figur yang paling berarti bagi anak. Namun biasanya apabila dibandingkan dengan pengaruh teman sebaya, maka pengaruh sikap orang tua jarang menang. Bila terjadi pertentangan antara sikap orang tua dan sikap orang sebaya dalam kelompok, maka anak cenderung untuk mengambil sikap yang sesuai dengan sikap kelompok. Pengaruh kebudayaan Kebudaayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap terhadap berbagai masalah. Hanya kepribadian individu yang kuat dapaat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap. Media masa Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Dalam pemberitaan di surat kabar maupun di radio atau media komunikasi lainnya, berita-berita faktual yang seharusnya disampaikan secara objektif seringkali dimasuki unsur subjektifitas. Hal

24 4 ini sering kali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya sehingga dengan hanya menerima berita yang sudah dimasuki unsur subjektif itu terbentuklah sikap tertentu. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap. Hal tersebut dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam pembentukan sikap individu. Pengaruh faktor emosional Suatu bentuk sikap kadang-kadang merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat pula hal tersebut merupakan sikap yang lebih tahan lama. (Saifuddin Azwar, 1995 : 30). Sedangkan Tri Rusmi Widayatun (1999 : 0) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap adalah : 1) Kepribadian ) Inteligensia 3) Minat Menurut Slameto (1995 : 189), pembentukan sikap terjadi sebagai berikut : 1) Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik).

25 5 ) Melalui imitasi Peniruan dapat terjadi tanpa disengaja, dapat pula dengan sengaja. 3) Melalui sugesti Seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang/sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya. 4) Melalui identifikasi Seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi atau badan tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai. Gerungan (1996 : 155) berpendapat bahwa Pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan objek tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain : 1) Faktor intern Yang dimaksud dengan faktor intern adalah faktor dari dalam diri pribadi manusia itu yakni selektifitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. ) Faktor ekstern Faktor ekstern adalah hasil buah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, risalah, dan lain-lain. Menurut Kelman, sebagaimana diuraikan oleh Saifudin Azwar (1984 : 64), ada tiga hal yang dapat mempengaruhi perubahan sikap yaitu : 1) Kesediaan (compliance) Terjadinya proses yang disebut dengan kesediaan adalah ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari kelompok lain

26 6 dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain itu. ) Identifikasi (identification) Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap kelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai hubungan yang menyenangkan antara dia dengan pihak lain tersebut. 3) Internalisasi (internalization) Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. Sedangkan Slameto (1995 : 190) berpendapat bahwa hal-hal yang mempengaruhi perubahan sikap adalah : 1) Adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan ) Adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang 3) Bekerjanya asas selektivitas 4) Bekerjanya prinsip-prinsip mempertahankan keseimbangan 5) Adanya kecenderungan seseorang untuk menghindari kontak dengan dasar yang bertentangan dengan sikap-sikapnya yang telah ada 6) Adanya sikap yang tidak kaku pada sementara orang untuk mempertahankan pendapat-pendapatnya sendiri. Adapun mengenai faktor-faktor yang menunjang dan menghambat perubahan sikap menurut Mar at (1984 : 8) adalah : 1. Faktor-faktor yang menunjang : a. dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah adanya imbalan dan hukuman, dimana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai dengan imbalan dan hukuman; b. stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi perubahan dalam sikap;

27 7 c. stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap semula.. Faktor-faktor yang menghambat : a. stimulus bersifat indeferent, sehingga faktor perhatian kurang berperan terhadap stimulus yang diberikan; b. tidak memberikan harapan untuk masa depan (arti psikologik); c. adanya penolakan terhadap stimulus tersebut, sehingga tidak ada pengertian terhadap stimulus tersebut (menentang). Sedangkan menurut Saifudin Azwar (1995 : 7) perubahan sikap disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal atau faktor-faktor dari luar yaitu : 1) Komunikator sebagai sumber komunikasi Penelitian menunjukkan bahwa efektifitas komunikator dalam menyampaikan pesannya (dalam hal ini pesan yang bertujuan untuk pengubahan sikap) akan tergantung pada beberapa hal antara lain kredibilitas komunikator, daya tarik, dan kekuatan komunikator itu. ) Efektifitas komunikasi Efektifitas komunikasi dan pengaruhnya terhadap perubahan sikap dapat dilihat dari paling tidak dua aspek, yaitu organisasi komunikasi dan isi komunikasi atau pesan yang disampaikan. Seorang komunikator yang bermaksud menyampaikan pesan persuasif guna mengarahkan sikap tertentu, harus mempertimbangkan apakah suatu komunikasi yang emosional akan lebih efektif daripada suatu komunikasi rasional, ataukah sebaliknya. 3) Model komunikasi persuasif Dalam proses persuasif terdapat dua langkah lanjutan, yaitu retensi atau pengendapan posisi yang disetujui dan tindakan yang sesuai dengan posisi tersebut. Dengan demikian, persuasi dapat dianggap melibatkan langkah-langkah perhatian, pemahaman, penerimaan, pengendapan, dan tindakan. Pengukuran Sikap

