METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Instrumen spasial menjadi tema baru pendekatan pembangunan dalam rangka mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Analisis spasial yang menekankan keterkaitan dan interaksi antara wilayah merupakan pendekatan untuk meminimalkan ketimpangan antara wilayah. Entitas ilmu wilayah tidak hanya melihat wilayah sebagai satuan administrasi yang dipimpin oleh kepala daerah tetapi menjelaskan berbagai fenomena (fenomenum) yang saling terkait. Upaya untuk memaksimalkan pendekatan ilmu wilayah dengan mengamati segala aktifitas di darat, di laut sampai ke dalaman tertentu hingga udara sampai batas tertentu. Segala aktifitas tersebut dianalisis guna menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi berbagai persoalan. Karakteristik wilayah menjadi modal awal untuk mengetahui bagaimana wilayah dapat dikembangkan dan bagaimana wilayah dapat menyebabkan kemiskinan. Karakteristik wilayah terdiri dari karakteristik struktur dan aktifitas ekonomi, karakterstik ruang, infrastruktur, penganggaran, sumberdaya alam, sumberdaya manusia hingga pendapatan asli dan produk domestik bruto. Berbagai karakteristik tersebut akan membantu menjelaskan sebab sebab terjadi kemiskinan sehingga memudahkan untuk malakukan evaluasi, monitoring, pengendalian dan pengawasan, perencanaan hingga perumusan dan reformasi kebijakan. Karakteritik menjadi dasar untuk membuat rumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Rumusan kebijakan tersebut tentu saja sudah mempertimbangkan hubungan antara wilayah lain, baik yang terkait dengan jarak antara daerah, aliran barang daerah, kemiripan antara wilayah berdasarkan karakteristik tiap wilayah. Kemiskinan sangat terkait dengan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Sumberdaya manusia yang baik tidak menjamin akan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat jika sumberdaya alam miskin. Kesejahteraan bisa saja tercipta jika potensi sumberdaya manusia mampu membangun interaksi dengan wilayah yang memiliki kekayaan sumberdaya alam.

2 36 Wilayah yang memiliki kekayaan sumberdaya alam tidak akan menjamin kesejahteraan jika sumberdaya manusia rendah dan tidak mencoba berinteraksi antar wilayah yang memiliki kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya alam yang melimpah juga tidak menciptakan kesejahteraan jika limpahan sumberdaya alam tidak diolah dan dipasarkan terhadap wilayah yang membutuhkannya. Sumberdaya manusia sebagai dasar untuk mengembangkan social capital. Kekuatan sumberdaya manusia minimal mampu membangun kekuatan dalam skala komunitas yang memiliki kemiripan budaya (bonding), antar berbagai komunitas (bridging), hingga hubungan yang lebih tinggi (lingkages). Bagaimanapun, sumberdaya manusia, karakateristik wilayah dan interaksi antara wilayah menjadi faktor kunci mensejahterakan masyarakat. Wilayah yang aktifitas ekonominya tidak memperhatikan hulu dan hilir, memusat, tidak ada keterkaitan dan interaksi berpotensi menciptakan ketimpangan ekonomi. Sumberdaya alam yang diproduksi oleh daerah tertentu, kemudian diolah secara massal oleh perusahaan besar (pemilik modal besar) tanpa melibatkan usaha dalam skala kecil berpotensi menciptakan ketimpangan ekonomi. Situasi seperti ini akan menciptakan struktur pasar monopoli dan monopsoni. Pasar monopoli memiliki kekuasaan relatif besar dalam menentukan harga. Pasar monopoli memiliki skala industri besar dan modal besar mengakibatkan usaha kecil sulit untuk bersaing. Konsumen tidak memiliki nilai tawar karena tidak punya pilihan produk. Umumnya pasar monopoli sulit menciptakan inovasi teknologi dan sumberdaya. Faktor pendorong dan pesaing yang tidak ada menyebabkan pasar monopoli relatif jarang menciptakan inovasi baru. Walaupun ada keinginan untuk melakukan efisiensi biaya guna menciptakan produk yang lebih massal, aktifitas ekonomi relatif akan berjalan lambat karena aktifitas ekonomi bergerak satu arah (yaitu satu pemilik dengan banyak pengguna). Dalam situasi seperti ini dinamika pasar harus dikendalikan oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah harus menciptakan pasar dua arah melalui pengembangan industri kecil. Pengembangan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (human capital) dan bantuan modal (economic capital). Tentu saja social capital diharapkan mampu hadir sebagai

3 37 jembatan untuk memperkuat basis sumberdaya manusia dan modal. Reciprocity dan sikap saling percaya harus ditumbuhkan untuk menciptakan pasar yang adil dan menghilangkan konflik yang sudah melekat pada masyarakat (social embedded). Pengembangan dapat diimplementasikan dengan menciptakan pasar dua arah. Penciptaan pasar dua arah (industri kecil sebagai penyedia ditunjang dengan teknologi dan industri besar sebagai penerima berbagai industri skala kecil) relatif mengurangi ketimpangan struktur ekonomi. Kerjasama antara industri ini tidak lain untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan. Pasar juga relatif terbuka untuk memberi peluang industri besar lain yang memiliki produk yang sama. Industri besar yang relatif banyak dapat merangsang perkembangan industri skala kecil dan menengah sebagai pemasok. Industri yang mulai berkembang tentu memerlukan sumber energi dan pengelolahan sumberdaya alam yang tepat. Industri yang menggunakan sumberdaya alam yang tidak terbaharukan sebagai sumber energi lambat laun akan mengalami penyusutan. Disaat sumberdaya tak terbaharukan semakin kecil atau mengalami kelangkaan maka biaya ekonomi relatif akan besar. Industri yang menggunakan sumberdaya alam yang terbaharukan menjadi alternatif untuk menjaga terjadinya kelangkaan sumberdaya alam tak terbaharukan. Ketersedian air tanah memberi pengaruh bagi industri guna mengurangi biaya ekonomi, demikian halnya issu penggunaan energi sumber bio sel menjadi alternatif bagi industri dan bahan bakar minyak. Apapun itu, kelestarian sumberdaya alam menjadi faktor kunci untuk menjamin ketersedian sumberdaya alam terbaharukan. Ketersediaan cadangan air dan kedalaman air tanah sangat terkait dengan luas areal hutan yang dapat dipertahankan. Menjaga hutan berarti kita menjaga aktifitas ekonomi dapat menjadi lebih efisien dan keseimbangan ekologis. Perlu penataan ruang (space) yang terpola sesuai dengan fungsi tiap wilayah untuk menunjang aktifitas tersebut. Pola penataan ruang akan memperjelas distribusi fungsi tiap kawasan dalam satu wilayah atau sebaliknya. Kawasan ditentukan berdasarkan karakteristik wilayah. Kawasan industri semen

4 38 ( bahan baku yang sulit dipindahkan ) harus diolah terlebih dahulu kemudian dipindahkan. Kawasan tambak merupakan tempat yang relatif dekat dengan pantai dan produk bisa dipindahkan dengan cara apapun tetapi lokasinya sulit dipindahkan atau tidak sama sekali. Kawasan industri menjadi tempat pemasok atau pengelolah bahan baku. Kawasan hutan sebagai tempat penyedia cadangan air, aktifitas organisme dan penjaga keseimbangan ekologi. Kawasan pertanian merupakan tempat untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan primer dan sekunder masyarakat, perumahan menjadi lingkungan sosial dalam bermasyarakat dan sebagainya. Pola penataan ruang tetap berpijak pada penggunaan lahan yang tepat. Lahan peruntukkan bagi pertanian musiman lebih sesuai untuk tanah yang proses geologinya berbentuk geologi kuarter. Jenis tanah seperti ini sangat sesuai untuk pertanian musiman, sehingga perlu pertimbangan untuk mengubah fungsi lahan. Tanah yang terbentuk melalui proses geologi tersier lebih sesuai peruntukannya bagi tanaman tahunan. Tanah tersier mengandung banyak nilai tambang. Ketersedian infrastruktur menjadi penunjang untuk aktifitas tersebut. Pengelolahan sumberdaya alam, perbaikan struktur dan aktifitas ekonomi, pola tata ruang, fasilitas peningkatan kualitas sumberdaya manusia harus ditunjang dengan kesediaan infrastruktur. Tanpa ketersediaan infrastruktur yang memadai relatif akan menghambat hubungan berbagai aktifitas. Infrastruktur jalan, sarana teknologi, bangunan permanen, fasilitas transportasi dan berbagai jenis infrastruktur lainnya menjadi modal untuk mengembangkan berbagai karakteristik dalam wilayah. Ketersedian infrastruktur di daerah pedesaan yang relatif kurang tersedia mengakibatkan perkembangan pedesaan relatif lambat dibanding dengan perkotaan. Kebijakan penganggaran yang lebih memprioritaskan perkotaan mengakibatkan kesenjangan antara kota dan desa menjadi lebih tinggi. Penduduk sebagian besar di pedesaan justru keluar dari wilayahnya guna mengenyam kemajuan yang terjadi di kota. Pengelolahan produk pertanian relatif kurang berkembang karena tidak ditunjang dengan penyediaan infrastruktur. Penyediaan infrastruktur di desa tidak berarti mematikan unsur budaya lokal masyarakat setempat terhadap silaunya modernisasi teknologi. Penyedian

5 39 infrastruktur di desa untuk memudahkan aktifitas masyarakat setempat. Keberadaan infrastruktur memudahkan masyarakat desa untuk mengelolah produk pertanian mereka agar lebih memiliki nilai tambah ekonomi dan dapat menunjang kehidupannya. Penyediaan infrastruktur tetap menjamin kekhasan masyarakat melalui serapan teknologi yang baik dan bimbingan masyarakat tentang teknologi yang tidak merusak sumberdaya alam dan sifat kekhasan masyarakat. Pola penganggaran yang selama ini memusat harus dapat menjamin ketersedian infrastruktur di tiap wilayah. Era otonomi yang mulia dilakukan sejak reformasi harus mampu menyesuaikan alokasi anggaran terhadap karakteristik wilayah. Pola penganggaran yang tidak memperhatikan karaktersitik dan kebutuhan masyarakat tidak banyak memberikan hasil yang bermanfaat guna meningkatkan kualitas manusia dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Tidak berlebihan bahwa sumberdaya manusia sebagai pelaku pembangunan sangat menentukan arah pembangunan guna mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Pelaku pembangunan harus menjamin keseimbangan alam sebagai wadah penyeimbang ekologis, struktur ekonomi, pola peganggaran, infrastruktur dan tata ruang guna mengurangi ketimpangan dan pengangguran. Atas dasar itu ilmu pengetahuan sebagai jembatan (bridge) menjadi kunci untuk membuka pintu analisis mengembangkan wilayah. Ilmu pengetahuan menjadi instrumen penting untuk menelaah segala karakteristik wilayah. Pedoman hidup masyarakat yang tertuang dalam tata aturan atau adat istiadat atau norma sebagai pengikat yang kuat dalam berhubungan antara sesama masyarakat bisa dijadikan sebagai modal awal untuk membangun wilayah. Pedoman ini menjadi awal menciptakan sikap saling percaya. Kesadaran akan pentingnya sikap saling percaya menjadi dasar untuk menciptakan interaksi antara wilayah. Prinsip kesejajaran antara wilayah menempatkan wilayah sebagai entitas yang memiliki kekhasan yang dibutuhkan wilayah lain. Hubungan pertukaran antara kekhasan yang dimiliki wilayah lain memberikan pesan keterkaitan antara wilayah perlu diperkuat. Instrumen kebijakan harus mampu mengarahkan pemerintah untuk membuka jaringan antara wilayah (network) keterkaitan antara wilayah (lingkage) dan keterpaduan (cohessivenss). Instrumen seperti ini akan mengurangi fenomena

6 40 pemusatan aktifitas di wilayah tertentu. Aktifitas pembangunan relatif akan merata melalui aktifitas yang berlangsung ditiap wilayah berdasarkan kekhasan. Produk yang dihasilkan wilayah akan diimpor (dalam bentuk produk) ke wilayah lain yang membutuhkannya. Aktifitas seperti ini diharapkan berlangsung terus menerus antara wilayah. Akhirnya kita akan sepakat bahwa wilayah dalam terminologi arab, yang berarti sikap saling tolong menolong melalui reformasi kebijakan dan dikontrol dengan cara monitoring, evaluasi, pengendalian dan perencanaan adalah suatu keniscayaan. Berikut ini akan ditampilkan gambar kerangka pemikiran penelitian Gambar 1 Kerangka pemikiran.

7 41 Kerangka Pendekatan Studi Kerangka pendekatan ini bertujuan memperjelas tahap tahap penelitian agar variabel dan indikator penelitian terukur dan dianalisis secara sistematis. Adapun tahap tahap tersebut meliputi penentuan variabel tujuan, variabel keadaan dan variabel terikat. Kemiskinan dalam hal ini dianggap sebagai variabel tujuan. Tahap ini menganalisis variabel tipologi wilayah yang menyebabkan kemiskinan dan pengangguran. Pemetaan ini bertujuan untuk mengetahui secara umum gambaran wilayah. Kemisikinan akan dicari faktor penyebabnya, dugaan sementara kemiskinan disebabkan karena pendapatan masyarakat yang rendah dan timbulnya masalah pengangguran. Berbagai karakteristik akan diamati sebagai faktor pendorong yang dapat menyebabkan kemiskinan. Karakteristik tersebut meliputi penganggaran, aktifitas ekonomi, sumberdaya manusia dan sosial, penataan ruang, sumberdaya alam, infrastruktur dan pendapatan asli daerah. Tiap karakteristik akan dijelaskan akibat yang dapat ditimbulkan. Tahap kedua, setelah berbagai karakteristik telah dianalisis, maka kita akan menentukan karakteristik utama. Karakteristik utama ini akan menjadi variabel keadaan. Gambaran dari variabel keadaan adalah realitas aktifitas yang dapat mendorong terciptanya kemiskinan dan pengangguran. Variabel tujuan akan dispesifikasikan dengan menentukan beberapa indikator indikator yang mungkin mewakili tiap karakteristik variabel keadaan. Penentuan indikator harus sesuai dengan variabel keadaan. Dapat dikatakan bahwa variabel tujuan adalah merupakan fungsi dari variabel keadaan. Setiap variabel keadaan akan dianalisis untuk melihat variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap munculnya fenomena kemiskinan pada kecamatan tertentu. Analisis yang digunakan adalah Multiple Regression. Setelah menggunakan analisis ini, maka kita dapat menduga dan menentukan variabel yang menyebabkan kemiskinan di kecamatan. Tahap ketiga menelaah pembangunan manusia dan sosial. Ditahap ini lebih banyak menggunakan kajian literatur logika verbal dan hasil penelitian yang dapat menunjang analisis. Faktor pendorong dalam sosial akan ditelaah faktor yang dapat menyebabkan norma kolektifitas dan gotong royang (silaturahim) pada wilayah. Norma yang terbentuk dalam wilayah dianalisis secara deskritif dengan

8 42 melihat social ties (ikatan sosial). Selanjutnya akan dieksplorasi secara logika verbal manfaat social capital bagi masyarakat. Pendekatan yang dilakukan yaitu mengamati karya yang diciptakan masyarakat (swadaya) seperti pembuatan jalan dan beberapa bangunan lainnya yang memberikan manfaat sosial dan ekonomi. Telaah juga dilakukan terhadap hal hal yang dapat menyebabkan social capital tidak tercipta. Telaah itu berupa kerjasama dan silaturahim yang semakin menipis sehingga menyebabkan ikatan sosial lemah dan sifat individualisme bisa muncul. Tahap keempat menguji model hubungan antara pembangunan manusia dan sosial, interaksi spasial serta kemiskinan dan pengangguran. Analisis ini menggunankan jarak antara kecamatan (cakupan penelitian). Analisis ini bertujuan mengetahui keterkaitan antar wilayah. Sebagai ilustrasi pelayanan yang digunakan secara bersama seperti rumah sakit atau sekoloh yang berada pada kecamatan tertentu digunakan juga oleh kecamatan lain. Artinya aktifitas disuatu wilayah akan memberikan pengaruh wilayah lainnya. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah Spatial Durbin Model. Tahap lain adalah membuat karakteristik dominan di suatu wilayah. Karakteristik menjadi ciri yang dimiliki suatu wilayah. Ciri wilayah membantu untuk membuat tipologi wilayah. Tipologi wilayah dapat diketahui setelah ciri tiap wilayah dipetakan. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu wilayah yang memiliki indeks pembangunan 68,41 dan berupaya untuk mencapai angka 80. Penelitian ini dimulai bulan November 2006 Maret Metode Pengambilan dan Sumber Data Pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan semaksimal mungkin data sekunder yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data diperoleh dari BAPPEDA, Dinas Pendidikan, P4W, BPS dan instansi lain. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 8 bagian yaitu data kinerja pembangunan wilayah, sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sosial, aktifitas ekonomi, pengendalian ruang, infrastruktur dan fasilitas publik, penganggaran belanja daerah dan jarak antar kecamatan

9 43 Berikut ditampilkan data yang digunakan dalam mengerjakan PCA. Tabel 1 Data variabel yang digunakan dan sumber diperoleh untuk dianalisis No Variabel Indikator Sumber data 1 Kinerja pembangunan 2 Sumberdaya Alam Pangsa lokal keluarga pra dan sejahtera I, pangsa angkatan kerja menganggur Pangsa lokal luas tanaman pangan & indeks diversitas, pangsa lokal jenis hutan, perkebunan & indeks diversitas, pangsa lokal jumlah produksi ton ikan & indeks diversitas, & pangsa lokal jumlah produksi ton ikan & indeks diversitas BPS 2006 Bogor PODES 2003 dan Sumberdaya manusia dan sosial Pangsa lokal guru SD & MI, pangsa lokal guru SMP & MTs, Pangsa Lokal guru SMU, MA, SMK, pangsa lokal usia produktif, pangsa lokal aktifitas sosial, permukiman kumuh & intensitas konflik, pangsa lokal institusi sosial, & indeks diversitas. BPS, 2006 dan BAPPEDA 4 Aktifitas ekonomi 5 Pengendalian ruang Infrastruktur dan Fasilitas publik Pangsa lokal industri kecil & rumah tangga, intensitas ekonomi peternakan & perikanan, pangsa lokal alat pertanian Pangsa lokal lahan sawah & pangsa laju alih guna lahan Rasio bank dan pasar, rasio sarana kesehatan & tenaga medis, pangsa lokal lembaga keterampilan & indeks diversitas, pangsa lokal & indeks diversitas sarana pendidikan, rasio usia sekolah, unit polisi dan PNS BPS, 2006 BAPPEDA dan BPS, 2006 BPS, 2006 dan BAPPEDA Penganggaran belanja Pangsa lokal penganggaran belanja BAPPEDA Keterkaitan antara daerah dan ketetanggan Jarak antara kecamatan dan kebalikan jarak Kabupaten Bogor dalam Angka Catatan : lihal penjelasan di lampiran

10 44 Metode Analisis Data yang telah diperoleh akan dianalisis berdasarkan tujuan penelitian. Analisis data sebagai dasar menginterpretasi hasil yang diperoleh. Data terlebih dahulu diolah dengan software Excel. Data diolah dengan membagi masing masing variabel data. Pembagian data dilakukan dengan cara merasiokan data, mencari pangsa data, intensitas aktifitas, dan indeks diversitas masing masing data (lihat Gambar 3). Persamaan yang digunakan sebagai berikut : Persamaan matematis untuk menghitung pangsa : P it AT ait = a JTAit... (1) Persamaan matematis indeks diversitas IDZ it 1 = exp P N a a it ln P it... (2) Persamaan matematis intensitas : IA = JAT A... (3) kit it it Keterangan : P it auit = Pangsa di daerah ke-i pada tahun ke-t P = Jumlah aktifitas tertentu tipe ke-a di daerah ke-i pada tahun ke-t JTA = Jumlah total aktifitas di daerah ke-i pada tahun ke-t it IA kit = Intensitas aktifitas kegiatan di daerah ke-i analisis pada tahun ke-t JAT it = Jumlah aktitifitas kegiatan tertentu di daerah ke-i pada tahun ke-t A it = Total aktitifitas pada daerah ke-i tahun ke-t Setelah diolah dengan menggunakan persamaan matematis, data kemudian diolah dengan software Statistica 6 dengan menggunakan prinsip PCA. Hasil dari PCA kemudian diinterpretasi. Data olahan hasil PCA disimulasikan untuk memperolah hasil Multiple Regression (MREG), Spatial Auto-regression (SAR) dan Spatial Durbin Model. Data kemudian dikonfersi melalui Arc View untuk mengamati konfigurasi spasial tiap variabel. Adapun Prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

11 45 Keterangan : Gambar 2 Alur pemikiran. DD SDA PR IF Ind : Data Dasar : Sumberdaya Alam : Pengendalian Ruang : Infrastruktur : Indikator PB : Penganggaran Belanja AE : Aktifitas Ekonomi SDM : Sumberdaya Manusia SDS : Sumberdaya Sosial STDEV: Standar Baku MREG : Multiple Regression P : Variabel Penunjang KP : Kemiskina & Pengangguran PM : Pembangunan Manusia Var : Variabel IdxKom : Indeks komposit DF : Discriminant Function Gambaran umum PCA untuk Menjawab Peran Pembangunan Manusia Principal Component Analysis (PCA) merupakan salah satu teknik analisis yang bertujuan untuk mentransformasikan data dengan cara linear pada suatu variabel variabel yang saling berkorelasi menjadi struktur data baru dengan variabel variabel baru (disebut sebagai komponen utama) yang tidak saling berkorelasi (Ortogonalisasi variable). Variabel baru yang dihasilkan jauh lebih sedikit dari pada variabel asalnya, tetapi total kandungan informasi (total ragamnya) relatif tidak berubah, proses ini disebut penyederhanaan variabel (Saefulhakim, 2004).

12 46 Manfaat yang dapat diperoleh terhadap tujuan PCA adalah membolehkan analisis regresi berganda (pendugaan parameter struktur hubungan linear antar satu variabel tujuan dengan lebih dari satu variabel penjelas) atau analisis discriminant function (pendugaan parameter struktur hubungan linear antara satu variabel pengelompokan dengan lebih dari satu variabel penjelas perbedaan antar kelompok). Multicollinearity tidak terjadi dalam analisis tersebut (fenomena saling berkorelasi antara variabel penjelas). Masalah multicollinearity dapat dihilangkan dengan menggunakan PCA dan FA (Saefulhakim, 2004). Penyajian data pada struktur jauh lebih sederhana tanpa kehilangan esensi informasi yang terkandung di dalamnya dapat lebih mudah dipahami, dikomunikasikan dan ditetapkan prioritas penanganan terhadap hal - hal yang lebih pokok dari struktur permasalahan yang dihadapi. Struktur sederhana ini merupakan manfaat yang kedua dari PCA. Berikut ini akan ditampilkan gambar analisis dan desain tabel yang digunakan untuk mengerjakan PCA (Saefulhakim, 2004) ; Y1 c 21 c 12 Y2 c 11 C 22 F1 F2 Hubungan korelasi Arah Transformasi Gambar 3 Prinsip ilustrasi PCA. Tabel 2 Desain tabel yang digunakan untuk melakukan PCA Kecamat an 1 2 Kinerja pembangun an ekonomi Sumbe rdaya alam Sumberdaya manusia& sosial Aktifitas ekonomi Pengendali an ruang Infarastruktur & fasilitas publik Penganggaran belanja daerah Durbin model (jarak) Persamaan umum PCA adalah: Yk = ak 1 X 1 + ak 2 X 2 + ak 3 X ak p X p

13 47 PCA memiliki format data sebagai dasar untuk menyusun matriks berukuran n dikalikan dengan p, dimana n : unit sample (jumlah desa) p : jumlah peubah (kolom). Analisis komponen utama dilakukan sampai diperoleh nilai PC Score terbaik, yaitu: - PC Score dengan nilai akar ciri (eigenvalues) diatas 70% - Jumlah faktor-faktor baru pada tabel factor loading di bawah lima - Korelasi antar variabel-variabel asal dengan faktor-faktor baru pada factor loading dapat diinterpretasikan secara logis. Prinsip Prinsip Prosedural PCA Prosedural perhitungan untuk mengerjakan PCA dijelaskan di bawah ini : - Penyiapan data ke dalam format tabulasi tertentu (dalam tulisan ini disebut format data asal) dimana baris menyatakan kasus (sample, individu responden, lokasi dsb) kolom menyatakan variabel variabel yang diukur. - Standarisasi data asal sehingga diperoleh struktur data pada variabel baku yaitu setiap variabel memiliki angka rataan sama dengan nol dan simpangan baku (serta ragam) sama dengan satu. - Ortogonalisasi variabel baku sehingga diperoleh variabel ortogonal yaitu antar variabel tersebut menjadi tidak saling berkorelasi, atau koefisien korelasi antara variabel tersebut menjadi sama dengan nol - Standarisasi variabel ortogonal sehingga diperoleh variabel baru (disebut faktor atau komponen utama) yang tidak saling berkorelasi satu sama lain, angka rataan masing masing sama dengan nol dan simpangan baku serta ragam masing masing sama dengan satu;dan - Seleksi faktor (atau komponen utama) sehingga diperoleh beberapa faktor atau komponen utama terpilih yang mengandung bobot informasi memadai untuk digunakan analisis lebih lanjut (Saefulhakim, 2004). Setelah dilakukan prosedural dengan menggunakan persamaan matematis PCA maka hasil yang akan diperoleh dari PCA antara lain: Akar ciri (eigen value) adalah nilai yang menunjukkan keragaman dari peubah komponen utama dihasilkan dari analisis, semakin besar nilai

14 48 eigen value, maka semakin besar pula keragaman data awal yang mampu dijelaskan oleh data baru. Proporsi dan komulatif akar ciri, nilai pembobot (eigen vector) merupakan parameter yang menggambarkan hubungan setiap peubah dengan komponen utama ke-i. Component score adalah nilai yang menggambarkan besarnya titik-titik data baru dari hasil komponen utama dan digunakan setelah PCA. PC loading menggambarkan besarnya korelasi antar variable pertama dengan komponen ke-i. PC scores ini yang digunakan jika terjadi analisis lanjutan setelah PCA. Factor Loadings (L α ) adalah sama dengan Factor Score Coefficients (C α ) kali Eigenvalue Faktor atau Komponen Utamanya (λ α ) (Saefulhakim, 2004). Indeks komposit diperoleh dari PCA setelah diperoleh Indeks komposit kinerja pembangunan ekonomi Indeks komposit sumberdaya alam Indeks komposit sumberdaya manusia dan sosial Indeks komposit aktifitas ekonomi Indeks komposit pengendalian ruang Indeks komposit infrastruktur dan fasilitas publik Gambaran Metode K_Means Clustering dan Discriminant Function K_means Clustering adalah metode analisis untuk membuat konfigurasi masing masing variabel indikator berdasarkan hasil klasifikasi atau tipologi wilayah. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui faktor penciri dari masing masing variabel indikator yang diperoleh dari indeks komposit masing masing faktor. Sebelum membagi tipologi berdasarkan kelas tinggi, sedang dan rendah, maka di lakukan tahap Tree Clustering. Metode ini dilakukan untuk menentukan berapa banyak pembagian tipologi. Nilai nyata yang diperoleh dari K_means clustering selanjutnya dilakukan discriminant function berdasarkan pembagian tipologi. Tujuan untuk memperoleh score atau tipologi. Ketentuan yang harus dalam metode ini adalah data observasi dengan data sesungguhnya harus sama. Hasil yang digunakan adalah klasifikasi untuk menentukan score (tipologi). Analisis terakhir adalah menggunakan

15 49 multiple regression sebagai dasar untuk mengetahui faktor determinan terhadap score (tipologi) wilayah. Analisis Multiple Regression (MREG) Variabel Pengukur Kemiskinan dan Pengangguran Multiple Regression merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kemiskikan yang terjadi di dearah sendiri tanpa melihat pengaruh daerah lain. Analisis ini dilakukan setelah ditemukan nilai Ln dari hasil indeks komposit yang diambil dari nilai Factor Score. Seluruh variabel hasil indeks komposit yang di Ln-kan pada variabel keadaan untuk melihat pengaruh terhadap kemiskinan dan pengangguran. Hasilnya bisa berkorelasi positif dan elastis atau tidak elastis serta berkorelasi negatif. Hasil yang diperoleh adalah parameter yang menyebabkan kemiskinan di daerah sendiri. Terkait dengan tujuan penelitian maka analisis dengan menggunakan Multiple Regression dapat mengetahui parameter yang dapat menyebabkan pengaruh kuat atau lemah masalah kemiskinan dan pengangguran. Analisis ini belum terkait dengan daerah sekitar atau tetangga. Kemiskinan merupakan variabel tujuan yang terpilih pada penelitian ini, variabel pengontrol (dependent variable) adalah kebijakan yang harus direformasi dan variabel keadaan adalah sumberdaya manusia, infrastruktur, sumberdaya alam, penataan ruang, aktifitas ekonomi dan kinerja pembangunan. Seluruh variabel (pengontrol, tujuan dan keadaan) tidak terjadi lagi hubungan multicollianirity sebagaimana syarat dalam mengerjakan PCA. Variabel yang memiliki pengaruh signifikan dan bersifat nyata akan dijadikan rekomendasi kepada pemerintah (dalam hal ini yang terkait dengan pembuat kebijakan) untuk mempertimbangkan variabel tersebut agar menjadi perhatian dalam menyusun rancangan strategis kedepan. Analisis Spatial Auto-Regression (SAR) Pengukur Pembangunan Manusia dan Sosial Ilmu perencanaan wilayah sangat terkait dengan sifat kekhasan (spesialisasi), interaksi wilayah dan keterwakilan kelembagaan. Sifat dasar yang terkait tersebut menjadikan ilmu wilayah identik dengan ruang atau biasa disebut

16 50 spasial. Sifat kekhasan bisa terjadi dalam satu wilayah maupun wilayah lain. Sifat kekhasan akan menjadi dasar terciptanya interaksi antara wilayah Wilayah yang memiliki kekhasan yang sama, sulit untuk terjadi interaksi, kecuali terjadi kekurang stok dalam wilayah tertentu, demikian pula dengan wilayah yang memiliki jarak yang jauh dengan wilayah lain akan sulit berinteraksi karena akan dipengaruhi banyak faktor ( ekonomi, feasibility, shipment, tax dan cost). Wilayah yang berdekatan (bertetangga) akan berinteraksi secara kuat apabila sifat kekhasan wilayah berbeda dan adanya akses jalan yang mudah. Analisis Spatial Auto-regression bertujuan menganalisis pengaruh wilayah terhadap wilayah yang lain. Analisis ini berusaha menjelaskan berapa besar pengaruh wilayah lain yang dapat menyebabkan kemiskinan dan pengangguran, demikian pula keberhasilan wilayah apakah dipengaruhi wilayah lain. Terkait dengan tujuan penelitian maka analisis ini, bagaimana peran pembangunan dan social capital dalam suatu wilayah. Jika dalam analisis memperlihatkan bahwa kemiskinan dan pengangguran terjadi dipengaruhi oleh daerah sekitar maka peran pembangunan dan social capital harus mampu hadir dalam rangka menciptakan saling memperkuat antar wilayah. Backwash effect dapat terjadi akibat ketimpangan antara daerah yang menyebabkan terjadi aliran penduduk ke daerah lain atau akibat daerah lain cendrung sentralistik yang berakibat terjadi ketidakberimbangan. Situasi ini dapat dikatakan sebagai pengaruh daerah lain. Hasil ini menjadi rekomendasi bagi pembuat kebijakan agar mampu menciptakan hubungan kerja sama antara daerah lain terkait pembangunan manusia dan social capital. Menguji Model Hubungan antara Pembangunan Manusia dan Sosial serta Interaksi Spasial Kemiskinan dan Pengangguran Hasil pemetaan tipologi wilayah akan diuji hubungannya antara pembangunan manusia dengan social capital. Uji ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh pembangunan manusia yang tinggi dan rendah terhadap social capital, kemiskinan dan pengangguran. Uji interaksi spasial dengan mengamati pola interaksi yang terjadi antar kecamatan.

17 51 Teknik dengan tujuan ketiga penelitian, alat analisisnya menggunakan Spatial Durbin Model. Teknik ini menggunakan hasil PCA untuk menduga parameter model hubungan antara pembangunan manusia dengan konfigurasi ruang (spasial) wilayah Prinsip dasar Spatial Durbin Model hampir sama dengan regresi berbobot (weighted regression). Variabel yang menjadi pembobot pada Spatial Durbin Model adalah faktor lokasi. Kedekatan dan keterkaitan antar lokasi ini menyebabkan munculnya fenomena autokorelasi spasial, dengan ketentuan terjadi spesialisasi (kekhasan) yang berbeda pada wilayah tersebut. Spatial Durbin Model merupakan pengembangan dari regresi sederhana, yang digunakan untuk data spasial. Misalnya untuk mengetahui tingkat perkembangan di suatu wilayah selain dipengaruhi veriabel bebas (hasil olah PCA) juga dipengaruhi oleh variabel lain, yaitu hubungan spasial. Data yang digunakan untuk variabel bebas (x) berasal dari komponen utama hasil pengolahan PCA. Representasi faktor lokasi pada Spatial Durbin Model dalam bentuk matriks jarak. Berdasarkan analisis di atas maka fenomena saling berkorelasi (auto corelation) yang menyebabkan kemiskinan dan pengangguran sangat dipengaruhi oleh daerah yang berdekatan dan memiliki keterkaitan. Jika hasil olah penelitian menghasilkan pengaruh jarak maka kemiskinan dan pengangguran di daerah sekitar dipengaruhi oleh parameter keadaan di daerah lain. Adapun besar kecilnya sangat terkait dengan tingkat nyata dan sifat elastisitas. Persamaan Matematis : Lny = a + b j LnX j c. k w k Lny d. jk W. k LnX j ε l K j k j k Lny = Indeks kemiskinan dan pengangguran tipe ke l X j b j LnΧ = Indeks pembangunan manusia dan social capital tipe ke - i = Multiple Regression Model j j c. k W k Lny = Spatial Auto - Regression Spatial Model k k j k d jk W k LnX j = Spatial Durbin Model

18 52 Unit analisis : unit analisis yang digunakan adalah kecamatan Variabel peubah independen : sumberdaya alam, sosial, manusia, infrastruktur, aktifitas ekonomi, dan pengendalian ruang Variabel peubah dependen : kinerja pembanguan Variabel spasial spasial : jarak antar kecamatan Alat Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Software excel Arc view GIS versi 3.3 dan Statistika 6. Berikut ini peta lokasi penelitian di Kabupaten Bogor. Gambar 4 Wilayah analisis peta Kabupaten Bogor Prinsip Interpretasi Parameter Koefisien Regresi Parameter yang telah diperoleh hasilnya melalui analisis Multiple Regression dibaca dengan mengenal tanda negatif dan positif (arah) pada parameter koefisien. Parameter yang memiliki pengaruh elastis nilainya lebih besar dari 1 dan tidak elastis kurang dari 1. Nilai negatif tidak menandakan kecil dari satu tetapi hanya menjelaskan model kurva yang slope (arah) negatif. Nilai elastisitas diperoleh dari persamaan dan digambarkan dalam kurva : Y = ax + b... 1

19 53 a Grafik di atas menunjukkan nilai koefisien dari X adalah a. Jika persamaan pertama diturunkan secara parsial terhadap X maka persamaan matematis diperoleh sebagai berikut δυ = a δχ... 2 atau dapat ditulis dengan rasio perubahan Y terhadap X ΔΥ ΔΧ = a... 3 Nilai dari perubahan Y dapat ditulis dengan persamaan Y 1 Y 0 ΔΥ =... 4 Nilai perubahan Y ditulis dengan persentase maka persamaannya adalah Y 1 Y Y 0 0 ΔΥ =... 5 Berdasarkan persamaan tersebut maka diperoleh nilai perubahan Y berdasarkan persentase. Nilai perubahan X dilakukan dengan prinsip di atas X 1 X 0 ΔΧ =... 6 Nilai perubahan X ditulis dengan persentase maka persamaannya adalah X 1 X X 0 0 ΔΧ =... 7 Berdasarkan persamaan tersebut maka diperoleh nilai perubahan X berdasarkan persentase dengan menggambungkaan persamaan a dan b maka ditemukan persamaan elastisitas yang disimbolkan dengan E. Rasio perubahan Y terhadap X adalah merupakan hasil turunan parsial dengan tanpa menurunkan variabel lain. Persamaan tersebut adalah X Y ΔΥ 0 E = x... 8 ΔΧ 0 Karena nilai a merupakan rasio perubahan Y terhadap X maka persamaan matematis untuk memperoleh nilai elastisitas di tuliskan pada persamaan berikut :

20 54 X Y 1 E = a Nilai a adalah nilai tengah Bersadarkan persamaan di atas maka elastisitas suatu hasil parameter indikator sangat terkait dengan berapa besar pengaruh nilai rasio perubahan Y terhadap X berdasarkan persentase. Jika nilai perubahan semakin besar maka tingkat elastisitas parameter semakin besar pengaruhnya terhadap nilai elastis, dalam hal ini besar dari 1. Situasi ini menandakan parameter memiliki pengaruh elastis. Jika hasil parameter memiliki nilai kurang dari 1 maka dikategorikan sebagai parameter yang tidak berpengaruh signifikan. Jika nilai elastis membentuk kurva maka persamaan matematis secara otomatis menggunakan Ln sebagai pengali variabel. Persamaan matematis dapat ditulis sebagai berikut LnY = alnx + b Y Y 3 Y 2 Y 1 X 1 X 2 X 3 X Gambar 21 Kurva produksi slope positif. Kurva di atas mengilustrasikan perubahan produksi. Mula mula produksi bergerak pada Y1 dan X1. Pada periode ini aktifitas produksi belum menghasilkan banyak produksi atau cendrung relatif konstan. Aktifitas belum mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan. Posisi kurva tersebut masih bersifat tidak elastis dengan nilai elastisitas kurang dari 1. Pada periode berikutnya produksi mulai bergerak sebesar Y 1 Y 2 dengan periode tahun bergerak sebesar X 1 X 2. Pada periode ini aktifitas produksi sudah mampu meningkat 2 kali lebih besar bahkan lebih. Produksi sudah mampu memberikan keuntungan lebih, posisi kurva ini menunjukkan nilai yang elastisitasnyan lebih besar dari 1. Posisi kurva antar Y 3 Y 2 dalam periode waktu X 3 X 2 produksi cendrung konstan atau akan mengalami titik balik (menurun). Posisi seperti ini di kategorikan produksi sudah tidak mampu lagi melebihi Y 2 Y 1. Jika produksi terus dilakukan maka hasilnya akan cendrung menurun, posisi kurva seperti ini

21 55 bersifat tidak elastis. Diperlukan diversifikasi produksi atau perlakuan khusus untuk menjaga kurva tersebut tidak turun (produksi menurun). Y Y 3 Y 2 Y 1 X 3 X 2 X 1 Gambar 22 Kurva produksi jarak slope negatif. Jika pada gambar kurva di atas ber slope positif maka pada kurva berikut ber slope negatif. Sebagai ilustrasi jarak tanam tanaman. Jika jarak tanam hanya berkisar X 1 maka hasil produksi tidak maksimal, demikian pula pada jarak X 3. jarak tanam yang bersifat elastis adalah pada jarak X 2. Pada jarak tanam ini akan menghasilkan produksi yang maksimal. Nilai elastis atau tidak elastis tidak berarti hasil parameternya semua bersifat nyata. Nilai nyata ini sangat terkait terhadap nilai x 1 (variabel) dikurang nilai tengah atau nilai rata rata serta besar nilai standar deviasi. Stdev = 1 i 1 ( χ ) χ i 2 D. bebas Persamaan di atas menunjukkan jika nilai x 1 mendekati atau mirip nilai tengah maka respon parameter cendrung homogen. Posisi ini relatif pasti dan dapat diduga serta memiliki faktor dominan. Hasil parameter ini bersifat nyata. Jika tingkat heterogenitas pada x 1 tinggi maka nilai tersebut bersifat tidak pasti sehingga parameter tersebut tidak nyata. Tinggi taraf nyata sangat dipengaruhi berapa besar standar deviasi. Persamaan matematis dari taraf nyata ; T student x = Stdev Semakin besar nilai yang diperoleh (mendekati 1) semakin besar nilai hasil parameter yang dapat dijelaskan. Parameter yang bersifat elastis adalah parameter yang menjelaskan respon yang kuat jika terjadi perubahan dalam aktifitas. Pengaruh itu bisa disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, biaya X

22 56 produksi dan respon konsumen terhadap perubahan. Jika terjadi respon perubahan yang kuat akibat perubahan yang terjadi dan nilai elastisitas lebih 1 maka situasi ini dikategorikan elastis. Parameter yang tidak elastis adalah parameter yang menjelaskan respon perubahan yang tidak siginifikan mengalami perubahan. Jika terjadi kenaikan harga akibat perubahan biaya produksi maka selera masyarakat untuk mengkonsumsi produk tersebut tidak mengalami penurunan yang signifikan atau jika biaya produksi tinggi, jumlah produksi tidak serta turun akibat perusahaan berusaha untuk mengejar keuntungan guna merespon permintaan. Nilai nyata sangat dipengaruhi oleh nilai x 1, jika nilai x 1 mendekati nilai tengah serta respon parameter cendrung homogen maka hasil parameter bersifat nyata. Tetapi jika respon parameter nilai variabel x 1 terhadap nilai tengah cendrung menjauh atau respon keragaman atau bersifat heterogenitas maka parameter akan bersifat tidak nyata. Besarnya nilai parameter dalam menjelaskan parameter sangat terkait dengan nilai T student. Jika standart error semakin kecil nilainya maka taraf nyata akan semakin tinggi. Artinya model mampu menjelaskan fenomena dengan tingkat keakuratan yang tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi. Jika taraf nyata rendah maka model hanya mampu menjelaskan sebagian kecil dari keadaan.

PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN

PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RIWAYAT HIDUP

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 33 IV. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 9 Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian... 9 Manfaat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari bulan Septembe 2008 sampai Januari 2009 yang bertempat di Gugus Pulau Kaledupa Kabupaten Wakatobi

Lebih terperinci

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dikelompokkan berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari hingga April 2010. Lokasi penelitian adalah areal perkebunan inti dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Perumusan Indikator Wilayah yang Layak Dicadangkan untuk Kawasan Produksi Beras

METODE PENELITIAN. Perumusan Indikator Wilayah yang Layak Dicadangkan untuk Kawasan Produksi Beras METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang meliputi 15 kecamatan dengan 73 nagari. Pelaksanaaan penelitian lapangan dilaksanakan bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial Sumberdaya Manusia Data yang diperoleh dari Factor Score sebanyak 11 data. Ada 3 faktor yang terkait dengan tingkat pendidikan guru mengajar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Struktur Ekonomi Sumbawa Barat Sebelum Transformasi Sektor pertambangan memiliki peran yang sangat signifikan bagi pembentukan nilai output Kabupaten Sumbawa Barat dengan nilai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian

III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini sebagian telah menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antar wilayah yang tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Umum Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Umum Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Umum Penelitian Pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi (production centered development) ke arah pembangunan yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor (variabel independent) dengan variabel outcome (variabel dependen) untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330.

Lebih terperinci

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS) BAB. IX ANALII REGREI FAKTOR (REGREION FACTOR ANALYI) 9. PENDAHULUAN Analisis regresi faktor pada dasarnya merupakan teknik analisis yang mengkombinasikan analisis faktor dengan analisis regresi linier

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA Disusun oleh : Karmila Ibrahim Dosen Fakultas Pertanian Universitas Khairun Abstract Analisis LQ Sektor pertanian, subsektor tanaman pangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi.

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi. 10 BAB II METODE ANALISIS DATA 2.1 Pengertian Regresi Berganda Banyak data pengamatan yang terjadi sebagai akibat lebih dari dua variabel, yaitu memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Perubahan nilai suatu variabel dapat disebabkan karena adanya perubahan pada variabel - variabel lain yang mempengaruhinya. Misalnya pada kinerja

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

Aspek ekonomi dan sosial

Aspek ekonomi dan sosial Aspek ekonomi dan sosial Pengertian Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh apa yang akan terjadi dengan adanya perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat tempatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah

METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah longsor merupakan suatu studi kasus terhadap berbagai kasus longsor yang terjadi di Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Dalam ilmu statistika teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel atau lebih adalah analisa regresi linier. Regresi pertama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan September Desember 2009 dengan wilayah studi yang dikaji untuk lokasi optimal pasar induk adalah Bogor yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan Peubah Gizi Buruk

TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan Peubah Gizi Buruk 5 TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan Peubah Gizi Buruk Gizi buruk adalah keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada masa Orde Baru dilakukan secara sentralistik, dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi ditentukan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lakukan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan data tahun 2005 sampai dengan data tahun 2009. Pemilihan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah 70 HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah Proses analisis komponen utama terhadap kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas yang didasarkan pada data Potensi Desa (PODES)

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder dengan jenis data bulanan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 (bulan September).

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-65 Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan Yani Wulandari dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Deploment Index (HDI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Deploment Index (HDI) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Deploment Index (HDI) merupakan Salah satu cara dalam menilai keberhasilan pembangunan suatu Negara, khususnya terkait dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tingkat kabupaten/kota tahun 2010, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. IV METODE PENELITIAN 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Saham Syariah Saham syariah di Indonesia sebagian besar merupakan saham yang diterbitkan oleh emiten yang bukan merupakan entitas syariah. Saham syariah tersebut

Lebih terperinci

Transformasi Desa Indonesia

Transformasi Desa Indonesia Transformasi Desa Indonesia 2003-2025 Dr. Ivanovich Agusta iagusta1970@gmail.com Relevansi Transformasi dari Pemerintah Sumber Penerimaan Total Penerimaan (Rp x 1.000) Persentase PAD 3.210.863 18,13 Bantuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi yang berarti peramalan, penaksiran, atau pendugaan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton (1822-1911) sehubungan dengan penelitiannya

Lebih terperinci

Modul Pelatihan Teknik Analisis Kuantitatif Data *

Modul Pelatihan Teknik Analisis Kuantitatif Data * Modul Pelatihan Teknik Analisis Kuantitatif Data * Hawis H. Madduppa, S.Pi., M.Si. Bagian Hidrobiologi Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN

PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RIWAYAT HIDUP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan spesifikasi model Langkah ini meliputi: a. Penentuan variabel,

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada kerangka pemikiran seperti terlihat pada Gambar 2, dimana konsep umum otonomi daerah mengarahkan bahwa penyelenggaraan otonomi daerah

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 TELAAH KETAHANAN PANGAN DAN KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian

Lebih terperinci

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Resume Regresi Linear dan Korelasi Rendy Dwi Ardiansyah Putra 7410040018 / 2 D4 IT A Statistika Resume Regresi Linear dan Korelasi 1. Regresi Linear Regresi linear merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2008 yang mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data yang berupa laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat wisata yang ada di Bogor, diantaranya yaitu kebun raya Bogor, taman wisata mekarsari, taman matahari, dan taman safari

Lebih terperinci