PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd"

Transkripsi

1 1 PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd Persepsi adalah proses seseorang dalam memahami dan memeberikan makna terhadap sesuatu berdasarkan hasil dari proses belajar dan pengalaman. Akan tetapi sesuai dengan teori yang digunakan teori labeling yaitu penjulukan/pemberian cap oleh Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS dimana Jurusan IPS adalah Jurusan nomor dua dan kurang diprioritaskan, siswa yang masuk Jurusan IPS adalah siswa malas, nakal dan bodoh atau siswa-siswa yang terpinggirkan yang tidak terpilih masuk Jurusan IPA karena nilai yang rendah, dengan adanya stigma tersebut mendorong siswa Jurusan IPS membentuk karakteristik dan pencitraan yang sesuai dengan apa yang dilabelkan. Sehingga apa yang dilihat dan dirasa dianggap benar dan berkembang secara turun temurun. Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, informen penelitian sebanyak 10 orang yang ditentukan secara purposive sampling adapun tekhnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian analisis data dengan menggunakan display data, verifikasi data, reduksi data dan kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata dari 10 informen penelitian menyatakan bahwa Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah Jurusan nomor dua dan kurang diprioritaskan, siswa yang masuk Jurusan IPS adalah siswa nakal, bodoh dan pemalas atau siswa buanga, persepsi tersebut sudah terbangun sejak lama. Siswa yang ke jurusan IPS di pilih oleh guru berdasarkan rengking. Artinya ada beberapa siswa yang masuk IPS dalam keadaan terpaksa. Kata kunci : Persepsi Terhadap Jurusan Ilmu Pengatahuan Sosial (IPS), Siswa Latar Belakang Masalah Pandangan siswa terhadap popularitas IPS di persekolahan selama ini kurang baik, hal ini lebih kentara pada institusi pendidikan setingkat SMA, Ilmu Pengetahuan Sosial dikalangan siswa masih kurang positif dan diminati. Kedudukan IPS termarjinalkan dibandingkan dengan jurusan IPA disekolah. IPS dianggap tempat bagi siswa yang nakal serta tidak bisa masuk jurusan IPA. IPA identik dengan siswa yang pintar dan rajin. Adanya anggapan bahwa ilmu

2 2 pengetahuan sosial adalah pelajaran yang mengandalkan hafalan dan penalaran berfikir siapapun bisa memahaminya tanpa harus belajar dan berusaha. Hal ini tentunya juga berakibat terhadap sudut pandang Siswa SMAN I Langgudu terhadap jurusan IPS. Siswa masih merasa bangga kalau masuk Jurusan IPA. Semua ini disebabkan karena adanya persepsi yang kurang positif terhadap jurusan IPS tanpa mengetahui benar salahnya sesuatu yang dipersepsikan. Peran orang tua untuk mengontrol anaknya dalam memilih jurusanpun tidak ada, bagi guru, agar memberikan informasi yang akurat mengenai jurusan IPS dan menumbuh motivasi belajarpun kurang dan siswa sendiripun kurang dalam mencari informasi mana jurusan yang diminatin yang sesuai kemampuan merekapun tidak ada. semua disebabkan karena persepsi yang seolah sudah menjadi label pada siswa jurusan IPS. Sehingga IPS seolah-olah dipinggirkan. sehingga siswa kurang melirik jurusan IPS bahkan banyak siswa di SMA Negeri I Langgudu berlomba-lomba ingin masuk jurusan IPA, karena keterbatasan dalam memilih siswa untuk masuk jurusan IPA membuat siswa yang tidak terpilih untuk masuk jurusan IPA kurang semangat dalam belajar ketika harus terpaksa masuk kejurusan IPS. Khususnya di SMA Negeri I Langgudu ketika mereka diharuskan memilih jurusan sesuai dengan minat dan bakatnya. Sesuai hasil observasi awal maka, ketika para siswa memutuskan memilih jurusan IPS alasan mayoritas dari mereka adalah karena menganggap dirinya kurang cerdas, ingin santai, dan berbagai alasan lainnya yang bersifat negatif. Begitu pula para siswa jurusan IPS terjadi pencitraan yang negative ketika mereka (guru, orang tua, dan siswa itu sendiri) menganggap bahwa para siswa yang mengambil jurusan IPS dianggap kumpulan orang-orang bodoh dan kurang cerdas,. Faktor guru memegang peranan yang sangat penting karena guru merupakan garda paling depan yang secara langsung berhadapan dengan subjek pendidikan. Maka dengan itu guru harus benar-benar menguasai berbagai kompetensi agar mutu lulusan dapat bersaing nanti setelah terjun dilingkungan masyarakat yang majemuk, dan bahkan bisa menarik perhatian siswa, orang tua, bahkan masyarakat luas memilih jurusan IPS dan memahami arti penting Jurusan