28 8 Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan (dua) cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung Dalam teknik pengukuran langsung ini, subjek mengetahui bahwa dirinya sedang diukur. Secara tidak langsung Dalam teknik tidak langsung ini subjek tidak mengetahui kalau dirinya sedang diteliti. Beberapa metode yang digunakan untuk mengukur sikap menurut Tien Supartinah (1996 : 9) adalah : 1) Metode perbandingan pasangan (method of paired comparisons) Metode perbandingan pasangan adalah suatu cara untuk memperoleh frekuensi empiris seringnya stimulus atau pernyataan a diperkirakan sebagai lebih favorabel daripada pernyataan b. Jadi suatu lambang f ab berarti frekuensi seringnya pernyataan a lebih favorabel daripada pernyataan b. ) Metode interval tampak setara (method of equal appearing intervals) Penggunaan metode interval tampak setara sering disebut juga Metode Penskalaan Thurstone disebut juga Skala Thurstone. Perkiraan yang dilakukan bagi setiap pernyataan hanya dilakukan satu kali, yaitu mereka diminta untuk memperkirakan derajad favorabel atau tak favorabelnya masing-masing pernyataan, dan bukan menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuan mereka terhadap pernyataan-pernyataan itu. 3) Metode interval berurutan (method of successive intervals) Metode ini dilakukan dengan memaksa dispersi pada ujung-ujung kontinum agar lebih menyebar jarak skalanya, sehingga penskalaannya mempunyai hubungan linear dengan penskalaan perbandingan

29 9 pasangan. Hanya akibatnya adalah tidak samanya jarak skala atau interval-interval yang ada pada kontinum psikologis tersebut. 4) Metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings) Metode rating yang dijumlahkan lebih populer dengan nama Skala Model Likert atau disingkat dengan nama Skala Likert. Dalam metode ini tidak diperlukan kelompok pengira, karena nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat favorabelnya masing-masing, tetapi ditentukan oleh distribusi jawaban setuju atau tidak setuju dari kelompok yang hendak diukur sikapnya. 5) Teknik diskriminasi skala (scale discrimination technique) Teknik diskriminasi skala dikembangkan oleh Edwards dan Kilpatrick tahun 1948, merupakan contoh pengembangan skala sikap yang menggunakan pendekatan kombinasi metode judgment dan metode respon. Menurut mereka suatu kombinasi cara penskalaan dan cara analisis item akan memungkinkan kita memilih suatu kumpulan pernyataan terbaik yang jumlahnya tidak perlu banyak akan tetapi masih memenuhi persyaratan. 6) Teknik beda semantik (semantic differential technique) Teknik beda semantik dikembangkan oleh Osgood, Suci dan Tannenbaum pada tahun 1975, dalam studi mereka mengenai pengukuran arti atau makna kata. Menurut mereka teknik beda semantik dapat juga digunakan sebagai salah satu sarana pengukuran psikologis dalam berbagai aspek, seperti kepribadian, komunikasi, sikap dan lainlain. Perilaku a. Pengertian Perilaku

30 30 Skinner sebagaimana dikutip oleh A. Suhaenah Suparno (000 : 65) mengemukakan bahwa Perilaku adalah gerakan dari suatu organisme yang kerangkanya diatur oleh dirinya atau oleh kekuatan-kekuatan dari luar. Ia menyimpulkan dari analisis hasil-hasil eksperimennya tentang perilaku, terbanyak merupakan hasil proses penguatan (reinforcement). Perilaku dapat dibentuk oleh usaha penguatan yang sesuai. Mengenai tingkah laku manusia J.B. Watson, sebagaimana dikutip oleh Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare (1978 : 18) berpendapat bahwa : Tingkah laku manusia tidak lain dari refleks-refleks yang tersusun. Setiap tingkah laku manusia adalah susunan refleks-refleks belaka dan merupakan reaksi terhadap perangsang. Perbuatan yang kompleks ini termasuk reaksi terhadap perangsang; sedangkan gerakan yang sederhana merupakan reaksi dari perangsang dan berlangsung secara reflekstif, otomatis. Saefudin Azwar (1995 : 9) mengemukakan bahwa Psikologi memandang manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Tingkah laku dibagi menjadi dua yaitu : 1) Tingkah laku yang refleksi Tingkah laku refleksi merupakan tingkah laku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi gerak lutut bila terkena palu. Stimulus yang diterima oleh organisme atau individu tidak sampai ke pusat susunan saraf/ otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai pusat pengendali dari tingkah laku manusia. ) Tingkah laku non refleksi Tingkah laku non refleksi merupakan tingkah laku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran/ otak. Stimulus diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat saraf, pusat kesadaran, baru kemudian terjadi respon melalui afektor. b. Konsep Tingkah Laku Rotter sebagaimana yang dikutip oleh Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare (1978 : 6) berpendapat bahwa konsep-konsep tingkah laku individu adalah :

