METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada kerangka pemikiran seperti terlihat pada Gambar 2, dimana konsep umum otonomi daerah mengarahkan bahwa penyelenggaraan otonomi daerah seyogyanya harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antar daerah dengan daerah lainnya. Artinya, harus mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Dalam rangka menyikapi pelaksanaan otonomi daerah dan pencapaian salah satu tujuan pembangunan wilayah yakni terwujudnya keberimbangan dan keterkaitan pembangunan antar wilayah maka Pemerintah Kabupaten Agam melalui arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun melakukan berbagai rumusan dan strategi pemanfaatan ruang, sistem wilayah pengembangan, rencana alokasi penggunaan ruang, rencana sistem transportasi, serta rencana penyediaan sarana dan prasarana wilayah. Adapun aspek yang dikaji dalam menyusun arahan tersebut meliputi: a. kebijakan nasional dan regional, b. potensi dan permasalahan internal wilayah, c. peluang dan tantangan (eksternal wilayah), d. analisis kondisi eksisting wilayah. Kajian tersebut, telah memasukkan aspek spasial seperti permasalahan fisik lahan, kondisi guna tanah, sarana dan prasarana, serta sistem transportasi. Namun demikian, kajian tentang aspek-aspek spasial yang berkaitan dengan permasalahan kesenjangan pembangunan antar wilayah belum dilakukan, padahal aspek spasial dan permasalahan kesenjangan juga merupakan salah satu permasalahan yang cukup penting berkenaan dengan penyusunan arahan pembangunan. Disamping itu, tujuan akhir pembangunan Kabupaten Agam masih menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hal diatas, perlu dilakukan kajian/penelitian dengan mempergunakan pendekatan yang berkaitan dengan karakteristik wilayah,

2 keterkaitan antar wilayah, dan faktor-faktor penyebab kesenjangan. Selanjutnya diharapkan dapat disusun strategi pembangunan wilayah yang berimbang. 38 Otonomi Daerah Strategi Pembangunan Wilayah Kebijakan Pembangunan Kab.Agam Keberimbangan Permasalahan Pertumbuhan Kendala Kesenjangan Implikasi: 1. Kebijakan 2. Aspek kehidupan masyarakat dan sumberdaya 3. Berdampak pada lapangan pekerjaan 4. Konflik Perlu pemecahannya & menarik untuk diteliti Karakteristik wilayah Keterkaitan antar wilayah Faktor penyebab kesenjangan Peningkatan pembangunan yang lebih berimbang Gambar 2 Diagram Aliran Kerangka Pemikiran. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat meliputi 15 kecamatan dengan 73 nagari, dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2007.

3 39 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan berupa seperangkat komputer dengan perangkat lunak Arc View 3.3, Statistika 6, Minitab, Microsoft Word, Microsoft Excel, peta administrasi, peta topografi dan alat tulis lainnya. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan (Lampiran 1) bersumber dari dinas/instasi yang terkait seperti BAPPEDA Kabupaten Agam, BPS Kabupaten Agam, dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif yang berasal dari data Podes, Kabupaten Agam dalam angka (ADA), aliran barang/orang (Tatrawil), serta kecamatan dalam angka (KCDA). Selain itu juga digunakan peta-peta seperti Peta Administrasi Kabupaten, Peta Tanah, Peta Kemampuan Lahan, Peta Penggunaan Lahan, Peta Topografi, Peta Jaringan Jalan, Peta Status Kawasan Hutan, Peta Kelerengan, dan Peta RTRW. Analisa Data Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dan mengurangi dampak negatifnya, maka dilakukan penelitian dengan mempergunakan berbagai alat analisis seperti: 1) Analisis Tipologi Wilayah, terdiri dari: Principal Components Analysis (PCA), Analisis Gerombol (Cluster Analysis), dan Analisis Diskriminan (Discriminant Function Analysis); 2) Analisis Hirarki Wilayah (Skalogram), 3) Analisis Interaksi Spasial (Model Gravitasi), 4) Analisis Tingkat Kesenjangan, yakni: Indeks Williamson dan Analisis faktor-faktor penyebab kesenjangan (Regresi berganda), 5) Analisis Keberagaman Aktivitas (Model Enthropi), 6) Analisis Deskriptif, dan 7) Analisis Spasial. Adapun rincian mengenai analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Principal Components Analysis Principal Components Analysis (PCA) digunakan untuk menghindari kasus multikoliniearitas. PCA juga digunakan untuk mendapatkan variabel baru dalam jumlah yang lebih kecil.