3 3 IPS dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi siswa SMA Negeri I Langgudu terhadap jurusan IPS? PEMBAHASAN Pengertian Persepsi Siswa Persepsi adalah suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia melalui indera manusia, melalui persepsi manusia secara terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, perabaan, perasa dan pencium. (Slameto, 2010:155) Persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian dianalisa (diorganisir) diinterprestasi dan kemudian dievaluasi sehingga individu tersebut memperoleh makna. (Jallaludin Rahmat, 1990:79). Persepsi siswamerupakan proses seseorang siswa dalam menangkap, memahami dan memberi makna terhadap sesuatu rangsangan yang berasal dari suatu lingkungansebagai hasildari proses belajar dan pengalaman. Rangsangan yang sama dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda tergantung dari kemampuan tiap siswa dalam memahami dan memaknainya. persepsi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. (Yuni Wijayanti, 2013:20). Definisi persepsi dari berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan segala informasi yang didapat dari lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan perasaan. Proses Terbentuknya Persepsi Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. (Miftah Toha, 2003:145).

4 4 Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian taraf akhir dari proses persepsi ialah individu menyadari stimulus yang diterima melalui alat indera (reseptor). (Bimo Walgito,1989: 34). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor-faktor personal, sedangkan faktor struktural merupakan sifat stimuli fisik dan efek saraf yang ditimbulkannya. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi setiap manusia terhadap suatu stimulus beragam dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor persepsi yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.dari berbagai faktor tersebut faktor perhatian adalah yang sangat mempengaruhi. Perhatian dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti gerakan, intensitas, perbaruan dan perulangan serta faktor internal pengaruh perhatian seperti faktorbiologis dan faktor sosiopsikologis, dari sifat struktural dan sifat temporer individu, dan aktivitas yang sedang berjalan pada individu. Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, perlu adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu sebagai berikut: 1). Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik). 2). Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis) 3). Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis). (Bimo Walgito, 2004: 89-90).

5 5 Sehingga pada dasarnya terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: 1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. 2. Target atau objek, karakteristik- karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. 3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian adalah rancangan yang menggambarkan atau menjelaskan apa yang hendak diteliti dan bagaimana penelitian dilaksanakan. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Sumber Data terdiri dari data primer, dan data, informen penelitian ini adalah siswa, guru di SMAN I Langgudu. Dalam teknik pengumpulan informen peneliti mengunakan purposive sampling. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, wawancara dan observasi. Tehnik analisis data adalah Reduksi data, display data, dan verifikasi data HASIL PENELITIAN Dari pandangan tersebut siswa menganggap bahwa Jurusan IPA tempat untuk memperbaiki diri menjadi siswa yang lebih baik dan mengasah kemampuan atau kecerdasan. Dari kutipan diatas bahwa peran pihak sekolah dalam memberikan informasi yang akurat mengenai manfaat dan kegunaan jurusan IPS sangat penting agar siswa dapat memahami manfaat dan kegunaan jurusan IPS, supaya siswa baik yang dari jurusan IPS maupun yang bukan dari jurusan IPS dapat menganggap penting setiap jurusan yang ada lebih-lebih jurusan IPS sangat penting.