5. Gerungan Sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan, atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan

5. Gerungan Sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan, atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan 1 Sikap Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan

Lebih terperinci

Sikap. Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si

Sikap. Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si Sikap Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si Sikap Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada

Lebih terperinci

BAB III SIKAP (ATTITUDE)

BAB III SIKAP (ATTITUDE) BAB III SIKAP (ATTITUDE) A. Pengertian Sikap atau disebut juga dengan attitude pengertiannya adalah sikap terhadap obyek tertentu yang disertai dengan kecenderungan untuk bertidak sesuai dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif STRUKTUR DAN PEMBENTUKAN SIKAP STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif Komponen Kognitif Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto,

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto, II. LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Sikap 2.1.1 Pengertian Sikap Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan dan menawarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai sikap, dan terakhir akan dibahas teori-teori mengenai lingkungan

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai sikap, dan terakhir akan dibahas teori-teori mengenai lingkungan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi uraian dari beberapa teori tentang persepsi, sikap, dan lingkungan belajar yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas teori-teori tentang persepsi

Lebih terperinci

SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN HASIL BELAJAR

SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN HASIL BELAJAR 284 SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN HASIL BELAJAR Hilman Parid 1, Inu H. Kusumah 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Persepsi Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh: Jalaludin

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Kotler, Philip dan Gary Armstrong (2008:6) Definisi tersebut memunculkan pengertian bahwa tujuan pemasaran adalah untuk

II. LANDASAN TEORI. Menurut Kotler, Philip dan Gary Armstrong (2008:6) Definisi tersebut memunculkan pengertian bahwa tujuan pemasaran adalah untuk II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti Pentingnya Pemasaran Pemasaran memiliki fungsi untuk menghubungkan antara kebutuhan masyarakat sebagai konsumen akan suatu produk atau jasa dengan organisasi ataupun industri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Persepsi 2.1.1. Pengertian Persepsi Dalam Kamus Psikologi dijelaskan bahwa perception berarti persepsi, penglihatan, tanggapan, yaitu proses dimana seseorang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang masih diandalkan negara kita, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog BAB IV ANALISIS Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog terhadap Praktik Ruqyah Syar iyyah Di Kalimantan Selatan, berikut peneliti memberikan analisis terhadap apa yang

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

2.1 Analisis Sikap II. LANDASAN TEORI Pengertian Sikap. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok

2.1 Analisis Sikap II. LANDASAN TEORI Pengertian Sikap. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok 21 II. LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Sikap 2.1.1 Pengertian Sikap Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan dan menawarkan

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi Modul 1 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencocokan antara Informasi dengan fenomena atau realitas. Sikap merupakan

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencocokan antara Informasi dengan fenomena atau realitas. Sikap merupakan 1 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Pengertian Sikap Jujur Sikap jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi dengan fenomena atau realitas. Sikap merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, pengamatan, rangsangan, dan penginderaan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

Lebih terperinci

10/30/2017. Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id. Menanggapi isu legalitas LGBT di Indonesia, Bagaimana sikap anda?

10/30/2017. Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id. Menanggapi isu legalitas LGBT di Indonesia, Bagaimana sikap anda? Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id Menanggapi isu legalitas LGBT di Indonesia, Bagaimana sikap anda? Lalu, apa itu SIKAP? Lalu, apa yang anda lakukan terkait dengan isu tsb? Sehingga,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 01FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku Konsumen Setiap manusia dapat dikatakan konsumen apabila manusia tersebut melakukan kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata

BAB II KAJIAN TEORI. persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Persepsi Siswa a. Pengertian Persepsi Terdapat beberapa rumusan yang memberikan pengertian mengenai persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167)

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU. Disusun: IY

TEORI PERILAKU. Disusun: IY TEORI PERILAKU Disusun: IY Perilaku pada hakekatnya merupakan tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dapat dipelajari Behavior : the way that somebody behaves, especially towards

Lebih terperinci

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE)

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE) Psikologi Umum 2 Bab 1: Sikap (Attitude) 1 BAB 1 SIKAP (ATTITUDE) Bagaimana kita suka / tidak suka terhadap sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku kita. Sikap: - suka mendekat, mencari tahu, bergabung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-semata bertujuan untuk mencerdaskan. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok-sosok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Garam Beryodium Garam beryodium adalah suatu inovasi yang ditawarkan kepada konsumen atau setiap keluarga untuk mencegah kekurangan yodium sebagai upaya jangka panjang (Depkes