4 40 Adapun maksud dari analisis ini adalah untuk mengelompokkan variabelvariabel yang sebelumnya memiliki jumlah yang sangat besar tersebut direduksi menjadi beberapa variabel dengan jumlah lebih kecil yang didasarkan pada nilai eigenvaluenya. Sedangkan tujuan dasarnya adalah: 1. Ortogonalisasi variabel, mentransformasikan suatu struktur data dengan variabel-variabel yang saling berkolerasi menjadi struktur data baru dengan variabel baru (yang disebut dengan principal components atau faktor) yang tidak saling berkolerasi; 2. Penyederhanaan variabel, banyaknya variabel baru yang dihasilkan, jauh lebih sedikit dari pada variabel asalnya, tapi total kandungan informasinya (total ragamnya) relatif tidak berubah (Saefulhakim, 2004; Iriawan & Astuti, 2006). Data yang digunakan adalah data yang berasal dari Podes 2006, Kabupaten Agam dalam Angka 2006, dan Database Kabupaten Agam Data yang sebelumnya berjumlah 123 (seratus dua puluh tiga) variabel kemudian diseleksi menjadi 53 (lima puluh tiga) variabel (Lampiran 2). Variabel yang dipergunakan dalam analisis ini didasarkan atas karakterisasi dan pengelompokan nagari-nagari di wilayah studi dengan variabel-variabel untuk berbagai sumber daya yang dimilikinya. Sumber-sumber daya tersebut dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori, yaitu: (1) sumber daya alam (SDA); (2) sumberdaya buatan (SDB); (3) sumber daya manusia (SDM); (4) sumber daya sosial-kelembangaan (SDS). Tinggi rendahnya kualitas sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh suatu wilayah ditunjukkan oleh variasi dan besar kecilnya daya dukung alamiah wilayah tersebut. Sesuai dengan data yang tersedia dalam studi ini, indikator kualitas SDA didekati dengan variabel-variabel operasional sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk (jumlah penduduk per luas nagari) 2. Intensitas dan variasi daya dukung lahan (luas lahan sawah per luas nagari) 3. Posisi desa dalam tata ruang wilayah (jarak pusat desa yang bersangkutan ke pusat kecamatan yang membawahi, jarak fasilitas-fasilitas pendidikan dan kesehatan dari pusat nagari). Tinggi rendahnya kualitas sumber daya buatan (SDB) yang dimiliki oleh suatu wilayah ditunjukkan oleh variasi dan besar kecilnya ketersediaan infrastruktur fisik di wilayah tersebut. Dalam penelitian ini, sesuai dengan data

5 41 tersedia, indikator SDB didekati dengan variabel-variabel operasional sebagai berikut: 1. Fasilitas perekonomian (jumlah supermarket/pasar swalayan/minimarket/ per jumlah penduduk) 2. Fasilitas pendidikan (jumlah SD, SMP, SMA per jumlah usia sekolah) 3. Fasilitas kesehatan (jumlah rumah sakit /BKIA/poliklinik/ puskesmas/puskesmas pembantu/balai pengobatan/apotik/posyandu/ per jumlah penduduk) 4. Fasilitas peribadatan (jumlah masjid/surau/langgar /gereja /kapel /vihara per jumlah penduduk) 5. Fasilitas pariwisata (jumlah hotel/penginapan/objek wisata per jumlah penduduk) 6. Fasilitas komunikasi dan informasi (jumlah wartel/kiospon/warparpostel) Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu wilayah ditunjukkan oleh tinggi rendahnya kapabilitas moral, intelektualitas, kekuatan, dan kesehatan fisik, daya beli, mobilitas, aksesibilitas informasi, dan kewirausahaan individu-individu manusia yang ada di wilayah tersebut. Dalam studi ini, sesuai dengan data tersedia, indikator kualitas SDM didekati dengan variabel-variabel operasional sebagai berikut: 1. Kuantitas penduduk (jumlah keluarga yang menggunakan listrik PLN/non PLN per jumlah penduduk, jumlah keluarga yang tinggal ditepi sungai per jumlah penduduk) 2. Kesehatan (indeks ketersediaan dokter di nagari) 3. Daya beli (jumlah keluarga prasejahtera per jumlah rumah tangga) 4. Aksesibilitas informasi (jumlah rumah tangga yang memiliki telepon/tv/antena parabola/ PLN per jumlah rumah tangga). Tinggi rendahnya kualitas sumber daya sosial (SDS) yang dimiliki oleh suatu wilayah ditunjukkan oleh kegiatan sosial dan kelompok-kelompok sosial di wilayah tersebut. Data SDS yang digunakan adalah kerapatan kelembagaan. Variabel tersebut dipilih karena merupakan indikator-indikator pembangunan yang ada relevansinya dengan analisis dan kajian.

6 42 Selanjutnya PCA dilakukan beberapa kali hingga diperoleh nilai PC Score terbaik, yaitu PC Score dengan nilai akar ciri (eigenvalues) diatas 70 persen; jumlah faktor-faktor baru yang diperoleh pada tabel factor loading dibawah dua puluh; dan korelasi antar variabel-variabel asal dengan faktor-faktor baru pada factor loading dapat diinterpretasikan secara logis. 2. Analisis Gerombol (Cluster Analysis) Secara umum terdapat dua metode penggerombolan dalam analisis gerombol ini yaitu: a. metode berhirarki (hierarchical clustering method) dan b. metode tak berhirarki (non hierarchical clustering method). Metode berhirarki dilakukan jika jumlah gerombol yang akan ditentukan sudah diketahui. Misalnya orde pembangunan wilayah secara umum diketahui berjumlah 5 (lima), yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah, atau 3 (tiga) yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Pengklasifikasian selanjutnya akan dilakukan berdasarkan jumlah yang kita inginkan tersebut. Unit-unit analisis yang dikelompokkan akan bergerombol sesuai dengan kedekatan/kemiripan karakteristiknya masing-masing. Sedangkan untuk metode tidak berhirarki dilakukan jika jumlah gerombol belum diketahui. Penggerombolan selanjutnya dilakukan terhadap seluruh unit berdasarkan seluruh karakteristik yang diamati. Selanjutnya berdasarkan kenampakan hasil penggerombolan ditentukan pemotongan seberapa banyak gerombol yang akan digunakan. Sebelum melakukan penggabungan data perlu dihitung terlebih dahulu jarak antara dua data atau jarak antara dua gerombol data dengan ciri yang serupa. Untuk dapat dilakukan penggerombolan diperlukan suatu skala pengukuran yang sama. Jika skala data tidak sama maka data perlu ditransformasikan dalam suatu bentuk skor tertentu yang disebut dengan jarak baku. Dalam analisis gerombol dikenal terdapat beberapa ukuran jarak antara lain: jarak mahalanobis, jarak eucledian, jarak chebicef, power distance, dan percent disagreement. Ukuran jarak yang sering digunakan adalah jarak eucledian (eucledian distance).

7 43 Persamaan penghitungan jarak eucledian antara dua titik atau dua gerombol adalah: p i= 1 2 1/ 2 ( Xi Yj) = D dimana : Xi = pusat data dari gerombol X Yj = pusat data dari gerombol Y Nilai D merupakan jarak antara titik data/gerombol X dan Y. Makin kecil nilai D makin besar kemiripan data X dan Y. Dalam analisis gerombol ini tidak dilakukan ortogonalisasi variabel akan tetapi dilakukan standarisasi data mentah yang ada sebelum dilakukan penggerombolan. Hal ini pengaruh multikolinearitas sangat kecil sehingga dapat diabaikan apabila data sudah distandarisasikan (Iriawan & Astuti, 2006). Metode ini digunakan untuk mengelompokkan wilayah analisis berdasarkan variabel-variabel yang sangat berpengaruh nyata terhadap perkembangan suatu wilayah. Tujuannya adalah mendeskripsikan wilayah kedalam kelompok yang lebih kecil dengan ciri-ciri yang spesifik dari nilai variabel tersebut. Variabel-variabel yang dipergunakan dalam analisis ini adalah faktor score hasil olahan PCA. Variabel-variabel tersebut meliputi: 1) sumber daya alam (SDA) meliputi: kepadatan penduduk dan luas lahan bukan sawah, 2) sumber daya buatan (SDB) yakni: rasio swalayan, rasio kios saprodi pertanian milik KUD dan non KUD, pangsa industri besar, pangsa KUD, pangsa tempat praktek dokter/bidan, rasio tempat usaha jasa, rasio hotel/penginapan, dan rasio objek wisata, serta 3) sumber daya manusia (SDM) adalah rasio jumlah keluarga yang tinggal ditepi sungai. 3. Analisis Diskriminan (Discriminant Function Analysis) Analisis diskriminan merupakan salah satu analisis multivariabel untuk menentukan variabel mana yang membedakan secara nyata kelompok-kelompok yang telah ada secara alami. Dengan kata lain analisis diskriminan digunakan untuk menentukan variabel mana yang merupakan penduga terbaik dari pembagian kelompok-kelompok yang ada. Pada prinsipnya, penentuan dalam analisis diskriminan ini berbalikan dengan metode analisis gerombol. Jika analisis gerombol (khususnya gerombol

8 44 unit) menentukan gerombol dari ciri-ciri yang diduga mirip, maka analisis diskriminan ini menentukan dengan kelompok yang sudah tentu yang terbentuk secara alamiah ingin ditentukan variabel yang mana yang sebenarnya secara nyata membedakan kelompok-kelompok tersebut? Ide dasar dari analisis ini adalah menentukan apakah nilai tengah variabelvariabel penciri untuk setiap kelompok berbeda dan selanjutnya menggunakan variabel yang nilai tengahnya berbeda secara nyata antar kelompok tersebut sebagai predictor. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis ini antara lain: a. Data contoh merupakan data multivariabel yang menyebar normal. Walaupun demikian, jika syarat penyebaran normal ini tidak dipenuhi, perbedaan hasil pengujian tidak fatal. Artinya hasil pengujian masih layak untuk dipercaya; b. Matriks ragam (variances) atau peragam (covariances) variabel antar kelompok bersifat homogen. Jika terdapat deviasi kecil masih bisa diterima. Oleh karena itu, akan lebih baik jika sebelum menggunakan hasil pengujian terlebih dahulu dilihat lagi nilai korelasi dan ragam variabel dalam setiap kelompoknya; c. Tidak terdapat korelasi antara nilai tengah variabel antar kelompok dengan nilai ragam atau standar deviasinya; d. Variabel yang digunakan tidak bersifat redundant. Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka matrik tersebut disebut ill-condition. Matriks yang illconditioned tidak dapat diinversikan; e. Nilai toleransi seharusnya tidak mendekati 0. Didalam analisis diskriminan akan dilakukan pengujian terhadap keadaan redundant yang diharapkan tidak terjadi. Pengujian ini disebut dengan pengujian nilai toleransi. Nilai toleransi ini dihitung dengan persaman 1-R 2. Jika kondisi redundant terjadi, maka nilai toleransi akan mendekati nol. Fungsi yang terbentuk sebenarnya mirip dengan fungsi regresi. Dalam hal ini variabel bebas (Y) adalah resultan skor klasifikasi. Sedangkan variabel tak bebasnya (X) adalah variabel-variabel yang digunakan sebagai penduga. Skor = a +b 1 X 1 + b 2 X 2 + b n X n

9 45 Variabel dengan nilai koefisien regresi terbesar merupakan variabel yang mempunyai peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang ada. Hasil pengolahan statistik ini akan menghasilkan tipologi wilayah yang kemudian dibuat peta tipologinya kemudian dilakukan analisis spasial. 4. Analisis Skalogram Analisis skalogram digunakan untuk membuktikan ada tidaknya hirarki di wilayah Kabupaten Agam, khususnya dalam hal sarana infrastruktur. Adapun data yang dipergunakan adalah data yang berasal dari Potensi Desa tahun 2006 dan data dari Agam dalam Angka (ADA) Tahun Paramater yang diukur meliputi bidang sarana perekonomian, sarana pariwisata, sarana komunikasi dan informasi, sarana dan tenaga kesehatan, sarana pendidikan, kependudukan, sarana lingkungan, transportasi, serta aksesibilitas. Untuk lebih rinci mengenai parameter dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 3. Menurut Saefulhakim (2004), tahapan kegiatan pada analisis data dengan metode skalogram antara lain: a. Melakukan pemilihan terhadap data Podes tahun 2006 dan KCDA 2006 sehingga yang tinggal hanya data yang bersifat kuantitatif; b. Melakukan seleksi terhadap data-data kuantitatif tersebut sehingga hanya yang relevan saja yang digunakan; c. Melakukan rasionalisasi data; d. Melakukan seleksi terhadap data-data hasil rasionalisasi hingga diperoleh 32 variabel untuk analisa skalogram yang mencirikan tingkat perkembangan nagari di Kabupaten Agam; e. Melakukan standardisasi data terhadap 32 variabel tersebut dengan menggunakan rumus (Statsoft 2004) yang dimodifikasi: Yij min imumyj Zij St. Dev dimana: Zij Yij minimum Yj St.Dev = nilai baku untuk nagari ke-i dan jenis sarana ke-j = jumlah sarana untuk nagari ke-i dan jenis sarana ke-j = nilai minimum untuk jenis sarana ke-j = nilai standar deviasi

10 46 f. Menentukan indeks perkembangan nagari (IPN) dan kelas hirarkinya. Pada prinsipnya, ada dua jenis data yang diukur yaitu data yang bisa langsung dibuat indeksnya (data jenis dan jumlah sarana) dan data yang harus dinvers terlebih dahulu (data aksesibilitas atau jarak dari ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten yang membawahi dan jarak dari ibukota kabupaten lain yang terdekat). Penelitian ini hanya menggunakan data jenis dan jumlah fasilitas pelayanan. Setelah proses pembakuan selesai kemudian dilakukan penjumlahan nilai baku tersebut untuk setiap nagari. Untuk melihat struktur wilayah dilakukan sortasi data dimana wilayah yang mempunyai nilai yang paling besar diletakkan dibarisan atas dan fasilitas yang paling banyak berada di kolom kiri. Pada penelitian ini, IPN dikelompokkan ke dalam lima kelas hirarki, yaitu hirarki I (sangat tinggi), hirarki II (tinggi), dan hirarki III (sedang), IV (rendah), dan V (sangat rendah). Penentuannya didasarkan pada nilai kelas interval (Iriawan & Astuti, 2006), yaitu: Kelas int erval = Nilai Maksimum Nilai Minimum Jumlah Hirarki Tabel 3 Nilai Selang Hirarki Berdasarkan Jumlah Jenis Fasilitas No. Hirarki Nilai Selang (X) Tingkat Hirarki 1 I > 23 Sangat Tinggi 2 II Tinggi 3 III Sedang 4 IV 9-13 Rendah 5 V 8-12 Sangat Rendah Tabel 4 Nilai Selang Hirarki Berdasarkan Jumlah Fasilitas No. Hirarki Nilai Selang (X) Tingkat Hirarki 1 I > 648 Sangat Tinggi 2 II Tinggi 3 III Sedang 4 IV Rendah 5 V Sangat Rendah

11 47 Tabel 5 Nilai Selang Hirarki Berdasarkan Indeks Perkembangan Nagari (IPN) No. Hirarki Nilai Selang (X) Tingkat Hirarki 1 I Sangat Tinggi 2 II Tinggi 3 III Sedang 4 IV Rendah 5 V Sangat Rendah 5. Analisis Interaksi Spasial Analisis interaksi spasial ini menggunakan Model Gravitasi. Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran pola interaksi spasial sistem transportasi antar wilayah di Provinsi Sumatera Barat. Model umum Gravitasi Newton berdasarkan Tamin (2000) adalah sebagai berikut: a b M i M j T ij = G...(5.1) d c ij Untuk mencari solusi secara statistik, selanjutnya model umum tersebut dimodifikaksi menjadi model fungsi regresi berikut: ln T ij = ln G + ln M i + ln M j ln d ij...(5.2) Dimana : T ij = Ukuran intensitas interaksi antara pusat zona ke i dengan pusat zona ke j yang dinyatakan dengan volume lalulintas orang dan barang M i = Ukuran massa atau daya dorong zona asal i (push factor) yang dinyatakan dengan jumlah penduduk yang ada di pusat i M j = Ukuran massa atau daya tarik zona tujuan j (pull factor) yang dinyatakan dengan jumlah penduduk yang ada di pusat j d ij = Kendala ruang antara pusat i dengan pusat j yang dinyatakan dengan jarak tempuh antara pusat i dengan pusat j G = Konstanta gravitasi interaksi spasial (paramater diduga dari data) = elastisitas daya dorong pusat i (parameter diduga dari data) = elastisitas daya tarik pusat j (parameter diduga dari data) = elastisitas kendala interaksi (parameter diduga dari data) Pusat-pusat wilayah yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi,