6 6 Dari ketiga pendapat disimpulkan bahwa label negatif yang disandang oleh jurusan IPS maupun siswa jurusan IPS, karena adanya kesan paradigma yang tidak baik yang dapat berdampak pada karakteristik negatif yang ditampilkan oleh siswa jurusan IPS sehingga berdampak pula terhadap popularitas jurusan IPS secara turun temurun, sehingga untuk keluar dari kesan paradigma tersebut sangat sulit karena sudah dianggap sebagai labelitas jurusan maupun siswa jurusan IPS. Jika dilihat dalam tebel maka Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan Ilmu Ilmu Pengetahuan Sosial adalah Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Jurusan IPS adalah Siswa jurusan IPS Adanya label negatif Jurusan nomor dua dan nakal, bodoh, suka terhadap jurusan IPS, Jurusan yang Kurang bolos dan malas sehingga membentuk diprioritaskan ketika pencitraan yang negatif pemilihan Jurusan. pula bagi siswa Jurusan Dibawah ini akan diuraiakan tentang hasil penelitian yang sudah IPS. disederhanakan diatas yang berkaitan dengan Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS: 1. Jurusan IPS adalah Jurusan yang dinomor duakan dan Jurusan yang kurang diprioritaskan, pandangan atau anggapan seperti ini menjadikan popularitas Jurusan IPS di SMAN I Langgudu kurang diminati dan pilih ketika pemilihan Jurusan oleh siswa-siswi, sehingga ketika siswa terpaksa masuk kejurusan IPS dianggap sebagai kegagalan dalam usaha memperbaiki diri. Sebab alasannya Jurusan IPS bukan tempat untuk mengasah kemampuan maupun untuk menjadi anak yang baik maupun rajin tetapi tempatnya di Jurusan IPA. 2. Siswa jurusan IPS nakal, bodoh, suka bolos dan malas. Karakteristik atau pencitraan yang ditampilkan Siswa Jurusan IPS terkesan mendukung apa yang dipersepsikan.

7 7 3. Adanya label negatif terhadap jurusan IPS, membentuk pencitraan yang negatif pula bagi siswa Jurusan IPS. Sehingga siswa yang masuk Jurusan IPS terkesan membentuk diri seperti yang dipersepsikan dengan adanya hubungan timbal balik antara pelabelan dan pencitraan menjadikan persepsi negatif tersebut berkembang secara turun temurun dan sulit dihilangkan. Sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori labeling. Labeling adalah sebuah devinisi yang ketika diberikan kepada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimana dia. Labeling bisa juga disebut sebagai penjulukan/pemberian cap. Teori labeling adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap/label dari Masyarakat kepada seseorang yang kemudian cenderung akan melanjutkan penyimpangan tersebut. Perilaku menyimpang ada karena adanya stigma dari masyarakat. Stigma merupakan penamaan yang berkonotasi negative kepada seseorang atau kelompok orang yang mampu mengubah identitas. Perpektif labeling mengentengkan pendekatan interaksionisme dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen kontrol sosial mendorong orang masuk kedalam peran penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali kedalam peran konvensional yang tidak menyimpang adalah berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling, dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya. Sunarto (Erving Goffman, 2004 ). Jurusan ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan jurusan yang penting dalam pengajaran dan fungsinya mengandung banyak nilai, namun sejalan dengan pentingnya jurusan IPS tersebut berkembang penilaian, pendapat atau paradigma kuno yang berlangsung secara turun temurun yang menganggap jurusan IPS adalah jurusan yang terpinggirkan, jurusan yang kurang diminati oleh kebanyakan siswa, jurusan yang dinomor duakan dari jurusan IPA, jurusan IPS tempat

8 8 berkumpulnya siswa bodoh, nakal, pemalas. Sehingga adanya diskriminasi atau pandangan seperti ini, membuat jurusan IPS kurang diprioritaskan dalam pemilihan jurusan, selain itu membuat siswa yang masuk jurusan IPS kurang semangat dalam belajar, dan merasa minder, serta menjadikan karakteristik siswa jurusan IPS seperti stigma yang berkonotasi negatif tersebut. Selain itu, pemahaman siswa yang menganggap bahwa jurusan IPS hanyalah jurusan yang mengandalkan hafalan dan penalaran menjadikan siswa berfikir kalau jurusan IPS tidak terlalu penting, tidak seperti jurusan IPA yang butuh cara berfikir keras dalam berhitung dan menemukan hasil-hasil dalam hitungannya. Rendahnya popularitas IPS juga dipengaruhi oleh tingkah laku siswa IPS yang sesuai stigma berkonotasi negatif tersebut, sehingga terkesan mereka telah melakukan penyimpangan sekunder baik dari sikap maupun tingkah lakunya. Stigma yang berkonotasi negatif yang seakan sudah menjadi label terhadap jurusan IPS yang mau tidak mau harus disandang oleh setiap siswa yang masuk jurusan IPS tersebut membuat siswa jurusan IPS sadar tidak sadar membentuk perilaku dan sikap seperti yang di nilai. Penilaian dan pandangan yang berlangsung tidak menjadikan apa yang dipersepsikan berusaha melepaskan diri dari stigma yang berlangsung atau mencoba membuktikan diri bahwa apa yang menjadi pandangan atau penilaian orang tersebut yang sejauh ini berkembang itu salah dan jurusan IPS sama pentingnya dengan jurusan-jurusan lain melainkan obyek yang dipersepsikan berlaku dan bertingkah seakan membiarkan diri mereka dibentuk oleh stigma yang berkonotasi negatif tersebut. Sehingga timbal balik saling membentuk anatara kesan, pandangan dan penilaian yang berkonotasi negatif tersebut dengan obyek yang dipersepsikan. PENUTUP

9 9 Persepsi Siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS adalah rata-rata dari sepuluh informen penelitian berpandangan atau beranggapan bahwa Jurusan IPS adalah Jurusan yang dinomor duakan, dimana di anggap Jurusan yang tidak terlalu penting dan yang masuk Jurusan IPS adalah siswa nakal, bodoh, dan pemalas dan pandangan atau anggapan seperti ini diperkuat oleh karakter Siswa Jurusan IPS sehingga Jurusan IPS kurang diprioritaskan ketika pemilihan Jurusan oleh siswa- SMAN I Langgudu disebabkan adanya hubungan timbal balik antara stigma negatif/pelabelan dengan karakteristik yang ditampilkan oleh Siswa Jurusan IPS. Faktor yang menyebabkan terjadinya persepsi siswa SMAN I Langgudu Terhadap Jurusan IPS yaitu. Pandangan atau anggapan bahwa Jurusan IPS adalah Jurusan yang dinomor duakan dari Jurusan IPA, tidak sepenting Jurusan IPA. Sehingga Jurusan IPS kurang diprioritaskan ketika pemilihan Jurusan. Adanya anggapan atau pelabelan negatif terhadap Jurusan IPS yang berkembang secara turun temurun. Bahwa siswa yang masuk Jurusan IPS adalah siswa bodoh, nakal dan pemalas. Karakteristik atau pencitraan yang ditampilkan Siswa Jurusan IPS yang mendukung dari pelabelan itu sendiri, sehingga mendukung pula berkembangnya pelabelan negatif tersebut. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mengemukakan beberapa saran yaitu: 1. Untuk siswa sebaiknya sebelum memilih Jurusan harus mencaritau terlebih dulu jurusan mana yang sesuai dengan kemampuan yang bakal dikembangkan, tidak asal memilih Jurusan. 2. Untuk siswa Jurusan IPS maupun yang masuk kejurusan IPS nanti sebaiknya membuktikan diri bahwa apa yang menjadi pandangan atau anggapan yang berkembang selama ini salah, sehingga siswa maupun Jurusan IPS itu sendiri bisa lepas dari pelabelan negatif tersebut.

10 10 3. Untuk pihak sejkolah sebaiknya mengadakan seminar menjelang pemilihan Jurusan, guna memberikan pemahaman terhadap Siswa bahwa setiap Jurusan sama-sama penting dan berguna sesuai begronnya masingmasing dan tidak ada Jurusan yang dinomor satu atau dinomor duakan seperti tanggapan yang berkembang selama ini, sehingga dengan adanya informasi seperti ini siswa tidak terpaku pada pandangan atau anggapan yang berkembang dan segala sesuatu yang dapat menjerat pihak lain untuk berlaku menyimpang dapat terminimalisirkan.

11 11 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu, Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. Rineka Cipta Ahmad Usman, Mari belajar meneliti.yogyakarta. Genta Press Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta. Rineka Cipta Hartomo, H Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. Bumi Aksara Rahmat Jalalludin, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya Riduwan, Belajar mudah penelitian. Alphabet. Bandung. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta. Rineka Cipta Sudjana Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru Algensindo. Bandung. Sugiyono, Metode penelitian manajemen. Bandung. Alfabeta. Sunarto, k Pengantar sosiologi. (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tasrif, Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Genta Press. Yogyakarta. Toha Miftah Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. Grafindo Persada Walgito, Bimo Pengantar Psikologi Umum. Surabaya. Bina Ilmu Wijayanti Yuni Skripsi Pengaruh Minat Belajar dan Persepsi Siswa tentang Metode Mengajar Guru. Yogyakarta.

12 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi 0 PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG Desi Kurnia Ningsih 1 Erianjoni, M.Si 2 Erningsih, S.Sos 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI. PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Leni MAYASARI 1), Jodion SIBURIAN 1), Retni S. BUDIARTI 1) 1) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP KESIAPAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN (Studi Pada SMP Negeri 18 Banda Aceh)

PERSEPSI SISWA TERHADAP KESIAPAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN (Studi Pada SMP Negeri 18 Banda Aceh) PERSEPSI SISWA TERHADAP KESIAPAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN (Studi Pada SMP Negeri 18 Banda Aceh) Tarmiji 1, Muhammad Nasir Basyah 1 *, Muhammad Yunus 1 1 Prodi PPKn FKIP Universitas Syiah Kuala *Corresponding

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kerangka Teoritis 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Pada pembahasan kerangka teoritis ini ada beberapa teori yang dianggap relevan untuk menjelaskan permasalahan sekitar judul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Persepsi Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh: Jalaludin

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH: PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VII DI SMPN 1 BANYAKAN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

VOL. 5 NO. 1 MARET 2016 ISSN:

VOL. 5 NO. 1 MARET 2016 ISSN: 42 PERSEPSI PROGRAM STUDI (PRODI) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) STKIP ISLAM BUMIAYU TERHADAP IMPLEMENTASI PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BUMIAYU DAN PAGUYANGAN TAHUN

Lebih terperinci

mencatat merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 2 pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip

mencatat merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 2 pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode artinya cara yang dilakukan dalam penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta

Lebih terperinci

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/ SENSASI dan PERSEPSI 4/2/2015 1 SENSASI =PENGAMATAN (PENGINDERAAN) 4/2/2015 2 A. PENGERTIAN PENGAMATAN MANUSIA PENGAMATAN REALITAS (DUNIA OBJEKTIF) 4/2/2015 3 PENGAMATAN Pengamatan / penginderaan : proses

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil lokasi penelitian di SMA N 7 Surakart. Lokasi dari SMA N 7 Surakarta terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research) adalah

Lebih terperinci

Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik

Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik Umiyatun (0614052) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan penelitian Pada hakekatnya, penelitian dilakukan untuk mendapatkan penemuan baru atau mencari suatu kebenaran. Dalam penelitian, kita mengenal dua bentu

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS X IPA DI SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI SKRIPSI

ANALISIS PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS X IPA DI SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI SKRIPSI ANALISIS PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS X IPA DI SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH WENNI ROSALINA A1C409028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif lapangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian field research yaitu

Lebih terperinci

MINAT SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 BOLANO LAMBUNU UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE JENJANG PERGURUAN TINGGI

MINAT SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 BOLANO LAMBUNU UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE JENJANG PERGURUAN TINGGI MINAT SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 BOLANO LAMBUNU UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE JENJANG PERGURUAN TINGGI NI KETUT EKA YULIANTI & SAMUEL S. PATAMPANG Alumni dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, UU RI No. 20 TH 2003, Jakarta : Sinar Grafika, 2003, hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, UU RI No. 20 TH 2003, Jakarta : Sinar Grafika, 2003, hlm. 5. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini pendidikan merupakan satu hal yang sangat dibutuhkan masyarakat, pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan formal selalu berusaha memajukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH YUNI KARTIKA A1C409014 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP N 1 Trangkil Tahun Ajaran2014/2015)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat dewasa ini, tak lain sebagai bukti nyata dan keberhasilan para kaum terpelajar yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia ini segalanya berubah, tidak ada yang abadi melainkan perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber daya manusia menyesuaikan

Lebih terperinci

*Hp: /

*Hp: / PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIA 3 SMA N 2 UJUNGBATU KAB. ROKAN HULU Sudur Nurhidayah* ), Silvia Rita 1), Ika Daruwati 2) 1&2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif- Kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai

BAB V PEMBAHASAN. penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data dan analisis data yang diperoleh serta temuan-temuan penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai berikut: a. Persepsi dan Permahaman Siswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENUGASAN DAN MINAT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI 1 RANTAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENUGASAN DAN MINAT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI 1 RANTAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENUGASAN DAN MINAT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI 1 RANTAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 H. Moch. Ardi Yannoor SMA Negeri 1 Rantau moch.ardiyannoor@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA KELAS I SDN 7 KUTE PANANG. Zaki Al Fuad 1 dan Zuraini 2 ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA KELAS I SDN 7 KUTE PANANG. Zaki Al Fuad 1 dan Zuraini 2 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA KELAS I SDN 7 KUTE PANANG Zaki Al Fuad 1 dan Zuraini 2 ABSTRAK Penelitian ini mengangkat masalah tentang apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA E-mail: yunialk@yahoo.com Kautsar, Silvia Dwi Yunial Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog BAB IV ANALISIS Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog terhadap Praktik Ruqyah Syar iyyah Di Kalimantan Selatan, berikut peneliti memberikan analisis terhadap apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini merupakan suatu cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Lexi Moleong, yang mendefinisikan metode kualitatif adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Konsep Persepsi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PERSEPSI 1. Pengertian Persepsi Slameto (2010) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP UJIAN NASIONAL MATA UJIAN MATEMATIKA

PERSEPSI SISWA TERHADAP UJIAN NASIONAL MATA UJIAN MATEMATIKA PERSEPSI SISWA TERHADAP UJIAN NASIONAL MATA UJIAN MATEMATIKA Wahyu Arif Hidayah, Erni Puji Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: Fira.hidayah@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Tahap-tahap Penelitian. Metode penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

BAB III METODE PENELITIAN. dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

POLA PERILAKU SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 2 BOYOLALI) Muhammad Bagus Nugroho ABSTRAK

POLA PERILAKU SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 2 BOYOLALI) Muhammad Bagus Nugroho ABSTRAK POLA PERILAKU SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 2 BOYOLALI) Muhammad Bagus Nugroho Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dari segi tempat, penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan. Yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau prilaku

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Intra Personal I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Markom & 85006 Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang berbentuk korelasional, artinya penelitian ini

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING DI SMP NEGERI I MUARO JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING DI SMP NEGERI I MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING DI SMP NEGERI I MUARO JAMBI OLEH : ENI MAHLIZA EAID 209029 PROGRAM EKSTENSI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia, sehingga dengan pendidikan itu mengubah manusia dari yang tidak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu 93 BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu adanya analisis hasil penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang dihasilkan tersebut dapat dilakukan interprestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana dipahami bahwa usia remaja mempunyai fungsi-fungsi jiwa yang saling terpengaruh secara organik. Oleh karena itu dalam masa perkembangannya membutuhkan bimbingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Jenis dan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku 67 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

Lebih terperinci

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI GURU MENGAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI KOTA BATAM Oleh: ABSTRACT

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan atau proses pembelajaran mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan Bangsa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PERHATIAN SELAMA PEMBELAJARAN DAN KECEMASAN SEBELUM TES DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PERHATIAN SELAMA PEMBELAJARAN DAN KECEMASAN SEBELUM TES DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PERHATIAN SELAMA PEMBELAJARAN DAN KECEMASAN SEBELUM TES DENGAN PRESTASI BELAJAR Diana Weny Prasetyowati 1)* Widodo Budhi 2) 1) 2) Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang di Gunakan Secara umum metode penelitian di artikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat di perlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Perspektif Pendekatan Penelitian Agar dapat mengetahui serta mendeskripsikan keadaan yang sebenarnya secara rinci dan aktual dengan melihat masalah dan tujuan penelitian seperti

Lebih terperinci

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Pendahuluan Oleh Dinar dan Ahmad Juanda: Latifa Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS 2010 FIS UNY Sejatinya pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Alokasi waktu penelitian tentang tradisi masyarakat muslim dalam membagi harta warisan secara kekeluargaan di kecamatan Jekan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian field research (riset lapangan), yaitu melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh data atau

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 74 KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Hadi Heriawan 1, Iwa Kuntadi 2, Haryadi 3 Departemen Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. 1 Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 77 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Metodologi penelitian adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu tujuan penelitian serta dapat menumbuhkan kualitas dari hasil

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu tujuan penelitian serta dapat menumbuhkan kualitas dari hasil 52 BAB III METODE PENELITIAN Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam mencari, mengembangkan, dan menggunakan kebenaran suatu pengetahuan 1. Karena itu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN ilmiah. 1 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan sebaliknya prestasi belajar yang rendah menunjukkan bahwa tujuan belajar

I. PENDAHULUAN. dan sebaliknya prestasi belajar yang rendah menunjukkan bahwa tujuan belajar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dalam dunia pendidikan. Prestasi belajar yang tinggi menunjukkan keberhasilan pembelajaran, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm, Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, Erlangga, Jakarta, 1998, hlm. 7

BAB I PENDAHULUAN. hlm, Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, Erlangga, Jakarta, 1998, hlm. 7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan dapat di artikan sebagai usaha membina kepribadiannya sesuai dengan nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Hal ini sesuai peranan pendidikan

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Reni Iriyanti PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA (S2) UNIVERSITAS BENGKULU iriyantireni81@gmail.com Abstrak Prestasi belajar matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian tentang Studi komparasi motivasi belajar PAI antara yang menggunakan moving class (SMA N 8 Semarang) dan yang tidak menggunakan moving

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan sumber data, jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah berupa penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan (Field

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI Diajukanoleh : APRIYANDER YUDHO N S F100070124 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Setiap penelitian memerlukan metode agar proses penelitian dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang telah disiapkan. Usaha manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Islam Negeri Palangka Raya yang terletak di Jl. G. Obos Komplek Islamic

BAB III METODE PENELITIAN. Islam Negeri Palangka Raya yang terletak di Jl. G. Obos Komplek Islamic 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengambil tempat di kampus Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya yang terletak di Jl. G.

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Nuraini Sribina Universitas Potensi Utama rainribi2701@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 97 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti paparkan, maka pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan ini peneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Fakultas Kedokteran menuntut mahasiswa/i untuk selalu belajar keras di setiap waktu karena pelajaran yang diwajibkan di Fakultas Kedokteran sangat berat. Ini menghadirkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Model Quantum Teaching dapat meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan menjadi topik penelitian ini akan dicari konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH STUDI KASUS PERANAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD IQRA MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI

ARTIKEL ILMIAH STUDI KASUS PERANAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD IQRA MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI ARTIKEL ILMIAH STUDI KASUS PERANAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD IQRA MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI Oleh : TRIO DIKA KURNIAWAN A1D109169 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh : Setyo Hariyadi A

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh : Setyo Hariyadi A 1 UPAYA PEMBELAJARAN DENGAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS XI IS 3 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

2. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik

2. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik Lanjutan dari 1 2. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik Masih banyak guru yang mengajar dengan cara cara lama dan kurang melibatkan dan mengaktifkan siswa untuk

Lebih terperinci

Indrajaya. Staf pengajar Man 1 Mataram, Jl. Pendidikan No. 31, Dasan Agung Baru, Mataram

Indrajaya. Staf pengajar Man 1 Mataram, Jl. Pendidikan No. 31, Dasan Agung Baru, Mataram 24 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEND ENDED UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BERPIKIR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TRIGONOMETRI KELAS X2 MAN I MATARAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Indrajaya Staf pengajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode secara terminoligi adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian, cara yang paling tepat dan tepat dalam melakukan sesuatu 1. Di dalam penelitian laporan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kebiasaan Membaca Dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 69 Kota Bengkulu

Hubungan Antara Kebiasaan Membaca Dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 69 Kota Bengkulu PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7 (13) 2014. Universitas Bengkulu Hubungan Antara Kebiasaan Membaca Dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 69 Kota Bengkulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari, 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 42 Adapun jenis metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci