FIFELNI ERNI NPM:

Transkripsi

1 PERAN IBU ASUH DALAM PERKEMBANGAN MORAL REMAJA (Suatu Kajian di Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang Padang) ARTIKEL Oleh: FIFELNI ERNI NPM: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

2 Foster Mother s Role in The Moral Development Of Adolescents (A Study in Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang Padang) By: Fifelni Erni Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research is motivated problems foster mother s role in the moral development of adolescents in Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang Padang, which found that the problem of moral development of adolescents who lived in the orphanage such as: presence of undisciplined teenagers abide by the rules that have been established orphanages, the teenager who does not carry responsibility. The purpose of this study was describe the role of foster mother in the moral development of adolescents in Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang Padang. This type of research is descriptive qualitative study. The research carried out by the method of interview with key informants in this study consists of 3 teenagers and 2 additional informants foster mother in an orphanage. The accuracy of the data can be tested using data triangulation, of the collected data is analyzed by an interactive model that consist of data reduction, data presentation and conclusion. Result of the study revealed that the foster mother s role in the moral development of young people in the orphanage to teach teens what is good and bad. Foster mother s role in the moral development of adolescent, namely: (1) Direct education, (2) Identification. Keywords: Foster Mother, Moral teen PENDAHULUAN Ibu asuh yang artinya mengurus, mendidik, melatih, memelihara, dan mengajar. Ibu asuh berarti kata pelatih, pembimbing. Jadi ibu asuh memiliki makna orang yang mengasuh mengurus, memelihara, melatih dan mendidik. Ibu asuh adalah pengalaman, keterampilan, dan tanggung jawab sebagai orangtua dalam mendidik dan merawat anak. Ibu asuh memegang peran penting dalam proses perkembangan seorang anak. Hubungan kelekatan yang diharapkan terjalin adalah kelekatan yang aman. Dengan kelekatan yang aman diharapkan anak akan mampu mencapai perkembangan yang optimal, sebaliknya bila kelekatan yang terjadi adalah kelekatan yang tidak aman maka anak akan mengalami masalah dalam proses perkembangan moralnya. Prayitno(2008:94/95) bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaianpenyesuaian yang bijaksana, berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya mendapatkan pengalamanpengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat. Menurut Michel (Prayitno, 2002:107) dua perubahan penting dalam perkembangan moral selama periode remaja yaitu: 1. Remaja telah menyadari yang disebut benar atau salah itu adalah atas pertimbangan keadilan atau kebijaksanaan, bukan atas kemauan orang yang berkuasa seperti yang dipahami sebelumnya. 2. Remaja dapat memahami perbedaan aturan moral atau agama dengan sosial kerena telah memperoleh kemampuan memahami sesuatu dari sudut pandang tertentu, oleh sebab itu remaja mengerti bahwa moral (yang dibuat oleh manusia) bersifat relative atau tidak absolute. Remaja dalam masa perkembangannya memiliki kebutuhan baik kebutuhan yang bersifat fisik maupun psikis. Menurut Maslow (Desmita, 2010:63-65) disebutkan lima jenis kebutuhan dasar secara berjenjang atau bertingkat. 1. Kebutuhan fisiologis

3 Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sejumlah kebutuhan yang paling mendesak dan mendapat prioritas utama dalam pemenuhannya karena berkaitan langsung, kondisi fisik dan kelangsungan hidup. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini antara lain: kebutuhan akan makanan, minuman, oksigen, sandang, tempat tinggal, seks, tidur, dan istirahat. 2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya, jaminan keamanan, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, dan kemiskinan. 3. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan memiliki Kebutuhan akan rasa kasih sayang adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afeksi atau ikatan emosional dengan orang lain, yang diaktualisasikan dalam bentuk: kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai, kebutuhan akan rasa diakui dan diikutsertakan sebagai anggota kelompok, merasa dirinya penting, rasa setia kawan, dan kerja sama. 4. Kebutuhan akan rasa harga diri Kebutuhan akan rasa harga diri merupakan individu untuk merasa berharga dalam hidupnya. Individu membutuhkan untuk merasa kompeten dan berguna dan pada saat yang sama membutuhkan pengakuan atas nilai dan kompetensi yang kita miliki dari orang lain. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk memenuhi dorongan hakiki manusia untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi dirinya. Dengan perkataan lain, kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk berjuang yang mampu kita raih, motif yang mendorong kita untuk mencapai potensi secara penuh dan mengekspresikan kemampuan kita yang unik. Menurut Yusuf (2009:132) moral berasal dari kata latin mos yang berarti adad istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsipprinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara keterlibatan dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Menurut Budiningsih (2008:24) kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat dan merupakan hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah satu benar. Normanorma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyrakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Hal pokok yang harus dimiliki setiap manusia, sebab dalam menjalani kehidupan sehari-hari hal ini tidak bisa terlepas dari setiap manusia. Semua tingkah dan perbuatan yang kita lakukan sangat bergantung pada moral yang dimiliki dalam mencapai nilai dimata sosial, karena moral dan tingkah laku merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sosial dalam rangka meraih nilai positif dimata orang lain. Penalaran moral menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, dari pada sebuah tindakan sehingga dapat dinilai apakan tindakan tersebut baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikiran sampai pada keputusan bawah sesuatu adalah baik dan buruk. Melalui hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 12 Mei 2015 maka dilihat dari tingkah laku remaja selama aktifitas remaja berlangsung di panti asuhan tersebut. Adapun tingkah laku remaja yang diamati dalam proses aktifitasnya di panti asuhan, ada beberapa orang remaja tidak disiplin mematuhi peraturan yang telah ditetepkan di panti asuhan, belum bisa berinteraksi dengan baik terhadap orang lain, berselisih faham dengan teman-temannya, tidak bisa membedakan baik atau buruk dan tidak mendengarkan arahan dari ibu asuh, tidak mengikuti shalat berjamaah, tidak melaksanakan apa tanggung jawabnya, adanya peran ibu asuh terhadap perkembangan moral remaja. Remaja kurangnya memiliki

4 perkembangan moral yang baik, karena tidak mematuhi peraturan yang telah ada, bermacam bentuk tingkah laku yang mencerminkan perilaku tidak bermoral dan masih juga ditemukan remaja yang melalaikan waktu sholat, hal ini mengidentifikasikan bahwa remaja tidak bisa menghargai ibu asuh. Berdasarkan latar belakang di atas, menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk melakukan penelitian sehingga peneliti menetapkan judul Peran ibu asuh dalam perkembangan moral remaja ( Suatu kajian di Panti asuhan Aisyiyah Cabang Ampang). Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini difokuskan kepada peran ibu asuh dalam perkembangan moral remaja, yaitu dengan remaja dan ibu asuh yang ada di panti asuhan. Sedangkan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan peran ibu asuh dalam perkembangan moral remaja di panti asuhan METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat ditentukan bahwa penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis menggambarkan peran ibu asuh dalam perkembangan moral remaja (suatu kajian di panti asuhan Aisyiyah Cabang Ampang Padang). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus sampai 2 September Informan pada penelitian ini yaitu informan inti sebanyak 3 orang remaja, sedangkan informan tambahannya 2 orang ibu asuh. Untuk memperjelas fokus penelitian ini, maka dapat dijelaskan variabel dalam penelitian ini adalah peran ibu asuh dalam perkembangan moral remaja, yaitu peran ibu asuh dalam proses perkembangan moral remaja, peran ibu asuh terhadap faktor-faktor mempengaruhi moral remaja. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara kepada informan penelitian. Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul dan dianalisis dengan menggunakan triangulasi data. Teknik analisis data dilakukan setelah semua data sudah dikumpulkan yaitu dengan 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terungkap bahwa : 1. Peran ibu asuh dalam proses perkembangan moral remaja a. Pendidikan langsung Berdasarkan hasil temuan penelitan melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa terdapat pendidikan langsung kepada remaja dalam perkembanagan moral mereka, seperti mengajarkan sesuatu yang baik dan buruk dan benar salah yang remaja lakukan. Kemudian mengajar dari yang tidak tahu menjadi tahu, apa yang seharusnya remaja ketahui dan berguna bagi remaja tersebut dan membuat remaja bahagia apabila mereka saling membantu satu dengan yang lainnya sehingga terjalin moral yang baik dan benar. b. Identifikasi diketahui bahwa remaja berkeinginan mencontoh sikap seorang ibu asuh dalam proses perkembangan moral remaja yang diajarkan ibu asuh dan mencari tau mana yang baik, buruk dan benar, salahnya moral remaja dengan cara mengidentifikasinya, dan remaja tersebut menerapkan dalam dirinya dengan cara melaksanakan piket secara bergantian, melaksanakan kultum, mengaji setelah shalat magrib dan melaksanakan apa-apa aturan yang ada di panti asuhan. diketahui bahwa ada kebiasaan remaja yang mengembanagkan bentuk tingkah laku moral yang baik dan benar, yang bisa mendapatkn atau mendatangkan pujian atau kebanggan bagi remaja tersebut, dan bisa berdampak positif terhadap perkembangan moral remaja. c. Konsisten dalam mendidik anak diketahui bahwa remaja dan ibu asuh harus bersikap konsisiten dalam mengajarkan remaja dan anak-anak lainnya, namun remaja untuk melakukan kebiasaan seperti sholat subuh, sarapann pagi sebelum berangkat sekolah dan apabila tidak