12 48 Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pasaman, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk mempermudah analisis maka sebelumnya dibuat matriks asal tujuan seperti tercantum dalam Lampiran 5-8. Telaah tentang pola interaksi spasial yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat secara umum dengan menggunakan pendekatan pergerakan orang dan barang dengan kendala-kendala antara lain jarak tempuh dan kapasitas tarikan dan kapasitas dorongan. Menurut Tamin (2000), dengan menggunakan pendekatan model umum gravitasi newton, pola interaksi spasial pergerakan barang dan orang dapat dilihat pada model interaksi spasial yang terjadi antar zona di bawah ini. Variabelvariabel yang digunakan untuk mengestimasi pergerakan orang dan barang terdiri dari variabel daya dorong daerah asal (i), variabel daya tarik daerah tujuan (j), variabel jumlah penduduk daerah asal (P i ), variabel jumlah penduduk daerah tujuan (P j ), dan variabel kendala spasial yang digunakan antara lain variabel jarak tempuh dari daerah asal (i) ke daerah tujuan (j) adalah (d1ij). 1). Model pergerakan orang dari wilayah asal ke wilayah tujuan (T ij ) dengan kendala jarak tempuh (d1 ij ) β P α i M j T1 ij = G ln T1 λ ij = lng 1 + ln P i + ln P j ln d1 ij d1 α β T G. P. P. d1 λ 1ij = 1 i j ij ij 2). Model pergerakan barang dari wilayah asal ke wilayah tujuan (T2 ij ) dengan kendala jarak tempuh (d1 ij ) β P α i M j T 2 ij = G ln T2 λ ij = lng 1 + ln P i + ln P j ln d1 ij d1 α β T G. P. P. d1 λ 2ij = 1 i j ij Keterangan: i = Zona asal j = Zona tujuan P i ij = Jumlah penduduk zona asal (jiwa)

13 P j 49 = Jumlah penduduk zona tujuan (jiwa) T1 ij = Pergerakan orang dari zona asal (i) ke zona tujuan (j) (orang) T2 ij = Pergerakan barang dari zona asal (i) ke zona tujuan (j) (ton) d1 ij = Jarak tempuh pergerakan orang/barang dari zona asal (i) ke zona tujuan (j) (km). 6. Analisis Kesenjangan a. Analisis Tingkat Kesenjangan Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan untuk melihat disparitas antar wilayah. Williamson mengembangkan indeks kesenjangan wilayah yang diformulasikan sebagai berikut: dimana: V w = Y i Y Pi V = Indeks kesenjangan Williamson w Y i Y = PAD per kapita wilayah ke i Y i = Rata-rata PAD per kapita nagari/kecamatan/kawasan p i = fi/n, dimana fi jumlah penduduk nagari/kecamatan/kawasan ke i dan n adalah total penduduk kecamatan/kawasan/kabupaten. Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika Y i = Y maka akan dihasilkan indeks = 0, yang berarti tidak adanya kesenjangan ekonomi antar daerah. Indeks lebih besar dari 0 menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar kecamatan di suatu kabupaten. V w V w Kriteria nilai Vw = 0 sampai dengan 1 apabila nilai: = 0: kesenjangan sangat rendah (merata sempurna); 0.3 : Kesenjangan rendah.

14 50 V w = 0.3 0,5 : Kesenjangan sedang; V w = : Kesenjangan sangat tinggi (tidak merata sempurna); (Syafrizal. 1997). Data yang dipergunakan untuk analisis kesenjangan berupa data PAD perkapita seperti yang tercantum dalam Tabel 6. Tabel 6 Variabel dan Parameter yang Digunakan dalam Analisis Tingkat Kesenjangan No. Variabel Parameter 1. Penduduk Jumlah penduduk 2. Pendapatan perkapita PAD per jumlah penduduk b. Analisis faktor-faktor penyebab kesenjangan Analisis ini merupakan analisis regresi dimana beberapa variabel tujuan (dependent) (Y 1, Y 2,... Y p ) diukur dan diregresikan terhadap variabel bebas (independent) (X 1, X 2...X k ). Model umum untuk analisis regresi berganda ini adalah (Iriawan & Astuti, 2006): Y = 1 x x k x k + dimana Y adalah respon atau variabel tujuan yang nilainya tergantung dari k variabel bebas x 1,...,xk. Diasumsikan bahwa nilai variabel bebas diketahui dan nilai 1,... k belum diketahui yang dinamakan paramater regresi. Untuk menghasilkan model yang dapat digunakan sebagai penduga yang baik maka beberapa asumsi yang harus dipenuhi: a. E (e) = 0 b. E (e 2 )= 2 c. Tidak ada korelasi antar variabel. Jika antar variabel bebas berkolerasi, maka taksiran parameter model tidak tepat. Kejadian adanya korelasi kuat antar variabel bebas disebut multikolinear. Cara mendeteksi multikolinear sebagai berikut: 1) Membuat korelasi antar variabel bebas. Apabila ada kolerasi yang kuat, yang ditandai nilai korelasi makin mendekati 1, maka ada multikolinear dalam kasus; 2) Parameter model adalah 0 ( 1 = 2 =...= k = 0);

15 3) Tanda parameter model berlawanan dengan tanda nilai korelasi antar variabel bebas dengan variabel tujuan. Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan, maka diuji regresi antara indeks Williamson dengan faktor-faktor utama hasil PCA. V w = f (X 1, X 2, X 3... ) atau: Model regresi berganda dapat diturunkan sebagai berikut: Y = b 0 + b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X b i X i + U i dimana: Y = V = Indeks Williamson w X i = Variabel bebas/prediktor yang berasal dari faktor score hasil PCA b 0 = Koefisien fungsi regresi U i = intercept Rincian berkenaan dengan variabel bebas yang dipergunakan untuk pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Variabel dan Parameter yang Digunakan untuk Analisis Faktorfaktor Penyebab Kesenjangan No. Variabel Parameter Satuan 1. Y Nilai Indeks Williamson (V w ) Indeks 2. X 1 Kepadatan penduduk Rasio 3. X 2 Luas lahan bukan sawah Pangsa 4. X 3 Jumlah swalayan Rasio 5. X 4 Jumlah kios saprodi milik KUD dan non KUD Rasio 6. X 5 Industri besar Pangsa 7. X 6 Jumlah KUD Pangsa 8. X 7 Jumlah tempat kegiatan usaha jasa Pangsa 9. X 8 Jumlah hotel/penginapan Rasio 10. X 9 Jumlah objek wisata Rasio 11. X 10 Jumlah tempat praktek dokter/bidan Rasio 12. X 11 Jumlah keluarga yang tinggal ditepi sungai Rasio 16. Ui Intercept Sumber: Data hasil olahan PCA c. Analisis Model Enthropi Analisis Model Enthropy merupakan salah satu konsep analisis yang dapat menghitung tingkat keragaman (diversifikasi) komponen aktivitas. Keunggulan dari konsep ini karena dapat digunakan untuk: 1) memahami 51

16 perkembangan suatu wilayah; 2) memahami perkembangan atau kepunahan kenekaragaman hayati; 3) memahami perkembangan aktivitas perusahaan seperti pabrik gula; dan 4) memahami perkembangan aktivitas suatu sistem produksi pertanian dan lain-lain. Menurut Rustiadi et al. (2006), prinsip analisis ini adalah semakin beragam aktifitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah. Artinya wilayah tersebut semakin berkembang. Persamaan umum entropi ini adalah sebagai S = n dimana : n i= 1 j= 1 PijLnPij S = Tingkat perkembangan n = Jumlah jenis kegiatan usaha masyarakat, kepadatan penduduk, dan kemampuan personil ij = kecamatan i sampai dengan j P = peluang atau proporsi terjadinya keragaman (diversifikasi) Jika S meningkat maka tingkat perkembangannya tinggi. Nilai S akan selalu meningkat (S 0). Pada penelitian ini dibuat 5 (lima) tingkatan perkembangan wilayah (Tabel 8). Variabel dan parameter yang dipergunakan untuk analisis ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8 Tingkatan Perkembangan Wilayah Berdasarkan Analisis Keberagaman Aktivitas No. Nilai Selang Tingkat Perkembangan Wilayah Keterangan Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi 5. > 0.70 Sangat tinggi Tabel 9 Variabel dan Parameter yang Digunakan Untuk Analisis Tingkat Keberagaman Aktifitas No. Parameter Satuan 1. Luas lahan sawah Indeks 2. Jumlah kegiatan perdagangan dan jasa Indeks 3. Jumlah kegiatan industri dan kerajinan Indeks 4. Jumlah dan jenis fasilitas pendidikan Indeks 5. Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan Indeks Sumber: Podes

17 53 d. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui secara jelas peran kelembagaaan dalam perkembangan terkait dalam proses pemanfaatan ruang beserta proses pengendalian pemanfaatan ruang di daerah penelitian. Secara khusus, analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perkembangan kelembagaan nagari yang merupakan local spesific institusional terhadap perkembangan wilayah di Sumatera Barat umumnya dan Kabupaten Agam khususnya. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang hasil-hasil pembangunan wilayah yang dicirikan oleh spesifikasi wilayah dimana nagari merupakan unit kesatuan adat dan wilayah terkecil yang jelas berbeda dengan desa untuk daerah lainnya di Indonesia. 7. Analisis Spasial Analisis spasial merupakan metode penelitian yang menjadikan peta sebagai model yang mempresentasikan dunia nyata yang mewakilinya, sebagai suatu media analisis guna mendapatkan hasil-hasil analisis yang memiliki atribut keruangan. Analisis spasial berguna untuk memperoleh data dan informasi yang akurat mengenai wilayah. Selain itu juga dapat memetakan permasalahanpermasalahan yang ada untuk dianalisa secara spasial sehingga keterkaitan antar wilayah dapat dianalisa dengan lebih mudah dan akurat. Sebagai dasar pemetaan, maka peta dasar yang dipergunakan adalah peta administrasi (skala 1:25 000), yang diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Agam dan digunakan sebagai peta master. Tujuan analisis spasial menurut (Haining 1995, diacu dalam Rustiadi et al. 2006) adalah: a. Mendiskripsikan kejadian-kejadian di dalam ruang geografis (termasuk deskripsi pola) secara cermat dan akurat; b. Menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antar kejadian atau objek di dalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses yang menentukan distribusi kejadian yang terobservasi; c. Meningkatkan kemampuan melakukan prediksi dan pengendalian kejadiankejadian di dalam ruang geografis.

18 54 Sedangkan berdasarkan atas aplikasinya, menurut (Fischer et al. 1996, diacu dalam Rustiadi et al. 2006), analisis spasial digunakan untuk tiga tujuan, yakni: (1) peramalan dan penyusunan skenario; (2) analisis dampak terhadap kebijakan; dan penyusunan kebijakan dan desain. Analisis spasial yang digunakan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada analisa melalui sistem informasi geografis (SIG) berdasarkan data-data peta yang ada seperti peta jaringan jalan, peta sungai, peta status kawasan hutan, peta kelerengan dan peta RTRW.

19 55 Peta Admininitrasi Data (paremeter/variabel Peta Admininitrasi Data asal: Bid. Ekonomi, Sarana & prasarana, Fisik, serta Sosial Data reduksi/dipilih: Data infrastruktur: Pendidikan, perekonomian, Pariwisata, Kominfo, Kesehatan, Kependudukan, Lingkungan & Aksesibilitas Data aliran barang/orang Data PAD/kapita Data Keragaman aktifitas, Kepadatan Penduduk, & Kemampuan aparat Data penyebab kesenjangan Data Komponen Utama Analisis Cluster Analisis Skalogram Analisis Interaksi Spasial Analisis tingkat kesenjangan Analisis tingkat keberagaman Analisis kesenjan gan Data reduksi/ dipilih: Homogenitas Jumlah Kelompok/Cluster Analisis Discriminant Kelompok kecil Tipologi Wilayah Hirarki wilayah Keterkaitan antar wilayah Tkt. Kesenjangan Tkt.Keberagaman Faktor penyebab & hub Peta Tipologi Wilayah Peta Hirarki Wilayah Peta Kesenjangan & Keberagaman Wilayah Analisis Spasial Kebijakan Pembangunan Wilayah Gambar 3 Bagan Alir Pendekatan Penelitian

III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian

III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini sebagian telah menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antar wilayah yang tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Perumusan Indikator Wilayah yang Layak Dicadangkan untuk Kawasan Produksi Beras

METODE PENELITIAN. Perumusan Indikator Wilayah yang Layak Dicadangkan untuk Kawasan Produksi Beras METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang meliputi 15 kecamatan dengan 73 nagari. Pelaksanaaan penelitian lapangan dilaksanakan bulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari hingga April 2010. Lokasi penelitian adalah areal perkebunan inti dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Disparitas pembangunan antar wilayah merupakan fenomena universal yang terjadi di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Hanya saja yang terjadi di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 33 IV. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari bulan Septembe 2008 sampai Januari 2009 yang bertempat di Gugus Pulau Kaledupa Kabupaten Wakatobi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Cakupan wilayah penelitian adalah seluruh Kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan. Meliputi 20 wilayah Kabupaten dan 3 kotamadya. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, terdapat 80 desa yang tergolong pada desa tertinggal berdasarkan kriteria indeks desa tertinggal (IDT)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi

BAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi BAB V PENUTUP Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi fiskal secara umum terlihat sangat membebani neraca keuangan dan pembangunan Kabupaten/Kota se Provinsi Sumatera Barat.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 9 Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian... 9 Manfaat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan September Desember 2009 dengan wilayah studi yang dikaji untuk lokasi optimal pasar induk adalah Bogor yang terdiri

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah

METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah longsor merupakan suatu studi kasus terhadap berbagai kasus longsor yang terjadi di Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Umum Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Umum Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Umum Penelitian Pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi (production centered development) ke arah pembangunan yang tidak

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT No.15/2/13 Th XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Hirarki Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Hirarki Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Hirarki Wilayah Melalui analisis skalogram akan diperoleh gambaran karakteristik perkembangan suatu wilayah, yaitu dengan menentukan struktur pusat-pusat pelayanan berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data yang digunakan dalam analisis skalogram

Lampiran 1 Data yang digunakan dalam analisis skalogram LAMPIRAN 108 Lampiran 1 Data yang digunakan dalam analisis skalogram Jenis Data No Uraian Jenis Data No Uraian Fasilitas 1 Lokal PAUD Fasilitas 41 Masjid Pendidikan 2 Lokal Play Grup Ibadah & 42 Mushola

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT Analisa deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pendidikan di Sumatera Barat. 4.1. Karakteristik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iv vii ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Permasalahan

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Sumatera Selatan Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor perekonomian dalam memproduksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Upaya untuk penentuan satuan kawasan wisata merupakan suatu pengalokasian beberapa obyek wisata untuk pengembangan wilayah. Dimana hakekatnya SKW merupakan pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha sadar dan berencana untuk meningkatkan mutu hidup. Pelaksanaannya akan selalu menggunakan dan mengelola sumberdaya baik sumberdaya alam dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN

PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RIWAYAT HIDUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya makin kaya sedangkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi (Gambar 1) dan analisis data dilakukan di studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen

Lebih terperinci

Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling atau. pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan responden adalah aktor atau

Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling atau. pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan responden adalah aktor atau 3.4 Metode Pemilihan Responden Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan peimbangan responden adalah aktor atau pengguna lahan (stakeholders) terdiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Disparitas di Sumatera Barat Disparitas Antar Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Disparitas di Sumatera Barat Disparitas Antar Wilayah 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Disparitas di Sumatera Barat Disparitas pembangunan merupakan suatu fenomena universal yang dialami oleh suatu wilayah baik di dunia secara umum maupun skala

Lebih terperinci

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tingkat kabupaten/kota tahun 2010, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995).

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995). 3 fungsi diskriminan cukup untuk memisahkan k buah kelompok. Karena fungsi-fungsi diskriminan tidak saling berkorelasi, maka komponen aditif dari V masing-masing didekati dengan khi-kuadrat dengan V j

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pendekatan Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa meningkatnya persepsi masyarakat yang melihat adanya hubungan tidak searah antara keberhasilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Instrumen spasial menjadi tema baru pendekatan pembangunan dalam rangka mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Analisis spasial yang menekankan keterkaitan dan interaksi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi dan kegiatan analisis data dilakukan di studio bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Dalam rangka mengangkat derajat kehidupan petani serta mendukung penyediaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Wilayah Perkembangan wilayah merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 15 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki kompleksitas yang sangat tinggi, baik karakteristik, dinamika dan potensi. Pembangunan yang semakin meningkat di wilayah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton LAMPIRAN III. A ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 Kab. Pasaman 13,31 14,97 9,98 6,65 5,82 9,15 9,98 6,65 8,33 4,99 9,98 7,49 107,30 2 Kab. Pasaman Barat 26,61 153,03 27,45 26,61

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Alat 3.3 Metode Analisis Data

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Alat 3.3 Metode Analisis Data 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Blitar yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di sebelah Selatan Jawa Timur.

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait. 41 III. METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari

Lebih terperinci

Disparitas Pembangunan antar Wilayah Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar

Disparitas Pembangunan antar Wilayah Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Disparitas Pembangunan antar Wilayah Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar Reza Fauzi Bakri, Mukti Ali, Venny Veronica Natalia Program Studi Pengembangan Wilay ah Kota, F akultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan sarana untuk mendorong kemajuan daerahdaerah. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu wilayah dengan wilayah yang lain,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat

BAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Pusat Kota merupakan denyut nadi perkembangan suatu wilayah karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat Kota mengalami kecenderungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor (variabel independent) dengan variabel outcome (variabel dependen) untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, mencakup semua kecamatan dan desa yang ada yaitu 35 kecamatan dan 425 desa. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

Analisis Peubah Ganda

Analisis Peubah Ganda Analisis Peubah Ganda Analisis Komponen Utama Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si Pengamatan Peubah Ganda - memerlukan sumberdaya lebih, dalam analisis - informasi tumpang tindih pada beberapa peubah Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 17 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penggunaan lahan masa lalu dan penggunaan lahan masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek yang saling berhubungan antara lain peningkatan jumlah penduduk

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DALAM KAITANNYA DENGAN DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI KABUPATEN PURWAKARTA AI MAHBUBAH

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DALAM KAITANNYA DENGAN DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI KABUPATEN PURWAKARTA AI MAHBUBAH STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DALAM KAITANNYA DENGAN DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI KABUPATEN PURWAKARTA AI MAHBUBAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan mutu pendidikan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketimpangan Pembangunan Wilayah

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketimpangan Pembangunan Wilayah 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketimpangan Pembangunan Wilayah Beberapa faktor penyebab ketimpangan pembangunan antar wilayah sebagaimana yang dikemukakan Murty (2000), diantaranya adalah : 1. Faktor Geografis,

Lebih terperinci

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang sulit untuk diatasi. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah penurunan tingkat kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi Daerah sebagai wujud dari sistem demokrasi dan desentralisasi merupakan landasan dalam pelaksanaan strategi pembangunan yang berkeadilan, merata, dan inklusif. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Laju dan Pola Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Tangerang 5.1.1. Laju Konversi Lahan di Kabupaten Tangerang Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang dikelompokkan menjadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir Francis Galton pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir Francis Galton pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Istilah regresi yang berarti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2010 mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Menurut Podes 2014, di DIY terdapat sebanyak 438 wilayah administrasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. pendapatan perkapita antar provinsi. Hal ini ditunjukkan oleh tanda dan tingkat signifikansi

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. pendapatan perkapita antar provinsi. Hal ini ditunjukkan oleh tanda dan tingkat signifikansi BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1. Simpulan Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis konvergensi sigma dan konvergensi beta. Hasil analisis konvergensi sigma menunjukkan bahwa tidak terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci