BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi Definisi Persepsi Dalam Kamus Lengkap Psikologi, memaparkan bahwa persepsi adalah: (1) proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera; (2) kesadaran dari proses-proses organis; (3) (titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu; (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang; (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006). Shaleh (2009) turut memaparkan definisi mengenai persepsi yang sejatinya cenderung lebih bersifat psikologis daripada hanya merupakan proses penginderaan saja, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti: (a) perhatian yang selektif, individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja; (b) ciri-ciri rangsang, rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian; (c) nilai dan kebutuhan individu; (d) pengalaman dahulu, pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Sebagai tambahan, Morgan (1987) menjelaskan bahwa persepsi sejatinya mengacu pada cara kerja, suara, rasa, selera, atau bau. Dengan kata lain, persepsi dapat didefinisikan apa pun yang dialami oleh seseorang. Feldman (1999) mengartikan persepsi adalah proses konstruktif yang mana kita menerima stimulus yang ada dan berusaha memahami situasi.

2 2.1.2 Komponen-Komponen Proses Pembentukan Persepsi Terdapat tiga komponen utama proses pembentukan persepsi menurut (Sobur, 2003), yaitu: a. Seleksi, yaitu penyampaian oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana. c. Pembulatan, yaitu penarikan kesimpulan dan tanggapan terhadap informasi yang diterima. Persepsi yang diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi (pembentukan kesan) (Sobur, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen persepsi, yaitu seleksi terhadap informasi berdasarkan stimulus yang diterima oleh alat indera, kemudian stimulus yang diterima akan diseleksi untuk kemudian diinterpretasikan agar dapat memberikan penarikan kesimpulan terhadap objek yang diinderakan. Berdasarkan komponen persepsi seperti yang dipaparkan oleh Sobur (2003) di atas, dan turut terdapat hal yang sama perihal komponen persepsi menurut Kenneth dan Edward (dalam Mulyana, 2002) yang juga membagi aspek persepsi menjadi tiga komponen, yaitu seleksi, organisasi/atensi dalam menginterpretasikan dan interpretasi dalam pembulatan atau penarikan kesimpulan. Ketiga komponen persepsi tersebut dirangkai dan dirunut berdasarkan aspek komponen persepsi oleh Sobur (2003) yang bersumber dari berbagai macam teori yang dipaparkan oleh para ahlinya, yang adalah sebagai berikut:

3 1. Dalam aspek pertama pada komponen utama proses pembentukan persepsi menurut Sobur (2003) yaitu seleksi. Dalam ranah psikologi menurut Sarwono (2002) persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Stimulus dapat mendukung penginderaan yang dapat menimbulkan persepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang batas stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsikan oleh yang mempersepsikan (Walgito, 2003). Secara garis besar, menurut Kenneth dan Edward (dalam Mulyana, 2002) seleksi sendiri mencakup sensasi, sensasi pada dasarnya merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran sentuhan, penciuman dan pengecapan. Segala macam rangsangan yang diterima kemudian dikirimkan ke otak. Sensasi, merupakan tahap awal dari penerimaan informasi yang berhubungan dengan alat penginderaan. 2. Pada aspek kedua berdasarkan komponen utama proses pembentukan persepsi menurut Sobur (2003), yaitu interpretasi. Keterkaitan dengan aspek ini memiliki pemahaman dari para ahli yang ternyata sangat beragam, seperti yang dikemukakan berikut ini. Persepsi adalah seperangkat proses yang dengannya kita dapat mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-cerapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan Epstein & Rogers (dalam Stenberg, 2008). Persepsi merupakan bagian dari proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan kita (Robbins, 1998). Persepsi juga merupakan sebagai suatu proses organisasi atau mengorganisasikan dengan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009). Organisasi/atensi sendiri dalam pengertiannya adalah bagian suatu proses dalam menginterpretasikan yaitu dengan merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan yang didapat dari apa yang diperhatikan

4 dari kejadian atau rangsangan dengan mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsikan, kemudian terbentuknya penginterpretasian (Kenneth dan Edward, dalam Mulyana, 2002). Individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang mempunyai arti bagi diri individu tersebut yang bersangkutan, dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi sehingga terbentuknya persepsi seseorang (Walgito, 2002). Walgito (2002) merunut hal-hal yang terkait dengan mengorganisasikan atau menginterpretasikan yang berperan di dalam persepsi, yaitu: (1) adanya objek yang diamati, objek yang dapat menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor; (2) alat indera atau reseptor, yang merupakan alat untuk menerima stimulus, dengan harus adanya syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran, dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensori. (3) adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk persepsi. Secara garis besar, persepsi merupakan bagian dari proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya dengan adanya berupa proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menjadi aktivitas terintergrasi di dalam diri individu. Pada dasarnya menurut Wittig (1977) persepsi adalah bagian dari proses bagaimana menginterpretasikan stimulus oleh seseorang 3. Pada aspek ketiga atau aspek yang terakhir berdasarkan komponen utama proses pembentukan persepsi menurut Sobur (2003) yaitu pembulatan atau penarikan kesimpulan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan Desiderato (dalam Rakhmat, 1996). Persepsi adalah bagaimana

5 seseorang mengartikan sesuatu dengan melakukan pembulatan atau penarikan suatu kesimpulan, dalam bagaimana cara seseorang melihat atau memahami sesuatu berdasarkan Leavit (dalam Sobur, 2003). Dalam pembulatan atau penarikan kesimpulan berdasarkan interpretasi sebelumnya atas informasi yang telah kita peroleh melalui salah satu atau lebih dari indera kita, tetapi tidak bisa untuk memaknai setiap objek secara langsung, melainkan dengan memaknai informasi yang kita peroleh dan kita percayai yang sekiranya dapat mewakili objek yang dipersepsikan (Kenneth dan Edward, dalam Mulyana, 2002). Secara garis besar, persepsi berarti menarik atau melakukan penarikan suatu kesimpulan (Sarwano, 1983). Dari runutan di atas terlihat bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukanlah pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut sesuai dengan yang disimpulkan. Secara umum persepsi adalah suatu pandangan, pendapat dan penilaian responden dalam menafsirkan, mengartikan, pengetahuan tentang sesuatu yang dihasilkan melalui proses menginterpretasikan informasi yang diterima dan kemudian mengelompokkannya kedalam ruang lingkup pengetahuan yang kita punya sehingga hasil pengamatan tersebut bisa mempunyai makna dan dapat dimengerti (Arifin, 2011). Persepsi pada dasarnya juga merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan dinterpretasikan oleh sistem syaraf di otak. Pada prinsipnya, menurut Suharnan (2005) persepsi pada turut melibatkan dua proses yaitu bottom up processing dan top down prosessing yang saling melengkapi dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Hal ini berarti bahwa hasil suatu persepsi atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu (bottom up) dengan pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top down). Feldman (1999) lebih lanjut menjelaskan tentang proses top down dan bottom up. Top down processing is guided by higher level

6 knowledge, experience, expectations, and motivation (proses top-down mengarah pada tingkat pengetahuan, pengalaman, dugaan, dan motivasi). Sedangkan bottom up processing, perception involves recognizing and processing information about thee individual component of stimuli (proses bottom up, persepsi yang melibatkan rekognisi dan proses informasi tentang karakteristik stimulus individual) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Persepsi Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama. Menurut Robins (1998) terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang, yaitu : 1. Individu yang bersangkutan (Pemersepsi) atau perceiver Apabila seseorang melihat menginderakan sesuatu maka akan berusaha untuk memberikan interpretasi tentang apa yang diinderakan, yang dipengaruhi oleh karakteristik individual yang dimilikinya seperti pengetahuan, pengalaman pemersepsi, dll. 2. Sasaran dari persepsi atau perceived Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun peristiwa. Sifat- sifat itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara teori melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok yang tidak serupa yang didasarkan atas sikap dari pemersepsi. 3. Situasi atau setting Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi dimana persepsi tersebut timbul, harus mendapat perhatian, situasi merupakan bagian dari proses pembentukan persepsi namun berdasarkan pada situasi yang menyebabkan persepsi itu timbul.

7 Secara garis besar, dapat disimpulkan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan persepsi yaitu, pemersepsi atau aspek dari diri sendiri yang sejatinya memiliki pilihan dalam men-seleksi yang membuat terjadinya proses selektif dengan melakukan penginderaan terhadap stimuli yang dapat berupa objek atau subjek yang dapat diseleksi berdasarkan hal seperti pengetahuan dan pengalaman diri terhadap suatu hal, sasaran dari pemersepsi atau target yang berupa objek atau subjek yang di interpretasikan atau diorganisasikan sebagai hasil dari kesan yang memberikan pengaruh bagaimana cara pemersepsi bersikap atau memandang terhadap target yang dipersepsikannya, dan selanjutnya adalah situasi yang didasarkan atas situasi itu sendiri yang timbul seperti apa yang terjadi dan dapat membuat individu tertarik atau merespon terhadap objek yang dihadapkannya Rasa Aman Definisi Rasa Aman Kebutuhan akan rasa aman harus dilihat dalam arti yang luas, tidak sebatas dalam keamanan fisik, tetapi juga keamanan yang bersifat psikologis. Potter dan Perry (2006) berpendapat bahwa rasa aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram. Craven (2000) memaparkan bahwa keamanan yang sejatinya tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Mario (dalam Darmawati, 2006) mendefinisikan aman (safe) dalam beberapa pengertian, yaitu: bebas dari atau terkena bahaya; terhindari dari hal yang dapat menyakiti, melukai, atau kerusakan; dan terhindar dari kejahatan. Sedangkan keamanan (safety), menurut Mario (dalam Darmawati, 2006), memiliki pengertian sebagai suatu kondisi yang aman terhindar dari bahaya atau luka-luka; suatu kondisi yang tidak berakibat pada timbulnya bahaya; atau sarana yang dapat menjaga dari terjadinya suatu peristiwa (yang menyebabkan tidak aman). Dari kedua definisi tersebut, maka rasa aman dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terbebas dari hal-hal yang mengandung resiko, menyebabkan ketidaktenteraman, gangguan atau ancaman fisik dan kejahatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), juga memaparkan aman yang memiliki beberapa arti, yaitu: bebas dari bahaya; bebas dari gangguan; terlindung atau

8 tersembunyi: tidak dapat diambil orang; tidak mengandung resiko; tenteram: tidak merasa takut atau khawatir Komponen Rasa Aman Menurut Hall (dalam Zeisel, 1987) terdapat komponen rasa aman yang mencakup dua dimensi, yaitu : 1 Psikis. Berupa terhindarnya dari rasa tidak tenteram, takut, dan khawatir. 2 Fisik. Terhindarnya dari ancaman kejahatan, baik terhadap fisik itu sendiri, jiwa maupun terhadap harta benda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Aman Kebutuhan rasa aman harus dilihat dalam arti yang luas, tidak sebatas dalam keamanan fisik, tetapi juga bersifat psikologis. Kretch dkk (dalam Krochin, 1976) memaparkan pandangannya mengenai kebutuhan rasa aman, yaitu Kretch menyatakan bahwa timbulnya kebutuhan rasa aman dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1.) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Semua individu hidup dalam lingkungan baik fisik maupun sosial. 2.) Faktor Hubungan Individu Dengan Orang Lain Manusia merupakan makhluk sosial. Eksistensi dirinya sebagai individu tentu tidak dapat lepas dari hubungannya dengan orang lain, Adler (dalam Hall dan Lindzey, 1970). Hubungan individu dengan orang lain akan dapat memberikan dampak terhadap kebutuhan-kebutuhan psikologis, baik secara positif maupun secara negatif. Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yang satu sama lain saling membutuhkan Rasa Aman Sebagai Sebuah Persepsi Ketika seseorang merasa tidak aman, seseorang akan berpikir dengan datangnya gangguan dan ancaman sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan pada

9 akhirnya dapat menimbulkan persepsi yang negatif. Jadi rasa aman atau tidaknya seseorang tergantung pemikiran individu tersebut yang menghasilkan persepsi masingmasing individu. Seseorang menyadari keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dengan proses pengamatan yang dilakukan. Ancaman atau ketidaknyamanan tersebut terjadi karena adanya proses pengamatan dari atau terhadap lingkungan sekitarnya. Robins (1998) mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang berdasarkan yaitu: (a) individu yang bersangkutan (pemersepsi) atau perceiver berdasarkan atas pengetahuan dan pengalaman pemersepsi; (b) sasaran dari persepsi atau perceived berdasarkan atas sikap pemersepsi; dan (c) situasi atau setting berdasarkan atas situasi yang menyebabkan persepsi itu timbul. Selain itu, Hall (dalam Zeisel, 1987) menambahkan dua dimensi yang mewakili komponen rasa aman yaitu, psikis dan fisik Wanita Definisi wanita (dalam kamus bahasa Indonesia, 1999) ialah perempuan dewasa: kaum putri (dewasa) yang berada pada rentang umur tahun yang notabene dalam penjabarannya yang secara teoritis digolongkan atau tergolong masuk pada area rentang umur di masa dewasa awal atau dewasa muda. Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Masa dewasa awal dimulai pada umur 20 tahun sampai dengan umur 40 tahun, saat perubahan perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock, 1999). Menurut seorang ahli psikologi perkembangan Santrock (1999), orang dewasa muda rmasuk dalam masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition), yaitu secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young) ialah mereka yang berusia tahun. Sementara itu, Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia tahun Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya

10 tentu semakin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2003). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu yang disertai berkurangnya kemampuan reproduktif, merupakan masa dimana individu tidak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis, maupun psikologis pada orangtuanya, serta masa untuk bekerja, terlibat dalam hubungan masyarakat, dan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Secara garis besar, berdasarkan uraian diatas perihal wanita yang tergolong dewasa muda yaitu yang berada pada kisaran rentang umur tahun. 2.4 Kerangka Pemikiran Persepsi setiap individu sejatinya berbeda-beda, oleh karena adanya penilaian subjektif terhadap sesuatu yang dipengaruhi oleh stimulus atau perangsang dari luar. Persepsi adalah penilaian yang secara menyeluruh yang dapat berupa dorongan dari dalam atau stimulus fisik dari lingkungan. Dalam menilai persepsi rasa aman terhadap angkutan umum taksi oleh wanita Jakarta, dapat dinilai secara langsung dengan terdapatnya beberapa macam pilihan yaitu seperti sangat tidak aman, tidak aman, aman, atau sangat aman. Pengukuran persepsi rasa aman wanita Jakarta terdapat keterlibatan indikator yang didasarkan atas faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap pembentukan persepsi, dan komponen rasa aman yang dapat mendasari terhadap persepsi rasa aman itu sendiri. Indikator pengetahuan mengenai fenomena terhadap tindak kriminalitas yang terjadi di angkutan umum taksi terhadap penumpang wanita Jakarta dapat diketahui melalui berbagai macam media informasi, fenomena tersebut menjadi stimulus yang diterima oleh alat indera dan pada akhirnya menjadi pengetahuan personal yang dimiliki jika diketahui dan tidak dimiliki jika tidak diketahui oleh wanita Jakarta terhadap angkutan umum taksi. Aspek indikator pengalaman yang dialami oleh kerabat atau orang lain sebagai korban kejahatan dalam penggunaan angkutan umum taksi selama ini di Jakarta,

11 sejatinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi diri individu wanita Jakarta dalam mempersepsikan rasa aman terhadap angkutan umum taksi, dan pada akhirnya menjadi pengalaman personal yang dimiliki jika dialami atau dirasakan dan tidak dimiliki jika tidak dialami atau dirasakan wanita Jakarta terhadap angkutan umum taksi. Indikator sikap wanita Jakarta dalam mempersepsikan rasa aman adalah bagaimana cara mereka memandang sebagai bentuk penilaian terhadap moda angkutan umum taksi, yang dapat akhirnya menentukan sikap yang dimiliki perihal yang menunjang rasa aman atau sikap yang tidak dimiliki perihal yang menunjang rasa aman yang berasal dari diri wanita Jakarta itu sendiri terhadap angkutan umum taksi. Dalam melihat keterlibatan indikator-indikator dari rasa aman yang dipersepsikan oleh wanita Jakarta dapat ditelaah melalui faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap pembentukan persepsi tersebut, yaitu: (a) individu yang bersangkutan (pemersepsi) atau perceiver yang didasarkan atas indikator pengetahuan pemersepsi dan pengalaman pemersepsi; (b) sasaran dari persepsi atau perceived yang didasarkan atas indikator sikap pemersepsi; sedangkan (c) situasi atau setting berdasarkan situasi yang menyebabkan persepsi itu timbul, namun pada penelitian persepsi rasa aman terhadap moda angkutan umum taksi ini yaitu pada dimensi situasi atau setting itu sendiri sejatinya tidak diukur dalam penelitian ini, oleh karena subjek yang dituju adalah siapa saja wanita dewasa muda yang terdapat di kisaran 5 wilayah Jakarta (Barat, Pusat, Selatan, Timur, Utara) yang notabene subjek yang dituju tersebut tidak diharuskan penah mengalami dari situasi yang timbul oleh karena fenomena aksi kejahatan yang terjadi di moda angkutan umum taksi terhadap subjek wanita dewasa muda Jakarta itu sendiri. Persepsi rasa aman dapat pula ditelaah terhadap hal-hal yang mewakili dua dimensi berdasarkan komponen rasa aman yaitu, psikis dan fisik. Uraianuraian penelaahan tersebut dapat menjadi suatu bentuk bagian dari proses penilaian yang merupakan gabungan dari persepsi rasa aman wanita Jakarta terhadap moda angkutan umum taksi.

12 PENILAIAN SECARA LANGSUNG PERSEPSI RASA AMAN TERHADAP ANGKUTAN UMUM TAKSI WANITA DEWASA MUDA JAKARTA TERHADAP ANGKUTAN UMUM TAKSI, DENGAN FENOMENA AKSI KEJAHATAN YANG KERAP TERJADI DI TAKSI TERHADAP PENUMPANG WANITA JAKARTA. PENGUKURAN 1. sangat tidak aman 2. tidak aman 3. aman 4. sangat aman Indikator Pengetahuan Pemersepsi Indikator Pengalaman Pemersepsi Tidak Memiliki Memiliki PENGUKURAN RASA AMAN YANG DIPERSEPSIKAN PENGUKURAN Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi (Stephen P. Robins, 1998) : 1. Dimensi individu yang bersangkutan (pemersepsi) atau perceiver, dengan indikator pengetahuan dan pengalaman pemersepsi 2. Dimensi sasaran dari persepsi atau perceived, dengan indikator sikap dari pemersepsi. Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir Persepsi Rasa Aman PENGUKURAN Dua dimensi komponen rasa aman (Hall dalam Zeisel, 1987), yaitu: 1. PSIKIS Dua dimensi komponen rasa aman (Hall dalam Zeisel, 1987), yaitu: 1. PSIKIS 2. FISIK Sikap Tidak Menunjang Rasa Aman Sikap Menunjang Rasa Aman

13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

Kelompok 3. Edwin septian yusuf ( ) Iva marviana s ( ) Sindy ( ) Roxanne ( ) Reza

Kelompok 3. Edwin septian yusuf ( ) Iva marviana s ( ) Sindy ( ) Roxanne ( ) Reza Kelompok 3 Edwin septian yusuf (625090208) Iva marviana s (625100188) Sindy (625090139) Roxanne (625102002) Reza PERSEPSI Persepsi Perngertian persepsi : Proses diterimanya rangsang(objek,kualitas,hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, pengamatan, rangsangan, dan penginderaan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang BAB II LANDASAN TEORITIS A. Persepsi Secara etimologi, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang artimya menerima atau mengambil. 1 Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada akhir tahun belakangan ini salah satu organisasi Transnasional (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pasalnya hal

Lebih terperinci

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Transportasi juga sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP ORGANISASI DENGAN MINAT BERORGANISASI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SUSKA RIAU SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP ORGANISASI DENGAN MINAT BERORGANISASI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SUSKA RIAU SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP ORGANISASI DENGAN MINAT BERORGANISASI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SUSKA RIAU SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesakan Program Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna SENSASI PERSEPSI Dita Rachmayani., S.Psi., M.A PROSES Sensasi Transduksi Persepsi Tanggapan Proses pendeteksian hadirnya stimuli Sederhana/perasaan/- kesan yg timbul sebagai akibat Perangsangan suatu reseptor

Lebih terperinci

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/ SENSASI dan PERSEPSI 4/2/2015 1 SENSASI =PENGAMATAN (PENGINDERAAN) 4/2/2015 2 A. PENGERTIAN PENGAMATAN MANUSIA PENGAMATAN REALITAS (DUNIA OBJEKTIF) 4/2/2015 3 PENGAMATAN Pengamatan / penginderaan : proses

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Persepsi 2.1.1. Pengertian Persepsi Dalam Kamus Psikologi dijelaskan bahwa perception berarti persepsi, penglihatan, tanggapan, yaitu proses dimana seseorang menjadi

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang. (Sarwono dan Meinarno, 2009: 24).

BAB II LANDASAN TEORI. pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang. (Sarwono dan Meinarno, 2009: 24). BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi 1. Definisi Persepsi Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh,

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi Konsumen Persepsi adalah suatu proses memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi mengenai suatu produk barang atau jasa oleh konsumen. Persepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I I KAJIAN PUSTAKA

BAB I I KAJIAN PUSTAKA 13 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapap penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya yang menjadi dasar dalam penelitian ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hendrikus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan definisi maupun teori yang di jadikan landasan berpikir penulis dalam melakukan penelitian berkaitan dengan topik persepsi rasa aman pada pengguna media sosial

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi Modul 1 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan diharapkan

I. PENDAHULUAN. Upaya organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan diharapkan I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Upaya organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan diharapkan mewujudkannya visi organisasi. Sebagian besar organisasi merespon kebutuhan visi organisasinya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi rasa aman. Definisi operasional dari persepsi

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI LABEL PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MINAT MEROKOK MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

PENGARUH PERSEPSI LABEL PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MINAT MEROKOK MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG PENGARUH PERSEPSI LABEL PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MINAT MEROKOK MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Gisella Arnis Grafiyana_11410100 Jurusan Psikologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen Menurut American Marketing Association (Peter dan Olson, 2013:6), perilaku konsumen sebagai dinamika interaksi antara pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Kotler (2002:198), persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase dalam hidupnya. Salah satu fase yang hams dilalui adalah masa dewasa. Masa dewasa merupakan masa

Lebih terperinci

2. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik

2. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik Lanjutan dari 1 2. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik Masih banyak guru yang mengajar dengan cara cara lama dan kurang melibatkan dan mengaktifkan siswa untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA IPNU-IPPNU RANTING DESA PECAKARAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA IPNU-IPPNU RANTING DESA PECAKARAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA IPNU-IPPNU RANTING DESA PECAKARAN Pada bab ini, penulis akan menganalisis persepsi masyarakat terhadap kegiatan keagamaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dewina Pratitis Lybertha, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi,Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Definisi Perilaku Seksual Sarwono (2005) mengungkapkan bahwa perilaku seksual adalah tingkah laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sebutan bagi seseorang yang sedang menempuh perguruan tinggi. Masa perguruan tinggi dengan masa SMA sangatlah berbeda, saat duduk dibangku perguruan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Tentang Tuhan 1. Pengertian Persepsi Objek yang dipersepsi dalam penelitian ini adalah Tuhan, karenanya sebelum menjelaskan apa itu persepsi tentang Tuhan, pada bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi membawa dampak yang signifikan pada pertumbuhan pengguna internet di negara-negara berkembang. Salah satu negara berkembang yang menunjukkan

Lebih terperinci

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TENTANG EKSISTENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK SE-KABUPATEN PEMALANG

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TENTANG EKSISTENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK SE-KABUPATEN PEMALANG PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TENTANG EKSISTENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK SE-KABUPATEN PEMALANG Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Arifina Nur Shofia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PERSEPSI 1. Pengertian Persepsi Slameto (2010) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk memfokuskan. Seseorang bisa saja memiliki persepsi yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk memfokuskan. Seseorang bisa saja memiliki persepsi yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi Dinyatakan oleh Sarwono (1983:89), persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata

BAB II KAJIAN TEORI. persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Persepsi Siswa a. Pengertian Persepsi Terdapat beberapa rumusan yang memberikan pengertian mengenai persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komunikasi adalah studi tentang bagaimana cara manusia berkomunikasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komunikasi adalah studi tentang bagaimana cara manusia berkomunikasi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar atau Umum 2.1.1 Psikologi Komunikasi Komunikasi adalah studi tentang bagaimana cara manusia berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi merupakan suatu aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harus kita sadari betapa pentingnya pendidikan, pendidikan merupakan langkah awal untuk meningkatan sumber daya manusia. Betapa penting peranan pendidikan didalam

Lebih terperinci

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 01FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 4 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi BAB II KAJIAN TEORI Pengertian perpustakaan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2014 Pasal 1 butir 10 adalah perpustakaan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagimanusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI

2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Persepsi II.1.1 Pengertian Persepsi Kata Persepsi seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apa makna sebenarnya dari persepsi itu sendiri? Menurut pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH

TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH Pengertian teori dalam komunikasi TEORI merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena Jadi teori dalam komunikasi pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception )

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception ) D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perceptin ) Persepsi kedalaman merupakan kemampuan indera penglihatan untuk mengindera ruang. Akan tetapi ruang berdimensi tiga, sedang kan penginderaan visual kita hanya berdimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Intra Personal I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Markom & 85006 Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si. Komunikasi

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang dan mengartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. UU Nomor 29 Tahun 2004 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan pemerintah Tanggal 6 Oktober Tahun 2004. Undang-undang ini menyebutkan bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal Aulia Fikriarini Muchlis (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Doktor Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung (2) Kelompok

Lebih terperinci

Pertemuan 6 20 April 2013

Pertemuan 6 20 April 2013 Pertemuan 6 20 April 2013 PERSEPSI Proses penerimaan dan pengolahan informasi dalam diri individu dimulai dari proses penerimaan informasi yang paling awal, yaitu sensasi, kemudian diikuti dengan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Marketing 2.1.1 Pengertian Marketing Kita dapat membedakan antara definisi pemasaran secara sosial dan secara manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang dimainkan oleh

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak lahir telah membawa berbagai potensi. Salah satu diantara potensi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak lahir telah membawa berbagai potensi. Salah satu diantara potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sejak lahir telah membawa berbagai potensi. Salah satu diantara potensi yang dibawa manusia itu adalah potensi beragama atau yang dalam konsep Islam disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini merupakan usia perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi, Lanjutan Modul 2 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Istilah persepsi sering disamakan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 2 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Apakah sensasi = persepsi? Apakah sensasi = persepsi? Sensasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1 Definisi Status Nutrisi Status nutrisi merupakan hasil interaksi antara makanan yang dikonsumsi dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Menurut Supariasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Disiplin Belajar 2.1.1. Pengertian Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi Menurut Rochim (2009), disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Ada beberapa pengertian persepsi menurut para ahli, yaitu: Persepsi menurut Pride dan Ferrel dalam Fadila dan Lestari (2013:45), persepsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Persepsi Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh: Jalaludin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Lahir 2.1.1 Definisi Anak Lahir Anak lahir hidup adalah banyaknya kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004:25) Perilaku konsumen dapat diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS A. Persepsi Ada tiga hal yang perlu diurai dalam pembahasan persepsi, antara lain pengertian persepsi, faktor-faktor pembentuk persepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian sebelumnya Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya yang berjudul RESPON EKSPATRIAT JEPANG TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: STUDI KASUS PADA EKSPATRIAT

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob dan gas yang dominan

II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob dan gas yang dominan 11 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas adalah campuran beberapa gas yang tergolong bahan bakar hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob dan gas yang dominan adalah metana (CH 4 ) dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Diri Responden Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden siswa laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa

Lebih terperinci

Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom

Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Persepsi Ilmuwan abad 19 percaya apa yang kita lihat adalah kenyataan Mendapat tantangan dari ilmuwan sekarang yaitu pikiran kita mempengaruhi apa yang kita lihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci

KELOMPOK SOSIAL DAN PERSEPSI SOSIAL

KELOMPOK SOSIAL DAN PERSEPSI SOSIAL KELOMPOK SOSIAL DAN PERSEPSI SOSIAL MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Psikologi Sosial Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, S.Pd.I, M.A Disusun Oleh : Nur Maulidiyah (1607016014) Shofyan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI AKADEMISI AKUNTANSI TERHADAP PENERAPAN MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI AKADEMISI AKUNTANSI TERHADAP PENERAPAN MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 3, No. 1, Januari-Juni 2017 ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI AKADEMISI AKUNTANSI TERHADAP PENERAPAN MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH ( Studi Kasus pada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Karromna (2014) yang berjudul Persepsi Orang Tua Tentang Imunisasi Tambahan pada Bayi di BPS Ny. M Amd.Keb Desa Kalirejo

Lebih terperinci

PENGANTAR PSIKOLOGI (Interaksi Sosial) Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PENGANTAR PSIKOLOGI (Interaksi Sosial) Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PENGANTAR PSIKOLOGI (Interaksi Sosial) Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Interaksi Sosial Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Konsep Persepsi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena melalui alat inderalah kita dapat merasakan semua hal yang terjadi pada fisik kita.

BAB I PENDAHULUAN. Karena melalui alat inderalah kita dapat merasakan semua hal yang terjadi pada fisik kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mengisi aktivitas keseharian, Alat indera memiliki peranan yang sangat penting. Karena melalui alat inderalah kita dapat merasakan semua hal yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menangkap pelajaran berbeda-beda. Semuanya dipengaruhi oleh tingkat. siswa terhadap pengajar dan pelajaran tertentu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menangkap pelajaran berbeda-beda. Semuanya dipengaruhi oleh tingkat. siswa terhadap pengajar dan pelajaran tertentu. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Persepsi siswa Dalam proses belajar mengajar kemampuan siswa dalam menerima / menangkap pelajaran berbeda-beda. Semuanya dipengaruhi oleh tingkat kepandaian yang

Lebih terperinci