5 sarapan ke sekolah maka tidak diberi uang jajan, kemudian tanggapan remaja terhadap peraturan di panti asuhan menjadi kebiasaan. Hubungan remaja dengan ibu asuh perlu dijaga demi kenyamanan bersama, kebersamaan itu dapat dimulai dengan hal-hal yang kecil seperti kebiasaan yang dilakukan shalat berjamaah dan makan malam bersama dan belajar bersama, momen yang seperti itu akan memberikan kedekatan dalam panti asuhan. Dengan seringnya bersama maka akan memudahkan bagi remaja untuk menerima dan memahami perbedaan diantara remaja dengan ibu asuh. Sesuai yang dikemukakan oleh Willis (Kumalasari, 2012: 21-22). Penyesuaian diri menuntut kemampuan remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungan di sekitarnya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Penyesuaian diri akan menjadi salah satu bekal penting dalam membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Penyesuaian diri juga merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak remaja yang tidak dapat mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidak mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan lingkungan panti asuhan, sekolah, pada umumnya. Sehingga nantinya cenderung menjadi remaja yang rendah diri, tertutup, suka menyendiri, kurang adanya percaya diri serta merasa malu jika berada diantara orang lain atau situasi yang terasa asing baginya. Berdasarkan hasil penelitan yang telah peneliti lakukan, bahwa hubungan remaja dengan ibu asuh sangat dekat dan menjadikan mereka saling berbagi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. d. Sikap orangtua asuh dalam keluarga/panti asuhan diketahui bahwa menjadi ibu asuh memberikan perlakuan yang baik dan sepantasnya kepada remaja dan tidak ada yang dibeda-bedakan, dan apabila perlakuan tersebut tidak sama maka remaja tersebut merasa terasingkan di panti asuhan tersebut. e. Penghayatan/pengalaman yang dianut diketahui bahwa remaja memiliki pengalaman yang banyak di dalam panti asuhan yang dialami remaja dan anak-anak yang lain, pengalaman remaja dalam melakukan sholat, piket secara bergantian dan ibu asuh mengajarkan tentang sholat dan kultum tentang moral dalam kehidupan seharihari dan remaja menerapkan dan menjalankan apa yang diajar kan oleh ibu asuh tersebut. f. Sikap konsisten dalam menerapkan moral diketahui bahwa remaja dan ibu asuh bersifat konsisten dalam menerapkan sikap moral seperti apa yang diajarkan kepada remaja tersebut. Hubungan pertama yang harus dibina oleh remaja adalah dengan ibu asuh karena di panti asuhan ibu asuh tempat mereka berkeluh kesah dalam perkembangan moralnya. Berdasarkan hasil penelitan yang telah peneliti lakukan di atas, secara umum menggambarkan, dapat disimpulkan bahwa remaja dan ibu asuh harus bersikap konsisiten karena dengan demikian membuat orang percaya pada kita dan patut dicontohkan. Ali dan Asrori (2004: 97) menyatakan bahwa salah satu yang dialami oleh remaja bahwa tidak jarang orang dewasa bersikap konsisten terhadap remaja, di satu sisi remaja dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi kenyataannya di sisi lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh sebagaimana orang dewasa. Untuk masalah-masalah yang dipandang penting dan menentukan, remaja masih sering dianggap anak kecil. Hikmawati (2011:1) bimbingan merupakan salah satu bidang untuk membantu mengoptimal perkembangan individual, dengan kata lain kegiatan dan layanan ini membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuian diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari. Sedangkan konseling merupakan salah satu teknik atau

6 layanan dalam bimbingan, maksunya disini konseling dapat memberikan perubahan yang mendasar, yaitu mengubah sikap, pemikiran pandangan, dan perasaan. Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh remaja sebelum dilakukan konseling individu terhadap informan mengenai permasalahan atau hal-hal yang mengganggu informan yang kemudian dilanjutkan dengan konseling kelompok melalui layanan mediasi agar permasalahan perkembangan moral remaja, dapat terentaskan sehingga tercipta kehidupan yang harmonis. Selain itu, dalam perkembangan moral remaja dalam panti asuhan orang dewasa juga harus dimulai dengan menjalin komunikasi yang baik agar bisa saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu dalam panti asuhan dan masyarakat harus menjaga kedekatan yang menjadikan mereka saling berbagi agar remaja merasa dibutuhkan lagi walaupun terkadang juga ada perbedaan pendapat. Selain itu, Sutirna (2013:170) salah satu bentuk pendekatan dalam bimbingan dan konseling pada remaja yaitu pendekatan spiritual. Pendekatan ini cocok pada remaja agar mereka lebih mendekatkan diri kepada Allah. Tujuannya agar mereka dapat memaknai hidup secara lebih baik dan tidak berfikiran negatif tentang diri mereka serta mencari ampunan atau ridho bagi Allah. Bimbingan dan konseling pada remaja ini juga dapat diberikan untuk memperbaiki perkembangan moral remaja dengan anggota panti asuhan laiannya, yaitu dengan menggunakan teknik-teknik yang ada dalam konseling dan disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi oleh remaja dalam panti asuhan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan remaja dalam panti asuhan sangat perlu di perhatikan, karena mempengaruhi kenyamanan remaja menjalani kehidupannya. Selain itu, bantuan yang dapat diberikan oleh konselor untuk meningkatkan perkembangan moral remaja dalam panti asuhan dengan memanfaatkan teknik-teknik konseling yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh remaja. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian kajian tentang peran ibu asuh dalam perkembangan moral remaja (suatu kajian di panti asuhan Aisyiyah cabang Ampang Padang), maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut : 1. Peran ibu asuh dalam perkembangan moral remaja yaitu dengan cara mengajarkan remaja baik, buruk suatu perbuatan dan mengajarkan cara berbicara dengan baik dan menghormati orang yang lebih tua dari remaja, dan mendidik remaja dengan baik dan mengajarkan hal-hal yang baik kepada remaja dan ketaatan dalam beragama, dan mengajarkan kepada remaja menjadi sosok pribadi yang baik seperti ibu asuh dalam perkembangan moral remaja dengan mengajarkan prilaku yang baik, benar dan mengajarkan tentang ilmu agama, remaja mencontohkan sikap menjadi seseoran ibu asuh dan mencontohkan untuk bertingkah laku yang sama seperti ibu asuh dan melaksanakan kegiatan di dalam panti. Peran ibu asuh harus bersikap konsisten dalam menjalankan profesinya masingmasing dan menunjukkan sikap konsistennya yang adil kepada siapapun yang ada di panti asuhan tersebut, dan seorang ibu asuh harus memberikan kasih sayang kepada seluruh remaja dan menerapkan moral yang baik dalam bidang agama terutama dalam bidang agama terutama melakukan sholat berjamaah dan melaksanakan kultum dan kegiatan lainlain, dan ibu asuh harus bersifat konsisten karena dengan demikian membuat orang percaya pada kita dan patut dicontoh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Remaja, agar dapat belajar serta mengamalkan dan mengetahui berbagai perkembangan moral dalam panti asuhan dan remaja hendaknya harus mau menerima dan memahami kebiasaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, agar bisa terjalin hubungan yang baik. 2. Ibu asuh, agar lebih memperhatikan para remaja agar mereka merasa dibutuhkan dan ibu asuh hendaknya harus bisa memahami perubahan yang

7 dilakukan oleh remaja, karena seseorang yang sudah memasuki masa remaja mengalami perubahan fisik maupun psikisnya, dan mereka akan lebih sensitif dari sebelumnya. 3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling, agar dapat mempersiapkan mahasiswa bimbingan dan konseling serta mengembangkan perkembangan moral remaja di panti asuhan nantinya, khususnya dalam mata kuliah psikologi perkembangan remaja. 4. Konselor, agar dapat memberikan bimbingan baik kepada remaja maupun kepada orang-orang yang terdekat dengan mereka, supaya terjalin hubungan yang menyenangkan dalam panti asuhan tersebut. DAFTAR KEPUSTAKAAN Ali, Moh & Asrosi, Moh Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Bungin, Burhan Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat) Jakarta: Kencana. Sarwono, Sarlito Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Budiningsih, Asri Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta. Hikmawati, Fenti Bimbingan Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada Prayitno, dkk Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta. Sutirna Bimbingan dan Konseling (Pendidikan Formal dan Informal). Yogyakarta: Andi Offset. Yusuf Syamsu Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.