Lebih terperinci

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/ SENSASI dan PERSEPSI 4/2/2015 1 SENSASI =PENGAMATAN (PENGINDERAAN) 4/2/2015 2 A. PENGERTIAN PENGAMATAN MANUSIA PENGAMATAN REALITAS (DUNIA OBJEKTIF) 4/2/2015 3 PENGAMATAN Pengamatan / penginderaan : proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kegiatan Asistensi Seperti yang telah disebut di atas, asistensi istilah lainnya yaitu Peer Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang BAB II LANDASAN TEORITIS A. Persepsi Secara etimologi, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang artimya menerima atau mengambil. 1 Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. kecenderungan sikap yang dimilikinya. Sebagaimana yang kita ketahui,

BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. kecenderungan sikap yang dimilikinya. Sebagaimana yang kita ketahui, BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Sikap Belajar Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh : Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh : Fristyani Elisabeth Hutauruk Yudi Perbawaningsih Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI. tentang sikap, terkait dengan aspek-aspek psikologis.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI. tentang sikap, terkait dengan aspek-aspek psikologis. 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI a. Definisi Sikap Siswa Sikap merupakan unsur psikologi, oleh karena itu pengertian tentang sikap, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Ada beberapa pengertian persepsi menurut para ahli, yaitu: Persepsi menurut Pride dan Ferrel dalam Fadila dan Lestari (2013:45), persepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Minat Menjadi Guru. diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Wina Sanjaya (2005: 7),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Minat Menjadi Guru. diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Wina Sanjaya (2005: 7), BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Menjadi Guru a. Pengertian Minat Menjadi Guru Menurut Slameto (2010: 180), minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagimanusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PERSEPSI 1. Pengertian Persepsi Slameto (2010) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan dan Sikap 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 1. Pengertian BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Persepsi 2.1.1 pengertian Persepsi Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Slamet (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian cerita Akai Rousoku To Ningyo karya Ogawa Mimei, penulis

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian cerita Akai Rousoku To Ningyo karya Ogawa Mimei, penulis Bab 2 Landasan Teori Dalam penelitian cerita Akai Rousoku To Ningyo karya Ogawa Mimei, penulis melakukan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pendekatan ekstrinsik adalah pendekatan yang mempengaruhi ciptasastra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat dewasa ini, tak lain sebagai bukti nyata dan keberhasilan para kaum terpelajar yang selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Sutrisno (dalam Anoraga, 2009) Kepuasan kerja pada dasarnya adalah security feeling (rasa aman) dan mempunya segi-segi, yaitu : 1.)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang pertumbuhan dan perkembangan, manusia tidak lepas dari proses belajar. Selam hidup selama itu pula manusia akan dihadapkan dalam situasi belajar. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Menurut Dewi (2013:1), konsumen adalah seseorang yang menggunakan produk dan atau jasa yang dipasarkan. Sedangkan kepuasan konsumen adalah sejauh mana harapan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si Abstrak Tulisan ini menjelaskan tentang peran sekaligus posisi psikologi belajar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau tanggapan. Menurut Slamento (2006: 20), persepsi adalah proses

Lebih terperinci

Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang. objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut

Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang. objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut 1. Pengertian Sikap Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu (Calhoun & Acocella,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Strategi Berikan Uangnya Bambang warsita menjelaskan strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan merupakan segala bentuk aktivitas seseorang atau sekelompok yang diberikan kepada orang lain atau masyarakat, baik secara langsung atau secara tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai asal sekolah, kemampuan Bahasa Inggris, serta pengertian belajar dan hasil belajar. A. Asal Sekolah

Lebih terperinci

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN I Pendahuluan Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd

PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd 1 PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd Persepsi adalah proses seseorang dalam memahami dan memeberikan makna terhadap sesuatu berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004:25) Perilaku konsumen dapat diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bahasa sehari-hari, namun sering kali pengertian perilaku ditafsirkan secara

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bahasa sehari-hari, namun sering kali pengertian perilaku ditafsirkan secara 15 BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Teori A.1 Perilaku Disiplin Siswa A.1.1 Perilaku 1.1.1 Pengertian Perilaku diterjemahkan dari bahasa Inggris behavior dan sering digunakan dalam bahasa sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan cakupan batasan penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi Dalam Kamus Lengkap Psikologi, memaparkan bahwa persepsi adalah: (1) proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih. Matematika menurut sebagian besar anak di Indonesia adalah pelajaran yang terkesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebehasilan dunia pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia di bidang pendidikan, yaitu mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci